OLEH :
NAMA : NELI
NIM : PSW.B.2017.IB.0025
TINGKAT : II
KABUPATEN MUNA
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan hidayah serta
rahmat kepada penulis, sehingga makalah Asuhan Kebidanan IV (Patologi) tentang Penyulit
Kala I dan Kala II (Kelainan presentasi dan posisi) ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan IV
(Patologi) juga untuk memberikan informasi kepada para pembaca tentang asuhan kebidanan
patologi pada ibu hamil dengan Penyulit Kala I dan Kala II (Kelainan presentasi dan posisi).
Tak beranjak dari peribahasa “Tak ada gading yang tak retak”, maka penulis
menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu,
saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan agar memotivasi penulis untuk
dapat membuat makalah lainnya di masa mendatang dengan lebih baik lagi.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan
sebagai bahan untuk menambah pengetahuan bagi para mahasiswa pada khususnya dan
tenaga kesehatan serta masyarakat pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang............................................................................................
1.2Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3Tujuan Penulisan.........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
3.1Kesimpulan..................................................................................................
3.2Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PENYULIT KALA I DAN II
A. Partus Lama
1. Pengertian
Istilah partus lama, ada juga yang menyebutnya dengan partus kasep dan partus
terlantar. Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam dari pada multi. Bila
persalinan berlangsung lama, dapat mmenimbulkan kompilikasi-komplikasi baik
terhadap ibu maupun terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu
dan anak.Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primi, dan lebih dari 18 jam pada multi.
Partus kasep menurut Harjono merupakan fase terakhir dari suatu partus yang
macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gejala-gejala seperti dehidrasi,
infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksi dan Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK).
(Mochtar, 1998).Partus lama adalah persalinan dengan tidak ada penurunan kepala >
1 jam untuk nulipara dan multipara. (Sarwono, 2008) Sebagian besar partus lama
menunjukan pemanjangan kala I. Adapun yang menjadi penyebabnya yaitu, serviks
gagal membuka penuh dalam jangaka waktu yang layak. (Harry, 2010)
2. Penyebab
Faktor-faktor penyebab antara lain :
5. Penanganan
a) Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk tanda vital dan
tingkat hidrasinya).
b) Kaji kembali partograf, tentukan apakah pasien berada dalam persalinan
c) Nilai frekuensi dan lamanya His
d) Perbaiki keadaan umum
e) Dukungan, perubahan posisi, (sesuai dengan penanganan persalinan normal)
f) Periksa kefon dalam urine dan berikan cairan, baik oral maupun parenteral
g) Dan upayakan buang air kecil (kateter bila perlu).
h) Berikan analgesic : tramadol atau petidin 25 mg IM (maximum 1 mg/kg BB atau
morfin 10 mg IM, jika pasien merasakan nyeri.
2. Etiologi
a. Kelainan panggul
b. Anak kecil/mati
c. Kerusakan dasar panggul
3. Komplikasi
a. Ibu : Robekan jalan lahir yang lebih luas Partus lama
b. Anak : Karena partus lama dan molase hebat sehingga mortalitas anak agak
tinggi
4. Diagnosis presentasi puncak kepala :
Dapat diraba kedua fontanella mayor dan minor, Persalinan dapat
berlangsung dengan :
5. Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinannya hampir sama dengan posisi oksipitalis posterior
persisten, perbedaannya pada presentasi puncak kepala tidak terjadi fleksi kepala
yang maksimal, sedangkan lingkaran kepala yang melalui jalan lahir adalah
sircumfarensia fronto oksipitalis dengan titik perputaran yang berada dibawah
simpisis ialah glabela. Bila posisi berubah menjadi belakang kepala atau presentasi
muka dengan mento anterior maka dapat dilahirkan pervaginam
Lingkaran yang melalui jalan lahir cukup besar (34 cm) sehingga dapat
menimbulkan trauma. Morbiditas dan mortalitas lebih tinggi. Bila posisi tidak
berubah atau terjadi komplikasi, maka persalinan dapat dilakukan dengan, vakum,
forcep, dan secsio secaria .
6. Penatalaksanaan
a. Dapat ditunggu kelahiran spontan
b. Episiotomi
c. Bila 1 jam dipimpin mengedan namun tak lahir, dan kepala sudah berada
didasar panggul, maka dilakuka ekstraksi forcep. Usahakan lahir pervaginam
karena kira0kira 75% bisa lahir spontan. Bila ada indikasi tolong dengan
vakum/forsep biasanya anak yang lahir di dapati caput daeah UUB
( Mochtar,2002 ).
2. Presentasi dahi
a. Pengertian
Ialah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara fleksi maksimal
dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Pada umumnya
presentasi dahi bersifat sementara dan akan berubah menjadi presentasi muka atau
belakang kepala. (prwirohardjo, sarwono, 2006, ilmu kebidanan, Jakarta : yayasan
bina pustaka sarwono prawirohardjo).
Kepala terdapat antara fleksi dan defleksi , dengan sendirinya berubah
menjadi letak muka atau letak belakang kepala. (Marohoesodo, Seto, 1971,
Kompedium Patology Kebidanan , Bandung : Ricopy ). Presentasi dahi adalah
posisi kepala antara fleksi dan defleksi, sehingga dahi merupakan bagian terendah.
Posisi ini biasanya akan berubah menjadi letak muka atau belakang kepala.
Kepala menusuk panggul dengan dahi melintang/miring pada waktu putar paksi
dalam, dahi memutar kedepan dan berada di bawah alkus pubis, kemudian terjadi
fleksi sehingga belakang kepala terlahir melewati perineum lalu terjadi defleksi
sehingga lahirlah dagu ( bila berubah menjadi presentasi muka). Pada presentasi
dahi diameter yang masuk pintu panggul atas adalah diameter mento occipitalis
(13.5) sehingga Kecuali pada kepala yang kecil atau panggul yang sangat luas,
engagemen kepala yang diikuti dengan persalinam pervaginam tak mungkin
terjadi. (http://maphiablack.blogspot.com)
Pada presentasi dahi yang transien, progonosis tergantung pada presentasi
akhir. Bila tetap pada presentasi dahi, prognosis persalinan pervaginam sangat
buruk kecuali bila janin kecil atau jalan lahir sangat luas.Bentuk dari Kelainan
Sikap ( habitus ) berupa gangguan defleksi moderate.Presentasi yang sangat
jarang.Diagnosa ditegakkan bila VT pada PAP meraba orbital ridge dan ubun-
ubun besar.
b. Diagnosis
DJJ jauh lebih jelas didengar di bagian dada yaitu di sebelah yang sama
dengan bagian-bagian kecil. Kepala janin tidak dapat turun ke rongga panggul
pada wanita yang pada persalinan sebelumnya tidak pernah mengalami kesulitan.
(prwirohardjo, sarwono, 2006, ilmu kebidanan, Jakarta : yayasan bina pustaka
sarwono prawirohardjo)
1) Pemeriksaan Luar
a. Palpasi : Bokong di fundus, Punggung di sebelah kiri atau kanan, Kepala
diatas simphisis, Benjolan kepala berada disebelah yang sama seperti
punggung akan tetapi tidak sejelas letak muka.
b. Auskultasi : bunyi jantung anak paling jelas didengar melewati dada.
2) Pemeriksaan Dalam
Yang dapat diraba ialah sutura frontalis dengan UUB diujung yang satu
dan pangkal hidung , pinggir orbita di ujung lainnya.( Marohoesodo, Seto,
1971, Kompedium Patology Kebidanan , Bandung : Ricopy )
3) Presentasi dapat dikenali melalui pemeriksaan palpasi abdomen dimana dagu
atau oksiput dapat diraba dengan mudah dan teraba tonjolan kepala teraba pada
punggung anak.
4) Bunyi jantung anak pada bagian-bagian kecil.
5) Diagnosa dipastikan dengan VT dan teraba sutura frontalis – ubun-ubun besar
– orbital ridges – mata atau pangkal hidung
c. Etiologi
a) Panggul sempit
b) Janin besar
c) Multiparitus
d) Kelainan janis
e) Kematian janin intrauteri
d. Komplikasi
a) Ibu
Partus lama dan lebat sulit, bisa terjadi robekan yang hebat dan ruptur uteri b.
b) Anak
Mortalitas janin tinggi
e. Mekanisme persalinan
Kepala masuk panggul dengan dahi melintang atau miring, dengan turunnya
kepala maka dahi memutar kedepan . kalau fossa canica ada dibawah simphisis
terjadi fleksi untuk melahirkan kepala lewat perineum kemudian terjadi defleksi
untuk melahirkan mulut dan dagu dibawah simphisis. (Marohoesodo, Seto, 1971,
Kompedium Patology Kebidanan , Bandung : Ricopy ). Pada janin yang sangat
kecil atau panggul yang luas persalinan pervaginam biasanya berlangsung dengan
mudah. Pada janin aterm dengan ukuran normal, persalinan pervaginam sulit
berlangsung oleh karena engagemen tidak dapat terjadi sampai terjadinya molase
hebat yang memperpendek diamater occipitomentalis atau sampai terjadinya
fleksi sempurna atau ekstensi maksimum menjadi presentasi muka. Persalinan
pervaginam pada presentasi dahi yang persisten dapat berlangsung bila terdapat
molase berlebihan sehingga bentuk kepala berubah. Molase berlebihan akan
menyebabkan caput didaerah dahi sehingga palpasi dahi menjadi sulit.
Persalinan pervaginam pada presentasi dahi yang persisten hanya dapat
berlangsung bila terdapat molase berlebihan sehingga bentuk kepala berubah.
Molase berlebihan akan menyebabkan caput didaerah dahi sehingga palpasi dahi
menjadi sulit. Pada presentasi dahi yang bersifat sementara (penempatan dahi) ,
progonosis tergantung pada presentasi akhir. Bila presentasi dahi sudah bersifat
menetap, prognosis persalinan pervaginam sangat buruk kecuali bila janin kecil
atau jalan lahir sangat luas.
f. Penanganan
Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal tidak akan
lahir secara spontan, sehingga harus dilakukan SC. Jika pada kala 1 belum masuk
rongga panggul dapat diusahakan mengubah presentasi dengan prasat thorn jika
tidak berhasil lakukan SC. jika kala 2 tidak berhasil lakukan SC. (prwirohardjo,
sarwono, 2006, ilmu kebidanan, Jakarta : yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo)
3. Persentasi muka
a. Pengertian
Kepala terdapat dalam keadaan defleksi sehingga belakang kepala tertekan
pada punggung. ( Martohoesodo, Seto, 1971, Kompedium Patology Kebidanan ,
Bandung : Ricopy ). Disebabkan oleh hiperekstensi kepala janin sehingga baik
oksiput maupun sinsiput tidak teraba pada periksa dalam. ( Yulianti, Devi, 2005,
Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan , Jakarta : EGC ). Disebabkan
oleh terjadinya ektensi yang penuh dari kepala janin yang teraba muka janin =
mulut, hidung,dagu dan pipi.
Gambar Presentasi Muka
b. Etologi :
a) Panggul sempit
b) Anak besar
c) Multiparitas
d) Tumor pada leher
e) Anensepalus ( Martohoesodo, Seto, 1971, Kompedium Patology Kebidanan ,
Bandung : Ricopy ).
f) Diameter antero posterior panggul ledih panjang dari diameter transvesa
g) Segmen depan menyempit
h) Otot-otot dasar panggul yang lembek dan multipara
i) Kapala janin yang kecil dan bulat
c. Diagnosa
a) Kaji ukuran janin dengan cermat, wajah tidak mengalami molase dan pelahiran
pervaginam tidak mungkin dilakukan kecuali diameter pelvis ideal.
b) Pastikan analgesia yang adekuat
c) Mempertahankan pengawasan yang ketat. Distress janin cenderung terjadi
karena lamanya persalinan dan posisi leher yang salah. diagnosis ( T.Y LIU,
David, 2007, Manual Persalinan Edisi 3 , Jakarta : EGC ).
d) Kenali bahwa presentasinya adalah persentasi muka dan memberitahu dokter
yang bertanggung jawab mengenai malpresentasi ini
e) Evaluasi kembali keadekuatan pelvis dan konsultasikan dengan dokter juka
terdapat keraguan mengenai kemungkinan disproporsi sefalopelvic untuk
menyingkirkan kondisi ini
f) Pantau dengan cermat mekanisma persalinan rotasi internal. Bidan harus segera
memberitahu dokter jika rotasi ke arah posisi mentun posterior langsung
b. Etiologi
a) Diameter antero posterior panggul lebih panjang dari diameter tranvesa
b) Segmen depan menyempit
c) Otot-otot dasar pinggul yang lembek pada multipara
d) Kepala janin yang kecil dan bulat
e) Tidak terjadi putaran paksi dalam sehingga sutura sagitalis tetap melintang.
f) Bayi besar
g) Pelvis android atau anthropoid
h) Plasent letk rendah anterior
i) Defleksi kepala( Malrotasi (TY, LIU, David, 2007, Manual Pesalinan Edisi3,
Jakarta : EGC)
c. Diagnosa
1. Palpasi
Ekstremitas janin berada diantara anterior dan memberikan tampilan
cekung pada abdomen bagian bawah ibu. Kepala tidak cakap dan sinsiput terasa
superficial ketika ibu yang berbaring horizontal dipalpasi. Bahu janin dan bunyi
jantung terkeras dan terletak lateral dari garis tengah.
2. Pemeriksaan Pervaginal
Bagian persentasi tidak menempel dengan baik pada serviks. Sering
terjadi defleksi. Fontanel anterior mudah teraba di bawah simphisis. Jika
diagnosis mengalami kesulitan, masukkan satu jari melalui sisi wajah janin dan
tentukan letak telinga. Gerakkan jari melalui dasar telinga akan menunjukkan
bahwa pinna mengarah ke oksiput. (TY, LIU, David, 2007, Manual Pesalinan
Edisi3, Jakarta : EGC
d. Penanganan
a) Jika terdapat tanda – tanda obstruksi tetapi DJJ normal, minta ibu untuk
mengubah posisi untuk mendorong rotasi spontan. Jika DJJ abnormal ( < 100 /
> 180 x/menit ) pada semua kala lahirkan janin melalui SC.
b) Jika ketuban utuh pecahkan.
c) Jika pembukaan serviks tidak lengkap dan tidak terdapat tanda – tanda
obstruksi percepat persalinan dengan oksitosin
d) Jika pembukaan lengkap tapi tidak terjadi penurunan pada fase pengeluaran
kaji tanda – tanda obstruksi dan percepat dengan oksitosin.
e) Jika pembukaan lengkap dan kepala janin teraba > 3/5 diatas simphisis atau
ujung penonjolan tulang kepala janin berada di atas stasion -2 Lakukan SC.
f) Jika pembukaan lengkap dan kepala janin teraba diantara 1/5 dan 3/5 diatas
simphisis pubis atau ujung penonjolan kepala janin berada diantara stasion 0
dan -2.
g) Lahirkan dengan ekstraksi vakum dan simfisiotomi (Yulianti, Devi, 2005,
Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan , Jakarta : EGC)
h) Lakukan pengawasan dengan seksama dengan harapan dapat lahir spontan
i) Tindakan baru di lakukan jika kala II terlalu lama/ada tanda-tanda bahaya
terhadap janin. Jika Pada persalinan dapat terjadi robekan peremium yang
teratur atau extensi dari episiotomi
j) Periksa ketuban bila intake, pecah ketuban
k) Bila penurunan kepala 3/5 diatas PAP atau diatas 2 SC
l) Bila pembukaan belum lengkap dan tidak ada tanda obstruksi, beri oksitosin
drip.
m)Bila pembukaan lengkap dan tidak ada kemajuan pada fase pengeluaran, ulangi
apakah ada obstruksi. Bila tidak ada tanda abstruksi oksitosin drip
n) Bila pembukaan lengkap dan kepala masuk sampai tidak kurang 1/5 atau O EV
atau forseps
o) Bila ada tanda obstruksi / gawat janin SC
DAFTAR PUSTAKA
Chapman, Vicky, 2006, Asuhan Kebidanan Persalina dan Kelahiran , Jakarta : EGC
Marohoesodo, Seto, 1971, Kompedium Patology Kebidanan , Bandung : Ricopy
Prawirohardjo, Sarwono, 2006, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
TY, LIU, David, 2007, Manual Pesalinan Edisi3, Jakarta : EGC
Varney , Hellen, dkk, 2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2, Jakarta : EGC
Yulianti, Devi, 2005, Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan , Jakarta : EGC
BAB II
A.Retensio Placenta
1. pengertian
2. Patofisiologi
Patofisiologi retensio plasenta sampai sekarang belum diketahui pasti. Akan tetapi,
berbagai studi menyatakan bahwa patofisiologi retensio plasenta dapat dibagi menjadi
tiga mekanisme, yaitu
a. Plasentasi invasive
Abnormal umumnya terjadi akibat trauma pada endometrium. Tindakan
operasi pada uterus (seperti sectio caesarea) dapat menyebabkan gangguan
integritas endometrium uterus dan lapisan miometrium. Serabut miometriuetrium
setelah dilakukannya tindakan operasi.m di sekitar luka operasi sering kali
mengalami perubahan degeneratif dengan peningkatan jaringan fibrosa disertai
infiltrasi sel inflamasi. Akibat dari kelainan tersebut, saat proses plasentasi, sel
trofoblast ekstravilous akan menginvasi dinding uterus lebih dalam dari biasanya
yang kemudian dapat menyebabkan plasenta akreta sampai perkreta. Hal ini
menyebabkan sulitnya pelepasan plasenta saat persalinan, dan menyebabkan
retensio plasenta.
b. Hipoperfusi Plasenta
Beberapa spektrum penyakit, seperti preeklampsia, kehamilan preterm,
pertumbuhan janin terhambat, kehamilan mati, dan keguguran rekuren, telah
dipercaya menyebabkan plasentasi abnormal. Plasentasi abnormal kemungkinan
akan terjadi dengan ditandai dengan transformasi inkomplit dari arteri spiralis
menjadi sistem vaskular nonmuskular. Konstriksi vaskular akan menyebabkan
perfusi yang berkurang atau intermiten. Hipoksia intermiten pada plasenta akan
meningkatkan stress oksidatif yang selanjutnya menyebabkan kaskade yang
menghasilkan disfungsi sel endotel dan meningkatkan apoptosis.
c. Kontraktilitas Inadekuat
Tertahannya sebagian atau seluruh plasenta di dalam tubuh hingga satu jam
setelah proses persalinan usai, merupakan gejala utama retensi plasenta. Bila plasenta
masih tertinggal di dalam rahim, gejala lain akan muncul sehari setelah persalinan,
yaitu berupa:
a) Perdarahan hebat.
b) Nyeri yang berlangsung lama.
c) Demam.
d) Keluar cairan dan jaringan berbau tidak sedap dari vagina.
Dampak dari retensio plasenta bagi ibu dapat mengakibatkan komplikasi serius dari
pendarahan hingga menyenabkan kematian
Bila semua metode di atas tidak berhasil mengeluarkan plasenta dari rahim,
dokter akan menjalankan prosedur bedah. Langkah ini merupakan pilihan terakhir.
B. Robekan Jalan Lahir
1. pengertian
Robekan jalan lahir merupakan peyebab kedua tersering dari perdarahan pasca
persalinan.Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri.Perdarahan pasca
persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh, robekan
servik atau vagina.Periksalah dengan seksama dan perbaiki robekan pada servik, vagina
dan perineum, lakukan uji pembekuan darah sederhana bila perdarahan terus
berlangsung.Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan
lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukan adanya koagulapati.
2. Patofisiologi
a. Robekan Perinium
Robekan perineum terjadi pada semua persalinan pertama dantidak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapatdihindarkan atau dikurangi dengan
menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat,
sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan
lama,karena akan menyebabkan asfiksia dan pendarahan dalamtengkorok janin, dan
melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu
lama.Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan biasmenjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa
sehingga kepala janin terpaksalahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala janin
melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar
daripadasirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak dilahirkandengan
pembedahan vaginial.
b. Robekan Serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehinggaserviks seorang
multiparaberbeda daripada yang belum pernahmelahirkan per vaginam.Robekan
serviks yang luasmengakibatkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen
bawahuterus.Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah
lahir lengkap dan uterus berkontraksi baik, perludipikirkan perlukaan jalan lahir,
khususnya robekan serviks uteri.
3. Penyebab
a) Partus presipitatus
b) Bayi besar
c) Panggul sempit
d) Primipara
C. Atonia Uteri
1. Pengertian
2. Patofisiologi
Kontraksi uterus merupalan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan
setelah melahirkan.Pendarahan postpartum secara fisiologis di control oleh kontralsi
serabut serabut mio metrium yang mengelilingi pembulu darah yang
mengvaskularisasikan dara implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi0 apabila serabut
serabut miomtrium tersebut tidak berkontraksi ( Cunningham, 2005).
Miometrium terdiri dari tiga lapisan dan lapisan tengah merupakan bagian
terpenting dalam kontraksi untuk menghentikan pendarahan postpartum, lapisan tengah
myometrium tersusun sebagai anyaman dan di tembus oleh pembulu darah.Masing
masing serabut mempunyai dua buah lekungan sehingga setiap dua buah serabut kira
kira membentuk angka delapan. Selain itu ketidakmampuan myometrium untuk
berkontraksi ini akan menyebapkan pembulu darah pada uterus tetap fasodilatasi
sehingga terjadi pendarahan postpartum.
3. Etiologi
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor
predisposisi (penunjang ) seperti :
Pembekuan darah merupakan cara alami tubuh untuk mencegah kehilangan darah
secara berlebihan. Trombofilia biasanya terjadi saat seseorang sedang cabut gigi,
terluka, bahkan melahirkan.Trombofilia dapat terjadi ketika trombosit menuju ke daerah
yang terluka dan berkumpul hingga membentuk sumbatan. Proses penyumbatan ini
disebut dengan koagulasi. Protein juga terlibat dalam proses pembekuan darah, untuk
memastikan trombosit saling melekat.
Ketika gumpalan darah telah terbentuk dan pendarahan telah berhenti, gumpalan
darah akan kembali diserap oleh tubuh dan menimbulkan jaringan luka. Mereka yang
mengalami gangguan pembekuan darah, trombosit cenderung mengalami gumpalan,
bahkan pada saat tidak ada pendarahan.Selain itu, darah yang menggumpal pun tidak
diserap kembali seutuhnya oleh tubuh.Dalam beberapa kasus, gumpalan ikut ke dalam
aliran darah dan menempel pada pembuluh dan dinding darah yang ditemukan di daerah
otak, paru-paru, dan daerah lainnya.
3. Penyebab
a) Defisiensi vitamin K
Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhnya kuman adalah di daerah bekas
insersio (pelekatan) plasenta.Insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang
ditutupi oleh trombus.Selain itu, kuman dapat masuk melalui servik, vulva, vagina dan
perineum.
e) Infeksi intrapartum.
3. Penyebab
Banyak infeksi terdeteksi dengan demam, menggigil atau perasaan tidak enak
badan, dan kadang hanya itu gejala-gejala yang nampak jelas.Tanda-tanda dan gejala
lain dapat meliputi:
a) Nyeri perut bawah, demam rendah, lokia yang berbau busuk (tanda-tanda
endometritis)
b) Area yang terasa sakit, keras, hangat dan merah (biasanya hanya pada satu
payudara) dan demam, menggigil, nyeri otot, kelelahan atau sakit kepala (tanda-
tanda mastitis)
c) Kemerahan, cairan, pembengkakan, hangat atau meningkatnya rasa sakit di
sekitar area sayatan atau luka (baik sayatan operasi caesar, episiotomi atau luka
gores) atau sayatan yang terlihat seperti akan terpisah
d) Sulit dan nyeri saat buang air kecil, merasa seperti ingin buang air kecil dengan
sering dan mendesak namun hanya sedikit atau tidak ada urin yang keluar, atau
urin keruh atau berdarah (tanda-tanda infeksi saluran kemih).
5. pengobatan
a) Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka operasi dan
darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat.
b) Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.
c) Memberi antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil laboratorium.
d) Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah, makanan
yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta perawatan lainnya sesuai
komplikasi yang dijumpai.
e) Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas
DAFTAR PUSTAKA
Danorth David N. Obstetrics Gynecology, Thirth Edition, Harper & Row, 719-721.
F. Gary Cunningham, M.D. williams Obstetrics, Eighteenth Edition, Appleton & Lange,
California, 1989.
Melfiawati, S. Kapita Selekta Kedaruratan Obstretik dan Ginekologi, Edisi Pertama, EGC,
1994.
Prabowo R.P. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiraharjo,
Jakarta, 1999, 675-688
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Klasifikasi klinis
Perdarahan Pasca Persalinan primer yakni perdarahan yang terjadi dalam 24 jam
pertama, penyebab : atonia uteri, retensio plasenta, dan robekan jalan lahir.
Perdarahan Pasca Persalinan Sekunder, yakin perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama,
penyebab : robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.
2. Etiologi dan faktor Predisposisi
Penyebab perdarahan pasca persalinan ada beberapa sebab antara lain :
a. Atonia uteri (>75%), atau uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan
pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir)
b. Robekan (laserasi, luka) jalan lahir atau robekan yang terjadi pada jalan lahir bisa
disebabkan oleh robekan spontan atau memang sengaja di lakukan episiotomi, robekan
jalan lahir dapat terjadi ditempat : Robekan serviks, perlukaan vagina, robekan perinium.
c. Retensio Plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan didalam rahim baik sebahagian atau
seluruhnya)
d. Inversio Uterus (uterus keluar dari rahim)
e. . Gangguan pembekuan darah (koagulopati)
Penanganan umum
a. Hentikan perdarahan
b. Cegah atau atasi syok
c. Ganti darah yang hilang :diberi infus cairan ( larutan garam fisiologis, plasma
ekspander, Dextran – L), tranfusi darah kalau perlu oksigen.
Etiologi
Organisme pada bekas implantasi plasenta atau laserasi akibat persalianan adalah
Kuman anaerob : kokus gram positif (peptostreptokok, peptokok, bakteriodes dan
clostridium).Kuman aerob : gram positif dan E. Coli
Faktor Predisposisi
a. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh.
b. Partus lama dengan ketuban pecah lama.
c. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput dan bekuan darah.
d. Teknik aseptik yang tidak baik dan benar
e. Pemeriksaan vagina selama persalinan
f. Manipulasi intrauterus
g. Trauma/luka terbuka
h. Hematom dan hemoragi (darah hilang lebih dari 1000 ml)
i. Perawatan perinium yang tidak tepat
j. Infeksi vagina /servik atau penyakit menular seksual yang tidak ditangani
2. Endometritis
Tanda – tanda dan gejala
a. Takikardi
b. Suhu, 38 – 40 derajat celcius
c. Menggigil
d. Nyeri tekan uterus
e. subinvolusi
f. distensi abdomen
g. lokea sedikit dan tidak berbau, atau banyak, berbau busuk, mengandung darah, dan
seropuralen
h. . jumlah sel darah putih meningkat
Penanganan Endrometritis :
rujuk kerumah sakit, konsultasi dokter, diberikan obat anti mikroba spektum luas atau
terapi antiobiotik tripel, biasanya secara IV, pulangkan jika dalam 24 jam tidak terjadi panas
.
3. Septikemia dan piemia
Pada septikimia, penderita sudah sakit dan lemah.Sampai tiga hari postpartum suhu
meningkat dengan cepat, biasanya disertai mengigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 – 40
derajat celcius, keadaan cepat memburuk, nadi menjadi cepat ( 140 -160 kali /menit atau
lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus,
gejala – gajala menjadi piema.
4. Peritonitis
Pada peritonitis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan kecil, perut
kembung dan nyeri, dan ada defense musculaire.Muka yang semula kemerah-merahan
menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin, terdapat fasies hippocratica.Pada peritonitis
yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat peritonitis umum.
yang dapat dilakukan adalah nasogastritik suction, berikan infus( Nacl atau Ringer
Laktat), antiobiotik sehingga bebas panas selama 24 jam ( ampisilin 2 gr IV, kemudian 1 gr
setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5 mg/kg BB IV dosis tunggal/hari dan metronidazole 500
mg IV setiap 8 jam). Laparatomi dilakukan pembersihan perut (peritoneal lavage).
5. Selulitis pelvic
Selulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas.Bila suhu
tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri dikiri atau dikanan dan nyeri
pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan selulitis pelvik.Pada
pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri disebelah uterus dan tahanan ini
yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas keberbagai jurusan. Ditengah –
tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses.
7. Tromboflebitis
Perluasan infeksi nifas yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-
cabangnya. Tromboflebitis, dikelompokan sebagai berikut :
Ø Pelvio tromboflebitis
1) Nyeri pada perut bagian bawah atau samping, pada hari ke 2-3 masa nifas dengan atau
tanpa panas
2) Tampak sakit berat, menggigil berulang kali, suhubadan naik turun secara tajam, dapat
berlangsung selama 1-3 bulan
3) Terdapat leukositas
4) Pada periksa dalam hampir tidak ditemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena
ialah vena ovarika yang sukar pada pemeriksaan dalam.
Ø Tromboflebitis femoralis
1) Keadaan umum yang baik, subfebris selama 7-10 hari, kemudiaan naik pada hari ke 10
– 20,yang disertai menggigil dan nyeri.
2) Pada salah satu kaki (biasanya kaki kiri), tanda –tanda seperti kaki sedikit fleksi dan
rotasi keluarserat sulit bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki yang lain.
Nyeri hebat pada lipatan paha.Edema kadang –kadang terjadi sebelum atau setelah
nyeri.
Penanganan :
1) Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan kompresi pada kaki, setelah
mobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut elastik atau memakai kaus kaki panjang selama
mungkin.
2) Kondisi ibu jelek, sebaiknya jangan menyusui.
3) Antiobiotik dan analgesic
Selama nifas :
luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, alat –alat dan pakaian serta kain
yang digunakan harus steril, penderita dengan infeksi nifas sebaiknya tidak bercampur dengan
ibu sehat, pengunjung- pengunjung dari luar hendaknya pada hari –hari pertama dibatasi
sedapat mungkin.
b. Mengajari ibu proses fisiologis masa pasca bersalin dan perilaku yang baik pada
kondisi tersebut.
1) Pengeluaran lokia. Setelah bersalin, rahim berusaha memulihkan keadaanya sendiri
dengan cara membersihkan lapisan bagian luar dan membangun kembali lapisan baru
dari dalam. Ketika ia menguras lapisan lama, kotoran tersebut akan keluar melalui
vagina seperti saat datang bulan. Warna dan konsistensinya akan berubah seiring waktu.
Jelaskan tentang jumlah dan konsistensisnya yang normal dari lokia.Sangat penting
menjaga kebersihan, mengganti pembalut secara teratur, dan menjaga vagina tetap
kering dan bersih.
2) Nyeri setelah kelahiran pada fundus. Mulas terjadi karena rahim berkontaraksi agar ia
dapat kembali ke keadaan sebelum hamil. Selain itu, dipengaruhi oleh pemberian obat-
obatan dan proses menyusui. Ada beberapa hal yang dapat ibu lakukan untuk mengatasi
rasa nyeri, antara lain:
a. Cegah agar kandung kemih tidak penuh
b. Berbaring telungkup dengan sebuah bantal dibawah perut
c. Mandi, duduk, berjalan-jalan, atau mengubah posisi
d. Minum parasetamol kira-kira satu jam sebelum menyusui
e. Pastikan ibu mengerti bahwa kontraksi ini sangat penting untuk mengendalikan
pendaraha
3) Perineum. Vagina dan vulva akan sedikit memerah, bengkak, lecet dan nyeri, mungkin
juga terluka. Selain itu, terasa alebih lembut. Biasanya akan hilang setelah 1-2 minggu.
Tindakan untuk mengurangi rasa nyeri :
a. Kompres es
b. Rendam duduk
c. Latihan Kegel
4) Hemoroid. Sangat wajar terjadi hemoroid karena tekanan kepala dan upaya meneran.
Ada beberapa hal untuk mengurangi rasa nyeri ini, yaitu :
a. Rendam duduk
b. Hindari duduk terlalu lama
c. Banyak minum dan makan makanan berserat
d. Bidan dapat menggunakan salep Nupercainal
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu di rumah yaitu:
1. Kebersihan Diri
a. Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu
dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu
untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
c. Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali
sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan di
bawah matahari atau disetrika.
d. Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari
menyentuh daerah luka.
2. Istirahat
a. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
b. Menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Menjelaskan kepada ibu bahwa kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai
hal :
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
3. Latihan
a. Mendiskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal.
Ibu akan merasakan lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga
mengurangi rasa sakit pada punggung.
b. Menjelaskan bahwa latihan-latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat membantu
mempercepat mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal, seperti:
1) Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik nafas,
tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai lima.
Rileks dan ulangi 10 kali.
2) Untuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-
3) otot pantat dan dan panggul tahan sampai 5 kali hitungan.Kendurkan dan ulangi
latihan sebsnyak 5 kali.
4) Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan
jumlah latihan 5 kali lebih banyak.Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus
mengerjakan latihan sebanyak 30 kali.
5) Gizi
Pendidikan untuk Ibu menyusui harus :
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
d. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin.
e. Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya
melalui ASInya.
5. Perawatan Payudara
Perawatan payudara untuk ibu postpartum dirumah yaitu :
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
b. Mengenakan BH yang menyokong payudara.
c. Apabila putting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar
putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dari putting susu
yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan
diminumkan dengan sendok.
e. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan :
1. Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hanagat selama
5 menit.
2. Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk
mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.
3. Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara sehingga putting susu
menjadi lunak.
4. Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI
keluakan dengan tangan.
5. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6. Payudara dikeringkan.
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Mungkin hanya ini yang bisa penulis sampaikan dalam makalah yang singkat ini, pasti
dalam penyampaian dan penulisan makalah ini banyak sekali kesalahan – kesalahan, semua
itu tidak lain karena keterbatasan penulis, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran serta mohon ralat yang bersifat membangun demi bertambahnya pengetahuan bagi
penulis sendiri dan umumnya kepada kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati Retna Eny dan Wulandari Diah, (2010), Asuhan Kebidanan Nifas, Mitra
Cendikia Press, Jogjakarta.
Hidayat Abdul Azzis, (2007), Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisa Data,
Salemba Medika, jakarta.
Notoadmojo, 2007. Kesehatan masyarakat Ilmu Dan Seni. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Saleha Sitti, ( 2009), Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, Salemba Medika, Jakarta.
Sulistyawati Ari, (2009), Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Andi Offset,
Yogyakarta.
OLEH :
Kelompok IV
1. Lisdianty
2. Lisra yani safira
3. Luh santi ariani
4. Luki arnisa
5. Masni
KABUPATEN MUNA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan
dan kemampuan dalam proses perkuliahan, dan penulisan makalah yang berjudul “asuhan
kebidanan pada ibu dengan gangguan sistem reproduksi”, yang merupakan suatu kajian yang
disusun untuk melengkapi tugas Kelompok dalam mata kuliah
Kami menyampaikan terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah yang telah
membantu dan memotivasi penulis dalam pembuatan makalah ini. Terima kasih juga untuk
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga dapat selesai
seperti yang diharapkan.
Dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa jauh dari kata kesempurnaan , maka kami
mengharapkan saran, masukkan bahkan kritik yang membangun untuk makalah ini, sehingga
bisa digunakan sebagai referensi dalam mata kuliah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman sekarang ini, Pekerja Seks Komersial bukan lagi menjadi hal yang tak biasa
dikalangan masyarakat terutama remaja. Seperti diketahui bahwa PSK sangat identik dengan
penyakit-penyakit kelamin. Namun penyakit yang terjadi pada wanita maupun pria yang
berhubungan dengan alat reproduksinya sebagian besar kurang mendapat perhatian.Penelitian
menunjukkan bahwa angka kejadian penyakit menular atau penyakit yang menyerang sistem
reproduksi ini semakin tinggi karena semakin bebasnya hubungan seksual. Sehingga perlu
adanya kajian mengenai penyakit-penyakit yang menyerang sistem reproduksi sebagai wujud
pencegahan sedini mungkin. Tidak dapat disangkal bahwa masalah PSK sangat erat kaitannya
dengan kesehatan reproduksi dan masalah ketimpang status sosial kaum perempuan. Perilaku
seksual yang selalu berganti pasangan membuat para PSK mempunyai resiko yang tinggi
untuk tertulari dan menularkan penyakit seksual. Disebagian besar lokalisasi, pemeliharaan
kesehatan bagi pekerjaannya dilakukan oleh para medis atas inisiatif sendiri. Mengingat
kualitas paramedik di Indonesia pada umumnya, sangat sulit diharapkan bahwa mereka akan
melakukan penyuluhan dan konseling tentang penyakit menular seksual ke lokasi-lokasi PSK
(Manuaba, 1999).Berdasarkan pernyataan tersebut, maka penting kiranya dengan mengetahui
jenis-jenis penyakit, faktor penyebabnya diharapkan dapat diketahu jalan keluar dan
pencegahannya. Dengan latar belakang inilah maka dalam makalah ini akan dijelaskan hal-hal
sebagai berikut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan sistem reproduksi
2. Apa saja penyebab dari gangguan sistem reproduksi
3. Bagaimana upaya pencegahan gangguan sistem reproduksi
C. Tujuan penulisan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah
2. Untuk mengetahui apa apa saja ganngguan sistem reproduksi
3. Untuk mengetahui penyebab dari gangguan sistem reproduki
4. Untuk mengetahui cara pencegahan dari gangguan sistem reproduksi
BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit pada sistem reproduksi biasa disebabkan oleh jamur, bakteri atau virus. Bakteri
dapat menyebabkan beberapa gangguan pada organ reproduksi terutama organ reproduksi
pada wanita. Keputihan dengan warna hijau dan bau merupakan salah satu gangguan yang
disebabkan oleh bakteri. Bakteri juga dapat menyebabkan gangguan lebih lanjut berupa kista
bahkan hingga menimbulkan kanker rahim. Beberapa gangguan sistem reproduksi wanita
sebagai berikut:
1. Kanker serviks
Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh di seluruh lapisan epitel
serviks. Penanganannya dilakukan dengan mengangkat uterus, oviduk, ovarium, sepertiga
bagian atas vagina dan kelenjar limfe panggul. Kanker servik adalah pertumbuhan sel bersifat
abnormal yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang
senggama (vagina) (Riono, 1999). Kanker serviks ataupun lebih dikenali sebagai kanker leher
rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim /serviks yang merupakan bagian
terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Pada penderita kanker serviks
terdapat sekelompok jaringan yang tumbuh secara terus- menerus yang tidak terbatas, tidak
terkoordinasi dan tidak berguna bagi tubuh, sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat
berfungsi dengan baik (Sarwono, 1996). Penyebab Kanker serviks Penyebab utamanya adalah
virus yang disebut Human Papilloma (HPV) yang dapat menyebabkan kanker.
e. Tanda/gejala dari Kanker Serviks.
1. Pendarahan setelah senggama/berhubungan
2. Pendarahan spontan yang terjadi antara periode menstruasi rutin.
3. Timbulnya keputihan yang bercampur dengan darah dan berbau.
4. Nyeri panggul dan gangguan atau bahkan tidak bisa buang air kecil.
5. Nyeri ketika berhubungan seksual.
f. Patofisiologi
Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang area mulut rahim. Serviks merupakan
bagian terbawah dan ujung dari rahim atau uterus. Serviks menghubungkan antara uterus dan
liang vagina. Serviks memiliki dua bagian yaitu ektoserviks yang merupakan bagian luar
serviks dan endoserviks yang merupakan bagian dalam serviks.
Ektoserviks ditempati oleh sel skuamousa yang pipih dan tipis. Sedangkan bagian
endoserviks yang merupakan bagian dalam serviks, ditempati oleh sel kolumnar. Area tempat
dimana ektoserviks bertemu dengan endoserviks dinamakan area transformasi (T-zone). Area
transformasi ini merupakan tempat pertama kali terjadinya perkembangan sel abnormal atau
lesi pra kanker di serviks. Kanker serviks memiliki dua tipe histopatologi yaitu karsinoma sel
skuamosa (squamous cell carcinoma) dan adenokarsinoma (adenocarcinoma). Jenis kanker
serviks yang terbanyak adalah tipe karsinoma sel skuamosa (squamous cell carcinoma) yaitu
sekitar 80-90% dari semua kasus kanker serviks. Kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus
Human papiloma Virus (HPV) tipe tertentu yang ditularkan melalui hubungan seksual. Dua
tipe virus HPV yaitu tipe 16 dan 18 merupakan tipe terbanyak yang menyebabkan lesi pra
kanker dan kanker serviks.[2] Virus HPV 16/18 menyebabkan 70% kasus kanker serviks di
dunia dengan rincian 41% - 67% menyebabkan lesi kanker high-grade dan 16 – 32%
menyebabkan lesi kanker low-grade. Selain virus HPV tipe 16/18, tipe virus HPV lain yang
menyebabkan kanker serviks di dunia diantaranya virus HPV 31, 33, 35, 45, 52 dan 58.
Keenam tipe virus HPV ini menjadi penyebab 20% kasus kanker serviks di dunia.
g. Diagnosis
Wanita yang menderita kanker serviks stadium awal atau lesi pra kanker umumnya tidak
mengalami keluhan yang spesifik. Gejala kanker serviks biasanya dirasakan bila kanker sudah
berkembang dan menyerang organ di sekitarnya seperti rektum, kandung kemih dan organ di
luar panggul atau pelvis.
h. Penatalaksanaan
Stadium kanker serviks menggunakan 2 metode yaitu metode TNM dan metode FIGO.
Metode TNM oleh American Joint Committee on cancer (AJCC) berdasarkan ukuran tumor
(T), pembesaran kelenjar getah bening (N) dan Metastasis (M). Penentuan stadium kanker
serviks dengan metode FIGO (International Federation of Gynecology and Obstetrics)
berdasarkan pemeriksaan klinis, biopsi, tes pemindaian (imaging tests), sitoskopi, dan
proktoskopi.[12]
2. Vaginitis
Vaginitis adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri, parasit
atau jamur (Manuaba,2001) Vaginitis adalah infeksi yang terjadi pada vagina terjadi secara
langsung pada vagina atau melalui perineum (Wikniosastro 1999).
i. Penyebab dari Vaginitis
a. Jamur
Umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans yang menyebabkan rasa gatal di
sekitar vulva / vagina. Warna cairan keputihan akibat jamur berwarna putih kekuning-
kuningan dengan bau yang khas.
b. Bakteri
c. Virus
Keputihan yang diakibatkan oleh virus biasanya bawaan dari penyakit hiv/aids,
condyloma, herpes dan lain-lain yang bisa memicu munculnya kanker rahim. Keputihan virus
herpes menular dari hubungan seksual dengan gejala ada luka melepuh di sekeliling liang
vagina dengan cairan gatal dan rasanya panas. Sedangkan condyloma memiliki ciri gejala ada
banyak kutil tubuh dengan cairan yang bau yang sering menyerang ibu hamil
d. Parasit
Keputihan akibat parasit diakibatkan oleh parasit trichomonas vaginalis yang menular
dari kontak seks / hubungan seks dengan cairan yang berwarna kuning hijau kental dengan
bau tidak enak dan berbusa. Kadang bisa gatal dan membuat iritasi. Parasit keputihan ini bisa
menular lewat tukar-menukar peralatan mandi, pinjam-meninjam pakaian dalam, menduduki
kloset yang terkontaminasi, dan lain sebagainya.
k. Penyebab
Penyebab vaginitis yang paling umum terjadi ini disebabkan oleh adanya perubahan
bakteri normal yang terdapat didalam vagina, seperti pertumbuhan satu atau beberapa
organisme lainnya. Biasanya bakteri normal ditemukan di vagina (laktobasilus) kalah jumlah
dengan bakteri lain yang ada di vagina (anaerob). Jika bakteri anaerob menjadi lebih banyak,
keseimbangan bakteri menjadi terganggu dan menyebabkan vaginosis
Infeksi jamur. Infeksi ini terjadi ketika organisme seperti jamur tumbuh (biasanya candida
albicans) didalam vagina. Candida albicans juga menyebabkan infeksi didaerah yang lembab
seperti mulut, lipatan kulit, dan kulit dibawah kuku. Jamur juga dapat menyebabkan ruam
popok.
Penyakit menular seksual yang ditularkan oleh satu sel parasit yang disebut trichomonas
vaginalis. Organisme ini menyebar saat berhubungan seksual dengan orang yang memiliki
infeksi. Pada laki-laki, organisme biasanya menginfeksi saluran kemih tetapi seringkali tidak
menimbulkan gejala. Pada wanita, trichomoniasis menyebabkan infeksi pada vagina dan
dapat menimbulkan gejala.
l. Faktor Risiko
1. Perubahan hormon, seperti yang berkaitan dengan kehamilan, kontrasepsi, atau
menopause
2. Aktivitas seksual
3. Infeksi yang ditularkan dengan berhubungan seksual
4. Obat seperti antibiotik atau steroid
5. Pemakaian spermisida sebagai kontrasepsi.
6. Diabetes yang tidak terkontrol
7. Penggunaan produk kesehatan seperti bubble bath, semprotan vagina, atau deodorant
vagina
8. Penggunaan cairan pembersih kewanitaan untuk membilas.
9. Mengenakan pakaian yang ketat atau lembab.
10. Penggunakan alat intrauterin untuk mengontrol kehamilan
m. Komplikasi
Wanita dengan trichomoniasis atau bakteri vaginosis memiliki resiko yang lebih tinggi
untuk tertular infeksi karena hubungan seksual akibat peradangan yang disebabkan oleh
penyakit ini. Pada wanita hamil, gejala vaginosis bakteri dan trichomoniasis terkait dengan
kelahiran prematur dan bayi lahir dengan berat badan yang rendah.
n. Diagnosis
Melihat riwayat medis. Hal ini termasuk riwayat dari infeksi vagina atau infeksi yang
ditularkan secara seksual.
Pemeriksaan panggul. Saat pemeriksaan panggul, dokter menggunakan alat (spekulum)
untuk melihat kedalam vagina. Pemeriksaan ini dilakukan mencari peradangan atau keputihan
yang tidak normal.
Tes pH (asam basa). Dokter akan melakukan tes pH vagina dengan menggunakan stick
pH atau kertas pH pada dinding vagina. Peningkatan kadar pH dapat menunjukan vaginosis
bakterialis atau trichomoniasis. Namun jika pemeriksaan ini dilakukan sendiri, maka tidak
bisa dianggap sebagai alat diagnosis yang akurat.
Perawatan
Vaginosis Bakterial. Untuk tipe vaginitis ini, dokter akan meresepkan metronidazole
tablet yang dikonsumsi atau metronidazole gel atau clindamycin krim yang dapat digunakan
pada vagina. Penderita akan diperiksa dan diberikan resep untuk obat-obatan ini.
Infeksi jamur. Infeksi jamur biasanya dirawat dengan krim antijamur atau suppository
(dimasukkan melalui anus), seperti miconazole, clotrimazole, atau terconazole. Infeksi jamur
juga dapat disembuhkan dengan obat minum antijamur, seperti fluconazole.
Sindrom genitourinary menopause. Estrogen dalam bentuk krim vagina dam tablet dapat
dengan efektif mengobati kondisi ini. Pengobatan ini tersedia dengan resep dokter setelah
mempertimbangkan faktor risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.
Noninfeksi vaginitis. Untuk mengobati tipe vaginitis ini,sumber iritasi harus diidentifikasi
dan dari sumber yang memungkinkan termasuk sabun baru, detergen, pembalut wanita, atau
tampon.
3. Bartolinitis
Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat
menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya, pembengkakan disertai
dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring
pembengkakan pada kelamin yang memerah.
( Gambar Bartolinitis )
o. Penyebab Bartolinitas
a. Virus : kondiloma akuminata dan herpes simpleks.
b. Jamur : kandida albikan.
c. Protozoa : amobiasis dan trikomoniasis.
d. Bakteri : neiseria gonore.
p. Tanda/Gejala Bartolitis
a. Pada vulva : perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah dalam kelenjar,
nyeri tekan.
b. Kelenjar bartolin membengkak,terasa nyeri sekali bila penderia berjalan atau
duduk,juga dapat disertai demam
c. Kebanyakkan wanita dengan penderita ini dengan keluhan keputihan dan gatal, rasa
sakit saat berhubungan dengan suami, rasa sakit saat buang air kecil, atau ada
benjolan di sekitar alat kelamin.
d. Terdapat abses pada daerah kelamin
e. Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur dengan
darah.
4. Kista Ovarium
Kista ovarium adalah suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat,
jinak atau ganas. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai yang paling sering ialah
kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat
menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya
kepala ke dalam panggul (Winkjosastro, et. all, 1999). Kista ovarium secara fungsional
adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi
( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273 ). Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium
normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat
pertumbuhan dari epithelium ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).
2. Faktor genetik
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut
protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat
karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat
berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
r. Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
a. menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
b. perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.
c. nyeri saat bersenggama.
d. perdarahan.
Torsi ovarium. Kista yang membesar bisa menyebabkan ovarium bergerak dan
memutar yang menyakitkan ovarium pengidap (torsi ovarium).
Kista pecah. Kista yang pecah dapat menyebabkan nyeri hebat dan perdarahan
internal.
Pengobatan Kista Ovarium
Pengobatan kista ovarium akan disesuaikan dengan usia pengidap, tipe dan ukuran dari
kista, serta juga gejala yang ditimbulkan. Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin akan
disarankan dokter, yaitu:
Observasi.
Obat-obatan seperti kontrasepsi hormonal.
Tindakan operasi: operasi dapat dilakukan tanpa mengambil ovarium (kistektomi),
tetapi pada beberapa kasus, ovarium harus diangkat (ooforektomi). Jika massa kista
yang ada ternyata bersifat ganas, maka pengangkatan rahim dan ovarium beserta tuba
falopi (histerektomi total) mungkin harus dilakukan.
Meskipun tidak ada cara untuk mencegah kista ovarium, tapi pemeriksaan panggul secara
teratur bisa membantu mendeteksi adanya perubahan dalam ovarium, sehingga kista ovarium
bisa dideteksi sedini mungkin. Para wanita juga dianjurkan untuk mewaspadai perubahan
dalam siklus bulanan, termasuk gejala menstruasi yang tidak biasa, apalagi bila kondisi
tersebut terjadi selama lebih dari beberapa siklus
Gejala fisiknya termasuk sakit kepala, masalah tidur, ingin makan, konstipasi, bengkak,
naik berat badan dan bengkak payudara. Menurut Elmart (2012:51-55) PMS merupakan
kumpulan gejala yang dapat terjadi sebelum datangnya menstruasi. Hal ini merupakan
pengaruh dari siklus hormonal yang memang tidak seimbang dan naik turun. Hormon yang
tidak seimbang terutam hormon wanita yaitu hormon estrogen dan progesteron. Selain itu, ada
laporan yang menyebutkan bahwa PMS disebabkan karena menurunnya serotonin. Serotonin
adalah zat kimia otak yang membuat mood menjadi baik. Kehilangan serotonin menyebabkan
parawanita merasa galau. Dismenorea primer terjadi pada usia 17-22 tahun, sementara
dismenorea sekunder sering terjadi seiring makin tuanya usia seorang wanita.
a. Dismenorea Primer
Dismenorea primer adalah nyeri haid yang umum dikenal. Nyeri haid jenis ini terjadi pada
siklus yang disertai pengeluaran sel telur dan dapat terjadi dalam 6-12 bulan setelah
menarche, alias usia pertama kali mendapat mentsruasi. Namun umumnya 90% dismenorea
primer terjadi 24 bulan setelah menarche. Nyeri haid ini terjadi akibat kontraksi uterus yang
menyebabkan iskemia (anemia lokal yang disebabkan oleh penyumbatan arteri yang
membawa darah), sehingga timbul nyeri di perut bagian bawah. Kontraksi uterus yang
menyebabkan nyeri ini juga pengaruh dari kinerja hormonal mentruasi.
Dismenorea primer memiliki dua sifat nyeri haid yaitu spasmodik dan kongestif. Rasa
sakit yang bersifat spasmodik muncul bersamaan dengan dimulainya periode menstruasi. Rasa
sakit ini muncul pada perut bagian bawah dapat berupa rasa kejang yang diduga disebabkan
oleh terjadinya konstraksi atau gerak kendur dari otot-otot. Nyeri haid konngestif dirasakan
beberapa saat sebelum waktu menstruai haid jenis ini datang. Nyeri haid jenis ini memang
tidak teralau spesifik namun dapat berlangsung terus menerus sampai menopause.Dismenorea
primer umunya berhenti dalam 48-72 jam. Gejala dismenorea primer memiliki karakteristik
nyeri sebagai berikut.
1) Rasa nyeri mengejang terjadi beberapa jam sebelum menstruasi dan sampai beberapa
hari.
2) Rasa nyeri berpusat pada perut bagian bawah, menjalar ke paha dan punggung.
3) Rasa nyeri mempengaruhi kebiasaan buang air besar, mual, lesu, pusing, sakit
kepala. (Elmart , 2012:55-57).
b. Dismenorea Sekunder
Dismenore sekunder terjadi tidak hanya pada saat menstruasi tetapi dapat terjadi sebelum
dan sesudah menstruasi. Dismenorea sekunder ini tidak terlalu terkait dengan masa-masa
pertama menstruasi dan lebih sering terjadi pada usia yang lebih tua (30-40 tahun).
Dismenorea sekunder sering sekali berkaitan dengan dyspareunia (nyeri saat berhubungan
seksual, infertilitas, dan rahim yang abnormal. Untuk mengatasi si gejala ini, harus diketahui
dahulu penyakit pada organ panggul yang menyebabkan terjadinya keluhan dismenorea
sekunder (Elmart, 2012: 60).
Penyebab
Hingga saat ini, penyebab dari PMS belum diketahui secara pasti. Namun beberapa faktor di
bawah ini dipercaya dapat berpengaruh:
1. Perubahan kadar hormon. Tanda dan gejala PMS dapat berubah seiring fluktuasi kadar
hormon di tubuh, dan menghilang saat seorang wanita hamil atau mengalami
menopause.
2. Perubahan zat kimia di otak. Perubahan kadar hormom serotonin (zat kimia dalam
otak) yang memiliki peran penting dalam mengatur suasana hati seseorang, dapat
memicu munculnya gejala PMS. Kadar serotonin yang rendah bisa berhubungan
dengan depresi premenstrual, serta kelelahan dan masalah tidur.
3. Depresi. Beberapa wanita yang mengalami gejala PMS yang parah memiliki riwayat
menderita depresi. Meski begitu, depresi bukanlah satu-satunya penyebab seorang
wanita mengalami PMS.
Diagnosis
Tidak terdapat pemeriksaan khusus untuk mendeteksi PMS. Saat konsultasi, dokter akan
menanyakan mengenai gejala yang Anda alami. Dokter juga akan menanyakan kapan gejala
tersebut mulai terjadi serta seberapa besar gejala memengaruhi keseharian Anda.
1. Kondisi tersebut Anda alami 5 hari sebelum menstruasi dimulai, selama 3 bulan
berturut-turut.
2. Mereda dalam 4 hari setelah menstruasi dimulai.
3. Gejala dirasa mengganggu kegiatan sehari-hari.
4. Catat gejala apa saja yang Anda alami dan seberapa parah kondisi tersebut selama
beberapa bulan. Tuliskan gejala tersebut setiap harinya di kalender maupun aplikasi
pada telepon genggam Anda. Sertakan informasi ini saat Anda berkonsultasi dengan
dokter.
Perawatan
Jika gejala PMS yang Anda alami tidak terlalu parah, perubahan gaya hidup atau pola
makan dipercaya dapat membantu meredakan kondisi tersebut. Olahraga, seperti lari,
bersepeda, dan berenang, juga diyakini mampu membantu dalam mengurangi rasa lelah
serta depresi yang muncul sebagai gejala PMS. Olahraga tersebut juga dapat meningkatkan
detak jantung serta memperbaiki fungsi paru-paru. Anda disarankan untuk melakukan
olahraga secara teratur, tidak hanya saat merasakan gejala PMS. Lakukan aktivitas fisik
setidaknya 30 menit selama beberapa kali dalam seminggu.
Anda juga dapat mengubah pola makan untuk meredakan gejala PMS, berikut tips
yang dapat Anda ikuti:
Konsumsi makanan yang kaya akan karbohidrat kompleks, seperti roti gandum, nasi
merah, atau kacang-kacangan. Jenis makanan ini dipercaya dapat membantu mengurangi
gangguan suasana hati serta mengatur nafsu makan.
Konsumsi makanan yang kaya akan kandungan kalsium, seperti yogurt dan sayuran
hijau.
Kurangi konsumsi makanan berlemak, gula, serta garam.
Hindari mengosumsi kafein serta alkohol.
Ubah jadwal makan Anda dari 3 kali sehari menjadi 6 kali sehari dengan komposisi 3
kali makan hidangan utama dan 3 kali makan kudapan ringan yang sehat. Hal ini dapat
membantu kadar gula darah menjadi lebih stabil sehingga dapat membantu meredakan
gejala yang dirasakan.
Selain perubahan gaya hidup, Anda juga dapat mengonsumsi beberapa jenis obat yang
bisa membantu meredakan gejala PMS. Namun sebelum mengonsumsi obat tersebut, ada
baiknya Anda berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Dokter akan meresepkan obat
yang sesuai dengan tingkat keparahan gejala yang Anda rasakan. Obat yang biasa diberikan
dokter adalah pil kontrasepsi yang dipercaya dapat membantu meredakan gejala PMS. Untuk
mengurangi gejala nyeri dokter dapat memberikan ibuprofen atau naproxen. Sementara untuk
meredakan gejala psikis, dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan berjenis antidepresan.
Tidak hanya itu, dokter juga dapat meresepkan suplemen vitamin dan obat diuretik
6. HIV/AIDS
Penyakit yang menyerang sistem imun ini disebabkan oleh virus HIV (Human
Immunoeficiency Virus). HIV ini tidak membedakan usia, warna kulit, orientasi seksual,
agama, kebangsaan, ataupun faktor pembeda lainnya. Sekali virus HIV masuk ke dalam tubuh
virus tersebut akan menetap di dalam tubuh untuk selamannya. Virus HIV hidup dalam
darah , air mani, cairan di dalam jalan lahir, air liur, air mata, dan cairan tubuh lainnya.
Penyakit AIDS terbagi dalam beberapa fase sesuai pertumbuhan dan perkembangan virus ini.
a. Fase 1
Fase ini dmulai tepat setelah infeksi dan berlangsung selama beberapa minggu. Fase 1
ini ditandai dengan perasaan tidak enak badan sperti mau flu.
b. Fase 2
Dapat berlangsung hingga 10 tahun. Selama fase ini tidak ada gejala, penderitanya pun
terlihat normaldan merasa sehat-sehat saja. Difase inilah HIV sedang memperbanyak
diri. Perlahan-laha mereka membunuh sel-sel darah yang bertugas menghancurkan
penyakit yang disebut sel CD4. Makin sedikit CD4 kekebalan tubuh makin melemah
sehingga makin sulit untuk menghindari penyakit.
c. Fase 3
Fase ini dimulai ketika CD4 dalam tubuh telah dikuasai pasukahn HIV yang
jumlahnya banyak. Karena sistem kekebalan tubuh gagal menghalangi masuknya
penyakit maka penyakit pun akan mudah menyerang tubuh. Gejalanya memang ringan
seperti sakit ringan biasa, cepet capek, diare, infeksi jamur, demam, berat badan terus
menurun, berkeringat pada malam hari, pembengkakan kelenjar limfa infeksi pada
sekitar area mulut atau batuk yang terus menerus. Gejala ini makin lama makin parah,
seiring sitem imun yang makin lemah juga.
d. Fase 4
Ketika gejala-gejala penyakit lain bahkan seperti TBC, Kanker seakin parah baru
selanjutnya penderita akan dinyatakan positif sebagai pengidap AIDS. Pada fase ini
obat-obatan antivirus hanya dapat memperlambat perkembangan virus ini. (Anonim,
2008 )
Sebagian besar HIV ditularkan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi
darah juga bisa menular dari ibu kepada janinnya. HIV tidak hanya menular pada kaum
homoseksual. Awalnya HIV hanya berupa infeksi namun lama-kelamaan HIV ini berkembang
menjadi penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Perempuan lima kali lebih
mudah tertular HIV/AIDS daripada laki-laki, karena bentuk alat kelamin perempuan lebih
luas permukaannya sehingga lebih mudah terpapar oleh cairan mani yang tinggal lebih lama
di dalam tubuh. Perlukaan pada saluran kelamin memudahkan masuknya virus HIV.
Hubungan seks melalui anus (anal seks) lebih beresiko dalam penularan HIV daripada
hubungan seks melalui vagina, karena jaringan di dalam aus lebih lembut. Kekerasan seksual
atau hubungan seksual dengan gadis remaja lebih memudahkan terjadinya penularan ( Elmart,
2012:80-83).
Tidak ada obat untuk menyembuhkan infeksi HIV, tapi ada pengobatan yang bisa
memperlambat perkembangan penyakit. Perawatan ini bisa membuat orang yang terinfeksi
untuk hidup lebih lama dan bisa menjalani pola hidup sehat yaitu jika merasa atau mencurigai
baru saja terkena virus dalam rentan waktu 3×24 jam, obat anti HIV bisa mencegah terjadinya
infeksi. Obat ini bernama post-exposure prophylaxis (PEP) atau di Indonesia dikenal sebagai
profilaksis pasca pajanan. Pengobatan ini harus dimulai maksimal tiga hari setelah terjadi
pajanan (terpapar) terhadap virus. Idealnya, obat ini bisa diminum langsung setelah pajanan
terjadi. Makin cepat pengobatan, maka lebih baik. (Anonim, 2013)
Patofisiologi
HIV umumnya ditularkan melalui aktivitas seksual tanpa kondom , transfusi darah , jarum
suntik , dan dari ibu ke anak . Setelah memperoleh virus, virus bereplikasi di dalam dan
membunuh sel-sel T-helper , yang diperlukan untuk hampir semua respons imun adaptif . Ada
periode awal penyakit seperti influenza , dan kemudian fase laten, tanpa gejala. Ketika jumlah
limfosit CD4 turun di bawah 200 sel / ml darah, inang HIV telah berkembang menjadi AIDS,
[1] suatu kondisi yang ditandai dengan defisiensi kekebalan yang diperantarai sel dan
meningkatnya kerentanan terhadap infeksi oportunistik dan beberapa jenis kanker .
Imunologi
Setelah virus memasuki tubuh, ada periode replikasi virus yang cepat, yang menyebabkan
banyak virus dalam darah perifer. Selama infeksi primer, tingkat HIV dapat mencapai
beberapa juta partikel virus per mililiter darah. Tanggapan ini disertai dengan penurunan
jumlah sel T CD4 + yang beredar. Viremia akut ini dikaitkan pada hampir semua orang
dengan aktivasi sel T CD8 + , yang membunuh sel yang terinfeksi HIV, dan kemudian dengan
produksi antibodi, atau serokonversi . Tanggapan sel T CD8 + dianggap penting dalam
mengendalikan tingkat virus, yang memuncak dan kemudian menurun, ketika jumlah sel T
CD4 + melambung. Respons sel T CD8 + yang baik telah dikaitkan dengan perkembangan
penyakit yang lebih lambat dan prognosis yang lebih baik, meskipun tidak menghilangkan
virus.
Selama fase akut, lisis sel yang diinduksi HIV dan pembunuhan sel yang terinfeksi
oleh sel T sitotoksik merupakan penyebab penipisan sel T CD4 + , walaupun apoptosis juga
dapat menjadi faktor. Selama fase kronis, konsekuensi dari aktivasi kekebalan umum
digabungkan dengan hilangnya kemampuan sistem kekebalan secara bertahap untuk
menghasilkan sel T baru tampaknya bertanggung jawab atas penurunan yang lambat dalam
jumlah sel T CD4 + .
Namun, gejala karakteristik defisiensi kekebalan AIDS tidak muncul selama bertahun-
tahun setelah seseorang terinfeksi, sebagian besar kehilangan sel T CD4 + terjadi selama
minggu-minggu pertama infeksi, terutama di mukosa usus, yang menampung sebagian besar
limfosit. ditemukan di dalam tubuh. [4] Alasan hilangnya sel T CD4 + mukosa yang istimewa
adalah bahwa sebagian besar sel T CD4 + mukosa mengekspresikan koreseptor CCR5,
sedangkan sebagian kecil sel T CD4 + dalam aliran darah melakukannya. HIV mencari dan
menghancurkan CCR5 yang mengekspresikan sel CD4 + selama infeksi akut. Respons imun
yang kuat pada akhirnya mengendalikan infeksi dan memulai fase laten secara klinis. Namun,
sel T CD4 + dalam jaringan mukosa tetap terkuras sepanjang infeksi, meskipun pada awalnya
cukup untuk menangkal infeksi yang mengancam jiwa.
Hal ini menghasilkan paparan sistemik sistem kekebalan terhadap komponen mikroba
dari flora normal usus, yang pada orang sehat dijaga oleh sistem kekebalan mukosa. Aktivasi
dan proliferasi sel T yang dihasilkan dari aktivasi kekebalan memberikan target baru untuk
infeksi HIV. Namun, pembunuhan langsung oleh HIV saja tidak dapat menjelaskan
penurunan sel T CD4 + yang diamati karena hanya 0,01-0,10% dari sel T CD4 + dalam darah
yang terinfeksi.
Penyebab utama hilangnya sel T CD4 + muncul sebagai hasil dari kerentanan mereka
terhadap apoptosis ketika sistem kekebalan tubuh tetap diaktifkan. Meskipun sel T baru
diproduksi secara terus-menerus oleh timus untuk menggantikan sel yang hilang, kapasitas
regeneratif timus perlahan-lahan dihancurkan oleh infeksi langsung timusnya oleh HIV.
Akhirnya, jumlah minimal sel T CD4 + yang diperlukan untuk mempertahankan respon imun
yang cukup hilang, yang mengarah ke AIDS.
7. Herpes simplex
Herpes simpleks disebabkan oleh virus herpes simplex (VHS) yang termasuk
Herpetovirus dalam famili Herpetviridae. Virion virus berukuran 110 nm. Terdapat 2 tipe
VHS, yaitu VHS tipe 1 yang menyerang selubung saraf trigeminus atau ganglion saraf, dan
VHS tipe 2 yang menyebabkan kerusakan pada daerah vulvovaginal. Herpes yang menyerang
organ reproduksi manusia disebut herpes genitalis yang disebabkan oleh virus herpes simplex
tipe 1 dan 2. Bedanya tipe 1 tidak begitu ganas, sedangkan tipe 2 ganas dan sering menyerang
kelamin (Elmart, 2012:84).
Human gamma globulin diberikan sebagai pengobatan umum herpes simpleks. Untuk
menurunkan angka kematian bayi akibat infeksi VHS dapat diberikan A arabinoside secara
intravenus.Herpetik meningoensifalitis diobati dengan asiklovir intravenus, cytarabin atau anti
metabolit lainnya. Penderita keratokonjungtivitis dapat diobati dengan asiklovir lokal atau 5-
iodo-deoxyuridine. Untuk mengurangi keluhan penderita diberikan obat-obatan paliatif.
( Gambar Herpes simplex )
8. Kondiloma accuminata
Penyakit yang juga menyerang kulit ini disebabkan oleh Human papilloma virus, yang
kabarnya terdiri dari 100 jenis variasi virus. Penyakit yang dikenal dengan kutil alat kelamin
ini disebut juga veneral. Si kutil ini berbeda dengan kutil atau benjolan yang ada pada kaki,
tangan atau punggung (Elmart, 2012: 86).
HPV merupakan anggota dari famili Papovaviridae yang merupakan virus DNA.
Anggota lain dari famili ini adalah polyomavirus (virus polio dan SV40). Dari 70 genotipe
HPV berbeda yang diidentifikasi, hanya tipe 6, 11, 16, 18, 31, 33 dan 35 yang berhubungan
dengan genital dan tipe 6 dan 11 paling sering diidentifikasi pada kutil kelamin.
Gejala awal munculnya viru ini ditandai dengan munculnya sekelompok kutil disekitar
alat kelamin atau anus. Bahkan ada yang ditemukan di dalam vagina. Kutil ini akan terasa
gatal dan menimbulkan rasa sakit jika digaruk. Biasanya dibutuhkan waktu 3 bulan bagi virus
ini untuk berkembang (Elmart, 2012: 86).Mayoritas kutil kelamin pada pria terdapat pada
penis. Pada wanita, kutil ditemukan lebih sering pada introitus vagina dan labia. Kutil jarang
mengenai vagina atau serviks. Sebagian besar kutil bersifat asimtomatik. Jika terdapat gejala,
seringkali merupakan akibat gesekan lokal oleh pakaian atau hubungan intim yang
menyebabkan iritasi.
Kondiloma menjadi salah satu penyakit menular seksual yang penyebarannya paling
cepat. Virus ini dapat menular melalui kontak langsung dengan penderita. Bahkan hanya
dengan menyentuh si penderita dapat terinfeksi. Terlebih lagi si virus veneral ini sangat kecil,
sehingga sulit untuk dihindari. Biasanya tubuh akan langsung membentuk antibodi terhadap
virus ini sehingga penularan terhadap bagian tubuh yang lain tidak akan terjadi (Elmart, 2012:
87). Sebagian besar infeksi HPV didapat melalui hubungan seksual. Sekitar 60% pasangan
seksual dari pasien dengan kutil kelamin akan mengalami penyakit yang sama. Rata waktu
inkubasi adalah 2-3 bulan. Penularan tampaknya menurun dengan seiring waktu, walaupun
jarang. HPV dapat ditularkan melalui cara non seksual. Neonatus dapat terinfeksi selama
proses kelahiran.
Seperti yang telah diketahui bahwa kebanyakan kutil kelamin menular melalui
hubungan seksual, adanya penyakit ini merupakan indikasi untuk PMS lainnya. Pasien-pasien
dengan kutil kelamin harus diskrining untuk sifilis, gonorea, klamidia, hepatitis dan human
immunodeficiency virus (HPV). Terapi untuk kutil kelamin bersifat lokal. Tetapi bersifat
destruktif dengan menggunakan nitrogen cair atau pengolesan asam asetat. Terapi lainnya
meliputi pengolesan podofilin langsung pada tubuh yang luka, berupa resin alami yang
meracuni benang mitotik dan menahan perbanyakan virus. Pendekatan berdasarkan imunitas
dengan mengoleskan imiquimod, suatu modulator imun yang menginduksi produksi sitokin
peradangan lokal dan sitolisis yang dimediasi oleh sel T pada sel yang terinfeksi virus. Terapi
bertujuan untuk menghilangkan kutil (Heffner, 2006:100).
Istilah hepatitis digunakan untuk semua jenis peradangan hati. Hepatitis tipe B adalah
virus hepatitis yang populer karena tingkat penyakitnya cukup parah dan angka kejadiannya
tinggi, serta komplikasinya dapat mnjadi kangker hati. Meskipun penyakit ini menyerang hati,
penularannya dapat melalui hubungan seksual. Maka dari itu, penyakit ini juga termasuk
penyakit menular seksual (Elmart, 2012: 89).
Gejala penyakit peradangan hati ini biasanya baru terasa setelah kurang lebih 2 sampai
5 bulan sejak terinfeksi. Gejala yang muncul berupa mudah lelah, kerongkongan terasa pahit,
sakt kepala, diare, nafsu makan menurun, otot pegal-pegal, sakit perut, demam tinggi, muntah,
serta sakit kuning (Elmart, 2012: 89).
Penyakit ini dapat menular dari ibu yang mengidap virus hepatitis B kepada bayinya.
Dapat juga menular dari penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum,
transfuse darah, penggunaan pisau cukur, sikat gigi secara bersama-sama, hubungan seksual
dengan penderita. Virus ini juga dapat tersebar melalui cairan yang sudah terinfeksi, seperti ir
mani, cairan vagina, ludah yang masuk ke tubuh manusia, luka yang terbuka dan bagian tubuh
yang memnugkinkan terinfeksi bakteri (Elmart, 2012: 90).
etiologi
hepatitis B, virus DNA kecil dengan 3200 kilobasa genom DNA rantai ganda parsial
dalam formasi sirkuler. Keunikan HBV terletak pada adanya struktur filamen melingkar pada
partikel subviral yang kemudian dikenal dengan sebutan partikel HBsAg. HBsAg merupakan
komponen amplop virus yang melingkupi cangkang inti yang mengandung genom DNA dan
protein polimerase. HBsAg tidak memiliki genom DNA, tidak infeksius, dan memiliki
imunogenisitas yang tinggi sehingga menjadi komponen dasar dalam vaksin HBV. Inti virus
(nukleokapsid) terdiri atas fosfoprotein basa 21 kDa yang disebut dengan antigen inti hepatitis
B (HBcAg).
Siklus hidup virus hepatitis B adalah sebagai berikut:
Faktor Resiko
1. Individu yang lahir atau tumbuh besar di daerah dengan tingkat prevalensi infeksi
Hepatitis B kategori sedang dan tinggi (prevalensi >2%)
2. Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi Hepatitis B
3. Individu yang memiliki riwayat penggunaan narkoba suntik
4. Pekerja seks komersial
5. Pria dan wanita heteroseksual maupun homoseksual yang memiliki riwayat pasangan
seksual multipel atau riwayat hubungan seksual dengan individu berisiko tinggi
terhadap infeksi Hepatitis B atau pekerja seks komersial.
6. Individu yang memiliki kontak erat dengan seseorang yang mengalami infeksi
Hepatitis B kronik.
7. Individu yang mendapat produk darah secara rutin (misalnya penderita hemofilia dan
talasemia)
8. Individu yang memiliki risiko terhadap infeksi Hepatitis B karena pekerjaannya
(misalnya tenaga kesehatan, pekerja laboratorium, dan pengurus jenazah)
9. Tahanan dan staf lembaga pemasyarakatan
10. Jemaah haji dan umrah yang mencukur rambutnya (khususnya pada tukang cukur
tanpa lisensi)[10–12]
11. Skema siklus hidup virus Hepatitis B. Sumber: GrahamColm, Wikimedia commons,
2007.
Diagnosis
Anamnesis
Temuan klinis yang membantu diagnosis infeksi hepatitis B bergantung pada fase perjalanan
penyakit (akut atau kronis).
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang bisa terjangkit penyakit yang
menyerang sistem reproduksi diantaranya sebagai berikut.
1. Lingkungan
a. Keadaan geografis
Keadaan geografis seperti ketinggian akan mempengaruhi temperatur udara.
Daerah dengan kadar oksigen tinggi maka akan memiliki daya tahan tubuh yang
baik untuk seseorang. Sehingga ia akan lebih kebal terhadap penyakit salah stunya
yang berkaitan dengan penyakit yang menyerang sistem reproduksi
(Widoyono,2005:4)
b. Kelembaban Udara
Penyakit-penyakit yang menyerang sistem reproduksi kebanyakan disebabkan
oleh vektor-vektor penyebar penyakit seperti virus, bakteri, jamur dan sebagainya.
Sebagian besar vektor penular penyakit dan agen penyebab penyakit menyukai
lingkungan yang lembab, dimana lingkungan yang lembab regenerasinya sangat
produktif (Widoyono,2005:4).
c. Temperatur
Vektor-vektor penyebab penyakit lebih menyukai temperatur yang rendah.
Sebagian besar bakteri akan mati pada pemanasan 80-90 kecuali bakteri berspora
yang akan mati pada suhu 100 . Suhu optimal mikroba untuk tumbuh dengan
temperature 20-40 (Widoyono,2005:4).
d. Lingkungan Tempat tinggal
Kebersihan lingkungan tempat tinggal juga merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan penyakit sistem reproduksi bisa menyerang seseorang. Rumah
dengan pencahayaan yang kurang memudahkan perkembangan sumber penyakit.
Sinar matahari mengandung sinar ultraviolet yang bisa membunuh kuman
penyakit (Widoyono,2005:4).
e. Lingkungan nonfisik meliputi sosial yang berkaitan dengan masalah pendidikan
dan pekerjaan, budaya berkaitan dengan adat kebisaan dan turun temurun,
ekonomi meliputi kebijakan mikro dan kebijakan lokal, politik berkaitan dengan
suksesi kepemimpinan yang mempengaruhi kebijakan pencegahan dan
penanggulangan suatu penyakit (Widoyono,2005:5).
3. Pejamu
Unsur pejamu (host) terutama pejamu manusia dapat dibagi dalam dua kelompok sifat
utama, yakni sifat yang hubungannya dengan manusia sebagai makhluk biologis seperti umur,
jenis kelamin, ras, keturunan. Kedua sifat manusia sebagai makhluk sosial.seperti kebiasaan
hidup, kehidupan sosial dan sebagainya Noor (2008: 32).Karakteristik pejamu dapat
dibedakan sebagai berikut.
a. Umur
Menurut Noor (2008: 98) umur sebagai salah satu sifat karakteristik tentang orang
dalam studi epidemiologi merupakan variabel yang cukup penting karena cukup
banyak penyakit dtemukan dengan berbagai variasi frekuensi yang disebabkan oleh
umur .Umur mempunyai hubungan yang erat dengan besarnya risiko terhadap
penyakit tertentu dan sifat resistansi pada berbagai kelompok umur tertentu.Umur
biasanya mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang terhadap penyakit. Seorang
bayi masih memiliki kekebalan pasif dari ibunya namun seiring bertambahnya usia
kekebalan tersebut akan semakin berkurang dan akan digantikan fungsinya oleh
asupan gizi dalam menghadapi penyakit (Widoyono,2005:6).
b. Jenis Kelamin
Semua penyakit yang menyerang sistem reproduksi dapat dialami oleh laki-laki
maupun perempuan. Perbedaan prevalansi antara laki-laki dan perempuan biasanya
disebabkan oleh gaya hidup (life syle). Contohnya penyakit HIV/AIDS lebih
banyak dialami oleh kaum laki-laki daripada wanita (Widoyono,2005:7).Menurut
Noor (2008:99-100) Perbedaan insiden penyakit berdasarkan jenis kelamin dapat
timbul karena bentuk anatomis, biologis, dan sistem hormonal yang berbeda. Hal
ini terutama pada penyakit yang berhubungan dengan sistem reproduksi seperti
kanker payudara, kanker kandungan, penyakit batu empedu dan lain-lain.
c. Pekerjaan
Penyakit yang menyerang sistem reproduksi ada juga yang menular. Seseorang
yang bekerja sebagai wanita malam akan rentan terhadap penyakit yang menyerang
reproduksi.Pekerjaan lebih banyak dilihat dari kemungkinan sifat pekerjaan,
lingkungan kerja, dan sosioekonomi karyawan. Ada beberapa hal yang
berhubungan erat dengan sifat pekerjaan seperti jenis kelamin, umur, status
perkawinan serta tingkat pendidikan yang juga sangat berpengaruh terhadap tingkat
kesehatan pekerjaan (Noor 2008: 104-105)
d. Keturunan
Faktor keturunan atau genetic berhubungan dengan konstitusi tubuh manusia, daya
tahan tubuh, kepekaan terhadap zat asing, termasuk agen penyebab penyakit
(Widoyono,2005:6).
e. Ras
Kecenderungan penyakit untuk menyerang ras tertentu masih banyak diperdebatkan
karena faktor ini berbaur dengan faktor lainnya seperti daya tahan tubuh, gaya
hidup, lingkungan dan sebagainya (Widoyono,2005:6).
Beberapa hal yang mungkin berpengaruh dengan ras penduduk dikaitkan dengan
penyakitnya sebagai berikut.
Adanya penyakit tertentu yang secara genetis berhubungan erat dengan ras
seperti anemia sickle.
Adanya penyakit tertentu disebabkan perbedaan ras tetapi lebih dipengaruhi
lingkungan dan kebiasaan hidup.
Adanya suku terasing dengan pengalaman penyakit tertentu seperti penduduk
asli Irian jaya dengan penyakit kuru karena kehidupan kultural yang ketat dapat
mempengaruhi frekuensi penyakit tertentu. (Noor 2008: 102)
f. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang akan mempengaruhi kesehatan seseorang. Jika gaya hidupnya
benar, sehat maka akan sulit terserang penyakit. Kebiasaan yang kurang higienis dapat
mempermudah terjadinya infeksi (Widoyono,2005:6).
Mencegah lebih baik daripada mengobati, karena jika seseorang telah terserang suatu
penyakit terlebih penyakit yang menyerang sistem reproduksi maka kondisinya akan sangat
rentan dan dapat mengundang penyakit lainnya. Perilaku seseorang merupakan akumulasi dari
pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan. Sebagian besar status kesehatan masyarakat
sangat ditentukan oleh faktor perilaku dan faktor lingkungan. Faktor pelayanan kesehatan
hanya menyumbang sedikit bagi status kesehatan masyarakat (Widoyono,2005:8-9). Adapun
beberapa usaha pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ganguan sistem reproduksi adala suatu kelainan yang terjadi pada pada alat-alat
reproduksi. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejaktera fisik, mental dan social
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
berkaitan dengan system reproduksi. ( Azwar,2001). Penyakit pada sistem reproduksi biasa
disebabkan oleh jamur, bakteri atau virus. Bakteri dapat menyebabkan beberapa gangguan
pada organ reproduksi terutama organ reproduksi pada wanita. Keputihan dengan warna hijau
dan bau merupakan salah satu gangguan yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri juga dapat
menyebabkan gangguan lebih lanjut berupa kista bahkan hingga menimbulkan kanker rahim.
B. Saran
Diharapkan kepada mahasiswai agar dapat memahami dan mempelajari lebih dalam
tentang sistem reproduksi pada manusia karena sistem reproduksi ini sangat penting bagi
kelangsungan hidup agar tetap lestari
KELOMPOK V
1. NANI (PSWB20181B0024)
2. NELI (PSWB20181B0025)
3. MURNI (PSWB20181B0023)
4. MITHA APRILIA ( PSWB20181B0022)
5. NURAZIZA PUTRI RAHMADANI (PSWB20181B0027)
KABUPATEN MUNA
2019/2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, wr.wb.
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT.karenaberkat rahmat dan hidayah Nya
saya dapat menyelesaikan makalah ini, tepat pada waktunya dan kepada Nabi besar
Muhammad SAW.yang membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang lebih baik,
berlimpah ilmu pengetahuan.
AdapuntujuanpembuatanmakalahiniadalahuntukmemenuhitugasmatakuliahASKEB IV
PATOLOGI, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat dipahami dengan mudah dan juga berguna,
khususnya pada sesama mahasiswi yang masih dalam proses belajar dan tentunya kepada para
pembaca. Kami mohon maaf atas segala kesalahan kata-kata yang mungkin kurang berkenan,
dan kembali lagi kami memohon kritik serta saran yang membangun untuk perbaikan dimasa
yang mendatang.
Wassalamualaikumwr.wb.
Kelompok V
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian infertilitas.....................................................................................
B. Penyebab dari infertilitas.......................................................................
C. Dampak dari infertilitas.............................................................................
D. Patofisiologi dari infertilitas...................................................................
E. Pemeriksaa yang dapa dilakukan pada infertilitas.....................................
F. Penatalaksanaan dari infertilitas...............................................................
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Berdasarkanhasilsensuspenduduktahun 2000 pasangansuamiistri di Indonesia sekitar
12% atausekitar 3 juta pasangan mengalami infertil. Dan barusekitar 50% dari pasangan
tersebutyangberhasilditolonguntukmenanganimasalahinfertildanselebihnyaharusmengadopsi
atauhiduptanpaseoranganak.
Infertilitasmasihmenjadimasalahsebagianpasangansuamiistri,halinidikarenakankemu
ngkinanuntukmendapatkanseoranganakmasihkecil.Di Indonesia masihlangkasekalidokter
yangberminatdalamilmuinfertilitas.Faktorkurangnyapengetahuantentangkesuburandaninferti
ljugamenjadifaktorpenyebabmasihtingginyaangkainfertilitas.Selainitu,faktorfaktorsepertikes
ehatanlingkungan, gizi, dan status ekonomijugamenjadifaktor yang
mempengaruhi.OlehkarenaitulahkamimengangkattemakesehatanreproduksidenganjudulInfer
tilitasdalampenyusunanmakalahini.
B. RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dengan infertilitas?
2. Penyakitapasaja yang menyebabkanterjadinyainfertilitas?
3. Dampakapa yang dapatditimbulkandariinfertilitas?
4. Patofisiologi infertilitas
5. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan pada infertilitas?
6. Apa saja penatalaksanaan dari infertilitas?
C. Tujuan
Adapuntujuanpenulismenyusunmakalahiniadalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dariinfertilitas.
2. Mengetahuipenyakit yang dapatmenyebabkaninfertilitas.
3. Mengetahuidampak yang dapatditimbulkanakibatinfertilitas.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari infertilitas
5. Untuk mengetahui pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk infertilitas
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari infertilitas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan
dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3 x /
minggu, tanpa mamakai matoda pencegahan selama 1 tahun.
Ada 2 jenis infertilitas :
1. Infertilitas primer : bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan sama
sekali.
2. Infertilitas sekunder : bila pasangan tersebut sudah pernah melahirkan namun setelah
itu tidak pernah hamil lagi.
B. Etiologi
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian
membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-
55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa
infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri.
Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain :
1. Pada wanita
a. Gangguan organ reproduksi
1) Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan membunuh
sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi sperma ke
vagina.
2) Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu
pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma
ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang
menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak
dapat masuk ke rahim
3) Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang
mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan
akhirnya terjadi abortus berulang
4) Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan
terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu
b. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal
seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki
pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapatterjadi karena adanya tumor
kranial, stress, dan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi
hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka
folicle mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gengguan ovulasi.
c. Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam
mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses
nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akiatnya fetus tidak dapat
berkembang dan terjadilah abortus.
d. Endometriosis
e. Abrasi genetis
f.Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
g. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan
pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ
reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
2. Pada pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria
yaitu :
a. Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
b. Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
c. Abnormalitas ereksi
d. Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
e. Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi
penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
f. Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti cancer
g. Abrasi genetik
C. Manifestasi Klinis
1. Wanita
a) Terjadi kelainan system endokrin
b) Hipomenore dan amenore
c) Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan
masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik
d) Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak
berkembang,dan gonatnya abnormal
e) Wanita infertil dapat memiliki uterus
f) Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi,
adhesi, atau tumor
g) Traktus reproduksi internal yang abnormal
2. Pria
a) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,
radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
b) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
c) Hipertiroidisme dan hipotiroid
d) Tumor hipofisis atau prolactinoma
e) Disfungsi ereksi
f) Ejakulasi retrograt
g) Hypo/epispadia
h) Mikropenis
i) Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
j) Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
k) Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
l) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
m) Abnormalitas cairan semen
D. Patofisiologi
1. Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan
stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak
adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium. Penyebab
lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan
bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya
cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi
fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi
tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas
ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi
proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi
genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia
tidak berkembang dengan baik.
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun
sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan,
infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya
menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus.
2. Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus
dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup
memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok,
penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma
dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang
mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya
akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang
mengakibatkan komposisi sperma terganggu.
E. Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik:
Perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat ( spt distribusi lemak tubuh dan rambut
yang tidak sesuai ).
Pemeriksaan System Reproduksi:
1. Wanita
a. Deteksi Ovulasi
1) Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature )
2) Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi
dan fisiologi serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat terjadinya
keadaan optimal getah serviks dalam menerima sperma
b. Analisa hormon
Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium – hipofisis – hipotalamus.
Dengan pengambilan specimen urine dan darah pada berbagai waktu selama siklus
menstruasi.
c. Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina
d. Uji pasca senggama
Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks ( 6 jam pasca
coital ).
e. Biopsy endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya
dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.
f. Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini
dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut
dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.
g. Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
h. Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan,
perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.
2. Pria
a. Analisa Semen
b. Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus,
hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan
bertujuna untuk menilai kadar hormon tesrosteron, FSH, dan LH.
c. USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat, vesikula
seminalis, atau seluran ejakulatori.
d. Biopsi testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis
memakai metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi.
e. Uji penetrasi sperma
f. Uji hemizona
F. Penatalaksanaan
1. Wanita
a. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendIr serviks puncak dan waktu yang
tepat untuk coital
b.Pemberian terapi obat, seperti;
1) Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
2) Terapi penggantian hormon
3) Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4) Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan
infeksi dini yang adekuat
c. GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
d. Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
e. Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
f. Pengangkatan tumor atau fibroid
g. Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
2. Pria
a. Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun,
diharapkan kualitas sperma meningkat
b. Agen antimikroba
c. Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
d. HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
e. FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
f. Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
g. Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
h. Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
i. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan
nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
j. Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infertilitasadalahsuatukondisidimanapasangansuamiistribelummampumemilikianakwa
laupuntelahmelakukanhubunganseksualsebanyak 2-3kali dalamseminggudalamkurunwaktu
1 tahuntanpamenggunakankontrasepsi.
Berdasarkanuraiandiatasdapatdisimpulkanbahwapasangansuamiistridianggapinfertil
apabilamemenuhisyarat :
1.Pasangansuamiistriberkeinginanuntukmemilikianak.
2. Selama 1 tahunataulebihberhubunganseks, istribelummendapatkehamilan.
3. Frekuensihubunganseks minimal 2-3 kali dalamsetiapminggunya.
4. Istrimaupunsuamitidakpernahmenggunakanalatataumetodekontrasepsi, baikkondom,
obat-obatan, danalat lain yang berfungsi untukzmencegahkehamilan.
B. Saran
1. Kepadaparapasanganusiasuburhendaknyamemeriksakansecararutinalatreproduksinya
agar jikaterjadimasalahdapatdideteksidengancepat.
2. Kepadatenagakesehatanhendaknyamampumemberikankonselingtentangkesehatanrepro
duksikepadapasanaganusiasubur (PUS).
DAFTAR PUSTAKA
Djuwantoro,Tono. 2008.Hanya 7 hariMemahamiInfertilitas.Bandung:RefikaAditama
Permadi. 2008. MengatasiInfertilitas. Bandung: PT Grafindo
Wiknjosastro.Hanifa.2008.IlmuKandungan.Jakarta:
PT.BinaPustakaSarwonoPrawirohardjo.
KELOMPOK VI
KABUPATEN MUNA
2020
KATA PENGANTAR
Raha, April 2020
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusanmasalah........................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1pengertian fase klimaterium dan menopause ..............................................3
2.1 patofisiologiklimateriumdan menopause………………………………...3
2.2 gejala-gejala klimakterium..........................................................................4
2.3 ganguan pada masa klimakterium……………………...............................5
2.4 gangguan pada masa momopause ..............................................................8
2.7 peningkatan kualitas hidup sesudah masa Reproduksi.............................11
2.6 cara mengatasi ganggua psikologi masa monopause................................13
2.8 manajemen kebidanan pada masa klimakterium dan menopause…………..15
BAB III ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU MENOPAUSE……..16
BAB IV PENUTUP
4.1 kesimpulan................................................................................................21
4.2 saran .........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Pengertian dari monoupouse dan klimakterium.
1.2.2 Gangguan Pada masa monoupouse dan klimakterium.
1.2.3 Penatalaksanaan gangguaan monoupouse dan klimakterium.
1.2.4 Gangguan pada masa senium.
1.2.5 Peningkatan kualitas hidup sesudah masa reproduksi.
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan umum
Agar mahasiswamengetahuidanmemahamiapa saja gangguan klimakterium
dan momopouse dan mampu membuat manajemen kebidanan klimakterium
1.3.2 Tujuan khusus
a. Mahasiswadapatmempelajariapaitu masa monoupouse dan
klimakterium.
b. Mahasiswadapatmempelajari apa saja gangguan pada masa
monopouse dan klimakterium.
c. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian sampai pelaksanaan
asuhankebidanan pada masa monopouse.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Jumlahanak
Meskipunkenyataaninimasihkontronersial, adapeneliti yang menemukan,
semakinseringmelahirkan.makintuabarumemasukiusia menopause.
Kelihatanyakenyataaninilebihterjadipadagolonganekonomiberkecukupandibanding
kanpadagolonganmasyarakatekonomikurangmampu.
4. PenggunaanObat-obatKeluargaberencana (KB)
Karenaobat-obat KB menekanfungsi hormone dariindungtelur, kelihatannyawanita
yang menggunakanpil KB lebih lama barumemasukiumurmenopause.
5. Merokok
Wanitaperokokkelihatannyaakanlebihmudamemasukiusia menopause
dibandingkandenganwanita yang tidakmerokok.
6. Cuacadanketinggiantempattinggaldaripermukaanlaut
Dari penelitian yang masihsedikitdilakukan, kelihatannyawanita yang
tinggaldiketinggianlebihdari 2000-3000m daripermukaanlautlebihcepat 1-2
tahunmemasukiusia menopause dibandingdenganwanita yang
tinggaldiketinggian<1000m daripermukaanlaut.
7. Sosial-ekonomi
Sepertijugausiapertamamendapathaid, menopause
jugakelihatannyadipengaruhiolehfaktor status sosial-ekonomi,
disampingpendidikandanpekerjaansuami.
Perubahan pola haid sering terjadi pada masa perimonoupose . pada saat ini
sensitivitas ovarium terhadap gonsdotropin berkurang sehingga ovulasi mulai tidak
teratur. Esterogen akan lebih dominan, ditambah lagi oleh pembentukan aromatisasi
ekstraglanduler, menyebabkan endometrium menerima ransangan esterogen yang
berkepanjangan, sehingga terjadi proliferasi yang berlebihan dari kelenjer
endometrium (hiperplasia)yang dapat berkembang menjadi karsinoma endometrium.
c.Olahrag
Merupakan kegiatan yang sangat penting untuk mempertahankan
kebugaran. Olahraga yang teratus akan menyehatkan jantung dan tulang, mengatur berat
badan, menyegarkan tubuh, dan memperbaiki suasana hati.
d.Menerima dengan lapang dada bahwa proses penuaan tidak dapat dihindari
dan masa menopause adalah sesuatu hal yang sangat alamiah yang dialami
oleh setiap wanita.
4.1 Kesimpulan
Masa reproduksi merupakan masa terpenting dalam kehidupan wanita yang
berlangsung kira-kira tahun. Haid pada masa ini paling teratur dan bermakna untuk
kemungkinan kehamilan. Menjelang berakhirnya masa reproduksi ini disebut dengan
masa klimakterium yang merupakan masa peralihan dari masa reproduksi ke masa
senium . masa ini berlangsung beberapa tahun sebelum dan sesudah monopouse
Klimakterium merupakan masa yang bermula dari akhir tahap
reroduksi dan berakhir pada awal senium dan terjadi pada wanita berumr 40-65 tahun.
Masa ini ditandai dengan berbagai macam keluhan endrokinologis (prawirohardjo.2001).
Menopauseartinyaberhentihaid, terjadidalam masa klimakterium pada usiasekitar
50 tahun.Pascamenopauseadalah masa 3 – 5
tahunsetelahmenopause.Ooforopause adalahsaatovariumkehilangan sama
sekalifungsihormonalnya.Klimaterium dan Menopause sebagai bagian dari proses
kehidupan memang tidak dapat dihindari. Menopause dan klimaterim bukanlah suatu
penyakit, namun merupakan tahap yang tidak dapat dihindari pada kehidupan wanita.
Beberapa gangguan yang terjadi pada masa menopause yaitu: gangguan daya ingat,
proses berpikir, gangguan Sensorik dan kognitif, gangguan kesadaran, gangguan
Orientasi, dan gangguan fungsi intelektual.
4.2 Saran
Masa menopause dan klimaterium adalah suatu proses alamiah yang pasti dialami oleh
setiap wanita. Untuk menghadapinya agar tidak timbul gangguan emosional yang pada
dirinya maupun lingkungan, wanita perlu mengembangkan pikiran yang positif agar
dapat mempersiapkan diri dengan menjaga kesehatan fisik dan mental secara menyeluruh
sejak masih muda, juga memperluas wawasan pengetahuan tentang masalah menopause.
DAFTAR PUSTAKA
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK VII
SARAH ANGGRIANI
SRI RAHMADANIAH
WA ODE ELSA
WA ODE ESI RAHMAYANTI
WA ODE TARISA
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
KABUPATEN MUNA
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul
”Perdarahan diluar Haid’’.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ASKEB IV. Penulis
menyadari dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya
bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR .................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................
1.3 Tujuan ...................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1.PengertianPerdarahan Diluar Haid..........................................................................
2.2 Macam-macam Perdarahan diluar haid....................................................................
2.3 Penyebab Perdarahan diluar haid..............................................................................
1. Polip Serviks...............................................................................................................
2. Erosi Portio..................................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik, dinamakan
perdarahan disfungsional.Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara
menarche dan menopause.Tetapi kelainan inui lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan
dan masa akhir fungís ovarium.
Dua pertiga wanita dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan
disfungsional berumur diatas 40tahun, dan 3 % dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek
dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan ini
biasanya dapat sembuh sendiri, jarana diperlukan perawatn di rumah sakit.
1.3 Tujuan
Tujuan Umum :
1.Untuk mengetahui mengenai Perdarahan diluar haid
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui pengertian perdarahan diluar haid
2. Mengetahui penyebab perdarahan diluar haid
3. Mengetahui penanganan perdarahan diluar haid
BAB II
PEMBAHASAN
1. Metroragia
Metriragi adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus haid.
Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting dan dapat lebih
diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik
( polip endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma serviks ), kelainan fungsional dan
penggunaan estrogen eksogen.
2. Menoragia
Menoragia adalah Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah
darah kadang-kadang cukup banyak. Penyebab dan pengobatan kasus ini sama dengan
hipermenorea.
1. Polip Serviks
a) Pengertian
Polip adalah tumor bertangkai yang kecil dan tumbuh dari permukaan mukosa (Denise
tiran : 2005 ).
Servikal polip adalah polip yang terdapat dalam kanalis servikalis (Denise tiran:2005 )
d) Penatalaksanaannya
Polip hanya dipelintir sampai putus, kemudian tangkainya di kuret.Tindakan dilakukan
dalam pembiusan umum (general anasthesia).Selanjutnya jaringan polip dikirim ke
laboratorium patologi guna memastikan bahwa histologis-nya jinak/sesuai dengan gambaran
jaringan polip serviks.Kemungkinan ganasnya kecil.
2. ErosiPortio
a) Pengertian
Erosio porsiones (EP) adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada
daerah porsio serviks uteri (mulut rahim). Penyebabnya bisa karena infeksi dengan kuman-
kuman atau virus, bisa juga karena rangsangan zat kimia /alat tertentu; umumnya disebabkan
oleh infeksi.
Erosi porsio atau disebut juga dengan erosi serviks adalah hilangnya sebagian / seluruh
permukaan epitel squamous dari serviks.Jaringan yang normal pada permukaan dan atau
mulut serviks digantikan oleh jaringan yang mengalami inflamasi dari kanalis serviks.
Jaringan endoserviks ini berwarna merah dan granuler, sehingga serviks akan tampak merah,
erosi dan terinfeksi. Erosi serviks dapat menjadi tanda awal dari kanker serviks.
Erosi serviks dapat dibagi menjadi 3:
1) Erosi ringan : meliputi ≤ 1/3 total area serviks
2) Erosi sedang : meliputi 1/3-2/3 total area serviks
3) Erosi berat : meliputi ≥ 2/3 total area serviks.
2. Infeksi
teori bahwa infeksi menjadi penyebab erosi serviks mulai menghilang.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa infeksi tidak menyebabkan erosi, tapi kondisi erosi akan
lebih mudah terserang bakteri dan jamur sehingga mudah terserang infeksi.
3. Penyebab lain
infeksi kronis di vagina, douche dan kontrasepsi kimia dapat mengubah level
keasaman vagina dan sebabkan erosi serviks. Erosi serviks juga dapat disebabkan karena
trauma (hubungan seksual, penggunaan tampon, benda asing di vagina, atau terkena
speculum).
a) Pengertian
Ulkus portio adalah suatu pendarahan dan luka pada portio berwarna merah dengan
batas tidak jelas pada ostium uteri eksternum .
b) Etiologi
Penggunaan IUD, pemakaian pil, perilaku seksual yang tidak sehat, trauma.
c) Patofisiologi
Proses terjadinya ulkus portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar misalnya
IUD.IUD yang mengandung polyethilien yang sudah berkarat membentuk ion Ca, kemudian
bereaksi dengan ion sel sehat PO4 sehingga terjadi denaturasi / koalugasi membaran sel dan
terjadilah erosi portio. Bisa juga dari gesekan benang IUD yang menyebabkan iritasi lokal
sehingga menyebabkan sel superfisialis terkelupas dan terjadilah ulkus portio dan akhir nya
menjadi ulkus.Dari posisi IUD yang tidak tepat menyebabkan reaksi radang non spesifik
sehingga menimbulkan sekresi sekret vagina yang meningkat dan menyebabkan kerentanan
sel superfisialis dan terjadilah erosi portio.Dari semua kejadian ulkus portio itu menyebabkan
tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis menyebabkan metastase keganasan leher
rahim.
d) Gejala
Adanya fluxus
Portio terlihat kemerahan dengan batas tidak jela
Adanya kontak berdarah
Portio teraba tidak rata
e) Penanggulangan
Adanya ulkus porsio membuat porsio mudah sekali berdarah setiap kali mengalami
gesekan sekecil apapun, sehingga sebaiknya koitus dihindari sampai ulkus sembuh.
Bila kebesihan vagina tidak dijaga, maka akan dapat memperburuk kondisi porsio,
sebab akan semakin rentan terkena infeksi lainnya.
4. Trauma
a) Pengertian
Sedangkan dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau
benda yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang.Artinya orang yang sehat,
tiba-tiba terganggu kesehatannya akibat efek dari alat atau benda yang dapat menimbulkan
kecederaan.
b) Penyebab
Trauma yang menyebabkan perdarahan di luar haid contohnya yang sering terjadi
pada akseptor IUD dan usai berhubungan intim (utamanya pada wanita yang telah
menopause). Tempat perlukaan yang paling sering akibat koitus adalah dinding lateral
Vagina, vorniks posterior dan kubah Vagina (setelah histerektomi).
c) Gejala
d) Penanganannya
5. Polip endometrium
a) Pengertian
Polip endometrium juga disebut polip rahim.Ia adalah pertumbuhan kecil yang
tumbuh sangat lambat dalam dinding rahim. Mereka memiliki basis datar besar dan mereka
melekat pada rahim melalui gagang bunga memanjang.Bentuknya dapat bulat atau oval dan
biasanya berwarna merah.Seorang wanita dapat memiliki polip endometrium satu atau
banyak, dan kadang-kadang menonjol melalui vagina menyebabkan kram dan
ketidaknyamanan.Polip endometrium dapat menyebabkan kram karena mereka melanggar
pembukaan leher rahim.Polip ini dapat terjangkit jika mereka bengkok dan kehilangan semua
pasokan darah mereka.Ada kejadian langka saat ini polip menjadi kanker.Wanita yang telah
mengalaminya terkadang sulit untuk hamil.
Tidak ada penyebab pasti dari polip endometrium, tetapi pertumbuhan mereka dapat
dipengaruhi oleh kadar hormon, terutama estrogen. Seringkali tidak ada gejala, tetapi
beberapa gejala dapat diidentifikasi terkait dengan pembentukannya.
Polip endometrium dapat dideteksi melalui pelebaran dan kuretase (D & C), CT scan,
ultrasound atau histeroskopi.Histeroskopi adalah prosedur dimana lingkup kecil dimasukkan
melalui leher rahim ke dalam rongga rahim untuk mencari polip atau kelainan rahim lainnya.
Polip endometrium dapat dihapus dan diobati melalui operasi dengan menggunakan
kuretase atau histerektomi. Jika kuretase dilakukan, polip dapat terjawab tapi untuk
mengurangi risiko ini, rahim biasanya dieksplorasi oleh histeroskopi pada awal proses bedah.
Sebuah polip besar dapat dipotong menjadi bagian-bagian sebelum sepenuhnya
disingkirkan.Jika ditemukan polip menjadi kanker, histerektomi harus dilakukan.Ada
probabilitas tinggi kekambuhan polip bahkan dengan perawatan di atas.
Polip endometrium biasanya sel jinak.Mereka dapat menjadi prakanker atau kanker.
Sekitar 0,5 persen dari polip endometrium mengandung sel-sel adenokarsinoma. Sel-sel ini
akhirnya akan berkembang menjadi kanker. Polip dapat meningkatkan risiko keguguran pada
wanita yang menjalani fertilisasi in vitro dalam perawatan.Jika mereka berkembang dekat
saluran telur, mereka dapat menjadi penyebab kesulitan dalam menjadi hamil.
Polip rahim biasanya terjadi pada wanita di usia 40-an dan 50-an. Wanita yang
memiliki faktor risiko tinggi adalah mereka yang mengalami obesitas, memiliki tekanan darah
tinggi. dan memiliki sejarah polip serviks dalam keluarga mereka.
Perawatan untuk perdarahan vagina yang tidak teratur tergantung pada penyebab yang
mendasarinya.Setelah penyebabnya ditentukan, dokter memutuskan apakah perawatan
sebenarnya perlu.Adakalanya, semua yangdiperlukan adalah mengesampingkan penyebab-
penyebab yang membahayakan dan untuk menentukan bahwa perdarahan vagina yang tidak
teratur tidak cukup mengganggu wanitanya untuk diberikan obat atau perawatan.Jika
persoalan-persoalan tiroid, hati, ginjal, atau pembekuan darah ditemukan, perawatan
diarahkan menuju kondisi-kondisi ini.
Obat-obat untuk perawatan dari perdarahan vagina yang tidak teratur tergantung pada
penyebabnya. Contoh-contoh digambarkan dibawah:
Jika penyebab dari perdarahan adalah ketiadaan dari ovulasi (anovulation), dokter-
dokter mungkin meresepkan progesterone untuk diminum pada interval-interval yang
teratur, atau obat pencegahan kehamilan oral, yang mengandung progesterone, untuk
mencapai keseimbangan hormon yang tepat. Perawatan sejenis ini secara dramatis
mengurangi risiko kanker kandungan pada wanita-wanita yang tidak berovulasi.
Jika penyebab dari perdarahan vagina yang tidak teratur adalah perubahan prakanker
pada lapisan kandungan, obat-obat progesterone mungkin diresepkan untuk
mengurangi pembentukan dari jaringan-jaringan lapisan kandungan yang prakanker
dalam usaha untuk menghindari operasi.
Jika seorang wanita telah berada tanpa mens-mens untuk kurang dari enam bulan dan
berdarah secara tidak teratur, penyebabnya mungkin adalah transisi menopause.
Selama transisi ini, seorang wanita adakalanya ditawarkan obat pencegah kehamilan
oral untuk menegakan pola perdarahan yang lebih teratur, untuk menyediakan
kontrasepsi sampai ia menyelesaikan menopause, dan untuk membebaskan rasa panas
(hot flashes). Seorang wanita yang ditemukan menopause sebagai penyebab dari
perdarahan yang tidak teraturnya mungkin juga menerima nasehat menopause jika ia
mempunyai gejala-gejala yang menyusahkan.
Jika penyebab dari perdarahan vagina yang tidak teratur adalah polip-polip atau
pertumbuhan-pertumbuhan jinak lainnya, ini adakalanya dikeluarkan secara operasi
untuk mengontrol perdarahan karena mereka tidak dapat dirawat dengan obat.
Jika penyebab dari perdarahan adalah infeksi, antibiotik-antibiotik adalah perlu.
Perdarahan selama kehamilan memerlukan evaluasi darurat oleh seorang dokter
kandungan (obstetrician). Endometriosis dapat dirawat dengan obat-obat dan/atau
operasi (seperti laparoscopy).
Adakalanya, penyebab dari perdarahan yang berlebihan tidak nyata setelah
penyelesaian pengujian (dysfunctional uterine bleeding). Pada kasus-kasus ini, obat-
obat pencegah kehamilan oral dapat memperbaiki kontrol siklus dan mengurangi
perdarahan.
Jika perdarahan berlebihan dan tidak dapat dikontrol dengan obat, prosedur operasi
yang disebut dilation and curettage (D&C) mungkin adalah perlu. Sebagai tambahan
pada pengurangan perdarahan yang berlebihan, D&C menyediakan informasi
tambahan yang dapat mengesampingkan kelainan-kelainan dari lapisan kandungan.
Adakalanya, hysterectomy adalah perlu ketika obat-obat hormon tidak dapat
mengontrol perdarahan yang berlebihan. Bagaimanapun, kecuali penyebabnya adalah
prakanker atau kanker, operasi ini harus adalah hanya opsi (pilihan) setelah solusi-
solusi lain telah dicoba.
1.1 Kesimpulan
Menurut schroder pada tahun 1915, setelah penelitian histopatologik pada uterus dan
ovarium pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang
dinamakan metropatia hemorrágica terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah
sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan corpus luteum. Akibatnya terjadilah
hiperplasia endometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus menerus.
Klasifikasi ini mempunyai nilai klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional ini
mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang berbeda.
• Beberapa penyebab perdarahan di luar haid antara lain yaitu : polip serviks, erosi porsio,
ulkus porsio, trauma, dan polip endometrium.
B. Saran
• Bagi para mahasiswa agar banyak membaca dan terus belajar agar dapat member asuhan
kebidanan yang tepat dlam menangani klien di lahan praktek
• Bagi dosen, agar dalam pemberian tugas mohon diberikan gambaran utamanya tentang
penjelasan yang ada di silabus, karena terkadang materinya sangat sulit untuk dicari.
DAFTAR PUSTAKA
Amir Amri. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. 1995. Medan :
Ramadhan.
Manuaba, Ida bagus.2004.Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Gynekologi edisi II
.Jakarta;EGC.
Wiknjosastro, Hanifa.2005. Ilmu kandungan.Jakarta :yayasan bina pustaka sarwono
prawirihardjo.
Sylvia A.Drice.Lorraine M Wilson.2005.Patofisiologi Volume II.Konsep Klinis
Proses Proses Penyakit.Jakarta ;EGC.
Tiran, Denise.2005.Kamus Saku Bidan.Jakarta :EGC.
http://leynamuja.blogspot.com/2010/04/gangguan-dan-masalah-haid-dalam-
sistem.html diakses tanggal 20 november 2010
http://www.scribd.com/doc/41392558/MAKALAH-ULKUS-PORSIO diakses tanggal
21 november 2010
http://www.drdidispog.com/2008/07/polyp-cervix-polip-
ASKEB RADANG GENETALIA INTERNA
OLEH KELOMPOK 8 :
1. WD.TITIN HASTINI
2. IIS SUGIARTI
3. WA PUTRI
4. WAHYUNI
5. KARMILA
6. YUPIN
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
KAB.MUNA 2020
DAFTAR ISI
COVER MAKALAH
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. CERVISITIS
B. PARAMETRITIS
C. ADNEXITIS
D. PELVIKSITIS
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWarrahmatullahiWabarakatuh
Alhamdulilahirabbal’alamin. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan petunjuk dan rahmat-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul Askeb Radang Genitalia Interna
.
Makalah ini secara khusus bertujuan untuk menunjang proses pembelajaran mata
kuliah Askeb IV. Namun, dalam paparan pada makalah ini kami pun berbagi pengetahuan dan
wawasan pembaca mengenai Radang Genitalia Interna.
. Kami berharap paparan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Sartina SST.,M.Keb yang telah memberi dorongan dan membantu
kami dalam mempelajari
.Kami menyadari bahwa makalah saya jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu saya
sangat menunggu kritik dan saran para pembaca untuk memperbaiki segala kekurangan
makalah ini
.
Wassalamu’alaikumWarrahmatullahiWabarakatuh
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada wanita terdapat hubungan dari dunia luar dengan rongga peritonum melalui
vulva, vagina, uterus dan tuba fallopii. Untuk mencegah terjadinya infeksi dari luar dan untuk
menjaga jangan sampai infeksi meluas, masing - masing alat traktus genitalia memiliki
mekanisme pertahanan.Radang atau infeksi pada alat - alat genetalia dapat timbul secara akut
dengan akibat meninggalnya penderita, atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas,
atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba.
Penyakit akut juga bisa menjadi menahun, atau penyakit dari permulaan sudah
menahun.Infeksi pada uterus menjalar ke tuba Fallopii dan rongga peritonium melalui 2 jalan.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai miometritis atau radang miometrium yang
merupakan kelanjutan dari penyakit endometritis beserta dengan penanganannya.
B. Tujuan
1. Untuk mengetashui pengertian dari cerviksitis
2. Untuk mengetashui gejala dari cerviksitis
3. Untuk mengetashui pennanganan dari cerviksitis
4. Untuk mengetahui pengertian parametritis
5. Untuk mengetashui tanda dan gejala parametritis
6. Untuk mengetashui pemeriksaan penunjang pada parametritis
7. Untuk mengetashui penatalaksanaan serta pencegahan parametritis
8. Untuk mengetashui pengertian adnexitis
9. Untuk mengetashui tanda dan gejala adnexitis
10. Untuk mengetashui penanganan dan pencegahan adnexitis
11. Untuk mengetashui pengertian pelviksitis
12. Untuk mengetashui penyebab dan tanda gejala pelviksitis
13. Untuk mengetashui pecegahan dan penatalaksanaan pelviksitis
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan cerviksitis ?
2. Bagaimana gejala dari cerviksitis ?
3. Bagaimana pennanganan cerviksitis ?
4. Apa yang dimaksud dengan parametritis ?
5. Apasajakah tanda dan gejala parametritis ?
6. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang pada parametritis ?
7. Bagaimanakah penatalaksanaan serta pencegahan parametritis ?
8. Apa yang dimaksud dengan adnexitis ?
9. Apasajakah tanda dan gejala adnexitis ?
10. Bagaimankah penanganan dan pencegahan adnexitis ?
11. Apa yang dimaksud dengan pelviksitis ?
12. Apasajakah penyebab dan tanda gejala pelviksitis ?
13. Bagaimanakah pecegahan dan penatalaksanaan pelviksitis ?
BAB II
PEMBAHASAN
.A. CERVISITIS
Cervicitis ialah radang dari selaput lendir canalis servikalis. karena epitel selaput
lendir canalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka lebih mudah
terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina . ( ginekologi edisi 2 )
Cervisitis adalah suatu proses peradangan yang melibatkan epitel serviks dan stroma
yang mendasarinya sering di jumpai bersama dengan vaginitis atau sebagai suatu manifestasi
penyakit penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks. Servicsitis disebabka oleh infeksi
bakteri atau virus yang terjadi saat berhubungan seksual dan melakukan hubungan seksual
yang tidak aman serta bergonta-ganti pasangan.
( Gambar Cerviksitis )
GEJALA
Cervicitis biasanya tidak menunjukkan gejala yang khas, bahkan bisa tanpa gejala.
Pada stadium lanjut sering memberikan gejala seperti perdarahan post coitus, keputihan
abnormal, perdarahan sesudah mati haid (menopause) serta keluar cairan abnormal(kekuning-
kuningan, berbau dan bercampur darah). Flour hebat biasanya kental atau purulent dan
kadang-kadang berbau. Sering menimbulkan erosio pada portio yang nampak sebagai daerah
yang merah
menyala .
Pada pemeriksaan in speculo kadang-kadang dapat dilihat fluor yang purulent keluar dari
canalis servikalis , kalau portio normal tidak ada eruption maka harus diingat kemungkinan
gonorhoe Sekunder dapat rejadi kolpitis dan vulvitis Pada servisitis yang kronik kadang-
kadag dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput lendir yang merah karena infeksi .
bintik-bintik ini disebut ovula nabothii dan disebabkan oleh retensi kelenjar-kelenjar servik
karena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutandari luka serviks atau karena radang.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi servisitis berupa peradangan pada serviks yang melibatkan leukosit dan
produk darah lain seperti protein plasma. Proses inflamasi atau peradangan merupakan
bagian dari respons imun untuk melawan agen penyebab infeksi atau zat berbahaya yang
masuk ke dalam tubuh. Proses ini melibatkan sel leukosit dan produk darah lain seperti
protein plasma. Migrasi sel leukosit ke tempat inflamasi diikuti dengan vasodilatasi
pembuluh darah serta peningkatan aliran darah. Aktivasi proses inflamasi dimulai ketika
reseptor yang berada di sel imun mendeteksi molekul patogen yang diikuti dengan produksi
mediator inflamasi seperti sitokin Interferon (IFN)-tipe I. Setelah respon imun alamiah
muncul, tubuh akan membentuk respon imun adaptif yang lebih spesifik dengan melibatkan
sel limfosit T dan sel limfosit B. Berdasarkan jenis antigennya, limfosit T yang naif akan
berubah menjadi sel limfosit T helper (Th)-1,2 dan 17 atau sel limfosit T sitotoksik.
Sedangkan sel limfosit B akan membentuk antibodi yang dapat melawan patogen atau zat
berbahaya tersebut. Proses inflamasi akan mereda setelah patogen atau zat berbahaya hilang.
Namun, bila stimulus menetap, proses inflamasi akan terjadi terus-menerus dan bersifat
kronis.[3
Pengobatan Cerfiksitis
Cerficsitis akbiat infeksi pengobatannya dilakukan dengan cara pemberian obat ,baik
untuk si penderita maupun pasangan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan infeksi dan
mencegah penularanya. Contoh obat-obatan yang dapat diberikan yaitu Antibiotik, Antiviral,
Antijamur. Jika pengunaan antibiotik tidak efektif karena kondisi yang sudah cukup parah,
maka dokter akan menyarankan pasien menjalani metode pengobatan seperti Crysurgery,
Bedah Listrik, dan Terapi Laser.
B. PARAMETRITIS
Parametritis adalah peradangan pada parametrium (jaringan ikat yang berdekatan dengan
rahim).Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam ligamentumlatum, radang ini
biasanya unilateral.
( Gambar Patamtritis )
Keluhan yang dirasakan pasien yang menderita PID biasanya beragam. Mulai dari tidak
ada keluhan sampai dengan keluhan yang sangat berat. Keluhan-keluhan tersebut dapat
berupa demam, keluar cairan dari vagina dengan warna kekuningan, dan bau yang abnormal,
timbul bercak-bercak kemerahan di celana dalam, nyeri senggama, nyeri saat buang air kecil,
menstruasi yang tidak teratur, kram perut saat menstruasi, terjadi perdarahan hebat saat
menstruasi, nyeri pada daerah perut bawah dan dapat memburuk jika disertai mual muntah,
serta kelelahan yang disertai dengan nafsu makan yang berkurang.
Nyeri yang mendadak pada perut bagian bawah dapat terjadi jika abses pecah,di mana
daerah nyeri tersebut mulai dari daerah sekitar abses yang pecah menjalar keseluruh dinding
perut yang mengakibatkan peritonitis generalisata.Juga dapat ditemukan anemia pada abses
pelvik yang telah berlangsung beberapaminggu.Gejala infeksi genital yang dikatakan sebagai
penyakit radang pelvis (PID) seringmerupakan suatu gabungan yang dihasilkan berbagai
derajat peradangan yang melibatkan endometrium dan tuba, walaupun bakteri dapat mencapai
uterus, tuba danovarium melalui aliran darah, jalur penyebaran yang umum adalah :
1. Mikgrasi ke atas dari serviks melalui rongga endometrium ke dalam endosalping (jalur
umum infeksi gonore).
2. Jalur vena dan saluran getah bening dari ligamentum latum.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kenaikan dari sel darah putih yang
menandakan terjadinya infeksi. Kultur untuk GO dan chlamydia digunakan untuk
mengkonfirmasi diagnosis. Ultrasonografi atau USG dapat digunakan baik USG abdomen
(perut) atau USG vagina, untuk mengevaluasi saluran tuba dan alat reproduksi lainnya.Biopsi
endometrium dapat dipakai untuk melihat adanya infeksi.Laparaskopi adalah prosedur
pemasukan alat dengan lampu dan kamera melalui insisi (potongan) kecil diperut untuk
melihat secara langsung organ di dalam panggul apabila terdapat kelainan.
PATOFISIOLOGI
Endometritis →Infeksi meluas→ Lewat jalan limfe atau tromboflebitis → Infksi
menyebar ke miometrium → Miometritis → Infeksi meluas lewat jalan limfe/tromboflebitis
→ Parametritis.
PENATALAKSAAN
Terapi antibiotik pinisilin G sering efektif sebagai agen primer dalam pengobata infeksi
yang disebabkan oleh streptococcus, clostridium, neisseria gonorrhoeae dan bakteri anaerob
dengan percecualiar bakteriodes.
1. Kemungkinan sumber infeksi (didapat dari masyarakat atau dari rumah sakit.
2. Sediaan apus dengan perwarnaan garam.
3. Terapi antibiotik lainya.
4. Penilaian patogen yang paling mungkin dari pengalaman infeksi serupasebelumnya.
5. latum, radang ini biasanya unilateral ( ginekologi edisi 2 , ginekologi unpad bandung.
PENCEGAHAN
Cara terbaik untuk menghindari penyakit radang panggul adalah melindungi diri dari
penyakit menular seksual. Penggunaan kontrasepsi seperti kondom dapat mengurangi
kejadian penyakit radang panggul. Apabila mengalami infeksi saluran genital bagian bawah
maka sebaiknya segera diobati karena dapat menyebar hingga ke saluran reproduksi bagian
atas. Terapi untuk pasangan seksual sangat dianjurkan untuk mencegah berulangnya infeksi.
C. ADNEXITIS
Adnexitis adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang ovarium yang biasanya terjadi
bersamaan. Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus,walaupun
infeksi ini bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah ataU menjalar dari jaringan
sekitarnya.Adnex tumor ini dapat berupa pyosalpinx atau hidrosalpinx karena perisalpingitis
dapat terjadi pelekatan dengan alat alat disekitarnya.( ginekologi unpad bandung).
( Gambar Adnxisitis )
Gejala-gejala adnexitis tidak selalu jelas, namun bisa didahului oleh gejala :
Panas
Nyeri perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan
Nyeri bertambah pada pekerjaan berat disertai penyakit pinggang
Leukorea
Haid lebih banyak dari biasa, dan siklus tidak teratur
Infertilitas
Disminorroe
PATOFISIOLOGI
Organisme Neisseria gonorrhoae dan Chlamydia Trachomatis naik ke rahim, tuba fallopi,
atau ovarium sebagai akibat dari hubungan seksual, melahirkan, masa nifas, pemasangan IUD
( Alat KB ), aborsi, kerokan, laprotomi dan perluasan radang dari alat yang letaknya tidak
jauh seperti appendiks. Sehingga menyebabkan infeksi atau radang pada adneks rahim.
Adneks adalah jaringan yang berada disekitar rahim. Ini termasuk tuba dan ovarium/ indung
telur, tempat dimana sel telur di produksi,
PENANGANAN
Antibiotic dengan spectrum yang luas
Terapi diatermi
Penderita tidak boleh melakukan pekerjaan berat
Operasi radikal ( histerektomi dan salpingo ooforektomi bilateral ) pada wanita yang
sudah hampir menopause. Pada wanita yang lebih muda hanya adnexia dengan
kelainan yang nyata ynag diangkat.
PENCEGAHAN
a. . Selama kehamilan
Diet yang baik, karena anemia anemia merupakan factor predisposisi infeksi nifas.
Koitus pada akhir kehamilan sebaiknya dilarang karena memicu pecahnya ketuban
dan terjadiinfeksi.
b. . Selama persalinan
Petugas dalam kamar bersalin harus memakai masker, bagi yang menderita
infeksipernafasan tidak boleh masuk ke kamar bersalin, alat yang dipakai harus suci
hama.
Pemeriksaan dalam atas indikasi, dan cegah perdarahan. Usaha pencegahan
untukmasuknya kuman dalam jalan lahir cegah terjadinya persalinan lama da
menyelesaikanpersalinan dengan trauma sedikit mungkin.
c. Selama nifas
Penderita dengan tanda infeksi jangan dirawat bersama wanita yang sehat,
pengunjunpada hari pertama dibatasi, dan semua alat yang berhubungan dengan
genitalia harus sucihama.
. D. PELVIKSITIS
Infeksi pelvis merupakan suatu istilah umum yang biasanya digunakan untuk
menggambarkan keadaan atau kondisi dimana organ organ pelvis (uterus, tuba falopii atau
ovarium) diserang oleh mikroorganisme patogen. Organisme-organisme ini biasanya bakteri,
mereka melakukan multiplikasi dan menghasilkan suatu reaksi peradangan.Penyakit radang
panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas.
PENYEBAB
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian
bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau
minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering
adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan
kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina
menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses
menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang
menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik
untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
. Mulai dari tidak ada keluhan sampai dengan keluhan yang sangat berat. Keluhan-keluhan
tersebut dapat berupa demam; keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi, dan bau
yang abnormal; timbul bercak-bercak kemerahan di celana dalam, nyeri senggama, nyeri saat
buang air kecil, menstruasi yang tidak teratur, kram perut saat menstruasi, terjadi perdarahan
hebat saat menstruasi, nyeri pada daerah perut bawah dan dapat memburuk jika disertai mual
muntah, serta kelelahan yang disertai dengan nafsu makan yangberkurang.
Nyeri yang mendadak pada perut bagian bawah dapat terjadi jika abses pecah, di mana
daerah nyeri tersebut mulai dari daerah sekitar abses yang pecah menjalar ke seluruh dinding
perut yang mengakibatkan peritonitis generalisata. Juga dapat ditemukan anemia pada abses
pelvik yang telah berlangsung . Gejala infeksi genital yang dikatakan sebagai penyakit radang
pelvis (PID) sering merupakansuatu gabungan yang dihasilkan berbagai derajat peradangan
yang melibatkan endometrium dan tuba, walaupun bakteri dapat mencapai uterus, tuba dan
ovarium melalui aliran darah, jalur penyebaran yang umum adalah : Mikgrasi ke atas dari
serviks melalui rongga endometrium ke dalam endosalping (jalur umum infeksi gonore).
Jalur vena dan saluran getah bening dari ligamentum latum.Infeksi pelvis dapat
dipisahkan ke dalam tiga kategori dasar. Infeksi yang terjadi setelah kuretase dan postabortus
serta infeksi postpart Infeksi postoperatif biasanya berkembang dari organisme-organisme
yang terbawa kedalam tempat operasi dari kulit, vagina atau yang lebih jarang dari
traktugastrointestinalis sewaktu pembedahan rongga abdomen atau endometrium.
PATOFISIOLOGI
Pelviksitis merupakan “ Ascending Infection “ yang pada umumnya disebabkan oleh
penyakit hubungan seksual, dengan makroba tersering Neisesaria Gonorhae, Chlamydia
trachomatis atau parasit T, Vaginalis. Mikroba endogen juga mempunyai mempunyai peran
pada radang panggul, G Vaginalis dan mikroba anaerob prevotela dan peptostretococcus.
Golongan gram negatif seperti E Coli juga sering dijumpai pada radang panggul.
PENATALAKSANAAN
Terapi antibiotik pinisilin G sering efektif sebagai agen primer dalam pengobatan infeksi
yang disebabkan oleh streptococcus, clostridium, neisseria gonorrhoeae dan bakterian aerob
dengan percecualiar bakteriodes.Uji suseptibilitas harus dilakukan. Pemilihan antibiotik
didasarkan pada :
Kemungkinan sumber infeksi (didapat dari masyarakat atau dari rumah sakit.
Sediaan apus dengan perwarnaan garam.
Terapi antibiotik lainya.
Penilaian patogen yang paling mungkin dari pengalaman infeksi serupa sebelumnya.
Pola resistensi bakteri terakhir dari rumah sakit dan masyarakat.
Riwayat pasien terhadap alergi atau atau seksifitas.
PENCEGAHAN
Cara terbaik untuk menghindari penyakit radang panggul adalah melindungi diri dari
penyakit menular seksual. Penggunaan kontrasepsi seperti kondom dapat mengurangi
kejadian penyakit radang panggul. Apabila mengalami infeksi saluran genital bagian bawah
maka sebaiknya segera diobati karena dapat menyebar hingga ke saluran reproduksi bagian
atas. Terapi untuk pasangan seksual sangat dianjurkan untuk mencegah berulangnya infeksi
BAB III
PENUTUP
.A. Kesimpulan
Pada umumnya penyakit penyakit yang terjadi memiliki tanda dan gejala serta
penanganan masing masing , untuk mencegahnya diperlukan kebersihan diri dari setiap
masing masing individu.
B. Saran
Demi kesempurnaan makalah kami, maka kami meminta saran serta kritik yang
mendukung demi kesempurnaan makalah ini
DAFTAR RUSTAKA