Anda di halaman 1dari 140

KUMPULAN MATERI SEMUA KELOMPOK ASKEB IV

OLEH :

NAMA : NELI

NIM : PSW.B.2017.IB.0025

TINGKAT : II

DOSEN : SARTINA, S.ST.,M.Keb

YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE

AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA

KABUPATEN MUNA

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan hidayah serta
rahmat kepada penulis, sehingga makalah Asuhan Kebidanan IV (Patologi) tentang Penyulit
Kala I dan Kala II (Kelainan presentasi dan posisi) ini dapat terselesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan IV
(Patologi) juga untuk memberikan informasi kepada para pembaca tentang asuhan kebidanan
patologi pada ibu hamil dengan Penyulit Kala I dan Kala II (Kelainan presentasi dan posisi).

Tak beranjak dari peribahasa “Tak ada gading yang tak retak”, maka penulis
menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu,
saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan agar memotivasi penulis untuk
dapat membuat makalah lainnya di masa mendatang dengan lebih baik lagi.

Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan
sebagai bahan untuk menambah pengetahuan bagi para mahasiswa pada khususnya dan
tenaga kesehatan serta masyarakat pada umumnya.

Raha, 14 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang............................................................................................

1.2Rumusan Masalah.......................................................................................

1.3Tujuan Penulisan.........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1Kesimpulan..................................................................................................

3.2Saran.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PENYULIT KALA I DAN II

A. Partus Lama
1. Pengertian
Istilah partus lama, ada juga yang menyebutnya dengan partus kasep dan partus
terlantar. Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam dari pada multi. Bila
persalinan berlangsung lama, dapat mmenimbulkan kompilikasi-komplikasi baik
terhadap ibu maupun terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu
dan anak.Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primi, dan lebih dari 18 jam pada multi.
Partus kasep menurut Harjono merupakan fase terakhir dari suatu partus yang
macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gejala-gejala seperti dehidrasi,
infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksi dan Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK).
(Mochtar, 1998).Partus lama adalah persalinan dengan tidak ada penurunan kepala >
1 jam untuk nulipara dan multipara. (Sarwono, 2008) Sebagian besar partus lama
menunjukan pemanjangan kala I. Adapun yang menjadi penyebabnya yaitu, serviks
gagal membuka penuh dalam jangaka waktu yang layak. (Harry, 2010)
2. Penyebab
Faktor-faktor penyebab antara lain :

1) Kelainan letak janin


2) Letak sungsang
3) Letak lintang
4) Kelainan-kelainan panggul
5) Kelainan his
6) Pimpinan partus yang salah
7) Janin besar atau ada kelainan kongenital.
8) Hidrosefalus
9) Makrosemia
10) Anensefalus
11) Kembarsiam
12) Primitua
13) Perut gantung, grande multi.
14) Ketuban pecah dini                  
3. Tanda Dan Gejala Partus Lama
1) Ibu tampak kelelahan dan lemah.
2) Kontraksi tidak teratur tetapi kuat.
3) Dilatasi serviks lambat atau tidak terjadi.
4) Tidak terjadi penurunan bagian terbawah janin, walaupun kontraksi adekuat.
5) molding  sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.
4. Dampak persalinan lama
a. Bagi ibu: atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu, shock, persalinan
dengan tindakan.
b. Bagi janin: asfiksia, trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan
pada kepala janin, cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang
sulit, pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran, kematian janin.

5. Penanganan
a) Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk tanda vital dan
tingkat hidrasinya).
b) Kaji kembali partograf, tentukan apakah pasien berada dalam persalinan
c) Nilai frekuensi dan lamanya His
d) Perbaiki keadaan umum
e) Dukungan, perubahan posisi, (sesuai dengan penanganan persalinan normal)
f) Periksa kefon dalam urine dan berikan cairan, baik oral maupun parenteral
g) Dan upayakan buang air kecil (kateter bila perlu).
h) Berikan analgesic : tramadol atau petidin 25 mg IM (maximum 1 mg/kg BB atau
morfin 10 mg IM, jika pasien merasakan nyeri.

B. Malposisi dan Malpresentasi


Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir kepala janin dalam keadaan
fleksi, dalam keadaan tertentu fleksi tidak terjadi, sehingga terdefleksi. Derajat
defleksinya dibagi menjadi, ( Defleksi ringan ) Presentasi puncak kepala, ( defleksi
sedang) Presentasi dahi, ( defleksi berat) Presentasi muka .

1. Presentasi puncak kepala


a. Pengertian
Pada umumnya presentasi puncak kepala merupakan kedudukan sementara,
yang kemudian akan berubah menjadi presentasi belakang kepala. Bentuk puncak
kepala merupakan bentuk defleksi yang paling ringan, tetapi karena lingkaran
kepala bayi yang akan melalui jalan lahir (sirkumfrensia oksipito-bregmatika)
sepanjang 34 cm, maka akan terjadidistorsia.  Pada keadaan dan kedudukan atau
penempatan disebut juga presentasi sinsiput. Presentasi puncak kepala disebut juga
pre sentasi sinsiput terjadi apabila derajat defleksinya ringan, sehingga UUB
merupakan bagian terendah.

Gambar presentasi puncak kepala

2. Etiologi
a. Kelainan panggul
b. Anak kecil/mati
c. Kerusakan dasar panggul
3. Komplikasi
a. Ibu : Robekan jalan lahir yang lebih luas Partus lama
b. Anak : Karena partus lama dan molase hebat sehingga mortalitas anak agak
tinggi
4. Diagnosis presentasi puncak kepala :
Dapat diraba kedua fontanella mayor dan minor, Persalinan dapat
berlangsung dengan :

1). Glabella (daerah licin tanpa rambut) bertindak sebagai hipomoglion.

2).  Sirkumferensia oksipito frontalis sebesar 34 cm, melalui jalan lahir. 

5. Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinannya hampir sama dengan posisi oksipitalis posterior
persisten, perbedaannya pada presentasi puncak kepala tidak terjadi fleksi kepala
yang maksimal, sedangkan lingkaran kepala yang melalui jalan lahir adalah
sircumfarensia fronto oksipitalis dengan titik perputaran yang berada dibawah
simpisis ialah glabela. Bila posisi berubah menjadi belakang kepala atau presentasi
muka dengan mento anterior maka dapat dilahirkan pervaginam
Lingkaran yang melalui jalan lahir cukup besar (34  cm) sehingga dapat
menimbulkan trauma. Morbiditas dan mortalitas lebih tinggi. Bila posisi tidak
berubah atau terjadi komplikasi, maka persalinan dapat dilakukan dengan, vakum,
forcep, dan secsio secaria .
6. Penatalaksanaan
a. Dapat ditunggu kelahiran spontan
b. Episiotomi
c. Bila 1 jam dipimpin mengedan namun tak lahir, dan kepala sudah berada
didasar panggul, maka dilakuka ekstraksi forcep. Usahakan lahir pervaginam
karena kira0kira 75% bisa lahir spontan. Bila ada indikasi tolong dengan
vakum/forsep biasanya anak yang lahir di dapati caput daeah UUB
( Mochtar,2002 ).
2. Presentasi dahi
a. Pengertian
Ialah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara fleksi maksimal
dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Pada umumnya
presentasi dahi bersifat sementara dan akan berubah menjadi presentasi muka atau
belakang kepala. (prwirohardjo, sarwono, 2006, ilmu kebidanan, Jakarta : yayasan
bina pustaka sarwono prawirohardjo).
Kepala terdapat antara fleksi dan defleksi , dengan sendirinya berubah
menjadi letak muka atau letak belakang kepala. (Marohoesodo, Seto, 1971,
Kompedium Patology Kebidanan , Bandung : Ricopy ). Presentasi dahi adalah
posisi kepala antara fleksi dan defleksi, sehingga dahi merupakan bagian terendah.
Posisi ini biasanya akan berubah menjadi letak muka atau belakang kepala.
Kepala menusuk panggul dengan dahi melintang/miring pada waktu putar paksi
dalam, dahi memutar kedepan dan berada di bawah alkus pubis, kemudian terjadi
fleksi sehingga belakang kepala terlahir melewati perineum lalu terjadi defleksi
sehingga lahirlah dagu ( bila berubah menjadi presentasi muka). Pada presentasi
dahi diameter yang masuk pintu panggul atas adalah diameter mento occipitalis
(13.5) sehingga Kecuali pada kepala yang kecil atau panggul yang sangat luas,
engagemen kepala yang diikuti dengan persalinam pervaginam tak mungkin
terjadi. (http://maphiablack.blogspot.com)
Pada presentasi dahi yang transien, progonosis tergantung pada presentasi
akhir. Bila tetap pada presentasi dahi, prognosis persalinan pervaginam sangat
buruk kecuali bila janin kecil atau jalan lahir sangat luas.Bentuk dari Kelainan
Sikap ( habitus ) berupa gangguan defleksi moderate.Presentasi yang sangat
jarang.Diagnosa ditegakkan bila VT pada PAP meraba orbital ridge dan ubun-
ubun besar.

( Gambar Presentasi Dahi )

b. Diagnosis
DJJ jauh lebih jelas didengar di bagian dada yaitu di sebelah yang sama
dengan bagian-bagian kecil. Kepala janin tidak dapat turun ke rongga panggul
pada wanita yang pada persalinan sebelumnya tidak pernah mengalami kesulitan.
(prwirohardjo, sarwono, 2006, ilmu kebidanan, Jakarta : yayasan bina pustaka
sarwono prawirohardjo)
1) Pemeriksaan Luar
a. Palpasi : Bokong di fundus, Punggung di sebelah kiri atau kanan, Kepala
diatas simphisis, Benjolan kepala berada disebelah yang sama seperti
punggung akan tetapi tidak sejelas letak muka.
b. Auskultasi : bunyi jantung anak paling jelas didengar melewati dada.
2) Pemeriksaan Dalam
Yang dapat diraba ialah sutura frontalis dengan UUB diujung yang satu
dan pangkal hidung , pinggir orbita di ujung lainnya.( Marohoesodo, Seto,
1971, Kompedium Patology Kebidanan , Bandung : Ricopy )
3) Presentasi dapat dikenali melalui pemeriksaan palpasi abdomen dimana dagu
atau oksiput dapat diraba dengan mudah dan teraba tonjolan kepala teraba pada
punggung anak.
4) Bunyi jantung anak pada bagian-bagian kecil.
5) Diagnosa dipastikan dengan VT dan teraba sutura frontalis – ubun-ubun besar
– orbital ridges – mata atau pangkal hidung
c. Etiologi
a) Panggul sempit
b) Janin besar
c) Multiparitus
d) Kelainan janis
e) Kematian janin intrauteri
d. Komplikasi
a) Ibu
Partus lama dan lebat sulit, bisa terjadi robekan yang hebat dan ruptur uteri b. 
b) Anak
Mortalitas janin tinggi
e. Mekanisme persalinan
Kepala masuk panggul dengan dahi melintang atau miring, dengan turunnya
kepala maka dahi memutar kedepan . kalau fossa canica ada dibawah simphisis
terjadi fleksi untuk melahirkan kepala lewat perineum kemudian terjadi defleksi
untuk melahirkan mulut dan dagu dibawah simphisis. (Marohoesodo, Seto, 1971,
Kompedium Patology Kebidanan , Bandung : Ricopy ). Pada janin yang sangat
kecil atau panggul yang luas persalinan pervaginam biasanya berlangsung dengan
mudah. Pada janin aterm dengan ukuran normal, persalinan pervaginam sulit
berlangsung oleh karena engagemen tidak dapat terjadi sampai terjadinya molase
hebat yang memperpendek diamater occipitomentalis atau sampai terjadinya
fleksi sempurna atau ekstensi maksimum menjadi presentasi muka. Persalinan
pervaginam pada presentasi dahi yang persisten dapat berlangsung bila terdapat
molase berlebihan sehingga bentuk kepala berubah. Molase berlebihan akan
menyebabkan caput didaerah dahi sehingga palpasi dahi menjadi sulit.
Persalinan pervaginam pada presentasi dahi yang persisten hanya dapat
berlangsung bila terdapat molase berlebihan sehingga bentuk kepala berubah.
Molase berlebihan akan menyebabkan caput didaerah dahi sehingga palpasi dahi
menjadi sulit. Pada presentasi dahi yang bersifat sementara (penempatan dahi) ,
progonosis tergantung pada presentasi akhir. Bila presentasi dahi sudah bersifat
menetap, prognosis persalinan pervaginam sangat buruk kecuali bila janin kecil
atau jalan lahir sangat luas.

f. Penanganan
Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal tidak akan
lahir secara spontan, sehingga harus dilakukan SC. Jika pada kala 1 belum masuk
rongga panggul dapat diusahakan mengubah presentasi dengan prasat thorn jika
tidak berhasil lakukan SC. jika kala 2 tidak berhasil lakukan SC. (prwirohardjo,
sarwono, 2006, ilmu kebidanan, Jakarta : yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo)
3. Persentasi muka
a. Pengertian
Kepala terdapat dalam keadaan defleksi sehingga belakang kepala tertekan
pada punggung. ( Martohoesodo, Seto, 1971, Kompedium Patology Kebidanan ,
Bandung : Ricopy ). Disebabkan oleh hiperekstensi kepala janin sehingga baik
oksiput maupun sinsiput tidak teraba pada periksa dalam. ( Yulianti, Devi, 2005,
Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan , Jakarta : EGC ). Disebabkan
oleh terjadinya ektensi yang penuh dari kepala janin yang teraba muka janin =
mulut, hidung,dagu dan pipi.
Gambar Presentasi Muka
b. Etologi :
a) Panggul sempit
b) Anak besar
c) Multiparitas
d) Tumor pada leher
e) Anensepalus ( Martohoesodo, Seto, 1971, Kompedium Patology Kebidanan ,
Bandung : Ricopy ).
f) Diameter antero posterior panggul ledih panjang dari diameter transvesa
g) Segmen depan menyempit
h) Otot-otot dasar panggul yang lembek dan multipara
i) Kapala janin yang kecil dan bulat

c. Diagnosa

1. Presentasi wajah primer: merupakan diagnosis kepala apabilea tidak mengalami


penurunan , kepala terasa besar atau jika pembesaran kepala terasa pada sisi
uterus yang sama dengan punggung janin. Radiologi atau pemindaian
ultrasonografi dilakukan untuk memastikan kecurigaan. Kaji keadekuatan pelvis
dan singkirkan semua abnormalitas (janin dan ibu ).
2. Presentasi Wajah Sekunder : curigai diagnosis ini jika presentasi janin
supraorbital dan alveolar serta mulut dapat dirasakan pada pemeriksaan
pervaginam. Tidak seperti anus, mulut tidak mencengkeram jari pemeriksa dan
gusi janin dapat dirasakan. Pemindaian USG dapat mempetegak diagnosis ( T.Y
LIU, David, 2007, Manual Persalinan Edisi 3 , Jakarta : EGC ).
d. Penanganan
1) Dagu anterior
Bila pembukaan lengkap Lahirkan dengan persalinan spontan
pervaginam. Bila kemajuan persalinan lembut lakukan disitoksin drip. Bila
penurunan kurang lancar sedangkan pembukaan belum lengkap dan Tidak
didapatkan tanda opstuksi, lakukkan oksitosin drip. Lakukan evaluasi
persalinan sama dengan perslinan vertek.
2) Dagu posterior
Bila pembukaan lengkap SC bila pembukaan tidak lengkap, lakukan
penilaian penurunan rotasi, dan kemajuan persalinan, jika macet SC pada
presentasi muka terjadi hiperekstensi maksimum kepala sehingga oksiput
menempel dengan punggung janin dengan demikian maka yang merupakan
presentasi (bagian terendah) janin dan sekaligus denominator adalah mentum.
Dalam orientasinya dengan simfisis pubis, maka presentasi muka dapat terjadi
dengan mento anterior atau mento posterior.
Pada janin aterm dengan presentasi muka mento-posterior, proses persalinan
terganggu akibat bregma (dahi) tertahan oleh bagian belakang simfisis pubis.
Dalam keadaan ini, gerakan fleksi kepala agar persalinan pervaginam dapat
berlangsung terhalang, maka persalinan muka spontan per vaginam tidak mungkin
Persalinan pervaginam hanya mungkin berlangsung bila dagu berputar ke anterior.
Bila dagu berada di anterior, persalinan kepala per vaginam masih dapat
berlangsung pervaginam melalui gerakan fleksi kepala. Pada sejumlah kasus
presentasi muka dagu posterior, dagu akan berputar spontan ke anterior pada
persalinan lanjut sehingga dapat terjadi persalinan spontan per vaginam atau
menggunakan ekstraksi cunam. Pada tahun 1995 sampai 1999 , angka kejadian
presentasi muka di Parkland Hospital sekitar 1 : 2000 persalinan.

e. Mekanisme persalinan pada presentasi muka:


a) Ekstensi : daerah yang dipilih secara acak pada janin untuk menentukan posisi
presentasi wajah adalah dagu. Yang dapat dipalpasi karena kepala ekstensi
bukan fleksi.
b) Engagement : terjadi ketika diameter trakelobregmatik telah melewati PAP.
c) Penurunan terjadi seluruhnya : ekstensi yang lebih jauh terjadi ketika menemui
tahanan dan dahi serta oksiput ditekan kebelakang sementara dagu menjadi
bagian terbawah dari bagian presentasi dan memimpin arah penurunan melalui
pelvis ibu.
d) Rotasi internal biasanya terjadi terakhir dalam persalinan pada saat penurunan
memungkinkan seluruh bagian wajah janin berada pada dasar pelvis dengan
baik.
e) Pelahiran kepala : saat dagu berotasi ke arh mentum anterior, kepala dilahirkan
dengan mekanisme ganda, yaitu ekstensi yang dilanjutkan dengan mekanisme
ganda , yaitu ekstensi yang dilanjutkan dengan fleksi.
f) Resusitasi terjadi 45 º kearah asal kepala berotasi pada saat rotasi internal.
g) Rotasi eksternal : terjadi 45 º lagi ke arah yang sama seperti restitusi sebagai
contoh ke posisi RMT ( atau LOT )
h) Pelahiran bahu dan badan : hal ini terjadi dengan fleksi lateral melalui sumbu
carus. ( Varney , Hellen, dkk, 2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2,
f. Penatalaksanaan:

a) Kaji ukuran janin dengan cermat, wajah tidak mengalami molase dan pelahiran
pervaginam tidak mungkin dilakukan kecuali diameter pelvis ideal.
b) Pastikan analgesia yang adekuat
c) Mempertahankan pengawasan yang ketat. Distress janin cenderung terjadi
karena lamanya persalinan dan posisi leher yang salah. diagnosis ( T.Y LIU,
David, 2007, Manual Persalinan Edisi 3 , Jakarta : EGC ).
d) Kenali bahwa presentasinya adalah persentasi muka dan memberitahu dokter
yang bertanggung jawab mengenai malpresentasi ini
e) Evaluasi kembali keadekuatan pelvis dan konsultasikan dengan dokter juka
terdapat keraguan mengenai kemungkinan disproporsi sefalopelvic untuk
menyingkirkan kondisi ini
f) Pantau dengan cermat mekanisma persalinan rotasi internal. Bidan harus segera
memberitahu dokter jika rotasi ke arah posisi mentun posterior langsung

4. Persentasi occiptio posterior persisten


a. Pengertian
Pada persalinan persentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui PAP
dengan sutura sagitaris melintang / miring, sehingga UUK dapat berada di kiri
melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan
belakang.
( Gambar Presentasi OPP )

b. Etiologi
a) Diameter antero posterior panggul lebih panjang dari diameter tranvesa
b) Segmen depan menyempit
c) Otot-otot dasar pinggul yang lembek pada multipara
d) Kepala janin yang kecil dan bulat
e) Tidak terjadi putaran paksi dalam sehingga sutura sagitalis tetap melintang.
f) Bayi besar
g) Pelvis android atau anthropoid
h) Plasent letk rendah anterior
i) Defleksi kepala( Malrotasi (TY, LIU, David, 2007, Manual Pesalinan Edisi3,
Jakarta : EGC)
c. Diagnosa
1. Palpasi
Ekstremitas janin berada diantara anterior dan memberikan tampilan
cekung pada abdomen bagian bawah ibu. Kepala tidak cakap dan sinsiput terasa
superficial ketika ibu yang berbaring horizontal dipalpasi. Bahu janin dan bunyi
jantung terkeras dan terletak lateral dari garis tengah.
2. Pemeriksaan Pervaginal
Bagian persentasi tidak menempel dengan baik pada serviks. Sering
terjadi defleksi. Fontanel anterior mudah teraba di bawah simphisis. Jika
diagnosis mengalami kesulitan, masukkan satu jari melalui sisi wajah janin dan
tentukan letak telinga. Gerakkan jari melalui dasar telinga akan menunjukkan
bahwa pinna mengarah ke oksiput. (TY, LIU, David, 2007, Manual Pesalinan
Edisi3, Jakarta : EGC
d. Penanganan
a) Jika terdapat tanda – tanda obstruksi tetapi DJJ normal, minta ibu untuk
mengubah posisi untuk mendorong rotasi spontan. Jika DJJ abnormal ( < 100 /
> 180 x/menit ) pada semua kala lahirkan janin melalui SC.
b) Jika ketuban utuh pecahkan.
c) Jika pembukaan serviks tidak lengkap dan tidak terdapat tanda – tanda
obstruksi percepat persalinan dengan oksitosin
d) Jika pembukaan lengkap tapi tidak terjadi penurunan pada fase pengeluaran
kaji tanda – tanda obstruksi dan percepat dengan oksitosin.
e) Jika pembukaan lengkap dan kepala janin teraba > 3/5 diatas simphisis atau
ujung penonjolan tulang kepala janin berada di atas stasion -2 Lakukan SC.
f) Jika pembukaan lengkap dan kepala janin teraba diantara 1/5 dan 3/5 diatas
simphisis pubis atau ujung penonjolan kepala janin berada diantara stasion 0
dan -2.
g) Lahirkan dengan ekstraksi vakum dan simfisiotomi (Yulianti, Devi, 2005,
Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan , Jakarta : EGC)
h) Lakukan pengawasan dengan seksama dengan harapan dapat lahir spontan
i) Tindakan baru di lakukan jika kala II terlalu lama/ada tanda-tanda bahaya
terhadap janin. Jika Pada persalinan dapat terjadi robekan peremium yang
teratur atau extensi dari episiotomi
j) Periksa ketuban bila intake, pecah ketuban
k) Bila penurunan kepala 3/5 diatas PAP atau diatas 2 SC
l) Bila pembukaan belum lengkap dan tidak ada tanda obstruksi, beri oksitosin
drip.
m)Bila pembukaan lengkap dan tidak ada kemajuan pada fase pengeluaran, ulangi
apakah ada obstruksi. Bila tidak ada tanda abstruksi oksitosin drip
n) Bila pembukaan lengkap dan kepala masuk sampai tidak kurang 1/5 atau O EV
atau forseps
o) Bila ada tanda obstruksi / gawat janin SC
DAFTAR PUSTAKA

Chapman, Vicky, 2006, Asuhan Kebidanan Persalina dan Kelahiran , Jakarta : EGC
Marohoesodo, Seto, 1971, Kompedium Patology Kebidanan , Bandung : Ricopy
Prawirohardjo, Sarwono, 2006, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
TY, LIU, David, 2007, Manual Pesalinan Edisi3, Jakarta : EGC
Varney , Hellen, dkk, 2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2, Jakarta : EGC
Yulianti, Devi, 2005, Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan , Jakarta : EGC
BAB II

PENYULIT KALA III DAN IV

A.Retensio Placenta
1. pengertian

Retensio Plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam


setelah kelahiran bayi. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya
perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadiplasenta inkarserata dapat
terjadi polip plasenta, dan terjadi degenerasiganas korio karsinoma

2. Patofisiologi
Patofisiologi retensio plasenta sampai sekarang belum diketahui pasti. Akan tetapi,
berbagai studi menyatakan bahwa patofisiologi retensio plasenta dapat dibagi menjadi
tiga mekanisme, yaitu
a. Plasentasi invasive
Abnormal umumnya terjadi akibat trauma pada endometrium. Tindakan
operasi pada uterus (seperti sectio caesarea) dapat menyebabkan gangguan
integritas endometrium uterus dan lapisan miometrium. Serabut miometriuetrium
setelah dilakukannya tindakan operasi.m di sekitar luka operasi sering kali
mengalami perubahan degeneratif dengan peningkatan jaringan fibrosa disertai
infiltrasi sel inflamasi. Akibat dari kelainan tersebut, saat proses plasentasi, sel
trofoblast ekstravilous akan menginvasi dinding uterus lebih dalam dari biasanya
yang kemudian dapat menyebabkan plasenta akreta sampai perkreta. Hal ini
menyebabkan sulitnya pelepasan plasenta saat persalinan, dan menyebabkan
retensio plasenta.
b. Hipoperfusi Plasenta
Beberapa spektrum penyakit, seperti preeklampsia, kehamilan preterm,
pertumbuhan janin terhambat, kehamilan mati, dan keguguran rekuren, telah
dipercaya menyebabkan plasentasi abnormal. Plasentasi abnormal kemungkinan
akan terjadi dengan ditandai dengan transformasi inkomplit dari arteri spiralis
menjadi sistem vaskular nonmuskular. Konstriksi vaskular akan menyebabkan
perfusi yang berkurang atau intermiten. Hipoksia intermiten pada plasenta akan
meningkatkan stress oksidatif yang selanjutnya menyebabkan kaskade yang
menghasilkan disfungsi sel endotel dan meningkatkan apoptosis.
c. Kontraktilitas Inadekuat

Kontraksi miometrium retroplasenta merupakan salah satu faktor terpenting


dari keberhasilan mekanisme kala III persalinan. Proses kala III persalinan
berdasarkan studi ultrasonografi terdiri atas empat fase, yaitu:

a) Fase laten: Terjadi setelah kelahiran, seluruh miometrium akan berkontraksi


terkecuali yang terletak di bawah plasenta
b) Fase kontraksi: Kontraksi miometrium retroplasenta
c) Fase pelepasan: Kontraksi miometrium retroplasenta menyebabkan stress
horizontal pada lapisan luar plasenta sehingga terjadi pelepasan plasenta
d) Fase ekspulsi: Kontraksi miometrium plasenta menyebabkan pelepasan plasenta
dari uterus.
d. Penyebab
a) Plasenta belum lepas dari didinding uterus.
b) Plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan (disebabkan karena tidak adanya usaha
untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III)
c) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta
d) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korealis menembus
desidua sampaimiometrium-sampai dibawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).

e. Tanda Gejala Retensi Plasenta

Tertahannya sebagian atau seluruh plasenta di dalam tubuh hingga satu jam
setelah proses persalinan usai, merupakan gejala utama retensi plasenta. Bila plasenta
masih tertinggal di dalam rahim, gejala lain akan muncul sehari setelah persalinan,
yaitu berupa:

a) Perdarahan hebat.
b) Nyeri yang berlangsung lama.
c) Demam.
d) Keluar cairan dan jaringan berbau tidak sedap dari vagina.

Berdasarkan penyebabnya, retensi plasenta dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:


1) Placenta adherens.Placenta adherens terjadi ketika rahim tidak cukup kuat
berkontraksi dan mengeluarkan plasenta.Kondisi ini disebabkan perlekatan
sebagian atau seluruh plasenta pada dinding rahim.Placenta adherens adalah jenis
retensi plasenta yang paling umum terjadi.
2) Plasenta akreta.Plasenta akreta terjadi ketika plasenta tumbuh terlalu dalam di
dinding rahim.Umumnya kondisi ini disebabkan oleh kelainan pada lapisan rahim,
akibat menjalani operasi caesar atau operasi rahim.
3) Trapped placenta adalah kondisi ketika plasenta sudah terlepas dari dinding rahim,
tetapi belum keluar dari rahim.Kondisi ini terjadi akibat menutupnya leher rahim
(serviks) sebelum plasenta keluar.
f. Dampak retensio plasenta

Dampak dari retensio plasenta bagi ibu dapat mengakibatkan komplikasi serius dari
pendarahan hingga menyenabkan kematian

g. Tatalaksana Retensi Plasenta

Penanganan retensi plasenta bertujuan untuk mengeluarkan plasenta dari dalam


rahim, menggunakan sejumlah metode antara lain:

a) Mengeluarkan plasenta dari rahim menggunakan tangan. Prosedur ini harus


dilakukan dengan hati-hati, karena dapat meningkatkan risiko infeksi.
b) Menggunakan obat-obatan. Beberapa obat bentuk suntik seperti ergometerine atau
oksitosin, dapat digunakan untuk membuat rahim berkontraksi, sehingga bisa
mengeluarkan plasenta.
c) Selain dua metode di atas, dokter akan menyarankan pasien untuk sering berkemih.
Hal ini karena kandung kemih yang penuh dapat mencegah keluarnya plasenta.
d) Dokter juga akan menyarankan pasien agar segera menyusui, untuk memicu
pelepasan hormon yang dapat meningkatkan kontraksi rahim dan membantu
plasenta keluar.

Bila semua metode di atas tidak berhasil mengeluarkan plasenta dari rahim,
dokter akan menjalankan prosedur bedah. Langkah ini merupakan pilihan terakhir.
B. Robekan Jalan Lahir
1. pengertian

Robekan jalan lahir merupakan peyebab kedua tersering dari perdarahan pasca
persalinan.Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri.Perdarahan pasca
persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh, robekan
servik atau vagina.Periksalah dengan seksama dan perbaiki robekan pada servik, vagina
dan perineum, lakukan uji pembekuan darah sederhana bila perdarahan terus
berlangsung.Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan
lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukan adanya koagulapati.

2. Patofisiologi
a. Robekan Perinium
Robekan perineum terjadi pada semua persalinan pertama dantidak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapatdihindarkan atau dikurangi dengan
menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat,
sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan
lama,karena akan menyebabkan asfiksia dan pendarahan dalamtengkorok janin, dan
melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu
lama.Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan biasmenjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa
sehingga kepala janin terpaksalahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala janin
melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar
daripadasirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak dilahirkandengan
pembedahan vaginial.
b. Robekan Serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehinggaserviks seorang
multiparaberbeda daripada yang belum pernahmelahirkan per vaginam.Robekan
serviks yang luasmengakibatkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen
bawahuterus.Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah
lahir lengkap dan uterus berkontraksi baik, perludipikirkan perlukaan jalan lahir,
khususnya robekan serviks uteri.
3. Penyebab
a) Partus presipitatus
b) Bayi besar
c) Panggul sempit
d) Primipara

4. Tanda dann gejala


a. Robekan jalan lahir Tanda dan Gejala yang selalu ada :
1) Pendarahan segera
2) Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir
3) Uterus kontraksi baik
4) Plasenta baik
b. Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada :
1) Pucat
2) Lemah
3) menggigil
5. Dampak
Dampak robekan jalan lahir bagi ibu yaitu dapat menyebabkan perdarahan dan
jika tidak di tangani dengn baik maka bisa terjadi kematian namun hal itu tergantung jga
pada tingkat robekan tersebut.
6. Penatalaksanaan
a. Perbaikan robekan servik
1) Tindakan aseptik dan antiseptik pada vagina dan servik
2) Berikan dukungan emosional dan penjelasan
3) Pada umumnya tidak diperlukan anastesi. Jika robekan luas atau jauh sampai ke
atas, berikan petidin dan diazepam IV pelan-pelan, atau ketamin.
4) Asisten menahan fundus
5) Bibir servik di jepit dengan klem ovum, pindahkan bergantian searah jarum
jamsehingga semua bagian servik dapat diperiksa. Pada bagian yang terdapat
robekan, tinggalkan 2 klem diantara robekan.
6) Jahit robekan servik dengan cut gut kromik 0 secara jelujur, mulai dari apeks
7) Jika sulit dicapai dan diikat, apek dapat dicoba di jepit dengan klem ovum atau
klem arteri dan dipertahankan 4 jam
8) Jika robekan meluas sampai melewati puncak vagina lakukan laparotomy
9) Perbaikan robekan vagina dan perineum
Ada 4 tingkat robekan yang dapat terjadi pada persalinan:

1) Robekan tingkat I yang mengenaimukosa vagina dan jaringan ikat

2) Robekan tingkat II mengenai lat-alat di bawahnya

3) Robekan tingkat III mengenai m. sfingter ani

4) Robekan tingkat IV mengenai mukosa rektum

C. Atonia Uteri
1. Pengertian

Uterus gagal berkontraksi dengn baiksetelah persalinan, Atonia uteri merupakan


penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling
sering untuk melakukan histerektomi postpartum.Kontraksi uterus merupakan
mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan.Atonia terjadi
karena kegagalan mekanisme ini.

Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut


miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah
implantasi plasenta.Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tidak
berkontraksi.

2. Patofisiologi
Kontraksi uterus merupalan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan
setelah melahirkan.Pendarahan postpartum secara fisiologis di control oleh kontralsi
serabut serabut mio metrium yang mengelilingi pembulu darah yang
mengvaskularisasikan dara implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi0 apabila serabut
serabut miomtrium tersebut tidak berkontraksi ( Cunningham, 2005).

Miometrium terdiri dari tiga lapisan dan lapisan tengah merupakan bagian
terpenting dalam kontraksi untuk menghentikan pendarahan postpartum, lapisan tengah
myometrium tersusun sebagai anyaman dan di tembus oleh pembulu darah.Masing
masing serabut mempunyai dua buah lekungan sehingga setiap dua buah serabut kira
kira membentuk angka delapan. Selain itu ketidakmampuan myometrium untuk
berkontraksi ini akan menyebapkan pembulu darah pada uterus tetap fasodilatasi
sehingga terjadi pendarahan postpartum.

3. Etiologi

Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor
predisposisi (penunjang ) seperti :

a) Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion, Paritas tinggi


b) Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
c) Multipara dengan jarak kelahiran pendek
d) Partus lama / partus terlantar
e) Malnutrisi.
f) Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya placenta Belum
terlepas dari dinding uterus.
4. Gejala atonia uteri
a) pendarahan yang berlebihan setelah melahirkan bayi,
b) tekanan darah menurun,
c) meningkatnya denyut jantung,
d) menurunnya sel darah merah.
e) merasakan rasa sakit khususnya pada area tubuh bagian punggung.
f) nyeri di area vagina dan perineum
5. Dampak
Dapat memicu pendarahan pascabersalin dengan cici-ciri meningkatnya detak
jantung, menurunya tekanan darah, pendarhan yang banyak serta nyeri pada punggung.
6. Penatalaksanaan
a) Bersihkan semua gumpalan darah atau membran yang mungkin berada di dalam
mulut uterus atau di dalam uterus
b) Segera mulai melakukan kompresi bimanual interna
c) Jika uterus sudam mulai berkontraksi secara perlahan di tarik tangan penolong. Jika
uterus sudah berkontraksi, lanjutkan memantau ibu secara ketat.
d) Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, minta anggota keluarga melakukan
bimanual interna sementara penolong memeberikan metergin 0,2 mg IM dan mulai
memberikan IV (RL dengan 20 UI oksitosin/500 cc dengan tetesan cepat).
e) Jika uterus masih juga belum berkontraksi mulai lagi kompresi bimanual interna
setelah anda memberikan injeksi metergin dan sudah mulai IV
f) Jika uterus masih juga belum berkontraksi dalam 5-7 menit, bersiaplah untuk
melakukan rujukan dengan IV terpasang pada 500 cc/jam hingga tiba di tempat r
ujukan atau sebanyak 1,5 L seluruhnya diinfuskan kemudian teruskan dengan laju
infus 125 cc/jam.

D. Gangguan pembekuan datah


1. Pengertian
Gangguan pembekuan darah adalah kondisi yang mengganggu proses koagulasi
alias p embekuan darah. Normalnya, darah akan mulai membeku setelah terjadinya
cedera untuk mencegah Anda mengalami kehilangan darah dalam jumlah besar.
Normalnya, darah akan mulai membeku setelah terjadinya cedera untuk mencegah
Anda mengalami kehilangan darah dalam jumlah besar. Beberapa kondisi tertentu dapat
memengaruhi kemampuan darah untuk membeku dan menggumpal dengan baik, yang
dapat mengakibatkan perdarahan berat atau berlangsung lama.
2. Patofisiologi

Pembekuan darah merupakan cara alami tubuh untuk mencegah kehilangan darah
secara berlebihan. Trombofilia biasanya terjadi saat seseorang sedang cabut gigi,
terluka, bahkan melahirkan.Trombofilia dapat terjadi ketika trombosit menuju ke daerah
yang terluka dan berkumpul hingga membentuk sumbatan. Proses penyumbatan ini
disebut dengan koagulasi. Protein juga terlibat dalam proses pembekuan darah, untuk
memastikan trombosit saling melekat.

Ketika gumpalan darah telah terbentuk dan pendarahan telah berhenti, gumpalan
darah akan kembali diserap oleh tubuh dan menimbulkan jaringan luka. Mereka yang
mengalami gangguan pembekuan darah, trombosit cenderung mengalami gumpalan,
bahkan pada saat tidak ada pendarahan.Selain itu, darah yang menggumpal pun tidak
diserap kembali seutuhnya oleh tubuh.Dalam beberapa kasus, gumpalan ikut ke dalam
aliran darah dan menempel pada pembuluh dan dinding darah yang ditemukan di daerah
otak, paru-paru, dan daerah lainnya.
3. Penyebab

Gangguan pembekuan darah juga bisa disebabkan oleh :

a) Defisiensi vitamin K

b) Efek samping obat-obatan tertentu, misalnya antikoagulan (yang memang bekerja


menghambat proses pembekuan darah).

c) Tingginya kadar homosistein. Homosistein merupakan asam amino yang dihasilkan


tubuh dengan menggunakan metionin. Dengan bantuan vitamin B6, homosistein
diubah menjadi sistein, yaitu asam amino yang bertanggung jawab untuk menjaga
bentuk atau susunan protein yang ada pada sel tubuh.

d) Kurang protein S dan C. Protein ini dibutuhkan untuk mencegah penggumpalan


darah pada aliran darah, atau saat sel darah berjalan melalui pembuluh darah.

4. Tanda-tanda & Gejala


Gejala gangguan pembekuan darah bervariasi tergantung dari kondisi yang
mendasarinya. Namun gejala umumnya termasuk
a) Mudah memar tanpa alasan jelas
b) Perdarahan menstruasi berat
c) Sering mimisan
d) Berdarah terus-terusan dari luka kecil
e) Perdarahan yang merembes ke persendian
5. Dampak
Trombosis vena ini dapat menjadi serius karena bisa saja pecah, mengganggu
melalui aliran darah, menetap di paru paru, hingga menghalangi aliran darah (emboli
paru).Kondisi pembekuan darah ini bisa membuat ibu pasca melahirkan mengalami
pendarahan sehingga dapat terjadi stroke dan menyebapkan serangan jantujmg.
6. pengobatan

Pengobatan akan direncanakan berdasarkan jenis gangguan pembekuan darah


yang anda alami dan keparahan kondisinya. Gangguan darah tidak bisa disembuhkan
total, namun terapi pengobatan dapat meredakan gejalanya.

Pengobatan gangguan koagulasi mungkin termasuk resep suplemen zat


besi,transfusi darah, injeksi pengganti faktor (khususnya untuk kasus hemofilia).Silakan
diskusikan dengan dokter Anda untuk informasi lebih lanjut.Bila ada pertanyaan,
konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
E. Infeksi
1. Pengertian
Infeksi postpartum atau infeksi pasca persalinan adalah berbagai infeksi terjadi
setelah persalinan melalui vagina, maupun melalui operasi caesar, atau saat menyusui.
Nyeri yang dirasakan banyak wanita usai melahirkan, membuat infeksi postpartum sulit
dibedakan dari nyeri postpartum
2. Patofisiologi

Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhnya kuman adalah di daerah bekas
insersio (pelekatan) plasenta.Insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang
ditutupi oleh trombus.Selain itu, kuman dapat masuk melalui servik, vulva, vagina dan
perineum.

Infeksi nifas dapat terjadi karena:

a) Manipulasi penolong yang tidak steril atau pemeriksaan dalam berulang-ulang.

b) Alat-alat tidak steril/ suci hama.

c) Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat yang terkontaminasi.

d) Infeksi nosokomial rumah sakit.

e) Infeksi intrapartum.

f) Hubungan seksual akhir kehamilan yang menyebabkan ketuban pecah dini.

3. Penyebab

Infeksi postpartum lebih jarang ditemui sejak munculnya antiseptik dan


penicillin. Namun, beberapa flora kulit seperti Streptococcus atau Staphylococcus
serta bakteri lain masih menyebabkan infeksi. Bakteri-bakteri tersebut berkembang
pada lingkungan yang lembab dan hangat.

Infeksi postpartum seringkali muncul di rahim setelah persalinan.Rahim dapat


terinfeksi apabila kantung ketuban terinfeksi.
4. Tanda-tanda & gejala

Banyak infeksi terdeteksi dengan demam, menggigil atau perasaan tidak enak
badan, dan kadang hanya itu gejala-gejala yang nampak jelas.Tanda-tanda dan gejala
lain dapat meliputi:

a) Nyeri perut bawah, demam rendah, lokia yang berbau busuk (tanda-tanda
endometritis)
b) Area yang terasa sakit, keras, hangat dan merah (biasanya hanya pada satu
payudara) dan demam, menggigil, nyeri otot, kelelahan atau sakit kepala (tanda-
tanda mastitis)
c) Kemerahan, cairan, pembengkakan, hangat atau meningkatnya rasa sakit di
sekitar area sayatan atau luka (baik sayatan operasi caesar, episiotomi atau luka
gores) atau sayatan yang terlihat seperti akan terpisah
d) Sulit dan nyeri saat buang air kecil, merasa seperti ingin buang air kecil dengan
sering dan mendesak namun hanya sedikit atau tidak ada urin yang keluar, atau
urin keruh atau berdarah (tanda-tanda infeksi saluran kemih).

5. pengobatan

Pengobatan infeksi pada masa nifas antara lain:

a) Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka operasi dan
darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat.
b) Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.
c) Memberi antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil laboratorium.
d) Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah, makanan
yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta perawatan lainnya sesuai
komplikasi yang dijumpai.
e) Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas

Infeksi nifas dapat diobati dengan cara sebagai berikut:

a) Pemberian Sulfonamid – Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin 185 gr,


sulfamerazin 130 gr, dan sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam kemudian
peroral.
b) Pemberian Penisilin – Penisilin-prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM, penisilin G
500.000 satuan setiap 6 jam atau metsilin 1 gr setiap 6 jam IM ditambah ampisilin
kapsul 4×250 gr peroral.
c) Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol.
d) Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan.
e) Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Danorth David N. Obstetrics Gynecology, Thirth Edition, Harper & Row, 719-721.

F. Gary Cunningham, M.D. williams Obstetrics, Eighteenth Edition, Appleton & Lange,
California, 1989.

Melfiawati, S. Kapita Selekta Kedaruratan Obstretik dan Ginekologi, Edisi Pertama, EGC,
1994.

Prabowo R.P. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiraharjo,
Jakarta, 1999, 675-688
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

DETEKSI DINI KOMPLIKASI MASA NIFAS


A.     Perdarahan pervaginam postpartum
Defenisi perdarahan pervaginam 500 ml atau lebih, sesudah anak lahir atau setelah
kala III. Perdarahan ini bisa terjadi segera begitu ibu melehirkan terutama di dua jam pertama.
Kalau terjadi perdarahan, maka tinggi rahim akan bertambah naik, tekanan darah menurun,
dan denyut nadi ibu menjadi cepat.

1.      Klasifikasi klinis
Perdarahan Pasca Persalinan primer yakni perdarahan yang terjadi dalam 24 jam
pertama, penyebab : atonia uteri, retensio plasenta, dan robekan jalan lahir.
Perdarahan Pasca Persalinan Sekunder, yakin perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama,
penyebab : robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.
2.      Etiologi dan faktor Predisposisi
Penyebab perdarahan pasca persalinan ada beberapa sebab antara lain :
a. Atonia uteri (>75%), atau uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan
pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir)
b. Robekan (laserasi, luka) jalan lahir atau robekan yang terjadi pada jalan lahir bisa
disebabkan oleh robekan spontan atau memang sengaja di lakukan episiotomi, robekan
jalan lahir dapat terjadi ditempat : Robekan serviks, perlukaan vagina, robekan perinium.
c. Retensio Plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan didalam rahim baik sebahagian atau
seluruhnya)
d. Inversio Uterus (uterus keluar dari rahim)
e. .      Gangguan pembekuan darah (koagulopati)
Penanganan umum
a. Hentikan perdarahan
b. Cegah atau atasi syok
c. Ganti darah yang hilang :diberi infus cairan ( larutan garam fisiologis, plasma
ekspander, Dextran – L), tranfusi darah kalau perlu oksigen.

B.   Infeksi masa nifas


Infeksi nifas merupakan masuknya bakteri pada traktus genetalia, terjadi sesudah
melahirkan, kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari
pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.

Etiologi
Organisme pada bekas implantasi plasenta atau laserasi akibat persalianan adalah
Kuman anaerob : kokus gram positif (peptostreptokok, peptokok, bakteriodes dan
clostridium).Kuman aerob : gram positif dan E. Coli

Faktor Predisposisi
a. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh.
b. Partus lama dengan ketuban pecah lama.
c. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput dan bekuan darah.
d. Teknik aseptik yang tidak baik dan benar
e. Pemeriksaan vagina selama persalinan
f. Manipulasi intrauterus
g. Trauma/luka terbuka
h. Hematom dan hemoragi (darah hilang lebih dari 1000 ml)
i. Perawatan perinium yang tidak tepat              
j. Infeksi vagina /servik atau penyakit menular seksual yang tidak ditangani

Macam – macam infeksi masa nifas


1.      Infeksi perinium, vulva, vagina dan serviks :
Nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang –kadang perih bila kencing.Bila getah
radang bisa keluar, biasanya keadaan nya tidak berat, suhu 38 derajat dan nadi dibawah 100
per menit.Bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah bening tidak dapat keluar,
demam bisa naik sampai 39 – 40, disertai mengigil.

2.      Endometritis
Tanda – tanda dan gejala
a. Takikardi
b. Suhu, 38 – 40 derajat celcius
c. Menggigil
d. Nyeri tekan uterus
e. subinvolusi
f. distensi abdomen
g. lokea sedikit dan tidak berbau, atau banyak, berbau busuk, mengandung darah, dan
seropuralen
h. . jumlah sel darah putih meningkat
Penanganan Endrometritis :
rujuk kerumah sakit, konsultasi dokter, diberikan obat anti mikroba spektum luas atau
terapi antiobiotik tripel, biasanya secara IV, pulangkan jika dalam 24 jam tidak terjadi panas
.
3.      Septikemia dan piemia
Pada septikimia, penderita sudah sakit dan lemah.Sampai tiga hari postpartum suhu
meningkat dengan cepat, biasanya disertai mengigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 – 40
derajat celcius, keadaan cepat memburuk, nadi menjadi cepat ( 140 -160 kali /menit atau
lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus,
gejala – gajala menjadi piema.

4.      Peritonitis
Pada peritonitis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan kecil, perut
kembung dan nyeri, dan ada defense musculaire.Muka yang semula kemerah-merahan
menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin, terdapat fasies hippocratica.Pada peritonitis
yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat peritonitis umum.
yang dapat dilakukan adalah nasogastritik suction, berikan infus( Nacl atau Ringer
Laktat), antiobiotik sehingga bebas panas selama 24 jam ( ampisilin 2 gr IV, kemudian 1 gr
setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5 mg/kg BB IV dosis tunggal/hari dan metronidazole 500
mg IV setiap 8 jam). Laparatomi dilakukan pembersihan perut (peritoneal lavage).

5.      Selulitis pelvic
Selulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas.Bila suhu
tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri dikiri atau dikanan dan nyeri
pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan selulitis pelvik.Pada
pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri disebelah uterus dan tahanan ini
yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas keberbagai jurusan. Ditengah –
tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses.

6.      Salpingitis dan ooforitis


Gejala salpingitis dan ooforitis tidak dapat dipisahkan dari pelvio
peritonitis.Penyebaran melalui permukaan endometrium. Kadang –kadang jaringan infeksi
menjalar ketuba fallopii dan ovarium disini terjadi salpingitis dan / abfritis yang sukar
dipisahkan dari polvio peritonitis.

7.      Tromboflebitis
Perluasan infeksi nifas yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-
cabangnya. Tromboflebitis, dikelompokan sebagai berikut :
Ø  Pelvio tromboflebitis
1) Nyeri pada perut bagian bawah atau samping, pada hari ke 2-3 masa nifas dengan atau
tanpa panas
2) Tampak sakit berat, menggigil berulang kali, suhubadan naik turun secara tajam, dapat
berlangsung selama 1-3 bulan
3) Terdapat leukositas
4) Pada periksa dalam hampir tidak ditemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena
ialah vena ovarika yang sukar pada pemeriksaan dalam.

Ø  Tromboflebitis femoralis
1) Keadaan umum yang baik, subfebris selama 7-10 hari, kemudiaan naik pada hari ke 10
– 20,yang disertai menggigil dan nyeri.
2) Pada salah satu kaki (biasanya kaki kiri), tanda –tanda seperti kaki sedikit fleksi dan
rotasi keluarserat sulit bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki yang lain.
Nyeri hebat pada lipatan paha.Edema kadang –kadang terjadi sebelum atau setelah
nyeri.

Penanganan :
1) Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan kompresi pada kaki, setelah
mobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut elastik atau memakai kaus kaki panjang selama
mungkin.
2) Kondisi ibu jelek, sebaiknya jangan menyusui.
3) Antiobiotik dan analgesic

Pencegahan infeksi nifas


Masa kehamilan :
mengurangi atau mencegah faktor – faktor predisposisi, pemeriksaan dalam jaringan
dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu, koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau
dikurangi dan dilakukan hati – hati .
Selama persalinan :
hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama, menyelesaikan persalinan dengan
trauma sedikit mungkin, perlukaan jalan lahir dijahit sebaik – baiknya dan menjaga sterilitas,
mecegah terjadinya perdarahan banyak, semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup
hidung dan mulut dengan masker, yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan
masuk kekamar bersalin, alat – alat dan kain-kain yang dipakai harus dicuci hama, hindari
pemeriksaan dalam berulang-ulang.

Selama nifas :
luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, alat –alat dan pakaian serta kain
yang digunakan harus steril, penderita dengan infeksi nifas sebaiknya tidak bercampur dengan
ibu sehat, pengunjung- pengunjung dari luar hendaknya pada hari –hari pertama dibatasi
sedapat mungkin.

Komplikasi lain yang harus diwaspadai :


1) Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur
2) Pembengkakan diwajah atau ekstremitas
3) Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih
4) Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
5) Kehilanga nafsu makan dalam waktu yang lama
6) Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
7) Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan diri sendiri

Persiapan Pasien Pulang


a.      Mengajari ibu tanda-tanda bahaya.
Ajarkan ibu jika melihat hal-hal berikut atau perhatikan bila ada sesuatu yang tidak
beres, sehingga perlu menemui seseorang bidan dengan segera :
1) Pendarahan hebat atau peningkatan pendarahan secara tiba-tiba (melebihi haid biasa atau
jika pendarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut dalam waktu setengah jam)
2) Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras
3) Rasa nyeri diperut bagian bawah atau punggung
4) Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri epigastrik, atau masalah penglihatan
5) Pembekangkan pada wajah dan tangan
6) Demam, muntah, rasa sakit saat berkemih atau merasa tidak enak badan Payudara merah,
panas,dan/atau sakit
7) Kehilangan selera makan untuk waktu yang lama
8) Rasa sakit, warna merah, nyeri tekan dan/atau pembengkakan pada kaki
9) Merasa sedih atau merasa tidak mampu mengurus diri sendiri dan bayinya Merasa sangat
letih atau nafas terengah-engah

b.      Mengajari ibu proses fisiologis masa pasca bersalin dan perilaku yang baik pada
kondisi tersebut.
1) Pengeluaran lokia. Setelah bersalin, rahim berusaha memulihkan keadaanya sendiri
dengan cara membersihkan lapisan bagian luar dan membangun kembali lapisan baru
dari dalam. Ketika ia menguras lapisan lama, kotoran tersebut akan keluar melalui
vagina seperti saat datang bulan. Warna dan konsistensinya akan berubah seiring waktu.
Jelaskan tentang jumlah dan konsistensisnya yang normal dari lokia.Sangat penting
menjaga kebersihan, mengganti pembalut secara teratur, dan menjaga vagina tetap
kering dan bersih.
2) Nyeri setelah kelahiran pada fundus. Mulas terjadi karena rahim berkontaraksi agar ia
dapat kembali ke keadaan sebelum hamil. Selain itu, dipengaruhi oleh pemberian obat-
obatan dan proses menyusui. Ada beberapa hal yang dapat ibu lakukan untuk mengatasi
rasa nyeri, antara lain:
a. Cegah agar kandung kemih tidak penuh
b. Berbaring telungkup dengan sebuah bantal dibawah perut
c. Mandi, duduk, berjalan-jalan, atau mengubah posisi
d. Minum parasetamol kira-kira satu jam sebelum menyusui
e. Pastikan ibu mengerti bahwa kontraksi ini sangat penting untuk mengendalikan
pendaraha
3)      Perineum. Vagina dan vulva akan sedikit memerah, bengkak, lecet dan nyeri, mungkin
juga terluka. Selain itu, terasa alebih lembut. Biasanya akan hilang setelah 1-2 minggu.
Tindakan untuk mengurangi rasa nyeri :
a. Kompres es
b. Rendam duduk
c. Latihan Kegel

4)      Hemoroid. Sangat wajar terjadi hemoroid karena tekanan kepala dan upaya meneran.
Ada beberapa hal untuk mengurangi rasa nyeri ini, yaitu :
a. Rendam duduk
b. Hindari duduk terlalu lama
c. Banyak minum dan makan makanan berserat
d. Bidan dapat menggunakan salep Nupercainal

5)      Diuresis/diaforesi. Saat hamil, tubuh menyimpan cairan yang banyak.Setelah lahir,


tubuh membuangnya lewat urine dan keringat.Hal ini terjadi pada minggu pertama
pascabersalin. Anjurkan ibu untuk tidak menghambat proses ini. Tetaplah minum air putih
yang banyak, hindari menahan berkemih, kenakan pakaian yang menyerap keringat, dan lain-
lain
a. Bengkak dan pembesaran payudara. Lakukan beberapa hal berikut.
b. Kompres hangat payudara dengan kain atau handuk yang dihangatkan, atau mandi air
hangat.
c. Jika bengkak, perah ASI secara manual sebelum memberikanya pada bayi.
d. Jika bayi sudah kenyang dan payudara masih penuh, perah susu secara manual.
e. Gunakan BH/bra yang baik.
f. Jika perlu, minum parasetamol untuk mengurangi rasa sakit.
g. Hubungan seksual. Dapat dilakukan pada minggu ke-2 sampai minggu ke-4 jika tidak ada
pendarahan dan luka episiotomi sudah sembuh.Untuk mengurangi rasa nyeri, gunakan
lubrikasi. Penetrasi penis

C.      Jadwal Kunjungan Di Rumah


Ibu nifas sebaiknya paling sedikit melakukan 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan
untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah–masalah yang terjadi. Dimana hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan
ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik, melaksanakan skirining yang komperhensif,
mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya, memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi
sehat, serta memberikan pelayanan keluarga berencana.
Namun dalam pelaksanaan kunjungan masa nifas sangat jarang terwujud dikarenakan
oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor fisik dan lingkungan ibu yang biasanya ibu
mengalami keletihan setelah proses persalinan dan membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk beristirahat, sehingga mereka enggan untuk melakukan kunjungan nifas kecuali bila
tenaga kesehatan dalam hal ini bidan yang melakukan pertolongan persalinan datang
melakukan kunjungan ke rumah ibu. Dilihat dari faktor lingkungan dan keluarga juga
berpengaruh dimana biasanya ibu setelah melahirkan tidak dianjurkan untuk berpergian
sendiri tanpa ada yang menemani sehingga ibu memiliki kesulitan untuk menyesuaikan waktu
dengan anggota keluarga yang bersedia untuk mengantar ibu melakukan kunjungan nifas.
Asuhan post partum di rumah difokuskan pada pengkajian, penyuluhan dan konseling.
Dalam memberikan asuhan kebidanan di rumah bidan dan keluarga diupayakan dapat
berinteraksi dalam suasana yang respek dan kekeluargaan. Tantangan yang dihadapi bidan
dalam melakukan pengkajian dan peningkatan perawatan pada ibu dan bayi di rumah pada
pelaksanaannya bisa cukup umur, sehingga bidan akan memberi banyak kesempatan untuk
menggunakan keahlian berpikir secara kritis untuk meningkatkan suatu pikiran kreatif
perawatan bersama keluarga.

1.      Perencanaan Kunjungan Rumah


1) Merencanakan kunjungan rumah dalam waktu tidak lebih dari 24-48 jam setelah
kepulangan klien ke rumah
2) Pastikan keluarga telah mengetahui rencana mengenai kunjungan rumah dan waktu
kunjungan bidan ke rumah telah direncanakan bersama anggota keluarga.
3) Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan.

2.      Keamanan merupakan hal yang harus dipikirkan oleh bidan.


Tindakan kewaspadaan ini dapat meliputi:
a. Mengetahui dengan jelas alamat yang lengkap arah rumah klien
b. Gambar rute alamat klien dengan peta sebelum berangkat perhatikan keadaan disekitar
lingkungan rumah klien
c. Beritahu rekan kerja anda ketika anda pergi untuk kunjungan
d. Beri kabar kepada rekan anda segera setelah kunjungan selesai (Ambar, 2009).
Kesehatan ibu merupakan komponen yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi
karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Apabila
ibu sehat maka akan menghasilkan bayi yang sehat yang akan menjadi generasi kuat.
Ibu yang sehat juga menciptakan keluarga sehat dan bahagia.

Jadwal kunjungan rumah paling sedikit dilakukan 4x, yaitu diantaranya :


a.      Kunjungan 1 (6-8 jam setelah persalinan)
Kunjungan pertama dilakukan setelah 6-8 jam setelah persalinan, jika memang ibu
melahirkan dirumahnya. Kunjungan dilakukan karena untuk jam-jam pertama pasca salin
keadaan ibu masih rawan dan perlu mendapatkan perawatan serta perhatian ekstra dari bidan,
karena 60% ibu meninggal pada saat masa nifas dan 50% meninggal pada saat 24 jam pasca
salin.
Adapun tujuan dari dilakukan kunjungan tersebut ialah :
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
3) Pemberi ASI awal : bidan mendorong pasien untuk memberikan ASI secara ekslusif, cara
menyusui yag baik, mencegah nyeri puting dan perawatan puting (Meilani, 2009: 54)
4) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
5) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut.
6) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru
lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil
.
7) Perdarahan : bidan mengkaji warna dan banyaknya/ jumlah yang semestinya, adakah
tanda-tanda perdarahan yang berlebihan, yaitu nadi cepat dan suhu naik, uterus tidak keras
dan TFU menaik.
8) Involusi uterus : bidan mengkaji involusi uterus dan beri penjelasan ke pasien mengenai
involusi uterus.
9) Pembahasan tentang kelahiran, kaji perasaan ibu.
10) Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayi (keluarga),
pentingnya sentuhan fisik, komunikasi dan rangsangan.
11) Bidan memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi
dan rencana menghadai kegawat daruratan (Meilani, 2009: 54).

b.      Kunjungan 2 (6 hari setelah persalinan)


Kunjungan kedua dilakukan setelah enam hari pasca salin dimana ibu sudah bisa
melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti sedia kala.
Tujuan dari dilakukannya kunjungan yang kedua yaitu :
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbikalis, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
3) Memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari .
4) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
5) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
6) Diet : makanan seimbang, banyak mengandung protein, serat dan air sebanyak 8-10 gelas
per hari untuk mencegah konstipasi kebutuhan kalori untuk laktasi, zat besi, vitamin A.
7) Kebersihan/ perawatan diri sendiri, terutama putting susu dan perineum.
8) Senam kegel serta senam perut yang ringan tergantung pada kondisi ibu.
9) Kebutuhan akan istirahat : cukup tidur.
10) Bidan mengkaji adanya tanda-tanda post partum blues.
11) Keluarga berencana melanjutkan hubungan seksual setelah selesai masa nifas.
12) Tanda-tanda bahaya : kapan dan bagaimana menghubungi bidan jika ada tanda-tanda
bahaya
13) Perjanjian untuk pertemuan berikutnya (Meilani, 2009: 54).

c.       Kunjungan 3 ( 2-4 minggu setelah persalinan)


1) Kunjungan ke tiga dilakukan setelah 2 minggu pasca dimana untuk teknis
pemeriksaannya sama persis dengan pemeriksaan pada kunjungan yang kedua. Untuk
lebih jelasnya tujuan daripada kunjungan yang ketiga yaitu :
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari .
6) Gizi : zat besi/ folat, makanan yang bergizi
7) Menentukan dan menyediakan metode dan alat KB
8) Senam : rencana senam lebih kuat dan menyeluruh setelah otot abdomen kembali
normal
9) Keterampilan membesarkan dan membina anak
10) Rencana untuk asuhan selanjutnya bagi ibu
11) Rencana untuk chek-up bayi serta imunisasi

d.      Kunjungan 4 (4-6 minggu setelah persalinan)


Untuk kunjungan yang ke empat lebih difokuskan pada penyulit dan juga keadaan
laktasinya. Lebih jelasnya tujuan dari kunjungan ke empat yaitu :
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau ibu hadapi
b. Tali pusat harus tetap kencang
c. Perhatikan kondisi umum bayi
d. Memberikan konseling mengenai imunisasi, senam nifas serta KB secara dini

Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu di rumah yaitu:
1.      Kebersihan Diri
a. Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu
dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu
untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
c. Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali
sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan di
bawah matahari atau disetrika.
d. Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari
menyentuh daerah luka.
2.      Istirahat
a. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
b. Menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Menjelaskan kepada ibu bahwa kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai
hal :
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri

3.      Latihan
a. Mendiskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal.
Ibu akan merasakan lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga
mengurangi rasa sakit pada punggung.
b. Menjelaskan bahwa latihan-latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat membantu
mempercepat mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal, seperti:
1) Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik nafas,
tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai lima.
Rileks dan ulangi 10 kali.
2) Untuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-
3) otot pantat dan dan panggul tahan sampai 5 kali hitungan.Kendurkan dan ulangi
latihan sebsnyak 5 kali.
4) Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan
jumlah latihan 5 kali lebih banyak.Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus
mengerjakan latihan sebanyak 30 kali.

5) Gizi
Pendidikan untuk Ibu menyusui harus :
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
d. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin.
e. Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya
melalui ASInya.
5.      Perawatan Payudara
Perawatan payudara untuk ibu postpartum dirumah yaitu :
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
b. Mengenakan BH yang menyokong payudara.
c. Apabila putting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar
putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dari putting susu
yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan
diminumkan dengan sendok.
e. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan :
1. Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hanagat selama
5 menit.
2. Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk
mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.
3. Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara sehingga putting susu
menjadi lunak.
4. Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI
keluakan dengan tangan.
5. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6. Payudara dikeringkan.

6.      Hubungan Perkawinan atau Rumah Tangga


Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.Begitu
darah merah berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai
melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.Banyak budaya mempunyai tradisi
menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6
minggu setelah persalinan.Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
7.      Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil
kembali.Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin
merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat membantu
merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka cara mencegah kehamilan
yang tidak diinginkan. Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama menyusui. Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat
dipakai sebelum haid pertama kembali Untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko
cara ini adalah 2% kehamilan. Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko,
menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu telah haid lagi.
Sebelum menggunakan metode KB hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu
kepada ibu :
a. Bagaiman metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektifitasnya
b. Kelebihan/ keuntungan
c. Kekurangannya
d. Efek samping
e. Bagaimana menggunakan metode ini
f. Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca salin yang menyusui.
Jika seorang ibu telah memiliki metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu
dengannya lagi
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Deteks dini masalah komplikasi pada masa nifas antara lain :

1. Perdarahan pervaginam postpartum ;Perdarahan pervaginam postpartum yaitu 500 ml


atau lebih, sesudah anak lahir atau setelah kala III. Perdarahan ini bisa terjadi segera
begitu ibu melahirkan terutama di dua jam pertama.
2. Infeksi masa nifas ;

 Macam – macam infeksi masa nifas

 Infeksi perinium, vulva, vagina dan serviks


 Endometritis
 Septikemia dan piemia
 Peritonitis
 Selulitis pelvic
 Salpingitis dan ooforitis
 Tromboflebitis

B. SARAN

Mungkin hanya ini yang bisa penulis sampaikan dalam makalah yang singkat ini, pasti
dalam penyampaian dan penulisan makalah ini banyak sekali kesalahan – kesalahan, semua
itu tidak lain karena keterbatasan penulis, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran serta mohon ralat yang bersifat membangun demi bertambahnya pengetahuan bagi
penulis sendiri dan umumnya kepada kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

 Affandi Biran, dkk, (2007), JNPK-KR Asuhan Persalinan Normal Asuhan Esensial


Persalinan, Save The Children Federation Inc-US dan Jhpiego Corporation, Jakarta.

 Ambarwati Retna Eny dan Wulandari Diah, (2010),  Asuhan Kebidanan Nifas, Mitra
Cendikia Press, Jogjakarta.

 Anggraini yetti, (2010), Asuhan Kebidanan Masa Nifas, pustaka Rihama, Yogyakarta.

 Bahiyatun, (2009),Buku Ajar Kebidanan Nifas Normal, ECG, Jakarta.

 Bambang, 2009. Who: Penurunan Angka Kematian Ibu Belum Sesuai Target


MDGS, http://www. Diakses tgl 12 Oktober 2007.

 Boyle Maureen, (2009), Seri Praktik Kebidanan Pemulihan Luka, EGC, Jakarta.

 Hidayat Abdul Azzis, (2007), Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisa Data,
Salemba Medika, jakarta.

 Maryunani Anik, (2009), Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (postpartum),Trans


Info Media, Jakarta.

 Mihardi, 2009. Pentingnya-Mobilisasi-Dini, http://www.diakses tgl 9 Januari 2010.

 Notoadmojo, 2007. Kesehatan masyarakat Ilmu Dan Seni. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

 Nursalam, 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi penelitian Ilmu keperawatan.


Salemba Medika. Jakarta.

 Nurmawati, (2010), Mutu Pelayanan Kebidanan, Trans Info Media, Jakarta.


 Reiss Uzzi, (2008), Menjadi Ibu Bahagia Pasca-Persalinan, Luna Publisher,
jogjakarta.

 Saleha Sitti, ( 2009), Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, Salemba Medika, Jakarta.

 Sofyan Mustika dkk, (2008), Ikatan Bidan Indonenesia. Jakarta.


 Sujiyatini, dkk, (2010), Catatan Kuliah Asuhan Ibu8 Nifas Askeb III,
Cyrilluspublisher, Yogyakarta.

 Sulistyawati Ari, (2009), Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Andi Offset,
Yogyakarta.

 Varney Helen, (2007), Asuhan Kebidanan, EGC, Jakarta.


Tugas makalah:

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI

OLEH :

Kelompok IV

1. Lisdianty
2. Lisra yani safira
3. Luh santi ariani
4. Luki arnisa
5. Masni

YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE

AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA

KABUPATEN MUNA

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan
dan kemampuan dalam proses perkuliahan, dan penulisan makalah yang berjudul “asuhan
kebidanan pada ibu dengan gangguan sistem reproduksi”, yang merupakan suatu kajian yang
disusun untuk melengkapi tugas Kelompok dalam mata kuliah

Kami menyampaikan terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah yang telah
membantu dan memotivasi penulis dalam pembuatan makalah ini. Terima kasih juga untuk
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga dapat selesai
seperti yang diharapkan.

Dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa jauh dari kata kesempurnaan , maka kami
mengharapkan saran, masukkan bahkan kritik yang membangun untuk makalah ini, sehingga
bisa digunakan sebagai referensi dalam mata kuliah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Gangguan Sistem Reproduksi


B. Penyebab Dari Gangguan Sistem Reproduksi
C. Upaya Pencegahan Gangguan Sistem Reproduksi

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di zaman sekarang ini, Pekerja Seks Komersial bukan lagi menjadi hal yang tak biasa
dikalangan masyarakat terutama remaja. Seperti diketahui bahwa PSK sangat identik dengan
penyakit-penyakit kelamin. Namun penyakit yang terjadi pada wanita maupun pria yang
berhubungan dengan alat reproduksinya sebagian besar kurang mendapat perhatian.Penelitian
menunjukkan bahwa angka kejadian penyakit menular atau penyakit yang menyerang sistem
reproduksi ini semakin tinggi karena semakin bebasnya hubungan seksual. Sehingga perlu
adanya kajian mengenai penyakit-penyakit yang menyerang sistem reproduksi sebagai wujud
pencegahan sedini mungkin. Tidak dapat disangkal bahwa masalah PSK sangat erat kaitannya
dengan kesehatan reproduksi dan masalah ketimpang status sosial kaum perempuan. Perilaku
seksual yang selalu berganti pasangan membuat para PSK mempunyai resiko yang tinggi
untuk tertulari dan menularkan penyakit seksual. Disebagian besar lokalisasi, pemeliharaan
kesehatan bagi pekerjaannya dilakukan oleh para medis atas inisiatif sendiri. Mengingat
kualitas paramedik di Indonesia pada umumnya, sangat sulit diharapkan bahwa mereka akan
melakukan penyuluhan dan konseling tentang penyakit menular seksual ke lokasi-lokasi PSK
(Manuaba, 1999).Berdasarkan pernyataan tersebut, maka penting kiranya dengan mengetahui
jenis-jenis penyakit, faktor penyebabnya diharapkan dapat diketahu jalan keluar dan
pencegahannya. Dengan latar belakang inilah maka dalam makalah ini akan dijelaskan hal-hal
sebagai berikut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan sistem reproduksi
2. Apa saja penyebab dari gangguan sistem reproduksi
3. Bagaimana upaya pencegahan gangguan sistem reproduksi
C. Tujuan penulisan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah
2. Untuk mengetahui apa apa saja ganngguan sistem reproduksi
3. Untuk mengetahui penyebab dari gangguan sistem reproduki
4. Untuk mengetahui cara pencegahan dari gangguan sistem reproduksi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gangguan Reproduksi


Ganguan sistem reproduksi adala suatu kelainan yang terjadi pada pada alat-alat
reproduksi. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejaktera fisik, mental dan social
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
berkaitan dengan system reproduksi. ( Azwar,2001).

Penyakit pada sistem reproduksi biasa disebabkan oleh jamur, bakteri atau virus. Bakteri
dapat menyebabkan beberapa gangguan pada organ reproduksi terutama organ reproduksi
pada wanita. Keputihan dengan warna hijau dan bau merupakan salah satu gangguan yang
disebabkan oleh bakteri. Bakteri juga dapat menyebabkan gangguan lebih lanjut berupa kista
bahkan hingga menimbulkan kanker rahim. Beberapa gangguan sistem reproduksi wanita
sebagai berikut:

1. Kanker serviks

Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh di seluruh lapisan epitel
serviks. Penanganannya dilakukan dengan mengangkat uterus, oviduk, ovarium, sepertiga
bagian atas vagina dan kelenjar limfe panggul. Kanker servik adalah pertumbuhan sel bersifat
abnormal yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang
senggama (vagina) (Riono, 1999). Kanker serviks ataupun lebih dikenali sebagai kanker leher
rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim /serviks yang merupakan bagian
terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Pada penderita kanker serviks
terdapat sekelompok jaringan yang tumbuh secara terus- menerus yang tidak terbatas, tidak
terkoordinasi dan tidak berguna bagi tubuh, sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat
berfungsi dengan baik (Sarwono, 1996). Penyebab Kanker serviks Penyebab utamanya adalah
virus yang disebut Human Papilloma (HPV) yang dapat menyebabkan kanker.
e. Tanda/gejala dari Kanker Serviks.
1. Pendarahan setelah senggama/berhubungan
2. Pendarahan spontan yang terjadi antara periode menstruasi rutin.
3. Timbulnya keputihan yang bercampur dengan darah dan berbau.
4. Nyeri panggul dan gangguan atau bahkan tidak bisa buang air kecil.
5. Nyeri ketika berhubungan seksual.

f. Patofisiologi

Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang area mulut rahim. Serviks merupakan
bagian terbawah dan ujung dari rahim atau uterus. Serviks menghubungkan antara uterus dan
liang vagina. Serviks memiliki dua bagian yaitu ektoserviks yang merupakan bagian luar
serviks dan endoserviks yang merupakan bagian dalam serviks.

Ektoserviks ditempati oleh sel skuamousa yang pipih dan tipis. Sedangkan bagian
endoserviks yang merupakan bagian dalam serviks, ditempati oleh sel kolumnar. Area tempat
dimana ektoserviks bertemu dengan endoserviks dinamakan area transformasi (T-zone). Area
transformasi ini merupakan tempat pertama kali terjadinya perkembangan sel abnormal atau
lesi pra kanker di serviks. Kanker serviks memiliki dua tipe histopatologi yaitu karsinoma sel
skuamosa (squamous cell carcinoma) dan adenokarsinoma (adenocarcinoma). Jenis kanker
serviks yang terbanyak adalah tipe karsinoma sel skuamosa (squamous cell carcinoma) yaitu
sekitar 80-90% dari semua kasus kanker serviks. Kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus
Human papiloma Virus (HPV) tipe tertentu yang ditularkan melalui hubungan seksual. Dua
tipe virus HPV yaitu tipe 16 dan 18 merupakan tipe terbanyak yang menyebabkan lesi pra
kanker dan kanker serviks.[2] Virus HPV 16/18 menyebabkan 70% kasus kanker serviks di
dunia dengan rincian 41% - 67% menyebabkan lesi kanker high-grade dan 16 – 32%
menyebabkan lesi kanker low-grade. Selain virus HPV tipe 16/18, tipe virus HPV lain yang
menyebabkan kanker serviks di dunia diantaranya virus HPV 31, 33, 35, 45, 52 dan 58.
Keenam tipe virus HPV ini menjadi penyebab 20% kasus kanker serviks di dunia.

g. Diagnosis

Diagnosis kanker serviks ditegakkan dengan melakukan anamnesis yang lengkap,


pemeriksaan fisik dengan menggunakan spekulum cocor bebek, dan pemeriksaan penunjang
seperti biopsi atau pap smear.
Anamnesis

Wanita yang menderita kanker serviks stadium awal atau lesi pra kanker umumnya tidak
mengalami keluhan yang spesifik. Gejala kanker serviks biasanya dirasakan bila kanker sudah
berkembang dan menyerang organ di sekitarnya seperti rektum, kandung kemih dan organ di
luar panggul atau pelvis.

h. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kanker serviks dilakukan berdasarkan stadium kanker tersebut. Modalitas


terapi dapat berupa pembedahan, kemoterapi dan radioterapi. Selain terapi definitif kanker,
dibutuhkan terapi suportif seperti perbaikan kondisi umum dan terapi paliatif pada pasien
kanker stadium lanjut untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Stadium kanker serviks menggunakan 2 metode yaitu metode TNM dan metode FIGO.
Metode TNM oleh American Joint Committee on cancer (AJCC) berdasarkan ukuran tumor
(T), pembesaran kelenjar getah bening (N) dan Metastasis (M). Penentuan stadium kanker
serviks dengan metode FIGO (International Federation of Gynecology and Obstetrics)
berdasarkan pemeriksaan klinis, biopsi, tes pemindaian (imaging tests), sitoskopi, dan
proktoskopi.[12]

2. Vaginitis

Vaginitis adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri, parasit
atau jamur (Manuaba,2001) Vaginitis adalah infeksi yang terjadi pada vagina terjadi secara
langsung pada vagina atau melalui perineum (Wikniosastro 1999).
i. Penyebab dari Vaginitis
a. Jamur

Umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans yang menyebabkan rasa gatal di
sekitar vulva / vagina. Warna cairan keputihan akibat jamur berwarna putih kekuning-
kuningan dengan bau yang khas.

b. Bakteri

Biasanya diakibatkan oleh bakteri gardnerella dan keputihannya disebut bacterial


vaginosis dengan ciri-ciri cairannya encer dengan warna putih keabu-abuan beraroma amis.
Keputihan akibat bakteri biasanya muncul saat kehamilan, gonta-ganti pasangan, penggunaan
alat kb spiral atau iud dan lain sebagainya.

c. Virus

Keputihan yang diakibatkan oleh virus biasanya bawaan dari penyakit hiv/aids,
condyloma, herpes dan lain-lain yang bisa memicu munculnya kanker rahim. Keputihan virus
herpes menular dari hubungan seksual dengan gejala ada luka melepuh di sekeliling liang
vagina dengan cairan gatal dan rasanya panas. Sedangkan condyloma memiliki ciri gejala ada
banyak kutil tubuh dengan cairan yang bau yang sering menyerang ibu hamil

d. Parasit

Keputihan akibat parasit diakibatkan oleh parasit trichomonas vaginalis yang menular
dari kontak seks / hubungan seks dengan cairan yang berwarna kuning hijau kental dengan
bau tidak enak dan berbusa. Kadang bisa gatal dan membuat iritasi. Parasit keputihan ini bisa
menular lewat tukar-menukar peralatan mandi, pinjam-meninjam pakaian dalam, menduduki
kloset yang terkontaminasi, dan lain sebagainya.

j. Tanda dan Gejala :


1. Pruritus vulvae
2. Nyeri vagina yang hebat
3. Disuria eksterna dan interna
4. Rash pada vulva
5. Eritematosa
6. Sekret khas seperti keju lembut.
7. Secret banyak dan bau busuk
8. Edema vulva
9. Vagina berbau busuk dan amis
10. Perdarahan pervaginam
11. Dispareunia

k. Penyebab
Penyebab vaginitis yang paling umum terjadi ini disebabkan oleh adanya perubahan
bakteri normal yang terdapat didalam vagina, seperti pertumbuhan satu atau beberapa
organisme lainnya. Biasanya bakteri normal ditemukan di vagina (laktobasilus) kalah jumlah
dengan bakteri lain yang ada di vagina (anaerob). Jika bakteri anaerob menjadi lebih banyak,
keseimbangan bakteri menjadi terganggu dan menyebabkan vaginosis

Infeksi jamur. Infeksi ini terjadi ketika organisme seperti jamur tumbuh (biasanya candida
albicans) didalam vagina. Candida albicans juga menyebabkan infeksi didaerah yang lembab
seperti mulut, lipatan kulit, dan kulit dibawah kuku. Jamur juga dapat menyebabkan ruam
popok.

Penyakit menular seksual yang ditularkan oleh satu sel parasit yang disebut trichomonas
vaginalis. Organisme ini menyebar saat berhubungan seksual dengan orang yang memiliki
infeksi. Pada laki-laki, organisme biasanya menginfeksi saluran kemih tetapi seringkali tidak
menimbulkan gejala. Pada wanita, trichomoniasis menyebabkan infeksi pada vagina dan
dapat menimbulkan gejala.

Non-infeksi vaginitis. Semprotan vagina, membilas dengan cairan pembersih kewanitaan,


sabun yang wangi, detergen yang diberi wewangian atau produk yang mengandung
spermitisida dapat menyebabkan reaksi alergi pada vagina atau menyebabkan iritasi pada
vulva atau jaringan vagina. Objek asing seperti kertas tisu atau tampon yang terlupakan di
dalam vagina juga dapat mengiritasi vagina

Sindrom genitourinary menopause (atrofi vagina). Penurunan level estrogen setelah


menopause atau operasi pengangkatan ovarium dapat menyebabkan dinding vagina menipis
dan terkadang menyebabkan iritasi vagina, terasa panas dan kering.Penyakit menular seksual
lainnya, seperti gonorrhea, chlamydia, dan herpes genital.

l. Faktor Risiko
1. Perubahan hormon, seperti yang berkaitan dengan kehamilan, kontrasepsi, atau
menopause
2. Aktivitas seksual
3. Infeksi yang ditularkan dengan berhubungan seksual
4. Obat seperti antibiotik atau steroid
5. Pemakaian spermisida sebagai kontrasepsi.
6. Diabetes yang tidak terkontrol
7. Penggunaan produk kesehatan seperti bubble bath, semprotan vagina, atau deodorant
vagina
8. Penggunaan cairan pembersih kewanitaan untuk membilas.
9. Mengenakan pakaian yang ketat atau lembab.
10. Penggunakan alat intrauterin untuk mengontrol kehamilan

m. Komplikasi

Wanita dengan trichomoniasis atau bakteri vaginosis memiliki resiko yang lebih tinggi
untuk tertular infeksi karena hubungan seksual akibat peradangan yang disebabkan oleh
penyakit ini. Pada wanita hamil, gejala vaginosis bakteri dan trichomoniasis terkait dengan
kelahiran prematur dan bayi lahir dengan berat badan yang rendah.

n. Diagnosis

Melihat riwayat medis. Hal ini termasuk riwayat dari infeksi vagina atau infeksi yang
ditularkan secara seksual.
Pemeriksaan panggul. Saat pemeriksaan panggul, dokter menggunakan alat (spekulum)
untuk melihat kedalam vagina. Pemeriksaan ini dilakukan mencari peradangan atau keputihan
yang tidak normal.

Mengumpulkan sampel jaringan untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium. Dokter akan


mengumpulkan sampel dari serviks atau cairan keputihan dari vagina untuk pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengonfirmasi jenis vaginitis yang diderita.

Tes pH (asam basa). Dokter akan melakukan tes pH vagina dengan menggunakan stick
pH atau kertas pH pada dinding vagina. Peningkatan kadar pH dapat menunjukan vaginosis
bakterialis atau trichomoniasis. Namun jika pemeriksaan ini dilakukan sendiri, maka tidak
bisa dianggap sebagai alat diagnosis yang akurat.

 Perawatan

Vaginosis Bakterial. Untuk tipe vaginitis ini, dokter akan meresepkan metronidazole
tablet yang dikonsumsi atau metronidazole gel atau clindamycin krim yang dapat digunakan
pada vagina. Penderita akan diperiksa dan diberikan resep untuk obat-obatan ini.

Infeksi jamur. Infeksi jamur biasanya dirawat dengan krim antijamur atau suppository
(dimasukkan melalui anus), seperti miconazole, clotrimazole, atau terconazole. Infeksi jamur
juga dapat disembuhkan dengan obat minum antijamur, seperti fluconazole.

Trichomoniasis. Dokter akan meresepkan metronidazole atau tinidazole tablet. Pasangan


seks pasien dengan infeksi ini harus diobati dan menghindari untuk berhubungan seksual
sampai kedua pasangan telah diobati dan tidak menunjukkan gejala.

Sindrom genitourinary menopause. Estrogen dalam bentuk krim vagina dam tablet dapat
dengan efektif mengobati kondisi ini. Pengobatan ini tersedia dengan resep dokter setelah
mempertimbangkan faktor risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.

Noninfeksi vaginitis. Untuk mengobati tipe vaginitis ini,sumber iritasi harus diidentifikasi
dan dari sumber yang memungkinkan termasuk sabun baru, detergen, pembalut wanita, atau
tampon.

3. Bartolinitis

Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat
menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya, pembengkakan disertai
dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring
pembengkakan pada kelamin yang memerah.

( Gambar Bartolinitis )

o. Penyebab Bartolinitas
a. Virus : kondiloma akuminata dan herpes simpleks.
b. Jamur : kandida albikan.
c. Protozoa : amobiasis dan trikomoniasis.
d. Bakteri : neiseria gonore.

p. Tanda/Gejala Bartolitis
a. Pada vulva : perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah dalam kelenjar,
nyeri tekan.
b. Kelenjar bartolin membengkak,terasa nyeri sekali bila penderia berjalan atau
duduk,juga dapat disertai demam
c. Kebanyakkan wanita dengan penderita ini dengan keluhan keputihan dan gatal, rasa
sakit saat berhubungan dengan suami, rasa sakit saat buang air kecil, atau ada
benjolan di sekitar alat kelamin.
d. Terdapat abses pada daerah kelamin
e. Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur dengan
darah.
4. Kista Ovarium

Kista ovarium adalah suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat,
jinak atau ganas. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai yang paling sering ialah
kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat
menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya
kepala ke dalam panggul (Winkjosastro, et. all, 1999). Kista ovarium secara fungsional
adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi
( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273 ). Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium
normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat
pertumbuhan dari epithelium ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).

( Gambar Kista Ovarium )

q. Panyebab Kista Ovarium


1. Gaya hidup tidak sehat.
a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b. Zat tambahan pada makanan
c. Kurang olah raga
d. Terpapar denga polusi dan agen infeksius
e. Sering stress

2. Faktor genetik
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut
protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat
karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat
berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.

r. Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
a. menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
b. perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.
c. nyeri saat bersenggama.
d. perdarahan.

s. Diagnosis Kista Ovarium

Selain wawancara dan pemeriksaan fisik terutama pemeriksaan pelvis, beberapa


pemeriksaan penunjang dan tindakan diagnostik juga perlu dilakukan untuk menegakkan
diagnosis, di antaranya:

 Tes kehamilan: positif pada kista korpus luteum.


 USG pelvik: untuk menentukan lokasi, ukuran, dan isi kista.
 Laparoskopi: merupakan tindakan diagnosis dan terapeutik.
 Tes darah CA 125: kadar protein yang disebut antigen kanker (CA125) dalam darah
sering meningkat pada wanita dengan kanker ovarium. Dokter mungkin akan
menganjurkan tes ini bila mencurigai kami terkena kanker ovarium.

t. Komplikasi Kista Ovarium

Komplikasi yang bisa terjadi kibat kista ovarium, antara lain:

 Torsi ovarium. Kista yang membesar bisa menyebabkan ovarium bergerak dan
memutar yang menyakitkan ovarium pengidap (torsi ovarium).

 Kista pecah. Kista yang pecah dapat menyebabkan nyeri hebat dan perdarahan
internal.
 Pengobatan Kista Ovarium

Pengobatan kista ovarium akan disesuaikan dengan usia pengidap, tipe dan ukuran dari
kista, serta juga gejala yang ditimbulkan. Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin akan
disarankan dokter, yaitu:

 Observasi.
 Obat-obatan seperti kontrasepsi hormonal.
 Tindakan operasi: operasi dapat dilakukan tanpa mengambil ovarium (kistektomi),
tetapi pada beberapa kasus, ovarium harus diangkat (ooforektomi). Jika massa kista
yang ada ternyata bersifat ganas, maka pengangkatan rahim dan ovarium beserta tuba
falopi (histerektomi total) mungkin harus dilakukan.

 Pencegahan Kista Ovarium

Meskipun tidak ada cara untuk mencegah kista ovarium, tapi pemeriksaan panggul secara
teratur bisa membantu mendeteksi adanya perubahan dalam ovarium, sehingga kista ovarium
bisa dideteksi sedini mungkin. Para wanita juga dianjurkan untuk mewaspadai perubahan
dalam siklus bulanan, termasuk gejala menstruasi yang tidak biasa, apalagi bila kondisi
tersebut terjadi selama lebih dari beberapa siklus

5. Sindrom Pra Menstruasi (PMS)


Wanita dengan sindrom pra menstruasi (pre menstrual syndrome, PMS) menderita
berbagai gejala 7 hari sebelum mens dan berkurang saat mens. Mudah marah, kesal, depresi,
gelisah tanpa alasan jelas. Mudah bingung dan susah konsentrasi.

Gejala fisiknya termasuk sakit kepala, masalah tidur, ingin makan, konstipasi, bengkak,
naik berat badan dan bengkak payudara. Menurut Elmart (2012:51-55) PMS merupakan
kumpulan gejala yang dapat terjadi sebelum datangnya menstruasi. Hal ini merupakan
pengaruh dari siklus hormonal yang memang tidak seimbang dan naik turun. Hormon yang
tidak seimbang terutam hormon wanita yaitu hormon estrogen dan progesteron. Selain itu, ada
laporan yang menyebutkan bahwa PMS disebabkan karena menurunnya serotonin. Serotonin
adalah zat kimia otak yang membuat mood menjadi baik. Kehilangan serotonin menyebabkan
parawanita merasa galau. Dismenorea primer terjadi pada usia 17-22 tahun, sementara
dismenorea sekunder sering terjadi seiring makin tuanya usia seorang wanita.

a. Dismenorea Primer

Dismenorea primer adalah nyeri haid yang umum dikenal. Nyeri haid jenis ini terjadi pada
siklus yang disertai pengeluaran sel telur dan dapat terjadi dalam 6-12 bulan setelah
menarche, alias usia pertama kali mendapat mentsruasi. Namun umumnya 90% dismenorea
primer terjadi 24 bulan setelah menarche. Nyeri haid ini terjadi akibat kontraksi uterus yang
menyebabkan iskemia (anemia lokal yang disebabkan oleh penyumbatan arteri yang
membawa darah), sehingga timbul nyeri di perut bagian bawah. Kontraksi uterus yang
menyebabkan nyeri ini juga pengaruh dari kinerja hormonal mentruasi.

Dismenorea primer memiliki dua sifat nyeri haid yaitu spasmodik dan kongestif. Rasa
sakit yang bersifat spasmodik muncul bersamaan dengan dimulainya periode menstruasi. Rasa
sakit ini muncul pada perut bagian bawah dapat berupa rasa kejang yang diduga disebabkan
oleh terjadinya konstraksi atau gerak kendur dari otot-otot. Nyeri haid konngestif dirasakan
beberapa saat sebelum waktu menstruai haid jenis ini datang. Nyeri haid jenis ini memang
tidak teralau spesifik namun dapat berlangsung terus menerus sampai menopause.Dismenorea
primer umunya berhenti dalam 48-72 jam. Gejala dismenorea primer memiliki karakteristik
nyeri sebagai berikut.

1) Rasa nyeri mengejang terjadi beberapa jam sebelum menstruasi dan sampai beberapa
hari.
2) Rasa nyeri berpusat pada perut bagian bawah, menjalar ke paha dan punggung.
3) Rasa nyeri mempengaruhi kebiasaan buang air besar, mual, lesu, pusing, sakit
kepala. (Elmart , 2012:55-57).

b. Dismenorea Sekunder

Dismenore sekunder terjadi tidak hanya pada saat menstruasi tetapi dapat terjadi sebelum
dan sesudah menstruasi. Dismenorea sekunder ini tidak terlalu terkait dengan masa-masa
pertama menstruasi dan lebih sering terjadi pada usia yang lebih tua (30-40 tahun).
Dismenorea sekunder sering sekali berkaitan dengan dyspareunia (nyeri saat berhubungan
seksual, infertilitas, dan rahim yang abnormal. Untuk mengatasi si gejala ini, harus diketahui
dahulu penyakit pada organ panggul yang menyebabkan terjadinya keluhan dismenorea
sekunder (Elmart, 2012: 60).

 Penyebab

Hingga saat ini, penyebab dari PMS belum diketahui secara pasti. Namun beberapa faktor di
bawah ini dipercaya dapat berpengaruh:

1. Perubahan kadar hormon. Tanda dan gejala PMS dapat berubah seiring fluktuasi kadar
hormon di tubuh, dan menghilang saat seorang wanita hamil atau mengalami
menopause.
2. Perubahan zat kimia di otak. Perubahan kadar hormom serotonin (zat kimia dalam
otak) yang memiliki peran penting dalam mengatur suasana hati seseorang, dapat
memicu munculnya gejala PMS. Kadar serotonin yang rendah bisa berhubungan
dengan depresi premenstrual, serta kelelahan dan masalah tidur.
3. Depresi. Beberapa wanita yang mengalami gejala PMS yang parah memiliki riwayat
menderita depresi. Meski begitu, depresi bukanlah satu-satunya penyebab seorang
wanita mengalami PMS.

 Diagnosis

Tidak terdapat pemeriksaan khusus untuk mendeteksi PMS. Saat konsultasi, dokter akan
menanyakan mengenai gejala yang Anda alami. Dokter juga akan menanyakan kapan gejala
tersebut mulai terjadi serta seberapa besar gejala memengaruhi keseharian Anda.

Anda mungkin mengalami gejala PMS apabila:

1. Kondisi tersebut Anda alami 5 hari sebelum menstruasi dimulai, selama 3 bulan
berturut-turut.
2. Mereda dalam 4 hari setelah menstruasi dimulai.
3. Gejala dirasa mengganggu kegiatan sehari-hari.
4. Catat gejala apa saja yang Anda alami dan seberapa parah kondisi tersebut selama
beberapa bulan. Tuliskan gejala tersebut setiap harinya di kalender maupun aplikasi
pada telepon genggam Anda. Sertakan informasi ini saat Anda berkonsultasi dengan
dokter.

 Perawatan
Jika gejala PMS yang Anda alami tidak terlalu parah, perubahan gaya hidup atau pola
makan dipercaya dapat membantu meredakan kondisi tersebut. Olahraga, seperti lari,
bersepeda, dan berenang, juga diyakini mampu membantu dalam mengurangi rasa lelah
serta depresi yang muncul sebagai gejala PMS. Olahraga tersebut juga dapat meningkatkan
detak jantung serta memperbaiki fungsi paru-paru. Anda disarankan untuk melakukan
olahraga secara teratur, tidak hanya saat merasakan gejala PMS. Lakukan aktivitas fisik
setidaknya 30 menit selama beberapa kali dalam seminggu.

Anda juga dapat mengubah pola makan untuk meredakan gejala PMS, berikut tips
yang dapat Anda ikuti:
Konsumsi makanan yang kaya akan karbohidrat kompleks, seperti roti gandum, nasi
merah, atau kacang-kacangan. Jenis makanan ini dipercaya dapat membantu mengurangi
gangguan suasana hati serta mengatur nafsu makan.

 Konsumsi makanan yang kaya akan kandungan kalsium, seperti yogurt dan sayuran
hijau.
 Kurangi konsumsi makanan berlemak, gula, serta garam.
 Hindari mengosumsi kafein serta alkohol.
 Ubah jadwal makan Anda dari 3 kali sehari menjadi 6 kali sehari dengan komposisi 3
kali makan hidangan utama dan 3 kali makan kudapan ringan yang sehat. Hal ini dapat
membantu kadar gula darah menjadi lebih stabil sehingga dapat membantu meredakan
gejala yang dirasakan.

Selain perubahan gaya hidup, Anda juga dapat mengonsumsi beberapa jenis obat yang
bisa membantu meredakan gejala PMS. Namun sebelum mengonsumsi obat tersebut, ada
baiknya Anda berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Dokter akan meresepkan obat
yang sesuai dengan tingkat keparahan gejala yang Anda rasakan. Obat yang biasa diberikan
dokter adalah pil kontrasepsi yang dipercaya dapat membantu meredakan gejala PMS. Untuk
mengurangi gejala nyeri dokter dapat memberikan ibuprofen atau naproxen. Sementara untuk
meredakan gejala psikis, dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan berjenis antidepresan.
Tidak hanya itu, dokter juga dapat meresepkan suplemen vitamin dan obat diuretik

6. HIV/AIDS

Penyakit yang menyerang sistem imun ini disebabkan oleh virus HIV (Human
Immunoeficiency Virus). HIV ini tidak membedakan usia, warna kulit, orientasi seksual,
agama, kebangsaan, ataupun faktor pembeda lainnya. Sekali virus HIV masuk ke dalam tubuh
virus tersebut akan menetap di dalam tubuh untuk selamannya. Virus HIV hidup dalam
darah , air mani, cairan di dalam jalan lahir, air liur, air mata, dan cairan tubuh lainnya.
Penyakit AIDS terbagi dalam beberapa fase sesuai pertumbuhan dan perkembangan virus ini.

a. Fase 1
Fase ini dmulai tepat setelah infeksi dan berlangsung selama beberapa minggu. Fase 1
ini ditandai dengan perasaan tidak enak badan sperti mau flu.
b. Fase 2
Dapat berlangsung hingga 10 tahun. Selama fase ini tidak ada gejala, penderitanya pun
terlihat normaldan merasa sehat-sehat saja. Difase inilah HIV sedang memperbanyak
diri. Perlahan-laha mereka membunuh sel-sel darah yang bertugas menghancurkan
penyakit yang disebut sel CD4. Makin sedikit CD4 kekebalan tubuh makin melemah
sehingga makin sulit untuk menghindari penyakit.
c. Fase 3
Fase ini dimulai ketika CD4 dalam tubuh telah dikuasai pasukahn HIV yang
jumlahnya banyak. Karena sistem kekebalan tubuh gagal menghalangi masuknya
penyakit maka penyakit pun akan mudah menyerang tubuh. Gejalanya memang ringan
seperti sakit ringan biasa, cepet capek, diare, infeksi jamur, demam, berat badan terus
menurun, berkeringat pada malam hari, pembengkakan kelenjar limfa infeksi pada
sekitar area mulut atau batuk yang terus menerus. Gejala ini makin lama makin parah,
seiring sitem imun yang makin lemah juga.
d. Fase 4
Ketika gejala-gejala penyakit lain bahkan seperti TBC, Kanker seakin parah baru
selanjutnya penderita akan dinyatakan positif sebagai pengidap AIDS. Pada fase ini
obat-obatan antivirus hanya dapat memperlambat perkembangan virus ini. (Anonim,
2008 )

Sebagian besar HIV ditularkan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi
darah juga bisa menular dari ibu kepada janinnya. HIV tidak hanya menular pada kaum
homoseksual. Awalnya HIV hanya berupa infeksi namun lama-kelamaan HIV ini berkembang
menjadi penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Perempuan lima kali lebih
mudah tertular HIV/AIDS daripada laki-laki, karena bentuk alat kelamin perempuan lebih
luas permukaannya sehingga lebih mudah terpapar oleh cairan mani yang tinggal lebih lama
di dalam tubuh. Perlukaan pada saluran kelamin memudahkan masuknya virus HIV.
Hubungan seks melalui anus (anal seks) lebih beresiko dalam penularan HIV daripada
hubungan seks melalui vagina, karena jaringan di dalam aus lebih lembut. Kekerasan seksual
atau hubungan seksual dengan gadis remaja lebih memudahkan terjadinya penularan ( Elmart,
2012:80-83).

Tidak ada obat untuk menyembuhkan infeksi HIV, tapi ada pengobatan yang bisa
memperlambat perkembangan penyakit. Perawatan ini bisa membuat orang yang terinfeksi
untuk hidup lebih lama dan bisa menjalani pola hidup sehat yaitu jika merasa atau mencurigai
baru saja terkena virus dalam rentan waktu 3×24 jam, obat anti HIV bisa mencegah terjadinya
infeksi. Obat ini bernama post-exposure prophylaxis (PEP) atau di Indonesia dikenal sebagai
profilaksis pasca pajanan. Pengobatan ini harus dimulai maksimal tiga hari setelah terjadi
pajanan (terpapar) terhadap virus. Idealnya, obat ini bisa diminum langsung setelah pajanan
terjadi. Makin cepat pengobatan, maka lebih baik. (Anonim, 2013)

 Patofisiologi

HIV umumnya ditularkan melalui aktivitas seksual tanpa kondom , transfusi darah , jarum
suntik , dan dari ibu ke anak . Setelah memperoleh virus, virus bereplikasi di dalam dan
membunuh sel-sel T-helper , yang diperlukan untuk hampir semua respons imun adaptif . Ada
periode awal penyakit seperti influenza , dan kemudian fase laten, tanpa gejala. Ketika jumlah
limfosit CD4 turun di bawah 200 sel / ml darah, inang HIV telah berkembang menjadi AIDS,
[1] suatu kondisi yang ditandai dengan defisiensi kekebalan yang diperantarai sel dan
meningkatnya kerentanan terhadap infeksi oportunistik dan beberapa jenis kanker .

 Imunologi

Setelah virus memasuki tubuh, ada periode replikasi virus yang cepat, yang menyebabkan
banyak virus dalam darah perifer. Selama infeksi primer, tingkat HIV dapat mencapai
beberapa juta partikel virus per mililiter darah. Tanggapan ini disertai dengan penurunan
jumlah sel T CD4 + yang beredar. Viremia akut ini dikaitkan pada hampir semua orang
dengan aktivasi sel T CD8 + , yang membunuh sel yang terinfeksi HIV, dan kemudian dengan
produksi antibodi, atau serokonversi . Tanggapan sel T CD8 + dianggap penting dalam
mengendalikan tingkat virus, yang memuncak dan kemudian menurun, ketika jumlah sel T
CD4 + melambung. Respons sel T CD8 + yang baik telah dikaitkan dengan perkembangan
penyakit yang lebih lambat dan prognosis yang lebih baik, meskipun tidak menghilangkan
virus.

Selama fase akut, lisis sel yang diinduksi HIV dan pembunuhan sel yang terinfeksi
oleh sel T sitotoksik merupakan penyebab penipisan sel T CD4 + , walaupun apoptosis juga
dapat menjadi faktor. Selama fase kronis, konsekuensi dari aktivasi kekebalan umum
digabungkan dengan hilangnya kemampuan sistem kekebalan secara bertahap untuk
menghasilkan sel T baru tampaknya bertanggung jawab atas penurunan yang lambat dalam
jumlah sel T CD4 + .

Namun, gejala karakteristik defisiensi kekebalan AIDS tidak muncul selama bertahun-
tahun setelah seseorang terinfeksi, sebagian besar kehilangan sel T CD4 + terjadi selama
minggu-minggu pertama infeksi, terutama di mukosa usus, yang menampung sebagian besar
limfosit. ditemukan di dalam tubuh. [4] Alasan hilangnya sel T CD4 + mukosa yang istimewa
adalah bahwa sebagian besar sel T CD4 + mukosa mengekspresikan koreseptor CCR5,
sedangkan sebagian kecil sel T CD4 + dalam aliran darah melakukannya. HIV mencari dan
menghancurkan CCR5 yang mengekspresikan sel CD4 + selama infeksi akut. Respons imun
yang kuat pada akhirnya mengendalikan infeksi dan memulai fase laten secara klinis. Namun,
sel T CD4 + dalam jaringan mukosa tetap terkuras sepanjang infeksi, meskipun pada awalnya
cukup untuk menangkal infeksi yang mengancam jiwa.

Replikasi HIV terus-menerus menghasilkan aktivasi kekebalan secara umum yang


berlangsung selama fase kronis. [6] Aktivasi kekebalan, yang dicerminkan oleh peningkatan
keadaan aktivasi sel-sel imun dan pelepasan sitokin proinflamasi, hasil dari aktivitas beberapa
produk gen HIV dan respons imun terhadap replikasi HIV yang sedang berlangsung.
Penyebab lain adalah rusaknya sistem pengawasan kekebalan penghalang mukosa yang
disebabkan oleh penipisan sel T CD4 + mukosa selama fase akut penyakit. [7]

Hal ini menghasilkan paparan sistemik sistem kekebalan terhadap komponen mikroba
dari flora normal usus, yang pada orang sehat dijaga oleh sistem kekebalan mukosa. Aktivasi
dan proliferasi sel T yang dihasilkan dari aktivasi kekebalan memberikan target baru untuk
infeksi HIV. Namun, pembunuhan langsung oleh HIV saja tidak dapat menjelaskan
penurunan sel T CD4 + yang diamati karena hanya 0,01-0,10% dari sel T CD4 + dalam darah
yang terinfeksi.

Penyebab utama hilangnya sel T CD4 + muncul sebagai hasil dari kerentanan mereka
terhadap apoptosis ketika sistem kekebalan tubuh tetap diaktifkan. Meskipun sel T baru
diproduksi secara terus-menerus oleh timus untuk menggantikan sel yang hilang, kapasitas
regeneratif timus perlahan-lahan dihancurkan oleh infeksi langsung timusnya oleh HIV.
Akhirnya, jumlah minimal sel T CD4 + yang diperlukan untuk mempertahankan respon imun
yang cukup hilang, yang mengarah ke AIDS.
7. Herpes simplex

Herpes simpleks disebabkan oleh virus herpes simplex (VHS) yang termasuk
Herpetovirus dalam famili Herpetviridae. Virion virus berukuran 110 nm. Terdapat 2 tipe
VHS, yaitu VHS tipe 1 yang menyerang selubung saraf trigeminus atau ganglion saraf, dan
VHS tipe 2 yang menyebabkan kerusakan pada daerah vulvovaginal. Herpes yang menyerang
organ reproduksi manusia disebut herpes genitalis yang disebabkan oleh virus herpes simplex
tipe 1 dan 2. Bedanya tipe 1 tidak begitu ganas, sedangkan tipe 2 ganas dan sering menyerang
kelamin (Elmart, 2012:84).

Gejala utamanya adalah munculnya bintil-bintil secara bersamaan yang merupakan


kumpulan vesikel, pada perbatasan kulit dan mukosa. Biasanya kemunculan bintil ini tidak
pandang bulu dan dapat menyerang disembarang tempat didaerah tubuh. Bintil-bintil itu
bertahan selama 2-3 minggu, lalu pecah. Biasanya isi pecahan itu dapat menular karena
mengandung virus penyebab. Kemunculan bintil ini dibarengi dengan rasa seperti terbakar,
nyeri, gatal, sakit kepala dan demam (Elmart, 2012:84-85).

Manusia merupakan satu-satunya sumber penularan herpes simpleks. Infeksi primer


terjadi pada anak berumur di bawah lima tahun (balita), terutama yang berasal dari keluarga
miskin pada populasi padat penduduk.Penularan primer terjadi melalui droplet titik ludah dan
cairan rongga mulut, melalui sekret konjungtiva dan dengan kontak langsung secara genital
melalui jalan lahir pada waktu berlangsung proses persalinan.

Penularan sekunder terjadi akibat profokasi atau rangsangan penyakit-penyakit demam,


alergi, trauma mekanik atau psikis dan paparan sinar matahari yang berlebihan.Penyakit ini
dapat menular melalui sentuhan dan adanya kontak langsung dengan si penderita, seperti
berciuman, berhubungan seksual, baju penderita pun dapat menjadi media penularan (Elmart,
2012: 85)

Human gamma globulin diberikan sebagai pengobatan umum herpes simpleks. Untuk
menurunkan angka kematian bayi akibat infeksi VHS dapat diberikan A arabinoside secara
intravenus.Herpetik meningoensifalitis diobati dengan asiklovir intravenus, cytarabin atau anti
metabolit lainnya. Penderita keratokonjungtivitis dapat diobati dengan asiklovir lokal atau 5-
iodo-deoxyuridine. Untuk mengurangi keluhan penderita diberikan obat-obatan paliatif.
( Gambar Herpes simplex )

8. Kondiloma accuminata

Penyakit yang juga menyerang kulit ini disebabkan oleh Human papilloma virus, yang
kabarnya terdiri dari 100 jenis variasi virus. Penyakit yang dikenal dengan kutil alat kelamin
ini disebut juga veneral. Si kutil ini berbeda dengan kutil atau benjolan yang ada pada kaki,
tangan atau punggung (Elmart, 2012: 86).

HPV merupakan anggota dari famili Papovaviridae yang merupakan virus DNA.
Anggota lain dari famili ini adalah polyomavirus (virus polio dan SV40). Dari 70 genotipe
HPV berbeda yang diidentifikasi, hanya tipe 6, 11, 16, 18, 31, 33 dan 35 yang berhubungan
dengan genital dan tipe 6 dan 11 paling sering diidentifikasi pada kutil kelamin.

Gejala awal munculnya viru ini ditandai dengan munculnya sekelompok kutil disekitar
alat kelamin atau anus. Bahkan ada yang ditemukan di dalam vagina. Kutil ini akan terasa
gatal dan menimbulkan rasa sakit jika digaruk. Biasanya dibutuhkan waktu 3 bulan bagi virus
ini untuk berkembang (Elmart, 2012: 86).Mayoritas kutil kelamin pada pria terdapat pada
penis. Pada wanita, kutil ditemukan lebih sering pada introitus vagina dan labia. Kutil jarang
mengenai vagina atau serviks. Sebagian besar kutil bersifat asimtomatik. Jika terdapat gejala,
seringkali merupakan akibat gesekan lokal oleh pakaian atau hubungan intim yang
menyebabkan iritasi.
Kondiloma menjadi salah satu penyakit menular seksual yang penyebarannya paling
cepat. Virus ini dapat menular melalui kontak langsung dengan penderita. Bahkan hanya
dengan menyentuh si penderita dapat terinfeksi. Terlebih lagi si virus veneral ini sangat kecil,
sehingga sulit untuk dihindari. Biasanya tubuh akan langsung membentuk antibodi terhadap
virus ini sehingga penularan terhadap bagian tubuh yang lain tidak akan terjadi (Elmart, 2012:
87). Sebagian besar infeksi HPV didapat melalui hubungan seksual. Sekitar 60% pasangan
seksual dari pasien dengan kutil kelamin akan mengalami penyakit yang sama. Rata waktu
inkubasi adalah 2-3 bulan. Penularan tampaknya menurun dengan seiring waktu, walaupun
jarang. HPV dapat ditularkan melalui cara non seksual. Neonatus dapat terinfeksi selama
proses kelahiran.

Seperti yang telah diketahui bahwa kebanyakan kutil kelamin menular melalui
hubungan seksual, adanya penyakit ini merupakan indikasi untuk PMS lainnya. Pasien-pasien
dengan kutil kelamin harus diskrining untuk sifilis, gonorea, klamidia, hepatitis dan human
immunodeficiency virus (HPV). Terapi untuk kutil kelamin bersifat lokal. Tetapi bersifat
destruktif dengan menggunakan nitrogen cair atau pengolesan asam asetat. Terapi lainnya
meliputi pengolesan podofilin langsung pada tubuh yang luka, berupa resin alami yang
meracuni benang mitotik dan menahan perbanyakan virus. Pendekatan berdasarkan imunitas
dengan mengoleskan imiquimod, suatu modulator imun yang menginduksi produksi sitokin
peradangan lokal dan sitolisis yang dimediasi oleh sel T pada sel yang terinfeksi virus. Terapi
bertujuan untuk menghilangkan kutil (Heffner, 2006:100).

( Gambar Kondiloma accuminata )


9. Hepatitis B

Istilah hepatitis digunakan untuk semua jenis peradangan hati. Hepatitis tipe B adalah
virus hepatitis yang populer karena tingkat penyakitnya cukup parah dan angka kejadiannya
tinggi, serta komplikasinya dapat mnjadi kangker hati. Meskipun penyakit ini menyerang hati,
penularannya dapat melalui hubungan seksual. Maka dari itu, penyakit ini juga termasuk
penyakit menular seksual (Elmart, 2012: 89).

Gejala penyakit peradangan hati ini biasanya baru terasa setelah kurang lebih 2 sampai
5 bulan sejak terinfeksi. Gejala yang muncul berupa mudah lelah, kerongkongan terasa pahit,
sakt kepala, diare, nafsu makan menurun, otot pegal-pegal, sakit perut, demam tinggi, muntah,
serta sakit kuning (Elmart, 2012: 89).

Penyakit ini dapat menular dari ibu yang mengidap virus hepatitis B kepada bayinya.
Dapat juga menular dari penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum,
transfuse darah, penggunaan pisau cukur, sikat gigi secara bersama-sama, hubungan seksual
dengan penderita. Virus ini juga dapat tersebar melalui cairan yang sudah terinfeksi, seperti ir
mani, cairan vagina, ludah yang masuk ke tubuh manusia, luka yang terbuka dan bagian tubuh
yang memnugkinkan terinfeksi bakteri (Elmart, 2012: 90).

Dengan berkembangnya dunia kedokteran, obat-obatan yang efektif untuk menekan


aktivitas virus hepatitis B juga sudah tersedia. Obat-obatan ini dapat menghambat proses
kerusakan pada hati sehingga tubuh sempat memperbaikinya. Tetapi perlu diingat bahwa
kemungkinan obat-obatan ini untuk sepenuhnya melenyapkan virus sangat tipis.

 etiologi

hepatitis B, virus DNA kecil dengan 3200 kilobasa genom DNA rantai ganda parsial
dalam formasi sirkuler. Keunikan HBV terletak pada adanya struktur filamen melingkar pada
partikel subviral yang kemudian dikenal dengan sebutan partikel HBsAg. HBsAg merupakan
komponen amplop virus yang melingkupi cangkang inti yang mengandung genom DNA dan
protein polimerase. HBsAg tidak memiliki genom DNA, tidak infeksius, dan memiliki
imunogenisitas yang tinggi sehingga menjadi komponen dasar dalam vaksin HBV. Inti virus
(nukleokapsid) terdiri atas fosfoprotein basa 21 kDa yang disebut dengan antigen inti hepatitis
B (HBcAg).
 Siklus hidup virus hepatitis B adalah sebagai berikut:

Virion melekat pada hepatosit lewat reseptor NTCP (Na-taurocholate cotransporting


polypeptide) kemudian DNA virus translokasi ke nukleus hepatosit dan membentuk rantai
kovalen sirkuler tertutup (cccDNA). Rantai ini akan menjadi pola untuk transkripsi oleh RNA
polimerase II guna membentuk pregenome dan transkrip subgenomik. RNA pembawa dari
virus (mRNA) kemudian ditranspor dari nukleus. mRNA yang mengkode HBsAg ditranslasi
oleh ribosom yang terikat pada retikulum endoplasma hepatosit, kemudian protein HBsAg
keluar melalui jalur sekretorik. RNA pregenome ditranslasi untuk membentuk protein
polimerase P yang memiliki aktivitas reverse transcriptase. Protein P ini kemudian berikatan
dengan situs ikatannya di ujung 5’ dari RNA pregenome guna membentuk DNA virus yang
baru. RNA pregenome juga menjadi mRNA untuk membentuk protein kapsid virus. Seiring
pembentukan kapsid maka tranksripsi rantai DNA (-) dan (+) virus pun dimulai. Partikel
protein inti kemudian selesai diikuti pembentukan rantai DNA (+) dan struktur virus parsial
ini dibawa ke retikulum endoplasma dimana morfogenesis virus dilanjutkan. Virion yang
telah memiliki amplop dari retikulum endoplasma kemudian dikeluarkan dari sel melalui
proses eksositosis atau kembali ke nukleus untuk mengulang siklus di atas.[1,2,5]

 Faktor Resiko

Faktor risiko terkait Hepatitis B adalah sebagai berikut:

1. Individu yang lahir atau tumbuh besar di daerah dengan tingkat prevalensi infeksi
Hepatitis B kategori sedang dan tinggi (prevalensi >2%)
2. Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi Hepatitis B
3. Individu yang memiliki riwayat penggunaan narkoba suntik
4. Pekerja seks komersial
5. Pria dan wanita heteroseksual maupun homoseksual yang memiliki riwayat pasangan
seksual multipel atau riwayat hubungan seksual dengan individu berisiko tinggi
terhadap infeksi Hepatitis B atau pekerja seks komersial.
6. Individu yang memiliki kontak erat dengan seseorang yang mengalami infeksi
Hepatitis B kronik.
7. Individu yang mendapat produk darah secara rutin (misalnya penderita hemofilia dan
talasemia)
8. Individu yang memiliki risiko terhadap infeksi Hepatitis B karena pekerjaannya
(misalnya tenaga kesehatan, pekerja laboratorium, dan pengurus jenazah)
9. Tahanan dan staf lembaga pemasyarakatan
10. Jemaah haji dan umrah yang mencukur rambutnya (khususnya pada tukang cukur
tanpa lisensi)[10–12]
11. Skema siklus hidup virus Hepatitis B. Sumber: GrahamColm, Wikimedia commons,
2007.

 Diagnosis

Hepatitis B dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, kemudian dipastikan


dengan pemeriksaan penunjang karena infeksi akut hepatitis B sulit dibedakan dengan
hepatitis karena penyebab lain. Pemeriksaan penunjang juga diperlukan untuk menentukan
status infeksi.

Anamnesis

Temuan klinis yang membantu diagnosis infeksi hepatitis B bergantung pada fase perjalanan
penyakit (akut atau kronis).

B. FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang bisa terjangkit penyakit yang
menyerang sistem reproduksi diantaranya sebagai berikut.

1. Lingkungan

Lingkungan merupakan tempat dimana seseorang tinggal dan melakukan segala


aktivitas. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan nonfisik. Lingkungan fisik diantaranya
sebagai berikut.

a. Keadaan geografis
Keadaan geografis seperti ketinggian akan mempengaruhi temperatur udara.
Daerah dengan kadar oksigen tinggi maka akan memiliki daya tahan tubuh yang
baik untuk seseorang. Sehingga ia akan lebih kebal terhadap penyakit salah stunya
yang berkaitan dengan penyakit yang menyerang sistem reproduksi
(Widoyono,2005:4)
b. Kelembaban Udara
Penyakit-penyakit yang menyerang sistem reproduksi kebanyakan disebabkan
oleh vektor-vektor penyebar penyakit seperti virus, bakteri, jamur dan sebagainya.
Sebagian besar vektor penular penyakit dan agen penyebab penyakit menyukai
lingkungan yang lembab, dimana lingkungan yang lembab regenerasinya sangat
produktif (Widoyono,2005:4).
c. Temperatur
Vektor-vektor penyebab penyakit lebih menyukai temperatur yang rendah.
Sebagian besar bakteri akan mati pada pemanasan 80-90 kecuali bakteri berspora
yang akan mati pada suhu 100 . Suhu optimal mikroba untuk tumbuh dengan
temperature 20-40 (Widoyono,2005:4).
d. Lingkungan Tempat tinggal
Kebersihan lingkungan tempat tinggal juga merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan penyakit sistem reproduksi bisa menyerang seseorang. Rumah
dengan pencahayaan yang kurang memudahkan perkembangan sumber penyakit.
Sinar matahari mengandung sinar ultraviolet yang bisa membunuh kuman
penyakit (Widoyono,2005:4).
e. Lingkungan nonfisik meliputi sosial yang berkaitan dengan masalah pendidikan
dan pekerjaan, budaya berkaitan dengan adat kebisaan dan turun temurun,
ekonomi meliputi kebijakan mikro dan kebijakan lokal, politik berkaitan dengan
suksesi kepemimpinan yang mempengaruhi kebijakan pencegahan dan
penanggulangan suatu penyakit (Widoyono,2005:5).

2. Agen Penyebab Penyakit

Terjangkitnya seseorang oleh penyakit yang menyerang sistem reproduksi disebkan


oleh agen-agen penyakit. Agen penyebab penyakit terdiri dari bahan kimia, mekanik, stres
(psikologis) atau biologis. Agen-agen biologis dapat berupa bakteri, virus, parasite atau jamur
(Widoyono,2005:6).

3. Pejamu

Unsur pejamu (host) terutama pejamu manusia dapat dibagi dalam dua kelompok sifat
utama, yakni sifat yang hubungannya dengan manusia sebagai makhluk biologis seperti umur,
jenis kelamin, ras, keturunan. Kedua sifat manusia sebagai makhluk sosial.seperti kebiasaan
hidup, kehidupan sosial dan sebagainya Noor (2008: 32).Karakteristik pejamu dapat
dibedakan sebagai berikut.

a. Umur
Menurut Noor (2008: 98) umur sebagai salah satu sifat karakteristik tentang orang
dalam studi epidemiologi merupakan variabel yang cukup penting karena cukup
banyak penyakit dtemukan dengan berbagai variasi frekuensi yang disebabkan oleh
umur .Umur mempunyai hubungan yang erat dengan besarnya risiko terhadap
penyakit tertentu dan sifat resistansi pada berbagai kelompok umur tertentu.Umur
biasanya mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang terhadap penyakit. Seorang
bayi masih memiliki kekebalan pasif dari ibunya namun seiring bertambahnya usia
kekebalan tersebut akan semakin berkurang dan akan digantikan fungsinya oleh
asupan gizi dalam menghadapi penyakit (Widoyono,2005:6).
b. Jenis Kelamin
Semua penyakit yang menyerang sistem reproduksi dapat dialami oleh laki-laki
maupun perempuan. Perbedaan prevalansi antara laki-laki dan perempuan biasanya
disebabkan oleh gaya hidup (life syle). Contohnya penyakit HIV/AIDS lebih
banyak dialami oleh kaum laki-laki daripada wanita (Widoyono,2005:7).Menurut
Noor (2008:99-100) Perbedaan insiden penyakit berdasarkan jenis kelamin dapat
timbul karena bentuk anatomis, biologis, dan sistem hormonal yang berbeda. Hal
ini terutama pada penyakit yang berhubungan dengan sistem reproduksi seperti
kanker payudara, kanker kandungan, penyakit batu empedu dan lain-lain.
c. Pekerjaan
Penyakit yang menyerang sistem reproduksi ada juga yang menular. Seseorang
yang bekerja sebagai wanita malam akan rentan terhadap penyakit yang menyerang
reproduksi.Pekerjaan lebih banyak dilihat dari kemungkinan sifat pekerjaan,
lingkungan kerja, dan sosioekonomi karyawan. Ada beberapa hal yang
berhubungan erat dengan sifat pekerjaan seperti jenis kelamin, umur, status
perkawinan serta tingkat pendidikan yang juga sangat berpengaruh terhadap tingkat
kesehatan pekerjaan (Noor 2008: 104-105)
d. Keturunan
Faktor keturunan atau genetic berhubungan dengan konstitusi tubuh manusia, daya
tahan tubuh, kepekaan terhadap zat asing, termasuk agen penyebab penyakit
(Widoyono,2005:6).
e. Ras
Kecenderungan penyakit untuk menyerang ras tertentu masih banyak diperdebatkan
karena faktor ini berbaur dengan faktor lainnya seperti daya tahan tubuh, gaya
hidup, lingkungan dan sebagainya (Widoyono,2005:6).

Beberapa hal yang mungkin berpengaruh dengan ras penduduk dikaitkan dengan
penyakitnya sebagai berikut.

 Adanya penyakit tertentu yang secara genetis berhubungan erat dengan ras
seperti anemia sickle.
 Adanya penyakit tertentu disebabkan perbedaan ras tetapi lebih dipengaruhi
lingkungan dan kebiasaan hidup.
 Adanya suku terasing dengan pengalaman penyakit tertentu seperti penduduk
asli Irian jaya dengan penyakit kuru karena kehidupan kultural yang ketat dapat
mempengaruhi frekuensi penyakit tertentu. (Noor 2008: 102)
f. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang akan mempengaruhi kesehatan seseorang. Jika gaya hidupnya
benar, sehat maka akan sulit terserang penyakit. Kebiasaan yang kurang higienis dapat
mempermudah terjadinya infeksi (Widoyono,2005:6).

C. UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT

Mencegah lebih baik daripada mengobati, karena jika seseorang telah terserang suatu
penyakit terlebih penyakit yang menyerang sistem reproduksi maka kondisinya akan sangat
rentan dan dapat mengundang penyakit lainnya. Perilaku seseorang merupakan akumulasi dari
pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan. Sebagian besar status kesehatan masyarakat
sangat ditentukan oleh faktor perilaku dan faktor lingkungan. Faktor pelayanan kesehatan
hanya menyumbang sedikit bagi status kesehatan masyarakat (Widoyono,2005:8-9). Adapun
beberapa usaha pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Setelah buang air kecil atau besar


Usahakan untuk selalu mencuci bagian luar alat kelamin dengan air dan sabun. Untuk
wanita, siramlah dengan air dengan arah depan ke belakang dan bukan sebaliknya. Hal
ini untuk mencegah masuknya kuman dari dubur ke vagina. Untuk pria, cukup hanya
membersihkan dengan air bersih.
2. Kebersihan pakaian dalam
Sepatutnya dalam sehari, minimal mengganti pakaian dalam sebanyak dua kali untuk
menjaga kebersihan. Selain itu pilihlah bahan celana dalam yang dapat mudah
menyerap keringat, karena jika tidak jamur bisa menempel di alat kelamin. Hindari
untuk saling bertukar pakaian dalam dengan orang lain bahkan itu keluarga sendiri,
karena setiap orang memiliki kondisi kelamin yang berbeda.
3. Menggunakan toilet umum
Siramlah sebelum menggunakan (flushing), hal ini untuk mencegah penularan jika ada
pengguna lainnya adalah penderita penyakit kelamin. Sebaiknya gunakan selalu air
yang keluar melalui keran atau tissu dan hindari penggunaan dari bak/ember, karena
menurut penelitian air yang tergenang di toilet umum mengandung 70% jamur candida
albicans (penyebab keputihan dan rasa gatal pada vagina).
4. Merawat rambut yang tumbuh di sekitar alat kelamin
Hindari membersihkan bulu di daerah kemaluan dengan cara mencabut karena akan
ada lubang pada bekas bulu kemaluan tersebut dan menjadi jalan masuk bakteri,
kuman, dan jamur. Selanjutnya dapat menimbulkan iritasi dan penyakit kulit.
Perawatan bulu itu disarankan untuk dirapikan saja dengan memendekkan, dengan
gunting atau dicukur tetapi sebelumnya menggunakan busa sabun terlebih dahulu dan
menggunakan alat cukur khusus yang lembut, dan sudah dibersihkan dengan sabun
dan air panas. Perlu diketahui setelah menggunakan simpan dalam tempat yang bersih
dan kering, jangan di tempat yang lembab dan jangan menggunakannya secara
bergantian bahkan dengan suami/isteri. Rambut-rambut tersebut berfungsi untuk
kesehatan alat kelamin, yaitu berguna untuk merangsang pertumbuhan bakteri baik
yang melawan bakteri jahat serta menghalangi masuknya benda asing kecil ke dalam
vagina, menjaga alat kelamin tetap hangat dan merupakan bantalan ketika
berhubungan seksual dan melindungi dari gesekan. Sehingga perlu rajin menjaganya
agar tidak menjadi sarang kutu dan jamur.
5. Pemakaian pantyliner
Pemakaian pantyliner tidak dianjurkan digunakan setiap hari, sebaiknya Pantyliner
hanya digunakan ketika keputihan. Akan lebih baik jika membawa celana dalam
pengganti daripada menggunakan pantyliner tiap hari.
6. Hindari menggunakan celana dalam dan celana jeans yang sangat ketat
Memakai celana dalam dan celana jeans yang terlalu ketat di wilayah selangkangan
dapat menyebabkan kulit susah untuk bernafas dan akhirnya dapat menyebabkan
daerah tersebut berkeringat, lembab, mudah terkena jamur dan teriritasi. Pemakaian
celana ketat itu bagi pria dapat membuat peredaran darah yang tidak lancar dan
membuat penis serta testis dalam keadaan panas. Panas yang berlebihan oleh suhu,
keringat dan pakaian yang terlalu ketat, dapat menurunkan kualitas sperma.
7. Hindari untuk menggunakan minyak wangi/parfum atau bedak menggunakan ke
vagina
Vagina memiliki tingkat keasaman sendiri yang sebaiknya tidak dirusak oleh
masuknya cairan-cairan yang mengandung bahan-bahan kimia yang tidak cocok untuk
kultur di permukaan atau di dalam vagina. Jika alat kelamin Anda terasa berbau tidak
enak, Anda harus memperbaiki cara Anda merawat dan membersihkannya, dan
tentunya bukan dengan cara menyemprotkan parfum.
8. Jangan malas mengganti pembalut
Bagi para wanita yang sedang menstruasi/haid untuk tidak malas mengganti pembalut
karena ketika menstruasi kuman-kuman mudah untuk masuk dan pembalut yang telah
ada gumpalan darah merupakan tempat berkembangnya jamur dan bakteri. Usahakan
untuk mengganti setiap 4 jam sekali, 2-3 kali sehari atau sudah merasa tidak nyaman.
Jangan lupa bersihkan vagina sebelumnya ketika mengganti pembalut.
9. Hindari prilaku seks bebas
Tidak melakukan Hubungan seksual dengan yang bukan pasangan yang sah. Kalau
terpaksa melakukannya, gunakan kondom. Berganti-ganti pasangan membuat Anda
rentan pada penyakit menular seksual dan HIV/AIDS. Bila pasangan sah nya
menderita penyakit kelamin, pergunakanlah kondom dan segeralah berobat bersama
ke dokter.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ganguan sistem reproduksi adala suatu kelainan yang terjadi pada pada alat-alat
reproduksi. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejaktera fisik, mental dan social
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
berkaitan dengan system reproduksi. ( Azwar,2001). Penyakit pada sistem reproduksi biasa
disebabkan oleh jamur, bakteri atau virus. Bakteri dapat menyebabkan beberapa gangguan
pada organ reproduksi terutama organ reproduksi pada wanita. Keputihan dengan warna hijau
dan bau merupakan salah satu gangguan yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri juga dapat
menyebabkan gangguan lebih lanjut berupa kista bahkan hingga menimbulkan kanker rahim.

B. Saran

Diharapkan kepada mahasiswai agar dapat memahami dan mempelajari lebih dalam
tentang sistem reproduksi pada manusia karena sistem reproduksi ini sangat penting bagi
kelangsungan hidup agar tetap lestari

MAKALAH ASKEB INFERTILITAS


DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK V

1. NANI (PSWB20181B0024)
2. NELI (PSWB20181B0025)
3. MURNI (PSWB20181B0023)
4. MITHA APRILIA ( PSWB20181B0022)
5. NURAZIZA PUTRI RAHMADANI (PSWB20181B0027)

YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE

AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA

KABUPATEN MUNA

2019/2020

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, wr.wb.

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT.karenaberkat rahmat dan hidayah Nya
saya dapat menyelesaikan makalah ini, tepat pada waktunya dan kepada Nabi besar
Muhammad SAW.yang membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang lebih baik,
berlimpah ilmu pengetahuan.

AdapuntujuanpembuatanmakalahiniadalahuntukmemenuhitugasmatakuliahASKEB IV
PATOLOGI, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.

Semoga makalah yang kami buat ini dapat dipahami dengan mudah dan juga berguna,
khususnya pada sesama mahasiswi yang masih dalam proses belajar dan tentunya kepada para
pembaca. Kami mohon maaf atas segala kesalahan kata-kata yang mungkin kurang berkenan,
dan kembali lagi kami memohon kritik serta saran yang membangun untuk perbaikan dimasa
yang mendatang.

Wassalamualaikumwr.wb.

Raha,07 April 2020

Kelompok V
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian infertilitas.....................................................................................
B. Penyebab dari infertilitas.......................................................................
C. Dampak dari infertilitas.............................................................................
D. Patofisiologi dari infertilitas...................................................................
E. Pemeriksaa yang dapa dilakukan pada infertilitas.....................................
F. Penatalaksanaan dari infertilitas...............................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Berdasarkanhasilsensuspenduduktahun 2000 pasangansuamiistri di Indonesia sekitar
12% atausekitar 3 juta pasangan mengalami infertil. Dan barusekitar 50% dari pasangan
tersebutyangberhasilditolonguntukmenanganimasalahinfertildanselebihnyaharusmengadopsi
atauhiduptanpaseoranganak.
Infertilitasmasihmenjadimasalahsebagianpasangansuamiistri,halinidikarenakankemu
ngkinanuntukmendapatkanseoranganakmasihkecil.Di Indonesia masihlangkasekalidokter
yangberminatdalamilmuinfertilitas.Faktorkurangnyapengetahuantentangkesuburandaninferti
ljugamenjadifaktorpenyebabmasihtingginyaangkainfertilitas.Selainitu,faktorfaktorsepertikes
ehatanlingkungan, gizi, dan status ekonomijugamenjadifaktor yang
mempengaruhi.OlehkarenaitulahkamimengangkattemakesehatanreproduksidenganjudulInfer
tilitasdalampenyusunanmakalahini.
B. RumusanMasalah
1.  Apa yang dimaksud dengan infertilitas?
2.  Penyakitapasaja yang menyebabkanterjadinyainfertilitas?
3. Dampakapa yang dapatditimbulkandariinfertilitas?
4. Patofisiologi infertilitas
5. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan pada infertilitas?
6. Apa saja penatalaksanaan dari infertilitas?
C. Tujuan
Adapuntujuanpenulismenyusunmakalahiniadalah:
1.  Untuk mengetahui pengertian dariinfertilitas.
2.  Mengetahuipenyakit yang dapatmenyebabkaninfertilitas.
3.  Mengetahuidampak yang dapatditimbulkanakibatinfertilitas. 
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari infertilitas
5. Untuk mengetahui pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk infertilitas
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari infertilitas
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi
Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan
dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3 x /
minggu, tanpa mamakai matoda pencegahan selama 1 tahun.
Ada 2 jenis infertilitas :
1. Infertilitas primer : bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan sama
sekali.
2. Infertilitas sekunder : bila pasangan tersebut sudah pernah melahirkan namun setelah
itu tidak pernah hamil lagi.
B. Etiologi
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian
membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-
55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa
infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri.
Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain :
1. Pada wanita
a. Gangguan organ reproduksi
1) Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan membunuh
sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi sperma ke
vagina.
2) Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu
pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma
ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang
menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak
dapat masuk ke rahim
3) Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang
mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan
akhirnya terjadi abortus berulang
4) Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan
terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu
b. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal
seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki
pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapatterjadi karena adanya tumor
kranial, stress, dan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi
hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka
folicle mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gengguan ovulasi.
c. Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam
mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses
nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akiatnya fetus tidak dapat
berkembang dan terjadilah abortus.
d. Endometriosis
e. Abrasi genetis
f.Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
g. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan
pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ
reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.

2. Pada pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria
yaitu :
a. Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
b. Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
c. Abnormalitas ereksi
d. Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
e. Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi
penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
f. Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti cancer
g. Abrasi genetik

C. Manifestasi Klinis
1. Wanita
a)  Terjadi kelainan system endokrin
b) Hipomenore dan amenore
c) Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan
masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik
d) Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak
berkembang,dan gonatnya abnormal
e) Wanita infertil dapat memiliki uterus
f) Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi,
adhesi, atau tumor
g) Traktus reproduksi internal yang abnormal

2.  Pria
a) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,
radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
b) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
c) Hipertiroidisme dan hipotiroid
d) Tumor hipofisis atau prolactinoma
e)  Disfungsi ereksi
f) Ejakulasi retrograt
g) Hypo/epispadia
h) Mikropenis
i) Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
j) Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
k) Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
l) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
m) Abnormalitas cairan semen

D. Patofisiologi
1. Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan
stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak
adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium. Penyebab
lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan
bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya
cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi
fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi
tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas
ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi
proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi
genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia
tidak berkembang dengan baik.
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun
sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan,
infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya
menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus.

2. Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus
dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup
memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok,
penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma
dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang
mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya
akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang
mengakibatkan komposisi sperma terganggu.

E. Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik:
Perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat ( spt distribusi lemak tubuh dan rambut
yang tidak sesuai ).
Pemeriksaan System Reproduksi:
1. Wanita
a. Deteksi Ovulasi
1) Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature )
2) Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi
dan fisiologi serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat terjadinya
keadaan optimal getah serviks dalam menerima sperma
b. Analisa hormon
Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium – hipofisis – hipotalamus.
Dengan pengambilan specimen urine dan darah pada berbagai waktu selama siklus
menstruasi.

c. Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina
d. Uji pasca senggama
Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks ( 6 jam pasca
coital ).
e. Biopsy endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya
dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.
f. Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini
dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut
dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.
g. Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
h. Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan,
perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.

2. Pria
a. Analisa Semen
b. Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus,
hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan
bertujuna untuk menilai kadar hormon tesrosteron, FSH, dan LH.
c. USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat, vesikula
seminalis, atau seluran ejakulatori.

d. Biopsi testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis
memakai metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi.
e. Uji penetrasi sperma
f. Uji hemizona

F. Penatalaksanaan
1. Wanita
a. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendIr serviks puncak dan waktu yang
tepat untuk coital
b.Pemberian terapi obat, seperti;
1) Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
2) Terapi penggantian hormon
3) Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4) Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan
infeksi dini yang adekuat
c. GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
d. Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
e. Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
f. Pengangkatan tumor atau fibroid
g.  Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi

2.  Pria
a. Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun,
diharapkan kualitas sperma meningkat
b. Agen antimikroba
c. Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
d. HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
e.  FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
f.  Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
g. Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
h. Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
i.  Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan
nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
j. Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan 
Infertilitasadalahsuatukondisidimanapasangansuamiistribelummampumemilikianakwa
laupuntelahmelakukanhubunganseksualsebanyak 2-3kali dalamseminggudalamkurunwaktu
1 tahuntanpamenggunakankontrasepsi.
Berdasarkanuraiandiatasdapatdisimpulkanbahwapasangansuamiistridianggapinfertil
apabilamemenuhisyarat :
1.Pasangansuamiistriberkeinginanuntukmemilikianak.
2.  Selama 1 tahunataulebihberhubunganseks, istribelummendapatkehamilan.
3. Frekuensihubunganseks minimal 2-3 kali dalamsetiapminggunya.
4.  Istrimaupunsuamitidakpernahmenggunakanalatataumetodekontrasepsi, baikkondom,
obat-obatan, danalat lain yang berfungsi untukzmencegahkehamilan. 
B. Saran
1. Kepadaparapasanganusiasuburhendaknyamemeriksakansecararutinalatreproduksinya
agar jikaterjadimasalahdapatdideteksidengancepat.
2. Kepadatenagakesehatanhendaknyamampumemberikankonselingtentangkesehatanrepro
duksikepadapasanaganusiasubur (PUS).

DAFTAR PUSTAKA
 Djuwantoro,Tono. 2008.Hanya 7 hariMemahamiInfertilitas.Bandung:RefikaAditama
 Permadi. 2008. MengatasiInfertilitas. Bandung: PT Grafindo
 Wiknjosastro.Hanifa.2008.IlmuKandungan.Jakarta:
PT.BinaPustakaSarwonoPrawirohardjo.

    

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA FASE KLIMATERIUM


DANMENOPAUSE
DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VI

1. NURWAHIDA SULUGANA (PSW.B.2018.IB.00.28)


2. PUTRI ANDRIANI (PSW.B.2018.1B.00.29)
3. PUTRI EKALESTARI (PSW.B.2018.1B.00.30)
4. RESKY (PSW.B.2018.1B.00.31)
5. SANTI AYUPRADEWI (PSW.B.2018.1B.00.32)

YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE

AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA

KABUPATEN MUNA

2020

KATA PENGANTAR

Pujisyukurkitaucapkankepada Allah SWT yang


telahmelimpahkanrahmatdankarunianyasehingga kami dapatmenyelesaikanmakalah “ASKEB
IV” inidengansuksesdanlancar.Adapuntujuanpembuatanmakalah yang berjudul “Gangguan
Pada Masa Menopause dan klimakterium”
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Dan kami
mohonkritikdan saran daripembacauntuklebihmenyempurnakanmalakahini.
Kami  jugamemintamaafapabilaada yang
khilafbaikdalampengetikanmaupunpenyusunandarimakalahini.
Semogamakalah Gangguan Pada Masa Menopause dan
klimakterium inidapatbermamfaatbagikitasemua.

                                                                                      Raha, April  2020

                                                                                        Kelompok 6

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusanmasalah........................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1pengertian fase klimaterium dan menopause ..............................................3
2.1 patofisiologiklimateriumdan menopause………………………………...3
2.2 gejala-gejala klimakterium..........................................................................4
2.3 ganguan pada masa klimakterium……………………...............................5
2.4 gangguan pada masa momopause ..............................................................8
2.7 peningkatan kualitas hidup sesudah masa Reproduksi.............................11
2.6 cara mengatasi ganggua psikologi masa monopause................................13
2.8 manajemen kebidanan pada masa klimakterium dan menopause…………..15
BAB III ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU MENOPAUSE……..16
BAB IV PENUTUP
4.1 kesimpulan................................................................................................21
4.2 saran .........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa perkembangan anatomi dan fisiologi wanita normal melalui enam tahapan yaitu
masa puberitas, masa reproduksi, masa klimakterium damonoupouse serta masa senile.
Masa reproduksi merupakan masa terpenting dalam kehidupan wanita yang berlangsung
kira-kira tahun. Haid pada masa ini paling teratur dan bermakna untuk kemungkinan
kehamilan. Menjelang berakhirnya masa reproduksi ini disebut dengan masa
klimakterium yang merupakan masa peralihan dari masa reproduksi ke masa senium .
masa ini berlangsung beberapa tahun sebelum dan sesudah monopouse.
Kehidupan manusia dimulai sejak konsepsi hingga mennjelang akhir hayat dan ini
merupakan proses yang berkesinambungan serta tiada terbatas. Begitupun kehidupan
seorang perempuan. Segera setelah di lahirkan, secara fisiologis menjadi lebih tua.
Dengan bertambahnya usia maka jaringan – jaringan dan sel – sel tua, sebagian
mengalami regenerasi, tetapi sebagian lagi akan mati. Dilihat dari sudut pandang tersebut,
maka psikologi perkembangan juga dapat disebut sebagai psikologi orang menjadi tua.
Bagi sebagian orang, wanita menganggap masa menopause merupakan masa yang
menakutkan, tetapi sebagian lainnya dapat melalui masa ini dengan mulus. Bagi orang
yang merasa masa ini menakutkan akan membutuhkan pendamping yang mengerti dan
paham tentang kondisi dan permasalahan mereka.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Pengertian dari monoupouse dan klimakterium.
1.2.2 Gangguan Pada masa monoupouse dan klimakterium.
1.2.3 Penatalaksanaan gangguaan monoupouse dan klimakterium.
1.2.4 Gangguan pada masa senium.
1.2.5 Peningkatan kualitas hidup sesudah masa reproduksi.

1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan umum
Agar  mahasiswamengetahuidanmemahamiapa saja gangguan klimakterium
dan momopouse dan mampu membuat manajemen kebidanan klimakterium
1.3.2  Tujuan khusus
a.    Mahasiswadapatmempelajariapaitu masa monoupouse dan
klimakterium.
b.    Mahasiswadapatmempelajari apa saja gangguan pada masa
monopouse dan klimakterium.
c.    Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian sampai pelaksanaan
asuhankebidanan pada masa monopouse. 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dari Fase Klimakterium Dan Monopouse

Klimakterium merupakan masa yang bermula dari akhir tahap reroduksi  dan  berakhir


pada awal senium dan terjadi pada wanita berumr 40-65 tahun. Masa ini ditandai dengan
berbagai macam keluhan endrokinologis (prawirohardjo.2001).
Klimakterium  dimulaidariakhir fase reroduksisampaiawal fase senium. Masa
iniadalahsuatujangkawaktu dimana
wanitamenyesuaikandiridenganmenurunnyaproduksihormon-hormonolehindungtelur.
Masa klimakteriummeliputi masa premenopause, menopause, pasca menopause dan
ooforopause. Periodeiniberlangsungbeberapatahun, kadang-kadangsampailebihdari 10
tahun, antara usia 40 sampai 65 tahun.Premenopauseadalah masa 4 sampai 5
tahunsebelummenopause yang ditandaidenganadanyakeluhanklimakterium
dan perdarahan yang tidakteratur.
Menopause adalahkeadaan di manaseorangwanitasudahkehilanganmasasubur yang
ditandaidenganberhentinyamasamenstruasi. Menopause
disebabkanolehmenurunnyakadarhormonpadatubuhwanita. Menopause
merupakanperistiwa yang
harusdihadapidalamrentangkehidupanseorangwanita.Beberapawanitamerasatakutakandat
angnya menopause karenaakanmembuatmerekamerasatidakmenariklagi.
Merekajugasedihkarenasudahtidaksuburdantidakmudalagi.Namunsebagianlainnya, masa
menopause justrumembuatmerekamemilikikesempatanbarudalamhidupsecaraemosi, fisik,
seksual, dan spirit.Merekamalahantusiaskarenasudahterlepasdarikehamilandan PMS
(Sindromeprehaid).
2.2 PatofisiologiKlimaterium Dan Menopause
Patofisiologiklimateriumdisebabkanolehkurangbreaktifitasovariumterhadaprangsanga
n hormone estrogen dan progesterone.Hal
inidisebabkanolehkarenaovariummenjaditua.Bolehdianggapbahwaovariummenjadilebihd
ahulutuadaripadaalat-alattubuhlainnya.
Patofisiologi Menopauseyaitupadawanita menopause,
hilangnyafungsiovariumsecarabertahapakanmenurunkankemampuannyadalammenjawabr
angsanganhormon-hormonhipofisisuntukmenghasilkanhormon steroid.
Saatdilahirkanwanitamempunyaikuranglebih 750.000 folikel
primordial.Denganmeningkatnyausiajumlahfolikeltersebutakansemakinberkurang.
Padausia 40-44 tahun rata-rata jumlahfolikel primordial menurunsampai 8300 buah, yang
disebabkanolehadanya proses ovulasipadasetiapsiklusjugakarenaadanya apoptosis yaitu
proses folikel primordial yang matidanterhentipertumbuhannya. Proses
tersebutterjaditerus-menerusselamakehidupanseorangwanita, hinggapadausiasekitar 50
tahunfungsiovariummenjadisangatmenurun. Apabilajumlahfolikelmencapaijumlah yang
kritis, makaakanterjadigangguansistempengaturanhormon yang
berakibatterjadinyainsufisiensikorpusluteum,
siklushaidanovulatorikdanpadaakhirnyaterjadioligomenore.
Perubahan-perubahandalamsistemvaskularisasiovariumsebagaiakibat proses
penuaandanterjadinyasklerosispadasistempembuluhdarahovariumdiperkirakansebagaipen
yebabgangguanvaskularisasiovarium.
Apabila  folikelsudahtidaktersediaberartiwanitatersebuttelahmemasukimasa menopause.
Padausia menopause beratovariumtinggalsetengahsampaisepertigadariberatsebelumnya.
Terjadinya proses
penuaandanpenurunanfungsiovariummenyebabkanovariumtidakmampumenjawabrangsan
ganhipofisisuntukmenghasilkanhormon steroid (Speroff et al., 2005).
2.3 Gejala- Gejala Klimakterium
Gejala-gejala yang dialalami wanita menoupouse adalah akibat dari kadar esterogen
yang rendah. Dua gejala yang benar-benar menggambarkan gejala menoupouse adalah
muka merah (hot flushes) dan gejala vagina seperti rasa terbakar, kering dan dispareunia.
2.3.1 Muka Merah (Hot Flushes)
Pada waktu serangan muka merah, wanita mengalami perasaan panas yang
terpusat pada wajah, yang menyebar keleher dan dada dan mungkin keseluruh tubuh.
Flushing ini disertaidengan vasodilatasi perifer dan kenaikan suhu tubuh sebesar 3
derajat selsius.
Penyebab muka merah tidak diketahui. Muka merah berlangsung 1-3 menit
disertai keringat muka merah dapat terjadi beberapa kali siang dan malam jika terjadi
pada malam hari ketika sedang tidur, keringat cendrung banyak dan cendrung
terganggu. Kesokan harinya ia merasa lelah muka merah mungkin mlai beberapa
bulan sebelum menoupuse, tetapi lebih buruk setelah itu, dan mencapai puncak insiden
1-2 tahun setelah menoupouse. Kira kira sepertiga wanita klimakterium tidak
mengalami gejala atau mengalami gajala ringan saja sepertiga mengalami gejala
sedang tetapi  biasanya tidak mencari pengobatan. Dan sepertiga lainnya mengalami
gejala berat. Muka merah dapat menetap beberapa tahun setelah menopouse.
2.3.2 Gejala Vagina
Gejala-gejala vagina yang disebabkan kehilangan esterogen cendrung terjadi
terutama pada klimakterium. Biasanya pasien mengeluh vagina kering dan terasa
seperti terbakar. Tetapi beberapa wanita mengalami dispareunia berat yang dapat
mempengaruhi hubungan dengan pasangannya. Wanita yang berhubungan seksual
secara teratur lebih kecil kemungkinan mengalami dispareunia.
2.3.3 Gejala-Gejala Lain
Gejala lain yang disebabkan oleh menoupouse hannya sedikit. Beberapa
wanita menoupouse kehilangan minat terhadap sex tetapi hal ini mungkin lebih
disebabkan oleh hubungan mereka yag buruk sekalipun ada juga defisiensi hormon.
Berlawanan dengan kepercayaan umum, depresi tidak lebih sering terjadi pada masa
monoupouse ketimbang masa-masa lain. Ketika seorang wanita menjadi lebih tua kulit
nya menjadi kurang elastis, terutama karena kerusakan terhadap cahaya, berkurangnya
estrogen pada masa pasca menoupouse menyebabkan keriputan dan kekeringan
menjadi lebih nyata namun sampai derajat tertentu gangguan memberikan respon
terhadap terapi hormonal.
2.3 Gangguan Pada Masa Klimakterium
Klimakterium dan menoupouse merupakan hal-hal yang khas bagi manusia.
Pada mamalia yang rendah, fertilitas berlangsung terus sampai usia tua jadi, tidak ada
klimakterium dan menoupouse. Pada manusia pun klimakterium dan monoupouse
baru menjadi soal jika usianya cukup panjang. Secara endrokrinologis, klimakterik di
tandai oeh turunnya kadar esterogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin.
Menurunnya kadar esterogen mengakibatkan gangguan keseimbangan hormonal yang
dapat berupa gangguan siklus haid, gangguan neurofegetatif, gangguan psikis,
gangguan somatik, dan metabolik. Beratnya ganggua tersebut pada setiap perempuan
berbeda beda tergantung pada hal berikut :
1. penurunan aktivitas ovarium yang mengurangi jumlah hormon steroid seks
ovarium keadaan ini menimbulkan gejala-gejala klimakteri dini (gejolak panas,
keringatbanyak, dan vaginitis atrofikans) dan gejala-gejala lanjut akibat
perubahan metabolik yang berpengaruh pada organ sasaran (osteoporosis)
2. sosial budaya menentukan dan memberikan penampilan yang berbeda dari
keluhan klimakterik.
3. Psikologik yang mendasari kepribadian perempuan klimakterik itu, juga akan
memberikan penampilan yang berbeda dalam keluhan klimakterik.
2.3.1 Perdarahan Dalam Klimakterium/Perimenoupause
Siklus yang teratur terjadi akibat keseimbangan hormon yang tepat disertai
ovulasi yang regular. Pada peri menoupouse, tejadi perubahan level hormon, yang
mempengaruhi ovulasi jika ovulasi tidak terjadi, ovarium akan terus memproduksi
esterogen, dengan akibat penebalan endometrium. Hal ini akan menyebabkan
perdarahan irreguler ataupun spotin. Esterogen tampa pengaruh progesteron ini akan
memberi gambaran hiperplasia glandularis sistika.
Diagnosis perdarahan karena gangguan fungsi ovarium dalam klimakterium
tidak boleh dibuat sebelum sebab-sebab organik lain (mioma, polip, karsinoma)
disingkirkan seringkali pemeriksaan penunjang, seperti USG dan dilatasi kuretase,
diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan patologis.
Perhatian khusus perlu diberikan padakeadaan-keadaan tertentu seperti :
1. Perdarahan yang memerlukan penggantian pembalut tiap jam, selama24 jam.
2. Perdarahan yang berkepanjangan ( lebih dari 2 minggu).
3. Perdarahan yang terjadi setelah henti perdarahan selama 6 bulan (kecuali pada
pengguna terapi hormon).
4. Perempuan obese, menderita DM dan /atau hipertensi, karena beresiko tinggi
terjadinya kangker endometrium.
Perempuan dengan kelainan siklus pada saat klimakterium yang berupa
oligomenorhea atau hipomenorhea tidak diperlukan terap. Sebaliknya perdarah berlebih
perlu mendapatkan perhatian sepenuhnya. Dengan kerokan perlu dipastikan bahwa
perdarahan tidak berdasarkan kelainan organik.
2.3.2 Gangguan Neurovegetatif Dan Gangguan Psikis.
Gangguan psikis pada masa sebelum menoupouse menonjol pada tahun pertama
dan berakhir selama 5 tahun. Gejala berupa nervouse, kecemasan, irritable, depresi, dan
insomia. Penyebab gangguan psikis ini belum diketahui secara pasti, diperkirakan
karena rendahnya kadar esterogen, setelah diketahui, bahwa steroidsek sangat berperan
karena rebdahnya kadar esterogen. Telahdiketahui, bahwa steroid sex sangat berperan
terhadap  fungsi susunan saraf pusat, terutama terhadap perilaku, suasana hati, serta
fungsi kognitifdan sensorik seseorang. Dengan demikian, tidak heran jika terjadi
penurunan sekresi steroid sex, timbul perubahan psikis yang berat dan perubahan fungsi
kognitif.
Penurunan libido sangat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti perasaan,
lingkungan, faktor hormonal. Faktor kejiwaan dan sosio kultural juga berperan dalam
hal menimbulkan gangguan kejiwaan ini merasa kehilangan rasa feminim suami yang
mulai lebih mencintai kerja, anak-anak yang mulai meninggalkan rumah(empty nest
syndrome) dan merasa hidup sudah akan berakhir.
2.3.3 Penanggulangan
Keluhan ringan diatasi dengan konseling yang baik. Sebaiknya pada keluhan
yang cukup berat, terapi hormonal mungkin dibutuhkan terhadap “hot flushes”,
semburan panas dan banyak berkeringat. Tujuanterapi hormonal ialah mengurangi
keluhan sesegera mungkin dengan dosis sekecil mungkin, dengan masa pengobatan
sesingkat mungkin. Sikap ini diambil karena adanya kecemasan terhadap kemungkinan
bahwa esterogen dapat menyebabkan atau mempercepat timbulnya karsinoma jika
diberikan dalam jangka panjang. Disamping itu pemberian esterogen dosis tinggi dan
terlalu lama dapat mengakibatkan perdarahan, sehingga muncul kesulitan untuk
menentukan arah perdarahan disebabkan pengaruh hormon atau karena timbulnya
karsinoma. Pengaruhesterogen terhadap penyakit tromboemboli perlu juga mendapat
perhatian .
Esterogen dapat diberikan dalam bentuk diestil stilbestrol, etinilestrdiol,
estradiol,valeriat, estriol(ovestin), atau estrogen konjugasi (conjugated estrogen).
Esterogen konjugasi dapat diberikan dalam dosis yang cukup tinggi tampa
menimbulkan perdarahan endometrium karena tidak menyebabkan proliferasi
endometrium.
Pemberian esterogen selama 3 minggu, kemudian dihentikan untuk 1 minggu,
dan selanjutnya cara ini diulangi, sampai terapi tidak dibutuhkan lagi. Namun, beberapa
penulis menganjurkan untuk memberikan esterogen dengan kombinasi dengan
progestron secara bersamaan atau berturut-turut atas pertimbangan bahwa efek
hiperplastik esterogen terhadap endometrium dicegah dengan pemberian progesteron.
Dengan demikian, kemungkinan perdarahan yang tidak teratur dapat dikurangi.

2.4 Faktor-FaktorYang Mempengaruhi Menopause

MenurutBaziad, 2008, p.116. Saatmasuknyaseorangdalamfase menopause


sangatberbeda –beda. Faktorgenetikkemungkinanberperanterhadapusia menopause.
Faktor-faktornyayaitu :

1. Menarche (umurhaidpertama kali)


Beberapapenelitianmenemukanhubunganantaraumurpertamamendapathaidpertama
denganumursewaktumemasuki
menopause.Semakinmudaumursewaktumendapathaidpertama kali,
semakintuausiamemasukimenopause.
2. Kondisikejiwaandanpekerjaan

Ada peneliti yang menemukanpadawanita yang tidakmenikahdanbekerja,


umurmemasuki menopause lebihmuda disbanding denganwanitasebaya yang
tidakbekerjadanmenikah.

3. Jumlahanak
Meskipunkenyataaninimasihkontronersial, adapeneliti yang menemukan,
semakinseringmelahirkan.makintuabarumemasukiusia menopause.
Kelihatanyakenyataaninilebihterjadipadagolonganekonomiberkecukupandibanding
kanpadagolonganmasyarakatekonomikurangmampu.

4. PenggunaanObat-obatKeluargaberencana (KB)
Karenaobat-obat KB menekanfungsi hormone dariindungtelur, kelihatannyawanita
yang menggunakanpil KB lebih lama barumemasukiumurmenopause.

5. Merokok
Wanitaperokokkelihatannyaakanlebihmudamemasukiusia menopause
dibandingkandenganwanita yang tidakmerokok.
6. Cuacadanketinggiantempattinggaldaripermukaanlaut
Dari penelitian yang masihsedikitdilakukan, kelihatannyawanita yang
tinggaldiketinggianlebihdari 2000-3000m daripermukaanlautlebihcepat 1-2
tahunmemasukiusia menopause dibandingdenganwanita yang
tinggaldiketinggian<1000m daripermukaanlaut.

7. Sosial-ekonomi
Sepertijugausiapertamamendapathaid, menopause
jugakelihatannyadipengaruhiolehfaktor status sosial-ekonomi,
disampingpendidikandanpekerjaansuami.

2.4.1 Masalah defisiensi Hormonal


Masalah defisiensi hormonal pada usia monoupouse diakibatkan oleh
menurunnya produksi hormon esterogen ovarium karena jumlah foikel yang aktif
sampai menghilangnya produksi esterogen ovarium akibat sudah tidak ada sama sekali
folikel yang masih aktif di ovarium.
2.4.2 Gejala Perubahan Pola Haid

Perubahan pola haid sering terjadi pada masa perimonoupose . pada saat ini
sensitivitas ovarium terhadap gonsdotropin berkurang sehingga ovulasi mulai tidak
teratur. Esterogen akan lebih dominan, ditambah lagi oleh pembentukan aromatisasi
ekstraglanduler, menyebabkan endometrium menerima ransangan esterogen yang
berkepanjangan, sehingga terjadi proliferasi yang berlebihan dari kelenjer
endometrium (hiperplasia)yang dapat berkembang menjadi karsinoma endometrium.

2.4.3 Gejala Gangguan Vasomotor


Gejala ini di sebut hot flushes yang terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun
setelah berhentinya haid. Secara subjektif perempuan akan merasakan seperti adanya
semburan rasa panas yang bermula pada wajah, leher dan dada berlangsung 1-2 menit
diringi sakit kepala, pusing, dan mual.
Pada serangan hot flushes nadi akan meningkat 13% tampa disertai peningkatan tekanan
darah, suhu tubuh meningkat 0,70 c.

2.4.4 Gejala Kelainan Metabolik


1. Kelainan metabolisme lemak dan penyakit jantung koroner
Pada monoupousekadar esterogen berkurang sehingga produksi HDL berkurang dan
LDL , kolesterol meningkat. HDL bersifat kardioprotektif, sedangkan LDL dan
kolesterol mengakibatkan kekakuan pembuluh darah sehingga resiko penyakit jantung
koroner meningkat.
2. Kelaianan metabolisme mineral dan osteoporosis. Proses osteoporosis pada dasarnya
akibat kegagalan aktivitas osteoblas, peningkatan absorbsi kalsium dan
ketikseimbangan kalsium berkepanjangan. Diperkirakan ada reseptor esterogen pada
osteoblas dimana dengan pemberian esterogen pada osteoblas akan merangsang
osteoblas dalam pembentukan tulang baru terutama medula. Esterogen juga menekan
aktivitas osteoklas untuk mengabsorbsi kalsium pada tulang.
3. Progesteron dimana bersifat membangun tulang dengan merangsang osteoklas untuk
menyimpan massa tulang.Gejala Atrofi UrogenitalBerkurangnya esterogen
mengakibatkan perubahan pada jaringan kolagen, epitel, yang menyebabkan cairan
ekstraseluler berkurang.Berkurangnya kolagen dan hialurudinase pada kulit akan
menyebabkan berkurangnya aliran darah pada kulit sehingga produksi sebum dari
kelenjer akan berkurang maka, penampakan kulit pada menoupouse akan kasar dan
keriputDampak yang ditimbulkan pada traktus genetalis akibat kekurangan esterogen
antara lain vaginitis, senili, kering pada vagina, keputihan, perasaan perih dan terbakar
pada vulva perasaan panas dan perih saat miksi  .

2.6 Peningkatan Kualitas Hidup sesudah masa Reproduksi


Harapan hidup perempuan indonesia sekitar 67 tahun, yakni 20 tahunsetelah
masa reproduksi, dengan dihadapkan pada pola penyakit yang khas klimakterium dan
senium, seperti osteoporosis, kangker alat reproduksi, penyakit jantung, dan
kardiovaskular, dan infeksi saluran kemih.
Jumlah penduduk yang berusia diatas 60 tahun di perkirakan 8 % perempuan
lebih banyak dari lelaki, maka dari itu selai memperhatikan kesehatan reproduksi, perlu
pula mengella pasca reproduksi.  Dalam menunjang kesehatan pasca reproduksi, tetap di
perlukan evaluasi kesehatan secara berkala.
Pemeriksaan kesehatan yang direkomendasikan pada usia 46-65 tahun meliputi
anamnesis lengkap dan pemeriksaan fisik, yang difokuskan pada daerah yang
mengalami transisi saat menoupouse seperti sistem neuroendokrin dan traktus
genitouria. Gejala yang timbul adalah seperti semburan panas, gangguan tidur, mood
dan memory perubahan kulit dan rambut, inkontinensia urin, disparenia, dan fungsi
seksual.
Pemeriksaan fisik: indeks masa tubuh perbandingan lingkar pinggang dan
pinggul, tekanan darah pemeriksaa kulit, gondok, buah dada, dan sistem kardiovaskular.
Pemeriksaan pelvis kekuatan otot dasar panggul, hormon FSH, darah lengkap
gula darah, profilipid, pap smear, densitas tulang.
Setelah dilakukan penilaian ditentukan kebutuhan pemeriksaan secara berkala serta
kebutuhan terapi, seperti :
a. Terapi sulih Hormon
Pemberian hormon esterogen dalam klimakterium dapat mengobati gejala
neurovegetatif, mencegah osteoporosis dan fraktur, memperbaiki kelenturan kulit dan
memperlambat atrofi jaringan kandungan dan urethra.
Peningkatan kejadian penyakit jantung sesudah menopouse mdihubungkan dengan
penurunan esterogen. Oleh karena itu, diduga bahwa pemberian estrogen dapat
mengurangi kejadian penyakit jantung. Berlainan dengan dulu, rupanya estrogen perlu
diberikan dengan jangka panjang.
b. alternatif
telah dikembangkan beberapa macam obat untuk mencegah kehilangan masa tulang
seperti tibolone, alendronate, resitronate,vitoestrogen.
Bagi yang menolak untuk menggunakan HRT oleh berbagai alasan, tersedia berbagai
alternatif tersebut.
Tibolone adalah : steroid sintetik yang kerjanya menyembuhkan semburan panas,
memperbaiki atrofi vagina, mencegah kehilangan masa tulang, dengan efektifitas
hampir sama dengan HRT tapi tidak menyebabkan proliferasi endometrium.
Selain steroid sintetis tersebut, penggunaan vitoestrogen menurunkan keluhan
klimakterik sampai 30 %, meningkatkan masa tulang samoai dengan 60%
dibandingkan terapi esterogen.
Upaya peningkatan kualitas hidup pada usia tua dapat terwujud dengan pemeriksaan
rutin secara teratur (6 bulan sekali). Perlu pengaturan diet dan olah raga teratur
secukupnya.
Sudah saatnya mengalahkan penggunaan klinik klimakterium yang didukung berbagai
tenaga spesialis, ginekologi, endokrinologi, penyakit dalam, kardiologi, ortopedi,
psikologi, sikiater ahli gizi.
Sanagat diharapkan dukungan masyarakat dan pemerintah untuk kebutuha  perempuan
lanjut usia secara medis dan sosial.
2.7 Adapun beberapa cara untuk mengatasi gangguan psikologi pada masa
menopause adalah sebagai berikut :
a. Terapi Sulih Hormon ( TSH )
Pengaruh obat hormon dalam terapi sulih hormon ( TSH ) bagi wanita menopause
hingga saat ini mengandung pro dan kontra. Sementara penelitian tentang TSH masih
terus dilakukan.

b.Pola Hidup Sehat


Upaya menciptakan pola hidup sehat terutam di lakukan dengan mengatur menu
makanan dan pola makan seimbang. Banyak menu makan sayuran hijau, buah biji –
bijian , vitamin dan serat makanan itu akan membantu pencernaan dan metabolisme
tubuh. Selain itu juga, makanan yang dianjurkan adalah makanan yang rendah lemak
jenuh, rendah kolesterol, kadar gula dan garam yang tidak berlebihan, cukup kalsium
dan zat besi, serta cukup vitamin dan serat.

c.Olahrag
Merupakan kegiatan yang sangat penting untuk mempertahankan
kebugaran. Olahraga yang teratus akan menyehatkan jantung dan tulang, mengatur berat
badan, menyegarkan tubuh, dan memperbaiki suasana hati.

d.Menerima dengan lapang dada bahwa proses penuaan tidak dapat dihindari
dan masa menopause adalah sesuatu hal yang sangat alamiah yang dialami
oleh setiap wanita.

e.Hadapi masalah yang ada satu persatu,jangan sekaligus, berdasarkanprioritas.


f.Untuk sementara masalah Menopause yang menimbulkan perasaan khawatir
itu dihilangkan dan memusatkan pikiran pada sesuatu hal yang sangatberbeda
dan menyenangkan.

g.Menulis memo untuk diri sendiri untuk mengeluarkan semua unek-unek


mengenai situasi perubahan fisik dan psikologik yang menimbulkankekawatir, sikap-sikap
orang dilingkungan anda dsb. Anda akan merasalebih enak dan dapat berpikir lebih rasional
setelah emosi-emosi negatif mendasarikhawatir bisa terekspresikan dalam memo itu.
h.Menyesuaikan sikap. Tanyalah pada diri sendiri,hikmah positif apa yangdapat
dipelajari saat masa menopause harus dihadapi .

2.8 Manajemen Kebidanan Pada Masa Klimakterium


Bagaimana bidan menghadapi masalah klimakterium ditengah masyarakat. Seperti
dikemukakan bahwa hanya sekitar 25% wanita mengeluh karena terjadi penurunan
estrogen tubuh dan memerlukan tambahan hormon sebagai substitusi.
Pemberian substitusi hormon tampa diikuti pengawasan ketat adalah berbahaya
karena bidan dapat mengambil langkah:
a. Melakukan KIEM sehingga wanita dengan keluhan menopousedapat
memeriksakan dapat memberikan diri ke dokter puskesmas.
b. bidan berkonsultasi dengan dokter puskesmas atau dokter ahli.
c. setelah pengobatan, bidan dapat meneruskan pengawasan.
d.bidan dapat merujuk penderia kerumah sakit.
Gangguan-gangguan endokrin : kelenjer endokrin dikeluarkan oleh seluruh tubuh
dan bertanggung jawab untuk mengontrol fungsi internal tubuh dan reproduksi
banyak hormon, penyakit dan rasa sakit, yang berefek seperti glans yaitu pituitari,
hipotalamus, tiroid dan adrenal mempunyai dampak yang signifikan pada seksual
wanita. 

BAB III PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Masa reproduksi merupakan masa terpenting dalam kehidupan wanita yang
berlangsung kira-kira tahun. Haid pada masa ini paling teratur dan bermakna untuk
kemungkinan kehamilan. Menjelang berakhirnya masa reproduksi ini disebut dengan
masa klimakterium yang merupakan masa peralihan dari masa reproduksi ke masa
senium . masa ini berlangsung beberapa tahun sebelum dan sesudah monopouse
Klimakterium merupakan masa yang bermula dari akhir tahap
reroduksi  dan  berakhir pada awal senium dan terjadi pada wanita berumr 40-65 tahun.
Masa ini ditandai dengan berbagai macam keluhan endrokinologis (prawirohardjo.2001).
Menopauseartinyaberhentihaid, terjadidalam masa klimakterium pada usiasekitar
50 tahun.Pascamenopauseadalah masa 3 – 5
tahunsetelahmenopause.Ooforopause adalahsaatovariumkehilangan sama
sekalifungsihormonalnya.Klimaterium dan Menopause  sebagai bagian dari proses
kehidupan memang tidak dapat dihindari. Menopause dan klimaterim bukanlah suatu
penyakit, namun merupakan tahap yang tidak dapat dihindari pada kehidupan wanita.
Beberapa gangguan yang terjadi pada masa  menopause yaitu: gangguan daya ingat,
proses berpikir, gangguan Sensorik dan kognitif, gangguan kesadaran, gangguan
Orientasi, dan gangguan fungsi intelektual.

4.2 Saran
Masa menopause dan klimaterium adalah suatu proses alamiah yang pasti dialami oleh
setiap wanita. Untuk menghadapinya agar tidak timbul gangguan emosional yang pada
dirinya maupun lingkungan, wanita perlu mengembangkan pikiran yang positif agar
dapat mempersiapkan diri dengan menjaga kesehatan fisik dan mental secara menyeluruh
sejak masih muda, juga memperluas wawasan pengetahuan tentang masalah menopause. 
  

DAFTAR PUSTAKA

 Prawirohardjo, Sarwono.2011. Ilmu Kandungan Edisi 3. PT Bina Pustaka Sarwono


Prawiroharjo:Jakarta
 Llewellyn, Derek dkk. Dasar-DasarObstetri & Ginekologi Edisi 6
 www. Scribd.com
MAKALAH

PERDARAHAN DI LUAR HAID

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK VII

 SARAH ANGGRIANI
 SRI RAHMADANIAH
 WA ODE ELSA
 WA ODE ESI RAHMAYANTI
 WA ODE TARISA
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE

AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA

KABUPATEN MUNA

2019/2020

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyusun dan  menyelesaikan makalah yang berjudul
”Perdarahan diluar Haid’’.
            Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ASKEB IV. Penulis
menyadari dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak, maka dalam kesempatan ini penulis  mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan makalah ini.
            Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.
            Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya
bagi pembaca.

                                                                                                          Raha,8 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR .................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang  ......................................................................................................  
1.2  Rumusan Masalah  .................................................................................................
1.3  Tujuan  ...................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1.PengertianPerdarahan Diluar Haid..........................................................................
2.2  Macam-macam Perdarahan diluar haid....................................................................
2.3  Penyebab Perdarahan diluar haid..............................................................................
1. Polip Serviks...............................................................................................................
2. Erosi Portio..................................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1   Kesimpulan ...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik, dinamakan
perdarahan disfungsional.Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara
menarche dan menopause.Tetapi kelainan inui lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan
dan masa akhir fungís ovarium.
Dua pertiga wanita dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan
disfungsional berumur diatas 40tahun, dan 3 % dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek
dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan ini
biasanya dapat sembuh sendiri, jarana diperlukan perawatn di rumah sakit.

1.2  Rumusan Masalah


1.      Apa itu Perdarahan diluar haid ?
2.      Macam-macam Perdarahan diluar haid ?
3.      Penyebab perdarahan diluar haid ?
4.      Penanganan Perdarahan diluar haid ?

1.3  Tujuan
Tujuan Umum :
1.Untuk mengetahui mengenai Perdarahan diluar haid
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui pengertian perdarahan diluar haid
2. Mengetahui penyebab perdarahan diluar haid
3. Mengetahui penanganan perdarahan diluar haid

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.PengertianPerdarahan Diluar Haid


Perdarahan bukan haid adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid.

2.2 Macam-macam Perdarahan diluar haid


Ada dua macam perdarahan di luar haid yaitu :

1. Metroragia
Metriragi adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus haid.
Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting dan dapat lebih
diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik
( polip endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma serviks ), kelainan fungsional dan
penggunaan estrogen eksogen.

2. Menoragia
Menoragia adalah Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah
darah kadang-kadang cukup banyak. Penyebab dan pengobatan kasus ini sama dengan
hipermenorea.

2.3 Penyebab Perdarahan diluar haid

1. Polip Serviks
a)      Pengertian
Polip adalah tumor bertangkai yang kecil dan tumbuh dari permukaan mukosa (Denise
tiran : 2005 ).
Servikal polip adalah polip yang terdapat dalam kanalis servikalis (Denise tiran:2005 )

b)      Gejala umum bentuk abnormal tersebut, yaitu :


 Tanpa gejala
Polip serviks bias saja dialami seseorang tanpa ia tau kalau sebenarnya ia memiliki
polip serviks,
 Leukorea yang sulit disembuhkan
Jika sudah digunakan berbagai macam obat, dan personal hygine telah dijaga tetapi
leokorea belum juga sembuh.
 Terasa discomfort dalam vagina
Yaitu perasaan tidak nyaman dalam vagina, baik setelah buang air maupun dalam
kondisi biasa.
 Kontak berdarah
Misalnya vagina selalu mengeluarkan darah setelah melakukan hubungan seks.Perlu
dijurigai adanya polip serviks.
 Terdapat infeksi

c)      Dasar diagnosis


 Berdasarkan keluhan yang dikemukakan.
 Diagnosis karena kebetulan memeriksakan.
 Pada pemeriksaan inspekulum dijumpai :
 Jaringan bertambah
 Mudah berdarah
 Terdapat pada vagina bagian atas

d)     Penatalaksanaannya
Polip hanya dipelintir sampai putus, kemudian tangkainya di kuret.Tindakan dilakukan
dalam pembiusan umum (general anasthesia).Selanjutnya jaringan polip dikirim ke
laboratorium patologi guna memastikan bahwa histologis-nya jinak/sesuai dengan gambaran
jaringan polip serviks.Kemungkinan ganasnya kecil.
2. ErosiPortio

a)      Pengertian
Erosio porsiones (EP) adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada
daerah porsio serviks uteri (mulut rahim). Penyebabnya bisa karena infeksi dengan kuman-
kuman atau virus, bisa juga karena rangsangan zat kimia /alat tertentu; umumnya disebabkan
oleh infeksi.
Erosi porsio atau disebut juga dengan erosi serviks adalah hilangnya sebagian / seluruh
permukaan epitel squamous dari serviks.Jaringan yang normal pada permukaan dan atau
mulut serviks digantikan oleh jaringan yang mengalami inflamasi dari kanalis serviks.
Jaringan endoserviks ini berwarna merah dan granuler, sehingga serviks akan tampak merah,
erosi dan terinfeksi. Erosi serviks dapat menjadi tanda awal dari kanker serviks.
Erosi serviks dapat dibagi menjadi 3:
1)      Erosi ringan : meliputi ≤ 1/3 total area serviks
2)      Erosi sedang : meliputi 1/3-2/3 total area serviks
3)      Erosi berat : meliputi ≥ 2/3 total area serviks.

b. Penyebab erosi serviks :


1.Level estrogen
erosi serviks merupakan respons terhadap sirkulasi estrogen dalam tubuh.
 Dalam kehamilan : erosi serviks sangat umum ditemukan dalam kehamilan karena
level estrogen yang tinggi. Erosi serviks dapat menyebabkan perdarahan minimal
selama kehamilan, biasanya saat berhubungan seksual ketika penis menyentuh serviks.
Erosi akan menghilang spontan 3-6 bulan setelah melahirkan.
 Pada wanita yang mengkonsumsi pil KB : erosi serviks lebih umum terjadi pada
wanita yang mengkonsumsi pil KB dengan level estrogen yang tinggi.
 Pada bayi baru lahir : erosi serviks ditemukan pada 1/3 dari bayi wanita dan akan
menghilang pada masa anak-anak oleh karena respon maternal saat bayi berada di
dalam Rahim
 Wanita yang menjalani Hormon Replacement Therapy (HRT): karena penggunaan
estrogen pengganti dalam tubuh berupa pil, krim , dll.

2. Infeksi
teori bahwa infeksi menjadi penyebab erosi serviks mulai menghilang.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa infeksi tidak menyebabkan erosi, tapi kondisi erosi akan
lebih mudah terserang bakteri dan jamur sehingga mudah terserang infeksi.
3. Penyebab lain
infeksi kronis di vagina, douche dan kontrasepsi kimia dapat  mengubah level
keasaman vagina dan sebabkan erosi serviks. Erosi serviks juga   dapat disebabkan karena
trauma (hubungan seksual, penggunaan tampon, benda asing di vagina, atau terkena
speculum).

c. Gejala erosi serviks :


 Mayoritas tanpa gejala
  Perdarahan vagina abnormal (yang tidak berhubungan dengan siklus menstruasi) yang
terjadi :
 Setelah berhubungan seksual (poscoital)
 Diantara siklus menstruasi
 Disertai keluarnya cairan mucus yang jernih / kekuningan, dapat berbau jika
disertai infeksi vagina
 Erosi serviks disebabkan oleh inflamasi, sehingga sekresi serviks meningkat secara
signifikan, berbentuk mucus, mengandung banyak sel darah putih, sehingga ketika
sperma melewati serviks akan mengurangi vitalitas sperma dan menyulitkan
perjalanan sperma. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya infertilitas pada wanita.

d. Penanganan erosi portio


 Memberikan albotyl di sekitar Erosio pada portio.
 Melakukan penatalaksanaan pemberian obat.
 Lyncopar 3 x 1 untuk infeksi berat yang disebabkan oleh bakteri /streptokokus
pneomokokus stafilokokus dan infeksi kulit dan jaringan lunak.
 Ferofort 1 x 1 berfungsi untuk mengobati keputihan
 Mefinal 3 x 1 berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit
3. Ulkus porsio

a) Pengertian

Ulkus portio adalah suatu pendarahan dan luka pada portio berwarna merah dengan
batas tidak jelas pada ostium uteri eksternum .
b) Etiologi

Penggunaan IUD, pemakaian pil, perilaku seksual yang tidak sehat, trauma.

c) Patofisiologi

Proses terjadinya ulkus portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar misalnya
IUD.IUD yang mengandung polyethilien yang sudah berkarat membentuk ion Ca, kemudian
bereaksi dengan ion sel sehat PO4 sehingga terjadi denaturasi / koalugasi membaran sel dan
terjadilah erosi portio. Bisa juga dari gesekan benang IUD yang menyebabkan iritasi lokal
sehingga menyebabkan sel superfisialis terkelupas dan terjadilah ulkus portio dan akhir nya
menjadi ulkus.Dari posisi IUD yang tidak tepat menyebabkan reaksi radang non spesifik
sehingga menimbulkan sekresi sekret vagina yang meningkat dan menyebabkan kerentanan
sel superfisialis dan terjadilah erosi portio.Dari semua kejadian ulkus portio itu menyebabkan
tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis menyebabkan metastase keganasan leher
rahim.

d) Gejala

 Adanya fluxus
 Portio terlihat kemerahan dengan batas tidak jela
 Adanya kontak berdarah
 Portio teraba tidak rata

e) Penanggulangan

1) Membatasi hubungan suami istri

Adanya ulkus porsio membuat porsio mudah sekali berdarah setiap kali mengalami
gesekan sekecil apapun, sehingga sebaiknya koitus dihindari sampai ulkus sembuh.

2) Menjaga kebersihan vagina

Bila kebesihan vagina tidak dijaga, maka akan dapat memperburuk kondisi porsio,
sebab akan semakin rentan terkena infeksi lainnya.

3) Lama pemakaian IUD harus diperhatikan.

4. Trauma
a) Pengertian

Trauma adalah dari aspek medikolegal sering berbeda dengan pengertian


medis.Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya diskontinuitas
dari jaringan.

Sedangkan dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau
benda yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang.Artinya orang yang sehat,
tiba-tiba terganggu kesehatannya akibat efek dari alat atau benda yang dapat menimbulkan
kecederaan.

b) Penyebab

Trauma yang menyebabkan perdarahan di luar haid contohnya yang sering terjadi
pada akseptor IUD dan usai berhubungan intim (utamanya pada wanita yang telah
menopause). Tempat perlukaan yang paling sering akibat koitus adalah dinding lateral
Vagina, vorniks posterior dan kubah Vagina (setelah histerektomi).

c) Gejala

Nyeri vulva dan vagina, perdarahan dan pembengkakkan merupakan gejala-gejala


yang paling khas. Kemungkinan gejala lainnya adalah kesulitan dalam urinasi dan ambulasi

d) Penanganannya

Penanganannya sesuai dengan penyebabnya , misalnya trauma yang disebabkan


translokasi IUD, maka IUD nya harus dicabut, dan diganti dengan alat kontrasepsi
lain.Sedangkan buat para wanita yang menopause yang mengalami perdarahan setelah koitus,
bisa diberi terapi hormon.

5. Polip endometrium

a) Pengertian

Polip endometrium juga disebut polip rahim.Ia adalah pertumbuhan kecil yang
tumbuh sangat lambat dalam dinding rahim. Mereka memiliki basis datar besar dan mereka
melekat pada rahim melalui gagang bunga memanjang.Bentuknya dapat bulat atau oval dan
biasanya berwarna merah.Seorang wanita dapat memiliki polip endometrium satu atau
banyak, dan kadang-kadang menonjol melalui vagina menyebabkan kram dan
ketidaknyamanan.Polip endometrium dapat menyebabkan kram karena mereka melanggar
pembukaan leher rahim.Polip ini dapat terjangkit jika mereka bengkok dan kehilangan semua
pasokan darah mereka.Ada kejadian langka saat ini polip menjadi kanker.Wanita yang telah
mengalaminya terkadang sulit untuk hamil.

Tidak ada penyebab pasti dari polip endometrium, tetapi pertumbuhan mereka dapat
dipengaruhi oleh kadar hormon, terutama estrogen. Seringkali tidak ada gejala, tetapi
beberapa gejala dapat diidentifikasi terkait dengan pembentukannya.

 Sebuah kesenjangan antara perdarahan haid


 Tidak teratur atau perdarahan menstruasi yang berkepanjangan
 Perdarahan haid yang terlalu berat
 Rasa sakit atau dismenore (nyeri dengan menstruasi)

c) Diagnosa dan Pengobatan

Polip endometrium dapat dideteksi melalui pelebaran dan kuretase (D & C), CT scan,
ultrasound atau histeroskopi.Histeroskopi adalah prosedur dimana lingkup kecil dimasukkan
melalui leher rahim ke dalam rongga rahim untuk mencari polip atau kelainan rahim lainnya.

Polip endometrium dapat dihapus dan diobati melalui operasi dengan menggunakan
kuretase atau histerektomi. Jika kuretase dilakukan, polip dapat terjawab tapi untuk
mengurangi risiko ini, rahim biasanya dieksplorasi oleh histeroskopi pada awal proses bedah.
Sebuah polip besar dapat dipotong menjadi bagian-bagian sebelum sepenuhnya
disingkirkan.Jika ditemukan polip menjadi kanker, histerektomi harus dilakukan.Ada
probabilitas tinggi kekambuhan polip bahkan dengan perawatan di atas.

d) Komplikasi dan Faktor Risiko

Polip endometrium biasanya sel jinak.Mereka dapat menjadi prakanker atau kanker.
Sekitar 0,5 persen dari polip endometrium mengandung sel-sel adenokarsinoma. Sel-sel ini
akhirnya akan berkembang menjadi kanker. Polip dapat meningkatkan risiko keguguran pada
wanita yang menjalani fertilisasi in vitro dalam perawatan.Jika mereka berkembang dekat
saluran telur, mereka dapat menjadi penyebab kesulitan dalam menjadi hamil.
Polip rahim biasanya terjadi pada wanita di usia 40-an dan 50-an. Wanita yang
memiliki faktor risiko tinggi adalah mereka yang mengalami obesitas, memiliki tekanan darah
tinggi. dan memiliki sejarah polip serviks dalam keluarga mereka.

Terapi penggantian hormon dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya polip


endometrium.Wanita yang menggunakan hormonal Intra Uterine Device yang tingkat tinggi
levonorgestrel dapat mengurangi kejadian polip.Satu dari setiap sepuluh perempuan dapat
memiliki polip endometrium, dan diperkirakan bahwa sekitar 25 persen dari mereka yang
mengalami pendarahan vagina abnormal memiliki polip endometrium.

Merawat perdarahan vagina yang tidak beraturan

Perawatan untuk perdarahan vagina yang tidak teratur tergantung pada penyebab yang
mendasarinya.Setelah penyebabnya ditentukan, dokter memutuskan apakah perawatan
sebenarnya perlu.Adakalanya, semua yangdiperlukan adalah mengesampingkan penyebab-
penyebab yang membahayakan dan untuk menentukan bahwa perdarahan vagina yang tidak
teratur tidak cukup mengganggu wanitanya untuk diberikan obat atau perawatan.Jika
persoalan-persoalan tiroid, hati, ginjal, atau pembekuan darah ditemukan, perawatan
diarahkan menuju kondisi-kondisi ini.

Obat-obat untuk perawatan dari perdarahan vagina yang tidak teratur tergantung pada
penyebabnya. Contoh-contoh digambarkan dibawah:

 Jika penyebab dari perdarahan adalah ketiadaan dari ovulasi (anovulation), dokter-
dokter mungkin meresepkan progesterone untuk diminum pada interval-interval yang
teratur, atau obat pencegahan kehamilan oral, yang mengandung progesterone, untuk
mencapai keseimbangan hormon yang tepat. Perawatan sejenis ini secara dramatis
mengurangi risiko kanker kandungan pada wanita-wanita yang tidak berovulasi.
 Jika penyebab dari perdarahan vagina yang tidak teratur adalah perubahan prakanker
pada lapisan kandungan, obat-obat progesterone mungkin diresepkan untuk
mengurangi pembentukan dari jaringan-jaringan lapisan kandungan yang prakanker
dalam usaha untuk menghindari operasi.
 Jika seorang wanita telah berada tanpa mens-mens untuk kurang dari enam bulan dan
berdarah secara tidak teratur, penyebabnya mungkin adalah transisi menopause.
Selama transisi ini, seorang wanita adakalanya ditawarkan obat pencegah kehamilan
oral untuk menegakan pola perdarahan yang lebih teratur, untuk menyediakan
kontrasepsi sampai ia menyelesaikan menopause, dan untuk membebaskan rasa panas
(hot flashes). Seorang wanita yang ditemukan menopause sebagai penyebab dari
perdarahan yang tidak teraturnya mungkin juga menerima nasehat menopause jika ia
mempunyai gejala-gejala yang menyusahkan.
 Jika penyebab dari perdarahan vagina yang tidak teratur adalah polip-polip atau
pertumbuhan-pertumbuhan jinak lainnya, ini adakalanya dikeluarkan secara operasi
untuk mengontrol perdarahan karena mereka tidak dapat dirawat dengan obat.
 Jika penyebab dari perdarahan adalah infeksi, antibiotik-antibiotik adalah perlu.
Perdarahan selama kehamilan memerlukan evaluasi darurat oleh seorang dokter
kandungan (obstetrician). Endometriosis dapat dirawat dengan obat-obat dan/atau
operasi (seperti laparoscopy).
 Adakalanya, penyebab dari perdarahan yang berlebihan tidak nyata setelah
penyelesaian pengujian (dysfunctional uterine bleeding). Pada kasus-kasus ini, obat-
obat pencegah kehamilan oral dapat memperbaiki kontrol siklus dan mengurangi
perdarahan.
 Jika perdarahan berlebihan dan tidak dapat dikontrol dengan obat, prosedur operasi
yang disebut dilation and curettage (D&C) mungkin adalah perlu. Sebagai tambahan
pada pengurangan perdarahan yang berlebihan, D&C menyediakan informasi
tambahan yang dapat mengesampingkan kelainan-kelainan dari lapisan kandungan.
 Adakalanya, hysterectomy adalah perlu ketika obat-obat hormon tidak dapat
mengontrol perdarahan yang berlebihan. Bagaimanapun, kecuali penyebabnya adalah
prakanker atau kanker, operasi ini harus adalah hanya opsi (pilihan) setelah solusi-
solusi lain telah dicoba.

Banyak prosedur-prosedur baru sedang dikembangkan untuk merawat tipe-tipe


tertentu dari perdarahan vagina yang tidak teratur.Contohnya, studi-studi sedang dalam
perjalanan untuk mengevaluasi teknik-teknik yang secara selektif menghalangi pembuluh-
pembuluh darah yang terlibat pada perdarahan. Metode-metode yang lebih baru ini mungkin
adalah pilihan-pilihan yang kurang rumit untuk beberapa pasien-pasien dan ketika mereka
dievaluasi lebih jauh mereka akan mungkin menjadi lebih secara luas tersedia.
BAB III
PENUTUP

1.1  Kesimpulan
Menurut schroder pada tahun 1915, setelah penelitian histopatologik pada uterus dan
ovarium pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang
dinamakan metropatia hemorrágica terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah
sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan corpus luteum. Akibatnya terjadilah
hiperplasia endometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus menerus.
Klasifikasi ini mempunyai nilai klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional ini
mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang berbeda.
• Beberapa penyebab perdarahan di luar haid antara lain yaitu : polip serviks, erosi porsio,
ulkus porsio, trauma, dan polip endometrium.

• Penanganan dari perdarahan di luar haid tergantung dari penyebabnya

B. Saran

• Bagi para mahasiswa agar banyak membaca dan terus belajar agar dapat member asuhan
kebidanan yang tepat dlam menangani klien di lahan praktek

• Bagi dosen, agar dalam pemberian tugas mohon diberikan gambaran utamanya tentang
penjelasan yang ada di silabus, karena terkadang materinya sangat sulit untuk dicari.
DAFTAR PUSTAKA

 Amir Amri. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. 1995. Medan :
Ramadhan.
 Manuaba, Ida bagus.2004.Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Gynekologi edisi II
.Jakarta;EGC.
 Wiknjosastro, Hanifa.2005. Ilmu kandungan.Jakarta :yayasan bina pustaka sarwono
prawirihardjo.
 Sylvia A.Drice.Lorraine M Wilson.2005.Patofisiologi Volume II.Konsep Klinis
Proses Proses Penyakit.Jakarta ;EGC.
 Tiran, Denise.2005.Kamus Saku Bidan.Jakarta :EGC.
 http://leynamuja.blogspot.com/2010/04/gangguan-dan-masalah-haid-dalam-
sistem.html diakses tanggal 20 november 2010
 http://www.scribd.com/doc/41392558/MAKALAH-ULKUS-PORSIO diakses tanggal
21 november 2010
 http://www.drdidispog.com/2008/07/polyp-cervix-polip-
ASKEB RADANG GENETALIA INTERNA

OLEH KELOMPOK 8 :

1. WD.TITIN HASTINI
2. IIS SUGIARTI
3. WA PUTRI
4. WAHYUNI
5. KARMILA
6. YUPIN
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE

AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA

KAB.MUNA 2020

DAFTAR ISI

COVER MAKALAH
 KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. CERVISITIS
B. PARAMETRITIS
C. ADNEXITIS
D. PELVIKSITIS
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

 
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWarrahmatullahiWabarakatuh
 
Alhamdulilahirabbal’alamin. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan petunjuk dan rahmat-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul Askeb Radang Genitalia Interna
.
Makalah ini secara khusus bertujuan untuk menunjang proses  pembelajaran mata
kuliah Askeb IV. Namun, dalam paparan pada makalah ini kami pun berbagi pengetahuan dan
wawasan pembaca mengenai Radang Genitalia Interna.

. Kami berharap paparan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Sartina SST.,M.Keb yang telah memberi dorongan dan membantu
kami dalam mempelajari

.Kami menyadari bahwa makalah saya jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu saya
sangat menunggu kritik dan saran para pembaca untuk memperbaiki segala kekurangan
makalah ini
.
Wassalamu’alaikumWarrahmatullahiWabarakatuh

Raha, 08 April 2020

Penulis
 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Pada wanita terdapat hubungan dari dunia luar dengan rongga peritonum melalui
vulva, vagina, uterus dan tuba fallopii. Untuk mencegah terjadinya infeksi dari luar dan untuk
menjaga jangan sampai infeksi meluas, masing - masing alat traktus genitalia memiliki
mekanisme pertahanan.Radang atau infeksi pada alat - alat genetalia dapat timbul secara akut
dengan akibat meninggalnya penderita, atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas,
atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba.
      Penyakit akut juga bisa menjadi menahun, atau penyakit dari permulaan sudah
menahun.Infeksi pada uterus menjalar ke tuba Fallopii dan rongga peritonium melalui 2 jalan.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai miometritis atau radang miometrium yang
merupakan kelanjutan dari penyakit endometritis beserta dengan penanganannya.

B. Tujuan
1. Untuk mengetashui pengertian dari cerviksitis
2. Untuk mengetashui gejala dari cerviksitis
3. Untuk mengetashui pennanganan dari cerviksitis
4. Untuk mengetahui pengertian parametritis
5. Untuk mengetashui tanda dan gejala parametritis
6. Untuk mengetashui pemeriksaan penunjang pada parametritis
7. Untuk mengetashui penatalaksanaan serta pencegahan parametritis
8. Untuk mengetashui pengertian adnexitis
9. Untuk mengetashui tanda dan gejala adnexitis
10. Untuk mengetashui penanganan dan pencegahan adnexitis
11. Untuk mengetashui pengertian pelviksitis
12. Untuk mengetashui penyebab dan tanda gejala pelviksitis
13. Untuk mengetashui pecegahan dan penatalaksanaan pelviksitis
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan cerviksitis ?
2. Bagaimana gejala dari cerviksitis ?
3. Bagaimana pennanganan cerviksitis ?
4. Apa yang dimaksud dengan parametritis ?
5. Apasajakah tanda dan gejala parametritis ?
6. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang pada parametritis ?
7. Bagaimanakah penatalaksanaan serta pencegahan parametritis ?
8. Apa yang dimaksud dengan adnexitis ?
9. Apasajakah tanda dan gejala adnexitis ?
10. Bagaimankah penanganan dan pencegahan adnexitis ?
11. Apa yang dimaksud dengan pelviksitis ?
12. Apasajakah penyebab dan tanda gejala pelviksitis ?
13. Bagaimanakah pecegahan dan penatalaksanaan pelviksitis ?
BAB II
PEMBAHASAN

.A. CERVISITIS
Cervicitis ialah radang dari selaput lendir canalis servikalis. karena epitel selaput
lendir canalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka lebih mudah
terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina . ( ginekologi edisi 2 )
Cervisitis adalah suatu proses peradangan yang melibatkan epitel serviks dan stroma
yang mendasarinya sering di  jumpai bersama dengan vaginitis atau sebagai suatu manifestasi
penyakit penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks. Servicsitis disebabka oleh infeksi
bakteri atau virus yang terjadi saat berhubungan seksual dan melakukan hubungan seksual
yang tidak aman serta bergonta-ganti pasangan.

( Gambar Cerviksitis )
 GEJALA

            Cervicitis biasanya tidak menunjukkan gejala yang khas, bahkan bisa tanpa gejala.
Pada stadium lanjut sering memberikan gejala  seperti perdarahan post coitus, keputihan
abnormal, perdarahan sesudah mati haid (menopause) serta keluar cairan abnormal(kekuning-
kuningan, berbau dan bercampur darah). Flour hebat biasanya kental atau purulent dan
kadang-kadang berbau. Sering menimbulkan erosio pada portio yang nampak sebagai daerah
yang merah
menyala .
      Pada pemeriksaan in speculo kadang-kadang dapat dilihat fluor yang purulent keluar dari
canalis servikalis , kalau portio normal tidak ada eruption maka harus diingat kemungkinan
gonorhoe Sekunder dapat rejadi kolpitis dan vulvitis Pada servisitis yang kronik kadang-
kadag dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput lendir yang merah karena infeksi .
bintik-bintik ini disebut ovula nabothii dan disebabkan oleh retensi kelenjar-kelenjar servik
karena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutandari luka serviks atau karena radang.

 PATOFISIOLOGI

Patofisiologi servisitis berupa peradangan pada serviks yang melibatkan leukosit dan
produk darah lain seperti protein plasma. Proses inflamasi atau peradangan merupakan
bagian dari respons imun untuk melawan agen penyebab infeksi atau zat berbahaya yang
masuk ke dalam tubuh. Proses ini melibatkan sel leukosit dan produk darah lain seperti
protein plasma. Migrasi sel leukosit ke tempat inflamasi diikuti dengan vasodilatasi
pembuluh darah serta peningkatan aliran darah. Aktivasi proses inflamasi dimulai ketika
reseptor yang berada di sel imun mendeteksi molekul patogen yang diikuti dengan produksi
mediator inflamasi seperti sitokin Interferon (IFN)-tipe I. Setelah respon imun alamiah
muncul, tubuh akan membentuk respon imun adaptif yang lebih spesifik dengan melibatkan
sel limfosit T dan sel limfosit B. Berdasarkan jenis antigennya, limfosit T yang naif akan
berubah menjadi sel limfosit T helper (Th)-1,2 dan 17 atau sel limfosit T sitotoksik.
Sedangkan sel limfosit B akan membentuk antibodi yang dapat melawan patogen atau zat
berbahaya tersebut. Proses inflamasi akan mereda setelah patogen atau zat berbahaya hilang.
Namun, bila stimulus menetap, proses inflamasi akan terjadi terus-menerus dan bersifat
kronis.[3

 Pengobatan Cerfiksitis
Cerficsitis akbiat infeksi pengobatannya dilakukan dengan cara pemberian obat ,baik
untuk si penderita maupun pasangan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan infeksi dan
mencegah penularanya. Contoh obat-obatan yang dapat diberikan yaitu Antibiotik, Antiviral,
Antijamur. Jika pengunaan antibiotik tidak efektif karena kondisi yang sudah cukup parah,
maka dokter akan menyarankan pasien menjalani metode pengobatan seperti Crysurgery,
Bedah Listrik, dan Terapi Laser.

 B. PARAMETRITIS
Parametritis adalah peradangan pada parametrium (jaringan ikat yang berdekatan dengan
rahim).Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam ligamentumlatum, radang ini
biasanya unilateral.

( Gambar Patamtritis )

 TANDA & GEJALA

Keluhan yang dirasakan pasien yang menderita PID biasanya beragam. Mulai dari tidak
ada keluhan sampai dengan keluhan yang sangat berat. Keluhan-keluhan tersebut dapat
berupa demam, keluar cairan dari vagina dengan warna kekuningan, dan bau yang abnormal,
timbul bercak-bercak kemerahan di celana dalam, nyeri senggama, nyeri saat buang air kecil,
menstruasi yang tidak teratur, kram perut saat menstruasi, terjadi perdarahan hebat saat
menstruasi, nyeri pada daerah perut bawah dan dapat memburuk jika disertai mual muntah,
serta kelelahan yang disertai dengan nafsu makan yang berkurang.

Nyeri yang mendadak pada perut bagian bawah dapat terjadi jika abses pecah,di mana
daerah nyeri tersebut mulai dari daerah sekitar abses yang pecah menjalar keseluruh dinding
perut yang mengakibatkan peritonitis generalisata.Juga dapat ditemukan anemia pada abses
pelvik yang telah berlangsung beberapaminggu.Gejala infeksi genital yang dikatakan sebagai
penyakit radang pelvis (PID) seringmerupakan suatu gabungan yang dihasilkan berbagai
derajat peradangan yang melibatkan endometrium dan tuba, walaupun bakteri dapat mencapai
uterus, tuba danovarium melalui aliran darah, jalur penyebaran yang umum adalah :

1. Mikgrasi ke atas dari serviks melalui rongga endometrium ke dalam endosalping (jalur
umum infeksi gonore).
2. Jalur vena dan saluran getah bening dari ligamentum latum.

 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kenaikan dari sel darah putih yang
menandakan terjadinya infeksi. Kultur untuk GO dan chlamydia digunakan untuk
mengkonfirmasi diagnosis. Ultrasonografi atau USG dapat digunakan baik USG abdomen
(perut) atau USG vagina, untuk mengevaluasi saluran tuba dan alat reproduksi lainnya.Biopsi
endometrium dapat dipakai untuk melihat adanya infeksi.Laparaskopi adalah prosedur
pemasukan alat dengan lampu dan kamera melalui insisi (potongan) kecil diperut untuk
melihat secara langsung organ di dalam panggul apabila terdapat kelainan.

 PATOFISIOLOGI
Endometritis →Infeksi meluas→ Lewat jalan limfe atau tromboflebitis → Infksi
menyebar ke miometrium → Miometritis → Infeksi meluas lewat jalan limfe/tromboflebitis
→ Parametritis.

 PENATALAKSAAN

Terapi antibiotik pinisilin G sering efektif sebagai agen primer dalam pengobata infeksi
yang disebabkan oleh streptococcus, clostridium, neisseria gonorrhoeae dan bakteri anaerob
dengan percecualiar bakteriodes.

Uji suseptibilitas harus dilakukan. Pemilihan antibiotik didasarkan pada :

1. Kemungkinan sumber infeksi (didapat dari masyarakat atau dari rumah sakit.
2. Sediaan apus dengan perwarnaan garam.
3. Terapi antibiotik lainya.
4. Penilaian patogen yang paling mungkin dari pengalaman infeksi serupasebelumnya.
5. latum, radang ini biasanya unilateral ( ginekologi edisi 2 , ginekologi unpad bandung.

 PENCEGAHAN
Cara terbaik untuk menghindari penyakit radang panggul adalah melindungi diri dari
penyakit menular seksual. Penggunaan kontrasepsi seperti kondom dapat mengurangi
kejadian penyakit radang panggul. Apabila mengalami infeksi saluran genital bagian bawah
maka sebaiknya segera diobati karena dapat menyebar hingga ke saluran reproduksi bagian
atas. Terapi untuk pasangan seksual sangat dianjurkan untuk mencegah berulangnya infeksi.

    C. ADNEXITIS

Adnexitis adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang ovarium yang biasanya terjadi
bersamaan. Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus,walaupun
infeksi ini bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah ataU menjalar dari jaringan
sekitarnya.Adnex tumor ini dapat berupa pyosalpinx atau hidrosalpinx karena perisalpingitis
dapat terjadi pelekatan dengan alat alat disekitarnya.( ginekologi unpad bandung).

( Gambar Adnxisitis )

 TANDA DAN GEJALA

Gejala-gejala adnexitis tidak selalu jelas, namun bisa didahului oleh gejala :

 Panas
 Nyeri perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan
 Nyeri bertambah pada pekerjaan berat disertai penyakit pinggang
 Leukorea
 Haid lebih banyak dari biasa, dan siklus tidak teratur
 Infertilitas
 Disminorroe

 PATOFISIOLOGI
Organisme Neisseria gonorrhoae dan Chlamydia Trachomatis naik ke rahim, tuba fallopi,
atau ovarium sebagai akibat dari hubungan seksual, melahirkan, masa nifas, pemasangan IUD
( Alat KB ), aborsi, kerokan, laprotomi dan perluasan radang dari alat yang letaknya tidak
jauh seperti appendiks. Sehingga menyebabkan infeksi atau radang pada adneks rahim.
Adneks adalah jaringan yang berada disekitar rahim. Ini termasuk tuba dan ovarium/ indung
telur, tempat dimana sel telur di produksi,

 PENANGANAN
 Antibiotic dengan spectrum yang luas
 Terapi diatermi
 Penderita tidak boleh melakukan pekerjaan berat
 Operasi radikal ( histerektomi dan salpingo ooforektomi bilateral ) pada wanita yang
sudah hampir menopause. Pada wanita yang lebih muda hanya adnexia dengan
kelainan yang nyata ynag diangkat.

 PENCEGAHAN

a. . Selama kehamilan
Diet yang baik, karena anemia anemia merupakan factor predisposisi infeksi nifas.
Koitus pada akhir kehamilan sebaiknya dilarang karena memicu pecahnya ketuban
dan terjadiinfeksi.
b. . Selama persalinan
Petugas dalam kamar bersalin harus memakai masker, bagi yang menderita
infeksipernafasan tidak boleh masuk ke kamar bersalin, alat yang dipakai harus suci
hama.
Pemeriksaan dalam atas indikasi, dan cegah perdarahan. Usaha pencegahan
untukmasuknya kuman dalam jalan lahir cegah terjadinya persalinan lama da
menyelesaikanpersalinan dengan trauma sedikit mungkin.
c. Selama nifas
Penderita dengan tanda infeksi jangan dirawat bersama wanita yang sehat,
pengunjunpada hari pertama dibatasi, dan semua alat yang berhubungan dengan
genitalia harus sucihama.

. D. PELVIKSITIS

Infeksi pelvis merupakan suatu istilah umum yang biasanya digunakan untuk
menggambarkan keadaan atau kondisi dimana organ organ pelvis (uterus, tuba falopii atau
ovarium) diserang oleh mikroorganisme patogen. Organisme-organisme ini biasanya bakteri,
mereka melakukan multiplikasi dan menghasilkan suatu reaksi peradangan.Penyakit radang
panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas.

Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran


tuba, indung telur,miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit
radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).

 PENYEBAB

Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian
bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau
minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering
adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan
kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina
menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses
menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang
menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik
untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).

 TANDA DAN GEJALA

. Mulai dari tidak ada keluhan sampai dengan keluhan yang sangat berat. Keluhan-keluhan
tersebut dapat berupa demam; keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi, dan bau
yang abnormal; timbul bercak-bercak kemerahan di celana dalam, nyeri senggama, nyeri saat
buang air kecil, menstruasi yang tidak teratur, kram perut saat menstruasi, terjadi perdarahan
hebat saat menstruasi, nyeri pada daerah perut bawah dan dapat memburuk jika disertai mual
muntah, serta kelelahan yang disertai dengan nafsu makan yangberkurang.

Nyeri yang mendadak pada perut bagian bawah dapat terjadi jika abses pecah, di mana
daerah nyeri tersebut mulai dari daerah sekitar abses yang pecah menjalar ke seluruh dinding
perut yang mengakibatkan peritonitis generalisata. Juga dapat ditemukan anemia pada abses
pelvik yang telah berlangsung . Gejala infeksi genital yang dikatakan sebagai penyakit radang
pelvis (PID) sering merupakansuatu gabungan yang dihasilkan berbagai derajat peradangan
yang melibatkan endometrium dan tuba, walaupun bakteri dapat mencapai uterus, tuba dan
ovarium melalui aliran darah, jalur penyebaran yang umum adalah : Mikgrasi ke atas dari
serviks melalui rongga endometrium ke dalam endosalping (jalur umum infeksi gonore).

Jalur vena dan saluran getah bening dari ligamentum latum.Infeksi pelvis dapat
dipisahkan ke dalam tiga kategori dasar. Infeksi yang terjadi setelah kuretase dan postabortus 
serta infeksi postpart   Infeksi postoperatif biasanya berkembang dari organisme-organisme
yang terbawa kedalam tempat operasi dari kulit, vagina atau yang lebih jarang dari
traktugastrointestinalis sewaktu pembedahan rongga abdomen atau endometrium.

 PATOFISIOLOGI
Pelviksitis merupakan “ Ascending Infection “ yang pada umumnya disebabkan oleh
penyakit hubungan seksual, dengan makroba tersering Neisesaria Gonorhae, Chlamydia
trachomatis atau parasit T, Vaginalis. Mikroba endogen juga mempunyai mempunyai peran
pada radang panggul, G Vaginalis dan mikroba anaerob prevotela dan peptostretococcus.
Golongan gram negatif seperti E Coli juga sering dijumpai pada radang panggul.

 PENATALAKSANAAN

Terapi antibiotik pinisilin G sering efektif sebagai agen primer dalam pengobatan infeksi
yang disebabkan oleh streptococcus, clostridium, neisseria gonorrhoeae dan bakterian aerob
dengan percecualiar bakteriodes.Uji suseptibilitas harus dilakukan. Pemilihan antibiotik
didasarkan pada :

 Kemungkinan sumber infeksi (didapat dari masyarakat atau dari rumah sakit.
 Sediaan apus dengan perwarnaan garam.
 Terapi antibiotik lainya.
 Penilaian patogen yang paling mungkin dari pengalaman infeksi serupa sebelumnya.
 Pola resistensi bakteri terakhir dari rumah sakit dan masyarakat.
 Riwayat pasien terhadap alergi atau atau seksifitas.

 PENCEGAHAN

Cara terbaik untuk menghindari penyakit radang panggul adalah melindungi diri dari
penyakit menular seksual. Penggunaan kontrasepsi seperti kondom dapat mengurangi
kejadian penyakit radang panggul. Apabila mengalami infeksi saluran genital bagian bawah
maka sebaiknya segera diobati karena dapat menyebar hingga ke saluran reproduksi bagian
atas. Terapi untuk pasangan seksual sangat dianjurkan untuk mencegah berulangnya infeksi

BAB III
PENUTUP
.A. Kesimpulan
Pada umumnya penyakit penyakit yang terjadi memiliki tanda dan gejala serta
penanganan masing masing , untuk mencegahnya diperlukan kebersihan diri dari setiap
masing masing individu.

B. Saran
Demi kesempurnaan makalah kami, maka kami meminta saran serta kritik yang
mendukung demi kesempurnaan makalah ini

DAFTAR RUSTAKA

 Duenhoelter H Johann : Ginekologi greenhill


 Ginekologi edisi 2 bagian obstetri dan ginekologi fakultas kedokteran universitas
padjajaran bandung
 Derek Lliewelly – jones : dasar-dasar obstetri dan ginekologi
 Friedman borten chapin : Ginekologi edisi kedua
 C.C.R Sinclair – J.B Webb : ilmu kebidanan dan kandungan untuk pemula

Anda mungkin juga menyukai