USAHA LAUNDRY
NAMA KELOMPOK 9 :
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
kepada kita semua. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah
Dinamika Lingkungan yang berjudul “ USAHA LAUNDRY “.
1. Bapak Pratama Sandi Alala, S. Pd., MT. Selaku dosen Dinamika Lingkungan
jurusan Teknik Lingkungan.
2. Semua pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
I.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
I.2 Permasalahan............................................................................................................2
I.3 Tujuan.......................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................3
II.1 Pengertian Laundry..................................................................................................3
II.2 Faktor-Faktor Munculnya Laundry..........................................................................3
II.3 Macam-Macam Limbah dan
Klasifikasinya………………………………………..5
II.4 Karakteristik Limbah Cair.......................................................................................7
BAB III METODOLOGI...................................................................................................9
III.1 Proses Laundry.......................................................................................................9
III.2 Kandungan Deterjen dalam Limbah Laundry.......................................................10
III.3 Cara Pengolahan Air Limbah...............................................................................11
III.4 Evaluasi Hasil Riset di Nayla Laundry.................................................................12
Analisis Membuka Usaha Laundry.............................................................12
Analisis Usaha Laundry Terhadap Lingkungan...........................................13
BAB IV KESIMPULAN..................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan bermodalkan mesin cuci dan ruangan tempat usaha yang memadai, serta
didukung lokasi yang strategis. Peluang usaha laundry merupakan peluang usaha yang
cukup banyak dikembangkan orang untuk saat ini. Laundry merupakan salah satu bentuk
layanan jasa bagi mereka yang selalu menginginkan hidup untuk lebih mudah. Melirik
dan mengembangkan peluang usaha laundry juga perlu analisa yang matang agar
kedepan usaha laundry yang pemilik usaha kembangkan tidak bangkrut.
Lokasi yang dipilih untuk membuka usaha laundry sangat diperlukan misalnya
usaha laundry yang dekat dengan perumahan atau perguruan tinggi. Para mahasiswa atau
pegawai kantor yang merasa cukup memiliki uang tentunya akan lebih suka untuk
mencuci pakaian mereka memakai jasa laundry karena lebih nyaman, mudah dan
memanjakan. Lokasi lain yang bisa pemilik usaha jadikan tempat laundry adalah kawasan
sulit air bersih. Kawasan sulit air bersih sangat membutuhkan usaha laundry terutama
bagi mereka para pendatang yang merasa rishi dengan kondisi air yang tidak bersih.
Lokasi lainnya yaitu daerah pariwisata juga merupakan Kawasan spesial yang cukup
efektif untuk mengelola sebuah usaha bisnis laundry. Di kawasan wisata biasanya orang
menetapkan tarif laundry dengan harga yang cukup mahal.
1
baik lagi menawarkan dan memberikan jasa pelayanan prima berupa jemput dan antar
hasil laundry ke alamat pelanggan yang terjangkau. Untuk mengembangkan peluang
usaha laundry, pemilik usaha juga bisa menjalin kerja sama dengan pihak-pihak seperti
hotel, hal ini akan lebih akan lebih efektif dilakukan di kawasan pariwisata.
I.2 Permasalahan
1. Untuk mengetahui jenis dampak dari limbah, dan pengolahan dari usaha laundry
ini.
2. Mengevaluasi hasil riset di Nayla Laundry
I.3 Tujuan
Tujuan dari meriset data ini adalah untuk mengidentifikasi proses jasa dan limbah
cair yang dihasilkan, menganalisis dampak limbah cair serta meminimalisirnya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Sihite Richard dalam bukunya laundry and dry cleaning ”untuk merawat
semua bahan-bahan taxtile yang menjadi milik hotel, harus senantiasa melakukan
operasinya sesuai dengan rencana kerja, baik secara harian maupun bulanan yang telah
ditentukan oleh pemimpin”.
Menurut Rumekso dalam bukunya house keeping hotel “laundry adalah salah
satu bagian dari house keeping departement yang bertangung jawab atas semua cucian
yang dikirimkan kepadanya”.
Menurut Agus Tinus Darsono dalam bukunya tata geraha hotel (housekeeping)
“laundry adalah bagian hotel yang bertanggung jawab terhadap pencucian, baik itu
pencucian pakaian tamu, seragam karyawan maupun linen-linen hotel.”
Bila tidak ada saluran air yang tersedia/ sungai, binatu dilakukan di tong air/
ember/ kuali logam yang diisi dengan air bersih dan di panaskan diatas api, air mendidih
bahkan telah efektif dari pada dinging dalam menghilangkan kotoran. Setelah bersih
pakaian yang diperas keluar-dipelintir untuk menghilangkan sebagian besar air. Kemudin
3
di gantung di tiang jemuran di luar ruangan untuk mencari udara kering, atau kadang-
kadang hanya tersebar di rumput bersih.
Mencuci line dan pakaian rumah tangga, cara mencici ini dipekiraan di
pergunakan Perkiraan abad ke 19 di eropa, amerika utara dan dunia dengan mengunakan
peralatan binantu. Awalnya dengan mengunakan sebuah bak air panas, sebuah papan
dalam bingkai kayu. Air panas dapat di panaskan dalam panic besar, logam besar atau
tembaga pada pengampian. Sekitar tahun 1864 an di amerika civil war menunjukan dua
tntara kerja keras, dengan peralatan untuk mencuci yang bisa dibawa ketepi sungai. Pada
periode ini sabun juga sudah mulai di gunakan, yaitu senyawa alkali (yang terbuat dari
kayu abu, lemak dan garam) yang dicetak kotak-kotak besar, pemakaianya dengan cara
mencampurinya ke air panas untuk mengmenghilangkan spot noda.
Pada decade sekitar tahun 1880 an sabun cukup banyak tersedia. Perkembangan
ilmu pengetahuan, industry dan perdagangan memiliki dampak yang segnifikat terhadap
pekerjaan rumah tangga. Sabun yang balok kotak kotak sudah mulai di produksi bubuk
(powder), pada periode ini binantu sudah mulai berkembang dan mencuci sudah memakai
pati kanji dan bubuk biru? Pati biru untuk pakaian atau line yang warnanya putih maupun
terang. Berbagai bahan kimia dapat di gunakan oleh suku suku asli amerika, sabun suatu
senyawa yang terbuat dari alakali adalah bahan yang di gunakan oleh binantu kuno dan
sangat umum.
Pada 1870 an itu telah di produksi dalam berbagai bentuk yang berbeda dalam
kemasan yang baru seperti kotak, bulat , tas khasa atau botol kaca untuk bahan bakar cair.
Pewarna atau bahan untuk memulihkan pakaian hitam yang pudar sat di cuci. I kemas
dalm berbagai nama. Borax dan soda cuci Borax bahkan di gunakan sebagai nama merek
untuk sabun dan tepung, dan di promosikan sebagai produk ampuh pembersih semua
bahan. Pada tahun 1870-1914 chruch roydan cristine clark mulai mengembangkan
prooduk banded yaitu perlengkapan rumahtangga termasuk peralatan mencuci (bak
logam.
Pada awal abad 20 an mulai di temukan proses mekanik binantu dengan berbagai
mesin cuci. Biasanya mesin ini mengunakan pengaduk bertenaga listrik untuk
mengantikan mengosok dengan tangan pada sebuah papan cuci. Pada awalnya mesin
hanya di gunakan dengan tenaga tangan kemudian bekembang dengan bak berlubang dan
berputar keluar, air akan keluar jika berlebihan dan siklus ini di sebut siklus spin
4
II.3 Macam-Macam limbah dan Klasifikasinya
Limbah adalah sisa dari suatu usaha maupun kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat membahayakan lingkungan, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya (Mahida, 1984). Bahan yang
sering ditemukan dalam limbah antara lain senyawa organik yang dapat terbiodegradasi,
senyawa organik yang mudah menguap, senyawa organik yang sulit terurai (Rekalsitran),
logam berat yang toksik, padatan tersuspensi, nutrien, mikrobia pathogen, dan parasit
(Waluyo, 2010). Menurut Abdurrahman (2006), berdasarkan wujud limbah yang
dihasilkan, limbah terbagi 3 yaitu :
1. Limbah padat
Limbah padat adalah limbah yang memiliki wujud padat yang bersifat kering dan
tidak dapat berpindah kecuali dipindahkan. Limbah padat ini biasanya berasal dari
sisa makanan, sayuran, potongan kayu, ampas hasil industri, dan lain-lain.
2. Limbah cair
Limbah cair adalah limbah yang memiliki wujud cair. Limbah cair ini selalu
larut dalam air dan selalu berpindah (kecuali ditempatkan pada wadah/bak). Contoh
dari limbah cair ini adalah air bekas cuci pakaian dan piring, limbah cair dari
industri, dan lain-lain.
3. Limbah gas
Limbah gas adalah limbah yang berwujud gas. Limbah gas bisa dilihat dalam
bentuk asap dan selalu bergerak sehingga penyebarannya luas. Contoh dari limbah
gas adalah gas buangan kendaraan bermotor, buangan gas dari hasil industri.
Limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan
pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang
terbuang dari sumber domestik (perkantoran, perumahan, dan perdagangan), sumber
industri, dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air permukaan, ataupun air
hujan (Soeparman dan Suparmin, 2002).
Menurut Chandra (2005), limbah cair merupakan salah satu jenis sampah.
Adapun sampah (waste) adalah zat-zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi,
baik yang berasal dari rumah maupun sisa-sisa proses industri. Secara umum limbah cair
dapat dibagi menjadi :
5
2. Sewage (air limbah)
Menurut Soeparman dan Suparmin (2002), limbah cair bersumber dari aktivitas
manusia (human sources) dan aktivitas alam (natural sources). Beberapa aktivitas
manusia yang menghasilkan limbah cair diantaranya adalah aktivitas dalam bidang
rumvah tangga, perkantoran, perdagangan, perindustrian, pertanian dan pelayanan jasa.
Menurut Chandra (2005), air limbah yang tidak menjalani pengolahan yang
benar tentunya dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Dampak tersebut
antara lain :
1. Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan-badan air yang digunakan
oleh manusia.
3. Menimbulkan bau (sebagai hasil dekomposisi zat anaerobik dan zat anorganik).
1. Limbah cair domestik (domestic wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan
dari perumahan (rumah tangga), bangunan, perdagangan dan perkantoran. Contohnya
yaitu: air sabun, air detergen sisa cucian, dan air tinja.
2. Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan
industri. Contohnya yaitu: sisa pewarnaan kain/bahan dari industri tekstil, air dari industri
pengolahan makanan, sisa cucian daging, buah, atau sayur.
3. Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang berasal
dari berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan
ke dalam tanah atau melalui luapan dari permukaan. Air limbah dapat merembes ke
dalam saluran pembuangan melalui pipa yang pecah, rusak, atau bocor sedangkan luapan
dapat melalui bagian saluran yang membuka atau yang terhubung ke permukaan.
6
Contohnya yaitu: air buangan dari talang atap, pendingin ruangan (AC), bangunan
perdagangan dan industri, serta pertanian atau perkebunan.
4. Air hujan (storm water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di
atas permukaan tanah. Aliran air hujan di permukaan tanah dapat melewati dan membawa
partikel-partikel buangan padat atau cair sehingga dapat disebut limbah cair.
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air
dalam sistem prosesnya. Selain itu, ada juga bahan baku mengandung air sehingga dalam
proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian
dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses
lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian diproses dan setelah itu dibuang.
Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan buangan air.
Sifat fisika yang bekaitan dengan pencemaran air adalah suhu, warna, bau, rasa
dan kekeruhan. Suhu air limbah umumnya lebih tinggi dibandingkan suhu air normal,
karena kadar oksigen terlarut dalam limbah lebih rendah dari pada kadar oksigen terlarut
pada air normal. Timbulnya warna pada air disebabkan oleh adanya bahan organik
terlarut dan tersuspensi termasuk diantaranya yang bersifat koloid. Dengan demikian,
diketahui bahwa intensitas warna berbanding lurus dengan konsentrasi polutan dalam
limbah, yang artinya intensitas warna dapat memperlihatkan kualitas suatu limbah. Bau
dan rasa pada air limbah timbul karena adanya penguraian bahan-bahan organik terlarut
secara mikrobiologis. Kekeruhan adalah ciri lain dari limbah cair yang disebabkan oleh
partikel tersuspensi dalam limbah yang menimbulkan dampak negatif paling nyata yaitu
turunnya daya serap air akan cahaya matahari, sehingga proses kehidupan biota perairan
terganggu (Uyun, 2012).
Selain sifat fisika, polutan dalam limbah juga akan mempengaruhi sifat kimia air
yaitu adanya perubahan derajad keasaman (pH) serta tingginya nilai Biological Oxygen
Demand (BOD) dan nilai Chemical Oxygen Demand (COD) limbah. Derajad keasaman
7
air merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi aktivitas kehidupan dalam
perairan. Terjadinya perubahan pH pada air tercemar adalah akibat dari penguraian
berbagai polutan organik yang terdapat dalam limbah, sehingga akan mempengaruhi nilai
COD dan BOD. pH, COD dan BOD ketiganya merupakan parameter kualitas limbah
karena dapat 9 menyatakan kadar oksigen yang dibutuhkan dalam menguraikan polutan
organik dalam limbah (Uyun, 2012).
8
BAB III
METODOLOGI
Air pada proses laundry berfungsi sebagai pelarut bagi deterjen dan kotoran yang
menempel di pakaian. Air juga berfungsi sebagai media perpindahan untuk komponen
tanah yang terlarut maupun terdispersi. Proses laundry dimulai dengan membasahi dan
penetrasi larutan deterjen pada pakaian yang kotor. Air mempunyai tegangan permukaan
yang sangat tinggi yaitu 72 mN/m padahal proses pembasahan pakaian dapat berjalan
lebih cepat dan efektif jika tegangan 10 permukaannya berkurang sampai 30 mN/m. Pada
proses inilah peranan dari surfaktan sebagai bahan baku deterjen untuk menurunkan
tegangan permukaan (Suwahdendi, 2016).
Kualitas air yang jelek dapat mempengaruhi proses pencucian dan menimbulkan
masalah pada mesin cuci. Ion kalsium dan magnesium yang bertanggung jawab terhadap
kesadahan air dapat menimbulkan terbentuknya endapan. Endapan ini disebabkan oleh
terbentuknya residu pada proses laundry dan dapat membentuk kerak pada mesin cuci
sehingga berakibat pada terganggunya fungsi dari elemen pemanas dan komponen mesin
cuci yang lain. Kandungan kalsium yang tinggi dalam air dapat menghalangi proses
menghilangkan partiel tanah pada kotoran yang melekat pada pakaian. Selain itu,
keberadaan ion logam seperti besi, tembaga dang mangan dapat merugikan proses
laundry. Ion – ion tersebut dapat menjadi katalis dari dekomposisi agen pemutih
(bleaching agents) sehingga fungsinya menjadi terganggu (Suwahdendi, 2016).
Kotoran yang melekat pada pakaian dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: debu
dari udara, kotoran yang dihasilkan badan (mislanya keringat), pengotor yang berasal dari
9
aktifitas domestik, komersial dan industri. Menurut Smulders (2002) dalam Swahdendi
(2016) jenis kotoran tersebut dapat digolongkan menjadi:
1. Bahan yang mudah larut, seperti : garam, gula, urea, dan keringat.
4. Protein yang berasal dari : darah, telur, susu, dan keratin dari kulit.
6. Zat pewarna dari : buah – buahan, sayuran, anggur, kopi dan teh
Jenis surfaktan anionik merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam
kegiatan laundry dikarenakan biaya pembuatannya yang mudah dan murah. Surfaktan
jenis ini merupakan produk terbesar hingga saat ini. Dalam kelompok surfaktan ini, jenis
yang umum adalah Alkyl Benzene Sulfonates (ABS), Linear Alkyl Benzene Sulfonates
(LAS) dan jenis lainnya (Yu, et al, 2008 dalam Suwahdendi, 2016). Pada awalnya
surfaktan jenis Alkyl Benzene Sulfonates (ABS) yang digunakan dalam komposisi
deterjen. ABS dikenal sebagai hard detergent karena sifatnya yang tahan penguraian
biologis. Oleh karena itu ABS dikenal sebagai senyawa pencemar yang toksik terhadap
biota air. Pada tahun 13 1965 mulai dikenal Linear Alkyl Benzene Sulfonates (LAS),
sebagai surfaktan LAS dapat menurunkan tegangan permukaan dan mengemulsi lemak
sehingga sebagai dimanfaatkan sebagai pelarut lemak dan denaturasi protein. Jenis
surfaktan lainnya juga digunakan sebagai pembersih pakaian seperti Nonylphenol dan
Sodium Lauryl Ether Sulphate dari kelompok surfaktan nonionik (Suwahdendi, 2016).
Setelah surfaktan, kandungan lain yang penting adalah builder yang berguna
untuk meningkatkan efisiensi surfaktan. Builder digunakan untuk melunakkan air sadah
dengan cara meengikat mineral-mineral yang terlarut, sehingga surfaktan dapat berfungsi
10
dengan lebih baik. Selain itu, builder juga dapat membantu menciptakan kondisi
keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat berlangsung dengan lebih baik serta
membantu mensuspensikan kotoran yang telah lepas. Senyawa kompleks yang sering
digunakan dalam builder adalah natrium sitrat, natrium karbonat, natrium silikat,
flourescent dan fosfat. Dalam deterjen umumnya jenis builder yang digunakan adalah
builder dalam bentuk Sodium Tripolifosfat (STPP). STPP dalam deterjen bereaksi dengan
ion magnesium dan ion kalsium yang terdapat dalam air dengan tujuan untuk mengurangi
keberadaan ion magnesium dan ion kalsium bebas dalam air yang dapat mengurangi
efektivitas surfaktan. Reaksi antara STPP dan ion-ion tersebut membentuk padatan dan
senyawa lain yang mengandung fosfat. Senyawa fosfat tersebut digunakan untuk
mencegah kembalinya kotoran menempel pada bahan yang sedang dicuci. Kesadahan air
yang digunakan untuk mencuci akan mempengaruhi penggunaan terhadap deterjen karena
tingkat kesadahan air dipenguhi oleh kandungan ion magnesium dan ion kalsium dalam
14 air. Padatan yang terbentuk akibat pengikatan ion magnesium dan ion kalsium oleh
builder akan lebih tinggi bila air yang digunakan untuk mencuci tersebut memiliki tingkat
kesadahan yang tinggi, dibandingkan sebaliknya padatan yang terbentuk oleh builder
akan lebih rendah bila air yang digunakan memiliki tingkat kesadahan yang rendah
(Suwahdendi, 2016).
11
telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan yaitu
pengolahan secara fisika, pengolahan secara 17 kimia, pengolahan secara biologi. Untuk
suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat diapliasikan
secara sendiri – sendiri atau secara kombinasi (Budiarsa, 2015).
Pengolahan limbah cair dengan proses kimia merupakan salah satu bagian yang
sangat penting dalam proses pengolahan limbah cair. Untuk limbah yang mengandung
COD tinggi, jelas proses pengolahannya adalah proses kimia. Unit- unit sistem
pengolahan dalam proses kimia sebenarnya dapat pula disebut dengan reaktor, karena
dalam proses kimia umumnya selalu terjadi reaksi kimia dimana bahan pencemar dan
bahan penetral bereaksi sempurna untuk berubah menjadi senyawa baru yang tidak
berbahaya lagi (Rahardjo, t.t).
Salah satu proses pengolahan limbah cair secara kimia adalah dengan penukar ion
(Ion Exchange). Bahan penukar ion pada awalnya menggunakan bahan yang berasal dari
alam yaitu greensand yang biasa disebut zeolit. Zeolit biasa digunakan untuk
menghilangkan kesadahan dan menghilangkan ion amonium (Rahardjo, t.t)
Rata-rata per hari laundry di Nayla Laundry ini terbilang cukup tinggi, karena
dalam satu hari bisa mencapai 30 kg pakaian. Dengan harga 1 kg nya Rp. 5.000,00,-
sehingga rata-rata pendapatan yang diperoleh per hari bisa mencapai Rp. 150.000,00.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keuntugan per bulannya yaitu sekitar Rp. 4.500.000,00.
12
Usaha laundry saat ini semakin marak karena kebutuhan masyarakat semakin
meningkat secara signifikan, terutama bagi mahasiswa atau orang yang memiliki tingkat
kesibukan yang tinggi. Adanya hal tersebut memberi keuntungan untuk menambah
pemasukan, namun terdapat kerugiannya, yaitu terlalu banyak pesaingan, keluhan
pelanggan, hambatan cuaca, dan masalah saat listrik dan air mati. Tapi jangan khawatir
sekarang banyak solusi saat listrik mati yaitu dengan menggunakan janset ataupun saat air
PDAM mati maka bisa menggunakan sumur bor tapi lumayan mahal untuk
pembiayannya. Untuk masalah pesaingan seorang pemilik usaha laundry harus bisa
mencari cara seperti sering memberikan diskon di saat tertentu sehingga lebih menarik
konsumen untuk menjadi seorang pelanggan tetap laundry tersebut. Tapi untuk masalah
cuaca adalah masalah terutama bagi usaha laundry sehingga bisa dikatakan saat musim
hujan mengalami penurunan pemasukan.
Cara yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menggunakan
deterjen yang ramah lingkungan atau yang berfosfat rendah. Tujuan dari hal tersebut yaitu
supaya limbah yang dihasilkan kandungan kimianya tidak terlalu tinggi dan tidak
merusak serta mencemari air tanah pada saat pembuangan limbah dari usaha laundry
tersebut.
1. Limbah yang dihasilkan harus ditampung terlebih dahulu didalam suatu bak.
13
2. Limbah yang sudah ditampung harus diberi tawas yang dapat mengurangi
kadar kimia pada air limbah.
3. Limbah usaha laundry yang sudah dicampur tawas harus disaring terlebih
dahulu atau di diamkan beberapa waktu terlebih dahulu sebelum di buang di
tanah.
14
BAB IV
KESIMPULAN
Usaha laundry merupakan salah satu usaha yang bergerak dibidang jasa yang
dijalankan oleh seseorang yang menerima jasa pencucian.
Pengertian limbah adalah sisa dari suatu usaha maupun kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi
dan jumlahnya, baik yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lainnya.
Macam-macam wujud limbah terbagi menjadi 3, yaitu limbah padat, limbah
cair dan limbah gas.
Limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan
pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun
tersuspensi yang terbuang dari sumber domestik (perkantoran, perumahan,
dan perdagangan), sumber industri, dan pada saat tertentu tercampur dengan
air tanah, air permukaan, ataupun air hujan (Soeparman dan Suparmin, 2002).
Menurut Suharto (2011), limbah cair diklasifikasikan dalam empat
kelompok, yaitu limbah cair domestik, limbah cair industri, rembesan dan
luapan, dan air hujan.
Secara umum komponen penyusun deterjen adalah surfaktan, builders,
bleaching agent dan bahan aditif.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://e-journal.uajy.ac.id/12896/3/BL013712.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/16423/3/HK110882.pdf
https://journal.unhas.ac.id/index.php/jdp/article/view/7413/4041
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/134/4/BAB%20II.pdf
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/4461/3/BAB%20II.pdf
https://www.bisnisjasa.id/2019/04/analisa-kelebihan-kelemahan-usaha-laundry.html
https://makalahpeluangusahalaundry.wordpress.com/
16
17