Team Fasilitator :
Aris Bahariyono, Agus H Nahrowi, Yasril La Ery, Cahyayudha Wisnuwardhana
Pembukaan
dan Perkenalan
Tujuan Pelatihan
Resolusi Konflik
1. Meningkatkan dasar pengetahuan dan
pemahaman tentang resolusi konflik
2. Meningkatkan keterampilan melakukan
resolusi konflik.
3. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya
pendekatan resolusi konflik yang konstruktif
dan kolaboratif
Disain Pelatihan
Metode Belajar
KONTEKS
DINAMIKA
AKTOR SEBAB
Konteks konflik
• Di mana batas-batas geografis konflik?
• Sumber daya alam penting apa yang mungkin menjadi bagian dari
konflik?
• Bagaimana struktur politik, sosial, ekonomi dan budaya dari konflik?
• Bagaimana konteksnya pada tingkat masyarakat? Bagaimana
konteksnya pada tingkat regional?
• Apa faktor-faktor yang turut berperan pada konflik (misalnya: tingkat
pengangguran, langkanya sumberdaya)?
Konflik
Konstruktif
• Mengenali akar
• Mengabaikan akar permasalahan dengan
penyebab saling berkomunikasi dan
• Merusak hubungan dialog
• Menurunkan rasa • Meningkatkan hubungan
percaya (trust) • Menciptakan rasa percaya
• Membatasi interaksi • Meningkatkan koneksi
• Membawa kepada • Menemukan persamaan-
eskalasi dan kekerasan persamaan
Kepentingan Pandangan
Love
(Interests) (Perceptions)
Konflik dan Budaya
Kevin Avruch, seorang antropolog yang mempelajari budaya dan konflik,
mendefinisikan budaya sebagai “bentukan dari pengalaman individu, sesuatu yang
dipelajari atau dibentuk oleh individu-individu itu sendiri atau mereka terima secara
sosial dari rekan sezaman atau pendahulu-pendahulu mereka" (Avruch, 1985, hal. 5).
yang berbeda-beda
Budaya Lokal
Bagian dari, yang sekaligus
Kesenian juga mewadahi,
kebudayaan
Kontekstual
Sistem teknis khusus (irama
musik, gerak tari, ceritera,
pakaian, bentuk bangunan
dll.)
Kontekstual
(“Intertekstualitas”)
Kesenian
Negara
Sungai
Tari
Nilai
Makna
Daya
Lingkungan
Agama
Musik
Air Kepercayaan
Budaya
Sastera
Ikan
Intertekstualitas
Kesenian
Pertunjukan Fungsional-Struktural
Daya
Daya
Lingkungan Kepercayaan
Perubahan Dominan-Marginal
Ekonomi
Kompleksitas Pengamatan/Analisis
* Komprehensif
Multidimensi * Multidisiplin
Si Kuat, Si Banyak (Mayoritas) Harus Menang
Serba Sama
Seba diUkur
Problem
Serba Sama
Seragam/Uniform
Menafikan, Meremehkan
(Menganggap tiada)
Problem
Perbedaan
Serba diUkur
Standardisasi
Serba Terbaik
Kompetisi
Freedom
Kekerasan pengambilan Hak:
of
Makna Tafsir Nalar
Expression Ideologi
Tunggal
Monopoli
Kebenaran Kebajikan
Membatasi/Menghilangkan Ruang
Paradoks
Penyederhanaan Kompleksitas
Yang merupakan Modalterhadap
atau Penumbuh
Interpretasi
Ambiguitas
Kecerdasan-Kompleks
(Multiple Intelligent)
Gardner (2006/93)
DINAMIS
PARADOKS
Selalu Berubah
Individual Sosial
Kebebasan Aturan/Norma
Tradisional KONTEKS
Modern
Campuran
CAIR
Asli
Syarikat Dagang Islam or Islamic Trading Society
(1904) and renamed Syarikat Islam or Islamic
Society in 1911.
NATI O NALITY
Ethnicity
Ethnicity
C O LMarket
ONIAL
Ethnicity
Ethnicity
Ethnicity
Ethnicity Ethnicity
PROVINCIAL
Religion
N A T I O N A L IPROVINCIAL
TY
PROVINCIAL
PROVINCIAL
Bentuk-bentuk unit sosial yang terkait dengan hak-hak masyarakat (hukum) adat (etik atau emik)
Lihat Zakaria & Arizona, dalam Arizona, 2014 (disempurnakan). Lihat juga Koentjaraningrat, 1980:
46.
‘desa’, Gampong, nagari, gampong, huta, Sub suku Dayak iban, kenyah,
marga/sumsel, kasepuhan, pekraman, beo, batak karo, caniago, koto,
nggolo, ngata, gelarang, kapala, binua, winua, jambak, kaili moma, sistem
ohoi, negeri, dll -> berpeluang ditetapkan sbg marga/Batak & Minahasa, dll
‘desa adat’ versi uu 6/2014 ttg Desa
Desa Adat
Pasal 67 Ayat (1): Pasal 1 (33): Pasal 1 (31) Masyarakat hukum adat
Masyarakat hukum adat diakui Masyarakat Adat adalah kelompok adalah kelompok masyarakat yang
keberadaannya, jika menurut Masyarakat Pesisir yang secara turun- secara turun temurun bermukim di
kenyataannya memenuhi unsur antara temurun bermukim di wilayah geografis tertentu karena adanya
lain: wilayah geografis tertentu karena ikatan pada asal usul leluhur, adanya
a.masyarakatnya masih dalam bentuk adanya ikatan pada asal-usul leluhur, hubungan yang kuat dengan lingkungan
paguyuban (rechtsgemeenschap; adanya hubungan yang kuat dengan hidup, serta adanya sistem nilai yang
b.ada kelembagaan dalam bentuk Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau menentukan pranata ekonomi, politik,
perangkat penguasa adatnya; Kecil, serta adanya sistem nilai yang sosial, dan hukum
c.ada wilayah hukum adat yang jelas; menentukan pranata ekonomi, politik,
d.ada pranata dan perangkat hukum, sosial, dan hukum. Pedoman Inventarisasi:
khususnya peradilan adat, yang masih Bermukim di wilayah tertentu;
ditaati; Belum ada pengaturan lebih lanjut. Adanya ikatan asal-usul leluhur;
e.dan masih mengadakan pemungutan Hasil Judicial Review terakhir terma Adanya hubungan yang kuat dengan
hasil hutan di wilayah hutan sekitarnya masyarakat adat ’dikembalikan’ menjadi lingkungan hidup;
untuk pemenuhan kebutuhan hidup ’masyarakat hukum adat’ sosial, dan hukum adat;
sehari-hari. Adanya sistem nilai yang menentukan
pranata politik;
Bersifat akumulatif; perlu PP dulu. Adanya sistem nilai yang menentukan
Keberadaan suatu MHA ditetapkan pranata ekonomi;
melalui Perda; Adanya sistem nilai yang menentukan
Satu Perda satu MHA? pranata sosial dan hukum adat
Sebutan Keterangan
Keluarga Batih/Keluarga Sepasang suami istri dan anak-anaknya (termasuk anak tiri dan anak
Inti angkat) yang belum kawin
Rumah Tangga Satuan ini mengurus ekonomi rumah tangga sebagai kesatuan, yang
terwujud ke dalam sistem dapur. Sering terdiri dari satu keluarga inti,
tetapi juga bisa terdiri dari lebih dari satu.
Kindred Kesatuan kaum kerabat yang melingkari seseorang yang memulai suatu
aktivitas yang biasanya berkaitan dengan ritual life cycle.
Keluarga Luas Kelompok kekerabatan ini selalu terdiri dari lebih dari satu keluarga inti,
tetapi seluruhnya merupakan suatu kesatuan sosial yang amat erat, dan
yang baisanya hidup tinggal bersaa pada satu tempat – rumah/kompleks
rumah/compound atau perkarangan – tertentu.
Klen Suatu kelompok kekerabatan yang terdiri dari gabungan keluarga luas
yang merasakan diri berasal dari seorang nenek moyang, dan yang satu
dengan lain terikat melalui garis-garis keturunan tertentu (patrilineal atau
matrilenieal)
Fratri/Phratry Gabungan klen
Moiety/Paroh Masyarakat Gabung klen yang kemudian membentuk satu masyarakat bersama satu
paroh masyarakat yang lain Seperti ‘’kampung islam/Ohoislam’ dan
‘kampung kriten/Ohoisaran’ di Petuanan cq. Desa Dullah Laut,
Kepulauan Key (Sdhuri, 2014)
Segitiga Sistem Hak
Subyek
hak
Sistem
tenurial
Jenis Obyek
hak hak
Corak Hubungan Subyek Hak dengan Jenis
Hak
Pemilik (owner) Kepunyaan Pemakai/Penye Pemanfaat yang
(proprietor) wa (claimant) diizinkan
(authorized
users)
BPN HPH/HPHTI
HGU
HM HGB HK
HP
70%
D
Condos C
30% UUPP
Deptamben
DSDK
Fase Konflik
E
3. Kebakaran,
s Kekerasan,
Krisis
k
a
l 4. Meredam,
Bara,
2. Api Mulai
a Menyala, De-Eskalasi
Benturan,
s Konfrontasi
i
1.Bahan Bakar 5. Padam
terkumpul, Pembaharuan,
Potensi Rekonstruksi
Konflik (Laten)
Phase of Conflict
1. Pengumpulan bahan / Potensi konflik
Dalam tahap ketiga, api membakar sejauh dan secepat yang bisa
dijangkaunya, secara liar di luar kontrol. Dalam tahap ini, konflik
mencapai tingkat krisis, dan seperti api, konflik juga menghancurkan
bahan yang membangkitkannya. Saat konflik menjadi “panas,”
mereka yang terlibat di dalamnya sering melakukan kekerasan
terbuka untuk mencapai kemenangan – biasanya, kedua belah pihak
pada akhirnya akan kehilangan sesuatu. Kekerasan terbuka adalah
tindakan yang dilakukan secara sengaja untuk mencederai,
melumpuhkan atau membunuh orang lain. Perang adalah bentuk
kekerasan terbuka yang paling terorganisir yang diciptakan oleh
manusia. Kelompok-kelompok politik biasanya melakukan kekerasan
terbuka saat mengalami frustrasi, ketakutan dan meyakini tidak ada
cara lain untuk mencapai tujuan mereka.
Kebakaran / Krisis.
Bara / Potensi konflik
Persepsi,
Konflik dan komunikasi amat terkait dengan persepsi.
Anggapan yang kita miliki mengenai dunia di sekitar kita
bergantung pada di mana kita berdiri, dan di mana kita
berdiri dipengaruhi oleh keyakinan-keyakinan kita yang
didasarkan pada budaya, agama, latar belakang
keluarga, status, gender, dan pengalaman pribadi kita.
Saat mengalami peristiwa yang sama, orang-orang yang
datang dari latar belakang yang secara umum sama
masih bisa memiliki sudut pandang yang berbeda
mengenai peristiwa tersebut, dan mendefinisikan
“kebenaran” dalam situasi tersebut dengan cara yang
berbeda.
CONFLICT STYLES
Conflict Styles
Akomodasi
Perspektif Konflik: Konflik sangat jelas. Isu sentralnya adalah siapa yang benar. Tekanan
dan penindasan adalah penting.
Keuntungan: Jika keputusan orang ini benar, ini merupakan sebuah keputusan yang
lebih baik yang dihasilkan.
Perspektif Konflik: tidak ada harapan dalam konflik. Menghindari adalah langkah
terbaik.
POSITION
INTEREST
Tipe-tipe Kepentingan (Interest)
Kepentingan yang sama (Shared Interest):
Para pihak berbagi kepentingan yang sama
Interest:
Stakeholder: Stakeholder:
Position: Position:
Interest: Interest:
Issue:
Stakeholder:
Stakeholder:
Position:
Position:
Interest:
Interest:
Stakeholder: Stakeholder:
Position: Position:
Interest: Interest:
Stakeholder:
Position:
Interest:
Sub-Stakeholder:
Position:
Interest:
Legend: Jika hasil identifikasi ternyata ada pihak yang memiliki 3 sumber kekuatan,
maka patut diduga bahwa pihak tersebut memiliki kekuatan besar. Maka legend nya
dibuat dalam bentuk “lingkaran besar.”
Jikalau Pihak dianggap hanya memiliki sumber kekuatan terbatas, atau satu sumber
saja. Maka legendnya dibuat menjadi sebuah bentuk lingkaran kecil.
Contoh
Pentingnya Pelajaran dari Pemetaan Konflik untuk
Penyelesaian Konflik