Anda di halaman 1dari 28

KARYA ILMIAH

Perbedaan Efek Penggunaan Getah Tanaman


Yodium dan Povidon Iodin untuk Penyembuh Luka
Untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia
Kelas XI PDCI

Disusun oleh :
“Kelompok 1”
1. Fajar Fatha Romadhan
2. Fajirotul Ifnani
3. Kristin Wulandari
4. Siti Rahmawati
5. Umi Nor Kasanah

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 NGAWI


TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Lembar Pengesahan

Karya tulis ilmiah yang berjudul “Perbedaan Efek Penggunaan Getah Tanaman Yodium

dan Povidon Iodin untuk Penyembuh Luka” ini diajukan sebagai tugas kurikulum mata

pelajaran bahasa indonesia tahun pelajaran 2018/2019 di Madrasah Aliyah Negeri 1 Ngawi

dan dinyatakan telah mendapat persetujuan sebagai karya tulis ilmiah.

1. Judul karya ilmiah : “Perbedaan Efek Penggunaan Getah Tanaman Yodium dan

Povidon Iodin untuk Penyembuh Luka”

2. Anggota kelompok :

1. Fajar Fatha Romadhan

2. Fajirotul Ifnani

3. Kristin Wulandari

4. Siti Rahmawati

5. Umi Nor Kasanah

Ngawi, 23 Juli 2019

Menyetujui,
Guru Pembimbing

Rintis Setyawati, M. Pd.


NIP. 1970099302005012002

ii
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat dan

Hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Perbedaan Efek

Penggunaan Getah Tanaman Yodium dan Povidon Iodin untuk Penyembuh Luka”

Dalam menyusun karya ilmiah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis

alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang terdekat, sehingga penulis

mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima

kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Rintis Setyawati, M. Pd. selaku Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia yang telah

membimbing kami.

2. Ibu dan Ayah, atas semua doa dan bantuan finansial untuk menyelesaikan karya ilmiah

ini.

3. Teman-teman Kelas XI PDCI yang telah memberikan semangat dan motivasi bagi

penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

Harapan kami bahwa karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk

menambah wawasan dan pengetahuan tentang Obat yang efektif untuk penyembuhan luka. 

Semoga makalah ini bisa dipahami dengan baik oleh pembaca dan berguna untuk

semua. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan yang kurang berkenan dan kami mohon

kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kebaikan di masa yang akan datang.

Ngawi, 23 Juli 2019

Penulis

iii
Daftar Isi
Lembar Pengesahan ii

Kata Pengantar iii

Daftar Isi iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Batasan Masalah 2

1.3 Rumusan Masalah 2

1.4 Tujuan 3

1.5 Manfaat 3

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Tanaman Yodium 4

2.2 Povidone Iodine5

2.3 Anatomi dan Fisiologi Kulit 6

2.4 Luka 8

2.5 Inflamasi pada Luka 9

BAB III METODE PENULISAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian* 12

3.2 Variabel Penelitian 12

3.3 Metode Pengambilan Data 12

3.4 Tehnik Analisis Data 13

iv
3.5 Langkah-Langkah Observasi 14

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 15

3.7 Prosedur Penelitian 15

3.8 Analisis Data 16

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan Panjang Luka 17

4.2 Hasil Pengamatan Keadaan dan lama Penyembuhan Luka 18

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan 20

5.2 Saran 20

Biodata Penulis 21

Daftar Pustaka 23
BAB I v

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Luka merupakan suatu keadaan dimana jaringan tubuh mengalami kerusakan yang

disebabkan beberapa faktor seperti trauma, gigitan hewan, goresan benda tajam dan

lainnya. Ada 2 macam luka berdasarkan penyebabnya, yaitu luka terbuka dan tertutup.

Salah satu contoh dari luka terbuka adalah insisi atau biasa disebut dengan luka sayat

dimana keadaanya adalah terdapat robekan pada kulit dan jaringannya.

Luka adalah masalah yang dianggap ringan dan sering dialami setiap orang,

padahal luka dapat menyebabkan infeksi. Kejadian infeksi masih menjadi masalah

kesehatan yang tinggi baik di negara maju maupun negara berkembang. Menurut

Departemen Kesehatan RI, tahun 2008 prevalensi untuk cedera luka terbuka di Indonesia

mencapai 25,4%. Luka yang disebabkan oleh pisau tidak terlalu parah akan tetapi jika

luka tersebut dibiarkan kering dengan sendirinya maka akan terjadi kontaminasi oleh

bakteri. Luka sekecil apapun juga harus memerlukan perawatan karena tidak menutup

kemungkinan luka tersebut akan mengalami infeksi.

Pada umumnya masyarakat menggunakan povidone iodine sebagai antiseptic untuk

penyembuhan luka. Namun penggunaan povidone iodine memiliki efek samping. Bahan

ini agak iritan dan dapat menimbulkan alergi serta meninggalkan residu. Studi

menunjukan efek samping povidone iodine antara lain: hipersensitivitas, dan iritasi lokal.

Selain pemanfaatan antibiotik tersebut, di lingkungan tempat tinggal kita banyak sekali

1
tanaman obat yang bermanfaat bagi kita dan dapat digunakan untuk menyembuhkan luka.

Salah satu tanaman obat yang ada di lingkungan sekitar kita adalah tanaman yodium.

Tanaman yodium adalah tanaman jenis semak yang dapat digunakan sebagai

antibiotik yang bersifat alami dan bebas dari bahan kimia sehingga tidak berdampak

negatif bagi kesehatan. Tanaman yodium (J. multifida L.) ini mengandung kampesterol,

alpha amirin, stigmaterol, 7 alpha diol, HCN dan beta-sitosterol, alkaloid (yang disebut

sebut penggumpal darah), flavonoid, saponin dan tanin dan mempunyai fungsi sebagai

antimikroba. Ekstrak dari berbagai bagian tanaman yodium memiliki aktifitas antimikroba

terhadap berbagai jenis bakteri patogen.

Penelitian mengenai perbedaan efek pemberian getah tanaman yodium (Jatropha

multifida), dan povidone iodine terhadap penyembuhan luka belum banyak dilakukan.

Sehingga penelitian ini ingin mengetahui bagaimana perbedaan dari pemberian getah

tanaman yodium dan povodon iodine.

1.2. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebaai berikut.

a. Saat ini Tanaman Yodium jarang ditemukan

b. Masyarakat lebih memilih ke praktisan

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah

sebagai berikut.

a. Bagaimana keadaan luka sayat terhadap perlakuan menggunakan getah tanaman

yodium (Jatropha multifida) dan povidone iodine?

b. Bagaimana pengaruh getah tanaman yodium (Jatropha multifida) dan povidone

iodine terhadap lama penyembuhan luka sayat?

2
c. Bagaimana pengaruh getah tanaman yodium (Jatropha multifida) dan povidone

iodine terhadap diameter luka sayat?

1.4. Tujuan 2

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi keadaan luka sayat terhadap perlakuan mengunakan getah

tanaman yodium (Jatropha multifida) dan povidone iodine terhadap.

b. Menganalisis pengaruh getah tanaman yodium (Jatropha multifida) dan povidone

iodine terhadap lamapenyembuhan luka sayat.

c. Menganalisis pengaruh getah tanaman yodium (Jatropha multifida) dan povidone

iodine terhadap diameter lukasayat.

1.5. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat bagi peneliti

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti

tentang manfaat tanaman obat yang ada di lingkungan sekitar.

2. Manfaat bagi pembimbing

Diharapkan dapat menjadi pedoman dan bahan acuan dalam memberikan

pengetahuan yang tepat tentang pemanfaatan tanaman obat sebagai obat alami

dalam penyembuhan luka.

3. Manfaat bagi masyarakat

Memberikan informasi dan wawasan pengetahuan bagi masyarakat tentang

manfaat tanaman obat dalam menyembuhkan luka.


BAB II 3

KAJIAN TEORI

2.1. Tanaman Yodium

Tanaman yodium (Jatropha multifida L.) merupakan tanaman jenis semak yang

memiliki banyak sekali khasiat sebagai obat tradisional, dan belum banyak masyarakat

Indonesia yang mengetahuinya. Beberapa masyarakat pedesaan memanfaatkan tanaman

yodium sebagai obat untuk luka baru.

2.1.1. Klasifikasi Tanaman Yodium

Klasifikasi tanaman Yodium sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Jatropha

Spesies : Jatropha multifida

2.1.2. Mekanisme Zat-Zat Kimia pada J.multifida dalam Penyembuhan Luka

Mekanisme zat-zat kimia pada getah yodium proses penyembuhan luka

berbeda-beda, seperti Mekanisme flavonoid sebagai antiinflamasi dapat melalui

beberapa jalur. Menurut Nijveldt dengan penghambatan aktivitas enzim


siklooksigenase (COX) dan lipooksigenase, penghambatan akumulasi leukosit,

penghambatan degranulasi neutrofil dan penghambatan pelepasan histamin.

Berbeda dengan flavonoid, mekanisme kerja dari saponin dalam penyembuhan

luka adalah menstimulasi pembentukan kolagen tipe 1 dan meningkatkan epitelisasi

4
jaringan. Selain itu, saponin juga dapat meningkatkan aktivitas antimikroba,

antioksidan dan mempercepat migrasi sel epitel. Zat tanin pada proses penyembuhan

luka bertindak sebagai antibakteri yang mekanisme kerjanya adalah dengan

mengganggu sintesa peptidoglikan sehingga pembentukan dinding sel menjadi tidak

sempurna. Hal tersebut membuat sel pada bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik

dan tekanan fisik sehingga menyebabkan kematian pada sel bakteri.

2.2. Povidone Iodine

2.2.1. Pengertian

Povidone iodine merupakan antiseptik yang sering kali digunakan dalam

penyembuhan luka dan sudah dipakai secara luas. Povidone iodine mampu

menciptakan lingkungan lembab dan dapat menginduksi angiogenesis. Selain itu

povidone iodine juga merupakan agen antimikroba yang efektif untuk desinfeksi

kulit dan pembersihan pra dan pascaoperasi.

2.2.2. Mekanisme Povidone Iodine pada Luka

Mekanisme kerja povidone sebagai antimikroba dimulai setelah kontak

langsung dengan jaringan, elemen iodine akan dilepaskan secara perlahan-lahan yang

kemudian akan menghambat metabolisme enzim bakteri dan mengganggu

multiplikasi bakteri yang mengakibatkan bakteri menjadi lemah. Penggunaan iodine

dalam jumlah kecil dapat masuk ke dalam aliran darah, sehingga menyebabkan efek

sistemik dan mengakibatkan shock anoksia pada jaringan, tetapi penggunaan iodine
yang berlebihan dapat menghambat proses granulasi. Povidone iodine yang biasa

digunakan dalam perawatan luka hanya. Hasil suatu penelitian menyatakan bahwa

semakin tinggi konsentrasi iodine yang digunakan semakin mempercepat

penyembuhan luka.

2.3. Anatomi dan Fisiologi Kulit

Kulit merupakan jaringan atau lapisan paling luar tubuh yang menutupi seluruh

bagian tubuh dan melindungi tubuh dari bahaya yang berasal dari luar.

2.3.1. Lapisan-Lapisan Kulit

Kulit terdiri atas tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis dan subkutis yang

masing-masingnya memiliki fungsi yang bermacam-macam dan tersusun dari

beberapa jenis sel yang berbeda.

a. Epidermis

Epidermis merupakan bagian terluar dari kulit. Epidermis tersusun atas

jaringan epitel yang mengalami keratinisasi. Sel-sel pada jaringan ini sangat

rapat dan tidak memiliki pembuluh darah.

b. Dermis

Dermis merupakan lapisan yang terletak tepat dibawah epidermis. Jaringan

pada lapisan dermis merupakan jaringan ikat longgar dan terdiri atas sel-sel

fibroblast yang mengeluarkan protein kolagen dan elastin. Berbeda dengan

lapisan epidermis, pada lapisan dermis terdapat pembuluh darah. Selain

pembuluh darah terdapat saraf sensorik dan simpatis, folikel rambut, kelenjar

keringat, palit, sel mast, dan juga pembuluh limfe. Pembuluh darah yang

terdapat pada lapisan dermis berfungsi sebagai penyuplai makanan dan oksigen

dermis dan epidermis. Selain itu pembuluh darah pada lapisan ini juga berfungsi

3
membuang produk-produk sisa. Aliran darah dermis membuat tubuh dapat

mengontrol temperaturnya.

c. Lapisan Subkutis

Lapisan subkutis merupakan lapisan lanjutan dari dermis. Lapisan ini

tersusun atas jaringan ikat longgar yang berisi sel-sel lemak. Lapisan subkutis

adalah tempat penyimpanan kalori selain lemak dan apabila diperlukan dapat
6
dipecah menjadi sumber energi.

2.3.2. Fungsi Organ Kulit

Secara garis besar, beberapa fungsi dari organ kulit, antara lain adalah:

a. Fungsi proteksi

Yaitu menjaga bagian dalam tubuh dan gangguan infeksi luar terutama

gangguan dari mikroorganisme.

b. Fungsi absorbsi

Kulit yang sehat dengan konsistensi yang proporsional tidaklah mudah

menyerap air, larutan maupun benda padat. Kulit hanya dapat menyerap cairan

mudah menguap dan bersifat lipofil.

c. Fungsi ekskresi

Kelenjar di bawah kulit memproduksi zat sisa hasil metabolisme atau zat

ekskret yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh, zat ekskret tersebut dapat

berupa natrium klorida (NaCl), asam urat, urea dan amonia.

d. Fungsi persepsi

Terdapat ujung-ujung syaraf sensoris pada lapisan dermis dan subkutan.

Rangsangan dingin dideteksi oleh badan krause, panas oleh badan ruffini dan

sebagainya.

e. Fungsi pengaturan suhu tubuh


f. Fungsi pembentukan pigmen

Sel pembentuk pigmen terdapat di lapisan basal. Jumlah pigmen melanin

pada kulit akan menentukan warna kulit tersebut. Semakin banyak pigmen yang

dihasilkan, maka semakin gelap pula warna yang terlihat pada kulit.

2.4. Luka
7
Luka merupakan gangguan dari kondisi normal pada kulit. Luka adalah kerusakan

kontinuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain.Luka dapat

digambarkan sebagai gangguan dalam kontinuitas sel-sel yang kemudian akan diikuti

proses penyembuhan luka yang merupakan pemulihan kontinuitas tersebut. Luka dapat

diklasifikasi dalam 3 cara, yaitu :

1) Berdasarkan Mekanisme Cedera

a. Luka insisi atau luka sayat

Luka iris/sayat (vulnus scisum) adalah luka yang biasanya ditimbulkan oleh

irisan benda yang bertepi tajam seperti pisau, silet, parang dan sejenisnya. Luka

yang timbul biasanya berbentuk memanjang, tepi luka berbentuk lurus, tetapi

jaringan kulit di sekitar luka tidak mengalami kerusakan

b. Luka kontusi

c. Luka laserasi

d. Luka tusuk

2) Berdasarkan Tingkat Kontaminasi

a. Clean Wounds (Luka bersih)

b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi)

c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi)

d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi)


3) Berdasarkan Kedalaman dan Luasnya Luka

a. Stadium I : Luka Superfisial, yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis

kulit.

b. Stadium II : Luka Partial Thickness : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan

epidermis dan bagian atas dari dermis.

c. Stadium III : Luka Full Thickness : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi
8
kerusakan lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot.

d. Stadium IV : Luka Full Thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan

tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

2.5. Inflamasi pada Luka

Respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan suatu bentuk

respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh, zat kimia yang

merusak, trauma fisik atau zat-zat mikrobiologik adalah pengertian dari Inflamasi.

Inflamasi merupakan usaha tubuh untuk merusak organisme yang menyarang pada luka

dengan jalan menghilangkan zat iritan dan mengatur derajat perbaikan jaringan. Inflamasi

dicetuskan oleh pelepasan mediator kimiawi dari jaringan yang rusak dan migrasi sel.

Pada saat proses inflamasi sedang berlangsung, terjadi reaksi vaskular yang dimana

elemen-elemen darah, cairan, sel darah putih dan mediator kimia berkumpul pada infeksi

atau luka.

Adapun tanda-tanda pokok peradangan menurut Price and Wilson yaitu:

a. Rubor/eritema (kemerahan) adalah keadaan pertama saat luka atau infeksi

mengalami peradangan, eritema dapat terjadi karena banyak darah mengalir ke

dalam mikrosomal lokal pada tempat peradangan.


b. Kalor (panas), dapat muncul karena lebih banyak darah yang disalurkan pada

tempat peradangan dari pada yang disalurkan ke daerah normal. Fenomena panas

lokal ini tidak terlihat pada tempat peradangan jauh di dalam tubuh karena jaringan

sudah mempunyai suhu 37˚C.

c. Dolor (rasa sakit) terjadi karena pembengkakan jaringan sehingga mengakibatkan

peningkatan tekanan lokal dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat

kimia bioaktif lainnya.


9
d. Tumor/edema (pembengkakan) pengeluaran cairan-cairan ke jaringan interstisial.

e. Fungsio laesa (perubahan fungsi) merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal,

tetapi tidak diketahui secara mendalam dengan cara apa fungsi jaringan yang

meradang itu terganggu.

2.5.1. Mekanisme Terjadinya Inflamasi

Proses terjadinya inflamasi terbagi dalam dua fase:

a. Perubahan vascular

Respon vaskular pada tempat terjadinya cedera merupakan suatu yang

mendasar untuk reaksi inflamasi akut. Perubahan ini meliputi perubahan aliran

darah dan permeabilitas pembuluh darah. Perubahan aliran darah karena terjadi

dilatasi arteri lokal sehingga terjadi pertambahan aliran darah (hypermia) yang

disusul dengan perlambatan aliran darah. Akibatnya bagian tersebut menjadi

merah dan panas. Sel darah putih akan berkumpul di sepanjang dinding pembuluh

darah dengan cara menempel. Dinding pembuluh menjadi longgar susunannya

sehingga memungkinkan sel darah putih keluar melalui dinding pembuluh. Sel

darah putih bertindak sebagai sistem pertahanan untuk menghadapi serangan

benda-benda asing.

b. Pembentukan cairan inflamasi


Peningkatan permeabilitas pembuluh darah disertai dengan keluarnya sel

darah putih dan protein plasma ke dalam jaringan disebut eksudasi. Cairan inilah

yang menjadi dasar terjadinya pembengkakan. Pembengkakan menyebabkan

terjadinya tegangan dan tekanan pada sel syaraf sehingga menimbulkan rasa sakit

2.5.2. Proses Penyembuhan Luka


10
Proses penyembuhan luka adalah salah satu proses yang paling kompleks dan

melibatkan serangkaian reaksi-interaksi antara sel dan mediator. Menurut Guo dan

DiPietro, terdapat beberapa tahap dalam penyembuhan luka, diantaranya adalah :

a. Tahap pertama dimulai setelah terjadinya luka, yaitu penyempitan pembuluh

darah dan pembentukan bekuan fibrin. Setelah pendarahan dihentikan, sel

inflamasi berpindah pada luka dan memulai fase inflamasi dengan ditandai

infiltrasi berurutan neutrofil, makrofag dan limfosit.

b. Tahap kedua adalah fase proliferasi yang pada umumnya diikuti tahap ketiga

yakni fase inflamasi dengan ditandai proliferasi epitel dan migrasi matriks

sementara pada luka.

c. Tahap keempat disebut dengan fase remodeling, fase dimana regresi dari banyak

kapiler baru terbentuk, sehingga kepadatan pembuluh darah dari luka kembali

normal. Fase ini dapat bertahan selama bertahun-tahun.


11
BAB III

METODE PENULISAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Adapun waktu dan lokasi penelitian ini sebagai berikut :

Waktu : Mei-Juni 2019

Tempat :Sekolah

3.2. Variabel Penelitian

Variabel-variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variabel bebas / independen

Variabel bebas pada penelitian ini terdiri atas : getah tanaman yodium, , dan

povidone iodine.

b. Variabel terikat / dependen

Variabel terikat pada penelitian ini terdiri atas : panjang luka, proses luka

sembuh.

c. Variabel kontrol

Variabel kontrol pada penelitian ini terdiri atas : siswa siswi, berat badan siswa

siswi, dan umur siswa siswi.


3.3. Metode Pengambilan Data

Teknik yang di gunakan penelitian dalam pengumpulan data karya tulis ini adalah

sebagai berikut.

a. Studi Pustaka, yaitu dengan melakukan pencarian data melalui sumber-sumber

tertulis baik dari banyak buku maupun internet sebaai refrensi yan berkaitan dengan
12
masala yang di bahas dalam penelitin ini.

b. Observasi, mengamati tanaman yodium(obat alami) dan povidon iodin(obat kimia)

yang sama-sama diunakan untuk penyembuan luka.

c. Eksperimen,yaitu dengan menguji kandungan zat dalam tanaman yodium yang akan

dibandinkan dengan kandungan zat povidon iodin dalam penyembuan luka.

3.4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian, peneliti menggunakan

pendekatan kualitatif, maka diperlukan teknik langkah-langkah untuk menganalisa data-

data yang telah diperoleh. Teknik analisa data adalah suatu kegiatan yang mengacu pada

penelaahan atau pengujian yang sistematismengenai suatu hal dalam rangka mengetahui

bagian-bagian, hubungan diantara bagian, dan hubungan antara bagian dan keseluruhan.

Menurut Bodgan & Biklen bahwa: “Analisis data kualitatif adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang

dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada

orang lain”.

Teknik analisa data dilakukan sepanjang proses penelitian sejak penelitian

memasuki lapangan untuk mengumpulkan data, selanjutnya guna mengatasi

kemelencengan dalam pengumpulan data maka dilakukan triangulasi informasi baik dari
sumber data maupun triangulasi metode. Data yang dikumpulkan diperiksa kembali

bersama-sama dengan informan, langkah ini memungkinkan dilihat kembali akan

kebenaran informasi yang dikumpulkan, selain itu juga dilakukan cross check data

kepada narasumber lain dianggap faham terhadap masalah yang diteliti, sedangkan

triangulasi metode dilakukan untuk mencocokan informasi yang diperoleh dari satu

teknik pengumpulan datadengan teknik yang lainnya (observasi), terkait dengan itu

teknik analisis data yang akan ditempuh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data yang dikelompokkan selanjutnya disusun dalam bentuk narasi-

narasi, sehingga berbentuk rangkaian informasi yang bermakna sesuai dengan

masalah penelitian.

b. Reduksi Data : Kategorisasi dan mereduksi data, yaitu melakukan pengumpulan

terhadap informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian, selanjutnya data

dikelompokkan sesuai topik masalah.

c. Penyajian Data : Melakukan interpretasi data yaitu menginterpretasikan apa yang

telah diinterpretasikan informan terhadap masalah yang diteliti.

d. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/verification): Pengambilan kesimpulan

berdasarkan susunan narasi yang telah disusun pada tahap ketiga, sehingga dapat

memberi jawaban atas masalah penelitian. Dari ke empat tahap analisis data diatas

setiap bagian-bagian yang ada di dalamnya berkaitan satu sama lainnya, sehingga

saling berhubungan antara tahap yang satu dengan tahap yang lainnya.

3.5. Langkah-Langkah Obsevasi


Setelah tahap persiapan selesai,maka dilakukan pengambilan data dengan langkah

sebagai berikut.

a. Mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti buku refrensi , internet, artikel, dan

jua melakukan obserfasi di lapangan.


b. Mencari zat yan terkandung dalam tanaman yodium yang dapat dijadikan sebagai

acuan dalam bahan pembuatan obat alami penyembu luka serta mencari kandungan

dari povidon iodin dan efek dari pengunaannya.


14
c. Setelah zat-zat dari obat penyembuh luka ditemukan, peneliti melakukan uji coba

pengobatan secara langsung pada luka dengan dua jenis obat tersebut.

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan pada siswa dan siswi MAN Ngawi yang mengikuti Ekstra

Tataboga dan teriris ketika praktek membuat makanan.

3.7. Prosedur Penelitian

1. Persiapan getah tanaman yodium

a. Getah dikumpulkan langsung dari batang dengan cara memotong.

b. Batang dengan pisau.

c. Dimasukan ke dalam gelas.

d. Ditutup dengan menggunakan aluminium foil.

e. Pengumpulan getah dilakukan setiap kali pengobatan akan dilakukan.

2. Ukuran luka

Masing-masing jari ibu rumah tangga terluka sepanjan 0,5 cm dan hanya

sampai lapisan dermis.

3. Perlakuan Terhadap Siswa Dan Siswi

Sampel pertama adalah kelompok kontrol negatif (K0) yaitu luka sayat tanpa diberi

perlakuan, sampel, kedua adalah luka sayat yang diberi perlakuan penyembuhan

menggunakan Povidone Iodine sebagai kontrol positif (K1), sampel ketiga adalah luka sayat

yang diberi perlakuan penyembuhan menggunakan getah tanaman Yodium dalam penelitian
ini pemberian getah tanaman yodium, dan povidone iodine adalah dengan cara

meneteskannya pada luka dengan menyamaratakan setiap dosisnya sebanyak 2 tetes.

4. Perawatan Luka

Perawatan luka dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Mengecek keadaan luka

b. Mengukur panjang luka

c. Mencuci tangan yang teriris

d. mengelap luka dengan tisu basah

e. Memberikan pengobatan pada masing-masing kelompok perlakuan

f. memasan hansaplast

g. Pengobatan dilakukan sebanyak 2 kali per hari pada pukul 07.00 dan 17.00

5. Tahap Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan cara melihat lama penyembuhan dari tiap – tiap

perlakuan dan kontrol, Parameter pada penelitian ini yaitu dengan melihat adanya

eritema, pembengkakan, panjang luka dan luka menutup. Mulai dari jam pertama

terjadinya luka sampai dengan kulit sembuh seperti sediakala.

3.8. Analisis Data

Data dianalisis ,kemudian dilakukan uji untuk melihat beda rerata setiap kelompok

perlakuan. Jika terdapat perbedaan pada kelompok, dilakukan uji lanjutan untuk

mengetahui data pada kelompok mana yang mengalami perbedaan.


16
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan Panjang Luka

Dari serangkaian percobaan yang telah dilakukan pada 3 anak SMA untuk mengetahui

perbedaan efek pada luka sayat yang diberikan pengobatan menggunakan getah dari

tanaman yodium yang dibandingkan dengan Povidone iodine. Adapun hasil pengamatan

terhadap panjang luka disajikan pada Tabel 2.

Kelompok Pengamatan Panjang Luka Hari ke (cm)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K0 0.5 0,4 0,38 0,35 0,3 0,2 0,2 0,2 - -

K1 0.5 0,5 0,5 0,3 0,3 0,3 0,2 - -

K2 0.5 0,4 0,3 0,2 -

Tabel 2. Hasil Pengamatan Panjang Luka

Tabel 2 menjelaskan perubahan panjang luka yang diukur setiap harinya. Dapat dilihat

bahwa pada kelompok K0 dan K1 penutupan luka terlihat sangat lambat, hanya sekitar 0.05-

0.1cm setiap harinya. Sedangkan pada kelompok K2 sekitar 0.1-0.2cm setiap harinya.

17
0.6

0.5

0.4

K0
0.3 K1
K2
0.2

0.1

0
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9

Gambar 6. Grafik Rerata Pengamatan Diameter Luka (Hari)

Grafik tersebut diatas menunjukkan rerata penutupan diameter luka yang diamati

setiap harinya. Dapat dilihat bahwa kelompok K0 dan K1 penutupan diameter sangat lambat

jika dibandingkan dengan kelompok K2 yang sejak hari pertama pengamatan sudah

mengalami penutupan.

4.2. Hasil Pengamatan Keadaan dan Lama Penyembuhan Luka

Hasil pengamatan terhadap keadaan luka disajikan dalam pada Tabel 4.

Pengamatan Keadaan Luka (hari)


Kelompok
1 2 3 4 5 6 7 8 9
K0 •••• ••○○ ••○+ ••○+ ••+ ••+ •+ + o
K1 •••• ••○○ ••○○ ••○+ •○+ •+ + o
K2 ••○○ ••○+ •+ + o

Tabel 4. Hasil Pengamatan Keadaan Luka

Keterangan : • : Eritema ○ : Pembengkakan + : Luka mulai menutup o: Luka menutup


Tabel 4 menjelaskan keadaan luka pada setiap pengamatan. Parameter pengamatan

adalah dengan melihat adanya eritema, pembengkakan, panjang luka dan luka menutup. Hal

pertama yang terlihat pada daerah yang mengalami peradangan adalah eritema/kemerahan.
18
Kelompok kontrol (K0) luka mengalami eritema dari hari pertama pengamatan sampai

luka benar-benar akan menutup, sementara itu pembengkakan luka terjadi selama 3-4 hari

selama pengamatan. Diameter luka mulai mengalami penyempitan dihari kedua setelah

penyayatan, pada kelompok ini luka terlihat benar-benar menutup pada hari ke 8-9

pengamatan.

Kelompok perlakuan penyembuhan luka menggunakan Povidone Iodine (K1) terlihat

kemerahan pada luka (eritema) selama 6 hari pengamatan, sementara itu pembengkakan luka

pada kelompok K1 terjadi selama 3-4 hari pengamatan dengan diameter luka yang sudah

mulai menutup bersamaan dengan terjadinya pembengkakan. Dari hasil pengamatan yang

dilakukan, luka pada kelompok K1 benar-benar menutup pada hari ke 7-8 pengamatan, yaitu

dihari pertama dan ke-2 setelah eritema sudah tidak terlihat pada luka. Kelompok perlakuan

penyembuhan luka menggunakan getah tanaman yodium (K2) menunjukan bahwa eritema

pada luka hanya terjadi selama 2-3 hari setelah penyayatan, dan pembengkakan luka tidak

terjadi terlalu lama, hanya 2-3 hari saja. Penyempitan diameter luka terjadi lebih cepat dari 2

kelompok lain (K0 dan K1) yaitu dihari kedua setelah penyayatan. Luka benar-benar menutup

dihari pertama-kedua setelah eritema tidak muncul pada luka, yaitu 4-5 hari pengamatan.
19
BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Dari seluruh paparan yang ada, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut.

1. Getah dari tanaman yodium (Jatropha multifida) dapat mempengaruhi keadan luka

setelah penyayatan. Mempercepat hilangnya eritema dan pembengkakan pada luka.

2. Getah dari tanaman yodium (Jatropha multifida) dapat mempercepat proses penutupan

pada luka.

3. Hasil pengukuran diameter luka pada ketiga kelompok perlakuan tidak menunjukan

perbedan yang besar.

4. Getah dari tanaman yodium (Jatropha multifida) menjadi obat penyembuh luka yang

efektif dan murah.

5.2. Saran

1. Perlu dikaji penelitian lebih lanjut mengenai dosis getah yang paling efektif untuk

penyembuhan luka.

2. Diperlukan uji coba terhadap sampel lain dengan ukaran dan bentuk luka yang

berbeda.

3. Perlu dikaji lebih lanjut tentang waktu (pagi, sore, atau malam) pemberian getah.
4. Diharapkan tanaman yodium dapat dimanfaatkan dengan lebih efektif, terutama dalam

bentuk obat.

20
Daftar Pustaka

Tim Tentor Indonesia. 2015. The King Biologi SMA. Yogyakara: Forum Edukasi

Campbell, N.A, et al. 2004. Biologi, Jilid 3. Cetakan pertama. Jakarta: Erlangga

http://m-risal.blogspot.com/2017/02/contoh-kata-pengantar-proposal-penelitian.html

https://khanfarkhan.com/lembar-pengesahan/

https://www.materipertanian.com/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-yodium/

http://yohanalissogara.blogspot.com/2015/05/pengertian-luka-beserta-jeni8s.html

https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/proses-inflamasi-tubuh/

https://www.alodokter.com/povidone-iodine

http://eprints.ung.ac.id/10981/2/2015-1-1-84205-431411066-bab1-14072015120546.pdf
Biodata Penulis 23

Nama : Fajar Fatha Romadhan

TTL : Ngawi, 25 November 2002

Alamat : Ds. Tempuran Kec.

Paron Kab. Ngawi

Nama : Fajirotul Ifnani

TTL : Ngawi, 11 November 2003

Alamat : Dsn. Blembem Ds. Jenggreik

Kec. Kedunggalar Kab. Ngawi

Nama : Kristin Wulandari

TTL : Ngawi, 1 Januari 2003

Alamat : Ds. Kedungprahu Kec.

Padas Kab. Ngawi


21

Nama : Siti Rahmawati

TTL : Ngawi, 10 Maret 2003

Alamat : Jl. Sunan Kalijaga Ds.

Beran Kec./Kab. Ngawi

Nama : Umi Nor Kasanah

TTL : Ngawi, 22 September 2003

Alamat : Kec. Karangjati Kab. Ngawi

Anda mungkin juga menyukai