Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Laundry

Guru Pengampu :
ENDANG ESTORINA, S.ST.Par.

Disusun Oleh:
EKA DIAN ASYARI

XI PH 1
SMK NEGERI 1 BANYUWANGI
Jl. Wijaya Kusuma No.46, Mojopanggung, Giri, Lingkungan Cungking, Kecamatan
Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, 68425
2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................2
2.1 Pengertian Proses Pencucian.......................................................................................2
A. Pengertian Laundry Sebuah Hotel...............................................................................2
B. Bagian-bagian dalam Organisasi Laundry Departement.............................................2
C. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Pencucian.....................................................4
2.2 Peralatan dan Perlengkapan Laundry..........................................................................5
A. Peralatan Pokok Mesin-mesin Laundry.......................................................................5
B. Peralatan/Perlengkapan Pendukung Laundry..............................................................8
2.3 Bahan-bahan Pembersih yang Digunakan Laundry....................................................8
A. Bahan-Bahan Pencuci/Pembersih................................................................................8
B. Pembersih Noda.........................................................................................................11
C. Cara Menghilangkan Beberapa Jenis Noda...............................................................11
2.4 Macam-macam Tekstil..............................................................................................14
A. Jenis-jenis Benang.....................................................................................................14
B. Ciri-ciri Fisik dan Sifat-sifat Serat............................................................................14
C. Klasifikasi Serat.........................................................................................................16
D. Identifikasi Jenis Bahan Dasar Tekstil......................................................................19
BAB III PENUTUP................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan................................................................................................................20
3.2 Saran..........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Laundry”. Tidak lupa juga kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam
penyusunan makalah ini.Tentunya kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik
dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karerna itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca. Agar kami dapat memperbaiki
makalah ini kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Banyuwangi, 14 Desember 2023

Eka Dian Asyari

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laundry adalah salah satu bagian dalam pengelolaan jasa cuci-mencuci atas semua
pakaian yang telah dititipkan untuk dibersihkan [1]. Jasa laundry menjadi alternatif bagi
sebagian orang yang memiliki aktivitas padat namun tidak sempat untuk mencuci
pakaiannya sendiri. Disamping berbagai kesibukan yang padat serta waktu yang
semakin sempit dalam beraktivitas, mencuci pakaian menjadi permasalahan sendiri
bagi setiap orang. Banyak usaha laundry yang telah didirikan di berbagai tempat, tidak
hanya di perkotaan namun juga di pedesaan. Terdapat jenis usaha laundry yang umum
ditemukan, diantaranya yaitu laundry kiloan dan laundry koin. Pada laundry kiloan
pengguna mengantarkan pakaian kotor kemudian melakukan pembayaran sesuai berat
pakaian yang dicuci dan menunggu beberapa hari hingga pakaian tersebut selesai
dicuci. Pada laundry koin menerapkan sistem pencucian satu mesin satu pelanggan [1]
dengan menukarkan uang tunai dengan koin agar dapat melakukan pencucian.

Beberapa usaha laundry saat ini masih menggunakan sistem manual seperti pada
proses pembayaran atau transaksi dan penimbangan pakaian laundry. Dengan
penggunaan sistem yang manual ini timbul berbagai permasalahan seperti sulitnya
mencari data-data pelanggan dalam sebuah buku, pembuatan laporan yang rumit karena
harus dibuat dengan merekap data-data yang ada pada buku transaksi, proses transaksi
yang lama karena transaksi harus dihitung secara manual dan pegawai juga kesulitan
dalam mencari data ditumpukan buku ketik pelanggan akan mengambil laundry [2]
sehingga sistem ini kurang efisien karena karyawan laundry harus menghitung dan
mencatat pembayaran pelanggan secara manual dan memerlukan waktu serta ketelitian
dalam pencatatannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari proses pencucian?


2. Apa saja peralatan dan perlengkapan laundry dan bahan-bahan pembersih yang
digunakan laundry?
3. Apa saja macam-macam teksil?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari proses pencucian


2. Untuk mengetahui apa saja peralatan dan perlengkapan laundry dan bahan-bahan
pembersih yang digunakan laundry
3. Untuk mengetahui apa saja macam-macam teksil

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Proses Pencucian


A. Pengertian Laundry Sebuah Hotel
Laundry berasal dari kata bahasa Inggris yang berarti proses mencuci. Dalam
bahasa Indonesia dipakai istilah binatu. Umumnya, ada dua pengertian laundry,
tergantung dari sudut mana kita melihatnya. Kedua pengertian itu adalah sebagai
berikut:
1. Ditinjau dari sudut ilmu, laundry dapat diartikan sebagai pengetahuan yang
mengupas dan membahas hal-hal yang berkaitan dengan (i) bahan cucian; (ii)
bahan pencuci; (iii) alat-alat pencuci; dan (iv) proses pencucian.
2. Dipandang dari sudut kelembagaan/organisasi, laundry berarti bentuk usaha
yang kegiatan utamanya adalah memproses pencucian bahan-bahan tekstil
dengan tujuan mendapatkan suatu keuntungan.

Pada dasarnya, kita mengenal beragam usaha laundry. Usaha- usaha laundry yang
umum kita kenal di antaranya sebagai berikut:
1. Commercial laundry, yaitu badan usaha yang melayani jasa pelayanan
pencucian dengan tujuan sepenuhnya untuk mencari keuntungan.
2. Semi-commercial laundry, yaitu badan usaha yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan sendiri dan juga mencari keuntungan dari pencucian pakaian tamu,
seperti halnya Laundry Hotel.
3. Non-commercial laundry, yaitu badan usaha yang sama sekali tidak ditujukan
untuk mencari keuntungan, tetapi hanya untuk memenuhi kebutuhan internal,
seperti laundry yang ada di asrama-asrama dan rumah-rumah sakit..

B. Bagian-bagian dalam Organisasi Laundry Departement


a. Laundry Manager
Sebagai pimpinan tertinggi di Laundry Department, laundry manager memiliki
tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
 Merencanakan program kerja dan anggaran pada bagian laundry
 Mengoordinasi pelaksanaan tugas di laundry
 Mengawasi langsung kerja bawahannya.
 Bertanggung jawab atas pengeluaran untuk biaya operasional.
 Bertanggung jawab atas pencapaian target pendapatan laundry.
 Melatih dan memotivasi bawahannya.
 Membuat evaluasi bawahan baik secara rutin maupun setiap tahun.
 Menangani masalah atau keluhan tamu.
 Membuat laporan kepada General Manager (untuk Hotel Laundry) atau
Owner (untuk Independent Laundry).
 Membina kerja sama dengan pimpinan dan bagian lain.

2
b. Asistant Laundry Manager
Orang nomor dua di lingkungan Laundry Department ini berkewajiban
mendukung semua kebijakan yang telah ditetapkan oleh laundry manager. Di
samping itu, ia memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:
 Melaksanakan program kerja yang telah ditentukan bersama.
 Mengoordinasi pengawas dan bawahan.
 Memimpin dan membuat jadwal kerja pengawas (supervisor).
 Mengontrol hasil kerja bawahan.
 Mengantikan peran laundry manager saat berhalangan.
 Membuat permintaan perbaikan, pembelian alat-alat bahan pencuci dan
linen, serta perlengkapan operasional lainnya.
 Menyelesaikan masalah yang timbul sehubungan dengan bawahan atau
cucian tamu.
 Membuat laporan atau evaluasi hasil kerja bawahan dan memeriksa
pemakaian alat-alat dan bahan pencuci.
 Melatih bawahan agar terampil.

c. Laundry Secretary
Secara hirarki, jabatan Secretary Laundry Manager berada di bawah
jabatan supervisor, namun secara operasional ia bertanggung jawab langsung
kepada Laundry Manager dan Assistant Laundry Manager dalam
menyelesaikan seluruh tugas yang sifatnya administratif.

d. Laundry Plant Section dan Laundry Office Section


Laundry Plant Section merupakan bagian yang secara langsung
memproses pencucian pakaian tamu, baik dengan mesin-mesin laundry
maupun dengan dry cleaning, Laundry Office Section merupakan seksi atau
bagian yang secara umum membantu hasil kerja Laundry Plant Section, baik
dalam hal pengambilan dan distribusi cucian pakaian/linen maupun hal-hal
yang berkaitan dengan administrasi Laundry Department.
a) Laundry Plant Section
Bagian ini dipimpin oleh seorang supervisor yang disebut Laundry Plant
Supervisor. Secara umum, tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai
berikut:
1) Melaksanakan program kerja yang telah ditentukan bersama.
2) Mengoordinasi bawahan agar operasionalnya berjalan lancar
3) Membuat jadwal kerja bawahan.
4) Mengawasi hasil kerja bawahan dengan baik.
5) Melatih dan memotivasi bawahan agar terampil pada bidangnya.

3
6) Mengawasi pemakaian alat dan bahan pencuci.
7) Membuat laporan perbaikan bila ada kerusakan.
8) Membuat inventarisasi rutin pada seksi masing-masing.
9) Membuat laporan hasil kerja anak buah.
10) Membina kerja sama dengan pengawas lainnya.

b) Laundry Office Section


Bagian ini dipimpin oleh seorang supervisor yang disebut Laundry
Office Supervisor, yang secara umum memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1) Melaksanakan program kerja yang telah ditentukan bersama.
2) Mengoordinasi bawahan agar operasionalnya berjalan lancar.
3) Membuat jadwal kerja bawahan.
4) Mengawasi hasil kerja bawahan dengan baik.
5) Melatih dan memotivasi bawahan agar terampil pada bidangnya.
6) Mengawasi pemakaian alat dan bahan pencuci.
7) Membuat laporan perbaikan bila ada kerusakan.
8) Membuat inventarisasi rutin pada seksi masing-masing.
9) Membuat laporan hasil kerja anak buah.
10) Membina kerja sama dengan pengawas lainnya.

C. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Pencucian


Ada banyak faktor yang memengaruhi kualitas hasil akhir dari sebuah proses
pencucian. Faktor-faktor itu di antaranya obat- obatan pembersih, pergerakan mesin
pencuci, suhu selama proses pencucian, dan lamanya (waktu) proses pencucian
1. Obat-Obatan Pembersih
Faktor interaksi antara obatan-obatan pembersih dan bahan kain yang akan
dicuci, serta berapa banyak konsentrasi bahan kimia yang digunakan untuk
mengangkat kotoran dari bahan kain sering kali disebut sebagai chemical action.
Dalam operasional laundry, apabila konsentrasi bahan kimia ditambah dan
komponen lainnya dapat dikurangi, maka hasilnya tetap. Sebaliknya, walaupun
proses mekanik, waktu, dan temperatur ditingkatkan, pengurangan konsentrasi
bahan kimia akan menghasilkan cucian yang kurang baik. Bahan kimia yang
dibutuhkan dalam proses pencucian meliputi alkali, detergent, wetting agent,
optical brightener dan anti redeposition agent, bleaches, dan sour. Sementara itu,
bahan kimia untuk proses akhir proses pencucian meliputi fabric softener
bacteria control, mildew preventation, dan starch, atau dapat ditambahkan
bahan-bahan lainnya, seperti enzymes.

2. Pergerakan Mesin
Pergerakan mesin dalam mencuci kain atau pakaian (agitation) dalam mesin
cuci menjadi faktor penting. Proses pengucekan atau mechanical action yang
terjadi saat serat kain bergesekan satu sama lain akibat proses perputaran mesin

4
dalam air dan larutan detergent yang terjadi secara berulang-ulang akan
menyebabkan pelepasan kotoran dan penyebaran bahan kimia untuk tingkat
kotoran ringan berjalan secara cepat. Namun, untuk kain yang memiliki tingkat
kotoran berat, perlu diperhatikan beberapa hal lainnya, yakni tipe kain, tingkat
ketinggian air, waktu, serta berat dan volume pencucian.

3. Suhu
Warna kain cucian dan jenis chemical yang digunakan menjadi acuan
penentuan suhu (temperature) air selama proses pencucian. Penentuaan suhu air
juga dipengaruhi oleh jenis kain, warna kondisi kotoran, dan bahan kimia yang
digunakan. Contoh, cucian berwarna putih dapat menggunakan suhu air yang
sangat tinggi, cucian yang berwarna gelap menggunakan suhu rendah atau
dingin, dan cucian berwarna terang menggunakan suhu air hangat. Namun
demikian, harus dilihat juga jenis bahannya. Proses pencucian (suds) dilakukan
pada suhu 40°-70°C, sedangkan pembilasan (flushes/rinse) umumnya dilakukan
pada suhu 20°-60°C.
Setiap kenaikan suhu air 10°C akan menyebabkan reaksi kimia dua kali lebih
cepat, namun bukan berarti makin panas suhu air makin baik hasilnya. Energi
akan terbuang percuma karena detergent dan bleach mempunyai batasan suhu.
Enzyme misalnya akan efektif pada suhu rendah.

4. Waktu
Waktu (time/duration) yang cukup akan meningkatkan produktivitas melalui
pemberian reaksi yang cukup bagi bahan kimia (detergent) untuk dapat bereaksi
dengan kotoran. Waktu yang tepat akan memberikan hasil yang maksimal,
terutama pada saat pencucian (suds). Juga diperlukan waktu bagi kotoran untuk
lepas dari serat kain. Umumnya, proses pencucian (suds) membutuhkan waktu
5-15 menit, tergantung jenis dan tingkat kotoran, pembilasan (flushes/rinse) 2-3
menit, proses pemutihan (bleaching) 7-10 menit, dan proses penetralan (sours)
serat pakalan 5-6 menit.

2.2 Peralatan dan Perlengkapan Laundry


A. Peralatan Pokok Mesin-mesin Laundry
1. Marking Machine
Mesin ini berfungsi untuk memberi tanda terhadap semua pakaian tamu yang
akan dicuci agar tidak tertukar antara pemilik satu dan pemilik yang lain.
Adapun seragam karyawan hotel (uniform) tidak diberi tanda karena pakaian
telah diberi kode permanen. Kode-kode pakaian tersebut disesuaikan dengan
kode laundry bag yang diterima.
Ada 2 tipe mesin marking yang biasa digunakan di hotel, yaitu Polymark
(menggunakan solvent sebagai perekat) dan Thermopatch (menggunakan panas
sebagai perekat).
5
2. Spotting Board
Spotting Board berfungsi untuk menghilangkan noda-noda pakaian (seperti
noda tinta, karat, cat, dan lain-lain) yang tidak bisa dihilangkan secara langsung
baik melalui proses laundry maupun dry cleaning. Spotting Board ini dilengkapi
dengan pipa yang berfungsi untuk mengeluarkan uap/steam karena uap ini
berguna untuk membasahi dan membantu mengangkat kotoran pada kain.
Vacuum merupakan alat pengering yang fungsinya untuk menghisap semua uap
yang masih tersisa setelah proses pembersihan dengan spotting remover.
3. Mesin Cuci (Washing Machine)
Mesin ini berfungsi sebagai mesin untuk mencuci pakaian atau linen kotor
yang menggunakan air sebagai media utama dengan bantuan soap/detergent
sebagai obat pembersih. Mesin ini secara otomatis menghilangkan kotoran dan
membilas hingga bersih.
4. Mesin Pemeras (Extractor)
Mesin ini berfungsi untuk memeras pakaian- pakaian atau linen dengan tujuan
mengurangi air hingga plus/minus 40 - 60% Konstruksi mesin extractor ini
terdiri dari sebuah drum yang posisinya tegak secara vertikal dan di atasnya
terdapat sebuah pintu yang harus tertutup saat mesin beroperasi. Sebab, apabila
terbuka, mesin akan secara otomatis berhenti. Itu juga bertujuan untuk menjaga
keselamatan karyawan yang mengoperasikannya. Sama halnya dengan mesin
cuci, mesin ini memiliki konstruksi yang sama, namun arah geraknya searah.
Biasanya, mesin ini memiliki 2 speed, yaitu 150 - 300 rpm dan 600 - 1200 rpm.
5. Drying Tumbler
Mesin ini berfungsi untuk mengeringkan linen dengan waktu lebih cepat
dibanding dengan metode pengeringan konvensional.
Bagian-bagian dari mesin ini terdiri dari:
a. Drum, yang menjadi tempat cucian basah ditaruh untuk dikeringkan.
Bentuknya silinder dengan lubang-lubang kecil dan biasanya bergerak
searah.
b. Lint Collector atau Lint Box, tempat untuk menampung debu-debu/kotoran
dari linen dan pakaian. Lint Box ini harus dibersihkan setiap hari sebelum
mesin drying dioperasikan agar debu dan sisa benang yang ada tidak
terbakar jika terkena panas.
c. Panel, adalah tombol-tombol yang digunakan untuk (i) menghidupkan dan
mematikan aliran listrik, (ii) mengatur suhu/temperature, (iv) mengatur
waktu pengeringan (drying time), dan (v) mengatur waktu pendinginan
(cooling time).
6. Pressing Machine
Fungsi mesin ini adalah untuk melicinkan dan meratakan permukaan pakaian
agar terlihat rapi saat digunakan.
Pressing machine pada dasarnya terbagi menjadi 2 unit pokok, yaitu:
a. Shirt Press Unit, yaitu mesin yang khusus untuk melicinkan kemeja,
antara lain bagian lengan (sleeve), leher dan pergelangan tangan (Collar
and Cuff), punggung (Shoulder), depan dan belakang (Body).

6
b. Utility Press Unit, berfungsi untuk melicinkan pakaian-pakaian yang
bukan termasuk kemeja dan juga berfungsi sebagai mesin press
serbaguna. Pada mesin press utility biasanya terdapat dua buah legger
dan sebuah topper. Legger berperan untuk melicinkan celana bagian
kaki, sedang topper berperan untuk melicinkan celana bagian atas.
Kedua bagian ini terbuat dari stainless steel.
c. Setrika tangan (hand iron) merupakan mesin setrika tangan yang
dihubungkan dengan uap panas atau seperti setrika di rumah. Biasanya
digunakan untuk merapikan bagian-bagian yang sulit dilakukan dengan
mesin unit press lainnya.
7. Wool Press
Mesin press ini bentuknya seperti boneka dan sering juga disebut dengan Susy
Q. Fungsinya hampir sama dengan Utility Press, yakni untuk merapika pakaian-
pakaian yang terbuat dan bahan-bahan yang sensitif terhadap panas setrika,
seperti wool satin, dan sutra. Biasanya, pakaian jenis tuxedo, night gown, dan
pakaian yang berornamen sulit menggunakan mesin press jenis ini. Di dalam
mesin ini terdapat flat besi yang dipanasi dengan uap atau steam dan di dalam
lubang terdapat pula dua pipa yang dihubungkan pada sebuah tabung. Pipa
pertama berfungsi untuk memasukkan uap dan pipa kedua berfungsi untuk
mengisap uap yang sudah dipakai sehingga tidak ada lagi uap yang tertinggal
dalam tabung.
Mesin ini digerakkan oleh angin yang dihasilkan oleh compressor. Oleh
karena itu, untuk dapat menghantarkan atau mensuplai angin tersebut, alat ini
harus dilengkapi dengan air compressor.
8. Flat Work Ironer/Mangler
Mesin ini sering juga disebut Roller. Penggunaan mesin ini akan menghemat
energi dan biaya yang dimaksudkan untuk menekan banyaknya linen, terutama
linen-linen yang berbentuk lembaran-lembaran lebar yang harus disetrika dan
dilicinkan dengan garment presser. Fungsi utamanya adalah untuk melicinkan
dan meratakan permukaan linen-linen yang datar (berbentuk lembaran) dan
berukuran besar yang dikenal dengan istilah flat linen, seperti sprei (sheet),
sarung bantal (pillow case), taplak meja (table cloth), serbet makan (napkin),
dan lain-lain. Mesin ini biasanya sangat besar jika dibandingkan dengan mesin
press lainnya dan mampu melicinkan linen dalam jumlah banyak sekaligus yang
dilengkapi dengan:
a. Kran steam
b. Pengatur kecepatan
c. Tombol ON/OFF
d. Pengaman otomatis
e. Padding
f. Petunjuk temperature
g. Dua pedal untuk merapatkan bantalan
h. Dua pedal untuk merenggangkan bantalan
i. Silinder

7
j. Belt, sabuk pengikat silinder
9. Folder dan Stackers Komersial
Mesin ini merupakan perangkat mesin otomatis lainnya yang dapat
menghasilkan kain linen yang terlipat sempurna. Mesin ini juga dapat
membantu menumpuk linen yang terlipat dengan rapi. Biasanya dipasang
bersamaan dengan Flat Work Ironer/Mangler.

B. Peralatan/Perlengkapan Pendukung Laundry


Ada banyak peralatan pendukung lainnya yang terdapat di dalam laundry
plant, di antaranya sebagai berikut:
1. Timbangan (weighting scale), yang berguna untuk menimbang berat linen
yang akan dicuci.
2. Gantungan pakaian (hanger stand) yang digunakan untuk pakaian-pakaian
berukuran panjang, seperti night gown.
3. Tangki air (water tank), yaitu bak yang digunakan untuk merendam pakaian-
pakaian yang kotor.
4. Mesin angin (air compressor), yaitu mesin yang menghasilkan udara bagi
mesin-mesin press dan mesin-mesin yang bekerja secara hidrolik yang ada
di laundry.
5. Spatula, yaitu sikat yang terbuat dari tulang atau tanduk yang digunakan
dalam proses menghilangkan noda pada spotting board.
6. Trolley, ada dua jenis trolley yang digunakan, yaitu trolley pakaian basah
(wet trolley) dan trolley pakaian kering (dry trolley). Trolley pakaian basah
memiliki lubang lubang air di bawahnya dan digunakan untuk mengangkut
pakaian yang baru selesai keluar dari mesin cuci ke mesin pemeras. Trolley
pakaian kering tidak berlubang dan digunakan untuk mengangkat pakaian
dari mesin pengering ke mesin press.
7. Kangoroo trolley, untuk mengangkat linen-linen kotor ataupun bersih.

2.3 Bahan-bahan Pembersih yang Digunakan Laundry


A. Bahan-Bahan Pencuci/Pembersih
1. Air
Air merupakan media pembersih paling utama dalam kegiatan pencucian
secara laundry. Sifat air juga sangat dipengaruhi oleh sumbernya. Sumber-
sumber air itu di antaranya sebagai berikut:
a. Air hujan: Sumber air ini berasal dari butiran-butiran air yang jatuh dari
awan yang menyerap gas dan berbagai partikel di udara, termasuk
berbagai pengotor atmosfer, seperti karbondioksida, garam-garam
amonium, nitrat, klorida, sulfat, dan lain-lain. Oleh karena itu, sifat asam
air ini sangat tinggi
b. Air sungai: Kondisi dan lingkungan sekitar daerah yang dilewati oleh
aliran sungai ini akan sangat memengaruhi kualitas air yang dihasilkan,
baik kejernihannya maupun tingkat pH airnya.

8
c. Air mata air: Air ini umumnya mengandung kesadahan yang cukup
tinggi karena kandungan CO2 yang didapat dari berbagai garam kalsium
dan magnesium karbonat. Air seperti ini biasanya kita jumpai pada air
sumur atau air tanah.
d. Air ledeng: Air ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, namun setelah
melalui berbagai proses, terutama proses penjernihan dan penetralan
kandungan kimia (termasuk tingkat keasaman), air ini menjadi air yang
paling baik untuk proses pencucian.
2. Alkali/Alkaline Builder
Akali mampu menetralisasikan kondisi asam resapan cucian dengan
mengendapkan ion-ion (muatan listrik) yang berada pada satu air cucian kotor
sampai ke dasar yang paling bawah dan berfungsi sebagai mediator yang baik
untuk mengurangi tegangan permukaan antara sabun dan minyak sehingga
keduanya dapat bergabung bekerja sama membersihkan noda-noda pakaian.
Alkaline builder dapat diberikan secara terpisah pada saat perendaman atau
dicampurkan dengan soap/detergen pada saat proses pencucian (sudsing).
Fungsi utamanya adalah membantu sepenuhnya aktivitas dan efektivitas dari
soap/detergen untuk mengangkat dan melepaskan noda, kotoran, dan minyak
dari kain sehingga menghasilkan kualitas cucian yang baik.
Bahan kimia membuat suasana pencucian pada pH >7 dan menjadi Basa (pH
13). Karena tingkat kesadahannya yang tinggi (Ph 10-12), lemak dan minyak
akan lebih mudah diemulsikan dan menetralisasi pengotoran yang bersifat asam.
Pemakaiannya bergantung pada tingkat pengotoran, umumnya berkisar antara 5-
10 gr/kg cucian. Alkaline memiliki ciri-ciri fisik tidak berbau/ odorless, terasa
panas bila dipegang tangan, dan gatal pada kulit tangan.
3. Soap atau Detergen
Fungsi utama soap atau sabun yang lebih dikenal dengan nama detergen
adalah mengeluarkan, mengangkat, melarutkan serta mencegah kotoran tidak
kembali menempel pada serat benang. Pengotor-pengotor yang menempel di
pakaian biasanya memiliki ikatan kimia yang kuat pada serat pakaian. Oleh
sebab itu, diperlukan bahan pencuci yang mampu menurunkan/melepaskan
ikatan tersebut.
Bahan pencuci tersebut adalah detergen. Kandungan kimia utama dalam
detergen adalah zat surfactant. Zat ini memiliki kekuatan aktif untuk
merendahkan permukaan suatu sistem Untuk sistem pakaian/kotoran, semakin
kuat ikatan antara pakaian dan kotoran, semakin kuat pula tegangan
permukaannya. Karena kuatnya ikatan-ikatan/pakaian, air sebagai media yang
dipakai dalam proses pencucian akan sulit sekali membasahi sistem ini, namun
dengan penambahan surfactant, tegangan permukaan antara pakaian dan
pengotor akan turun, sampai akhirnya sistem ini dapat dibasahi. Akibatnya,
kotoran akan lebih mudah terlepas dari pakaian.
Di Laundry, ada 3 jenis surfactant yang umum dipergunakan, yakni:
a. nionic surfactant: Di dalam air, surfactant jenis ini akan terurai menjadi ion-
ion bermuatan (+) dan (-), tetapi hanya molekul surfactant (-) yang bekerja.

9
Oleh karena itu, surfactant jenis ini sangat efektif bekerja dalam lingkungan
basa (pH > 7). Contohnya RS*O_{3} Nat.
b. Cationic surfactant: Di dalam air, surfactant jenis ini juga akan terurai
menjadi ion-ion bermuatan (+) dan (-), tetapi hanya molekul surfactant (+)
yang bekerja efektif. Oleh karena itu, surfactant jenis ini bekerja dalam
lingkungan asam (pH < 7) Contohnya R NH, CI.
c. Nonionic Surfactant: surfactant jenis ini molekulnya tidak terurai di dalam
air sehingga mampu bekerja efektif baik dalam lingkungan asam (pH < 7)
ataupun lingkungan basa (pH > 7) , Contohnya R- O(C_{2}*H_{4}*O) - H.
4. Chlorine Bleach
Pemutih atau bleach bukan untuk menghilangkan noda pada pakaian. Fungsi
utama pemutih adalah menghilangkan bayangan bekas noda (filming) yang
masih tertinggal pada permukaan pakaian, serta sebagai optical brightener
(membuat pakaian menjadi cemerlang).
Ciri khas bleach atau pemutih adalah baunya yang menyengat. Cairan
pengelantang ini memberikan kekuatan istimewa yang aman bagi cucian putih.
Cairan ini cepat larut dalam air sehingga proses pelepasan noda berlangsung
cepat, juga bisa menghilangkan bau dan sisa kotoran di kain. Di samping itu,
juga berfungsi membunuh kuman (desinfectant atau bacteria destroying agent).
5. Oxygen (Oxy) Bleach, Hydrogen Peroxide (H_{2}*O_{2})
Selain chlorine bleach, ada lagi cairan pengelantang yang diformulasikan
khusus untuk melepaskan noda, kotoran dari bahan tekstil alami, sintetis dan
katun polyester berwarna dan tidak memudarkan material/tekstil. Cairan itu
ialah Oxygen Bleach atau Hydrogen Peroxide. Cairan ini bekerja efektif pada
suhu 70°C-80°C dan pH 10-11.5, dengan takaran penggunaan sebanyak 1-3
ml/kg cucian berwarna. Bahan kimia ini memiliki efek negatif, yaitu
menyebabkan gatal-gatal dan panas apabila terkena kulit. Oleh karena itu, setiap
kali memakai bleach jenis ini diwajibkan menggunakan pengaman berupa
sarung tangan dan masker.
6. Sour (Neutralizer)
Dalam proses pencucian, sour berfungsi untuk menetralisasi sisa-sisa alkali
yang masih berada dalam pakaian, termasuk sisa soap detergen dan bleach pada
saat pencucian baik dalam larutan dingin maupun hangat. Jika cucian masih
banyak mengandung sisa alkali, saat selesai disetrika warna pakaian akan
terlihat kekuning-kuningan (yellowish). Oleh sebab itu, adanya sour akan
mengurangi kerusakan tekstil atau efek kuning akibat unsur pengelantang
chlorine.
Sour berciri fisik tidak berbau/odorless, terasa dingin bila dipegang, dan ber-
pH 6. Jumlah penggunaan sour yang harus ditambahkan akan bergantung pada
banyaknya ion alkali Umumnya, dipakai pada saat pembilasan terakhir (final
rinse dengan dosis penggunaan = 2 - 3gr / k * g cucian.
7. Softener
Softener berupa cairan kental berwarna yang mengandung pelembut sehingga
terasa nyaman di kulit. Kationik yang dimilikinya bersifat pembunuh bakteri

10
untuk semua jenis katun, sintetis, dan wol sehingga menjadi lembut, halus, dan
harum dan memudahkan saat pakaian disetrika. Softener memiliki pH 6,5 dan
digunakan pada pembilasan terakhir.
Pemakaiannya harus sesuai dengan takaran terutama pada linen-linen
berwarna putih. Jika pemakaiannya berlebihan, kemampuannya mengikat zat
besi (Fe) akan menyebabkan warna kekuningan (yellowish) pada linen tersebut
dan daya serapnya berkurang karena terlalu banyak lilin yang melindungi serat
(fiber).
8. Starch
Starch sering disebut kanji. Umumnya, starch berbentuk bubuk (powder) dan
berguna untuk mengeraskan/membuat kaku beberapa jenis linen sehingga
memudahkan dalam pelicinan dan penggunaannya nanti. Linen yang sering
menggunakan Starch dalam proses pencuciannya paling banyak berasal dari
Food & Beverage, seperti napkin dan table cloth. Sementara itu, semua jenis
towel tidak diperkenankan menggunakan starch karena akan membuat towel
akan kaku/keras dan menyebabkan iritasi pada kulit pemakainya.

B. Pembersih Noda
Semakin lama kotoran menempel pada kain/pakaian, semakin sulit kotoran itu
dihilangkan. Oleh karena itu, jika terkena kotoran, usahakan agar kain/pakaian itu
segera dicuci dalam waktu kurang dari 24 jam. Apabila lebih, kotoran tersebut akan
menempel pada kain secara kimia dan harus dibersihkan dengan pembersih noda
yang sering disebut spotting chemicals. Berikut adalah beberapa spotting chemicals
yang lazim digunakan pada Laundry hotel.

C. Cara Menghilangkan Beberapa Jenis Noda


Sebelum menghilangkan noda pada bahan pakaian, ketahanan bahan dan
ketahanan warnanya harus dites terlebih dahulu.
Cara pengetesannya adalah sebagai berikut:
Ambil bagian lipatan dalam untuk dites dengan bahan spotting agent yang akan
digunakan. Hati-hati jangan sampai mengenai bagian luar pakaian, sebab bila bahan
pakaian tidak kuat terhadap spotting remover yang digunakan, pakaian akan
menjadi belang/luntur atau rusak. Bila tidak terjadi perubahan warna atau sifat,
langkah selanjutnya adalah meneteskan spotting remover pada noda yang akan
dihilangkan. Jika setelah diteteskan tidak ada perubahan pada noda (noda tidak
larut), mungkin perlu dibantu dengan sikat dan alat spotting seperti spatula dan alat
lainnya. Alat spotting yang biasa digunakan adalah
1. Brush (sikat) baja atau nilon yang halus.
2. Spatula, yakni tulang yang dibentuk seperti pisau kecil atau sendok untuk
mengorek noda.

11
3. Mesin spotting/spotting table untuk memberi bantuan panas atau
menyemprotkan angin sehingga noda yang sudah larut dapat hilang dan
kering.
Dalam proses pengetesan itu, beberapa catatan yang perlu diperhatikan. Catatan-
catatan itu adalah sebagai berikut:
1. Jika dengan spotting remover pertama noda tidak hilang, cucilah bekas yang di-
spot sebersih mungkin, lalu adakan pengetesan lagi. Namun bila tidak berhasil
juga, ganti dengan menggunakan spotting remover lainnya.
2. Saat menyikat pakaian yang terkena noda, lakukan dengan penuh kehati-hatian
sehingga tidak merusak serat/anyaman kain pakaian.
3. Jangan menggunakan dua bahan spotting remover secara bersamaan karena
akan menimbulkan oksidasi spotting remover yang berbeda terhadap warna:

Berikut adalah beberapa cara untuk menghilangkan noda/ stain yang lazim ditemui
saat proses pencucian di laundry.

1. Noda Tinta
Cara menghilangkan noda tinta adalah sebagai berikut:
a. Letakkan bagian kain/pakaian yang terkena noda tinta di air yang
mengalir, usahakan dengan posisi terbalik.
b. Oles dengan sabun colek atau air sabun yang kental dan sikat noda
dengan sikat tangan.
c. Gunakan InkGo dengan meneteskannya pada bagian yang ternoda agar
noda tinta benar-benar hilang.
d. Secara perlahan sikat dengan lembut, kemudian cuci dan bilas hingga
bersih.
2. Noda Darah
Cara menghilangkan noda darah adalah sebagai berikut:
a. Pakaian atau linen yang terkena noda darah segera direndarn dengan air
dingin, usahakan sebelum darah mengering di kain tersebut.
b. Sikat noda dengan sikat tangan, setelah sebelumnya diolesi air sabun.
c. Jika terdapat QuickGo, bisa ditetes pada bagian yang bernoda secara
perlahan dan disikat dengan lembut.
d. Cuci dan bilas hingga hilang nodanya.
3. Noda Minuman Kopi, Teh, atau Obat Merah
Cara menghilangkan noda minuman kopi, teh, atau obat merah adalah sebagai
berikut:
a. Rendam pakaian atau linen yang terkena noda dalam air bersih beberapa
saat.
b. Teteskan/oleskan BonGo pada bagian yang terkena noda makanan, lalu
sikat secara perlahan.
c. Cuci dan bilas hingga bersih.
4. Noda Makanan, Sauce, dan Buah-buahan

12
Cara menghilangkan noda makanan, sauce, dan buah-buahan adalah sebagai
berikut:
a. Rendam segara pakaian atau linen yang terkena noda dalam air dingin
beberapa lama.
b. Teteskarvoleskan air sabun ke bagian yang terkena noda makanan, lalu
sikat dengan lembut.
c. Gunakan QuickGo jika noda masih membandel, bisa diteteskan pada
bagian yang bernoda secara perlahan dan disikat dengan lembut.
d. Cuci dan bilas hingga bersih.
5. Noda Karat
Cara menghilangkan noda karat adalah sebagai berikut:
a. Basahi pakaian atau linen yang terkena noda dengan air dingin.
b. Teteskan/oleskan RustGo ke bagian yang terkena noda karat, tunggu
beberapa saat agar obat bekerja mengangkat karat.
c. Cuci dan bilas hingga bersih.
6. Noda Lemak/Minyak, Semir, dan Lipstick
Cara menghilangkan noda lemak/minyak, semir, dan lipstick adalah sebagai
berikut:
a. Rendam segera pakaian atau linen yang terkena noda dengan air dingin
beberapa lama.
b. Gunakan TarGo ke bagian yang terkena noda, lalu sikat dengan sikat
tangan.
c. Cuci dan bilas hingga bersih.
7. Noda Cat Minyak
Cara cara menghilangkan noda cat minyak adalah sebagai berikut:
a. Tetesi bagian yang terkena cat dengan tinner secukupnya.
b. Sikat secara perlahan agar nodanya tidak menyebar.
c. Jika sudah berkurang, gunakan sabun untuk menghilangkan minyak cat.
d. Cuci dan bilas hingga bersih.
8. Kelunturan
Cara menghilangkan kelunturan adalah sebagai berikut:
a. Basahi pakaian atau linen yang terkena noda dengan air dingin.
b. Campurkan YellowGo ke dalam air panas secukupnya untuk merendam
pakaian yang kelunturan.
c. Diamkan beberapa saat, lalu dicelup-celupkan hingga kelunturan
menghilang
d. Cuci dan bilas hingga bersih.

2.4 Macam-macam Tekstil

13
A. Jenis-jenis Benang
Benang-benang, baik yang terbuat dari serat alam maupun dari serat buatan,
terdiri dari filamen-filamen (serat). Hal ini bertujuan untuk mendapatkan
fleksibilitas dari benang yang dihasilkan dan mampu dirangkap hingga menjadi
benang yang kuat. Benang yang terdiri dari sejumlah serat halus akan jauh lebih
fleksibel dari benang yang terdiri dari serat-serat kasar yang memiliki diameter
benang yang sama. Berikut adalah beberapa jenis benang.
1. Monofil
Benang monofil adalah benang yang terdiri dari satu helai filamen.
Benang ini terutama dibuat untuk keperluan khusus, misalnya untuk sikat,
kaos kaki wanita, dan kadang-kadang untuk dekorasi. Namun, sebagian
besar benang ini dibuat dalam bentuk multifilamen.
2. Filamen
Filamen adalah serat-serat yang sangat panjang, misalnya serat sutra.
Semua serat mula-mula dibuat dalam bentuk filamen seperti sutra. Saat ini,
kurang dari setengah jumlah serat buatan dibuat dalam bentuk filamen.
3. Stapel
Serat-serat alam pada umumnya berbentuk stapel yang panjangnya
hanya beberapa inci. Setengah dari jumlah serat buatan juga berbentuk
stapel yang dibuat dengan cara memotong- motong filamen menjadi serat
yang panjangnya berkisar antara 1-6 inci. Pembuatan serat-serat buatan
dalam bentuk stapel ini dimaksudkan supaya dapat dicampur dengan serat-
serat alam.
4. Tow
Tow adalah multifilamen yang terdiri dari puluhan atau ratusan ribu
filamen dalam bentuk tambang yang kendor dan digulung pada sebuah
penggulung. Bentuk ini dimaksudkan untuk memintal secara langsung di
mana filamen-filamen tersebut dipotong-potong dan langsung dipintal
menjadi benang.

B. Ciri-ciri Fisik dan Sifat-sifat Serat


Berikut ini akan digambarkan ciri-ciri fisik dan sifat dari masing-masing serat
baik yang terbuat dari bahan alam maupun yang dihasilkan dari produksi bahan
sintetis (man-made).
1. Penampang Lintang
Bentuk penampang lintang serat bervariasi, mulai dari yang berbentuk
bulat, beraneka, hingga pipih. Serat alam memiliki penampang lintang
yang sangat bervariasi. Pada serat kapas, misalnya, penampang lintangnya
berbentuk seperti ginjal sampa pipih. Serat-serat buatan untuk jenis yang
sama juga memiliki penampang lintang yang hampir sama. Serat-serat
buatan yang dipintal dari suatu lelehan, penampang lintangnya berbentuk
bulat, misalnya nylon dan polyester.

2. Kekuatan

14
Kekuatan merupakan sifat serat yang sangat penting supaya serat-serat
tersebut tahan terhadap tarik-tarikan di dalam pemintalan dan pertenunan,
dengan demikian kain yang dihasilkan akan memiliki kekuatan yang
cukup. Biasanya, kekuatan serat dinyatakan dalam gram per denier (denier
adalah berat dalam gram dari serat sepanjang 9000 m).
Kekuatan serat dalam keadaan kering harus lebih besar dari
1,2gr/denier dan dalam keadaan basah harus lebih besar dari 0,7 gr/denier.
Dalam keadaan basah, kekuatan yang diperlukan lebih rendah dari keadaan
kering, karena pengerjaan-pengerjaan basah biasanya dilakukan setelah
serat-serat tersebut menjadi benang atau kain. Serat-serat yang lemah,
misalnya wol, mempunyai kekuatan 1,5 gr/denier, sedangkan serat yang
kuat, misalnya nylon, memiliki kekuatan 6 gr/denier.
3. Daya Serap
Hampir semua serat mempunyai kemampuan untuk menyerap air
sampai batas tertentu. Jumlah uap air yang diserap berbeda- beda,
bergantung pada kelembaban relatif dan suhu udara. Oleh karena itu,
pengukuran kadar uap air yang diserap oleh serat harus dilakukan pada
kondisi standar, yakni pada RH 65% atau suhu 27°C. Untuk mencapai
keadaan keseimbangan dengan atmosfir sekelilingnya, suatu serat
memerlukan waktu yang cukup lama, bergantung pada keadaan masing-
masing serat.
Beberapa macam serat menyerap uap air lebih banyak daripada serat
lainnya dan serat-serat semacam ini dikatakan lebih hygroscopic. Sifat
higroskopik ditentukan oleh struktur molekul yang ada pada serat tersebut.

4. Mulur dan Elastisitas


Elastisitas adalah kemampuan serat untuk kembali ke panjang semula
setelah mengalami tarikan. Semua serat tekstil diharapkan memiliki
elastisitas yang baik dan dapat mulur minimum 10% Kain-kain yang
dibuat dari serat-serat tersebut biasanya stabilitas dimensinya baik dan
tahan kusut. Pada serat buatan dimungkinkan untuk membuat serat dengan
kekuatan yang tinggi tetapi mulur saat putus rendah.
5. Kriting
Serat-serat yang kriting atau bergelombang memengaruhi daya kohesi
antarserat dalam benang dan dapat menghasilkan benang yang lofty
(berkualitas/mulia). Wol adalah jenis serat alam yang memiliki sifat ini.
Serat katun/kapas, meskipun tidak keriting, mempunyai puntiran sehingga
mempermudah pemintalannya. Serat-serat buatan seringkali dibuat kriting
secara mekanik dalam pembuatannya.
6. Kehalusan Serat
Serat-serat yang halus menjadi pilihan utama dalam menghasilkan
benang yang berkualitas dan nyaman dipakai saat sudah menjadi kain.
Jenis serat yang halus juga memiliki daya isolasi panas yang baik karena
memiliki luas permukaan yang lebih besar sehingga lebih banyak menahan

15
udara dalam kain dan memperbesar gesekan antarserat. Sayangnya, jenis
serat ini tidak terlalu kuat terhadap gesekan yang terus menerus. Dari
berbagai sifat serat di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak semua serat
dapat digunakan sebagai bahan kain tekstil. Secara sederhana dapat
disimpulkan beberapa sifat yang harus dimiliki serat kain tekstil, yaitu:
a. Ukuran panjang lebih besar dari ukuran lebarnya.
b. Panjang serat minimal 10 mm.
c. Kekuatan serat dalam keadaan kering minimal 1,2 gram/ denier dan
dalam keadaan basah 0,7 gram/denier.
d. Serat dapat dilipat.
e. Memiliki daya serap yang baik terhadap zat warna.
f. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap zat kimia.
g. Memiliki daya tahan terhadap sinar matahari.

C. Klasifikasi Serat
1. Serat Alam
Serat alam meliputi serat yang dihasilkan oleh tanaman, hewan, dan
proses geologis. Serat jenis ini dapat mengalami pelapukan. Pada umumnya,
serat alami ini memiliki sifat yang hampir sama, yakni kuat, mudah kusut,
namun tahan terhadap panas.
a. Tekstil Berserat Selulossa (Nabati/Tumbuhan)
Ada banyak jenis serat yang berasal dari bagian tumbuh- tumbuhan,
baik yang berasal dari biji seperti kapas (cotton), dari buah seperti kapuk,
drill/blacu, dari kulit pohon seperti rami, linen, goni, dan lain-lain serta
dari dedaunan, seperti rayon. Serat-serat ini biasanya tersusun atas
selulosa, hemiselulosa, dan kadang-kadang mengandung lignin. Viscose
yang dibuat dari serat kupranium adalah salah satu contoh serat buatan
berbahan dasar nabati atau vikada yang berasal dari protein tumbuhan
seperti kacang-kacangan.
Katun adalah serat alami yang berasal dari tumbuhan kapas (cotton)
yang paling banyak digunakan sebagai bahan pakaian. Apalagi, jenis
tanamanan ini paling mudah ditemui di berbagai belahan bumi. Selain
mudah ditemui, katun dapat menyerap keringat dan warna paling baik.
Rayon adalah serat tumbuh-tumbuhan yang sangat mudah menyerap
air, akan tetapi kekuatan seratnya berkurang dalam keadaan basah. Oleh
karena itu, perlu penanganan ekstra saat proses pencucian. Selain itu, serat
jenis ini menjadi lunak saat terkena panas, baik karena sinar matahari
maupun saat penyetrikaan, apalagi dengan tekanan yang tinggi. Inilah
yang menyebabkan serat ini tidak begitu populer.
b. Tekstil Berserat Protein (Hewani)
Serat yang berasal dari hewani biasanya tersusun atas protein yang
dapat berbentuk stapel, seperti rambut hewan seperti domba unta,
cashmer, mohair, kelinci, vicuna, alpaca atau filamen tertentu dari alam
ataupun buatan, seperti:

16
1. Alam: silk/sutra yang berasal dari kepompong ulat sutra, wol yang
berasal dari bulu domba, dan kulit binatang, sepert kambing, sapi,
beruang, kelinci, ular, dan lain-lain.
2. Buatan; serat-serat ini memiliki bahan dasar dari selulosa yang
berasal dari binatang, seperti wol susu yang berasa dari lemak
hewan.
Wol dan sutra adalah jenis serat hewani yang paling banyak
digunakan dalam industri pakaian. Wol, yang berasal dari bulu
domba, memiliki elastisitas serta fleksibilitas yang baik dan sangat
lembut di kulit pemakainya.
Sutra merupakan serat yang diambil dari kepompong ulat sutra.
Cairan liur yang digunakan oleh ulat sutra dalam membuat
rumah/kepompongnya sampai siap menjadi kupu-kupu menjad
serat yang paling baik kualitasnya dari dulu hingga kini, yakni serat
sutra. Selain halus, serat sutra juga kuat, memiliki kemampuan
menyerap warna yang baik, dan mudah dirapikan/selalu licin.
c. Tekstil Berserat Mineral
Serat mineral umumnya berbahan asbestos. Saat ini, asbestos adalah
satu-satunya mineral yang secara alami terdapat dalam bentuk serat
panjang. Polyester dan Acrylic adalah dua serat mineral yang paling
populer.
Polyester merupakan jenis serat yang sulit menyerap air, namun tahan
terhadap panas, bahkan jenis seperti terry linen baru akan meleleh pada
suhu 260°C.
Acrylic, sama seperti Polyester, sulit menyerap air/keringat. Seratnya
akan semakin kuat saat basah, tetapi warnanya akan mudah luntur jika
terkena panas matahari.
d. Kelebihan dan Kelemahan Serat Alam
Serat alam memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan-
kelebihan serat alam adalah sebagai berikut:
1. Umumnya memiliki serat yang kuat dan tidak mudah putus saat
terkena panas (tidak mudah lapuk), baik karena sinar matahari
maupun proses penyetrikaan.
2. Lebih lembut dan nyaman di kulit tubuh jika dibandingkan dengan
serat buatan (sintetis). Hal ini terjadi karena serat alami dapat
menyerap panas pada tubuh dan mampu menyerap air.
3. Tidak menyebabkan iritasi sehingga jauh lebih aman bagi
kesehatan kulit.

Adapun kekurangan-kekurangan serat-serat alami adalah sebagai berikut:

1) Proses pengadaan dan pembuatannya membutuhkan waktu yang


lebih lama dan jumlahnya terbatas sehingga harganya lebih mahal.

17
2) Tidak menyerap warna dengan baik sehingga warna yang muncul
tidak terang.
3) Selain sutra, serat alami sangat mudah kusut dan sulit dirapikan.
4) Lebih rapuh terhadap gesekan dibanding serat sintetis.
2. Serat Buatan/Sintetis (Man-Made)
Serat buatan atau serat sintesis umumnya berasal dari bahan petrokimia.
Serat buatan mempunyai sifat-sifat umum, antara lain:
a. Sangat kuat dan tahan gesekan.
b. Dalam keadaan kering atau basah, kekuatannya tetap sama kecuali
asetat.
c. Kenyal, pegas (elastis dan tahan regangan).
d. Kurang dapat mengisap air.
e. Peka terhadap panas.
f. Tahan alkali, tahan ngengat, jamur, serangga, dan lain-lain.
g. Dapat diawetkan dengan panas.
h. Bahan awet.
i. Mudah dalam pemeliharaan.
j. Noda yang menempel mudah dihilangkan.
k. Sulit mengisap air karena memberi rasa lembab.
l. Terasa panas bila dipakai.
m. Melunak dan meleleh jika terkena setrika panas.

a) Tekstil Berserat Thermoplastic (Buatan)


Serat-serat pakaian ini berasal dari berbagai bahan kimia sintetis yang
sebagian besar berasal dari minyak bumi, yang diolah secara kimiawi, di
antaranya Polyester, Polyacrylic, dan Asetat.
b) Tekstil Berserat Mineral (Buatan)
Serat untuk pakaian-pakaian khusus, seperti antiapi, ant- peluru, dan
lain-lain, memiliki bahan dasar mineral yang berasal dari alam maupun
proses kimiawi, seperti serat besi baja yang dimanfaatkan untuk rompi
antipeluru, asbes (alam) yang banyak digunakan untuk bahan pakaian
antipanas pada pemadam kebakaran atau astronot. Serat kaca (fiberglass
textile) digunakan untuk pakaian-pakaian khusus.

3. Campuran Serat Sintetis dan Bahan Alam


Guna mendapatkan hasil yang lebih baik, berbagai indust tekstil mulai
melakukan eksperimen membuat pencampuran serat serat sintetis dengan
serat-serat alam dengan menggabungka keunggulan dan mengurangi
kelemahan masing-masing serat Salah satu yang paling banyak digunakan
adalah Polyester Cotton. Jenis ini semakin luas penggunaanya karena memilik
kelebihan, seperti:

18
a. Setelah dipakai beberapa kali, kain yang menggunakan bahan ini masih
terlihat licin dan rapi.
b. Seratnya tidak mudah mengerut, luntur, dan kehilangan bentuk.
c. Bagian yang kusut mudah dirapikan.
d. Daya serap warna lebih kuat dibanding katun biasa da lebih mengkilat.
e. Daya tahan terhadap berbagai bahan kimia (asam, basa dan pelarut
lainnya).
f. Mudah dikeringkan karena daya serap airnya tidak sebesar katun.

Di Laundry sendiri, jenis-jenis serat yang sering dibersihkan, di antaranya:

 cotton linen
 rayon
 wol
 silk
 polyester, dan
 berbagai jenis serat alam dengan thermoplastic, sepert polycotton,
biasanya paling banyak digunakan untuk sheet

D. Identifikasi Jenis Bahan Dasar Tekstil


Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengetahui jenis bahan dasar
tekstil. Metode yang paling mudah adalah metode membakar.
1. Serat kapas/kapuk: bila benangnya terbakar akan menghasilkan bau
seperti kertas terbakar dan meninggalkan abu.
2. Serat polyester/rayon: bila terbakar akan meleleh, yang pada akhirnya
meninggalkan bulatan kecil berwarna hitam pada ujung benang
tersebut.
3. Serat wol/silk: bila terbakar akan menghasilkan bau seperti rambut
terbakar, tidak meninggalkan abu, tetapi meninggalkan bulatan kecil
hitam pada ujung sisi benang.
4. Serat nylon: bila terbakar akan meleleh dan menghasilkan bau yang
khas serta meninggalan bulatan hitam pada ujung benang.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Laundry adalah salah satu bagian dalam pengelolaan jasa cuci-mencuci atas semua
pakaian yang telah dititipkan untuk dibersihkan [1]. Jasa laundry menjadi alternatif bagi
sebagian orang yang memiliki aktivitas padat namun tidak sempat untuk mencuci
pakaiannya sendiri. Disamping berbagai kesibukan yang padat serta waktu yang
semakin sempit dalam beraktivitas, mencuci pakaian menjadi permasalahan sendiri
bagi setiap orang. Banyak usaha laundry yang telah didirikan di berbagai tempat, tidak
hanya di perkotaan namun juga di pedesaan. Terdapat jenis usaha laundry yang umum
ditemukan, diantaranya yaitu laundry kiloan dan laundry koin. Pada laundry kiloan
pengguna mengantarkan pakaian kotor kemudian melakukan pembayaran sesuai berat
pakaian yang dicuci dan menunggu beberapa hari hingga pakaian tersebut selesai
dicuci. Pada laundry koin menerapkan sistem pencucian satu mesin satu pelanggan [1]
dengan menukarkan uang tunai dengan koin agar dapat melakukan pencucian.

3.2 Saran
Perencanaan bisnis jasa Laundry merupakan sebuah ide bisnis yang sangat baik dan
baru, sehingga alangkah baiknya apabila bisnis ini dapat direalisasikan dan kemudian
akan memberikan keuntungan yang dapat dikatakan cukup besar dan baik bagi pemilik
usaha kelak. Apabila masih ada hal yang belum tersebutkan, maka diharapkan akan
segera dapat terselesaikan dengan baik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Buku karya ASEP PARANTIKA berjudul “LAUNDRY”


http://repository.unika.ac.id/15767/6/14.D2.0002%20Paramita%20Dewi%20BAB%20V.pdf
https://pariwisata.polimdo.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/MODUL-PRAKTIK-
LAUNDRY-ATTENDANT-2018.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai