Anda di halaman 1dari 35

BUDIDAYA BELUT

DENGAN PAKAN FERMENTASI

Jumagar Simanjuntak
& Tim Kukerta UNRI Nagori Sanio 2020

Penerbit
TAMAN KARYA
BUDIDAYA BELUT
DENGAN PAKAN FERMENTASI
Penulis:
Jumagar Simanjuntak
& Tim Kukerta UNRI Nagori Sanio 2020

Editor:
Camelia Nurul Hasanah
Dina Piardilla

Sampul:
Josua William Pandapotan Marbun

Layout:
Suyanda

Cetakan I:
September 2020

Penerbit
TAMAN KARYA
Anggota IKAPI
Puri Alam Permai C/12 Pekanbaru
E-mail: arnain.99@gmail.com

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang


Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh buku tanpa izin tertulis dari Penerbit

ISBN 978-623-6736-18-0
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. Karena berkat rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan buku sebagai syarat untuk melengkapi KUKERTA Balek
Kampung Universitas Riau 2020 yang berjudul “Budidaya Belut Dengan Pakan
Fermentasi”. Tujuan pembuatan buku ini adalah untuk memberikan panduan berupa
Budidaya Belut Dengan Pakan yang di Fermentasi sebagai salah satu solusi peningkatan
pereonomian masyarakat pada masa pandemi covid-19.

Penulis berterimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan buku
ini yaitu, seluruh anggota tim KUKERTA Nagori Senio, Kecamatan Gunung Malela.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga buku ini bermanfaat kepada semua
pihak. Penulis menyadari, dalam pembuatan buku ini masih banyak kekurangan. Dengan
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.

Senio, September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

PROSPEK CERAH BUDIDAYA BELUT ........................................................................ 1

A.Permintaan Belut di Pasaran ......................................................................................... 1

B. Harga Belut di Pasaran................................................................................................. 2

Mengenal Belut .................................................................................................................. 3

A. Mengenal Belut ........................................................................................................... 3

B. Belut Sawah................................................................................................................. 4

C. Reproduksi .................................................................................................................. 6

TEKNIK BUDIDAYA BELUT ......................................................................................... 8

A. Budidaya Lahan Sawah ............................................................................................ 8

B. Lokasi Terbatas/ Lahan Sempit ................................................................................. 8

C. Jenis Wadah Budidaya di Lahan Terbatas ................................................................. 8

JENIS-JENIS KOLAM BUDIDAYA .............................................................................. 10

FERMENTASI PAKAN BELUT .................................................................................... 11

1. Batang pisang ......................................................................................................... 11

2. Pengertian Fermentasi ............................................................................................ 12

MEDIA PEMELIHARAAN BELUT .............................................................................. 16

PANEN DAN PENANGAN PASCA PANEN ................................................................. 20

1. Panen ..................................................................................................................... 20

2. Penanganan Pasca Panen ........................................................................................ 20

ANALISIS USAHA BUDIDAYA BELUT ...................................................................... 22

1. Analisis usaha pembesaran belut di kolam jaring .................................................... 22

2. Analisis usaha pembesaran belut di kolam semi tembok .......................................... 24

3. Analisis usaha pembesaran belut di kolam terpal ..................................................... 25

ii
DAFTAR RUJUKAN ....................................................................................................... 28

iii
PROSPEK CERAH BUDIDAYA BELUT

Adanya Budidaya belut dengan pakan fermentasi secara baik dan benar serta dapat
memberikan gambaran kedepan bahwa budidaya belut sangat menguntungkan. Dalam
kesempatan ini dapat melihat secara langsung budidaya belut dikolam terpal, drum dan media
perkotaan dapat memberikan motivasi kepada peternak belut.
A.Permintaan Belut di Pasaran
Belut merupakan bahan makanan yang tidak memiliki musim tertentu, sehingga dapat
selalu diperoleh dan serapan pasar stabil. Salah satu faktor yang mempengaruhi tersedianya
belut yaitu permintaan konsumen.
Permintaan belut terutama berasal dari pasar tradisional, pasar supermarket,
permintaan belut dari produsen makanan olahan, rumah makan dan lain-lain cukup tinggi.
Sehingga usaha budidaya belut ini tergolong cukup menjanjikan untuk dilakukan sebagai
peluang usaha. Namun sangat disayangkan produksi belut masih terbilang rendah sehingga
tingginya permintaan pasar masih belum terpenuhi.
Permintaan belut segar dan belut hidup di sejumlah negara Asia sekitar 60 ton/hari,
untuk permintaan belut beku dari negara Asia sekitar 2-3 ton per hari dan permintaan belut
asap dari negara Uni Eropa sebesar 2-4 ton per minggu. Permintaan belut yang semakin
meningkat dikarenakan masyarakat yang mulai sadar, bahwa belut mempunyai kandungan
gizi dan protein yang sangat tinggi (Saleh dkk, 2017).

Tabel 1. Jumlah permintaan dan spesifikasi uluran belut segar untuk beberapa negara
pengimpor terbesar

Negara Jumlah permintaan Spesifikasi ukuran yang


pengimpor (ton/minggu) diinginkan
Jepang 100 1-3 ekor/kg
Malaysia 80 30-40 ekor/kg
Hongkong 20 10 ekor/kg
Cina 10 20-30 ekor/kg

1
Korea Selatan 8 4-6 ekor/kg
Taiwan 8 7-9 ekor/kg
Singapura 6 Berbagai ukuran
(sumber: Setiawan,2013).

B. Harga Belut di Pasaran

Belut tidak hanya dijual dalam kondisi hidup. Sekarang para produsen ikan belut
sudah banyak yang mengilah belut dalam berbagai bentuk, missal seperti belut crispy, belut
bumbu, belut fresh dan juga belut fillet. Sekarang ini harga belut per kilo mencapai harga Rp
80.000-an. Namun hal ini tergantung pada stok yang ada di pasaran.

Tabel 2. Daftar harga belut

Jenis Harga
15-20 ekor/kg Rp. 85000
20-30 ekor/kg Rp. 75000
30-40 ekor/kg Rp. 60000
40-50 ekor/kg Rp. 50000
Belut per kg Rp. 250.000
150 ekor/kg Rp. 180.000
200 ekor/kg Rp. 150.000
Belut goreng per kg Rp. 200.000
Belut filet per kg Rp. 150.000
(Sumber: Catatan buku.com)

2
Mengenal Belut

A. Mengenal Belut
Belut (Monopterus albus Zuieuw) merupakan salah satu biota perairan yang memiliki
kandungan gizi tinggi. Belut memiliki kandungan protein yang tinggi. Daging belut
mempunyai manfaat yang besar bagi tubuh manusia antara lain memenuhi kebutuhan protein,
mendukung pertumbuhan, perkembangan dan kecerdasan otak, menjaga kesehatan mata,
memenuhi kebutuhan mineral, serta meningkatkan konsentrasi dan daya tahan tubuh.
Belut sawah dibedakan menjadi dua jenis yaitu belut liar dan belut budidaya. Belut liar
merupakan belut yang hidup di lahan pertanian milik petani. Belut liar memakan makanan
alaminya berupa biota perairan seperti ikan, plankton, ganggang, zooplankton, fitoplankton,
zoobenthos dan lain sebagainya yang terdapat di sekitarnya. Belut yang masih kecil
umumnya memakan jasad-jasad renik, misalnya zooplankton, fotoplankton, zoobenthos,
ganggang dan lain sebagainya. Sedangkan belut dewasa memakan larva-larva serangga,
cacing, siput, berudu, benih-benih ikan dan lain sebagainya (Naimrudin dkk, 2017).
Belut merupakan ikan yang tidak bersirip. Sirip dada, sirip punggung, dan sirip dubur
telah berubah menjadi sembulan kulit yang tidak berjari-jari. Sekilas, belut terlihat seperti
ular karena memiliki bentuk tubuh silindris menyerupai hewan reptile tersebut. Di Indonesia,
belut dikenal dengan berbagai nama, diantaranya belut (Sunda), welut (Jawa), lindung (Bali)
dan lain-lain.

Taksonomi Belut
Di dunia terdapat 20 macam spesies belut yang di kelompokkan menjadi 4 genus.
Salah satu spesies belut yang paling sering dibudidayakan di Indonesia yaitu belut sawah
(Monophterus albus ) Belut merupakan jenis ikan dari family Synbranchidae dan tergolong
ordo Synbranchordae, yaitu jenis ikan yang tak bersirip atau anggota tubuh lain untuk
bergerak. Berikut ini adalah taksonomi dari belut sawah.
Morfologi Belut
1. Bentuk badan silindris dan panjang (bisa mencapai 40 cm). mata kecil dan lengkung
2. Perbandingan tinggi tubuh dengan panjang tubuh adalah 1:20 untuk belut sawah
3. Punggung berwarna kehijauan, sedangkan bagian perut kekuningan.
4. Belut tidak bersirip dada dan dubur
3
5. Tubuh belut tidak memiliki sisik, dan mempunyai 3 pasang insang.

Jenis-jenis Belut
Spesies belut yang paling sering dibudidayakan adalah belut sawah. Jenis-jenis belut
yang sering ditemui di Indonesia yaitu:
1. Belut sawah
Bentuk tubuh gilig memanjang dengan perbandingan 1:20 antara tinggi dan panjang
tubuh. Jantan kulitnya berwarna gelap atau abu-abu, kepala tumpul. Belut betina
berwarna cerah atau belang-belang, dan kepalanya agak runcing
2. Belut rawa atau lindung/kirai
Perbandingan tubuhh 1:30. Jantan kulitnya berwarna gelap atau abu-abu, kepala
tumpul. Belut betina berwarna cerah atau belang-belang, dan kepalanya agak
runcing. Belut rawa dapat hidup di rawa dan lingkungan berair payau.
3. Belut sungai, bermata kecil
B. Belut Sawah
Belut sawah dibedakan menjadi dua jenis yaitu belut liar dan belut budidaya. Belut
liar merupakan belut yang hidup di lahan pertanian milik petani. Belut liar memakan
makanan alaminya berupa biota perairan seperti ikan, plankton, ganggang, zooplankton,
fitoplankton, zoobenthos dan lain sebagainya yang terdapat di sekitarnya. Belut yang masih
kecil umumnya memakan jasad-jasad renik, misalnya zooplankton, fotoplankton, zoobenthos,
ganggang dan lain sebagainya. Sedangkan belut dewasa memakan larva-larva serangga,
cacing, siput, berudu, benih-benih ikan dan lain sebagainya Belut budidaya termasuk belut
yang hidup di budidaya oleh masyarakat. Belut budidaya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pangan yang tidak dapat dipenuhi dengan belut liar. Protein yang ada didalam
belut budidaya dipengaruhi oleh pemberian pakan yang teratur dan lingkungan kolam
budidaya yang sesuai. Selain itu, belut membutuhkan pakan dengan kandungan protein
sekitar 65-70%. Pakan belut diantaranya dapat menggunakan cacing tanah, cacing sutra,
keong mas, ikan rucah dan pellet ( Andasari, 2018).
Belut sawah (Monopterus albus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang
potensial untuk dikembangkan sebagai ikan budidaya dimasa akan datang karena belut sawah
merupakan salah satu sumber protein hewani yang baik bagi peningkatan dan perbaikan gizi
masyarakat. Belut dapat dibudidayakan di kolam tanah, kolam beton, kolam terpal hingga
wadah budidaya ukuran sedang seperti cincin sumur. Metode pembudidayaannya pun telah
4
berkembang, bukan saja pada media lumpur tetapi juga telah dipelihara pada media tanpa
lumpur.
- Habitat
sebagai hewan nokturnal, belut menyukai tempat yang lembab dan terlindungi dari sinar
matahari, sehingga belut sering berada pada liang/lubang sebagai tempat persembunyian.
Oleh karena itu, bila belut dipelihara dalam media air, maka perlu diberi perlindungan
sebagai tempat persembunyian. Belut akan lebih cepat tumbuh bila lingkungan
pemeliharaannya sesuai dengan habitatnya dan akan terhambat pertumbuhannya jika kondisi
tempat pemeliharaanya tidak seperti habitatnya.
Air sebagai media kehidupan bagi organisme ini dan memiliki persyaratan kualitas
agar belut dapat hidup dan berkembang secara normal. Sehingga kualitas air dalam budidaya
belut merupakan faktor yang sangat menentukan akan keberhasilan budidaya. Penurunan
kualitas air biasanya terjadi akibat akumulasi baik organik berupa feses dan sisa pakan,
sehingga menyebabkan penurunan mutu kualitas air yang dapat membahayakannya. Oleh
karena itu perlu adanya rekayasa seperti ganti air, terhadap pertumbuhan dan kelangsungan
hidup belut sawah (Setiawan, 2013).
- Kanibalisme dan Kebiasaan Makan
Belut dapat menjadi kanibal dan agresif untuk .berburu makanan dan memakan apa yang ada
disekitarnya termasuk jenisnya sendiri yang berukuran lebih kecil daripadanya. Sifat kanibal
ini dapat muncul apabila makanan tidak tersedia
- Perubahan jenis kelamin
Belut bersifat hermaprodit protogini yaitu mempunyai jenis kelamin yangberubah-
ubah. Awalnya, belut mengalami masa hidup sebagai betina, kemudian berubah menjadi
jantan. Pada umur 15 hari sampai 9 bulan, kelamin yang aktif merupakan kelamin betina.
Sementara itu, saat belut memasuki umur 9 bulan ke atas, alat kelamin yang aktif merupakan
kelamin jantan.

Pergantian kelamin dari betina ke jantan disebut masa transisi karena pada saat itu
terdapat dua macam kelamin pada satu individu. Secara biologis, hermaprodit protogini
adalah sebutan bagi ikan di dalam tubuhnya mempunyai gonad atau kelenjar kelamin yang
mengadakan proses diferensiasi dari fase betina ke fase jantan.
Setelah itu, terjadi masa transisi yaitu membesarnya jaringan testis dan ovariumnya
mengecil (sumber: setiawan dkk, 2013).
5
Tingkat kematangan gonad pada belut jantan dan betina:
TKG BETINA JANTAN

1 Ovari seperti benang,panjang sampai Testis seperti benang lebih pendek dan
kerongga tubuh,warna jernih, dan terlihat ujungnya di rongga tubuh, serta
permukaan licin. berwarna jernih.

2 Ukuran ovari lebih besar,berwarna Ujung testis lebih besar , warnanya putih
gelap,dan telur belum terlihat dengan susu, bentuknya lebih jelas.
mata.

3 Ovari berwarna kuning, morfologi Permukaan testis tampak bergerigi,


telur mulai keliatan dengan mata. warna makin putih, testis makin besar,
dalam keadaan diawetkan mudah putus.

4 Ovari makin besar, telur berwarna Seperti pada tingkat 3 tetapi lebih jelas,
kuning, butir minyak tidak tampak. testis pejal.

5 Ovari berkerut, dinding tebal, butir Testis bagian belakang kempis dan
telur sisa terdapat didekat pelepasan, bagian belakang pelepasan masih berisi.
banyak telur seperti pada tingkat 2.

(sumber:Setiawan dkk,2013).

C. Reproduksi
Belut mampu berkembangbiak setiap tahun dengan masa subur perkawinan belut 4-5
bulan. Perkawinan dalam perkembangbiakan belut ini terus berlangsung semasa subur belut.
Dalam pembenihan belut , pergantian kelamin belut tidaklah permanen dari betina menjadi
jantan. Belut yang tidak bisa kawin lagi bisa dikatakan berkelamin “banci” karena belut ini
bukan belut jantan dan bukan betina. Bila hal ini terjadi, belut sudah tidak bisa reproduksi
lagi dan hanya akan berkembang membesar ukuran tubuhnya saja.
Tahapan Perkembangbiakan Alami pada Belut
1. Di alam, belut yang memasuki masa perkawinan lalu bertelur dan menetaskan
telurnya biasanya ditandai dengan busa. Busa tersebut berfungsi membantu
penetasan telur-telur belut. Jika busa rusak dan telur belut terendam air, maka telur
belut tersebut akan gagal menetas.
6
2. Setelah melakukan perkawinan, belut membuat sarang dan menyimpan telurnya di
dalam pematang sawah. Telur-telur belut akan menetas setelah 3-7 hari. Setelah
menetas, anak belut tidak akan langsung pergi karena masih lemah dan masih
berbentuk larva. Selama itu pula, gumpalan busa bisa bertahan asal tidak terkena
gangguan seperti percikan air hujan dan gangguan lainnya.
3. Anak-anak belut akan keluar dari sarang setelah 2 minggu. Pada saat itu, ukuran
tubuhnya mencapai 3-4 cm atau kira-kira sebesar korek api.

Lingkungan Optimum Budidaya Belut


1. Belut tidak membutuhkan kondisi yang spesifik. Belut dapat dibudidayakan di
tempat yang curah hujannya tinggi atau rendah. Bahkan belut dapat bertahan hidup
pada suhu rendah pada saat musim dingin. Belut dapat hidup normal pada ketinggian
200-1100 meter dpl (diatas permukaan laut). Belut dapat tumbuh optimal apabila
berada 400-700 meter dpl.
2. Budidaya belut membutuhkan kualitas air yang baik, bersih dan media tempat
tumbuh kaya akan bahan organic, serta bebas dari kerikil dan bahan kimia berbahaya.
3. Untuk pertumbuhan belut yang baik dan ideal suhu optimum berada pada kisaran 25-
31 derajat Celsius serta memiliki kelembaban udara yang baik.
(Setiawan dkk,2013).

7
TEKNIK BUDIDAYA BELUT

A. Budidaya Lahan Sawah


Pada umumnya belut dibudidayakan di lahan sawah karena bebas dari limbah
industry dan menggunakan pompa bor. Jenis tanah yang digunakan yaitu tanah berlempung
dan sebaiknya tidak mengandung pasir.
Media tumbuh belut di lahan sawah terdapat 2 tipe, tipe pertama dilakukan dengan
menggali tanah lahan sawah dan diberi sekat pengaman dapat berupa dinding campuran batu
bata dan semen seringgi 1,2 m. tipe kedua dibuat tanpa menggali dibuat dengan membuat bak
penampungan. Dinding dan dasar dibuat dengan pasangan semen dan batu bata. Pembuatan
kolam sebaiknya juga mempertimbangkan pintu masuk dan pengeluaran yang disertai dengan
saringan agar belut tidak lolos.
B. Lokasi Terbatas/ Lahan Sempit
Apabila lahan sawah yang luas tidak memadai untuk digunakan, budidaya belut juga
dapat dilakukan pada lahan yang sempit seperti pekarangan sempit dan halaman rumah.
Untuk budidaya belut pada lahan sempit, air yang digunakan tidak harus mengalir namun
harus tersedia sumber air sumur atau air tanah. Untuk pembesaran belut sebaiknya kolam
yang digunakan minimal 5x5 meter dengan kedalaman 1,2 m. untuk budidaya kecil-kecilan
yang dilakukan di rumah tergantung wadah yang tersedia di rumah. Misalnya penggunaan
bak mandi yang tidak terpakai dapat digunakan sebagai wadah untuk budidaya belut asalkan
sumber air tersedia dan memadai.
C. Jenis Wadah Budidaya di Lahan Terbatas
a. Kolam terpal
Terpal dapat digunakan sebagai wadah budidaya belut apabila berada di lahan yang terbatas.
Terpal adalah lembaran material besar yang kuat, fleksibel, dan tahan air, sering berupa
tekstil seperti kanvas atau poliester dilapisi dengan poliuretana, atau terbuat dari plastik
seperti polietilena. Ukuran kolam yang biasanya digunakan yaitu 4x5 m dengan kedalaman
1,2 m. kolam terpal ini dapat dibuat diatas tanah sehingga tidak perlu menggali tanah.
Adapun langkah-langkah pembuatan kolam dengan menggunakan terpal plastic yaitu:
1. Perataan tanah tempat menyusun wadah dan dilapisi dengan sekam padi atau pasir
2. Rangka kolam dibangun dengan kerangka bamboo ataupun kayu

8
3. Terpal plastic dipasang dengan mengaitkan terpal ke pada kerangka bambu ataupun
kayu yang telah dibuat sebelumnya
4. Saluran pembuangan air dibuat dibagian pojok bawah salah satu sisi terpal. Ujung
saluran pembuangan diberi plastic contohnya botol plastic. Pada saat pengisian
kolam, botol palstik ditutup/diikat agar air tidak bocor
b. Bak plastic/fiber
Bak plastic yang digunakan berukuran 1x1x1 m. penggunaan bak plastic ini kurang
optimum karena hanya dapat menampung sedikitbelut. Sehingga sebaiknya dilakukan
apabila ingin melakukan budidaya kecil-kecilan contohnya untuk kebutuhan rumah tangga
demi memenuhi gizi.
c. Drum bekas
Di pasar loak ataupun tempat penjual barang-barang bekas terdapat drum yang dapat
dialihfungsikan sebagai wadah budidaya belut. Sebaiknya drum yang digunakan adalah
drum bekas karena lebih tahan lama dan tidak berkarat. Penggunaan drum besi yang dapat
berkarat beresiko terhadap pertumbuhan belut. Penggunaan drum plastic sebagai wadah
dilakukan dengan merendam drum dengan air 1 minggu sebelum memulai kegiatas
budidaya untuk membuang sisa bahn-bahan kmia yang kemungkinan masih terdapat
didalamnya (Tim Agrokomplekskita, 2018).

9
JENIS-JENIS KOLAM BUDIDAYA

Kolam budidaya dibedakan menurut fungsi dan ukuran belut. Jenis-jenis kolam yang
digunakan berdasarkan fungsinya yaitu:

1. Kolam penampungan induk


Kolam penampungan induk dibuat dengan ukuran 1,25x1,25 m dengan kedalaman 0,8 m.
kola mini dapat menampung 5-6 ekor induk belut/m2.
2. Kolam pemijahan
Kolam pemijahan berukuran 2,5x2.5 m dengan kedalaman 1m. kolam ini dapat
menampung 1 ekor belut jantan dan 2 ekor belut betina/m2.
3. Kolam pedederan
Kolam ini berukuran 4x5 m dengan kedalaman 1m. kolam ini dapat menampung 500 ekor
belut berukuran 1-2 cm. dan 250 ekor belut berukuran 2-5 cm.
4. Kolam pembesaran
Kolam pembesaran berukuran 4x5 m dengan kedalaman 1,2 m.
(Tim Agrokomplekskita, 2018).

10
FERMENTASI PAKAN BELUT

Pembuatan media merupakan tahapan yang paling penting untuk menentukan tingkat
keberhasilan budaya belut. Kesalahan dalam pembuatan media akan berakibat fatal terhadap
proses budidaya belut yaitu tingkat kematian bibit belut sangat tinggi (lebih 50%). Hal ini
dikarenakan adanya banyak faktor penyebab seperti terjadi keracunan media akibat proses
fermentasi yang tidak sempurna, matinya bakal calon, pakan alami yang dihasilkan dari
proses fermentasi, banyaknya gas yang mucul akibat fermentasi yang tidak dapat keluar dari
lumpur sehingga belut kekurangan oksigen. Oleh karena itu pembuatan media harus
dilakukan secara benar dengan perhatian yang lebih seksama agar kejadian yang tidak
diinginkan dapat dihindarkan.
Media pemeliharaan belut salah satunya yaitu instan hasil fermentasi atau bokashi.
Pembuatan media dapat dilakukan dengan banyak macam cara. Hal ini mengingat
pengalaman kegagalan pada saat awal budidaya belut. Pengalaman kegagalan ini menjadi
pelajaran yang dapat diambil hikmah atau manfaatnya. Media instan bokashi sebaiknya
dibuat diluar kolam pemeliharaan. Tujuannya adalah untuk mempercepat proses pematangan
media sekaligus memudahkan pengontrolan tingkat kematangannya. Jika langsung didalam
kolam akan sulit untuk mengontrol tingkat kematangan keseluruhannya. Selain itu proses
fermentasi membutuhkan kondisi anaerob sehingga harus dalam keadaan tertutup.
Komposisi material organik dalam media tumbuh budidaya belut tidak ada patokannya.
Sangat tergantung dengan kebiasaan dan pengalaman. Pembudidaya bisa meramu sendiri
media tumbuh dari bahan-bahan yang mudah didapatkan. Jasad renik atau yang lebih sering
kita kenal adalah plankton. Pada budidaya belut media lumpur, jasad renik yang dihasilkan
dari proses fermentasi dan pengolahan media belut yang subur sangat berlimpah. Hal ini yang
menyebabkan budidaya belut media lumpur lebih efisien dari segi pakan, karena cadangan
pakan alami sangat berlimpah. Plankton memiliki nilai protein yang tinggi sehingga dapat
memicu pertumbuhan belut menjadi lebih cepat.

1. Batang pisang
Tanaman pisang adalah jenis tanaman yang banyak dijumpai di Indonesia.
Kebanyakan yang digunakan adalah buah, daun dan jantung dari pisang. Sementara batang
pisang harus dipotong dan dibuang karena dapat mempengaruhi pertumbuhan pisang. Namun

11
ternyata batang pisang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak karena kandungan
gizi yang terkandung didalamnya. batang pisang mengandung nutrisi antara lain bahan kering
(bk) 9,8%, total abu18,4%, lemak kasar (lk) 3,2%, serat kasar (sk) 31,7%, dan protein kasar
(pk) 8,8%. Sehingga dengan kandungan gizi yang ada didalamnya, batang pisang sangat
potensial untuk dijadikan bahan pakan ternak. Namun kondisi bantang pisang yang mudah
rusak serta kualitas gizi yang tidak terlalu tinggi dapat menjadi kendala utama dalam bahan
pakan ternak. Sehingga batang pisang perlu ditingkatkan nilai gizinya melalui fermentasi
(Thiasari dan Setiyawan, 2018).
Apabila dalam jangka waktu 2 minggu kita sudah melihat cacing kecil-kecil atau cacing
rambut yang muncul banyak sekali di permukaan, bukan itu tujuannya. Tujuan kita adalah
menumbuhkan cacing lor sawah yang terdapat pada media lumpurnya bukan cacing rambut
atau cacing sutera. Jadi fermentasi harus dilanjutkan sampai jerami dan gedebog benar-benar
hancur dan terbentuk / muncul cacing lor. Dan untuk mempercepat cacing lor keluar adalah
dengan cara menusuk-nusuk media dengan galah. Untuk menumbuhkan cacing lor sawah
dalam jumlah berlipat-lipat adalah dengan cara menaburkan bekatul halus lalu disiram
dengan biang EM4 yang botolnya berwarna kuning.
Dalam pembuatan pakan fermentasi belut ini yang kita harapkan setelah fermentasi
adalah melimpahnya cacing lor sawah bukan cacing rambut atau cacing sutera. Namun
terkadang petani terkecoh akan hal ini. Cacing sutera sudah mulai tumbuh setelah 1 ~ 2
minggu masa fermentasi di dalam kolam (jumlah cacing ini belum cukup untuk memenuhi
jumlah konsumsi yang dibutukan bibit belut yang kita tanam). Sedangkan cacing lor sawah
akan Nampak melimpah setelah jerami dan gedebok stelah mengalami pembusukan karena
nutrient tersebut sebagai sumber pakan belut tersebut.

2. Pengertian Fermentasi
Fermentasi adalah proses yang memanfaatkan kemampuan mikroba untuk
menghasilkan metabolit primer dan metabolit sekunder dalam suatu lingkungan
yang dikendalikan. Fermentasi merupakan bentuk penerapan atau aplikasi tertua dari
bidang bioteknologi. Pada mulanya istilah fermentasi digunakan untuk menunjukkan
proses pengubahan glukosa menjadi alcohol yang berlangsung secara anaerob.
Fermentasi merupakan proses pengubahan bahan organik menjadi bentuk lain yang
lebih berguna dengan bantuan mikroorganisme secara terkontrol. Mikroorganisme yang
terlibat diantaranya adalah bakteri, protozoa, jamur atau kapang atau fungi dan, ragi atau

12
yeast. Melalui teknologi fermentasi, kemungkinan kadar protein bahan baku (Muhammad
dkk,2016).
Tabel 2. Nilai gizi batang pisang sebelum dan sesudah fermentasi

(sumber: Lima,2007).

Berdasarkan table diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya dengan menggunakan


metode fermentasi pada batang pisang maka nilai gizinya akan meningkat. Peningkatan nilai
gizi dari batang pisang dapat mempengaruhi pertumbuhan belut.

1. Susunan Media Pemeliahraan

13
Dalam setiap lapisan disiram dengan EM4 yang sudah dilarutkan. Komposisi larutan
EM4 sebagai berikut : EM 4 1 botol ( 1 liter ) Gula ¼ kg Air 100 lt (Ketiga bahan tersebut
dilarutkan).

URAIAN :

• Lumpur diusahakan memang benar-benar lumpur bukan tanah yang dibikin jadi lumpur.
Semua jenis lumpur bisa digunakan asal tidak mengandung kerikil dan pasir. Karena kerikil
dan pasir dapat melukai badan belut. Sebaiknya lumpur ini diambil dari area persawahan.
Ambil lapisan lumpur yang paling atas diarea persawahan. Lumpur diolah sampai menjadi
bubur lumpur yang encer, sehingga dapat gunakan untuk media belut.

• Jerami segala jenis jerami dapat digunakan, namun lebih baik digunakan yang sudah
membusuk. Jerami ini dipotong sepanjang 5 cm. tebar dalam kolam atau media yang
digunakan secara merata.

• Gedebok pisang yang paling bagus menggunakan gedebok yang sudah busuk, tapi yang
baru tebangpun bisa digunakan. Cincang gedebok setebal 5 cm, baru disusun di dalam kolam.

14
Cara pembuatan media fermentasi di luar kolam. Bagi yang menggunakan drum bisa
menggunakan cara ini.

Bahan-bahan : - Jerami dipotong kecil-kecil 20 %

- Gedebog pisang di cincang 30 %

- Lumpur 50 %

- Larutan EM4

Caranya : Jerami dan batang pisang di hamparkan diatas plastik atau terpal dengan
ketinggian 20 cm kemudian disemprot dengan larutan EM4. Setelah itu ditutup dengan
plastik selama 10 hari.

15
MEDIA PEMELIHARAAN BELUT

Salah satu factor yang paling penting dalam budidaya belut yaitu media yang
digunakan dalam budidaya belut karena dapat mempengaruhi pertumbuhan belut.

Cara pembuatan media pemeliharaan belut :

a) Sediakan alat dan bahan yang akan digunakan.


b) Potong-potong jerami padi dan pohon pisang menjadi ukuran kecil sepanjang 10-15 cm.

c) Campurkan pohon pisang dan jerami padi yang telah dipotong dengan kotoran ternak,
aduk rata. Kegiatan ini dilakukan untuk mempercepat dan mempermudah proses
fermentasi.

16
d) Setelah tercampur rata, hamparkan diatas permukaan tanah dengan ketebalan 10-15 cm,
lalu campurkan dengan cairan EM4. Lakukan kegiatan ini secara berulang-ulang sampai
bahan bokasi habis, maksimum tinggi lapisan 100 cm. setelah tumpukan selesai, tutup
dengan terpal atau plastik.
e) Biarkan selama 3 minggu. Pada minggu pertama dan kedua, buka tutup terpal dan
lakukan pembalikan bahan untuk mengeluarkan gas fermentasi. Pada minggu ketiga,
tambahkan lumpur, dan media telah siap digunakan.

17
Untuk tumbuhan air bisa memakai enceng gondok atau kiambang. g gondoknya,
maka akan semakin tercemar perairan tersebut. Tapi apabila semakin kurus Jangan
menggunakan kangkung air karena akarnya dapat mengeringkan lumpur. Enceng gondok
berfungsi menyerap zat racun yang ada perairan, zat-zat racun diserap melalui akar dan
disimpan dalam batang yang menggelembung. Jadi kalau semakin subur encentanaman
enceng gondoknya, maka akan semakin subur perairannya.

Hal penting terkait pembuatan media Fermentasi belut yaitu :


1. Sebaiknya dilakukan diluar tempat media budidaya agar kematangannya sempurna
dan mudah dikontrol tingkat kematangannya
2. Sebaiknya dilakukan dilokasi yang memiliki naungan atau tidak terkena sinar
matahari langsung
3. Pastikan media benar-benar matang sebelum dicampurkan dengan lumpur sawah atau
tanah yang juga telah dimatangkan
4. Meskipun membutuhkan bokashi dalam jumlah besar sebaiknya tidak langsung
dalam jumlah besar dalam satu tempat agar mudah proses pembuatan terutama
pengadukan. (dibuat secara bertahap).

Pemilihan Bibit
Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan terkait kualitas bibit belut.
1. Bibit yang digunakan sehat dan tidak terdapat bekas luka luka pada bibit belut dapat terjadi
akibat disetrum, pukulan benda keras, atau perlakuan saat pengangkutan. Umumnya, bibit
yang diperoleh dengan cara disetrum cirinya tidak dapat langsung terlihat, tetapi baru
diketahui 10 hari kemudian. Salah satu cirinya terdapat bintik putih seperti garis di
permukaan tubuh yang lama-kelamaan akan memerah. Bibit yang disetrum akan mengalami
kerusakan saraf sehingga pertumbuhan nya tidak optimal
2. Ukuran bibit yang seragam dan di karantina terlebih dahulu. Bibit yang dimasukkan ke
dalam wadah pembesaran ukurannya harus seragam. Hal ini dilakukan untuk menghindari
kanibalisme pada belut. Bibit yang berasal dari tangkapan alam harus disortir dan
dikarantina. Tujuannya untuk menghindari serangan bibit penyakit yang mungkin terbawa
dari tempat hidup atau kolam pemeliharaan belut sebelumnya. Caranya adalah dengan
memasukkan bibit belut ke dalam kolam atau bak yang diberi air bersih dan mengalir selama
2 hari.

18
3. Tingkat kepadatan
Agar pertumbuhan belut optimal, selain media dan kualitas bibit yang digunakan, tingkat
kepadatan tempat pemeliharaan juga harus diperhatikan. Tempat pemeliharaan yang terlalu
padat dapat membatasi ruang gerak belut dan menyebabkan belut stres. Akibatnya,
pertumbuhan belut menjadi tidak optimal.

19
PANEN DAN PENANGAN PASCA PANEN

1. Panen
Panen adalah salah satu tahapan budidaya yang sangat ditunggu-tunggu oleh setiap
orang yang melakukan budidaya karena merupakan buah dari hasil kerja keras. Lama
budidaya belut berkaitan dengan ukuran yang dikehendaki oleh konsumen. Konsumen
local biasanya menghendaki ukuran belut yang lebih kecil dan lama budidaya
pembesaran 4 bulan dari bibit umur 2bulan. Konsumen luar negeri biasanya
menghendaki ukuran belut yang lebih besar dengan lama budidaya pembesaran 6bulan
dari bibit umur 2 bulan. Ukuran belut untuk konsumsi biasanya adalah 1kg isi 10 ekor (
100gr/ekor) atau 1kg isi 5 ekor ( 200gr/ekor). Untuk keripik belut dipilih dari belut
ukuran kecil, sedangkan belut ukuran besar biasanya untuk abon atau smoke eels. Cara
pemanenan dilakukan dengan 2 tahap, yaitu:

1. Tahap pertama pemanenan dengan bubu.


Dengan memakai bubu, pemanenan tahap kedua menjadi lebih mudah dilakukan.
a. Bubu disiapkan dalam jumlah yang cukup sesuai dengan ukuran kolam terpal.
b. Cincangan bekicot atau cacing tanah yang sudah dimatikan dimasukkan
dalam bubu, kemudian pada sore hari diletakkan di sekeliling kolam. Posisi
bubu sebagian terendamdalam air.
c. Saat pagi hari bubu diangkat dan belut diambil dari dalam bubu.
2. Tahap kedua, Pemanenan Total
Pemanenan total dilakukan dangan membongkar total seluruh media dalam
kolam dan dilakukan pengangkapan belut.

2. Penanganan Pasca Panen


Penanganan pasca panen dilakukan bergantung pada keinginan pasar/konsumen.
Produk yang akan dipasarkan ke konsumen dibagi atas:
a.Belut yang dijual dalam keadaan hidup
1. Tahap pertama yang dilakukan adalah melakukan seleksi berdasarkan ukuran
belut yaitu 100 g dan 200 g

20
2. Untuk pengiriman luar kota, dalam keadaan hidup belut ditempatkan dalam
drum plastik miring yang diberi bukaan pintu dan lubang ventilasi.
Pengiriman belut hidup selalu disertai dengan air.
3. Untuk pengiriman belut hidup keluar negri, pengemasan dilakukan dengan
plastik ukuran 30 x 60cm yang diisi oksigen dan sedikit air. Setiap kantung
plastik diisi dengan 20 – 25kg belut hidup. Plastik dibuat rangkap dua
kemudian diikat kuat dengan karet agar oksigen tidak keluar. Kantung plastic
dimasukkan dalam Styrofoam. Pengiriman dilakukan dengan kargo pesawat
terbang agar lebih cepat sampai.
b. Belut dijual dalam keadaan beku
1. Tahap pertama yaitu menghilangkan lender dari belut dengan membalurkan
belut dengan perasan limau.
2. Tahap kedua yaitu pembersihan kotoran,insang dan jeroan belut
3. Selanjutnya belut yang sudah bersih dibekukan selama 45 menit dengan suhu -
20 derajat Celsius.
c.Belut dijual dalam bentuk olahan
Belut dapat diolah menjadi dendeng daging asap atau abon
1. Lender belut dihilangkan dengan menggunakan perasan limau.
2. Bagian perut belut dibersihkan, kotoran insang dan jeroan dibuang dan dibilas
dengan air sampai bersih
3. Daging belut yang sudah bersih direndam dengan air garam dan diolah
menjadi dendeng belut, belut asap dan abon belut
4. Setelah selesai diolah, produk disimpan dalam kemasan kedap udara agar awet
dan siap untuk dipasarkan.

21
ANALISIS USAHA BUDIDAYA BELUT

1. Analisis usaha pembesaran belut di kolam jaring


a. Asumsi
 Pembesaran menggunakan 10 kolam jaring berukuran 5 x 5 x 0,75 m3
 Jumlah bibit yang digunakan sebanyak 35 kg/ kolam
 Lama pembesaran selama 4 bulan atau dalam 1 tahun dilakukan 3 periode
pemeliharaan
 Hasil panen dari 10 kolam sebanyak 2.800 kg dengan harga jual per kilogram
sebesar Rp25.000.
 Kolam jaring dapat dipakai selama 2 tahun

b. Analisis usaha

Biaya investasi

 Kolam jaring halus 10 buah x @Rp500.000 Rp 5.000.000


 Paralon 3” 3 batang x @Rp45.000 Rp 135.000
 Paralon ¾” 10 batang x @Rp15.000 Rp 150.000
 Bambu 50 batang x @Rp15.000 Rp 750.000
 Paku 2 kg x @Rp16.000 Rp 32.000
 Tali kawat 3 kg x @Rp15.000 Rp 45.000
 Tanah halus 75 m3 x @Rp20.000 Rp 1.500.000
 Upah pemasangan kolam jaring dan pengisian
Media 50 HOK x Rp35.000 Rp 1.750.000
 Sarana produksi Rp 1.000.000
Total biaya Rp 10.362.000

22
Biaya operasional

Biaya tetap

 Penyusutan kolam jaring 4/24 x Rp5.000.000 Rp 833.333


 Penyusutan paralon 3” 4/24 x Rp135.000 Rp 22.500
 Penyusutan paralon ¾” 4/24 x Rp150.000 Rp 25.000
 Penyusutan bambu 4/24 x Rp750.000 Rp 125.000
 Penyusutan paku 4/24 x Rp32.000 Rp 5.333
 Penyusutan tali kawat 4/24 x Rp45.000 Rp 7.500
 Penyusutan tanah halus 4/24 x Rp1.500.000 Rp 250.000
 Penyusutan upah pemasangan kolam Rp 291.667
 Penyusutan sarana produksi 4/24 x Rp1.000.000 Rp 166.667
Total biaya Rp 1.727.000

Biaya tidak tetap

 Pohon pisang 100 batang x @Rp4.000 Rp. 400.000


 Pupuk kandang 50 karung x @Rp5.000 Rp 250.000
 Jerami padi 50 ikat x @Rp4.000 Rp 200.000
 EM4 5 liter x @Rp25.000 Rp 125.000
 Bibit belut 350 kg x @Rp37.500 Rp 13.125.000
 Pakan belut (cacing) 3.780 kg x @Rp4.000 Rp 15.120.000
 Upah pegawai 1 orang 4 bulan x Rp500.000 Rp 2.000.000
Total biaya Rp 31.220.000

Total biaya operasional = Total biaya tetap + Total biaya tidak tetap

= Rp1.727.000 + Rp31.220.000

=Rp32.947.000

c. Penerimaan per periode


Total penerimaan = Hasil panen x harga jual belut
= 2.800 kg x Rp25.000/kg
= Rp70.000.000

23
d. Keuntungan
Keuntungan = Total penerimaan – total biaya operasional
= Rp70.000.000 – Rp32.947.000
= Rp37.053.000

2. Analisis usaha pembesaran belut di kolam semi tembok


a. Asumsi
 Pembesaran menggunakan 10 kolam semi tembok berukuran 5 x 5 x 0,80 m3.
 Jumlah bibit yang digunakan sebanyak 35 kg/kolam.
 Lama pembesaran selama 4 bulan atau dalam 1 tahun dilakukan 3 periode
pemeliharaan.
 Hasil panen dari 10 kolam sebanyak 2.800 kg dengan harga jual per kilogram sebesar
Rp25.000.
 kolam semi tembok dapat dipakai selama 7 tahun.
b. Analisis usaha
Biaya investasi
 Batu bata 10.000 m3 x @Rp350 Rp 3.500.000
 Pasir 25 m x @Rp100.000
3
Rp 2.500.000
 Semen 70 sak x @60.000 Rp 4.200.000
 Besi beton 200 m x @Rp30.000 Rp 6.000.000
 Batu split 5 m x @Rp110.000
3
Rp 550.000
 Pipa PVC 8” 1 batang x @Rp225.000 Rp 225.000
 Dop pipa PVC 8” 10 buah x @Rp25.000 Rp 250.000
 Pompa air Rp 2.000.000
 Tanah sawah 75 m x @Rp20.000
3
Rp 1.500.000
 Upah pembuatan dan pengisian kolam
90 HOK x @Rp35.000 Rp 3.150.000
 Sarana produksi Rp 1.000.000
Total biaya Rp 24.875.000

24
Biaya operasional
Biaya tetap
 Penyusutan kolam 4/84 x Rp24.875.000 Rp 1.136.905
 Sarana produksi 4/24 x Rp1.000.000 Rp 166.667
Total biaya Rp 1.303.571

Biaya tidak tetap

 Pohon pisang 100 batang x @Rp4.000 Rp. 400.000


 Pupuk kandang 50 karung x @Rp5.000 Rp 250.000
 Jerami padi 50 ikat x @Rp4.000 Rp 200.000
 EM4 5 liter x @Rp25.000 Rp 125.000
 Bibit belut 350 kg x @Rp37.500 Rp 13.125.000
 Pakan belut (cacing) 3.780 kg x @Rp4.000 Rp 15.120.000
 Upah pegawai 1 orang 4 bulan x Rp500.000 Rp 2.000.000
Total biaya Rp 31.220.000

Total biaya operasional = Total biaya tetap + Total biaya tidak tetap

= Rp31.220.000 + Rp1.303.571

= Rp32.523.571

c. Penerimaan per periode


Total penerimaan = Hasil panen x harga jual belut
= 2.800 kg x Rp25.000/kg
= Rp70.000.000

d. Keuntungan
Keuntungan = Total penerimaan – total biaya operasional
= Rp70.000.000 – Rp32.523.571
= Rp37.475.429

3. Analisis usaha pembesaran belut di kolam terpal


a. Asumsi
 Pembesaran menggunakan 10 kolam terpal berukuran 3 x 3 x 1 m3.

25
 Jumlah bibit yang digunakan sebanyak 13,5 kg/kolam.
 Lama pembesaran selama 4 bulan atau dalam 1 tahun dilakukan 3 periode
pemeliharaan.
 Hasil panen dari 10 kolam sebanyak 1.080 kg dengan harga jual per kilogram
Rp25.000.
 Kolam jaring dapat digunakan selama 1 tahun.
b. Analisis usaha
Biaya investasi
 Kolam terpal 3 x 3 x 1 m 10 buah x @Rp110.000 Rp 1.100.000
 Paralon 3/4” 10 batang x @Rp15.000 Rp 150.000
 Bambu 80 batang x @Rp13.000 Rp 1.040.000
 Paku 3 kg x @Rp16.000 Rp 48.000
 Tali kawat 5 kg x @Rp15.000 Rp 75.000
 Tanah halus 30 m3 x @Rp20.000 Rp 600.000
 Upah pembuatan dan pengisiam kolam
40 HOK x @Rp35.000 Rp 1.400.000
 Sarana produksi Rp 1.000.000
Total biaya Rp 5.413.000

Biaya operasional

Biaya tetap

 Penyusutan kolam terpal 4/12 x @Rp1.100.000 Rp 366.667


 Penyusutan paralon 4/12 x @Rp150.000 Rp 50.000
 Penyusutan bamboo 4/12 x @Rp1.040.000 Rp 346.667
 Penyusutan paku 4/12 x @Rp48.000 Rp 16.000
 Penyusutan tanah halus 4/12 x @Rp600.000 Rp 200.000
 Penyusutan tali kawat 4/12 x @Rp75.000 Rp 25.000
 Penyusutan upah pekerja 4/12 x @Rp1.400.000 Rp 466.667
 Penyusutan sarana produksi 4/24 x @Rp1.000.000 Rp 166.667
Total biaya Rp 1.637.667

26
Biaya tidak tetap

 Pohon pisang 50 batang x @Rp4.000 Rp. 200.000


 Pupuk kandang 40 karung x @Rp5.000 Rp 200.000
 Jerami padi 30 ikat x @Rp4.000 Rp 120.000
 EM4 3 liter x @Rp25.000 Rp 75.000
 Bibit belut 135 kg x @Rp37.500 Rp 5.062.500
 Pakan belut (cacing) 1.620 kg x @Rp4.000 Rp 6.480.000
 Upah pegawai 1 orang 4 bulan x Rp400.000 Rp 1.600.000
Total biaya Rp 13.737.500

Total biaya operasional = Total biaya tetap + Total biaya tidak tetap

= Rp1.637.667 + Rp13.737.500

= Rp15.375.167

c. Penerimaan per periode


Total penerimaan = Hasil panen x harga jual belut
= 1.080 kg x Rp25.000/kg
= Rp27.000.000
d. Keuntungan
Keuntungan = Total penerimaan – total biaya operasional
= Rp27.000.000 – Rp15.375.167
= Rp11.624.833

(Setiyawan,2013).

27
DAFTAR RUJUKAN

Hermawan Iwan dan Wawan Setiawan. 2013. Budidaya Belut. PT. AgroMedia Pustaka,
Bandung.
Lima Franky. 2007. Pengaruh Penggunaan Bonggol PisangFermentasi Dalam
Ransum Terhadap Konversi Dan Konsumsi Air Ternak Babi. Universitas
Nusa Cendana, Kupang.
Muhammad,E.V. dan Welly, Y.P.2016. Tingkat adopsi teknologi fermentasi batang
pisang sebagai pakan ternak babi di kelompok tani syalom di
kelurahan bakunase ii kecamatan kota raja kota kupang.Jurnal MIPA
FST UNDANA.20(1):1-7
Naimrudin.,M.Idris., dan M.Hamzah. 2017.Pengaruh pemberian pakan cacing tanah dengan
rezim pakan berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup belut
sawah. Jurnal Media Akuatika.2(4): 526-533.
Saleh,M., M.Idris dan U.K. Pangerang.2017. Pengaruh pemberian pelet dengan level protein
berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup belut sawah pada
media kultur bokashi. Jurnal Media Akuatika.2(4):502-508.
Thiasari,N. dan A.I. Setiyawan.2018. Complete feed batang pisang terfermentasi dengan
level protein berbeda terhadap kecernaan bahan kering, kecernaan bahan
organic dan TDN secara in vitro.Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan.26(2):67-72.
Tim Agrokomplekskita.2018. Budidaya Belut di Lahan Terbatas dengan Teknologi MMC.
Agromedia,Bandung

28

Anda mungkin juga menyukai