Anda di halaman 1dari 100

Pelatihan Resolusi Konflik

Team Fasilitator :
Aris Bahariyono, Agus H Nahrowi, Yasril La Ery, Cahyayudha Wisnuwardhana
Pembukaan
dan Perkenalan
Tujuan Pelatihan
Resolusi Konflik
1. Meningkatkan dasar pengetahuan dan
pemahaman tentang resolusi konflik
2. Meningkatkan keterampilan melakukan
resolusi konflik.
3. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya
pendekatan resolusi konflik yang konstruktif
dan kolaboratif
Disain Pelatihan
Metode Belajar

Pendekatan Experiential Learning


ANALISIS KONFLIK
Mengapa dilakukan analisis Konflik

• Memperjelas dan memprioritaskan isu-isu;


• Mengidentifikasi dampak dari konflik;
• Mengidentifikasi akar masalah dan faktor-faktor yang berkontribusi
pada konflik;
• Memperjelas pihak-pihak yang berkonflik;
• Mengkaji sifat alamiah hubungan antar pihak;
• Mengidentifikasi informasi yang ada dan informasi lebih lanjut yang
dibutuhkan;
• Mengevaluasi kemampuan pihak-pihak yang terlibat;
• Membangun hubungan dan pengertian diantara stakeholders;
• Meningkatkan ketrampilan stakeholders dalam analisis dan
pemecahan masalah;
• Meningkatkan pengertian tentang keterkaitan konflik yang ada
dengan konteks yang lebih luas.
Mengapa dilakukan analisis Konflik

• Untuk memberi masukan bagi program kita, dan menentukan


bagaimana
seharusnya kita merespon konflik dengan program kita.
• Untuk menentukan siapa yang terlibat di dalam konflik;
• Untuk mengetahui apa yang mendorong penggunaan kekerasan
atau berlanjutnya konflik (misalnya motivasi ekonomi, keinginan
berkuasa, balas dendam kesukuan);
• Mengidentifikasi masalah dalam konflik
• Melihat bagaimana konflik berkembang.
Komponen Utama yang dianalisis

KONTEKS

DINAMIKA

AKTOR SEBAB
Konteks konflik
• Di mana batas-batas geografis konflik?
• Sumber daya alam penting apa yang mungkin menjadi bagian dari
konflik?
• Bagaimana struktur politik, sosial, ekonomi dan budaya dari konflik?
• Bagaimana konteksnya pada tingkat masyarakat? Bagaimana
konteksnya pada tingkat regional?
• Apa faktor-faktor yang turut berperan pada konflik (misalnya: tingkat
pengangguran, langkanya sumberdaya)?

•Bagaimana sejarah konflik tersebut?—Tata waktu, kejadian kritis,


upaya penyelesaian yang sudah dilakukan, intervensi yang sudah
dilakukan dan lain lain.
•Dimana/bagaimana Lokasi/luasan (tingkat eskalasi) konflik?—
lokasi, luas, tinggi-sedang-rendah dan lain lain.
Apa Itu Konflik ?

Konflik kadang-kadang disebabkan oleh kesalahan komunikasi, namun


lebih sering hal ini disebabkan masalah lain, seperti nilai atau
keyakinan. Definisi mengenai konflik yang biasa dipakai berasal dari
Lewis Coser, seorang sosiolog, yang mendefinisikan konflik sosial
sebagai “pertikaian atas nilai-nilai dan klaim terhadap status,
kekuasaan dan sumber daya” (Coser, 1956, hal. 8) Definisi ini
menyoroti kemungkinan penyebab konflik (nilai-nilai, keyakinan,
kekuasaan, kelangkaan status atau sumberdaya). Definisi yang lain
mengenai konflik (Mitchell, 1981, hal. 17) merujuk pada “segala situasi
di mana dua atau lebih entitas sosial atau 'pihak’ memandang bahwa
mereka memiliki tujuan yang saling tidak bersesuaian.” Definisi ini
menekankan pada adanya tujuan yang tidak sesuai atau saling
berlawanan dan unsur persepsi yang membawa menuju konflik.
Apa Itu Resolusi Konflik ?
Pengelolaan Konflik (Conflict Management)
Segala upaya yang dilakukan untuk menangani konflik (kekerasan), mengurangi
tingkat kekerasan, atau mempertemukan pihak-pihak dalam proses untuk
mengatasi konflik.

Penyelesaian Konflik (Conflict Resolution)


Penyelesaian konflik menangani dan memecahkan sumber-sumber konflik yang
berakar dalam. Proses ini sering kali memakai metodologi pemecahan masalah
dalam mengidentifikasi pilihan-pilihan yang bisa diambil untuk menangani sumber
sumber konflik.

Transformasi Konflik (Conflict Transformation)


Transformasi konflik lebih luas daripada konsep penyelesaian konflik karena adanya
proses transformasi dari para pihak yang terkait, hubungan antar mereka, dan unsur-
unsur struktural yang mendasari konflik tersebut. Hubungan-hubungan dan struktur
sosial ini seringkali tidak adil dan tidak setara, dan proses transformasi konflik berusaha
untuk mengubah struktur-struktur ini dengan cara-cara yang akan membangun
masyarakat yang lebih adil. Istilah ini menunjukkan sebuah perspektif jangka panjang
terhadap konflik dan transformasinya.
Grievance & Konflik

Grievance adalah Masalah, concern, atau tuntutan


(Claim) yang disampaikan oleh Individu atau kelompok
masyarakat kepada perusahaan agar di diselesaikan.
(An issue, concern, problem, or claim (perceived or
actual) that an individual or community group wants a
company or contractor to address and resolve.
Konflik pada hakekatnya berawal dari adanya
perbedaan kepentingan yang tidak dapat diselesaikan
kemudian berubah menjadi persengketaan yang
berkepanjangan.
Grievance adalah Masalah,
concern, atau tuntutan (Claim)
yang disampaikan oleh Individu
atau kelompok masyarakat
kepada perusahaan agar di
diselesaikan.
(An issue, concern,
problem, or claim (perceived or
actual) that an individual or
community group wants a
company or contractor to
address and resolve.
Wujud Konflik
Spektrum Konflik

Konflik
Konstruktif
• Mengenali akar
• Mengabaikan akar permasalahan dengan
penyebab saling berkomunikasi dan
• Merusak hubungan dialog
• Menurunkan rasa • Meningkatkan hubungan
percaya (trust) • Menciptakan rasa percaya
• Membatasi interaksi • Meningkatkan koneksi
• Membawa kepada • Menemukan persamaan-
eskalasi dan kekerasan persamaan

• Menghalangi resolusi • Mendukung resolusi


KONFLIK
Sumber Konflik

Kebutuhan Dasar Nilai Sumber Daya


(Basic Needs) (Values) (Resources)

Kepentingan Pandangan
Love
(Interests) (Perceptions)
Konflik dan Budaya
Kevin Avruch, seorang antropolog yang mempelajari budaya dan konflik,
mendefinisikan budaya sebagai “bentukan dari pengalaman individu, sesuatu yang
dipelajari atau dibentuk oleh individu-individu itu sendiri atau mereka terima secara
sosial dari rekan sezaman atau pendahulu-pendahulu mereka" (Avruch, 1985, hal. 5).

Budaya adalah komponen penting dalam konflik. Budaya mempengaruhi proses


konflik – bagaimana hal itu bergulir, kejadian apa yang memicu kekerasan – dan
penafsiran terhadap kejadian dan pesan-pesan. Budaya juga mempengaruhi
bagaimana kita memandang kejadian-kejadian dan merupakan bagian dari konteks
komunikasi
Pengaruh budaya terhadap perilaku kita dan bagaimana kita melihat dunia sering kali
hanya bisa menjadi jelas jika kita melihat sesuatu yang berbeda. Sebagai contoh, saat
anda pergi ke sebuah negara asing, anda melihat bagaimana orang di negara itu
makan dan bagaimana mereka berinteraksi di muka umum. Ini mungkin berbeda dari
apa yang biasa atau bisa diterima di negara atau budaya anda. Jika kita memiliki
konteks budaya yang sama, kita menerima begitu saja norma-norma dan asumsi-
asumsi mengenai cara kita berkomunikasi dan melakukan pendekatan terhadap
konflik.
Perbedaan

Pluralitas : realitas jamak, keberagaman


Multikultur : keberbagaian (ketidaktunggalan)
budaya.
Multikultural: kata sifat dari
multikultur.
Pluralisme : sikap (afektif, isme), pengakuan,
penerimaan/penghargaan (yang
positif) terhadap pluralitas
Multikulturalisme : sikap (afektif, isme), pengakuan,
penerimaan/penghargaan, atau
prinsip yang dianut (yang positif)
terhadap multikultur.
Bagian tak terpisahkan dari
kehidupan
Kesenian

yang berbeda-beda
Budaya Lokal
Bagian dari, yang sekaligus
Kesenian juga mewadahi,
kebudayaan
Kontekstual
Sistem teknis khusus (irama
musik, gerak tari, ceritera,
pakaian, bentuk bangunan
dll.)
Kontekstual
(“Intertekstualitas”)

Suatu hal berkaitan dengan hal lain


Kaitan ini turut menentukan makna,
daya (power) atau nilai.
Saling tergantung, saling menerangkan,
saling menghidupkan.

Untuk mengerti suatu hal, kita butuh


acuan lain, seperti halnya untuk
memahami suatu kata, kita butuh kata
lain.
Sungai = sungai
air
gunung - laut
ikan
banjir
sawah
perjalanan
mandi
minum
Intertekstualitas

Kesenian
Negara
Sungai
Tari

Nilai
Makna
Daya
Lingkungan
Agama
Musik
Air Kepercayaan
Budaya
Sastera
Ikan
Intertekstualitas

Kesenian
Pertunjukan Fungsional-Struktural

Teknologi Sos-pol/sistem negara


Nilai
Nilai
Makna
Nilai
Modernisasi-Urbanisasi Budaya
Daya
Makna
Makna
Evolusi-Difusi

Daya
Daya
Lingkungan Kepercayaan
Perubahan Dominan-Marginal
Ekonomi

Kata Kuncinya: Kompleksitas


Paradoks
Interpretasi
Ambiguitas

Kompleksitas Pengamatan/Analisis
* Komprehensif
Multidimensi * Multidisiplin
Si Kuat, Si Banyak (Mayoritas) Harus Menang

Serba Sama

Hegemoni Tidak Adil


Problem

Seba diUkur
Problem

Serba Paling Baik

Si Lemah, Si Kecil (Minoritas, Marjinal) Harus Kalah


Birokrasi dan Politik

Serba Sama
Seragam/Uniform

Menafikan, Meremehkan
(Menganggap tiada)
Problem

Perbedaan
Serba diUkur
Standardisasi

Serba Terbaik
Kompetisi

Kultural & Etika


Penyeragaman
Realitas
& Standardisasi
Plural
Penyederhanaan terhadap Kompleksitas

Freedom
Kekerasan pengambilan Hak:
of
Makna Tafsir Nalar
Expression Ideologi
Tunggal
Monopoli
Kebenaran Kebajikan
Membatasi/Menghilangkan Ruang
Paradoks
Penyederhanaan Kompleksitas
Yang merupakan Modalterhadap
atau Penumbuh
Interpretasi
Ambiguitas
Kecerdasan-Kompleks
(Multiple Intelligent)

Individual Logika Matematis Sosial


Pengamatan/Analisis
Kompleksitas
(Intra-presonal) ( --- ) (Inter-personal)
* Komprehensif
Multidimensi
Auditif
(Musical)
Linguistik
( --- )
Gerak-Tubuh
* Multidisiplin
(Kinestetis)

(Moral) Spiritual Ruang


( --- ) ( --- ) (Spatial)

Gardner (2006/93)
DINAMIS
PARADOKS
Selalu Berubah
Individual Sosial

Kebebasan Aturan/Norma

RUANG & WAKTU


Buruk Baik
Individual Sosial
(Intra-presonal) (Inter-personal)

Tradisional KONTEKS
Modern

Campuran
CAIR
Asli
Syarikat Dagang Islam or Islamic Trading Society
(1904) and renamed Syarikat Islam or Islamic
Society in 1911.

Muhammadiyah, established in 1912 and


Nahdatul Ulama, established in 1926.

NATI O NALITY
Ethnicity
Ethnicity
C O LMarket
ONIAL
Ethnicity
Ethnicity
Ethnicity

Ethnicity Ethnicity
PROVINCIAL
Religion

N A T I O N A L IPROVINCIAL
TY
PROVINCIAL
PROVINCIAL
Bentuk-bentuk unit sosial yang terkait dengan hak-hak masyarakat (hukum) adat (etik atau emik)
Lihat Zakaria & Arizona, dalam Arizona, 2014 (disempurnakan). Lihat juga Koentjaraningrat, 1980:
46.

‘desa’, Gampong, nagari, gampong, huta, Sub suku Dayak iban, kenyah,
marga/sumsel, kasepuhan, pekraman, beo, batak karo, caniago, koto,
nggolo, ngata, gelarang, kapala, binua, winua, jambak, kaili moma, sistem
ohoi, negeri, dll -> berpeluang ditetapkan sbg marga/Batak & Minahasa, dll
‘desa adat’ versi uu 6/2014 ttg Desa

Individu Keluarga keluarga Sub- lareh/federasi Suku Jawa, Ras Negara,


‘anak batih besar/Gab desa/des nagari di sunda, melanesia, kerajaan,
nagari’ , ungan a kecil:
‘anak adat’ Minangkabau melayu, austronesi kesultanan
keluarga, jorong/b
kaum & uek, mukim/Aceh dayak, a
suku dlm dusun, Ketemenggun kaili, bugis,
konteks kampung gan/Kalteng mentawai,
Minangka dst Lembang/Tor batak,
bau, aja
lamin/bet
dst..
ang
Masyarakat
Pasal 28I ayat (3) & Pasal
Tradisional & Masy
Daerah
32 (2) UUD 1945;
Siapa Masyarakat

Pasal 18B ayat (2) UUD


Masyarakat Hukum
Adat 1945

UU No. 6 Tahun 2014,


berdasarkan pada Pasal
18B ayat (2) UUD 1945
adat?

Desa Adat

(Arizona, 2014, dilengkapi RYZ)

Masyarakat tradisional Genealogis (dan Organisasi sosial, wilayah


dan (Masyarakat) Daerah teritorial) hukum adat
Masyarakat hukum adat Genelogis dan teritorial Badan hukum perdata
Desa Adat Genealogis, teritorial Quasi-negara (badan hukum
dan fungsional publik); masyarakat hukum
Kontestasi terminologi…

• Dua terma yang paling menonjol


dalam wacana pengakuan hak-hak
‘dari berbagai kolektiva sosial’ yang
kemudian menjadi bagian dalam
negara dan bangsa ini adalah,
mulanya ‘masyarakat hukum adat’,
dan belakangan lebih gencar
dipromosikan sebagai ‘masyarakat
Masyarakat
Hukum Adat adat’ saja.
Masyarakat
Adat • Apakah kedua terma merujuk pada
relaitas sosial yang sama?
• Yang jelas, kedua terma yang serupa
tapi tidak sama itu muncul dalam
masa yang berbeda, meski boleh jadi,
sedikit banyaknya, juga memiliki
konteks sosial dan politik yang tidak
jauh berbeda satu sama lainya.
Kontestasi antar hukum: Tiga Contoh

UU 41/1999 Kehutanan UU 27/2007 Pesisir dan PP Kecil UU 32/2009 Pengelolaan dan


Pelestarian Lingkungan Hidup

Pasal 67 Ayat (1): Pasal 1 (33): Pasal 1 (31) Masyarakat hukum adat
Masyarakat hukum adat diakui Masyarakat Adat adalah kelompok adalah kelompok masyarakat yang
keberadaannya, jika menurut Masyarakat Pesisir yang secara turun- secara turun temurun bermukim di
kenyataannya memenuhi unsur antara temurun bermukim di wilayah geografis tertentu karena adanya
lain: wilayah geografis tertentu karena ikatan pada asal usul leluhur, adanya
a.masyarakatnya masih dalam bentuk adanya ikatan pada asal-usul leluhur, hubungan yang kuat dengan lingkungan
paguyuban (rechtsgemeenschap; adanya hubungan yang kuat dengan hidup, serta adanya sistem nilai yang
b.ada kelembagaan dalam bentuk Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau menentukan pranata ekonomi, politik,
perangkat penguasa adatnya; Kecil, serta adanya sistem nilai yang sosial, dan hukum 
c.ada wilayah hukum adat yang jelas; menentukan pranata ekonomi, politik,
d.ada pranata dan perangkat hukum, sosial, dan hukum. Pedoman Inventarisasi:
khususnya peradilan adat, yang masih Bermukim di wilayah tertentu;
ditaati; Belum ada pengaturan lebih lanjut. Adanya ikatan asal-usul leluhur;
e.dan masih mengadakan pemungutan Hasil Judicial Review terakhir terma Adanya hubungan yang kuat dengan
hasil hutan di wilayah hutan sekitarnya masyarakat adat ’dikembalikan’ menjadi lingkungan hidup;
untuk pemenuhan kebutuhan hidup ’masyarakat hukum adat’ sosial, dan hukum adat;
sehari-hari. Adanya sistem nilai yang menentukan
pranata politik;
Bersifat akumulatif; perlu PP dulu. Adanya sistem nilai yang menentukan
Keberadaan suatu MHA ditetapkan pranata ekonomi;
melalui Perda; Adanya sistem nilai yang menentukan
Satu Perda satu MHA? pranata sosial dan hukum adat

Bersifat akumulatif; namun


pedoman KLH tdk dimaksudkan
sebagai upaya pengakuan status
Masyarakat Hukum Adat cq. Masyarakat Adat sebagai suatu
‘pengelompokan sosial’ (Koentjaraningrat, 1980)

• “Kehidupan keluarga manusia diatur oleh kompleks yang besar dari


bermacam adat-istiadat dan hukum-hukum yang tidak ditentukan oleh
nalurinya secara biologis, tetapi oleh kebudayaannya. Konsekwensi
dari keadaan ini adalah bahwa bentuk kelompok keluarga dan
kekerabatan manusia menunjukkan suatu aneka warna yang amat
beragam diantara bangsa-bangsa di dunia” (Hal. 88)
• Kelompok adalah suatu kesatuan individu yang terikat oleh paling
sedikit enam unsur: (1) suatu sistem norma-norma yang mengatur
kelakuan warga kelompok; (2) suatu rasa kepribadian kelompok yang
disadari oleh semua warga; (3) aktivitas berkumpul warga yang
berulang; (4) suatu sistem hak dan kewajiban yang mengatur
interaksi antara warga kelompok; (5) suatu pimpinan atau pengurus
yang mengorganisasikan akktivitas-aktivitas kelompok; dan (6) suatu
sistem hak dan kewajiban bagi para individunya terhadap sejumlah
harta produktif, harta konsumtif, atau harta pisaka yang tertentu (Hal.
109).
Bentuk-bentuk pengelompokan sosial berdasarkan hubungan
kekerabatan (Koentjaraningrat, 1980: 80 - 127)

Sebutan Keterangan

Keluarga Batih/Keluarga Sepasang suami istri dan anak-anaknya (termasuk anak tiri dan anak
Inti angkat) yang belum kawin
Rumah Tangga Satuan ini mengurus ekonomi rumah tangga sebagai kesatuan, yang
terwujud ke dalam sistem dapur. Sering terdiri dari satu keluarga inti,
tetapi juga bisa terdiri dari lebih dari satu.
Kindred Kesatuan kaum kerabat yang melingkari seseorang yang memulai suatu
aktivitas yang biasanya berkaitan dengan ritual life cycle.
Keluarga Luas Kelompok kekerabatan ini selalu terdiri dari lebih dari satu keluarga inti,
tetapi seluruhnya merupakan suatu kesatuan sosial yang amat erat, dan
yang baisanya hidup tinggal bersaa pada satu tempat – rumah/kompleks
rumah/compound atau perkarangan – tertentu.
Klen Suatu kelompok kekerabatan yang terdiri dari gabungan keluarga luas
yang merasakan diri berasal dari seorang nenek moyang, dan yang satu
dengan lain terikat melalui garis-garis keturunan tertentu (patrilineal atau
matrilenieal)
Fratri/Phratry Gabungan klen
Moiety/Paroh Masyarakat Gabung klen yang kemudian membentuk satu masyarakat bersama satu
paroh masyarakat yang lain  Seperti ‘’kampung islam/Ohoislam’ dan
‘kampung kriten/Ohoisaran’ di Petuanan cq. Desa Dullah Laut,
Kepulauan Key (Sdhuri, 2014)
Segitiga Sistem Hak

Subyek
hak

Sistem
tenurial

Jenis Obyek
hak hak
Corak Hubungan Subyek Hak dengan Jenis
Hak
Pemilik (owner) Kepunyaan Pemakai/Penye Pemanfaat yang
(proprietor) wa (claimant) diizinkan
(authorized
users)

hak atas akses + + + +


(rights of access)
hak pemanfaatan + + + +
(rights of
withdrawal)
hak pengelolaan + + + -
(rights of
management)
hak pembatasan + + - -
(rights of
exclution)
hak pelepasan + - - -
(rghts of
alienation)
UUPA 1960 & Sektoralisme Pengaturan
Penetapan Hak Atas Tanah (Bachriadi, et.al.,
2002)
g
ruan
Tata
UUPR Bappenas

UUPA UUPK Dephutbun

BPN HPH/HPHTI

HGU
HM HGB HK
HP

70%
D

Condos C

30% UUPP
Deptamben
DSDK
Fase Konflik

E
3. Kebakaran,
s Kekerasan,
Krisis
k
a
l 4. Meredam,
Bara,
2. Api Mulai
a Menyala, De-Eskalasi
Benturan,
s Konfrontasi
i
1.Bahan Bakar 5. Padam
terkumpul, Pembaharuan,
Potensi Rekonstruksi
Konflik (Laten)
Phase of Conflict
1. Pengumpulan bahan / Potensi konflik

Pada tahap awal, bahan untuk api sedang dikumpulkan.


Sebagian dari bahan-bahan ini lebih kering dari yang lain,
tetapi masih belum terbakar. Namun, ada pergerakan
menuju munculnya api dan bahan-bahan telah tersedia.
Dalam tahap ini, yang sering disebut sebagai konflik laten
(Curle, 1971), orang pada umumnya mengalami kekerasan
struktural (Galtung, 1969). Kekerasan struktural adalah
situasi ketidakadilan di mana orang tidak diizinkan untuk
mendapatkan hak dan tanggung jawab secara setara.
Orang diperlakukan secara tidak setara di dalam struktur,
sistem dan lembaga-lembaga sosial, dan kesenjangan ini
tidak tertahankan lagi bisa menjadi konflik.
Pengumpulan bahan / Potensi konflik
2. Api mulai menyala / Bentrokan

Pada tahap kedua, sebatang korek dinyalakan dan api mulai


menyala. Biasanya ada konfrontasi antar pihak, seperti
sebuah demonstrasi umum yang besar bertindak sebagai
korek dan dengan cepat menyulut bahan-bahan kering yang
telah menunggu. Konfrontasi biasanya berarti bahwa
kekerasan yang sembunyi-sembunyi atau dalam bentuk
struktural sudah ditolak secara terbuka. Sebagai contoh, saat
Rosa Parks, seorang perempuan Afrika Amerika, ditahan
karena menolak untuk memberikan tempat duduknya agar
seorang pria kulit putih bisa duduk – yang menjadi ketentuan
dalam hukum segregasi di Amerika Serikat pada waktu itu.
Penahanannya memicu sebuah pemboikotan besar-besaran
dan menggulirkan keberhasilan awal pada gerakan hak-hak
sipil
2. Api mulai menyala / Bentrokan
3. Kebakaran / Krisis.

Dalam tahap ketiga, api membakar sejauh dan secepat yang bisa
dijangkaunya, secara liar di luar kontrol. Dalam tahap ini, konflik
mencapai tingkat krisis, dan seperti api, konflik juga menghancurkan
bahan yang membangkitkannya. Saat konflik menjadi “panas,”
mereka yang terlibat di dalamnya sering melakukan kekerasan
terbuka untuk mencapai kemenangan – biasanya, kedua belah pihak
pada akhirnya akan kehilangan sesuatu. Kekerasan terbuka adalah
tindakan yang dilakukan secara sengaja untuk mencederai,
melumpuhkan atau membunuh orang lain. Perang adalah bentuk
kekerasan terbuka yang paling terorganisir yang diciptakan oleh
manusia. Kelompok-kelompok politik biasanya melakukan kekerasan
terbuka saat mengalami frustrasi, ketakutan dan meyakini tidak ada
cara lain untuk mencapai tujuan mereka.
Kebakaran / Krisis.
Bara / Potensi konflik

Pada suatu saat, api mereda, kobarannya hilang dan


hanya bara yang menyala saat sebagian besar bahan
bakarnya telah terbakar. Pada tahap ini, konflik bisa terus
memadam, atau jika ada bahan bakar baru, konflik bisa
berkobar lagi. Kekerasan terbuka biasanya mengalami
daur berganti-ganti antara saat pertikaian sengit dengan
saat-saat yang relatif tenang. Jika perjanjian perdamaian
ditandatangani, biasanya kekerasan akan menurun, paling
tidak sementara. Namun, jika penyebab kekerasan
struktural dan ketidakadilan tidak ditangani maka
kekerasan terbuka sering akan muncul kembali.
Bara / Potensi konflik
5. Api padam / Pembaharuan

Dalam tahap ke lima, api akhirnya padam


dan bahkan bara apinya telah dingin. Pada tahap ini, mulailah
saatnya untuk memusatkan perhatian pada hal-hal selain api itu
sendiri, dan untuk membangun kembali dan membentuk apa yang
telah hilang. Jika ketidakadilan struktur dan sistem ditangani secara
memadai, maka akan ada ruang untuk rekonsiliasi, regenerasi dan
pembaruan. Proses proses ini, tidak mudah dan membutuhkan
energi sama banyaknya dengan api, hanya saja disalurkan ke arah
yang berbeda. Regenerasi memerlukan waktu bertahun-tahun.
Hutan yang terbakar habis Tidak langsung hijau kembali di tahun
berikutnya.
Api padam / Pembaharuan
KOMUNIKASI
DAN PENANGANAN KONFLIK

Persepsi,
Konflik dan komunikasi amat terkait dengan persepsi.
Anggapan yang kita miliki mengenai dunia di sekitar kita
bergantung pada di mana kita berdiri, dan di mana kita
berdiri dipengaruhi oleh keyakinan-keyakinan kita yang
didasarkan pada budaya, agama, latar belakang
keluarga, status, gender, dan pengalaman pribadi kita.
Saat mengalami peristiwa yang sama, orang-orang yang
datang dari latar belakang yang secara umum sama
masih bisa memiliki sudut pandang yang berbeda
mengenai peristiwa tersebut, dan mendefinisikan
“kebenaran” dalam situasi tersebut dengan cara yang
berbeda.
CONFLICT STYLES
Conflict Styles
Akomodasi

Orang-orang yang mengakomodasi bersifat tidak tegas dan sangat


kooperatif. Mereka mengabaikan urusan mereka sendiri untuk
memenuhi urusan orang lain. Mereka sering kali menyerah selama
konflik dan mengakui kalau mereka membuat kesalahan atau
memutuskan bahwa hal itu tidak penting. Akomodasi adalah lawan
dari gaya bersaing. Orang-orang yang mengakomodasi murah
hati, dermawan, dan tidak mementingkan diri sendiri, mungkin
mereka mematuhi orang lain padahal mereka sebenarnya tidak
ingin tidak mematuhinya, atau tunduk pada sudut pandang orang
lain. Biasanya, orang-orang yang akomodatif mendahulukan
menjaga hubungan, mengabaikan persoalan dan berusaha
menjaga perdamaian dengan cara apapun.
Akomodasi
Deskripsi: Menerima pandangan yang lain, biarkan pandangan yang lain
tersebut menang, menyerah, mendukung; mengaku salah; memutuskan
ini bukan masalah besar atau tidak masalah. Menekankan relasi
(hubungan) antar manusia, mengacuhkan tujuan mereka sendiri dan
meredakan konflik dengan menyerahkan pada yang lain.

Perspektif konflik: Konflik adalah musibah, jadi menyerahlah.


Mengorbankan kepentingan, mengacuhkan masalah, mementingkan
relasi, menjaga perdamaian dengan harga berapapun.

Keuntungan: Akomodasi menjaga relasi (hubungan)

Target/Hasil: Menciptakan situasi menang-kalah

Kelemahan: Menyerah tidak produktif


Bersaing atau Memaksa

Orang-orang yang mendekati konflik dengan cara bersaing memaksakan


keinginan mereka dan tidak bekerja sama pada saat mereka mengejar urusan
mereka dengan mengorbankan orang lain. Untuk bersaing, mereka
mengambil orientasi kekuasaan dan menggunakan kekuatan apapun yang bisa
dipakai agar menang. Ini mungkin mencakup gaya mendebat, menggunakan
kedudukan, atau menghasut diberikannya sanksi-sanksi ekonomi. Bersaing
dapat berarti membela dan mempertahankan posisi yang dipercaya sebagai
benar, atau sekedar berusaha untuk menang. Memaksa adalah salah satu cara
melihat persaingan. Untuk orang-orang yang menggunakan gaya memaksa,
biasanya konflik bersifat nyata, dan beberapa orang adalah benar dan lainnya
adalah salah.
Bersaing atau Memaksa (Kompetisi)

Deskripsi: Mengontrol hasil akhir; tidak menerima perbedaan pendapat, memaksakan


pandangan, berorientasi tujuan, relasi atau hubungan berada dalam prioritas rendah.
Orang-orang ini terkadang tidak segan menggunakan perilaku agresif untuk
memecahkan masalah, tidak kooperatif, mengancam dan mengintimidasi, sangat butuh
kemenangan, sehingga yang lain harus kalah.

Perspektif Konflik: Konflik sangat jelas. Isu sentralnya adalah siapa yang benar. Tekanan
dan penindasan adalah penting.

Keuntungan: Jika keputusan orang ini benar, ini merupakan sebuah keputusan yang
lebih baik yang dihasilkan.

Target/Hasil: menciptakan situasi menang-kalah

Kelemahan: menyulut kemarahan/oposisi terhadap orang yang menggunakannya.


Menghindar

Orang-orang yang menghindari konflik pada umumnya bersifat tidak


tegas dan tidak kooperatif. Mereka tidak segera mengejar urusan mereka
sendiri atau urusan orang lain, tetapi menghindari konflik secara keseluruhan
atau terlambat memberikan tanggapan. Untuk melakukan hal tersebut, mereka
mungkin secara diplomatik menangguhkan pembahasan hingga waktu yang
lebih baik, menarik diri dari situasi yang mengancam atau mengalihkan
perhatian. Mereka merasa konflik sebagai sia-sia dan oleh karena itu menjadi
hal yang harus dihindari. Perbedaan-perbedaan diabaikan dan mereka
menerima ketidaksetujuan.
Menghindar

Deskripsi: Menunda atau menghindari respon; menarik diri; mengalihkan perhatian,


lebih suka bersembunyi dan mengabaikan konflik dari pada menyelesaikannya;
tidak kooperatif, cenderung mengalah dan menampilkan tingkah laku pasif. “Aku
lebih suka tidak menghadapinya sekarang.”

Perspektif Konflik: tidak ada harapan dalam konflik. Menghindari adalah langkah
terbaik.

Kelebihan: Menjaga relasi yang terluka oleh konflik.

Target/hasil: Menciptakan situasi kalah-kalah.

Kelemahan: Konflik tidak terselesaikan. Terlalu sering menggunakan gaya ini


menyebabkan orang lain mengalahkan mereka.
Berkompromi

Kompromisator bersifat cukup tegas dan kooperatif.


Mereka berusaha untuk menyelesaikan konflik secara
cepat dan dapat diterima bersama yang memenuhi
sebagian harapan kedua belah pihak. Para kompromisator
memberi lebih sedikit dari akomodator dan lebih banyak
daripada kompetitor. Mereka menyelidiki urusan lebih
daripada penghindar tetapi kurang dari kolaborator.
Penyelesaian yang mereka berikan sering kali meliputi
“membagi selisih” atau bertukar konsesi. Konflik adalah
perbedaan bersama yang sebaiknya diselesaikan dengan
kerja sama dan kompromi.
Berkompromi
Deskripsi: mempunyai perhatian pada relasi dan tujuan. Mau
mengorbankan beberapa tujuan sambil meyakinkan yang lain untuk
menyerahkan bagiannya.

Perspektif Konflik: konflik adalah perbedaan yang saling


menguntungkan yang bisa dipecahkan dengan bekerjasama dan
kompromi.

Keuntungan: Hubungan (relasi) dipelihara dan konflik dienyahkan.

Target/Hasil: Kooperatif—hasilnya bisa menang-kalah, atau kalah-


kalah.

Kelemahan: Menciptakan hasil akhir yang kurang ideal (keduanya bisa


sama-sama kalah, atau menang kalah)
Kolaborasi

Tidak seperti penghindar, kolaborator bersifat tegas dan kooperatif.


Mereka menegaskan pandangan-pandangan mereka sendiri
sementara juga mendengarkan pandangan-pandangan yang lain dan
menerima perbedaan-perbedaan. Mereka berusaha bekerja dengan
orang lain untuk mencari penyelesaian yang memenuhi urusan
kedua belah pihak. Pendekatan ini menyangkut identifikasi urusan-
urusan yang mendasari konflik dengan menyelidiki perselisihan dari
kedua sisi konflik, belajar dari pandangan-pandangan satu sama lain,
dan secara kreatif datang dengan penyelesaian untuk menangani
urusan kedua belah pihak. Orang-orang yang menggunakan gaya ini
sering kali mengakui bahwa hubungan mengalami ketegangan dan
ada sudut pandang yang berlawanan tetapi ingin menyelesaikan
konflik.
Kolaborasi
Deskripsi: Mencari persetujuan yang saling menguntungkan
dalam pemecahan masalah. “Dua kepala lebih baik dari satu.”

Perspektif dalam Konflik: konflik adalah alami. Jadi akui adanya


perbedaan, hargai setiap kunikan seseorang.

Keuntungan: Kedua sisi mendapatkan apa yang mereka inginkan


dan perasaan negatif terkurangi.

Target/Hasil: Kedua belah pihak menang. Win – win (menang-


menang)

Kelemahan: Perlu waktu yang lama


POSITION AND INTEREST
KONFLIK

POSITION

INTEREST
Tipe-tipe Kepentingan (Interest)
Kepentingan yang sama (Shared Interest):
Para pihak berbagi kepentingan yang sama

Berbeda Kepentingan (Different Interest):


Para pihak tidak berbagi kepentingan yang sama, kepentingannya
tidak saling bertentangan.

Konflik Kepentingan (Conflicting Interest):


Para pihak memiliki kepentingan yang saling bertentangan antara
satu dengan yang lain.
Apa mutual ‘interest’ dari para pihak?
Pihak-Pihak dalam konflik (Aktor)
 Siapa yang menjadi pihak primer? Apa yang menjadi tujuan dan kepentingan
mereka? (Pihak primer didefinisikan sebagai pihak yang terlibat secara
langsung dalam konflik. Tujuan salah satu pihak dianggap tidak dapat
bersesuaian dengan tujuan pihak yang lain.)

• Siapa yang menjadi pihak sekunder? Apa kepentingan mereka? Bagaimana


keterlibatan mereka di dalam konflik? (Pihak sekunder memiliki kepentingan
tidak langsung atas hasil konflik).

• Siapa yang menjadi pihak ketiga yang berkepentingan? Apa kepentingan


mereka terhadap konflik ini? Bagaimana keterlibatan mereka? (Pihak ketiga
yang berkepentingan adalah mereka yang memiliki kepentingan terhadap
penyelesaian konflik secara baik atau justru menginginkan berlanjutnya
konflik.)

• Apa hubungan kekuatan/kekuasaan antara berbagai pihak dalam konflik?


Masalah (Sebab)
• Apa masalah yang terdapat dalam konflik? Apakah ini konflik mengenai nilainilai dan
keyakinan? Sumberdaya? Fakta (perselisihan mengenai hal itu)? Kepentingan
(kebutuhan, kekhawatiran, rasa takut, nilai, atau keinginan)?
• Apa yang menjadi sumber atau akar penyebab konflik?
• Apa faktor ketegangan atau pemisah yang terdapat di negara atau
masyarakat?
• Apa penyebab-penyebab yang dekat (baru terjadi, yang tampak atau yang
dimanfaatkan untuk memicu)?
• Bagaimana faktor-faktor eksternal (kepentingan luar yang mendorong,
memanfaatkan atau memperparah masalah) mempengaruhi masalah masalah ini?
•Apa saja sebab-sebab konflik yang sersifat struktural?—Pengelolaan kebun
yang kurang dipercaya, minimnya partisipasi masyarakat, dan lain lain.
•Apa saja pemicunya?—Pilkada, penangkapan, kemarau panjang, PHK besar-
besaran, kelangkaan pangan dan lain lain.
•Apa saja faktor-faktor yang mendukung tercapainya penyelesaian konflik?—
adanya saluran komunikasi, komitmen pihak-pihak untuk menyelesaikan konflik,
program-program yang inovatif.
Pohon Masalah (Sebab-Akibat)
What.Using the metaphor of a tree, have participants discuss the root causes (the roots
of the tree), core problem (the trunk of the tree), and effects (the branches and leaves of
the tree) of conflict.
Dinamika

• Apakah konflik mengalami peningkatan atau penurunan seiring


berjalannya
waktu?
• Apakah pihak-pihak dalam konflik terpolarisasi?
• Kejadian apa yang memicu meletusnya kekerasan?
• Perubahan apa yang terjadi pada isu-isu dalam konflik dengan
berjalannya
waktu?
• Taktik apa yang digunakan pihak-pihak dalam konflik?
•Bagaimana perkembangan terkini dari konflik—eskalasi/de-
eskalasi; dan peluang-peluang penyelesaian yang ada;
Siapakah Para Pihak?

Individu atau kelompok/organisasi yang:


• Terkena dampak dari konflik
• Mempengaruhi hasil/dampak dari konflik
Who. Key questions included here are: Who is involved in the conflict? How do they
interact with each other? Where is the conflict centred? What people or groups have strong
positive relationships with each other? These relationships should be expressed in a
drawing, with each party (including secondary and other peripheral or stakeholder parties)
represented by a circle.
Analisa Para Pihak

Analisa para pihak akan menentukan siapa yang harus


dilibatkan dalam menyelesaikan konflik
 Siapa yang terlibat
 Hubungan antar para pihak
Para Pihak dan Kuasa (Power)

Kuasa/Power dapat diartikan sebagai kemampuan untuk


mendapat/mencapai hasil tertentu (Ramirez, 1999)
Kuasa/Power dapat disajikan dari berbagai sumber:
Kekuatan fisik
Kharisma
Kekuatan emosi
Kekuatan Sosial-ekonomi dan politik
Kekuatan budaya
Penguasaan informasi
Kemanpuan (capacity and skills)
Kemampuan untuk menekan
SUMBER-SUMBER KEKUASAAN

Kekuasaan bisa dipergunakan untuk tujuan


merusak maupun membangun. Jika kekuasaan
dipahami dalam arti luas sebagai cara untuk
mempengaruhi perilaku orang lain, maka kita
bisa melihat sudut pandang baru mengenai
bagaimana individu dan kelompok memiliki
kekuasaan, yang bisa membantu kita untuk
mempergunakan sumber-sumber kekuasaan
ini untuk memperbaiki ketidakseimbangan dan
ketidakadilan.
Kekuasaan Posisi didasarkan pada peran, atau posisi, yang
dipegang seseorang dalam masyarakat. Kekuasaan ini dialihkan dari
satu individu ke individu lain saat dia masuk atau keluar dari sebuah
peran. Sebagai contoh, presiden atau perdana menteri dari sebuah
negara memiliki kekuasaan karena posisi mereka, bukan karena
karakteristik pribadi atau kelas sosial.

Kekuasaan Hubungan tidak terletak pada individu tertentu, tetapi


merupakan kelengkapan dari hubungan sosial. Sebagai contoh, saat
anda mendengarkan penuturan seorang teman dan menghargai
pendapatnya, anda memberikan kekuasaan kepadanya. Saat dia
mendengarkan anda dan menghargai pendapat anda, maka anda
menerima kekuasaan. Dalam sebuah hubungan, kekuasaan bersifat
cair dan sulit diukur. Hal itu bisa diperluas atau diperkecil saat anda
berinteraksi.
Kekuasaan Posisi didasarkan pada peran, atau posisi, yang
dipegang seseorang dalam masyarakat. Kekuasaan ini dialihkan dari
satu individu ke individu lain saat dia masuk atau keluar dari sebuah
peran. Sebagai contoh, presiden atau perdana menteri dari sebuah
negara memiliki kekuasaan karena posisi mereka, bukan karena
karakteristik pribadi atau kelas sosial.

Kekuasaan Hubungan tidak terletak pada individu tertentu, tetapi


merupakan kelengkapan dari hubungan sosial. Sebagai contoh, saat
anda mendengarkan penuturan seorang teman dan menghargai
pendapatnya, anda memberikan kekuasaan kepadanya. Saat dia
mendengarkan anda dan menghargai pendapat anda, maka anda
menerima kekuasaan. Dalam sebuah hubungan, kekuasaan bersifat
cair dan sulit diukur. Hal itu bisa diperluas atau diperkecil saat anda
berinteraksi.
Kekuasaan Kekuatan merujuk pada kekuatan fisik dan
cara-cara paksaan (seperti senjata api dalam kisah Daya
Manusia dalam Latihan ). Individu bisa mempergunakan
kekuatan mereka sendiri, maupun kekuatan senjata, militer,
kepolisian, dan penjara untuk memaksakan kehendak
mereka pada pihak lain.

Kekuasaan Status datang dari kekayaan atau tingkat sosial


dalam masyarakat. Individu dapat mempergunakan uang
atau hubungan sosial dan keluarga mereka untuk
mempertahankan sebuah situasi yang menguntungkan
mereka atau mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Sebagai contoh, raja dan ratu mendapatkan kekuasaan
kerajaan karena ikatan keluarga mereka.
Kekuasaan Pengetahuan dan Keahlian merujuk pada
penghormatan dan pengaruh yang diberikan pada para
anggota masyarakat yang memiliki pengetahuan dan
keahlian khusus, seperti dokter, ahli hukum, guru, ahli teknik,
atau ahli mesin. Kekuasaan datang dari apa yang mereka
ketahui.

Kekuasaan Kelompok dimiliki oleh orang-orang yang


bertindak bersama untuk satu tujuan tertentu. Sering kali
dipergunakan istilah “kekuasaan masyarakat” atau “people
power.” Kekuasaan ini merujuk pada kekuasaan individu
saat menjadi bagian dari sebuah kelompok. Sebagai contoh,
serikat pekerja dan gerakan protes massa memiliki
kekuasaan karena jumlahnya anggotanya yang banyak.
Relasi Para Pihak

 Perbedaan relasi antar para pihak:


Hubungan (Relasi) dengan sumberdaya
Hubungan (Relasi) antar pihak

 Pahami bahwa relasi antar pihak berubah dari waktu


ke waktu
Stakeholder:

Relasi Para Pihak Position:

Interest:
Stakeholder: Stakeholder:

Position: Position:

Interest: Interest:
Issue:

Stakeholder:
Stakeholder:
Position:
Position:
Interest:
Interest:

Stakeholder: Stakeholder:

Position: Position:

Interest: Interest:

Stakeholder:

Position:

Interest:

Sub-Stakeholder:

Position:

Interest:
Legend: Jika hasil identifikasi ternyata ada pihak yang memiliki 3 sumber kekuatan,
maka patut diduga bahwa pihak tersebut memiliki kekuatan besar. Maka legend nya
dibuat dalam bentuk “lingkaran besar.”
Jikalau Pihak dianggap hanya memiliki sumber kekuatan terbatas, atau satu sumber
saja. Maka legendnya dibuat menjadi sebuah bentuk lingkaran kecil.
Contoh
Pentingnya Pelajaran dari Pemetaan Konflik untuk
Penyelesaian Konflik

 Sejarah, melihat Latarbelakang di masa lalu, Phase,


Eskalasi, kecenderungan ke Depan dengan kerja kerja
Penyelesaian
 Analisis Para Pihak/Aktor, mengetahui para pihak yang
terkait dengan Konflik, Focus pada Aktor (Relasi-Relasi)
 Pohon Masalah, Focus pada Akar Masalah (Penyebab),
Kepentingan (bukan posisi), Kebutuhan
Phase of Conflict
What.Using the metaphor of a tree, have participants discuss the root causes (the roots
of the tree), core problem (the trunk of the tree), and effects (the branches and leaves of
the tree) of conflict.

Anda mungkin juga menyukai