Anda di halaman 1dari 12

BAB III.

GAYA-GAYA LUAR

3. 1. Pendahuluan
Gaya Luar adalah beban (active force) dan reaksi (reaction force) yang
menciptakan kestabilan konstruksi

Beban dibagi menurut:


1. Cara kerja
a. Beban hidup yaitu beban sementara pada konstruksi yang dapat
berpindah-pindah, misal manusia, angin di layar kapal, air di
bendungan.
b. Beban mati yaitu beban tetap pada konstruksi yang tidak dapat
berpindah-pindah, misal lantai pada tanah, atap pada rumah.
2. Garis Kerja
a. Beban titik/terpusat yaitu beban yang garis kerjanya dianggap
satu titik.
b. Beban terbagi yaitu beban yang bekerja pada suatu bidang rata
atau dengan kata lain garis kerjanya berupa garis.
1. Beban terbagi merata yaitu beban terbagi yang dianggap
sama pada satuan panjang, misal lantai, balok beton.
2. Beban terbagi tidak merata yaitu beban terbagi yang tidak
sama berat untuk satu satuan panjang, misal batu, aspal
pada jalan.
3. Momen yaitu pembebanan dengan momen akibat dari beban titik pada
konstruksi sandar, misal orang duduk dikursi dengan kaki bertumpu
pada pagar, orang menaiki anak tangga yang diletakkan ke tembok.

4. Torsi yaitu pembebanan dengan puntiran/torsi akibat dari beban


terbagi atau titik pada konstruksi dimana gaya yang terjadi tegak lurus
dari konstruksi.
5. Sifat Pembebanan yaitu pembebanan langsung dan tidak langsung,
langsung berarti gaya mengenai batang langsung dan tidak langsung
berarti gaya tidak mengenai batang secara langsung.

Peletakan/Tumpuan (support):
1. Sendi (hinge/pin), dapat memberikan reaksi vertikal dan horisontal
(gbr. 2.1)
Vertikal
Resultan

Horisontal

Gambar 3.1. Peletakan sendi dan reaksi yang dapat ditumpu

2. Geser (Roller), hanya dapat memberikan reaksi vertikal (gbr. 2.2)


Vertikal

Gambar 3.2. Peletakan geser dan reaksi yang dapat ditumpu

3. Jepit (built-in/clamped/fixed), dapat memberikan reaksi vertikal,


horisontal dan momen (gbr 2.3)
M H

V
Gambar 3.3. Peletakan jepit dan reaksi yang dapat ditumpu

Konstruksi dapat digambarkan sebagai suatu free-body (bodi lepas – lihat


Gambar 3.4 b) yang dibebani gaya-gaya non konkuren koplanar. Sistem gaya-
gaya yang dapat dihitung terdiri dari sejumlah gaya beban yang diketahui
dan tiga gaya reaksi yang tidak diketahui.

G G

A B
sistem diagram bodi-lepas
B
A
(a) (b)
Gambar 3.4. Sistem dan diagram bodi bebas pada suatu batang
Konstruksi dikatakan stabil bila sistem gaya yang bekerja padanya seimbang.
Keseimbangan sistem gaya ini terjadi jika terpenuhi syarat sbb:
 FX =  X = 0
 FY =  Y = 0 dan
M=0
Persamaan tersebut dinamakan persamaan statik tertentu.  X mewakili
penjumlahan dari gaya-gaya sesumbu X,  Y mewakili penjumlahan dari
gaya-gaya sesumbu Y (koordinat kartesian) dan  M mewakili penjumlahan
momen terhadap satu titik.
Syarat persamaan statik tertentu perlu dilengkapi dengan syarat konstruksi
stabil yaitu:
1. Konstruksi akan stabil jika segala gerak mengakibatkan perlawanan
terhadap gerak tersebut. Hal ini memerlukan minimal tiga reaksi non
konkuren dan tidak sejajar.
2. Konstruksi dianggap statik tertentu jika reaksi-reaksi gaya dapat
dihitung dengan persamaan statik tertentu.
3. Konstruksi dianggap statik tak tertentu jika reaksi-reaksi gaya tidak
dapat dihitung dengan persamaan statik tertentu saja tetapi
memerlukan perhitungan perubahan bentuk.

Beberapa kasus konstruksi statik tertentu diterangkan berikut ini:

3.2. KANTILEVER (Cantilever/Overhang)

3.2.1. Kantilever dengan beban terpusat


Gambar 3.5. menunjukkan suatu kantilever dengan beban terpusat P berjarak
L dari tumpuan A, dengan reaksi VA (= RVA) dan MA.
P

MA
A
L

VA
Gambar 3.5 Kantilever dengan beban terpusat

Pada konstruksi diatas hanya terdapat gaya reaksi vertikal dan momen jepit.
 X = 0  HA = 0
 Y = 0  VA – P = 0  VA = P
 M = 0  MA – P.L = 0  MA = P.L

3.2.2. Kantilever dengan beban terbagi merata


Ditunjukan pada gambar 3.6. dimana beban merata q sepanjang a terletak
sejauh b dari tumpuan B, dengan reaksi VB (= RVB) dan MB.
q q
M MB
0
a b B a
dx B
L L-x
x
L
V VB
Gambar 3.6. Kantilever dengan beban terbagi merata dan reaksi-reaksinya

Bila pada suatu titik sejauh x dari titik 0 terdapat elemen q.dx, maka dengan
menggunakan integrasi dapat diperoleh reaksi berikut:

 X = 0  HB = 0
a

 q dx  q. x]  q.a  q.0  q.a


a
 Y = 0  VB = 0
0
a

 M = 0  MB =  q dx ( L  x)  q ( L.x 
0
1
2 x 2 )]0a  q.a( L  1
2 a)

bila a = L  VB = q.L dan MB = ½ q.L2


bila a = ½ L  VB = ½ q.L dan MB = (q. ½ L) (3/4 L) = 3/8 q.L2

3.2.3. Kantilever dengan beban momen


Gambar 3.7. memperlihatkan dua buah momen pada suatu kantilever.
MA MB
A B MC
C
a b

Gambar 3.7. Kantilever dengan beban momen

Momen A pada titik A dan momen B pada titik B, reaksi terjadi terhadap titik
C sebagai berikut:

 X = 0  HC = 0
 Y = 0  VC = 0
 M = 0  MC = MA + MC

3.2.4. Kantilever dengan beban segitiga


Beban segitiga adalah beban terbagi dengan area segitiga seperti ditunjukkan
pada gambar 3.8 berikut:
1/3 a resultan beban q 1/3 a resultan beban q
q q
MD MD
0 a b D 0 a b D
L 2/3 a

VD VD
Gambar 3.8. Kantilever dengan beban segitiga dan reaksi-reaksinya

Mengingat beban segitiga adalah setengah dari beban terbagi merata dan
terletak di sepertiga dari beban terbesar, maka didapat reaksi sbb:

 X = 0  HD = 0
 Y = 0  VD = ½ q.a
 M = 0  MD = (½ q.a) (2/3 a + b)

3.2.5. Kantilever dengan beban tidak langsung


Yang dimaksud dengan beban tidak langsung adalah beban yang tidak
langsung mengenai batang bebas yang ditumpu. Dalam gambar 3.9
diperlihatkan beban tidak langsung ke kantilever.

q
a

ME
H
E
L

Gambar 3.9. Kantilever dengan beban tidak langsung

Beban tidak langsung merupakan beban terbagi merata dan pada posisi
vertikal dari batang bebas. Adapun reaksi-reaksinya sbb:

 X = 0  HE = q . a
 Y = 0  VE = 0
 M = 0  ME = (q.a) ½ a = ½ q a2

3.2.6. Kantilever vertikal


Biasanya kantilever berada pada posisi horisontal, namun dapat juga berada
dalam keadaan vertikal, biasanya terjadi pada tonggak atau tiang penyangga
seperti dalam gambar 3.10.
q = 300 kg/m q = 300 kg/m

4m
Q = q.a

4m
Q = q.a

2m
2m

MA
A HA A
Gambar 3.10. Kantilever vertikal dan reaksi-reaksi yang terjadi

Reaksi-reaksi pada tumpuan A hampir sama dengan posisi horisontal:

 X = 0  HA = q . a = 300 . 4 = 1200 kg
 Y = 0  VA = 0
 M = 0  MA = (q.a) (½ a +2) = (1200) (2 + 2) = 4800 kgm

3.2.6. Kantilever vertikal dengan beban tidak langsung


Dalam kantilever ini (ditunjukkan gambar 3.11) beban tidak langsung berada
pada suatu batang bebas dengan sudut tertentu, dengan menggunakan
persamaan statik tertentu maka dapat diperoleh reaksi-reaksinya.

q = 300 kg/m q = 300 kg/m


2m

2m

P = 1500 kg P = 1500 kg
4m

4m

2
VB
MB HB
B B
Gambar 3.11. Kantilever vertikal dengan beban tidak langsung

 X = 0  HB = q . a = 300 . 2 = 600 kg
 Y = 0  VB = P = 1500 kg
 M = 0  MB = {(q.a) (½ a +4)}-(P. 2) = (600. 5) - (1500 . 2) = 0 kgm
3.2.7. Soal-soal kantilever
p = 800 kg/m

2m

q = 300 kg/m
4m

K = 1600 kg
4

3 3
C

Tentukan reaksi-reaksinya !

p = 1000 kg
q = 200 kg/m
45.0°

D
2m 3m 4m

Tentukan reaksi-reaksinya !
3.3. BALOK SEDERHANA (Simple Beam)

3.3.1. Balok sederhana dengan beban terpusat


Suatu balok/batang diletakkan diatas dua peletakan (tumpuan) A dan B
(lihat gambar 3.12) mendapat beban titik P.
P

A a b B
L

VA VB
Gambar 3.12. Balok sederhana dengan beban terpusat

Pada sendi A akan timbul reaksi vertikal VA (= RVA) dan reaksi horisontal HA
(= RHA) dan di sendi B akan timbul reaksi vertikal VB (= RVB) dan reaksi
horisontal HB (= RHB). Balok AB dianggap sebagai free-body (bodi lepas), akan
seimbang didalam sistem gaya-gaya luar yaitu bila beban seimbang dengan
reaksi.

 X = 0  HA = 0
 Y = 0  VA + VB – P = 0
 MA = 0  P . a – VB . L = 0  VB = (P.a)/L

VA + VB – P = 0  VA + (P.a)/L = P  VA = P – (P.a)/(a+b) = P.b/L

Dapat juga kita menggunakan sendi B sebagai pusat:


 MB = 0  P . b – VA . L = 0  VA = (P.b)/L

3.3.2. Balok sederhana dengan beban-beban terpusat


Dalam kasus ini balok sederhana dibebani oleh beberapa beban P (gbr 3.13)
P1
y1
P2
y2
HA
A x1 x2 B
a b c

VA VB
Gambar 3.13. Balok sederhana dengan beban-beban terpusat.

Beban P dapat dibagi dalam arah sumbu x dan y, P1 menjadi x1 dan y1,
sedangkan P2 menjadi x2 dan y2, sehingga dihasilkan:
 X = 0  HA = x1 + x2
a ab
 MA = 0  y1 . a + y2 . (a+b) - VB . L = 0  VB = . y1  .y2
L L
bc c
 MB = 0  y1 . (b+c) + y2 . c – VA . L = 0  VA = . y1  y 2
L L

3.3.3. Balok sederhana dengan beban terbagi merata


Beban terbagi merata q sepanjang b diperlihatkan pada gambar 2.14 berikut:
q
q

A a b c B
A a b c B
L
L
x
dx VB
VA VB
VA
Gambar 3.14. Balok sederhana dengan beban terbagi merata dan reaksinya

Misal elemen kecil q.dx berjarak x dari A mengakibatkan reaksi di B:


x
dVB  .q.dx
L
a b
a b
x q a b q 2
sehingga VB  a .q.dx   x.dx  .x
L L a 2 L  a
2a  b  .q.b
didapatkan V B 
2L
2c  b  .q.b
dengan cara sama didapatkan V A 
2L
Cobalah gunakan MA = 0  VB . L – (q . b) (b/2 + a) = 0 untuk mencari nilai
VB.

3.3.4. Balok sederhana berpinggul (overhang) dengan beban terpusat


Suatu konstruksi sederhana AC dengan pinggul pada BC, seperti gambar
3.15. mendapat beban P pada ujungnya.
P

A B
C
L c

VA VB
Gambar 3.15. Balok sederhana berpinggul dengan beban terpusat

Dengan menggunakan persamaan momen pada salah satu tumpuan dapat


dihitung reaksi-reaksinya:
 MB = 0 P.c - VA . L = 0  VA = (P.c)/L
 MA = 0 P.(c +L) – VB . L = 0  VB = P(c +L)/L
3.3.5. Balok sederhana berpinggul dengan beban terbagi merata
Beban terbagi merata terletak pada terusan konsol (pinggul), seperti terlihat
pada gambar 3.16 berikut.
q q

C C
A a b
B c
A x
B
dx
L L c

VA VB VA VB
Gambar 3.16. Balok sederhana berpinggul dengan beban terbagi merata dan
reaksi-reaksinya.

M B  0  V A .L  q.b .  q.c .  0 
b c
VA 
b2  c2 
.q
2 2 2L
 L  c   a 
M A  0  VB .L  qL  c   a .  a  0 
 2 

VB 
 L  c  a 2
2
.q
2L
atau dengan melihat elemen dx sejauh x dari A.

x
MA = 0  dVB  .q.dx
L
Lc
Lc x q Lc q 2
sehingga VB   a L
.q.dx   x.dx 
L a
.x
2 L  a


 L  c  a 2
2

didapatkan VB .q
2L

3.3.6. Balok sederhana dengan beban momen


Gambar 2.17 memperlihatkan balok sederhana dengan momen dititik E.

A E B A E B
a b

VA L
VB VA VB
Gambar 3.17. Balok sederhana dengan beban momen

Reaksi-reaksi yang didapat sebagai berikut:


M
M A  0   M  VB .L  0  VB  
L
M
M B  0   M  V A .L  0  V A 
L
Tanda negatif pada reaksi diatas menunjukkan arah gaya yang berlawanan.

3.3.7. Balok sederhana berpinggul dengan beban momen


Momen terletak dititik C pada ujung pinggul dari balok sederhana seperti
terlihat pada gambar 3.18. dibawah ini:
A B C
L c

VA VB
Gambar 3.18. Balok sederhana berpinggul dengan beban momen

M
M A  0  M  VB .L  0  VB 
L
M
M B  0  M  V A .L  0  V A 
L

Dari reaksi terhadap momen pada balok sederhana dapat disimpulkan:


1. Reaksi-reaksi pada peletakan oleh beban momen menghasilkan
momen kopel.
2. Besarnya reaksi tidak tergantung dari letak momen.

3.3.8. Soal-soal Balok sederhana


P = 1000 kg
q = 300 kg/m

7m 3m

Tentukan reaksi reaksinya!

q = 400 kg/m M = 600 kgm

4m 3m 3m

Tentukan reaksi-reaksinya!
p = 800 kg/m
q
Q QY Q QY = Q cos 

2m 

4m
4m
q = 300 kg/m
QX  QX = Q sin 
Q


K = 1600 kg 3m
4

HC C 3 3

VC
MC

Penyelesaian:

QY = Q . 3/5; QX = Q . 4/5

 X = 0  HC + (300 . 5) 4/5 – 1600 = 0


HC = - 1200 + 1600 = 400 kg ()
 Y = 0  VC - (300 . 5) 3/5 – 800 . 2 = 0
VC = 900 + 1600 = 2500 kg ()
 M = 0  - MC – 1600 . 4 + (300 . 5) ( . 5 + 5) + (800 . 2) ( . 2 + 6) = 0
MC = - 6400 + 11250 + 11200 = 16050 kgm (ccw)

q = 400 kg/m M = 600 kgm

A B
4m 3m 3m

Y = 0  VA + VB – Q = 0
VA + VB = q . 3 m  VA + VB = 400 kg/m . 3 m = 1200 kg

MB = 0  VA . (4 + 3)m – Q . (½ . 3 m) + M = 0
VA = (( 400 kg/m . 3 m) . 1,5 m – 600 kgm)/7 m
VA = 171,4 kg  VA + VB = 1200 kg  VB = 1200 – 171,4 = 1028.6 kg

MA = 0  Q . (4 + ½ . 3 m) + M – VB . (4 + 3) m = 0
VB = (( 400 kg/m . 3 m) . 5,5 m + 600 kgm)/7 m
VB = 1028,6 kg  VA + VB = 1200 kg  VA = 1200 – 1028,6 = 171,4 kg

Anda mungkin juga menyukai