Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi


baik industri maupun domestik (rumah tangga atau yang lebih dikenal sabagai
sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Jenis sampah ini
pada umumnya berbentuk padat dan cair.

Salah satu industri yang berkembang pesat di Indonesia adalah industri


pembangkitan listrik. Dalam kegiatan produksinya, Industri menggunakan
serangkaian proses untuk mengolah bahan mentah menjadi bahan bakar yang siap
digunakan. Dalam setiap prosesnya, tidak semua bahan bakar dapat dimanfaatkan
dan terdapat pula sisa proses yang tidak dapat digunakan kembali. Sisa proses ini
kemudian menjadi limbah, diantara semua jenis limbah yang ada, limbah cair
merupakan jenis limbah yang banyak dihasilkan oleh industri pembangkitan
listrik terutama PLTU.
Pada PLTU bahan cair adalah komponen paling utama dalam industri
pembangkitan karena air yang diproses didalam boiler hingga menjadi uap
sehingga dapat digunakan untuk menggerakkan turbin. Air yang telah diproses
dan digunakan akan menjadi limbah cair setelah melewati proses penggunaan.
Limbah cair inilah yang pada akhirnya dikhawatirkan dapat mempengaruhi
keadaan lingkungan sekitar. Oleh sebab itu, pengolahan limbah cair sangat
penting untuk mengurangi dampak negative dari penggunaan air pada PLTU.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah yang dimaksud dengan limbah ?
b. Apakah yang dimaksud limbah cair pada PLTU ?
c. Bagaimana pengolahan limbah cair pada PLTU ?

1|Limbah Cair PLTU


1.3 Tujuan Penulisan

Dari uraian di atas maka dapatlah dirumuskan tujuan penelitian ini :


a. Mengetahui pengertian limbah.
b. Mengetahui jenis dan pengertian limbah pada PLTU.
c. Mengetahui proses dan penanganan limbah cair pada PLTU.
1.4 Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :


a. Mendapatkan informasi tentang pengertian dan jenis limbah pada PLTU.
b. Memberikan informasi bagamana cara mengatasi dan memproses limbah cair
pada PLTU.

2|Limbah Cair PLTU


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Limbah Industri

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis
(Kristanto, 2013). Menurut Palar (2004), limbah industri adalah semua jenis
bahan sisa atau bahan buangan yang berasal dari hasil samping suatu proses
perindustrian. Limbah industri dapat menjadi limbah yang sangat berbahaya
bagi lingkungan hidup dan manusia.

2.2. Klasifikasi Limbah Industri

Menurut Setiawan (2015), berdasarkan dari wujud limbah yang


dihasilkan, limbah dibagi menjadi tiga yaitu limbah padat, limbah cair dan gas.
Limbah yang dihasilkan dari proses atau kegiatan industri antara lain:

1. Limbah padat

Limbah padat industri menurut Kristanto (2013) secara garis besar


diklasifikasikan menjadi limbah padat yang mudah terbakar, limbah padat yang
tidak mudah terbakar, limbah padat yang mudah membusuk, debu, lumpur, dan
limbah yang dapat di daur ulang.PLTU menghasilkan sisa pembakaran berupa
limbah padat abu dasar (bottom ash) dan abu terbang (fly ash) (Lestiani, dkk,
2010). Adapun kategori untuk limbah padat pada industri adalah :

a. Limbah padat non B3 (bahan berbahaya dan beracun) diantaranya lumpur,


boiler ash, sampah kantor, sampah rumah tangga, spare part alat berat,
sarung tangan, dan sebagainya.

3|Limbah Cair PLTU


b. Limbah padat B3 (bahan berbahaya dan beracun) diantaranya bahan
radioaktif, bahan kimia, toner catridge, minyak, dan sebagainya (Marbun,
2008).

Menurut PP No. 18 tahun 1999, limbah bahan berbahaya dan beracun,

disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau
konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup,
dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lain. Limbah yang termasuk sebagai
limbah B3 apabila memiliki salah satu atau lebih karakteristik sebagai berikut :

a. mudah meledak

b. mudah terbakar

c. bersifat reaktif

d. beracun

e. menyebabkan infeksi dan

f. bersifat korosif

2. Limbah cair

Limbah cair adalah limbah yang berwujud cair. Limbah cair terlarut dalam
air, selalu berpindah, dan tidak pernah diam. Contoh limbah cair industri adalah
bahan kimia, hasil pelarut, air bekas produksi, oli bekas, dll (Setiawan, 2015).
Limbah cair yang dihasilkan dalam kegiatan operasi PLTU batubara dapat
diketagorikan sebagai limbah domestik, air larian permukaan, limbah cair
proses operasi, sisa atau bekas minyak berupa oli bekas dan ceceran minyak
(Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, 2007).

4|Limbah Cair PLTU


3. Limbah gas

Limbah gas adalah limbah zat (zat buangan) yang berwujud gas
(Setiawan, 2015). Kondisi udara di dalam atmosfer tidak pernah ditemukan
dalam keadaan bersih, melainkan sudah tercampur dengan gas-gas lain dan
partikulat-partikulat yang tidak kita perlukan. (Sumantri, 2013). Jenis bahan
pencemar yang paling sering dijumpai ialah karbon monoksida (CO), nitrogen

dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), komponen organik terutama


hidrokarbon, dan substansi partikel (Darmono, 2001).

Limbah gas dan partikel adalah limbah yang dibuang ke udara. Jenis
industri yang menjadi sumber pencemaran udara (Kristanto, 2013) yaitu :
industri besi dan baja, industri semen, industri kendaraan bermotor, industri
pupuk, industri aluminium, industri pembangkit tenaga listrik, industri kertas,
industri kilang minyak, dan industri pertambangan.

2.3. Defenisi Pembangkit Litrik Tenaga Uap (PLTU)

Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang


mengandalkan energi dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Pembangkit
listrik ini menggunakan bahan bakar batubara, minyak atau gas sebagai sumber
energi primer (Marsudi, 2005).
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), merupakan salah satu andalan
pembangkit tenaga listrik yang merupakan jantung untuk kegiatan industri.
Salah satu bahan bakar yang digunakan adalah batubara. Konsep dasar dari
PLTU batubara ini adalah batubara sebagai bahan bakar utama harus
disediakan dengan kualifikasi tertentu untuk jangka waktu lama
(Sukandarrumidi, 2006).
Prinsip kerja PLTU batubara secara umum adalah sebagai berikut
(Nursyahid, 2013):

5|Limbah Cair PLTU


Gambar 1. Prinsip Kerja PLTU

Keterangan gambar :
1. Cooling tower 15. Penampung batubara
2. Cooling water pump 16. Pemecah batubara
3. Transimission line 3 phase 17. Tabung Boiler
4. Transformer 3-phase 18. Penampung abu batubara
5. Generator Listrik 3-phase 19. Pemanas
6. Low pressure turbine 20. Forced draught fan
7. Boiler feed pump 21. Preheater
8. Condenser 22. combustion air intake
9. Intermediate pressure turbine 23. Economizer
10. Steam governor valve 24. Air preheater
11. High pressure turbine 25. Precipitator
12. Deaerator 26. Induced air fan
13. Feed heater 27. Cerobong
14. Conveyor batubara

Prinsip kerja :

1. Batubara dari luar dialirkan ke penampung batubara dengan conveyor(14)


kemudian dihancurkan dengan thepulverized fuel mill(16) sehingga
menjadi tepung batubara.

6|Limbah Cair PLTU


2. Kemudian batubara halus tersebut dicampur dengan udara panas(24) oleh
forced draught fan(20) sehingga menjadi campuran udara panas dan bahan
bakar (batu bara).

3. Dengan tekanan yang tinggi, campuran udara panas dan batu bara
disemprotkan kedalam boiler sehingga akan terbakar dengan cepat seperti
semburan api.

4. Kemudian air dialirkan keatas melalui pipa yang ada dinding boiler, air
tersebut akan dimasak dan menjadi uap, dan uap tersebut dialirkan ke
tabung boiler(17) untuk memisahkan uap dari air yang terbawa.

5. Selanjutnya uap dialirkan ke superheater(19) untuk melipatgandakan suhu


dan tekanan uap hingga mencapai suhu 570°C dan tekanan sekitar 200 bar
yang meyebabkan pipa ikut berpijar merah.

6. Uap dengan tekanan dan suhu yang tinggi ini, menjadi sumber tenaga
turbin tekanan tinggi(11) yang merupakan turbin tingkat pertama dari 3
tingkatan.

7. Untuk mengatur turbin agar mencapai set point, kita dapat menyeting
steam governor valve (10) secara manual maupun otomatis.

8. Suhu dan tekanan uap yang keluar dari turbin tekanan tinggi (11) akan
sangat berkurang drastis, untuk itu uap ini dialirkan kembali ke boiler
reheater (21) untuk meningkatkan suhu dan tekanannya kembali.

9. Uap yang sudah dipanaskan kembali tersebut digunakan sebagai penggerak


turbin tingkat kedua atau disebut turbin tekanan sedang (9), dan
keluarannya langsung digunakan untuk menggerakkan turbin tingkat 3
atau turbin tekanan rendah (6).

10. Uap keluaran dari turbin tingkat 3 mempunyai suhu sedikit diatas titik
didih, sehingga perlu dialirkan ke condensor(8) agar menjadi air untuk
dimasak ulang.

7|Limbah Cair PLTU


11. Air tersebut kemudian dialirkan melalui deaerator (12) oleh feed pump (7)
untuk dimasak ulang. Awalnya dipanaskan di feed heater (13) yang
panasnya bersumber dari high pressureset, kemudian ke economizer (23)
sebelum dikembalikan ke tabung boiler (17).

12. Air pendingin dari condensor akan disemprotkan kedalam cooling tower
(1) , dan inilah yang meyebabkan timbulnya asap air pada cooling tower.
kemudian air yang sudah agak dingin dipompa balik ke condensor sebagai
air pendingin ulang.

13. Ketiga turbin di gabung dengan shaft yang sama dengan generator 3
phase(5). Generator ini kemudian membangkitkan listrik tegangan
menengah (20-25kV).

14. Dengan menggunakan transformer 3phase(4) , tegangan dinaikkan


menjadi tegangan tinggi berkisar 250-500 kV yang kemudian dialirkan ke
sistem transmisi 3 phase.

15. Sedangkan gas buang dari boiler diisap oleh kipas pengisap(26) agar
melewati electrostatic precipitator(25) untuk mengurangi polusi dan
kemudian gas yang sudah disaring akan dibuang melalui cerobong(27).

2.4. Limbah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2009 tentang


baku mutu air limbah bagi usaha pembangkit listrik tenaga termal, limbah yang
dihasilkan berasal dari proses utama, kegiatan pendukung, dan kegiatan yang
menghasilkan air limbah yang mengandung minyak.

Proses utama adalah proses yang menghasilkan air limbah yang bersurnber
dari proses pencucian (dengan atau tanpa bahan kimia) dari semua peralatan
logam, blowdown cooling tower, blowdown boiler, laboratorium, dan regenerasi
resin water treatment plant. Kegiatan pendukung meliputi kegiatan fasilitas air
pendingin, kegiatan fasilitas desalinasi, kegiatan fasilitas stockpile batu bara, dan
kegiatan air buangan dari fasilitas flue gas desulphurization (FGD)

8|Limbah Cair PLTU


sistem seawater scrubber. Air limbah yang mengandung minyak (oily water)
adalah air limbah yang berasal dari pencucian peralatan-peralatan, tumpahan dari
kegiatan operasional yang dibung ke media  lingkungan melalui kolam
separator atau oil separator atau oil catcher atau oil trap.

2.5. Limbah Cair PLTU

2.5.1 Sumber Limbah Cair

Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak


menggunakan air dalam proses produksinya. Di samping itu ada, pula
bahan baku yang mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya,
air tersebut harus dibuang (Kristanto, 2013).
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 08 tahun 2009,
air limbah dari usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal
bersumber dari: proses utama, kegiatan pendukung dan kegiatan lain yang
menghasilkan oily water. Proses utama adalah proses yang menghasilkan
air limbah yang bersurnber dari proses pencucian (dengan atau tanpa
bahan kimia) dari semua peralatan logam, blowdown cooling tower,
blowdown boiler, laboratorium, dan regenerasi resin water treatment
plant. Kegiatan pendukung meliputi kegiatan fasilitas air pendingin,
kegiatan fasilitas desalinasi, kegiatan fasilitas stockpile batu bara, dan
kegiatan air buangan dari fasilitas flue gas desulphurization (FGD) sistem
seawater scrubber.

2.5.2 Karakteristik Limbah Cair

Air buangan dari pabrik membawa sejumlah padatan dan


partikel, baik yang larut maupun mengendap. Kerap kali air buangan
pabrik berwarna keruh dan bersuhu tinggi. Air limbah yang tercemar

9|Limbah Cair PLTU


mempunyai ciri yang dapat diidentifikasi secara visual lewat kekeruhan,
warna, rasa, bau, yang ditimbulkan dan indikasi lainnya. Secara
laboratorium, limbah cair ditandai dengan peruabahan sifat kimia air,
dimana air telah mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) dalam
konsentrasi yang telah melampauhi batas Kristanto (2013).
Limbah cair yang dihasilkan dalam kegiatan operasi PLTU
batubara menurut Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (2007) dapat
diketagorikan sebagai limbah domestik, air larian permukaan, limbah
cair proses operasi, sisa atau bekas minyak (oli bekas, ceceran minyak).
Limbah cair tersebut secara umum tergolong zat pencemar
dengan kriteria yang bersifat fisika dan kimia (termasuk kandungan
unsur logam dan minyak).

2.5.3 Parameter Limbah Cair

Menurut Sumantri (2013), dalam air limbah terdapat beberapa


parameter yang perlu untuk diketahui. Beberapa parameter ini
diantaranya :

1. Biochemical Oxygen Demand (BOD)

Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah banyaknya oksigen


dalam ppm atau miligram/liter (mg/L) yang diperlukan untuk
o
menguraikan benda organik oleh bakteri pada suhu 20 C selama 5
hari. Biasanya hanya dalam waktu 5 hari, sebanyak 60-70%
kebutuhan terbaik karbon dapat tercapai.

2. Chemical Oxygen Demand (COD)

Chemical Oxygen Demand (COD) menggambarkan jumlah total


oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi bahan organik secara

10 | L i m b a h C a i r P L T U
kimiawi, baik yang dapat didekomposisi secara biologis
(biodegredable) maupun yang sukar didekomposisi secara biologis
(nonbiodegredable). Oksigen yang dikonsumsi setara dengan
jumlah dikromat yang diperlukan untuk mengoksidasi air sampel.

3. Oksigen Terlarut (Disolved Oxygen)

Oksigen Terlarut (Disolved Oxygen) adalah banyaknya oksigen


yang terkandung di dalam air dan diukur dalam satuan mg/L.
Semakin besar oksigen terlarut, maka menunjukkan derajat
pengotoran semakin kecil.

4. Kesadahan

Kesadahan adalah gambaran kation logam divelansi (valensi 2)


yang terdapat dalam air. Kation-kation ini dapat bereaksi dengan
sabun membentuk endapan (presipitas) maupun dengan anion-
anion yang terdapat di dalam air membentuk endapan atau karat
pada peralatan logam.

5. Seattleable Solid

Adalah lumpur yang mengendap degan sendirinya pada kondisi


yang tenang selama satu jam secara gaya beratnya sendiri.

6. TSS ( Total Suspended Solid)

Adalah jumlah berat dalam mg/L kering lumpur yang di dalam


air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran
berukuran 0,45 mikron.

Suspended Solid (material tersuspensi) dapat dibagi menjadi zat


padat dan koloid. Selain suspended solid ada juga istilah dissolved
solid (padatan terlarut).

7. MLSS (Mixed Liquor Suspendid Solid)

11 | L i m b a h C a i r P L T U
MLSS adalah jumlah TSS yang berasal dari pengendap lumpur
o o
aktif setelah dipanaskan pada suhu 103 - 105 C.

8. MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspendid Solid)

MLVSS adalah kandungan organicmatter yang terdapat dalam


o
MLSS. Didapat dari pemanasan MLSS pada suhu 600 C. Benda
volatile menguap disebut MLVSS.

9. Kekeruhan (Turbidy)

Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya


sebagai dasar untuk mengukur keadaan air. Kekeruhan ini
disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid dalam
air.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8
tahun 2009 tentang baku mutu air limbah bagi usaha pembangkit
listrik tenaga thermal, parameter limbah cair PLTU, yaitu PH,
TSS, minyak dan lemak, klorin bebas (Cl2), kromium total,
tembaga (Cu), besi (Fe), seng (Zn), phospat (PO4-), alkalinitas,
SO42-, dan temperatur.

1. PH

Konsentrasi ion hidrogen adalah ukuran kualitas dari air maupun air
limbah. Adapun kadar yang baik adalah kadar dimana masih
memungkinkan kehidupan biologis di dalam air berjalan dengan
baik. Air limbah dengan konsentrasi air limbah yang tidak netral
akan menyulitkan proses biologis, sehingga mengganggu proses
penjernihannya (Sugiharto, 1987).
Air normal yang memenuhi persyaratan untuk suatu kehidupan
mempunyai pH sekitar 6,5-7,5. Air akan bersifat asam atau basa
bergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka
air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas
pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri

12 | L i m b a h C a i r P L T U
akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan
biota akuatik. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap pH dan
menyukai pH antara 7-8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses
biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada
pH yang rendah (Sumantri, 2010).

2. TSS

Total suspended solid (TSS) adalah jumlah berat dalam mg/l kering
lumpur yang ada di dalam air limbah setelah mengalami penyaringan
dengan membran  berukuran 0,45 mikron.Suspended solid  dapat
dibagi menjadi zat padat dan koloid. Kandungan TSS memiliki
hubungan erat dengan keceraghan perairan. Keberadaan padatan
tersuspensi tersebut akan menghalagi penetrasi cahaya yang masuk
ke perairan sehingga hubungan antara TSS dan kecerahan akan
menunjukan hubungan yang berbanding terbalik (Blom dalam
Sumantri, 2010).

3. Minyak dan Lemak

Bahan buangan berminyak yang dibuang ke lingkungan akan


mengapung menutupi permukaan air. Jika bahan buangan minyak
mengandung senyawa yang volatil, maka akan terjadi penguapan dan
luas permukaan minyak yang menutupi air akan menyusut.
Penyusutan minyak ini tergantung pada jenis minyak dan waktu.
Lapisan minyak pada permukaan air akan terdegradasi oleh
mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan waktu yang lama.
Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu mikroorganisme
dalam air. Ini disebabkan lapisan tersebut akan menghalangi difusi
oksigen dari udara ke dalam air, sehingga oksigen terlarut akan
berkurang. Lapisan tersebut akan menghalangi masuknya sinar
matahari dalam air, sehingga fotosintesis pun terganggu (Sumantri,
2010).

4. Klorin Bebas (Cl2)

13 | L i m b a h C a i r P L T U
Pada PLTU, digunakan klorin untuk membunuh binatang dan
tumbuhan laut agar tidak menyumbat saluran air pendingin. Air
pendingin dari air laut diperlukan dalam jumlah besar, yaitu
beberapa ton per detik. Air laut ini mengandung berbagai bakteri
(mikroorganisme) yang dapat tumbuh sebagai tanaman dan
menempel pada saluran sehingga mengurangi efektivitas dan
efisiensi sistem pendinginan PLTU. Untuk mengurangi pengaruh
mikroorganisme ini, ke dalam saluran air disuntikan gas klor (Cl2)
untuk membunuh mikroorganisme ini. Penyuntikkan gas klor ini
tidak dilakukan secara kontinu untuk mencegah kekebalan
mikroorganisme (Marsudi, 2011).

5. Besi (Fe)

Besi yang teroksidasi dalam air berwarna kecoklatan dan tidak larut
mengakibatkan penggunaan air menjadi terbatas. Air tidak dapat lagi
dipergunakan untuk air rumah tangga, cucian, dan air industri.
Dalam buangan limbah industri, kandungan besi berasal dari korosi
pipa-pipa air. Mineral logam sebagai hasil reaksi elektro kimia yang
terjadi pada perubahan air yang mengandung padatan terlarut
mempunyai sifat mengantarkan listrik, dan ini mempercepat
terjadinya korosi (Ginting, 2007).

6. Phospat (PO4-)

Kandungan phospat yang tinggi menyebabkan suburnya alga dan


organisme lainnya yang dikenal dengan sebutan eutrofikasi.
Kesuburan tanaman air akan menghalangi kelancaran arus air pada
badan air dan mengakibatkan berkurangnya oksigen
terlarut. Phospat banyak berasal dari bahan pembersih yang
mengandung senyawa phospat. Dalam industri
penggunaan phospat terdapat pada ketel uap untuk mencegah
kesadahan (Ginting, 2007)

7. Alkalinitas

14 | L i m b a h C a i r P L T U
Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan dari senyawa karbonat,
garam-garam hidroksida, kalsium, magnesium, dan natrium dalam air.
Tingginya kandungan zat-zat tersebut mengakibatkan kesadahan
dalam air. Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit air
berbuih. Penggunaan air untuk ketel selalu diupayakan air yang
mempunyai kesadahan rendah karena zat-zat tersebut dalam
konsentrasi tinggi menimbulkan terjadinya kerak pada dinding dalam
ketel maupun pipa-pipa pendingin. Kandungan magnesium, natrium,
dan kalium harus diturunkan serendah-rendahnya agar kesadahan
menjadi minim. Oleh sebab itu, untuk menurunkan kesadahan air
dilakukan pelunakan air.  Pengukuran alkalinitas air adalah
pengukuran kandungan ion Ca, CO3, ion Mg bikarbonat, dan lain-lain
(Ginting, 2007)

8. Sulfat (SO42-)

Sulfur mempunyai bentuk bermacam-macam dalam air buangan.


Jenis-jenis sulfur yang terdapat pada air buangan seperti asam sulfida,
sulfit, sulfat, thiosulfat, sulfur dioksida, dan merkaptan membuat
limbah mengeluarkan bau sengit dan tidak mengenakkan. Dalam
konsentrasi rendah sampai dengan ambang batas yang ditetapkan
limbah sulfur dipandang tidak membahayakan namun tetap
mengeluarkan bau (Ginting, 2007).

Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2009


tentang baku mutu air limbah bagi usaha pembangkit listrik tenaga
thermal, kandungan sulfur berasal dari flue gas
desulphurization (FGD) sistem sea water wet
scrubber dan stockpile batu bara. Flue gas desulphurization (FGD) sea
water wet scrubber adalah sistem penyerapan sulfur dari emisi gas
buang dengan menggunakan air laut. Stockpile batu bara adalah
timbunan batu bara yang menghasilkan air limbah berupa air
limpasan.

9. Temperatur

15 | L i m b a h C a i r P L T U
Limbah yang mempunyai temperatur panas akan mengganggu
pertumbuhan biota tertentu. Temperatur yang dikeluarkan suatu
limbah cair harus merupakan temperatur alami. Suhu berfungsi
memperlihatkan aktivitas kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi
pengentalan cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat
zat oksidasi lebih besar pada suhu tinggi dan pembusukan jarang
terjadi pada suhu rendah (Ginting, 2007).

2.5.4 Pengolahan Limbah Cair

Mulia (2005), pengolahan air limbah dapat dilakukan secara


alamiah maupun peralatan. Pengolahan air limbah secara alamiah biasanya
dilakukan dengan bantuan kolam stabilisasi. Pengolahan air limbah
dengan bantuan peralatan biasanya dilakukan pada instalasi pengolahan air
limbah/IPAL (Waste Water Treatment Plant/ WWTP).
Berdasarkan karakteristik dari limbah, proses proses pengolahan
dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu proses fisika, kimia, dan
biologi (Kristanto, 2013) :

1. Proses fisika
Perlakuan terhadap air limbah dengan cara fisika adalah proses
pengolahan secara mekanis dengan atau tanpa penambahan bahan
kimia. Proses tersebut diantaranya adalah :
a. Penyaringan, agar padatan yang larut dan bahan kasar lainnya
terpisah.
b. Penghancuran, agar padatan yang larut menjadi butir yang lebih
kecil dan seragam.
c. Perataan air, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu perataan aliran
dengan mengubah sistem saluran dan dengan membuat kolam.
Tujuan daripada kedua cara ini adalah agar terdapat keseragaman
aliran pada saat terjadi percampuran dengan bahan kimia, sehingga
memudahkan pengolahan lanjut.

16 | L i m b a h C a i r P L T U
d. Penggumpalan
Partikel yang tak larut di dalam air akan terapung di atas
permukaan air atau membentuk endapan di dasar wadah.
Penambahan zat kimia tertentu membuat partikel ini akan beraksi
membentuk suatu gumpalan sehingga dimensi partikel menjadi
lebih besar dan karena pengaruh gravitasi maka partikel tersebut
akan mengendap. Bahan kimia yang digunakan untuk
penggumpalan, misalnya aluminum sulfat atau ferro sulfat. Untuk
mempercepat reaksi pada umumnya diguankan bantuan pengaduk
yang kecepatannnya dapat diatur.
Sedimentasi, untuk mengendapkan bahan lain yang tidak ikut
bereaksi.
e. Pengapungan
Dalam proses ini digunakan bantuan pompa kompresor untuk
memasukkan udara ke dalam air tujuannya agar bahan-bahan lemak
dan minhyak dengan cepat naik ke permukaan air. Pemasukan
udara ke dalam air akan menciptakan gelembung-gelembung yang
melekat pada suatu partikel dan dibawa naik ke permukaan air.
f. Filtrasi
Merupakan proses penyaringan padatan halus yang tidak mengendap
walaupun sudah ditambah bahan kimia. Penyaringan ini
menggunakan media seperti pasir, kerikil dan karbon aktif.

2. Proses Kimia
a. Pengendapan dengan bahan kimia.
Bahan pencemar yang dapat dikurangi atau dihilangkan adalah :
- fosfat terlarut dapat direduksi jika konsentrasinya kurang dari 1
mg/l dengan bahan aluminium feri sulfat.
- Beberapa kalsium, magnesium, silica dapat dihilangkan dengan
NaOH.
- Beberapa logam berat dapat dihilangkan dengan kapur (lime)

17 | L i m b a h C a i r P L T U
- Pengurangan bakteri virus dapat dicapai dengan kapur pada
kondisi pH 10,5-11,5 dengan cara penggumpalan dan
sedimentasi.
b. Proses dengan lagon
Lagon atau kolam sering diguakan sebagai reactor biological. Lagon
dilengkapi dengan peralatan aerasi baik secara alamiah, atau
memberikan udara dengan menggunakan kompresor jika dalam
kolam tumbuh algae.
c. Netralisasi
Air limbah yang terdapat dalam kondisi asam atau basa
membutuhkan netralisasi sebelum dan sesudah perlakuan
(treatment).
d. Sedimentasi
Proses ini menggunakan bantuan koagulan (zat pengendap). Tujuan
utama proses sedimentasi melalui proses kimia adalah untuk
menghilangkan padatan tersuspensi.
e. Oksisdasi dan reduksi
f. Klorinasi
g. Oksidasi phenol dan sulfur

3. Proses bilogi

a. Pengolahan cara anaerob, melalui reactor aerobik yang berfungsi


untuk mengubah bahan organik menjadi air dan karbon dioksida
dalam keadaan tersedia oksigen.

b. Pengolahan cara anaerob, mengubah bahan organik dalam limbah


cair tanpa ada oksigen.

4. Proses fisika-kimia-biologi

Ada diantara bahan-bahan yang tidak dapat dihilangkan atau


diendapkan dengan penambahan basa atau asam. Karena itu gabungan
proses kimia-fisika-biologi amat dibutuhkan untuk meningkatkan
efesiensi peralatan pengolahan. Proses kimia meliputi netralisasi,

18 | L i m b a h C a i r P L T U
oksidasi, dan reduksi, pengendapan dengan bahan kimia tambahan
untuk mengikat bahan pencemar kimia anorganik. Proses fisika
menekankan pengolahan pada unsur fisik bahan pencemar, misalnya
ukuran bahan yang terlalu kasar dan padat, bannyaknya minyak yang
bercampur.

5. Pengolahan lanjut
Seringkali proses pengolahan limbah pada proses fisika-kimia-
biologi tidak memberikan hasil yang memuaskan. Proses lanjutan ini
terdiri dari beberapa pilihan proses, yaitu : stripping udara, karbon aktif,
absorbsi, dan regenerasi.
Upaya pengolahan limbah cair PLTU yaitu dengan waste water
treatment plant (WWTP). WWTP dirancang dan dibangun untuk
menampung, memproses serta membuang limbah cair yang dihasilkan
oleh pabrik pembangkit saat beroperasi, termasuk luapan air limpasan
dari areal penyimpanan batubara. Proses pengolahan diantaranya
berlangsung melalui tahapan penambahan zat koagulan dilanjutkan
pengadukan secara cepat, pengadukan lambat dan pengendapan,
penyaringan, serta penyesuaian akhir kadar pH (Sprint Consultant,
2014).

2.5.5 Dampak Limbah Cair

1. Terhadap lingkungan
Pengoperasian PLTU juga akan menghasilkan bahan buangan
(limbah) cair yang jika tidak sempurna proses pengolahannya akan
dapat mencemari badan air penerima. Jika limbah cair yang dibuang ke
lingkungan sekitar tersebut tanpa proses pengolahan terlebih dahulu
diperkirakan akan dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang akan
berdampak langsung pada penurunan kepadatan dan kelimpahan, serta
perubahan komposisi jenis biota akuatik.

2. Terhadap manusia

19 | L i m b a h C a i r P L T U
Kegiatan pemeliharaan dan pengecekan sistem kerja peralatan
PLTU dilakukan terhadap: boiler dan bag house (akan menghasilkan
logam teroksidasi), peralatan balance of plant (akan menghasilkan
logam dan ceceran oli), kolam penampung lindi, batubara dan oil water
separator (akan menghasilkan padatan tersuspensi, logam dan ceceran
oli). Hasil pemeliharaan peralatan ini apabila tidak terkelola dengan
baik potensial untuk masuk ke dalam aliran air ke sungai sehingga
meningkatkan kadar COD, padatan tersuspensi, minyak, dan logam
berat di perairan umum (Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, 2007).
Menurut Darmono (2001), minyak yang mencemari daratan
dan terbawa arus air hujan atau air sungai dapat mencemari daerah
panai dan berdampak serius terhadap sistem perekonomiann daerah
sekitar pantai. Aktivitas para nelayan dan industri pariwisata akan
sangat terganggu.

20 | L i m b a h C a i r P L T U
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari paparan dan penjelasan makalah diatas, maka dapat kami


simpulkan bahwa :

1. Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan


tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki
nilai ekonomis. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri yaitu
limbah padat, limbah cair dan limbah gas.
2. Limbah cair pada PLTU dihasilkan dari air limbah yang bersumber
dari proses pencucian (dengan atau tanpa bahan kimia) dari semua
peralatan logam, blowdown cooling tower, blowdown boiler,
laboratorium, dan regenerasi resin water treatment plant.
3. Berdasarkan karakteristik dari limbah, proses proses pengolahan
dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu proses fisika, kimia,
dan biologi.

3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat dijadikan tambahan referensi dan bermanfaat


bagi siapapun yang membacanya, terutama mahasiswa yang disiplin ilmunya pada
ilmu manajemen limbah dan penulis masih jauh dari kata sempurna maka
kedepannya penulis akan lebih fokus serta detail dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak.

21 | L i m b a h C a i r P L T U
DAFTAR PUSTAKA

http://coretankampuser.blogspot.co.id/2016/12/limbah-cair-pembangkit-listrik-
tenaga.html, diakses pada tanggal 7 Maret 2017

http://trainingyogyakarta.com/manajemen-limbah-b3/, diakses pada tanggal 7


Maret 2017

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49441/4/Chapter%20II.pdf, diakses
pada tanggal 7 Maret 2017

22 | L i m b a h C a i r P L T U

Anda mungkin juga menyukai