Anda di halaman 1dari 22

Catatan Kuliah

Sistem Geometri
Dosen : Dr. Endang Mulyana, M.Pd.

Raden Muhammad Hadi

Matematika C – 2011

1106608

Jurusan Pendidikan Matematika - Prodi Matematika

Catatan Kuliah Semester 4

Dari Pertemuan 1 – Pertemuan 7

Tahun Perkuliahan 2012/2013

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Pendahuluan
Copyright©: Raden Muhammad Hadi a.k.a Hadimaster Page 1
Catatan Kuliah Sistem Geometri dibuat berdasarkan mata kuliah Sistem Geometri
yang diampu oleh Dosen saya yaitu Dr. Endang Mulyana, M.Pd di Jurusan Pendidikan
Matematika Prodi Matematika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Pendidikan Indonesia. Pembuatan catatan kuliah ini dimaksud untuk selain
dapat digunakan sebagai suplemen/pelengkap dalam mata kuliah ini, ataupun referensi kecil
juga dimaksudkan sebagai Management Knowledge yang berguna sehingga dapat
dimanfaatkan tidak hanya untuk diri pribadi juga untuk mereka yang ingin mempelajari dan
mengetahui mengenai sistem geometri. Dalam catatan kuliah terdapat beberapa ilustrasi dan
teorema yang pembuktiannya diperoleh baik dari dosen, saya sendiri maupun dari buku
referensi wajib pada mata kuliah ini, yaitu buku Elementary Geometry from an Advanced
Standpoints karya Edwin E. Moise.

Kritik, koreksi maupun pendapat mengenai catatan kuliah ini sangat diharapkan oleh
penulis dan dapat dikirim melalui email maupun komentar di blog penulis yang dapat dilihat
di akhir catatan ini. Penulis berharap catatan kuliah ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca.

Penulis

Raden Muhammad
Hadi

Bandung, 07 April 2013

Copyright©: Raden Muhammad Hadi a.k.a Hadimaster Page 2


Pertemuan – 1
Beberapa peta konsep

Sistem Geometri

Objek Langsung
Geometri

Konsep Fakta Prinsip/Teorem Prosedur


(Aksioma/Postulat) a/Dalil

 Istilah
 Model/Ilustrasi
 Notasi/Simbol
 Istilah
Terdefisini/Tida
k terdefinisi

Struktur Geometri

Titik, Garis, Bidang S himpunan semesta


(Istilah Tidak titik
Terdefinisi)

Struktur

[S , L , P ] L himpunan garis P himpunan


bidang

Copyright©: Raden Muhammad Hadi a.k.a Hadimaster Page 3


Bentuk Pernyataan I

Implisit Eksplisit (Jika . . . Maka . . .)

Ex : Garis adalah himpunan Ex : Jika sesuatu itu garis,


titik maka sesuatu itu himpunan
titik

Aksioma Insidensi Euclid

Aksioma 1
Jika sesuatu itu garis, maka sesuatu itu himpunan titik.
Jika sesuatu itu bidang, maka sesuatu itu himpunan titik.
Aksioma 2
Jika A dan B dua titik sebarang, maka terdapat tepat 1 garis yang melalui kedua titik
tersebut.
Aksioma 3
Jika sesuatu itu bidang, maka dibutuhkan minimal 3 titik yang tidak kolinear yang
masing-masing terhubung oleh sebuah garis.
Aksioma 4
Jika dua bidang (yang berbeda) saling berpotongan, maka perpotongannya adalah
sebuah garis.
Aksioma 5
Jika A, B terdapat pada L dan L himpunan bagian dari P, maka garis L terletak pada
bidang P.

Teorema 1

Dua garis saling berpotongan tepat di satu titik.

Bentuk eksplisit : Jika terdapat dua garis yang saling berpotongan, maka
perpotongannya tepat di satu titik.

Bukti :

Misal L1 ≠ L2, L1 ∩ L2 ≠ ∅ , n ( L1 ∩ L2) ≥ 1. Harus ditunjukkan bahwa n ( L1 ∩ L2) =1. Untuk


membuktikan n ( L1 ∩ L2) =1 cukup dibuktikan n ( L1 ∩ L2) ≤ 1. Andaikan n ( L1 ∩ L2) ≤ 1 salah,
artinya n ( L1 ∩ L2) > 1, misalnya n ( L1 ∩ L2) =2 dengan L1 ∩ L2 ={ A , B }. Berarti A , B ∈ L1 dan
, B∈ L2 , maka L1=L2. Hal ini kontradiksi, maka haruslah n ( L1 ∩ L2) ≤ 1 sehingga L1 ≠ L2 dan
terbukti karena n ( L1 ∩ L2) ≤ 1 dan n ( L1 ∩ L2) ≥ 1, maka n ( L1 ∩ L2) =1. Q.E.D

Copyright©: Raden Muhammad Hadi a.k.a Hadimaster Page 4


Soal : Buktikan!

1) Jika sebuah garis memotong sebuah bidang yang tidak memuat garis itu, maka
perpotongannya sebuah titik.
2) Jika sebuah titik terletak diluar sebuah garis, maka terdapat tepat sebuah bidang yang
memuat titik dan garis itu.
3) Jika dua garis berpotongan, maka gabungannya terletak pada satu bidang.

Jawab :

1) Perhatikan ilustrasi berikut

L adalah garis yang memotong bidang E, tapi L bukan bagian dari E, sehingga L ∩ E
merupakan sebuah titik yaitu P, dan akan dibuktikan bahwa L ∩ E tidak mengandung
titik lain, misalnya Q.
Misalkan Q terdapat pada L ∩ E, sehingga L ∩ E={ P ,Q }. Berdasarkan aksioma
insidensi 1 maka dari titik P dan Q dapat ditarik sebuah garis L= PQ
´ . Berdasarkan
aksioma insidensi 5, maka garis PQ´ ∈ E yangmana merupakan kontradiksi karena L
dari awal bukan bagian dari E. Q.E.D
2) Perhatikan ilustrasi berikut

Misalkan A , B ∈ l dan C ∉ l, maka dapat disimpulkan bahwa ketiga titik tersebut tidak
ko-linear (tidak terletak dalam satu garis). Maka dengan menggunakan aksioma
insidensi 3, dapat ditarik garis g= AC´ dan t= BC ´ sedemikian sehingga terbentuk
bidang E seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut

Dari ilustrasi dapat dilihat bahwa l , g , t ∈ E. Karena A , B ∈ l, A , C ∈ g dan B ,C ∈t


maka A , B , C ∈ E . Q.E.D

Copyright©: Raden Muhammad Hadi a.k.a Hadimaster Page 5


3) Perhatikan ilustrasi berikut

Misalkan terdapat garis l dan g yang saling berpotongan di satu titik sehingga l ∩g=B
. Ambil sebarang titik A ∈ g dan C ∈ l sedemikian sehingga g= { A , B } dan l={C , B }.
Karena A , B , C adalah titik-titik yang tidak ko-linear maka berdasarkan aksioma 3
dapat dibentuk sebuah bidang E sebagaimana pada ilustrasi berikut

Karena l , g ∈ E dan A , B ∈ g, C , B ∈l maka gabungan dari l ∪g=E. Q.E.D

Diskusi:

1) Diketahui 5 titik yang berbeda dengan tidak ada 3 titik yang segaris dan tidak ada 4
titik yang sebidang.
a. Berapa banyak garis yang memuat dua dari kelima titik itu?
b. Berapa banyak bidang yang memuat tiga dari kelima titik itu?
2) Diketahui ntitik yang berbeda dengan tidak ada tiga titik yang segaris dan tidak ada 4
titik yang sebidang
a. Berapa banyak garis yang memuat dua dari n titik itu?
b. Berapa banyak bidang yang memuat 3 dari n titik itu?
3) Tunjukkan bahwa S tidak dapat merupakan sebuah garis!
4) Tunjukkan paling sedikit terdapat dua bidang!

Copyright©: Raden Muhammad Hadi a.k.a Hadimaster Page 6


Pertemuan – 2
Beberapa peta konsep

Cara Berfikir Geometri

Pengenalan Analisis Pengelompokan Deduktif Formal Rigor/Keakuratan


(Deduktif
Informal)

Jarak Ukuran ruas garis  A ≠ B , ada jarak A−B dalam bilangan real.
 A=B , jarak A−B=0 ∈ R
Lintasan terpendek

Jika A dan B dua titik sebarang maka jarak dari A


ke B ditulis d ( A , B)
A=B ⟺ d ( A , B ) =0
Jika A=B , d ( A , B ) =0

Jika d ( P ,Q ) =0 ⟹ P=Q

Postulat Jarak

Postulat 0
Jika S himpunan titik dan R himpunan bilangan real, maka jarak adalah pemetaan oleh himpunan terurut S
ke R atau S X S --> R.

Postulat 1
Jika A, B anggota himpunan titik S, maka d(A, B)=0.

Postulat 2
A=B jika dan hanya jika d(A, B)=0.

Postulat 3 (Postulat Penggaris)


Misal f: L <-> R, f disebut sistem koordinat untuk garis L jika dan hanya jika d(A,B)= |f(A) - f(B)|,
dengan A,B anggota L. Jika L sebuah garis sebarang, maka L memiliki sistem koordinat.

Postulat 4
Jika A, B sebarang maka d(A, B) = d(B, A).

Postulat 5 (Postulat Penempatan Penggaris)


Jika L sebuah garis dan P, Q anggota dari L, maka L memiliki sistem koordimam dengan P = 0 dan Q =
bilangan positif real.

Copyright©: Raden Muhammad Hadi a.k.a Hadimaster Page 7


Teorema :

Jika f adalah sistem koordinat untuk garis L dan g ( A )=−f ( A)maka gadalah
sistem koordinat untuk L.
Bukti:

F sistem koordinat untuk L jika dan hanya jika d ( A , B)=|f ( A )−f ( B)|. Akan dibuktikan
d ( A , B)=¿ g( A)−g(B)∨¿. Karena g( A)=−f ( A) dan g( B)=−f ( B) maka

d ( A , B)=¿ g( A)−g( B)∨¿∨−f ( A)+ f (B)∨¿∨f (B)−f ( A)∨¿ d (B , A). Q.E.D

Soal:

Tunjukkan kalau postulat 2, 3 dan postulat 4 merupakan konsekuensi dari postulat 5!

Jawab : Buktinya hampir sama dengan bukti teorema diatas.

Copyright©: Raden Muhammad Hadi a.k.a Hadimaster Page 8


Pertemuan – 3
Beberapa peta konsep

Keantaraan

Misal A , B , C 3 titik berbeda. B diantara A dan C dinotasikan dengan


A−B−C jika dan hanya jika ...

A , B , C ko-linear d ( A , B ) + d ( B ,C )=d( A , B)

Bentuk Pernyataan II

Sifat Syarat

Ex : Jika ∆ ABC ≅ ∆ PQR , maka ... Ex : ..., maka ∆ ABC ≅ ∆ PQR

Set Theory of Betweenness and Congruence

Misalkan pada suatu garis lterdapat titik A dan B. Perhatikan ilustrasi berikut:

Dari ilustrasi diatas dapat diambil beberapa jenis himpunan garis, diantaranya ruas garis dan
sinar :

1) Ruas garis
´ { A , B } ∪{P∨ A−P−B}
Ruas garis AB=

2) Sinar
´ ∪{Q∨ A−B−Q }
AB={ A , B } ∪ { P| A−P−B−⋯−n } atau AB
Sinar ⃗

Copyright©: Raden Muhammad Hadi a.k.a Hadimaster Page 9


Konsep Kongruensi
´ dan PQ
Misal terdapat ruas garis AB ´ , maka AB= ´ artinya AB ⊂ PQ dan PQ ⊂ AB.
´ PQ

Konsep Kongruensi Ruas Garis


´ jika dan hanya jika AB=PQ atau
´ dikatakan kongruen dengan PQ
Ruas garis AB
´ ≅ PQ
AB ´ ⟺ d ( A , B)=d ( P ,Q)

Sudut

Sudut adalah gabungan 2 sinar yang titik pangkalnya berimpit. Dalam himpunan dinotasikan
sebagai ∠ ABC=⃗ BA ∪ ⃗
BC

Ukuran sudut

QR ∪ ⃗
Misal terdapat sinar ⃗ QP sedemikian sehingga membentuk sudut ∠ PQR. Ukuran sudut
didefenisikan sebagai jarak ter-minimal titik P menuju R. Ukuran sudut dinotasikan sebagai
m∠ PQR. Terdapat 2 kriteria ukuran sudut:

1) Ukuran sudut merupakan pemetaan himpunan sudut ke bilangan real atau


f : Himp . sudut → R
2) Ukuran sudut f : ( ∠ ABC ) >0 ° atau 0 ° < ( ∠ ABC )< 180°

Postulat

Jika D pada interior ∠ ABC, maka m∠ ABD+ m∠ DBC=m∠ ABC

Copyright©: Raden Muhammad Hadi a.k.a Hadimaster Page 10


Pertemuan – 4
Soal:
´ suatu ruas garis, maka terdapat tepat satu titik tengah, buktikan!
Jika AB

Bukti:

Perhatikan ilustrasi berikut!

1) Misalkan L adalah garis yang memuat AB ´ , maka terdapat sistem koordinat f pada
garis L sehingga f (A )=0 dan f (B)=x> 0
x −1 x
2) ∀ x ∈ R +¿⟹ y= 2 ¿, misal f ( y ) =c , f ( c )= = y
2
3) Selanjutnya akan ditunjukkan titik c adalah titik tengah AB ´ .
x x x
f ( AC ) =f ( C )−f ( A ) = −0= =x− =f ( B )−f (C )=CB
2 2 2
Artinya C titik tengah AB ´ . Q.E.D

Soal:

Jika terdapat 2 garis yang berpotongan, maka gabungannya terletak pada satu bidang,
buktikan!

Bukti:

Perhatikan ilustrasi berikut!

Misalkan l dan t berpotongan di C, maka terdapat A ∈l dan B∈ t sehingga A , B , C tidak


kolinear. Menurut aksioma insidensi 3, jika terdapat 3 titik yang tidak kolinear, maka dari 3
titik tersebut dapat ditarik garis yang menghubungkan 3 titik tersebut sehingga membentuk
sebuah bidang α sedemikian sehingga A , B , C ∈ α. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
gabungan 2 garis yang berpotongan terletak pada 1 bidang. Q.E.D

Copyright©: Raden Muhammad Hadi a.k.a Hadimaster Page 11


Pertemuan – 5
Beberapa peta konsep

Konveksitas

Konveks Bukan Konveks

´
Jika untuk setiap titik AB ´
Jika ada titik pada AB∉ E
anggota E , maka AB∈´ E

Konveks

Konveks (thin)

Konveks (small) Tidak konveks

Copyright©: Raden Muhammad Hadi a.k.a Hadimaster Page 12


Half-Plane (Setengah Bidang)

Perhatikan ilustrasi berikut.

Half-plane didefinisikan sebagai bidang E yang dibagi/dibatasi oleh garis L sehingga


membentuk 2 buah bidang yang saling disjoint/saling terpisah dan konveks di masing-masing
daerahnya yaitu H 1 dan H 2 atau dapat dinotasikan dengan teori himpunan:

E−L=H 1 ∪ H 2 dengan H 1 ∩ H 2=∅

Bidang H 1 didefinisikan sebagai berikut:

´ ∩ L=∅ }
H 1={Q∨ PQ

Sedangkan bidang H 2 didefinisikan sebagai berikut:

´ ∩ L≠∅,Q ∉L}
H 2={Q∨ PQ

Teorema Setengah bidang:

Teorema 1 : Postulat Pasch

Diberikan ∆ ABC, dan sebuah garis L di bidang yang sama. Jika L mengandung sebuah titik
E diantara A dan C, maka L memotong di salah satu sisi yaitu sisi AB
´ atau BC
´ .

Teorema 1 diilustrasikan sebagai berikut.

Bukti: Gunakan kontradiksi, andaikan L tidak memotong di salah satu sisi. Maka A dan B
berada di sisi yang sama dari L dan B dan C juga berada di sisi yang sama dari L sehingga A

Copyright©: Raden Muhammad Hadi a.k.a Hadimaster Page 13


dan C berada dalam sisi yang sama dari L. Ini merupakan kemustahilan karena E terdapat
diantara A dan C sehingga A−E−Csehingga seharusnya A dan C tidak berada di sisi yang
sama. Q.E.D

Teorema 2: Himpunan H 1 dan H 2 tidak kosong kedua-duanya.

Bukti: Gunakan kontradiksi. Misalkan kedua-duanya kosong, maka H 1 ∪ L ∪ H 2=L, padahal


L memisahkan bidang E menjadi half-plane yang saling disjoint. Maka haruslah
H 1 ∪ L ∪ H 2=E . Hal ini kontradiksi dengan pengandaian bahwa kedua-duanya kosong, maka
haruslah H 1 dan H 2 tidak kosong kedua-duanya. Q.E.D

Teorema 3: Baik himpunan H 1 maupun H 2 tidak kosong salah satu.

Bukti: Gunakan kontradiksi, misalkan salah satu dari half-plane kosong yaitu H 1, maka
H 1 ∪ L ∪ H 2=H 2. Hak ini kontradiksi karena seharusnya gabungan dari ketiganya
merupakan bidang yang tidak berbatas E, sedangkan H 2 memiliki batas di L. Maka haruslah
H 1 ∪ L ∪ H 2=E . Q.E.D

Teorema 4: H 1 paling sedikit mengandung 2 titik.

Bukti: Dengan menggunakan definisi bahwa L membagi bidang E menjadi half-plane yang
saling disjoint dan konveks di masing-masing daerahnya, maka cukup dengan mengambil
´
sebarang titik A dan B sehingga AB∈ H 1. Q.E.D

Teorema 5: H 1 paling tidak mengandung 3 titik yang tidak kolinear.

Bukti: Tanpa mengurangi generalisasi dengan menggunakan aksioma insidensi 3, maka


dapat diambil sebarang titik A , B , C ∈ H 1 sehingga dapat dibentuk bidang α ∈ H 1. Q.E.D

Copyright©: Raden Muhammad Hadi a.k.a Hadimaster Page 14


Pertemuan – 6
Beberapa peta konsep

Kongruensi ∆

´ ≅ CD
AB ´ ⟺ AB=
´ CD
´

∠ ABC ≅ ∠ PQR ⟺ m∠ ABC=m∠ PQR

∆ ABC ≅ ∆ PQR ⟺ …

∆ ABC ⟺ ∆ PQR

Korespondensi 1-1

∠ A ≅ ∠ P,∠ B ≅ ∠ Q ,∠C ≅ ∠R

´ ≅ PQ
AB ´ , BC
´ ≅ QR
´ , AC
´ ≅ PR
´

Soal:

Diketahui ∆ ABC sama kaki, AB ´ , buktikan ∠ B ≅ ∠ C !


´ ≅ AC

Bukti:

Perhatikan ilustrasi berikut:

Perhatikan bahwa

∆ ABC ≅ ∆ ACB
´ ≅ AC
AB ´

Copyright©: Raden Muhammad Hadi a.k.a Hadimaster Page 15


∠ A ≅ ∠ A( sifat refleksif )

´ ≅ CB
BC ´ (sifat refleksif )

Berdasarkan definisi sisi-sudut-sisi ∆ ABC ≅ ∆ ACB sehingga ∠ B ≅ ∠ C. Q.E.D

Soal:

Diketahui ∆ ABC ⟺ ∆ PQR, ∠ A ≅ ∠ P, AB ´ , ∠ B ≅ ∠Q. Buktikan bahwa ∆ ABC ≅ ∆ PQR


´ ≅ PQ
!

Bukti:

Perhatikan ilustrasi berikut!

Konstruksikan ruas garis P´R 1 sehingga Q ´R1 ≅ BC,


´ akibatnya

∆ ABC ≅ ∆ PQ R 1

∠ A≅∠ P

∠ B ≅ ∠Q

∠ C ≅∠ R 1

Perhatikan ∠ QPR dan ∠ BAC. Karena ∠ A ≅ ∠ P, maka dengan definisi kekongruenan sisi-
´ ≅ PQ
sudut-sisi diperoleh bahwa AB ´ , dan AC ´ sedemikian sehingga ∆ ABC ≅ ∆ PQR .
´ ≅ PR
Tapi berdasarkan hipotesis bahwa ∆ ABC ≅ ∆ PQ R 1 sehingga haruslah R1=R . Q.E.D

Soal:

1) Diketahui ∆ ABC ⟷ ∆ PQR, AB ´ , ∠ B ≅ ∠Q, dan ∠ C ≅∠ R. Buktikan


´ ≅ PQ
∆ ABC ≅ ∆ PQR!
2) Diketahui ∆ ABC siku-siku di C, dan ∆ PQR siku-siku di R. Bila AB´ ≅ PQ
´ dan
´ . Buktikan ∆ ABC ≅ ∆ PQR!
´ ≅ PR
AC
3) Diketahui ∆ ABC dengan titik D pada BC ´ sehingga AD ´ merupakan garis tinggi
∆ ABC. Jika m∠ ABC =m∠ ACB, buktikan AD ´ garis bagi ∠ BAC!

Copyright©: Raden Muhammad Hadi a.k.a Hadimaster Page 16


4) Diketahui ∆ ABC sama kaki dengan AC=BC, D titik tengah AC dan E titik tengah
BC. Pada perpanjangan AB terletak titik F dan pada perpanjangan BA terletak titik G
sehingga BF= AG. Buktikanlah DF =EG!
5) Diketahui ∆ ABC, m∠ ABC =m∠ ACB=70°, titik D pada AB ´ dan titik E pada AC ´
´ ⊥ AB
sehingga CD ´ dan BE⊥´ ´ . Buktikan AD= AE!
AC
6) Pada ∆ ABC, M titik tengah AB, D pada BC dan E pada AC sehingga AD dan BE
merupakan garis-garis tinggi segitiga. Buktikan MD=ME!

Copyright©: Raden Muhammad Hadi a.k.a Hadimaster Page 17


Pertemuan 7
Ketidaksamaan Geometri

Teorema-teorema Ketidaksamaan Geometri:

1) Sebarang sudut luar dari suatu segitiga lebih besar daripada setiap sudut yang berjauhan
dari sudut luar itu.
Bukti:
Perhatikan ilustrasi berikut!

Diketahui ∆ ABC dengan ∠ ACD merupakan sudut luar, akan dibuktikan (1)
∠ ACD>∠ ABC dan (2)∠ ACD>∠ BAC. Dengan menggunakan menggunakan
pemahaman mengenai sudut bersuplemen, kita akan membuktikan kedua pernyataan
tersebut. Perhatikan ilustrasi berikut!

m∠ DAC +m ∠ DAB=180° sebab pada CB ´ dipadang sudut yang berukuran 180 °.


∠ DAC dan ∠ DAB disebut sebagai pasangan linear. Maka ∠ DAC dan ∠ DAB saling
bersuplemen jika dan hanya jika m∠ DAC +m ∠ DAB=180°.
Maka dengan menggunakan postulat tersebut diketahui bahwa
m∠ ACD+ m∠ ACB=180° sedemikian sehingga m∠ ACD=180 °−m∠ ACB.
Konstruksikan ∆ A ' B ' C ≅ ∆ ABC seperti pada ilustrasi berikut

Dari ilustrasi dapat diketahui bahwa m∠ ACD+ m∠ ACB+m ∠ ACA '=180° sehingga
m∠ ACD=180 °−m∠ ACB−m ∠ ACA ' mengakibatkan bahwa ∠ ACD>∠ ACB.
Dengan cara yang analog dengan cara memperoleh ∠ ACD>∠ ACB, maka terbukti
bahwa ∠ ACD>∠ ABC dan ∠ ACD>∠ BAC. Q.E.D
2) Teorema akibat : Melalui suatu titik diluar suatu garis yang diketahui dibuat hanya satu
garis yang tegak lurus terhadap garis yang diketahui.

Copyright©: Raden Muhammad Hadi a.k.a Hadimaster Page 18


Bukti:
Perhatikan ilustrasi berikut!

Andaikan ada 2 garis yang melalui P tegak lurus garis L, yaitu pada PA dan PC.
Perhatikan ∆ PAC, ∠ PCD adalah sudut luar ∆ PAC. Menurut teorema sebelumnya,
∠ PCD>∠ PAC, bertentangan dengan m∠ PAC =m∠ PCD=90 °, akibatnya pengandaian
salah, seharusnya ∠ PCD ≅ ∠ PAC sehingga satu-satunya garis yang tegak lurus terhadap
garis L hanyalah PA atau PC. Q.E.D
3) Jika dari sebuah segitiga diketahui dua sisinya tidak kongruen, maka sudut-sudut
dihadapan sisi itu tidak kongruen. Sudut yang lebih besar terletak dihadapan sisi yang
lebih panjang.
Bukti:
Perhatikan ilustrasi berikut!

Diketahui AB≠ AC, AB< AC. Akan dibuktikan bahwa m∠ ABC ≠ m∠ ACB sehingga
m∠ ABC >m ∠ ACB. Konstruksi D pada BC sehingga AD= AB. ∆ ABD sama kaki
sehingga m∠ ABC =m∠ ADB. Pada ∆ ABD, ∠ ADB sudut luar. Menurut teorema 1
diperoleh
m∠ ADC >m∠ ACD
m∠ ADC=m∠ ABC
Sehingga m∠ ABC >m ∠ ACB menyebabkan m∠ ABC ≠ m∠ ACB. Q.E.D
4) Jika dari sebuah segitiga diketahui dua sudutnya tidak kongruen, maka sisi-sisi dihadapan
sudut itu tidak kongruen sehingga sisi yang lebih panjang terletak dihadapan sudut yang
lebih besar.
Bukti:
Perhatikan ilustrasi berikut!

Diketahui ∆ ABC dengan ∠ B<∠C. Akan dibuktikan AC


´ < AB
´ .

Copyright©: Raden Muhammad Hadi a.k.a Hadimaster Page 19


 Jika AC ´ maka dengan teorema segitiga sama kaki didapat bahwa ∠ B ≅ ∠ C , dan
´ ≅ AB,
ini tidak sesuai dengan hipotesis,
 Jika AC ´ maka dengan teorema 3 didapat bahwa ∠ B>∠C , dan ini juga tidak
´ > AB,
sesuai dengan hipotesis,
´ < AB
Maka kemungkinan besar bahwa AC ´ , yang sesuai dengan hipotesis. Q.E.D

5) Segmen terpendek yang menghubungkan sebuah titik ke sebuah garis adalah segmen
yang tegak lurus dengan garis itu.
Bukti:
Perhatikan ilustrasi berikut!

Diketahui L sebuah garis, P titik diluar L, Q merupakan titik yang menyebabkan PQ


´
tegak lurus L, dan R titik lain pada L. Akan dibuktikan PQ<
´ PR ´ .
Misalkan S titik lain pada L sedemikian sehingga S−Q−R, maka ∠ PQS sudut luar
∆ PQR. Maka dengan menggunakan teorema sebelumnya diperoleh ∠ PQS> ∠PRQ.
Karena PQ ´ ⊥ L diperoleh bahwa ∠ PQS ≅ ∠PQR, sehingga ∠ PQR>∠ PR Q. Dengan
teorema sebelumnya diperoleh bahwa PR> ´ PQ´ atau PQ<
´ PR´ . Q.E.D
6) Teorema Ketidaksamaan Segitiga. Dalam sembarang segitiga, jumlah sembarang dua
sisi lebih besar daripada sisi yang ketiga.
Bukti:
Perhatikan ilustrasi berikut!

Diketahui A , B , C tidak kolinear. Akan dibuktikan AB+ BC > AC. Misalkan D titik pada
CB sedemikian sehingga C−B−D dan BD= ´ BA ´ , maka CD= AB +BC …(1)
Sekarang B merupakan interior ∠ DAC. Dengan teorema sudut diperoleh
∠ DAB<∠ DAC …(2)
Semenjak ∆ BAD sama kaki, dengan BD= ´ BA ´ , maka ∠ D ≅ ∠ DAC …(3)
Dengan mengaplikasikan teorema 5 pada ∆ ADC diperoleh
´ > AC
CD ´ …(4 )
Dari (1) dan (4) diperoleh
AB+ BC > AC
Q.E.D

Copyright©: Raden Muhammad Hadi a.k.a Hadimaster Page 20


7) Dari dua segitiga yang diketahui, jika 2 sisi segitiga pertama kongruen dengan berturut-
turut dua sisi segitiga kedua dan sudut yang diapitnya lebih besar daripada sudut yang
diapit oleh 2 segitiga yang kedua, maka sisi dari segitiga pertama lebih panjang dari sisi
ketiga dari segitiga yang kedua.
8) Teorema Sisi-Sudut-Sisi. Diketahui korespondensi diantara dua segitiga. Jika dua sudut
dan sebuah sisi yang berkorespondensi dari segitiga pertama kongruen dengan bagian-
bagian yang berkorespondensi pada segitiga yang kedua, maka korespondensi itu
merupakan sebuah korespondensi.
Bukti:
Perhatikan ilustrasi berikut!

Diketahui ∆ ABC dan ∆≝¿ dimana ∆ ABC ⟷ ∆≝¿, Jika AB ´ ≅ DE´ dan
∠ A ≅ ∠ D dan ∠ C ≅∠ F. Akan dibuktikan ∆ ABC ≅ ∆≝¿.
Misal F ’ titik pada DF ´ ' ≅ AC
´ sedemikian sehingga DF ´ . Dengan definisi Sisi-Sudut-Sisi
diperoleh ∆ ABC ≅ ∆≝' sehingga ∠ F ' ≅∠ C ≅ ∠ F. Tapi kita harus memiliki D−F−F ’,
D−F ’−F atau F=F ’.
 Jika D−F−F ’, maka ∠ F sudut luar ∆ EFF ' sedemikian sehingga ∠ F>∠ F ' , ini
salah secara hipotesis,
 Jika D−F ’−F , maka ∠ F ' sudut luar ∆ EFF ' sedemikian sehingga ∠ F' >∠ F , ini
juga salah secara hipotesis,
Maka kemungkinan besar F ’=F sedemikian sehingga ∆ ABC ≅ ∆≝¿. Q.E.D
9) Teorema Hipotenusa-sisi siku-siku. Diketahui korespondensi diantar dua segitiga siku-
siku. Jika hipotenusa dan sebuah sisi siku-siku yang pertama berkorespondensi dari
segitiga pertama kongruen dengan bagian-bagian yang berkorespondensi pada segitiga
yang kedua, maka korespondensi itu merupakan sebuah korespondensi.
Bukti:
Perhatikan ilustrasi berikut!

Diketahui ∆ ABC dan ∆≝¿ sedemikian sehingga m∠ A=m ∠ D=90 °, AB ´ ≅ DE´ dan
´ . Akan dibuktikan ∆ ABC ≅ ∆≝¿.
´ ≅ EF
BC
´ ≅ AC
Misal G titik pada F-D-G dan DG ´ . Dengan menggunakan postulat sudut yang saling
bersuplemen diperoleh ∠ EDG adalah sudut siku-siku dan ∠ EDG ≅ ∠ BAC. Dengan
teorema Sisi-Sudut-Sisi diperoleh ∆ ABC ≅ ∆ DEG. Hal ini menyebabkan EG ´ ≅ BC´

Copyright©: Raden Muhammad Hadi a.k.a Hadimaster Page 21


sehingga EG ´ . Dengan teorema segitiga sama kaki, diperoleh ∠ F ≅ ∠ G. Dengan
´ ≅ EF
teorema Sisi-Sudut-Sudut diperoleh ∆ DEG ≅ ∆≝¿ sehingga ∆ ABC ≅ ∆≝¿. Q.E.D

Biodata Penulis
Nama : Raden Muhammad Hadi
Nickname : hadimaster, master, Hadi

Contact Person via blog dan e-mail


Blog : hadimaster-mymind.blogspot.com
e-mail : hadi_master65555@yahoo.co.id

Copyright©: Raden Muhammad Hadi a.k.a Hadimaster Page 22

Anda mungkin juga menyukai