Anda di halaman 1dari 10

Tugas Case Report #5

Pembimbing : dr. Melani R. Mantu, Sp.A., M.Kes


Penulis : Arnolda Lepang Makin (406192038)

1. Bagaimana cara pemeriksaan skrining pendengaran BERA dan OAE ?


Tujuan skrining pada anak adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sedini mungkin
sehingga dapat dilakukan penangan segera.
Pemeriksaan pendengaran berkala dilakukan pada usia 4,5,6,7,8,10,15 dan 18 tahun.
Pada prinsip metode tes pendengaran subyektif berdasarkan pada pengamatan perilaku anat
terhdap rangsangan suara (behavioral observation audiometry, visual re-inforcement
audiometry) dan tes non behavioral atau obyektif dengan menggunakan alat elektrofisiologik
(audiotory brainstem respone/ ABR, audiotory steady state response/ASSR, otoacustic
Emission/ OAE)
1. BERA/ABR
 Brainstem Evoked Response Audiotory (BERA) dapat dilakukan sejak bayi.
 Pemeriksaan menggunakan prinsip elektrofisiologik yang obyektif, noninvasive
 Untuk menilai respon system audiotorik termasuk respon batang otak terhadap
bunyi, sehingga dapat diketahui ambang pendengaran maupun letak lesi pada
system audiotorik tersebut. 1
 Cara Kerja : Respon terhadap stimulus audiotorik berupa respon auditory evoked
potential (AEP) yang sinkron direkam melalui elektroda permukaan (surface
electrode) yang ditempel pada kulit kepala. Respon yang berhasil direkam
diproses melalui program computer dan ditampilkan sebagai 5 gelombang
defleksi positif (gelombang I sampai V) yang terjadi sekitar 2-12 ms setelah
stimulus diberikan.2

2. Otoaccoustic Emission (OAE)


 Emisi otoakustik merupakan suara dengan intensitas rendah yang dihasilkan pada
koklea yang normal, baik secara spontan maupun karena rangsangan akustik.
 Dapat dilakukan untuk skrining pada anak baru lahir
 Skrining pada bayi dapat dilakukan dengan alat emisi otoakustik; yang obyektig,
aman, non-invasive, mudah dan alat yang relative murah. 1
 Sel-sel rambut di telinga bagian dalam yang merespons suara dengan bergetar.
Getaran menghasilkan suara yang sangat tenang yang menggema kembali ke
telinga tengah. Suara ini yang diuku oleh OAE.
 Pendengaran normal, Anda akan menghasilkan OAEs. Jika gangguan
pendengaran lebih besar dari 25-30 desibel (dB), tidak akan menghasilkan suara
yang sangat lembut ini.
 Cara Kerja :
 Dasar OAE adalah gerakan sel rambut luar koklea yang sangat kecil,
memproduksi energy mekanik yang diubah menjadi energy akustik sebagi respon
terhadap getaran dari organ ditelinga tengah. Sel ranbut luar ini sangat rentan
terhadap rangsangan eksternal.3
 Sebuah earphone kecil, atau probe, ditempatkan di telinga. Probe menempatkan
suara ke telinga dan mengukur suara yang kembali. Hasilnya di layar monitor.4

Sumber :
1. Azwar. Deteksi dini gangguan pendenagaran pada anak. Jurnal Kedokteran : April
2013
2. https://www.asha.org/public/hearing/Auditory-Brainstem-Response/
3. Rundjan L, dkk. Skrining gangguan pendengaran pada neonates risiko tinggi. Sari
Pediatri Vol 6 No. 4 : Maret 2005
4. https://www.asha.org/public/hearing/Otoacoustic-Emissions/
5. Wayna WJ. Aghdasi F. The importance of pre-analysis windowing on auditory
brainstem response fast Fourier transform analysis. Research Gate: February 2001
Tersedia pada :
https://www.researchgate.net/publication/12005336_The_importance_of_pre-
analysis_windowing_on_auditory_brainstem_response_fast_Fourier_transform_analy
sis
6. https://www.medicalexpo.com/prod/maico-diagnostic/product-69174-421507.html

2. Apa yang dikerjakan pada terapi sensori integrasi?


 Terapi sensori integrasi, sebagai bentuk terapi okupasi, mulai populer diberikan untuk
tata laksana anak dengan berbagai gangguan perkembangan, belajar, maupun perilaku.
 Terapi sensori integrasi menekankan stimulasi pada tiga indera utama, yaitu taktil,
vestibular, dan proprioseptif. Ketiga sistem sensori ini memang tidak terlalu familiar
dibandingkan indera penglihatan dan pendengaran, namun sistem sensori ini sangat
penting karena membantu interpretasi dan respons anak terhadap lingkungan.
 Manfaat terapi ini adalah untuk anak dengan autism spectrum disorder, keterlambatan
perkembangan pervasive, dan retardasi mental.
 Sesi terapi berorientasi pada permainan dan mungkin termasuk menggunakan peralatan
seperti ayunan, trampolin, dan slide. Integrasi sensorik juga menggunakan terapi seperti
tekanan dalam, menyikat gigi, dan berayun. Terapi-terapi ini tampaknya terkadang dapat
menenangkan anak yang cemas.
Tabel 1. Elemen inti terapi sensori integrasi

Elemen inti Deskripsi sikap dan perilaku terapis


Memberikan rangsangan sensori Memberikan kesempatan pada anak untuk
mengalami berbagai pengalaman sensori, yang
meliputi taktil, vestibular, dan/atau proprioseptif;
intervensi yang diberikan melibatkan lebih dari
satu modalitas sensori.
Memberikan tantangan yang tepat Memberikan aktivitas yang bersifat menantang,
tidak terlalu sulit maupun terlalu mudah, untuk
membangkitkan respons adaptif anak terhadap
tantangan sensori dan praksis.
Kerjasama menentukan pilihan Mengajak anak berperan aktif dalam proses
aktivitas terapi, memberikan kesempatan pada anak
mengontrol aktivitas yang dilakukan, tidak
menetapkan jadwal dan rencana terapi tanpa
melibatkan anak.
Memandu organisasi mandiri Mendukung dan memandu anak untuk
mengorganisasi perilaku secara mandiri, memilih
dan merencanakan perilaku yang sesuai dengan
kemampuan anak, mengajak anak untuk
berinisiatif, mengembangkan ide, dan
merencanakan aktivitas.
Menunjang stimulasi optimal Menjamin lingkungan terapi yang kondusif untuk
mencapai atau mempertahankan stimulasi yang
optimal, dengan mengubah lingkungan atau
aktivitas untuk menarik perhatian anak,
engagement, dan kenyamanan.
Menciptakan konteks bermain Menciptakan permainan yang membangun
motivasi intrinsik anak dan kesenangan dalam
beraktivitas; memfasilitasi atau mengembangkan
permainan objek, sosial, motorik, dan imaginatif.
Memaksimalkan kesuksesan anak Memberikan atau memodifikasi aktivitas
sehingga anak dapat berhasil pada sebagian atau
seluruh aktivitas, yang menghasilkan respons
terhadap tantangan tersebut
Menjamin keamanan fisis Meyakinkan bahwa secara fisik anak dalam
kondisi aman, dengan menggunakan peralatan
terapi yang aman atau senantiasa ditemani oleh
terapis
Mengatur ruangan untuk interaksi Mengatur peralatan dan ruangan sehingga dapat
anak memotivasi anak untuk memilih dan terlibat
dalam aktivitas
Memfasilitasi kebersamaan dalam Menghormati emosi anak, memberikan
terapi pandangan positif terhadap anak, menjalin
hubungan dengan anak, serta menciptakan iklim
kepercayaan dan keamanan emosi

 Tujuh (atau delapan) indera


didasarkan pada karya Dr. A. Jean Ayres, seorang PL yang ditambahkan ke panca
indera tradisional dua panca indera “internal”: kesadaran tubuh (proprioception)
dan gerakan (vestibular). Reseptor proprioseptif, ditemukan pada sendi dan
ligamen, memfasilitasi kontrol dan postur motorik; reseptor vestibular, yang
terletak di telinga bagian dalam, memberi tahu otak posisi tubuh dan di mana ia
berada di ruang, kunci keseimbangan dan koordinasi, antara lain.

Beberapa ide yang dapat digunakan untuk “sensory diet”.

Visual Ideas
 Limit the amount of visual material hanging from ceiling or walls.
 Store manipulatives inside containers.
 Organize and label all material to identify where they belong.
 Put pictures on containers for students with poor visual memory.
 Use picture templates of where items belong in places (i.e. desk,
room).
 Tape a number or letter line onto student’s desk.
 Provide primary lined paper or graph paper to help with spacing.
 Keep amount of visual information on worksheet to a minimum.
 Use a lamp instead of overhead fluorescent lighting.
 Use a touch screen instead of computer mouse.
 Use computer software to organize material.
 Allow student to sit with back to teacher (i.e. look at a solid wall).
 Have student write notes and use a peer’s note as well.

Auditory Ideas
 Minimize verbal directions.
 Use ear plugs or head phones.
 Allow time for student to listen to favorite music (i.e. classical,
Dixie).
 Use more visuals with pictures or words.
 Use social stories about what might happen or sounds that can be
heard in the room.
 Desensitize a student to an area by slowly integrating him or her on
numerous visits.

Tactile Ideas
 When a student says a touch "hurts" or pulls away, acknowledge their
pain and stop touching.
 Experiment with types of clothing that are comfortable (i.e. terry
cloth, all cotton, several times washed, no labels).
 Provide easy access to small hand fidgets (i.e. squishy, soft, textured,
soft).
 Allow student to sit in a bean bag chair.
 Refer to occupational therapist for further ideas (i.e. weighted vest,
utensils, "brushing").

Taste and Smells Ideas


Taste
 When rewarding student with food or cooking time, use food they
already like.
 Keep all poisonous substances locked up safely.
 Talk with nutritionist about diet.
Smells
 Have a scented lamp, candle, lotions, liquid soap, scented markers or
stickers available to smell to calm student.
 Be aware that if you have a scented object, the student may act
adversely to that particular smell.
 Keep Kleenex tissue readily available.
 Use minimal amounts of perfume or cologne.
 Be aware of soaps or detergents use - Use scent free laundry
products.

Proprioceptive Ideas
 Engage student in up and down movements (i.e. jumping rope,
bouncing a ball, trampoline) to wake up student.
 Back and forth movements (i.e. swinging, sitting in rocking chair)
may help calm student.
 Use stress balls, theraputty and fidget toys.
 Allow chewing on crunchy, chewy items (i.e. bubble gum in freezer,
licorice sticks, pretzels, carrots).
 Designate an area in the room to stomp feet or pace.
 Never take physical education or recess away from a student (i.e.
need deep pressure activities like running, jogging).

Vestibular Ideas
 Create heavy work activities (e.g. take down chairs in computer lab,
take garbage out at lunch, take a pile of encyclopedia to library).
 Slowly move from extreme positions (i.e. sitting on floor to
standing).
 Slow down our own movements.
 Use bands across front legs of desk.
 Have student sit on wiggle cushion or ball.
 Allow frequent breaks throughout the day.
 Have student jump on trampoline.
 Use sticker or stamps to identify left/right.
 Play games using repetitive alternating and rhythmic movement.
 Reinforce dominant hand use.
 Play on merry go round, ride roller coasters, hang upside down, play
team sports, swim, twist chains of a swing and untwisting, go
sledding, slide down water slides.

Sumber :
1. Elina Waiman, dkk. Sensori integrasi: dasar dan efektivitas terapi. Agustus 2011 tersedia
pada
https://www.researchgate.net/publication/312175761_Sensori_Integrasi_Dasar_dan_Efek
tivitas_Terapi
2. https://www.autism.org/sensory-integration/
3. https://childmind.org/article/treating-sensory-processing-issues/
4. https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/developmental-
disabilities/Pages/Sensory-Integration-Therapy.aspx
5. Davis, K., Dubie, M., (2004). Sensory integration: Tips to consider. Reporter, 9, (3), 3-8.
https://www.iidc.indiana.edu/irca/articles/sensory-integration-tips-to-consider.html

3. Intellectual Disabilty ?
 Disabiltas intelektual (sebelumnya disebut "keterbelakangan mental") telah
didefinisikan oleh defisit kognitif yang signifikan - yang telah ditetapkan melalui
ukuran kecerdasan standar, khususnya, dengan skor IQ di bawah 70 (dua standar
deviasi di bawah rata-rata 100) dalam populasi) —dan juga oleh defisit yang
signifikan dalam keterampilan fungsional dan adaptif. Keterampilan adaptif
melibatkan kemampuan untuk melakukan kegiatan kehidupan sehari-hari yang
sesuai dengan usia; seperti mampu berkomunikasi secara efektif, berinteraksi
dengan orang lain, dan menjaga diri sendiri.
 Fungsi intelektual. Juga dikenal sebagai IQ, ini mengacu pada kemampuan
seseorang untuk belajar, bernalar, membuat keputusan, dan menyelesaikan
masalah.
   Perilaku adaptif. Ini adalah keterampilan yang diperlukan untuk kehidupan
sehari-hari, IQ (intelligence quotient) diukur dengan tes IQ. IQ rata-rata adalah
100, dengan sebagian besar orang memiliki skor antara 85 dan 115. Seseorang
dianggap cacat secara intelektual jika ia memiliki IQ kurang dari 70 hingga 75.
 Menurut DSM V : disabilitas intelektual merupakan salah satu gangguan
neurodevelopmental dengan kriteria diagnostic
1. Deficits in intellectual functioning—“reasoning, problem solving, planning, abstract
thinking, judgment, academic learning, and learning from experience”—confirmed by
clinical evaluation and individualized standard IQ testing (APA, 2013, p. 33);
4. Deficits in adaptive functioning that significantly hamper conforming to developmental
and sociocultural standards for the individual's independence and ability to meet their
social responsibility; without on going support, the adaptive deficit limit function in
one or more activities of daily life, such as communication, social participation, and
independent living, across multiple environment, such as home, school, work, and
community; and
2. The onset of these deficits during childhood.
Classifications of Intellectual Disability Severity

SSI Listings
Criteria (The
SSI listings do
AAIDD not specify
Criteria severity levels,
DSM-IV (severity but indicate
Approximate Criteria DSM-5 Criteria classified on different
Percent (severity (severity the basis of standards for
Distribution of levels were classified on the intensity of meeting or
Severity Cases by based only on basis of daily support equaling listing
Category Severity IQ categories) skills) needed) level severity.)

Mild 85% Approximate Can live Intermittent IQ of 60 through


IQ range 50– independently support 70 and a physical
69 with minimum needed during or other mental
levels of support. transitions or impairment
periods of imposing an
uncertainty. additional and
significant
limitation of
function

Moderate 10% Approximate Independent Limited A valid verbal,


IQ range 36– living may be support performance, or
49 achieved with needed in full-scale IQ of 59
moderate levels daily or less
of support, such situations.
as those available
in group homes.
SSI Listings
Criteria (The
SSI listings do
AAIDD not specify
Criteria severity levels,
DSM-IV (severity but indicate
Approximate Criteria DSM-5 Criteria classified on different
Percent (severity (severity the basis of standards for
Distribution of levels were classified on the intensity of meeting or
Severity Cases by based only on basis of daily support equaling listing
Category Severity IQ categories) skills) needed) level severity.)

Severe 3.5% Approximate Requires daily Extensive A valid verbal,


IQ range 20– assistance with support performance, or
35 self-care needed for full-scale IQ of 59
activities and daily or less
safety activities.
supervision.

Profound 1.5% IQ <20 Requires 24-hour Pervasive A valid verbal,


care. support performance, or
needed for full-scale IQ of 59
every aspect or less
of daily
routines.

Sumber :
1. Clinical Characteristics of Intellectual Disabilities. NCBI. Oct 2015 tersedia pada
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK332877/
2. https://www.webmd.com/parenting/baby/intellectual-disability-mental-
retardation#1
3. American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of.
Mental Disorder Edition (DSM-V)
4. APA. (2000). DSM V-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders. IV Text Revision). Washington, DC: American Psychiantric
Association
5. AAIDD (American Association on Intellectual Developmental
Disabilities). Intellectual disability: Definition, classification, and systems of
supports. Washington, DC: AAIDD; 2010.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20973700

Anda mungkin juga menyukai