Anda di halaman 1dari 9

JURNAL RISET MANAJEMEN

Vol. 1, No. 2, Juli 2014, 168 - 176

PENGARUH LINTAS BUDAYA PADA PEMASARAN


INTERNASIONAL DENGAN PENDEKATAN
PERILAKU KONSUMEN

Endy Gunanto
Universitas Surabaya e-mail: endygunanto@yahoo.com

Yenni Kurnia Gusti


STIE Widya Wiwaha e-mail: yennikgusti@yahoo.com

Abstract
In this article we present a conceptual of the effect of cross culture on consumer
behavior incorporating the impact of globalization. This conceptual idea shows
that culture inûuences various domains of consumer behavior directly as well as
through international organization to implement marketing strategy. The conceptual
identify several factors such as norm and value in the community, several variables
and also depicts the impact of other environmental factors and marketing strategy
elements on consumer behavior. We also identify categories of consumer culture
orientation resulting from globalization. Highlights of each of the several other
articles included in this special issue in Asia region. We conclude with the
contributions of the articles in terms of the consumer cultural orientations and
identify directions for future research.

Keyword: cross culture, globalization, marketing strategy, culture orientation

I. Pemahaman Lintas Budaya Terkait


informasi (Manrai, 2010). Globalisasi dapat
Isu Globalisasi
dipelajari dari berbagai macam sudut pandang
Kajian konseptual menunjukkan pengaruh seperti budaya, ekonomi, politik, sosial dan lain
budaya pada berbagai bidang perilaku konsumen sebagainya. Artinya ketika berbagai negara dan
yang secara langsung berpengaruh pada sosial, wilayah telah dipengaruhi oleh iklim globalisasi,
personal, dan bidang psikologi. Kajian ini akan menujukkan perbedaan yang cukup berarti
menyajikan beberapa faktor di lingkungan glo- dibanding kondisi sebelumnya. Negara-negara
bal saat ini dan menggambarkan keterkaitan yang memiliki perbedaan tingkat kemampuan
pengaruh lingkungan dan strategi pemasaran menerima dan menolak globalisasi cenderung
dengan perilaku konsumen. Faktor yang dipengaruhi oleh banyak aspek internal maupun
dimaksud di antaranya adalah budaya, bahwa eksternal.
terdapat beberapa sudut pandang terkait kajian
Ada 2 hal penting tentang globalisasi
orientasi budaya yang berlaku di kalangan
berkaitan dengan bidang pemasaran, yakni : (1)
konsumen.
para pemasar internasional membutuhkan
Pasar yang mengalami globalisasi ditandai pemahaman yang baik mengenai proses
dengan keterhubungan antar bagian wilayah globalisasi yang mempengaruhi perilaku
dunia dan aliran barang, jasa, uang, sumberdaya konsumen pada lintas budaya dan lintas batas
manusia, teknologi yang melewati batas negara, negara (Tian dan Borges, 2011). (2) Perlunya
dan didukung oleh perkembangan di bidang rancangan strategi pemasaran yang efektif
transportasi, telekomunikasi, dan teknologi membutuhkan perhatian pada kemiripan dan

168 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014)


ENDY GUNANTO & YENNI KURNIA GUSTI

perbedaan yang terjadi dalam cakupan pola Consumer Culture (RCC), Budaya Konsumen
perilaku konsumen lintas budaya dan lintas batas cakupan negara atau National Consumer Culture
negara (Klinefelter, 2010). Kondisi ini tentu saja (NCC), serta budaya konsumen cakupan etnis
menyebabkan perubahan sudut pandang atau Ethnic Consumer Culture (ICC). Jabaran
pemasaran yang disebabkan oleh ide globalisasi. Visual Pemikiran Manrai (2011) disajikan pada
Munculnya pergeseran paradigma dari para gambar 1.
pemasar yakni tidak hanya sekedar hanya Masing-masing orientasi budaya tersebut
sebagai penjual barang atau jasa. Pemasar pada dikaitkan dalam rangka memahami perilaku
era globalisasi lebih mempertimbangkan banyak konsumen lintas negara maupun produk dan jasa
f aktor seperti menentukan segmentasi yang berbeda. Globalisasi merupakan kajian
konsumen, penetapan target konsumen secara yang sangat rumit karena mengandung unsur
lebih tepat, dan menempatkan posisi barang atau ketergantungan satu sama lain. Berlaku istilah
jasa yang ditawarkan dalam sebuah pasar industri pengaruh homogenitas dari globalisasi sebagai
pada wilayah yang baru. akibat dari perdagangan liberalisasi, investasi luar
Pengaruh dari globalisasi pada orientasi negeri, perkembangan di bidang transportasi dan
budaya konsumen dapat diwakili oleh pemikiran komunikasi. Peningkatan globalisasi telah
yang dimulai dengan pemahaman yang dikaji mengarah pada kemiripan perilaku konsumen
oleh Manrai dan Manrai. Kajian Manrai (2011) lintas segmen yang tercermin pada budaya
bersaudara ini menyampaikan berlakunya konsumen tingkat global. Entitas budaya tidak
orientasi meliputi budaya Konsumen Global atau hanya diasosiasikan dengan satu negara semata,
Global Consumer Culture (GCC), Budaya namun sekumpulan negara dalam lingkup lebih
Konsumen cakupan Regional atau Regional besar yang dikenal sebagai istilah internasional

Gb 1. Jabaran Visual Pemikiran Manrai (2011)

Budaya konsumen global

Pengaruh
Homogenization
Orientas budaya konsumen
regional

Orientasi budaya berbasis Lintas Budaya –Budaya


GLOBALISASI negara konsumen nasional
/National Consumer Culture

Orientasi budaya konsumen


berbasis etnis
Pengaruh Orientation (ECC)
Heterogenization

Budaya konsumen
perseorangan
Orientation (RCC)
Masing-masing orientas

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014) 169


PENGARUH LINTAS BUDAYA PADA PEMASARAN INTERNASIONAL DENGAN PENDEKATAN
PERILAKU KONSUMEN

dan budaya bangsa lintas negara (Cherrier, 2009). mampu mengakselerasi pengaruh globalisasi
Sedangkan istilah heterogenitas dari globalisasi yang menembus batas yang selama ini muncul,
merupakan awalan dari kemunculan pemahaman seperti regulasi, keterbatasan sumber daya,
homogenitas. Cornwell dan Drennan (2004) ketebatasan sarana dan prasarana.
menjelaskan konsep heterogenitas ini dengan Globalisasi bisa menimbulkan pemahaman
menyatakan bahwa globalisasi didahului dengan bahwa dunia ini homogen dengan meningkatnya
adanya perpecahan atau masih dalam kesamaan pada pengalaman yang berlandaskan
pandangan yang saling berdiri sendiri sebelum kebudayaan, produk yang dibutuhkan, gaya
berada dalam sebuah kelompok besar. Pendapat hidup, pola konsumsi , dan berbagai kombinasi
ini bersumber pada pemikiran awal bahwa baru yang mewakili penyebaran budaya yang
perpecahan yang terjadi dimaknai sebagai lebih sempit (Hughes, 1997). Globalisasi terdiri
pembentukan identitas yang berpotensi dari komponen homogenitas dan heterogenitas,
mengurangi atau menghilangkan pengaruh dan kedua faktor penting tersebut yang
homogenitas sebagai basis awal berkembangnya mempengaruhi ide ekonomi dalam konsep
globalisasi. Artinya berbagai pandangan budaya kebudayaan. Ide ekonomi dalam ,konsep
yang lebih berbasis individu yang membentuk kebudayaan ini memunculkan era ekonomi dalam
identitas mandiri yang secara bertahap berproses kebudayaan yang baru, artinya lebih
menuju budaya yang berorientasi pada identitas mengembangkan kerangka pemikiran yang
kelompok dan akhirnya menuju pemikiran glo- memasukkan unsur budaya global (Rota, 2010).
bal. Pemikiran awal yang bersifat individu Produk, Gaya hidup, nama merek, dan berbagai
berpeluang muncul ke permukaan kembali, barang secara historis saling terkait dan
karena kebanggaan kelompok berpotensi berkesesuaian dengan budaya yang menjadi
mengurangi pengaruh globalisasi. Hal ini dapat daya pikat bagi para konsumen. Globalisasi
dilihat dari pengembangan strategi pemasaran dipandang sebagai proses dari dominasi sebuah
yang lebih mengarahkan pemenuhan kebutuhan budaya tertentu. Budaya ini berperan sebagai
dengan pertimbangan konsumen regional yang salah satu pola yang diikuti oleh para anggota di
lebih spesifik seperti pada produk mobil atau dalamnya. Pada jaman yang lebih moderen
kosmetik. pemikiran ini berlaku pada kelompok referensi
Globalisasi merupakan bentuk dari kelanjutan yang anggotanya seringkali dipererat secara in-
peristiwa-peristiwa penting yang terjadi formal tapi menyepakati aturan atau norma yang
sepanjang abad 20. Kajian pada bidang ekonomi berlaku.
telah memperluas pemahaman bahwa politik, Pola perilaku konsumen dalam cakupan
budaya, dan sosial, menjadi faktor penting dalam lintas budaya ini, sebagian besar menunjukkan
globalisasi. Berdirinya lembaga-lembaga bahwa para pemasar internasional membutuhkan
internasional, media massa, internet, dan lokasi pemasaran yang tepat dalam cakupan
organisasi perdagangan dunia turut mempercepat luas, dibanding hanya sekedar berupaya
ide globalisasi. Perilaku konsumen pada berbagai memahami peran konsumen dalam pasar
bidang dipengaruhi oleh peran dan campur tangan tertentu. Kajian lintas budaya banyak dilakukan
globalisasi. Salah satunya adalah Internet yang pada tahun 1990 an. Sebagian besar kajiannya
memiliki peran yang sangat besar yakni mampu berupaya memperbandingkan tradisi yang berlaku
menciptakan keterhubungan pada tingkat global (Gough, 2006). Dari hasil penelitian yanga ada,
dengan membawa perubahan keterbukaan para peneliti sejauh ini belum secara mendalam
informasi yang mencapai seluruh bagian dunia menekankan isu-isu lingkungan yang
(Gereffi, 2001). Internet banyak digunakan oleh mempengaruhi pertimbangan konsumen dalam
para pemasar dalam menghadapi ekonomi glo- upaya mengkaji masalah topik lintas budaya. Isu
bal. Internet merupakan pintu gerbang yang lingkungan yang dimaksud adalah faktor-faktor

170 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014)


ENDY GUNANTO & YENNI KURNIA GUSTI

yang tidak bisa dikendalikan antara lain tentang lebih sempit , kebudayaan ini dapat dilihat pada
gaya hidup, persepsi atau pola konsumsi dari perusahaan yang berkecimpung dan
masyarakat pada kawasan tertentu yang menginginkan masuk pada pasar internasional.
kesemuanya dipengaruhi aspek budaya. Pengaruh kebudayaan akan mempengaruhi
keputuasan pengambilan kebijakan bagi
II. Pengaruh Kegiatan Lintas Budaya
kepentingan masyarakat pada masalah
Terhadap Pola Kebijakan
peraturan perdagangan internasional. Hal ini
Penyampaian Pesan Dalam
diharapkan dapat melindungi warisan
Kebijakan Pemasaran
kebudayaan yang berlaku dalam perdagangan
Faktor-faktor budaya banyak mempengaruhi antar bangsa. Berbagai pandangan yang
cara berkomunikasi dan keberhasilan dalam mengedepankan kesadaran tentang kebudayaan
persaingan saat menjalankan bisnis di kancah semakin meningkat, berbagai perusahaan yang
internasional. Kesadaran terhadap eksistensi menjalankan kegiatan bisnis secara
kebudayaan dapat lebih mempertajam bisnis internasional, akan banyak menghadapi
sebuah perusahaan. Bentuk komunikasi yang tantangan terkait berbagai hal yang berkaitan
tepat merupakan salah satu fungsi penting agar dengan kebudayaan. Perusahaan-perusahaan
supaya bisnis menjadi berhasil yang tersebut berusaha untuk mewujudkan pasar yang
meningkatkan kemampuan memenangkan tidak ada batas antar negara dan bersifat lintas
persaingan. Hal ini terutama berlaku bagi budaya. Kesadaran terhadap perbedaan budaya
perusahaan-perusahaan internasional. merupakan faktor penting bagi keberhasilan
Keuntungan perusahaan sangat ditentukan oleh dalam dunia bisnis. Menurut Singhapakdi (1999)
strategi dan keahlian komunikasi di bidang mengatakan strategi pemasaran dalam cakupan
pemasaran. Beberapa pemimpin perusahaan lintas budaya sangat diperlukan, ketika
yang bekerja di perusahaan internasional perusahaan berupaya masuk pada pasar yang
seringkali mengabaikan pengaruh penting dari baru guna memperkenalkan bisnisnya, baik
budaya yang dimulai dari terbentuknya berupa produk maupun jasa.
komunikasi pemasaran.
Fenomena lintas budaya dapat dilatar-
Faktor kebudayaan memainkan peran belakangi melalui aspek homogenitas dan aspek
penting, yang berfunsi sebagi faktor penghambat heterogenitas di antara negara-negara sebagai
yang tidak dapat dilihat tapi bisa dirasakan. target pasar. Komunikasi pemasaran akan
Pemahaman bawah dunia semakin global, yang menjadi faktor penting dan kajian ilmu yang
diwakili oleh eksistensi bangsa-bangsa yang mandiri. Perbedaan kebudayaan yang terjadi
makin banyak menyuarakan tentang “ hak terkait dalam lingkup negara, regional, dan kelompok-
kebudayaan “ di lingkungan bisnis internasional. kelompok etnis , cenderung semakin meredup.
Hal ini dapat diperkirakan bahwa budaya nasional Komunikasi pemasaran global merupakan
masing-masing bangsa akan menjadi faktor proses lintas budaya yang mensyaratkan para
penting yang mempengaruhi perkembangan pemasar internasional atau manajer untuk
ekonomi. Perilaku ini dapat dilihata dari sudut bertukar informasi tentang perbedaan budaya
pandang aspek demografi, dan penetapan dalam lingkup negara, regional, atau etnis supaya
kebijakan dalam bidang bisnis secara umum. dapat memenangkan persaingan global.
Galperin (1999) menyatakan pada tingkat yang
Komunikasi pemasaran internasional yang
lebih luas, peran penting kebudayaan akan
dituntut merupakan bentuk komunikasi yang
menjadi lebih nyata dalam upaya penyusunan
melintasi batas negara untuk maksud tujuan
kebijakan perdagangan, perlindungan terhadap
bisnis. Komunikasi antara orang-orang dalam
hak intelektual, dan menciptakan sumberdaya
sebuah negara dalam wadah budaya yang sama,
bagi manfaat suatu bangsa. Pada tingkat yang
seringkali masih menimbulkan masalah cukup

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014) 171


PENGARUH LINTAS BUDAYA PADA PEMASARAN INTERNASIONAL DENGAN PENDEKATAN
PERILAKU KONSUMEN

serius. Apalagi bentuk komunikasi di antara or- Budaya memberikan pengaruh yang
ang-orang yang berbeda budaya pada negara signifikan terhadap perilaku pembelian.
yang berbeda, hal ini dapat dilihat dari sudut Perubahan yang lazim dalam penentuan strategi
pandang bahasa, nilai, konsumen, dan cara pemasaran internasional menjadi faktor penting
berpikir (Tian dan Borges, 2011). Tian dan Borges bagi para pelaku pemasaran untuk
menemukan permasalahan dalam komunikasi menyelaraskan dengan budaya masyarakat di
pemasaran ketika para partisipan berasal dari luar negeri dimana perusahaan beroperasi.
latar belakang kebudayaan yang sama. Pengaruh terhadap startegi adalah munculnya
Penyebabnya adalah para partisipan rata-rata dua pilihan bahwa para pelaku pemasaran dapat
memiliki pemahaman kebudayaan yang berbeda memasukkan, dan menyesuaikan strategi
dalam tata cara komunikasi, tradisi , dan proses pemasaran internasional yang lebih sesuai
yang kebudayaan lainnya . dengan perbedaan budaya pada cakupan lintas
negara (Vrontis dan Philip, 2005). Pada bidang
III. Pemahaman Dan Penerapan terapan pemasaran salah satunya adalah
Strategi Pemasaran Dalam Kajian melakukan standardisasi materi isi iklan yang
Lintas Budaya berlaku secara global. Kondisi ini seperti
Kemajuan dalam bidang bisnis dan industri dilakukan oleh produsen silet Gillette dengan
terjadi seiring dengan kecepatan globalisasi, materi isi iklan yang relatif sama dan terstandar.
terobosan terhadap hambatan perdagangan, Pada sisi lain kebijakan ini sering menimbulkan
perkembangan infrastruktur transportasi dan ketidaksesuaian budaya lintas negara, misalnya
komunikasi di seluruh dunia, kecepatan iklan makanan siap saji Mcdonald dalam
pertumbuhan pasar, dan peningkatan menyiasati budaya sebuah negara yang
kesejahteraan di negara-negara maju, menngharamkan olahan daging sapi untuk
pertumbuhan beberapa perusahaan yang dikonsumsi. Pemahaman konsumen, tingkat
memiliki kemampuan memasuki pasar yang lebih pendidikan, dan sosial budaya juga menjadi
besar dan beragam (Kolodko, 2005). Pergeseran faktor penting untuk diperhatikan ketika
menuju pasar global mendorong perusahaan- menerapkan strategi promosi (Hise dan Choi,
perusahaan tidak hanya berlomba-lomba 2011). Sebuah kajian empiris menunjukkan
mencapai tingkat keberhasilan dari sisi skala strategi promosi akan mengalami adaptasi, ketika
ekonomi, namun juga berusaha menciptakan terjadi perbedaan tajam antara budaya antara
keunggulan rendahnya harga produk. kantor pusat perusahaan dimana berdomisili
Peningkatan tingkat menuju pasar global telah dengan wilayah baru sebagai target pasarnya.
membawa tantangan baru dalam lingkup (Lee, et.al., 2011).
internasional. Hal ini secara tdak langsung Pada penerapan strategi distribusi yang
mendorong upaya menciptakan nilai unik yang menjadi bagian dari kebijakan pemasaran,
salah satunya didukung oleh aspek budaya seharusnya juga memasukkan pertimbangan
(Klinefelter, 2010). Perusaahaan-perusahaan yang faktor budaya di dalamnya, termasuk perilaku
berhasil menyiasati hambatan yang dipicu oleh konsumen dalam berbelanja dan kebiasaan
kebudayaan yang berlaku pada wilayah tertentu, dalam menentukan kebijakan persediaan. (Choi,
seharusnya juga mempertimbangkan aspek 2001). Pada negara tertentu ada yang memiliki
kondisi lingkungan eksternal pada berbagai kebiasaan melakukan pembelian dalam partai
wilayah yang ekspansi baru dimana perusahaan besar untuk menghadapi musim tertentu, seperti
beroperasi. Artinya perusahaan berkemampuan di kawasan Eropa atau Amerika. Konsumen di
menyiasati berbagai hambatan yang menekan kawasan asia khususnya yang memiliki iklim 2
penjualan dan menciptakan peluang seluruh musim cenderung memiliki kebiasan pola
produknya untuk beredar diseluruh dunia. penyimpanan sederhana dalam partai kecil.

172 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014)


ENDY GUNANTO & YENNI KURNIA GUSTI

Perilaku terkait dengan pola pembelian dan IV. Perkembangan Dan Pengaruh
pemilihan produk dipengaruhi oleh budaya yang Lintas Budaya Pada Bidang
berlaku secara individu atau kolektif. Artinya Pemasaran di Kawasan Asia
perbedaan pada niat konsumen ketika berupaya Pasar Asia saat ini menjadi semakin besar
melakukan pembelian barang dapat dikaji pengaruhnya terhadap perekonomian dunia.
sebagai sebuah penelitian, ketika unsur adopsi Kondisi ini mendorong para pemasar
berlaku dalam proses pengambilan keputusan internasional untuk memahami karakteristik
konsumen. Moon dan Park (2011) menunjukkan perilaku konsumen di kawasan ini. Pasar asia
bahwa produk yang memerlukan dukungan dianggap memiliki pandangan konsep pengaruh
pelibatan budaya yang rendah dapat budaya yang kental dan berpengaruh pada
diperkenalkan ke pasar dengan program penetapan kebijakan pemasaran internasional.
pemasaran terstandar atau seragam. Artinya Pengaruh yang dirasakan adalah pada bidang
kebijakan pemasaran tidak terlalu mensyaratkan pemasaran adalah adanya pertimbangan matang
strategi modifikasi produk yang rumit agar dapat yang dilakukan para pemasar internasional
diterima oleh budaya lokal yang berlaku secara dalam memasukkan unsur budaya untuk
kolektif . kebijakan penyusunan iklan di pasar asia (Yi,
Keragaman budaya antara berbagai negara 1998). Pemahaman tentang budaya yang masih
kadangkala harus mensyaratkan pola strategi sempit dapat dirasakan ketika budaya dikaitkan
produk yang sesuai dengan kondisi setempat dengan sesuatu hal yang masih sebatas aspek
(Dodson, 2001). Produk yang lebih yang dimaknai oleh para penerima pesan iklan.
mengedepankan aspek fungsional cenderung Pesan iklan juga dimaknai sebagai sesuatu
sangat memperhatikan budaya konsumen. Hal ditujukan pada masyarakat secara luas yang
ini terjadi karena berkaitan dengan mutu yang menganut sistem budaya yang kuat. Bentuk dan
akan dipersepsikan oleh konsumen. Produk materi isi iklan harus menaati dan selaras dengan
mesin cuci elektrolux melakukan terobosan mengandung norma yang berlaku. Para penerima
meluncurkan mesin cuci front loading yang pesan iklan yang memiliki konsep diri selaras
sesuai budaya masyarakat Indonesia dalam dengan norma yang berlaku dalam budaya
kegiatan rumah tangga, pada hal di negara masyarakat, akan menggunakan aturan norma
asalnya selama ini hanya memproduksi tipe top tersebut sebagai dasar evaluasi terhadap iklan
loading. Aspek penentuan harga sebagai bagian yang diterimanya (Boucher, 2005). Hal ini dapat
dari bauran pemasaran juga dapat dipengaruhi dimaknai bahwa pesan iklan seharusnya
oleh budaya yang ada. Beberapa budaya ada memasukkan norma-norma yang berlakudalam
yang mengedepankan penetapan harga tinggi sebuah budaya, untuk mendorong aspek kognitif
dengan penyediaan barang atau jasa dengan dari penerima pesan agar mendorong
kualitas yang superior (Moon, 2011). Konsumen pembentukan keselarasan dengan konsep diri
jenis ini lebih mengedepankan aspek fungsional pada tahap afektif atau konatif, yaitu pada tahap
dari sebuah barang dibanding aspek simbolis dari proses munculnya niat beli.
sebuah merek. Pada produk seperti handphone Pada sebuah studi yang membandingkan di
I phone. Konsumen yang sangat loyal di Amerika negara Asia dengan Amerika yang dilakukan
Serikat cenderung mengedepankan aspek Ulgado dan Lee (1998), menemukan bahwa para
fungsional dan legalitas. Konsumen menghindari pemasar internasional telah memahami
merek pesaing yang cenderung dianggap kurang konsumen di Korea yang mewakili kebudayaan
praktis dalam operasioanal dan tidak sesuai dari asia dalam mempersepsikan dan melakukan
sisi ukurannya. evaluasi terhadap barang-barang impor. Pola yang
diperoleh dari studi awal akan dibandingkan

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014) 173


PENGARUH LINTAS BUDAYA PADA PEMASARAN INTERNASIONAL DENGAN PENDEKATAN
PERILAKU KONSUMEN

dengan temuan di kalangan konsumen dari individu, etnis, maupun negara. Persepsi yang
amerika. Hasilnya menunjukkan bahwa positif terhadap barang impor akan juga
konsumen Korea dan Amerika secara umum berpengaruh terhadap mudahnya penerimaan
sama-sama menitikberatkan perhatian dari sisi budaya baru dari luar negeri. Guna
intrinsik. Sisi intrinsik tersebut lebih fokus pada mempertahankan gempuran barang-barang impor
fungsi dasar sebuah barang dibanding makna yang menggerus budaya asli Indonesia,
simbolisnya yang melekat pada produk. Kedua disarankan barang lokal harus meningkatkan
komunitas konsumen tersebut sama-sama lebih ekuitas. Ekuitas dalam hal ini bisa diterjemahkan
mempertimbangkan kualitas dari barang impor dengan sebuah nilai. Nilai sangat identik dengan
dibanding simbolisasi yang dibangun oleh pihak budaya yang bersif at abstrak, dengan
perusahaan . menunjukkan unsur simbolis dalam membentuk
Pada penelitian lain Moore (1998) juga sebuah citra. Jadi konsumen Indonesia dalam
berusaha membandingkan pengaruh budaya Asia prakteknya lebih cenderung mengedepankan
yang diwakili oleh para konsumen Korea, dan pertimbangan aspek simbolis dibanding
pada sisi lain konsumen Amerika pada tingkat fungsional. Kondisi ini agak berbeda dengan
penerimaan informasi dari iklan. Hasilnya konsumen di Korea yang lebih realistis dengan
menunjukkan kemiripan penerimaan informasi mengedepankan tingkat kualitas sebuah barang.
antara dua komunitas tersebut, ketika berada Beberapa faktor yang turut mengontrol
dalam sebuah kelompok. Perbedaan akan hubungan antar aspek budaya dan penerimaan
ditunjukkan ketika konsumen Korea secara in- persepsi barang impor di kalangan konsumen
dividual lebih mempertimbangkan dan sensitif Indonesia sebagai konsekuensi globalisasi
terhadap bentuk perilaku orang lain di sekitarnya, adalah : umur, tingkat pendidikan , tingkat
dibanding konsumen Amerika. Jadi ada sedikit pendapatan , dan jenis kelamin dari seorang
perbedaan yang akan mempengaruhi proses konsumen. Umur adalah mewakili kematangan
pengambilan keputusan pada tahap selanjutnya. dan kemandirian berpikir seorang konsumen.
Tingkat pendidikan dari seorang konsumen
Kondisi tersebut ternyata tidak sepenuhnya
mempengaruhi bentuk dan luasnya wawasan
berlaku Indonesia, walaupun sama-sama dari
terhadap aspek legal, fungsional, dan simbolis
rumpun budaya Asia. Menurut Sudarti (2013) ada
sebuah produk. Tingkat pendapatan
beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang
menggambarkan tingkat kebebasan ekonomi
dalam memandang produk lokal dibanding produk
terkait pilihan pada produk. Sedangkan, jenis
impor. Faktor tersebut salah satunya adalah
kelamin dapat dijelaskan sebagi faktor yang
tingkat keterbukaan pada budaya luar negeri dan
mempengaruhi keberanian dalam mengambil
tingkat penerimaan pandangan kolektif dan indi-
resiko dalam proses pemilihan produk .
vidual. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi
antusiasme seseorang dalam membentuk V. Simpulan
persepsi terhadap barang Impor. Sudarti juga
Kajian pada pengaruh lintas budaya terhadap
membahas dari aspek etnosentris yang
bidang pemasaran dapat disimpulkan bahwa
mempengaruhi pandangan konsumen Indonesia
masih banyak peluang penelitian pada bidang
terhadap barang-barang lokal. Pandangan peran
ini, yakni, (1) mengikutsertakan para pemasar
etnosentris ini sejalan dengan temuan Lantz
internasional dengan konsep focus group discus-
(1998) dalam desertasinya yang mengkaitkan
sion untuk mendapatkan informasi yang dapat
dengan tingkat kebanggaan pada Negara dan
mendorong temuan yang selaras dengan kajian
stereotype tentang negara dimana konsumen
lintas budaya pada sebuah negara dan
berdomisili. Faktor keterbukaan budaya luar
kepentingan dunia bisnis, (2) mengkaji kembali
negeri yang terlalu kuat, cenderung akan
pilihan variabel terkait dengan kegiatan lintas
melunturkan bangunan budaya yang berbasis

174 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014)


ENDY GUNANTO & YENNI KURNIA GUSTI

budaya yang bersinggungan dengan konsep empiris selanjutnya terkait kajian lintas budaya,
standardisasi dan adaptasi yang lazim berlaku penetapan strategi pemasaran dapat
dalam bidang pemasaran internasional, (3) memasukkan beberapa variabel demografi
menerapkan pembahasan budaya pada negara sebagai faktor pengendali yang bersifat
tertentu sebagai target ekspansi pasar untuk memoderasi. Artinya sebagai variabel kontrol
menilai hubungan budaya yang berlaku dengan dipandang mampu memperkuat atau
penerapan strategi pemasaran yang dilakukan memperlemah hubungan antar variabel secara
oleh para pemasar internasional selama ini, dan signifikan. Jadi perilaku konsumen sebagai
(4) memberikan perhatian lebih besar pada bentuk hasil perbuatan pelaku atau konsumen
pengukuran variabel dan menggali lebih dalam yang tunduk pada norma dan nilai sebuah
memperoleh variabel baru terkait kegiatan lintas budaya dapat diprediksi dengan sepenuhnya
budaya, yang selaras dengan kaidah pemasaran dalam pemahaman yang lebih luas dan
internasional. Sebagai pemikiran untuk penelitian mendalam .

DAFTAR PUSTAKA
Boucher, H. C. (2005), Culture and Implicit Self- Gereffi, G. (2001), ”Shifting Governance Struc-
Concept Inconsistency, A Dissertation in tures In Global Commodity Chains,With
Psychology, University Of California, Ber- Special Reference To The Internet”, Ameri-
keley. can Behavioral Scientist, Vol. 44, 10, 1616-
1637.
Cherrier, H. (2009), The Globalizing Arab World:
Impacts On Consumers’ Level Of Material- Gough, D.C. (2006), “Mobility, Tradition And Ad-
ism And Vanity, Working Paper 09 – 003, aptation: Samoa’s Comparative Advantage
The American University in Dubai. In The Global Market Place”, Graduate Jour-
nal Of Asia-Pacific Studies, 4:1, 31-43.
Choi, J. (2001), ”A Cross-Cultural Investigation
Of Consumer E-Shopping Adoption: A Hise, R. and Choi, Y.T. (2011), ”Are Us Compa-
Comparison Of Korean And American Col- nies Employing Standardization Or Adap-
lege Student”, The Ohio State University, tation Strategies In Their International Mar-
UMI Dissertation Publishing, 3031186. kets?” Journal of International Business
and Cultural Studies, 4, 1-29.
Cornwell, T. B. and Drennan, J. (2004), “Cross-
Cultural Consumer/Consumption Research: Hughes, G.S. (1997), “Manufacturing Identity:
Dealing with Issues Emerging from Global- Some Educational Insight Into English
ization and Fragmentation”, Journal of Canada’s National Self-Image”, UMI Disser-
Macromarketing, 24, 108. tations Publishing, MQ24161.
Dodson, K.J. (2001), “The Impact Of Cultural Dis- Klinefelter, G. (2010), ”Management Across Cul-
sonance On Corporate Strategy And New tures: Challenges and Strategies”, Ameri-
Product Development: An Ethnography Of can Library Association dba CHOICE,
High-Tech Corporate Start-Up”, The Univer- 757732051
sity of Utah, Proquest, UMI Dissertations Kolodko, G.W. (2005), “ Globalization, Transition,
Publishing, 3032059. and Development Prospects”, Finance
Galperin, H. (1999), “Cultural industries in the India, Vol.19, 2, 465-479.
age of free-trade agreements”, Canadian
Journal of Communication, 24.1, 49-77.

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014) 175


PENGARUH LINTAS BUDAYA PADA PEMASARAN INTERNASIONAL DENGAN PENDEKATAN
PERILAKU KONSUMEN

Lantz, G. (1998), ”The Country-Of-Origin Effect Rota, S.L.M. (2010), “PostColonialism vs. Glo-
And Social Identity: The Ways An balization: Negotiating the ’Local’ “, Jour-
Individual’s National Identity Affects Prod- nal of Post-Colonial Cultures and Societ-
uct Preferences”, The University of ies, Vol.1, 2, 5-21.
Manitoba (Canada), UMI Dissertations Pub- Singhapakdi, A., Rawwas, M.Y., Marta, J., and
lishing, NQ32882. Ahmed, M.I. (1999), “A Cross-Cultural
Lee, C.A., Bang, H.Y., Ha, J.W., Lee, J.Y., and Study of Consumer Perception about Mar-
Kim, Y.H.Y. (2011), “An Analysis Of Cul- keting Ethics”, The Journal of Consumer
tural Impact On International Business Per- Marketing, Vol.16, 3, 257-272.
formance Via Foreign Market Entry Mode: Sudarti, K. (2013), “Peningkatan Minat Pembelian
Case Of South Korean MNc s” Journal of Merek Lokal Melalui Consumer
Management and Marketing Research, 7, Ethnocentrism ”,Jurnal.unimus.ac.id/
1-8. index.php/vadded/article/view/837.
Manrai, L.A. and Manrai A.K. (2011), ”Cross-Na- Tian, K. and Borges, L. (2011), “Cross-Cultural
tional Consumer Research in the Global Issues in Marketing Communications: An
Economy of the Twenty-First Century,” Anthropological Perspective of International
Journal of International Consumer Market- Business”, International Journal of China
ing, 23, 167-180 Marketing , Vol. 2, 1.
Manrai L.A. and Manrai A.K. (2010),” Entrepre- Ulgado, F. M. and Lee, M. (1998),” The Korean
neurship and Development: Local Process versus American Marketplace: Consumer
and Global Patterns”, The Royal Institute Reactions to Foreign Products”, Psychol-
of Technology, Centre of Excellence for ogy & Marketing (1986-1998); Vol.15 ,6 ,
Science and Innovation Studies (CESIS) 595.
Moore, E.G. (1998), ”Competitive Judgement in Vrontis, D. and Kitchen, Philip J. (2005),”Entry
a Business Simulation: A Comparison be- Methods And International Marketing Deci-
tween American and Chinese Business sion Making: An Empirical Investigation”,
Students”, Psychology & Marketing, Vol.15, International Journal of Business Studies,
6, 547-562. Vol. 13, 1, 87-110.
Moon, T.W. and Park, S.I. (2011), ”The Effect of Yi, Youjae. (1998), ”Marketing in East Asia: A
Cultural Distance on International Market- Cross-Cultural Perspective” Psychology &
ing Strategy: A Comparison of Cultural Dis- Marketing, Vol. 15, 6, 503
tance and Managerial Perception Mea-
sures,” Journal of Global Marketing, 24, 18-
40.

176 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014)

Anda mungkin juga menyukai