Anda di halaman 1dari 11

Laporan Tengah Semester

Acuan Perilaku Ekonomi dan Bisnis

“Flash Wash Laundry”

Disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester (UTS)


mata kuliah Acuan Perilaku Ekonomi dan Bisnis
Dosen Pengampu : Asmanedi, M.Si.

Disusun oleh :

Aina Namira Az-Zahra (1806225466)

Acuan Perilaku Ekonomi dan Bisnis

Semester Ganjil 2020/2021

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS INDONESIA

2020

i
Statement of Authorship

Saya/kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir
adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami
gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada
mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami menyatakan
dengan jelas bahwa saya/kami menyatakan menggunakannya.

Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Nama : Aina Namira Az-Zahra


NPM : 1806225466
Tandatangan :
Mata ajaran : Acuan Perilaku Ekonomi dan Bisnis
Judul makalah/tugas : Laporan Tengah Semester Acuan Perilaku Ekonomi dan Bisnis
“Flash Wash Laundry”
Tanggal : 2 November 2020
Dosen : Asmanedi, M.Si.

ii
DAFTAR ISI

Statement of Authorship ............................................................................................................ ii


PENGANTAR ........................................................................................................................... 1
I. IDENTITAS DAN KARAKTERISTIK PELAKU USAHA ................................................. 2
II. GAMBARAN TENTANG USAHA ..................................................................................... 3
III. GAMBARAN LINGKUNGAN SOSIAL ........................................................................... 4
IV. ACUAN USAHA ................................................................................................................ 5
IV. REFLEKSI ........................................................................................................................... 7

iii
PENGANTAR

Makalah Laporan Tengah Semester mata kuliah Acuan Perilaku Ekonomi dan Bisnis
disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas pengganti Ujian Tengah Semester (UTS) pada
semester ini. Makalah ini dibuat berdasarkan catatan lapangan satu, dua, dan tiga yang
bersumber dari wawancara dan pengamatan terhadap subjek pelaku usaha. Mata kuliah Acuan
Perilaku Ekonomi dan Bisnis memiliki tujuan untuk mengajak mahasiswa mencoba memahami
acuan pelaku ekonomi dan menggali lebih dalam mengenai bagaimana terbentuknya acuan
tersebut dengan cara menggali dinamika kehidupan, usaha, sejarah kehidupan, dan hal-hal lain
yang memiliki keterkaitan erat dengan subjek atau pelaku ekonomi. Metode pembelajaran yang
diterapkan pada mata kuliah ini adalah metode induktif, yaitu pembelajaran secara langsung
dari realita dan fakta yang terjadi, bukan melalui asumsi dan tidak hanya mengandalkan teori
yang ada. Selaras dengan tujuan tersebut, makalah ini berisi galian terhadap hal-hal yang
menjadi acuan subjek pelaku usaha dalam membuat suatu usaha. Berdasarkan hasil wawancara
dan pengamatan, acuan tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, seperti dinamika
kehidupan yang terdiri dari masa kecil, masa remaja, masa dewasa, dan lain-lain. Selain itu,
acuan pun dapat dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, ekonomi, atau bahkan politik. Pada
makalah ini, penulis akan melakukan penggalian lebih dalam terhadap acuan subjek pelaku
usaha dalam membuat usahanya berdasarkan jenis usaha.

1
I. IDENTITAS DAN KARAKTERISTIK PELAKU USAHA

Flash Wash Laundry adalah sebuah usaha penatu (laundry) kiloan rumahan yang
didirikan pada tahun 2017 dan berlokasi di Jalan Penganten Ali No.29, Ciracas, Jakarta Timur.
Pemiliknya bernama Ibu Nendah Jubaedah. Ibu Nendah merupakan seorang ibu rumah tangga
kelahiran Bandung pada tanggal 20 Juni 1969. Saat ini, Ibu Nendah memiliki tiga anak
perempuan yang bernama Khalda, Balqis, dan Aina. Salah satu anak perempuannya, Khalda,
sudah menikah dan memiliki satu anak laki-laki. Dalam kesehariannya, Ibu Nendah turut
membantu karyawannya mengurus cucian pelanggan dan juga mengurus cucu laki-lakinya
dikarenakan kedua orangtuanya yang harus bekerja sampai malam. Kedua anak perempuan
Ibu Nendah yang lainnya saat ini sedang menempuh pendidikan magister dan sarjana di bidang
Ekonomi di Universitas Indonesia. Suami Ibu Nendah bernama Bapak Asep yang merupakan
seorang karyawan perusahaan BUMN yang dikala pandemi ini mengharuskannya untuk
bekerja dari rumah (work-from-home) sehingga tugas Ibu Nendah untuk mengurus cucu turut
dibantu oleh suaminya.
Ibu Nendah menghabiskan sebagian besar masa mudanya di tempat kelahirannya, yaitu
Bandung, Jawa Barat. Beliau merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dan memiliki latar
belakang keluarga yang cukup. Ayahnya adalah seorang pemilik pabrik batu bata, sedangkan
ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang menderita penyakit stroke dan meninggal pada
saat Ibu Nendah berusia 12 tahun. Sepeninggalan ibunya, kehidupan Ibu Nendah berpindah-
pindah, dari satu rumah saudara ke rumah saudaranya yang lain. Hal ini dikarenakan ayahnya
Ibu Nendah yang menikah lagi dengan saudara jauhnya sehingga Ibu Nendah memutuskan
untuk tinggal bersama saudaranya yang lain. Pada saat SMP, Ibu Nendah ikut dengan kakak
tirinya untuk tinggal dan bersekolah di Jakarta. Selama dua tahun, Ibu Nendah menuntut ilmu
di salah satu SMP di Jakarta dan aktif dalam memperjuangkan hak wanita untuk menggunakan
hijab ke sekolah. Lalu, beliau pindah kembali ke Bandung karena kakaknya dipindah tugaskan
ke luar kota yang cukup jauh. Saat kembali ke Bandung, Ibu Nendah tinggal bersama kakak
tirinya yang lain dan dibiayai sekolah sampai jenjang kuliah D3 di jurusan teknik lingkungan
ATPU oleh kakak tirinya dikarenakan usaha ayahnya yang mengalami pailit karena adanya
masalah internal.
Pertemuan Ibu Nendah dengan suaminya, Bapak Asep yang berusia satu tahun
diatasnya diawali saat keduanya bertemu pada acara keluarga besar dan sejak saat itu, Bapak
Asep sudah menandai Ibu Nendah untuk dijadikan istrinya kelak. Pada Januari 1993, keduanya
menikah dan langsung dikaruniai anak pertamanya pada akhir tahun. Tidak lama setelah itu,

2
Ibu Nendah dan keluarga kecilnya pindah ke Jakarta karena suaminya memang tinggal dan
sudah bekerja di Jakarta. Sejak kedatangannya di Jakarta, Ibu Nendah tinggal bersama mertua
dan keluarga kecilnya di Jalan Penganten Ali, Ciracas. Ibu Nendah dan suami sesungguhnya
merupakan saudara jauh dan keduanya berasal dari tanah Sunda.

II. GAMBARAN TENTANG USAHA

Flash Wash Laundry adalah sebuah usaha jasa pencucian atau penyetrikaan pakaian
yang biasa disebut penatu (laundry) kiloan rumahan dan berlokasi di Jalan Penganten Ali, lebih
tepatnya berada di halaman rumah milik keluarga Ibu Nendah. Didirikan pada Maret 2017,
Flash Wash Laundry sudah beroperasi hampir empat tahun untuk memberikan pelayanan
terbaiknya. Saat ini, Flash Wash Laundry sudah memiliki lebih dari sepuluh pelanggan tetap
setiap minggunya. Tidak hanya melayani cuci dan setrika, penatu (laundry) ini juga
menyediakan jasa antarjemput cucian tanpa dikenakan biaya tambahan yang kemudian menjadi
nilai tambah dari usaha ini. Para pelanggan tetap juga diberikan sebuah tas khusus untuk cucian
yang pada setiap tasnya sudah diberikan identitas pemilik cucian. Terdapat berbagai jenis
layanan yang ditawarkan oleh Flash Wash Laundry dengan variasi harga yang juga beragam,
seperti layanan express yang memiliki waktu pengerjaan selama sepuluh jam dan dikenakan
biaya Rp10.000/kg, lalu layanan kilat yang memiliki waktu pengerjaan selama satu hari dan
dikenakan biaya Rp8.000/kg, dan layanan standar yang membutuhkan waktu pengerjaan
selama dua hari dan dikenakan biaya Rp6.000/kg. Selain itu, Flash Wash Laundry juga
melayani permintaan pencucian barang tertentu, seperti boneka, karpet, dan sepatu.
Dalam menjalankan bisnisnya, Ibu Nendah dibantu oleh dua karyawan yang memiliki
pembagian tugas yang berbeda. Kedua karyawan tersebut bernama Bonah dan Bray. Bonah
memiliki tanggungjawab untuk mencuci, menjemur atau mengeringkan, dan menyetrika
pakaian, sedangkan Bray memiliki tugas untuk melakukan antarjemput cucian milik pelanggan
dan melakukan rekap pembayaran cucian antarjemput. Terkadang, apabila permintaan cucian
tinggi, biasanya terjadi saat pasca lebaran, maka Ibu Nendah akan merekrut pekerja lepas untuk
membantunya terutama dalam menyetrika pakaian. Pekerja lepas ini nantinya akan dibayar
sesuai dengan jumlah kilogram cucian yang disetrika pada hari itu. Para karyawan di Flash
Wash Laundry diberikan gaji dengan sistem perbulan, dan untuk Bonah akan mendapatkan
uang tambahan dari banyaknya jumlah kilogram cucian yang berhasil disetrika setiap
minggunya. Meskipun tidak mendapatkan uang harian, namun, karyawan Flash Wash Laundry
diberikan makan siang dan cemilan setiap harinya oleh Ibu Nendah.

3
III. GAMBARAN LINGKUNGAN SOSIAL

Flash Wash Laundry berlokasi di Jalan Penganten Ali No.29, Ciracas, Jakarta Timur,
atau lebih tepatnya berada di halaman rumah milik keluarga Ibu Nendah. Terletak di pinggir
Jalan Penganten Ali, lokasi usaha ini dinilai strategis karena Jalan Penganten Ali merupakan
salah satu jalan utama yang diakses oleh pengendara bermotor. Selain itu, dapat ditemukan
beberapa cluster perumahan dan tempat usaha di sepanjang jalan ini. Flash Wash Laundry juga
berada persis di seberang proyek pembangunan Stasiun LRT City Ciracas dan Apartemen
Urban Signature sehingga memudahkan Flash Wash Laundry untuk ditemukan oleh pelanggan
karena memiliki patokan yang jelas. Di samping Flash Wash Laundry terdapat pujasera kecil
yang menjual berbagai macam makanan, seperti buah nanas asal Pemalang, nasi rames, es
kelapa, dan penjual minuman. Lalu, selain pujasera, di sekitar Flash Wash Laundry juga
terdapat restoran Bakso Rusuk Joss, Roti Bakar 88, Tomyam Kuy, dan PT Ciracasindo Perdana
(pabrik Sunfresh). Di lingkungan sekitar Flash Wash Laundry juga terdapat banyak kontrakan
yang dihuni oleh para pekerja baik dari Bakso Rusuk Joss, pabrik Sunfresh, Roti Bakar 88,
Bike Spa, maupun gudang barang bekas. Para pekerja inilah yang menjadi sasaran target
pelanggan oleh Flash Wash Laundry.

Gambar III.1 Denah Lokasi Flash Wash Laundry


Sumber: Olahan penulis

Kondisi lingkungan sosial sekitar Flash Wash Laundry terdiri dari masyarakat dengan
pekerjaan yang beragam, seperti penjual makanan, kuli proyek, pelayan restoran, polisi, guru,
buruh pabrik, dan lain-lain. Berdasarkan penuturan Ibu Nendah, sebagian besar pelanggan
Flash Wash Laundry merupakan para pekerja proyek di LRT City Ciracas, karyawan yang
bekerja di restoran Bakso Rusuk Joss, dan penghuni cluster perumahan yang berada di sekitar
Jalan Penganten Ali. Biasanya, pelanggan-pelanggan yang memilih untuk menggunakan jasa
Flash Wash Laundry ialah orang-orang yang setiap harinya harus bekerja sampai malam
sehingga tidak sempat untuk mencuci baju sendiri atau juga karena di rumah mereka tidak ada
alat mesin cuci. Selain itu, terdapat pula pelanggan yang sengaja menggunakan jasa penatu
(laundry) ini dikarenakan tidak mau repot dan malas untuk mencuci baju sendiri. Tidak jarang

4
pula sekolah-sekolah yang berada di sekitar Flash Wash Laundry menjadi pelanggan dan
mencuci perlengkapan sekolah, seperti gorden, mukena, dan sajadah di Flash Wash Laundry.

IV. ACUAN USAHA

Jiwa bisnis Ibu Nendah sejatinya sudah turun menurun dari Ayahnya yang merupakan
seorang pemilik pabrik batu bata di kota Bandung. Saat beranjak dewasa, Ibu Nendah
dikelilingi oleh saudara-saudaranya yang memiliki bisnis, seperti pemilik pabrik tahu, pemilik
perkebunan, warung kelontong, maupun katering. Hal ini menjadi salah satu motivasi Ibu
Nendah untuk memiliki bisnisnya sendiri sejak muda. Namun, beliau tidak mendapat dukungan
dari sekelilingnya dikarenakan kesulitan ekonomi yang sempat melanda keluarganya saat
pabrik batu bata milik ayahnya mengalami kebangkrutan. Saat itu, beliau hanya bisa membantu
tantenya berjualan kue-kue untuk menambah uang jajan. Maka dari itu, Ibu Nendah baru bisa
mewujudkan mimpi memiliki bisnisnya sendiri saat sudah berkeluarga dengan mendapat
dukungan modal dari suaminya.
Sebelum membuat usaha penatu (laundry), Ibu Nendah pernah mencoba berbisnis lebih
dari dua jenis usaha yang lain, yaitu berjualan sprei, baju tidur, makanan, dan memberikan
pinjaman. Namun, ternyata ketiga usahanya tersebut tidak ada yang bertahan lama. Saat
berjualan sprei dan baju tidur, Ibu Nendah menawarkan produknya kepada sesama ibu-ibu di
sekolah anaknya, teman-teman arisan, dan tetangga. Tetapi, banyak dari pelanggannya tersebut
yang berutang dan tidak kunjung bayar walaupun sudah ditagih, atau bahkan sengaja pergi
tanpa membayar utanganya. Maka dari itu, suami Ibu Nendah menyuruhnya untuk berhenti
berjualan karena bukannya mendapat untung, beliau malah mengalami kerugian. Ibu Nendah
akhirnya berhenti berjualan sprei dan baju tidur. Lalu, beberapa tahun kemudian, Ibu Nendah
mendapat tawaran untuk bisa menitipkan makanan hasil masakannya di warung makan salah
satu saudaranya. Ibu Nendah menerima tawaran tersebut dengan senang. Sayangnya, baru
enam bulan berjalan, warung tersebut mengalami kerugian karena sedikitnya pelanggan yang
datang. Akhirnya, saudara Ibu Nendah memutuskan untuk menutup warung makan tersebut.
Pada awal tahun 2017, kejadian yang sama pun terjadi saat beliau mencoba untuk membuat
usaha memberikan pinjaman kepada tetangga sekitar dengan dibantu oleh pembantu yang ada
di rumah. Tetapi, bukan untung yang didapat melainkan pembantu tersebut melakukan
kecurangan dengan mengambil uang setoran yang diberikan para nasabah dan tidak diserahkan
kepada Ibu Nendah sehingga kerugian tidak bisa dihindarkan. Sebagai seseorang yang beretnis
sunda dan cenderung memiliki sifat lembut, pemaaf, dan mudah percaya, beliau menegur
pembantu tersebut secara halus dan menyuruhnya untuk berhenti bekerja dengan beliau.

5
Kembali menjadi ibu rumah tangga, Ibu Nendah mulai merasa kesepian yang kemudian
cenderung membuat kesehatannya menjadi menurun. Dalam kehidupan sehari-hari, Ibu
Nendah memang hanya sendirian di rumah dari pagi sampai sore dikarenakan suaminya yang
bekerja dan ketiga anaknya yang bersekolah sampai sore. Maka dari itu, suatu waktu Ibu
Nendah meminta izin kepada suaminya untuk membuat usaha penatu (laundry) di halaman
rumah agar beliau memiliki kesibukan yang lain dan tidak lagi merasa kesepian. Awalnya,
suaminya tidak menyetujui keputusan bisnis yang diambil oleh Ibu Nendah dan menyuruhnya
untuk mengurus rumah dan anak-anak saja. Selain itu, Bapak Asep juga mengatakan bahwa
jika Ibu Nendah memiliki usaha nanti pekerjaan rumah tidak ada yang mengerjakan dan
menjadi terbengkalai. Lalu, lambat laun suaminya, Bapak Asep menyadari bahwa rasa
kesepian dan ketidaksibukan Ibu Nendah benar membuat kesehatannya cenderung menurun,
terlebih Ibu Nendah menderita penyakit diabetes melitus tipe dua dan mengharuskannya untuk
melakukan lebih banyak gerak. Akhirnya, Bapak Asep menyetujui permintaan Ibu Nendah
untuk membuat usaha laundry. Anak-anak Ibu Nendah juga menyambut ide usahanya dengan
antusias sehingga semakin menambah semangat Ibu Nendah dalam melakukan yang terbaik
untuk usahanya.
Pemilihan jenis usaha ini, menurut Ibu Nendah, didasarkan atas adanya prospek yang
baik di masa depan karena belum memiliki saingan yang berada di sekitar lingkungan
rumahnya. Alasan ini diperkuat dengan dibangunnya proyek Stasiun LRT City Ciracas dan
Apartemen Urban Signature yang dinilai dapat membawa pelanggan-pelanggan baru, terlebih
saat proyek tersebut sudah rampung. Selain itu, Ibu Nendah juga merasa bahwa jasa pencucian
dan penyetrikaan masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat, terutama bagi mereka yang
bekerja seharian dan tidak sempat mencuci atau menyetrika bajunya, atau bahkan sesederhana
mereka yang tidak ingin merasa repot. Terdapat juga beberapa pelanggannya yang mengatakan
bahwa alasan mereka tidak mencuci sendiri adalah karena mahalnya peralatan untuk mencuci
dan dapat membuat tagihan listrik membengkak. Oleh sebab itu, Ibu Nendah menyimpulkan
bahwa usaha laundry kiloan rumahan adalah satu-satunya usaha yang cocok sesuai
keinginannya dan nilai yang ingin dia capai, seperti memberi manfaat, membantu sesama,
jujur, disiplin, pantang menyerah, dan tanggungjawab. Menurut Ibu Nendah, usaha laundry
juga tidak membutuhkan risiko yang tinggi dikarenakan hanya menyediakan layanan jasa,
bukan berupa usaha makanan yang membutuhkan modal lebih besar dan berisiko tinggi karena
menggunakan bahan-bahan yang harus dalam keadaan segar.
Pada masa awal pembuatan usaha Flash Wash Laundry, banyak cobaan yang datang
menghampiri usaha ini. Mulai dari salah satu karyawannya yang tidak jujur dan membawa

6
pergi uang pelanggan, atau membawa cucian pelanggan ke rumah karyawan dan mencuci
cuciannya sendiri agar uang yang didapatkan dapat dinikmati sendiri. Terdapat pula karyawan
yang sering meminjam uang atau berutang kepada pelanggan sehingga membuat pelanggan
risih dan melaporkannya kepada Ibu Nendah. Banyak pelanggan yang memilih untuk berhenti
berlangganan dan pindah ke laundry yang lain. Akhirnya, Ibu Nendah mengambil alih kembali
usahanya dan memutuskan untuk mengurusnya sendiri dalam beberapa bulan hingga beliau
bertemu dengan Bonah, salah satu karyawan yang dapat dipercaya dan patuh terhadap perintah
yang diberikan. Memasuki masa pandemi juga merupakan salah satu tantangan yang tidak
dapat dihindari oleh Flash Wash Laundry. Semenjak penerapan pembatasan skala sosial
berskala besar (PSBB) karena pandemi COVID-19, Sebagian besar pelanggan Flash Wash
Laundry memilih untuk berhenti berlangganan dan mencuci bajunya sendiri dengan alasan
Kesehatan. Padahal, Flash Wash Laundry sendiripun sudah berusaha sebaik mungkin untuk
menerapkan protokol Kesehatan baik saat proses pencucian maupun saat bertransaksi dengan
pelanggan. Dalam menghadapi tantangan tersebut, Ibu Nendah menuturkan bahwa beliau
masih belum melakukan suatu hal untuk menghadapi tantangan ini. Saat ini, beliau hanya
berusaha sebaik mungkin dalam melakukan proses pencucian dan penyetrikaan agar pelanggan
yang ada tidak kecewa. Beliau berencana untuk memberikan promo potongan harga dalam
rangka menarik kembali pelanggan untuk menggunakan jasa Flash Wash Laundry.
Seperti yang kita ketahui, pada dasarnya dalam membuat suatu usaha pastinya akan
ditemukan hambatan-hambatan yang menjadi proses seleksi bagi pelaku bisnis untuk tetap
bertahan atau berhenti. Sama halnya bagi Ibu Nendah dalam menekuni bisnis laundry ini.
Hambatan-hambatan yang dihadapi tidak pernah selesai dan selalu ada baik dari awal
berdirinya usaha laundry sampai memasuki masa pandemi ini. Tetapi, karena Ibu Nendah
memiliki nilai-nilai yang ingin dicapai, maka hal itu menjadi alasan Ibu Nendah untuk bertahan
menjalankan bisnisnya yang sudah memasuki tahun ke-empat dalam beroperasi.

IV. REFLEKSI

Berdasarkan segala hal yang telah diceritakan oleh Ibu Nendah terkait perjuangan dan
latar belakangnya dalam membuat bisnis Flash Wash Laundry, dapat disimpulkan bahwa
dalam membuat dan mempertahankan bisnis tidak akan pernah terlepas dari kerja keras dan
jatuh bangun. Banyak hal yang harus dikorbankan, mulai dari waktu, uang, kesehatan, dan lain-
lain. Namun, selain itu, terdapat banyak pelajaran yang dapat diambil. Pertama, meskipun
banyak kegagalan yang dialami oleh Ibu Nendah dalam membuat bisnis, beliau selalu siap

7
untuk bangkit dan memulai kembali tanpa adanya rasa ingin menyerah. Beliau juga senang
untuk meminta kritik dan saran kepada pelanggannya terkait pelayanan yang diberikan oleh
Flash Wash Laundry untuk dijadikan evaluasi agar dapat melakukan perbaikan. Lalu, Ibu
Nendah juga merupakan orang yang mandiri dan tekun, dimana beliau mengurus segala
keperluan laundrynya sendiri pada saat awal pembukaan Flash Wash Laundry, mulai dari
melayani pelanggan, mengurus cucian, menyetrika dan lain-lainnya. Beliau tetap melakukan
semuanya dengan senang hati dan tidak pernah mengeluh.
Setelah melakukan wawancara secara langsung dengan pelaku usaha, penulis
mendapatkan banyak hal baru dan bisa mengerti lebih dalam mengenai bagaimana proses
bisnis yang dilakukan oleh usaha laundry. Penulis juga menjadi terdorong untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai acuan-acuan pelaku usaha dalam membuat dan mempertahankan
bisnisnya, terutama saat menghadapi pandemi COVID-19 dari berbagai macam aspek yang
lain. Wawancara secara langsung dengan pelaku usaha juga memberikan manfaat baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap cara pandang penulis terhadap pembuatan suatu
bisnis beserta lika-likunya.

Anda mungkin juga menyukai