Anda di halaman 1dari 9

15

Jurnal Pharmascience, Vol 2, No. 2, Oktober 2015, hal: 15 - 23


ISSN-Print. 2355 – 5386
ISSN-Online. 2460-9560
http://jps.ppjpu.unlam.ac.id/
Research Article

Korelasi Antara Kepatuhan Minum Obat dengan Kadar


Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus Rawat Jalan
di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
Riza Alfian
Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin
Email: riza_alfian89@yahoo.com

ABSTRAK
Diabetes melitus merupakan penyakit kelainan metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Prevalensi diabetes melitus di Kalimantan Selatan pada tahun 2013 sebesar 1,4%.
Ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat anti diabetika oral merupakan
faktor utama yang dapat menyebabkan tingginya kadar gula darah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan minum obat dan kadar gula darah
serta untuk mengetahui korelasi kepatuhan minum obat dengan kadar gula darah pada
pasien diabetes melitus. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan
pengambilan data secara prospektif selama periode bulan April sampai dengan Mei
2015. Subyek penelitian adalah pasien diabetes melitus rawat jalan di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin yang menerima obat
anti diabetika oral. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 110
pasien. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dan pengisian
lembar kuesioner kepatuhan Morisky Medication Adherence Scale (MMAS). Data kadar
gula darah diambil dari catatan medis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
kepatuhan minum obat pada pasien diabetes melitus rawat jalan yaitu tingkat
kepatuhan rendah (42,7%), tingkat kepatuhan sedang (39,1%), dan tingkat kepatuhan
tinggi (18,2%). Dengan rata-rata kadar gula darah puasa dan dua jam setealah makan
secara berturut-turut sebesar 156,04 ± 63,15 mg/dL dan 210.90 ± 80,76 mg/dL.
Terdapat korelasi yang bermakna antara kepatuhan minum obat dengan kadar gula
darah dua jam setelah makan (p<0,05) dengan arah korelasi yaitu negatif.

Kata Kunci—Diabetes melitus, Kepatuhan, MMAS, Kadar gula darah

Abstract
Diabetes mellitus is a one of metabolic diseases with characteristic chronic
hyperglycemia and abnormal metabolism carbohydrate, lipid and protein. The prevalence
of diabetes mellitus in South Borneo in 2013 was 1,4%. Non adherence in patients taking
oral anti-diabetic drugs are the main factors that cause high blood glycemic levels. The

Volume 2, Nomor 2 (2015) Jurnal Pharmascience


16

purpose of this study was to determine the relationship and level of medication adherence
on ambulatory diabetes mellitus spatients at internal disease polyclinic Dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin General Hospital. This study was conducted with a cross
sectional design to take patient data prospectively during the period from April until May,
2015. Subjects were ambulatory diabetes mellitus patients at internal disease polyclinic
general Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Hospital who had received oral anti-
diabetic. The sample who met the inclusion and exclusion criteria were 110 patients. The
data were collected by conducting interviews and completion Morisky Medication
Adherence Scale (MMAS) questionnaire. The blood glucose levels data was taken from
their medical records. The results showed that the level of medication adherence on
diabetes mellitus patient are low adherence level (42,7%), moderate levels of adherence
(39,1%%), and high levels of adherence (18,2%). The average of fasting blood glucose and
blood glucose two hours post prandial were 156,04 ± 63,15 mg/dL and 210.90 ± 80,76
mg/dL respectively. There were correlation between the adherence and the blood glucose
two hours post prandial (p<0,05), and the correlation were negative.

Keywords— Diabetes melitus, Adherence, MMAS, Blood Glycemic Level

I. LATAR BELAKANG energi karena kekurangan insulin.


Diabetes Melitus (DM) merupakan Komplikasi jangka panjang DM adalah
suatu penyakit kronis yang memerlukan kerusakan mata, gangguan pada jantung
strategi dan penanganan untuk mengurangi dan pembuluh darah, neuropati, dan stroke
berbagai resiko terkait peningkatan kadar (ADA, 2015).
glikemik. Diabetes Melitus seringkali Jumlah penderita DM di dunia pada
undiagnosed selama bertahun-tahun seluruh kelompok usia sebanyak 382 juta
karena kadar glikemik meningkat secara orang pada tahun 2013 dan diperkirakan
bertahap dan gejala yang dirasakan pasien meningkat 55 % menjadi 592 juta
masih ringan. Pasien dengan kondisi penderita pada tahun 2035. China menjadi
peningkatan kadar glikemik memiliki negara dengan penderita DM terbanyak di
resiko untuk mengalami komplikasi dunia dengan 98,4 juta penderita,
penyakit mikrovaskuler dan kemudian diikuti oleh India dengan 65,1
makrovaskuler. Komplikasi jangka pendek juta penderita, dan Amerika Serikat
yang akan dialami penderita DM adalah dengan 24,4 juta penderita. Indonesia
kadar glikemik yang tinggi dalam waktu menduduki peringkat ketujuh untuk
yang panjang dapat menyebabkan penderita DM terbanyak di dunia dengan
kerusakan jaringan dan organ tubuh dan jumlah 8,5 juta penderita (IDF, 2013).
ketoacidosis yang terjadi saat tubuh tidak Prevalensi penyakit DM di Provinsi
mampu menggunakan glukosa sebagai

Volume 2, Nomor 2 (2015) Jurnal Pharmascience


17

Kalimantan Selatan menduduki peringkat Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh
ke 13 sebesar 1,4 % (Kemenkes, 2013). Banjarmasin. Sampel penelitian diambil
Ketidakpatuhan terhadap terapi diabetes dengan menggunakan metode consecutive
melitus adalah merupakan faktor kunci sampling. Kriteri inklusi dalam penelitian ini
yang menghalangi pengontrolan kadar adalah Pasien yang terdiagnosa diabetes
gula darah sehingga berpengaruh terhadap melitus berusia 18-65 tahun yang
hasil terapi. Penyebab ketidakpatuhan mendapatkan obat anti-diabetika oral.
sangat kompleks termasuk kompleksitas Kriteria eksklusinya adalah pasien yang
regimen obat, perilaku, biaya obat, usia, mengalami ketulian, buta huruf , hamil dan
rendahnya dukungan sosial, dan problem pasien dengan data kadar gula daarah yang
kognitif (Aronson, 2007). Ketidakpatuhan tidak lengkap. Data penelitian
terhadap pengobatan penderita diabetes dikumpulkan dari April sampai Mei 2015.
melitus dapat dikaitkan dengan Pengumpulan data dilakukan dengan
peningkatan jumlah pasien rawat inap dan melakukan wawancara dan mengisi
meningkatnya angka mortalitas. Perkiraan kuesioner pengukuran tingkat kepatuhan
yang ada menyatakan bahwa 20 % dari pasien diabetes melitus. Uji pendahuluan
jumlah pasien rawat inap dirumah sakit untuk menentukan validitas dan reliabilitas
adalah merupakan akibat dari kuesioner dilakukan pada 30 pasien.
ketidakpatuhan pasien terhadap Semua pertanyaan pada kuesioner
pengobatan (ADA, 2011). dinyatakan valid dengan nilai r hitung
Ketidakpatuhan dalam pengobatan semua pertanyaan lebih besar dari nilai r
diabetes mellitus perlu untuk diidentifikasi table (0,361), sedangakan nilai Cronbach
sedini mungkin agar dapat diberikan alpha kuesioner adalah 0,759 yang
intervensi untuk meningkatkan kepatuhan mengindikasikan bahwa kuesioner yang
minum obat. Peningkatan kepatuhan digunakan pada penelitian ini sudah
minum obat diharapkan dapat menunjang reliabel.
keberhasilan terapi berupa pengontrolan Data yang diperoleh dianalisis dengan
kadar gula darah. SPSS 20.00 dan data hasil analisis
ditampilkan dalam bentuk mean ± standar
II. BAHAN DAN METODE deviasi. Nilai P <0,05 dianggap secara
Penelitian ini menggunakan desain statistika signifikan.
cross sectional dengan pengambilan data
secara prospektif yang dilakukan di di
Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit

Volume 2, Nomor 2 (2015) Jurnal Pharmascience


18

III. HASIL DAN PEMBAHASAN tahun, 7 pasien yang menolak, 11 pasien


Penelitian ini diawali dengan terlewat, 50 pasien dengan data
pengumpulan data karakteristik pasien laboratorium yang tidak lengkap, 40
yang didapatkan dari lembar penilaian pasien dengan pengobatan non anti
kesehatan pasien dan data klinik yang diabetika oral, dan 2 pasien yang sudah
didapatkan dari rekam medis pasien. mengikuti studi pendahuluan.
Karakteristik data subjek penelitian dapat Berdasarkan karakteristik pasien,
dilihat pada tabel I. penelitian ini didominasi oleh pasien
perempuan. Berdasarkan usia didominasi
Tabel I. Karakteristik Pasien Diabetes
oleh pasien dengan usia diatas 50 tahun.
Melitus
Pada penelitian ini juga dilakukan
Jumlah
Karakteristik pasien penilaian tentang karakteristik riwayat
N=110 %
diabetes melitus, pendidikan, dan
Jenis Laki-Laki 47 42,73
Kelamin Perempuan 63 57,27 pekerjaan. Subjek penelitian didominasi
Usia 18-50 35 31,82 oleh subjek yang tidak mempunyai riwayat
(Tahun) 51- 65 75 68,18 diabetes melitus. Ditinjau dari pendidikan
Pendidikan 0-9 Tahun 72 65,45
didominasi oleh pendidikan kurang dari 9
>9 tahun 38 34,55
tahun. Ditinjau dari pekerjaan didominasi
Pekerjaan PNS 19 17,27
Wiraswasta 4 3,64
oleh ibu rumah tangga.
Swasta 18 16,36 Kepatuhan pasien berpengaruh terhadap
Ibu Rumah 44 40 keberhasilan suatu pengobatan. Hasil
Tangga terapi tidak akan mencapai tingkat optimal
Tidak bekerja 25 22,73
tanpa adanya kesadaran dari penderita itu
Riwayat Ada 35 32,73
sendiri. Ketidakpatuhan dalam meminum
Diabetes Tidak ada 75 67,27
Melitus obat dapat menjadi hambatan untuk
tercapainya usaha pengendalian kadar gula
Populasi terjangkau pada penelitian ini darah. Peningkatan kadar gula darah terus
sebanyak 280 pasien diabetes melitus. menerus dapat menyebabkan komplikasi
Sampel yang memenuhi kriteria inklusi jangka panjang yang mencakup kerusakan
sebanyak 110 pasien, sedangkan pasien makrovaskuler dan kerusakan
yang tidak memenuhi kriteria inklusi mikrovaskuler (Mandewo et al., 2014;
sebanyak 170 pasien yang terdiri dari 58 Sakthong et al., 2009). Pengukuran
pasien lanjut usia, 2 pasien kurang dari 18 kepatuhan pasien diabetes melitus rawat
jalan perlu dilakukan untuk mengetahui

Volume 2, Nomor 2 (2015) Jurnal Pharmascience


19

efektivitas kenaikan tingkat pengontrolan Hasil penelitian menunjukkan bahwa


kadar gula darah. Pendekatan yang pasien diabetes melitus dengan tingkat
dilakukan untuk mengukur kepatuhan kepatuhan tinggi 20 pasien (18,2%),
pengobatan bisa dengan self-reports, pill tingkat kepatuhan sedang 43 pasien
counts, rate of prescription refills, (39,1%), dan tingkat kepatuhan rendah 47
assessment of the patient’s clinical pasien (42,7%). Kuesioner MMAS
response, electronic medication monitors, menyediakan informasi mengenai
measurement of physiological markers, kebiasaan yang berhubungan dengan
and patient diaries (Ho et al., 2009). rendahnya kepatuhan. Kebanyakan pasien
Sekarang ini telah dikembangkan cara diabetes melitus mengabaikan akan
pengukuran yang lebih obyektif untuk pentingnya pengobatan anti diabetika oral
mengevaluasi kepatuhan yakni the new 8 hal ini yang mungkin disebabkan oleh
item self report Morisky Medication ketidaksengajaan (contohnya kelalaian
Adherence Scale (MMAS). MMAS atau terlupa minum obat), sengaja (tidak
merupakan kuesioner yang digunakan minum obat saat merasa penyakitnya
untuk mengukur kepatuhan penggunaan bertambah parah atau membaik), dan
obat anti diabetika oral. Kuesioner MMAS kurangnya pengetahuan tentang diabetes
dapat mengidentifikasi masalah kepatuhan melitus dan tujuan pengobatannya.
dan memantau kepatuhan pasien selama Diabetes melitus merupakan penyakit
terapi dengan lebih sederhana dan praktis kronis yang pengobatannya harus terus-
(Morisky et al., 2008). menerus agar kadar gula darah tetap
Pada penelitian ini hasil pengukuran terkontrol untuk menghindari terjadinya
kepatuhan penggunaan obat anti diabetika komplikasi. Rendahnya kepatuhan minum
oral di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD obat pada pasien diabetes melitus
Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin kebanyakan disebabkan karena banyaknya
selama periode bulan April – Mei 2015 regimen obat sehingga tujuan terapi obat
dapat dilihat pada tabel II. antihipoglikemik oral tidak tercapai. Tabel
III menunjukkan ketidakpatuhan pasien
Tabel II. Tingkat kepatuhan pasien
dalam pengobatan disebabkan karena
diabetes melitus
Kepatuhan Jumlah % pasien sering lupa meminum obat,
pemahaman pasien yang kurang akan
Tinggi 20 18.2
penyakit diabetes melitus dan
Sedang 43 39.1
pengobatannya sehingga sengaja tidak
Rendah 47 42.7
meminum obat anti diabetika oral mereka.

Volume 2, Nomor 2 (2015) Jurnal Pharmascience


20

Tabel III. Alasan ketidakpatuhan pasien berbagai faktor diantaranya adalah


ketepatan dalam pemilihan obat anti
No Alasan Jumlah (%)
Ketidakpatuhan diabetika oral serta frekuensi maupun
dosis yang sesuai dengan kondisi pasien,
1 Lupa 56 50,91
modifikasi gaya hidup, pengaturan pola
2 Sengaja tidak 25 22,73
minum obat makan dan faktor kepatuhan pasien dalam
pengobatan.
3 Terganggu oleh 38 34,55
keharusan minum
Mg/dl
obat
210,9
250
4 Kondisi lebih 23 20,91 156,04
buruk 200
150
5 Kondisi lebih baik 25 22,73
100
50
Ketidakpatuhan terapi anti diabetika 0
GDP GD 2JPP
oral dapat menyebabkan kadar gula darah
Gambar 1. Rata-Rata Kadar Gula Darah
tidak terkontrol. Kadar gula darah yang
tidak terkontrol dapat menyebabkan Pasien yang patuh hanya karena
komplikasi penyakit seperti penyakit perintah dari dokter merupakan kepatuhan
kardiovaskuler, gangguan ginjal, dan yang sangat tidak diharapkan melainkan
penyakit serebrovaskuler. Tujuan dari kepatuhan yang timbul atas kesadaran diri
terapi diabetes melitus adalah untuk sendiri pasien yang sering disebut dengan
mengurangi morbiditas dan mortalitas istilah adherence. Kepatuhan adherence
dengan meningkatkan kepatuhan serta memiliki arti bahwa pasien paham akan
mencegah, mendeteksi, dan mengelola penyakit diabetes melitus yang dialaminya
komplikasi diabetes melitus (Standiford et dan mengerti akan pengobatan diabetes
al., 2014). Rata-rata kadar gula darah melitus yang harus dilakukan terus-
puasa pasien diabetes melitus di Poliklinik menerus agar terkontrolnya kadar gula
Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum darah pasien tersebut.
Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh Salah satu faktor yang mempengaruhi
Banjarmasin sebesar 156,04 ± 63,15 mg/dl dalam penurunan kadar gula darah adalah
dan rata-rata kadar gula darah 2 jam kepatuhan dalam terapi pengobatan
setelah makan sebesar 210,90 ± 80,76 diabetes melitus, oleh karena itu kepatuhan
mg/dl, tersaji pada gambar 1. Penurunan sangat erat hubungannya dengan kadar
kadar gula darah dipengaruhi oleh gula darah. Semakin tinggi tingkat

Volume 2, Nomor 2 (2015) Jurnal Pharmascience


21

kepatuhan pasien maka kadar gula darah Tabel IV. Uji Korelasi Kepatuhan
akan turun, sebaliknya semakin rendah dengan Kadar Gula Darah
kepatuhan minum obat pasien maka kadar
Kadar
gula darah tidak dapat terkontrol yang Gula Kepatuhan Kesimpulan
artinya kadar gula darah akan tetap tinggi. Darah
r -0,170 Terdapat
Untuk mengetahui hubungan kepatuhan korelasi yang
dengan kadar gula darah maka dilakukan tidak bermakna
GDP antara
uji korelasi. p 0,077 kepatuhan dan
Hasil uji korelasi Spearman antara kadar gula darah
puasa.
kepatuhan dengan kadar gula darah puasa Terdapat
r -0,285
diperoleh hasil signifikansi 0,077 (p>0,05) korelasi yang
bermakna antara
menunjukkan bahwa korelasi antara kepatuhan dan
kepatuhan dan kadar gula darah puasa kadar gula darah
2 jam
tidak bermakna secara statistik. Sedangkan GD
postprandial
2JPP
hasil uji korelasi Spearman antara p 0,004 dengan arah
korelasi
kepatuhan dengan kadar gula darah 2 jam menunjukkan
setelah makan (postprandial) diperoleh korelasi negatif
dan kekuatan
hasil signifikansi 0,004 (p<0,05) korelasi lemah.
menunjukkan bahwa terdapat korelasi Pada pemeriksaan kadar gula darah
yang bermakna antara dua variabel yang puasa pasien diminta untuk berpuasa
diuji. Kekuatan korelasi antara kepatuhan selama kurang lebih 8-10 jam sebelum
dengan kadar gula darah 2 jam setelah dilakukan pemeriksaan. Korelasi yang
makan (postprandial) menunjukkan tidak bermakna antara kepatuhan minum
tingkat korelasi yang lemah dan arah obat dengan kadar gula darah puasa
korelasi menunjukkan korelasi negatif kemungkinan dikarenakan pasien sengaja
yaitu semakin tinggi kepatuhan maka tidak meminum obat. Pada saat pasien
kadar gula darah 2 jam setelah makan diabetes melitus berpuasa kadar glukosa di
(postprandial) akan semakin rendah. dalam darah hanya bergantung pada
Hasil Uji korelasi tersaji pada tabel IV. kemampuan pankreas untuk memproduksi
insulin agar glukosa darah dalam keadaan
normal dan sensitivitas reseptor insulin
pasien diabetes melitus itu sendiri tanpa
adanya bantuan dari obat antih diabetika

Volume 2, Nomor 2 (2015) Jurnal Pharmascience


22

oral. Setelah dilakukan pemeriksaan kadar DAFTAR PUSTAKA


gula darah puasa, pasien akan diminta
American Diabetes Association, 2015,
makan dan minum obat sebelum dilakukan Standards Of Medical Care IN
pemeriksaan kadar gula darah 2 jam Diabetes-2015, Diabetes Care., 38(1):
S01-S94.
setelah makan (postprandial), korelasi
American Diabetes Association, 2011,
yang bermakna antara kepatuhan dengan Illness And Treatment Perceptions Are
kadar gula darah 2 jam setelah makan Associated With Adherence To
Medications, Diet, And Exercise In
(postprandial) kemungkinan dikarenakan
Diabetic Patiens. Diabetes Care,
pasien diabetes melitus meminum obat 34:338.
yang membantu kemampuan pankreas Aronson, J.K., 2007, Compliance,
untuk mensekresi insulin dan Concordance, Adherence, Br J Clin
Pharmacol 63:4 383–384
meningkatakan sensitivitas reseptor insulin
IDF, 2013, IDF Diabetes Atlas Sixth
sehingga kadar gula darah mengalami Edition, International Diabetes
penurunan. Federation.
Ho, P.M., Chris, L.B, John, S.R., 2009,
IV. KESIMPULAN Medication Adherence Its Importance
in Cardiovascular, Circulation Journal,
Pada penelitian ini dapat disimpulkan
119:3029
bahwa tingkat kepatuhan minum obat Kementerian Kesehatan, 2013, Riset
pasien diabetes melitus rawat jalan di Kesehatan Dasar, Jakarta, Kementerian
Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Kesehatan RI.
Mandewo, W, Edward, E, Dodge., Auxilia,
Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh C.M., George, M., 2014, Non
Banjarmasin didominasi oleh pasien Adherence To Treatment Among
dengan tingkat kepatuhan rendah dengan Diabetic Patients Attending Outpatients
Clinic At Mutare Provincial Hospital
rata-rata kadar gula darah puasa 156,04 ±
Manicaland Province Zimbabwe,
63,15 mg/dl dan rata-rata kadar gula darah International Journal Of Scientific &
2 jam setelah makan sebesar 210,90 ± Technology Research, 3: 66.
Morisky, D.E., Ang, A., Krousel-Wood,
80,76 mg/dl. Hasil penelitian juga
M.A., Ward, H., 2008, Predictive
menunjukkan adanya korelasi yang Validity of A Medication Adherence
bermakna antara kepatuhan dan kadar gula Measure In An Outpatient Setting, J.
Health-Syst. Pharm, 10: 348-54
darah 2 jam postprandial dengan arah
Sakthong, P., Rossamalin, C., Rungpetch,
korelasi menunjukkan korelasi negatif dan C., Psychometric Properties Of The
kekuatan korelasi lemah. Thai Version Of The 8-Item Morisky
Medication Adherence Scale In Patients
With Type 2 Diabetes. Ann
Pharmacother. 2009;43:950–7

Volume 2, Nomor 2 (2015) Jurnal Pharmascience


23

Standisford, C.P., Sandeep, V., Hae, M.C.,


R, V.H., Caroline, R.R., Jennifer, A.W.,
2014, Management Of Type 2 Diabetes.
Clinical Care, 1.

Volume 2, Nomor 2 (2015) Jurnal Pharmascience

Anda mungkin juga menyukai