Anda di halaman 1dari 58

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN

IV.1 Lokasi Penelitian


Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di PT. Nusa Halmahera Minerals,
Halmahera Utara, Maluku Utara. Penelitian ini dilakukan pada lokasi area bekas
tambang terbuka atau Open Pit yaitu pit Gosowong. Penelitian ini dilakuakan
pada bulan mei sampai dengan bulan juni 2019. Area bekas tambang terbuka
milik PT Nusa Halmahera mineral sudah dilakuakn tahap kegiatan reklamasi
yang sudah berjalan dari tahun 2013 sampai sekarang dan pada saat sekarang PT
Nusa Halmahera Mineral masih dalam tahap penanaman dan penyulaman
tanaman local atau tanaman inti dan pada area bekas tambang terbuka dan area
bukaan lainnya dan ketersedian Top soilyang sedikit oleh karena itu kegiatan
reklamsi yang dilakukan selalu bertahap.

Sumber : Dept. Enviro PT. NHM, 2019


Gambar.IV.1 Lokasi Penelitian

1
IV.2 Desain Awal Area Reklamasi Pit Gosowong
Desain Awal Area Reklamasi Pit Gosowong menggunakan acuan
topografi rona akhir penambangan pit Gosowong, ini merupakan topografi update
Mei tahun 2014 dimana berakhirnya penambangan hingga contour terendah pada
level RL 95 dan kemiringan lahan rata-rata mencapai 80%. Dengan total Area
256.409,9 m2 Terlihat pada Gambar IV.2

Sumber : Dept. Enviro PT. NHM, 2014


Gambar.IV 1 Desain Awal Area Reklamasi Pit Gosowong

VI.3 Perhitungan Kekurangan Top Soil


Perhitungan kekurangan top soil dilakukan dengan data stok total akhir top
soil yang berada di stockpile top soil dikurangi dengan volume top soil yang
dibutuhkan untuk menutup area bottom dan top pada lokasi pit Gosowong.
volume yang dibutuhkan pada area Bottom pit = luas area X kebutuhan

IV.3.1 Stok Akhir Top Soil Pada Stockpile


Data stock akhir Top Soil pada Stockpile diperoleh dari hasil perhitungan
yang dilakukan oleh departemen pertambangan pada tanggal 30 April 2013.
Karena pada saat penelitian ini dilakukan top soil yang berada di stokpile sudah
digunakan semuanya untuk kebutuhan reklamasi Waste Dump dengan jumlah
volume total top soil yang ada adalah 28224.240. Pada gambar IV.3 dibawah ini

2
merupakan volume keseluruhan yang ada di daerah stockpile top soil.

Sumber : Dept. Pertambangan PT. NHM, 2013


Gambar.IV 2 Volume Total Top Soil

IV.3.2 Kebutuhan Top Soil


Top Soil yang ada pada stockpile digunakan untuk memenuhi kegiatan
reklamasi yang dilakukan pada waste dump sambiki serta bagian top dan bottom
pit Gosowong. Untuk mengetahui berapa besar kebutuhan top soil yang
digunakan untuk reklamasi harus dihitung masing-masing volume dari setiap
tempat.
volume Top Soil yang dibutuhkan = luas area X ketebalan Top Soil

IV.3.2.1 Kebutuhan Top Soil Pada Area Waste Dump Sambiki


Perhitungan kebutuhan volume top soil pada area wastedump sambiki
dengan ketebatalan yang sudah ditetapkan oleh PT NHM yaitu berkisar ≥ 15 cm
dengan luas Area wastedump sambiki 25,1 Ha menggunakan rumus sebagai
berikut :
Volume Top Soil yang dibutuhkan =Luas Area X ketebalan
= 251.000 m2 X 0,15 m = 37650 m3

3
Sumber : Dept. Pertambangan PT. NHM, 2013
Gambar.IV 3 Peta Wastedump Sambiki

IV.3.2.2 Kebutuhan Top Soil Pada Area Bottom dan Top Pit Gosowong
Perhitungan kebutuhan volume top soil pada bottom dan top pit
Gosowong dengan ketebatalan yang sudah ditetapkan oleh PT NHM yaitu
berkisar ≥ 15 cm dengan luas area top sebesar 6,61 Ha dan luas bottom sebesar
4,05 Ha, perhitungan kebutuhan top soil menggunakan rumus sebagai berikut :
Volume Top Soil yang dibutuhkan
top = Luas Area X ketebalan. = 66.100 m2 X 0,15 m = 9915 m3
Volume Top Soil yang dibutuhkan
bottom = Luas Area X ketebalan = 40.500m2 X 0,15 m = 6075 m3

IV.3.3 Kekurangan Top Soil Pada Pit Gosowong


Kekurangan top Soil pada pit Gosowong dikarenakan ketebalan dari top
soil yang sangat tipis, serta penggunaan top soil untuk kebutuhan reklamasi pada
daerah waste dump yang menyebabkan penggunaan top soil alternatif untuk
kebutuhan rekalamasi pada daerah pit Gosowong. Kekurangan top soil untuk pit
Gosowong sebanyak 25415,76 m3. Pada Tabel IV.1 dapat dilihat kekurangan top
soil untuk kegiatan reklamasi pada pit Gosowong.

4
Tabel.IV 1 Kekurangan Top Soil Untuk Kegiatan Reklamasi Pada Pit Gosowong
Ketebalan Kebutuhan Volume
Luas Sisa
No Nama Rata-Rata Volume Total top
(m2) Volume
(m) (m3) soil
1 wastedump 251000 0.15 37650 28224.24 -9425.76
2 top pit 66100 0.15 9915 -9425.76 -19340.76
3 bench 92110.72 0 -19340.76 -19340.76
4 slope 164308.3 0 -19340.76 -19340.76
5 bottom pit 40500 0.15 6075 -19340.76 -25415.76

Dari Tabel IV.1 Top Soil yang di gunakan untuk reklamasi waste dump
sudah mengalami kekurangan sebanyak 9425,76 m3. Seperti disebutkan diatas
kekurangan top soil dikarenakan lapisan top soil sebelum dilakukan penambangan
sangat tipis sehingga tidak dapat di gunakan untuk kebutuhan reklamasi sebagian
dari Waste dump. Kekurangan top soil tersebut diatasi dengan top soil alternatif
yang diperoleh dari pengolahan dan penampungan kolam lumpur.

IV.4 Bahan Penunjang Top Soil ( Soil Alternative )


Top soil Alternatif sendiri yaitu tanah yang didapat dari tempat kolam
sedimen pond dan tanah yang diambil dari lokasi pencucian mobil yang
ditampung disuatu tempat untuk dijadikan tempat penampungan, setelah itu tanah
tersebut dikeringkan diberikan pupuk dan di tanami dengan menggunakan
tanaman cover crop tanah tersebut dapat digunakan kembali setalah disimpan
dalam kurun waktu ± 3 – 6 bulan dalam tempat penyimpanan.
Penggunaan top soil alternatif tersebut dikarenakan mudah didapat dan
terdapat di daerah sekitar blok gosowong, parameter lain untuk menentukan
penggunaannya dengan analisa kimia, analisa fisik, tekstur dan struktur tanah.
Penilaian terhadap hasil analisis kimia tanah didasarkan pada Kriteria Penilaian
Hasil Analisis Tanah yang disajikan pada (Sulaeman et al. 2005), penilaian
terhadap hasil analisis fisik tanah didasarkan pada Arsyad (2010) sedangkan
analisa tekstur dan struktur menggunakan segitiga tektur USDA. Analisa
dilakukan diblok gosowong. Sampling tanah dilakukan pada 9 titik pengamatan
tersebar di areal Blok Gosowong. Lokasi sampling tanah disajikan (Tabel IV.2)
dan ditampilkan juga pada peta (Gambar IV.5).

5
Tabel.IV 2 Lokasi sampling tanah di sekitar area tambang Blok Gosowong
No. Blok Lokasi Kode Tahun Koordinat
sampel Tanam
1 Gosowong Sambiki GSW1 2011 N 01° 08' 25.9"; E 127° 42'
WD 09.7"
2 Gosowong Sambiki GSW2 2012 N 01° 08' 29.3"; E 127° 42'
WD 07.3"
3 Gosowong Sambiki GSW3 2011 N 01° 08' 33.6"; E 127° 42'
WD 04.4"
4 Gosowong South GSW4 2002 N 01° 08' 34.1"; E 127° 41'
WD 45.3"
5 Gosowong Main GSW5 2013 N 01° 08' 29.5"; E 127° 41'
WD 35.7"
6 Gosowong Pit Area GSW6 2014 N 01° 08' 37.8"; E 127° 42'
15.5"
7 Gosowong Rompad GSW7 2015 N 01° 08' 43.8"; E 127° 41'
Ext 52.2"
8 Gosowong Main GSW8 Old N 01° 08' 52.7"; E 127° 41'
WD 50.2"
9 Gosowong Original GSW9 - N 01° 08' 58.3"; E 127° 41'
Forest 53.1"

sumber: Dept Environment PT NHM 2018


Gambar.IV 4 Peta Sampling Gosowong

IV.4.1 Sifat Fisik Tanah


Hasil analisis sifat-sifat fisik dari contoh tanah yang diambil dari area
revegetasi blok gosowong (Tabel IV.3) menunjukkan bahwa lapisan atas tanah
memiliki bulk density (bobot isi) bervariasi dari 0,87 hingga cukup tinggi yaitu

6
1,47g/cm3, sementara lapisan bawahnya 0.87 hingga 1.71 g/cm3. Pertumbuhan
akar, secara umum, mulai terganggu ketika bobot isi mencapai 1,55 hingga 1,6
g/cm3 dan tidak dapat berkembang pada bobot isi sekitar 1,8 g/cm3 atau lebih.
Data tanah yang digunakan untuk top soil alternatif masih dikatakan baik dari
segi bobot ini dikarenakan hanya sebagian bobot isi yang melebihi 1,55 dan
masih dibatas wajar karena tidak melebihi 1,8 g/cm3

Tabel.IV 3 Sifat-sifat fisik contoh tanah di area revegetasi PT. Nusa Halmahera
Minerals

No. Kode Lokasi Tahun Lapisan BD Porositas Permeabilita


Sampel tanam s
(cm) (g/cm3) % (cm/jam) Ket
1 GSW-1 Sambiki 2011 0-20 1.51 42.97 1.62 a.l
WD 20-40 1.37 48.36 11.66 a.c
2 GSW-2 Sambiki 2012 0-20 1.06 60.17 2.89 S
WD 20-40 1.02 61.43 9.18 a.c
3 GSW-3 Sambiki 2011 0-20 1.31 50.44 1.56 a.l
WD 20-40 1.71 35.63 1.03 a.l
4 GSW-4 South WD 2002 0-20 1.23 53.42 0.96 a.l
20-40 1.05 60.50 5.73 S
5 GSW-5 Main WD 2013 0-20 0.87 66.99 3.07 S
20-40 1.12 57.84 0.81 a.l
6 GSW-6 Pit Area 2014 0-20 1.12 57.79 6.13 S
20-40 1.05 60.20 0.78 a.l
7 GSW-7 Rompad 2015 0-20 1.47 44.71 3.02 S
Ext 20-40 1.41 46.78 6.65 a.c
8 GSW-8 Main WD < 2011 0-20 1.16 56.06 4.50 S
20-40 1.32 50.18 1.08 a.l
9 GSW-9 Hutan - 0-20 1.40 47.20 10.44 a.c
alami 20-40 0.87 67.00 5.17 S

Sumber: Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah PT. NHM, 2018 oleh Laboratorium Fisika Tanah, DITSL-IPB,

7
Pada umumnya tanah di block gosowong memiliki porositas tanah di areal
revegetasi bervariasi antara 42.97 hingga 67.00% baik di lapisan atas maupun
lapisan bawah tergolong dalam kelas porositas kurang baik sampai porous
(Arsyad,1975).
Berdasarkan Tabel IV.3 dapat dilihat bahwa permeabilitas tanah dalam
keadaan yang baik, tidak ada permeabilitas yang lambat walaupun hasilnya sangat
bervariasi mulai dari aga lambat sampai aga cepat, namun hal tersebut masih
dibatas wajar.
Berdasarkan data analisa fisik tanah top soil alternatif layak untuk
digunakan dalam kegiatan revegetasi yang berada di pit Gosowong. Karena masih
dalam standar yang baik, top soil alternatif merupakan tanah yang tererosi dan
mengendap di kolam pengendapan lumpur. Karena faktor dari erosi kondisi
kandungan hara dalam tanah tergantung. Oleh sebab itu untuk perbaikan kualitas
tanah dalam rangka revegetasi, maka penambahan kompos ke lubang-lubang
tanam dalam jumlah yang mencukupi sangat dianjurkan.

IV.4.2 Sifat Kimia Tanah


Hasil analisis sifat-sifat kimia tanah disajikan pada Tabel IV.4 dibawah
ini. pH tanah sangat penting perananya dalam menentukan unsur hara yang ada
untuk di serap oleh vegetasi, karena dapat menentukan baik atau tidaknya sebuah
pertumbuhan serta cepat atau tidaknya pertumbuhan vegetasi yang digunakan
diarea tambang, dimana sangat ditentukan oleh tingkat keasaman pada media
tanahnya. Secara umum unsur hara akan mudah diserap vegetasi pada tingkat
keasaman 6-7, dikarenakan unsur yang terkandung didalam tanah akan mudah
larut dalam air di bandingkan dengan pada kondisi tanah yang memiliki pH
rendah (Karania,dkk.2017). kandungan ion hidrogen yang banyak dalam suatu
tanah anak mempengaruhi keseimbangan reaksi kimia yang terjadi dalam tanah
dan keadan unur haranya (Nazemi et al., 2012).
Tabel IV.4 menunjukkan bahwa reaksi tanah di area revegetasi gosowong
sangat bervariasi dari masam (pH 4.7-6.0) hingga agak alkalis (7.7). Area
revegetasi di Gosowong memiliki pH yang tergolong masam, yaitu berkisar
antara pH 4.7 hingga 5.5, sedangkanpada hutan alami (original forest) tergolong

8
agak masam yaitu 6.0 di lapisan atas dan agak alkalis yaitu 7.7 di lapisan
bawah.pH yang berada pada tanah daerah blok gosowong terbilang rendah. Pada
kondisi pH yang masam, maka tanah di lokasi-lokasitersebut memerlukan
perlakuan pengapuran. Selain itu, tanah di semua lokasi memiliki pH KCl yang
lebih rendah dibandingkan pH H2O yang menunjukkan bahwa koloid-koloid
tanah ini bermuatan negatif.

Tabel.IV 4 Hasil analisis sifat-sifat kimia sampel tanah di area revegetasi sekitar
blok gosowong
No Kode Lapisan Lokasi Tahun Tekstur (pipet) pH (1:5)
(cm) tanam

Pasir Debu Liat H2O KCL

1 GSW-1 0-20 Sambiki


2011 40 31 29 5,4 3,8
WD
20-40 40 32 28 5 3,5
2 GSW-2 0-20 Sambiki
2012 28 34 38 4,9 3,4
WD
20-40 22 41 37 4,9 3,5
3 GSW-3 0-20 Sambiki
2011 20 39 41 4,7 3,6
WD
20-40 33 31 36 4,9 3,8
4 GSW-4 0-20 South
2002 29 25 46 4,9 3,5
WD
20-40 21 31 48 5,1 3,6
5 GSW-6 0-20 2013 21 41 38 5,0 3,6
20-40 23 42 35 5,5 4,0
6 GSW-6 0-20 Pit Area 2014 39 33 28 5,3 4,1
20-40 36 33 31 5,3 4,2
7 GSW-7 0-20 Rompad
2015 51 28 21 5,0 3,7
Ext
20-40 49 31 20 5,5 4,2
8 GSW-8 0-20 Main WD Old 25 38 37 5,1 3,7
20-40 30 33 37 4,9 3,6
9 GSW-9 0-20 Hutan
- 11 35 54 6,0 4,3
Alam
20-40 13 32 55 7,7 6,8

9
Penggunaan tanah didaerah blok gosowong untuk revegetasi harus
menggunakan pengelolahan yang baik guna meningkatkan nilai pH yang baik
bagi vegetasi yang akan tumbuh diatasnya, tritmen yang sudah dilakukan sejak
top soil alternatif berada di stockpile, keberhasilan nilai pH yang baik dilihat dari
tumbuhnya tanaman cover crop di sekitar stockpile. Setelah cover crop tumbuh,
soil alternatif dinyatakan sudah siap dipindahkan kearea revegetasi yang sudah
direncakan. Pada gambar IV.6 menunjukan kodisi top soil alternatif yang berada
di stockpile.

Gambar.IV 5 Kondisi Soil Aternatif di Stockpile

IV.4.3 Tekstur dan Struktur Tanah


Kegiatan pengujian tekstur tanah dilakukan untuk mengetahui tekstur
tanah dan pengaruhnya terhadap revegetasi dilahan bekas tambang. Struktur
tanah yang baik adalah bentuknya membulat supaya gumpalan butirnya tidak
saling bersinggungan satu dengan yang lainya. Sehingga pori pori yang terbentuk
tidak mudah tertutup oleh air hujan (Hardjowigeno, 1987)
Metode yang digunakan adalah segitiga tekstur USDA bertujuan untuk
mengklasifikasikan kelas tekstur tanah.

10
Tabel.IV 5 Hasil Analisa Tekstur Tanah
No Kode Lapisa Lokasi Tekstur (pipet) USDA Struktur
n (cm) Tekstur Tanah
tanah
Pasir Debu Liat
% % %

1 GSW- 0-20 Sambiki 40 31 29 Tanah Liat Platy


1 WD
20-40 40 32 28 Tanah Liat Platy
Berlempung
2 GSW- 0-20 Sambiki 28 34 38 Tanah Liat Platy
2 WD Berlempung
20-40 22 41 37 Tanah Liat Platy
Berlempung
3 GSW- 0-20 Sambiki 20 39 41 Lempung Glanular
3 WD
20-40 33 31 36 Tanah Liat Platy
berlempung
4 GSW- 0-20 South 29 25 46 Lempung Glanular
4 WD
20-40 21 31 48 Lempung Glamular
5 GSW- 0-20 21 41 38 Tanah Glamular
6
20-40 23 42 35 Tanah Glanular
6 GSW- 0-20 Pit Area 39 33 28 Lempung Glanular
6 berliat
20-40 36 33 31 Lempung Glanular
berliat
7 GSW- 0-20 Rompad 51 28 21 Tanah Liat Platy
7 Ext dan
lempung
berpasir
20-40 49 31 20 Tanah Liat Platy
8 GSW- 0-20 Main WD 25 38 37 Tanah Liat Platy
8 Berlempung
20-40 30 33 37 Tanah Liat Platy
Berlempung
9 GSW- 0-20 Hutan 11 35 54 Lempung Glanular
9 Alam
20-40 13 32 55 Lempung Glanular

Berdasarkan hasil dari analisa tekstur tanah pada 9 daerah percobaan


menunjukan hasil yang beragam. Dengan Presentasi 11-51 % pasir, 25-41 % debu
dan 20-55 % liat, dari data tersebut didapat kelas tekstur berdasarkan USDA
mulai dari tanah, tanah liat, tanah liat berlempung dan lempung dengan struktur
dari setiap lokasi berpariasi mulai dari Platy atau granular.

11
Dari hasil percobaan analisa kimia, analisa fisik dan tekstur struktur
menggunakan metode segitiga tekstur USDA.Berdasarkan data analisa fisik tanah
top soil alternatif layak untuk digunakan dalam kegiatan revegetasi yang berada
di pit Gosowong. Karena masih dalam standar yang baik, dari analisa
kimiamenunjukkan bahwa reaksi tanah di area revegetasi gosowong sangat
bervariasi dari masam (pH 4.7-6.0) hingga agak alkalis (7.7). Area revegetasi di
Gosowong memiliki pH yang tergolong masam, yaitu berkisar antara pH 4.7
hingga 5.5 dan memerlukan trimen berupa pengkapuran. Untuk analisa tekstur
dan struktur menunjukan bahwa tektur dan struktur tanah sangat berpengaruh
terhadap kondisi tanaman.berdasarkan hasil pengamatan secara langsung banyak
tamanan yang dapat tumbuh didaerah block gosowong, hal tersebut membuat
tekstur dan struktur tanah dalam keadaan normal untuk tanaman.

IV.5 Tingkat Kesuburan Tanah


Dengan mengacu kepada Kriteria Status Kesuburan Tanah (Pusat Penelitian
Tanah, 1983), maka seluruh area revegetasi PT. NHM tergolong ke dalam tingkat
kesuburan tanah rendah (Tabel 5). Hal ini terjadi karena meskipun kejenuhan
basa (KB) tanah tergolong sangat tinggi, dan KTK tanah bervariasi dari rendah
hingga tinggi, namun kadar C-organik tergolong sangat rendah dan kadar K2O
umumnya rendah dan beberapa tergolong sedang. Tabel 6 tersebut juga
memperlihatkan bahwa umumnya hutan alami yang merupakan rona awal areal
tambang memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah yang disebabkan oleh
nilai KTK rendah serta kadar C-organik sangat rendah sampai rendah, kecuali
hutan alami Gosowong yang memiliki tingkat kesuburan sedang.

Tabel.IV 6 Kesuburan Tanah

Kode Tahun Tkt.


No. Lokasi C-org P2O5 K2O KTK KB
Sampel tanam Ksbrn

Sambiki
1 GSW-1 2011 SR ST SR S T R
WD

Sambiki
2 GSW-2 2012 SR T R S T R
WD

12
Sambiki
3 GSW-3 2011 R S SR S R R
WD

Kode Tahun Tkt.


No. Lokasi C-org P2O5 K2O KTK KB
Sampel tanam Ksbrn

South
4 GSW-4 2002 SR SR SR T SR S
WD

Main
5 GSW-5 2013 SR T SR S S R
WD

6 GSW-6 Pit Area 2014 SR ST SR S S R

Rompad
7 GSW-7 2015 SR ST SR R S R
Ext

Main
8 GSW-8 <2011 R T R S S R
WD

Hutan
9 GSW-9 - S R SR T S S
alami

Berdasarkan hasil analisis kimia, fisik dan biologi tanah terdapat beberapa
masalah tanah, yaitu beberapa lokasi memiliki kejenuhan Aluminium sedang
hingga sangat tinggi, kandungan C-organik, N-total, P-tersedia dan K rendah
hingga sangat rendah. Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut, maka ke
depan pada saat revegetasi perlu dilakukan penambahan bahan organik dalam
bentuk kompos dan pupuk NPK ke setiap lubang tanam.
Dibandingkan dengan tanah di hutan alami, tanah di area revegetasi juga
memiliki sifat fisik yang kurang baik, yaitu permeabilitas rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa tanah relatif padat, sehingga akan mengganggu sirkulasi
udara dan air pada pertumbuhan akar tanaman. Proses pemadatan biasanya terjadi
pada saat penimbunan tanah pucuk dengan menggunakan alat-alat berat. Oleh
sebab itu penambahan bahan organik dalam bentuk kompos juga bermanfaat
untuk mengurangi pemadatan tanah

IV.6 Jumlah tanah Tanah Yang terosi


Untuk mengetahui tingkat erosi yang terjadi pada area Waste dump
Sambiki agak dapat mengetahui seberapa besar Tanah Top Soil yang tererosi dan
bercampur dengan tanah – tanah yang lain dan tertampung pada kolam tertampung

13
pada kolam sedimenpond. Penentuan tingkat erosi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus USLE (Universal Soil LossEquation)

Tabel.IV 7 Menghitung jumlah tanah yang tererosi


CH
CH
rata-rata
year tertinggi (R) (K) (C) (P) (LS) (Ea)
per 10
1 tahun
tahun
2008 415
2009 436
2010 432
2011 472
2012 416
387 431,30 305,28 0,26 1 0,9 9,19 656,18
2013
2014 387
2015 470
2016 484
2017 414

Dengan memperhitungannilai faktor erosivitas curah hujan (R), faktor


erodibilitas
tanah (K), faktor pengelolaan tanaman (C), faktor tindakan konservasi tanah (P),
faktor panjang lereng (L), dan faktor kemiringan lereng (S)diatas menjelaskan
bahwa jumlah tanah yang tererosi dan tertampung di kolam sedimen pond sebagai
berikut :
E = R . K . LS . C . P
= 305,28x 0,26x 9,19x 1 x 0,9 = 656,18Ton/Ha/tahun

IV. 5 Metode Penanaman Dalam kegiatan Revegetasi pada Pit Gosowong


Metode penanaman untuk daerah pit Gosowong dibagi menjadi 4 bagian
yang terdiri dari bottom pit, slope pit, bench pit dan top pit. Penggunaan metode
pada masing-masing daerah di bedakan berdasarkan kondisi lahan atau
kemiringan lahan.

IV.5.1 Metode Revegetasi Pada Bagian Bottom Pit


Metode panada merupakan salah satu metode yang digunakan pada area
bottom pit Gosowong, pemilihan metode ini dikarekan sering digunakan pada
area yang berbatuan yang sedikit memiliki tanah top Soildengan kelebihan lain

14
diantaranya tanaman dapat bertahan dan tumbuh dengan subur, dapat
Menghembat waktu pada kegiatan revegetasi serta memiliki kekurangan
diantaranya lebih membutuhkan perawatan yang yang berkala seperti pemukan
dan pemantauan agar dapat tanaman yang ditanam dapat bertumbuh serta
pertumbuhan tanaman tidak terlalu baik. Penggunaan bahan dalam metode ini
juga terbilang mudah didapat berupa tanah, pupuk,serbuk gergaji, karung plastik,
tali dan tanaman yang sudah bertumbuh didalam polybag.
Selain metode panada ada juga metode penanaman pohon. Pada metode ini
menggunakan tanah sebagai media tumbuh tanaman. metode ini memiliki
kelebihan diantaranyatanaman dapat tumbuh lebih cepat karena sudah berbentuk
tanaman bukan bibit lagi,tanaman dapat beradaptasi dengan cepat pada area yang
akan dilakukan kegiatan revegetasi, Pertumbuhan tanaman dapat dipastikan lebih
baik. Serta memiliki kekurangan berupa perlu adanya perawatan secara berkala
yaitu penyulaman, pemupukan, pembersihan gulma, pemangkasan cabang liar.
Bahan – bahan yang digunaka pada metode ini berupa tanaman yang sudah di
tumbuh dalam polibag, tanah dan serbuk gergaji serta pupuk, Alcosorb.
Penggunaan kedua metode ini saling melengkapi untuk menunjang
rencana revegetasi didaerah bottom pit dan salah satu cara untuk menanggulangi
kekurangan dari top soil itu sendiri. Pada gambar IV.7 dan gambar IV.8
merupakan gambaran metode yang di terapkan di lapangan.

Gambar.IV 6 Metode Penanaman Pohon

15
Sumber : Dept Enviro PT NHM
Gambar.IV 7 Metode Panada

Tanaman yang digunakan untuk revegetasi adalah Tanaman Pioner.


Tanaman ini dipilih karena memiliki pertumbuhan pohon yang cepat dan dapat
tumbuh pada curah hujan yang tinggi, serta memiliki kemampuan toleransi
terhadap setiap jenis tanah dan lingkungan dengan jarak tanaman pohon acacia
mangium 4 x 4 meter

IV.5.2 Metode Revegetasi Pada Bagian slope pit


Metode Lalampa atau Sosis salah satu metode yang digunakan di PT
NHM metode ini digunakan pada area Slope atau area yang memiliki kemiringan
tertentu dikarenakan penggunaannya yang mudah untuk area yang memiliki
kemiringan tertentu. Metode ini juga memiliki kelebihan diantaranya tidak
menggunakan media tanah untuk tempat bertumbuhnya tanaman, lebih mudah
pekerjaan pada kegiatan revegetasi khususnya pada dinding bench, menghemat
waktu pekerjaan, tidak membutuhkan banyak pekerja dan tidak perlu perawatan
intinsif atau berkala, dan dari segi kekurangan metode ini adalahbibit yang
ditanaman hanya mampu bertumbuh pada permukaan sosis atau media yang
dipakai tidak mampu bertahan pada musim panas atau musim kemarau dan
pemborosan bibit cover crop yang dipakai, untuk bahan bahan yang digunakan
antara lain serbuk kelapa yang telah dianyam yang berbentuk seperti jaring atau

16
bisa juga menggunakan ecomesh,jerami
kawat dan bibit cover crop. Pada gambar IV.9 dan Gambar IV.10 merukan cara
pembuatan metode sosis serta penerapan metode dilapangan.

Sumber : Dep Enviro PT NHM


Gambar.IV 8 Pembuatan Metode Lalampa atau Sosis

Sumber : Dep Enviro PT NHM


Gambar.IV 9 Metode Lalampa atau Sosis

Metode coconet merupakan salah satu metode yang digunakan untuk


kegiatan revegetasi area pit Gosowong yaitu pada area slope. Penggunaan metode
ini dikarenakan tidak menggunakan media tanah bibit yang ditanam dapat
bertumbuh dengan baik dikarenakan mendapat sirkulasi udara yang baik
pertumbuhan cover crop lebih merata, dapat menghemat penggunaan bibit cover
crop, permukaan dinding lebih cepat tertutup dengan tanaman dan tidak perlu

17
adanya perawatan secara berkala. Bahan – bahan yang digunakan pada metode
coconet yaitu serbuk kelapa yang telah dianyam sehingga berbentuk seperti jaring
atau bisa juga menggunakan ecomesh, jerami, kapur, bibit Cover Crop. Pada
gambar IV.11 merupakan sebuah penerapan metode coconet dilapangan.

Sumber : Dep Enviro PT NHM


Gambar.IV 10 Metode Coconet

IV.5.3 Metode Revegetasi Pada Bagian Bench Pit


Metode coconet digunakan untuk kegiatan revegetasi area benchselain itu
juga metode yang dipakai untuk menunjang kegiatan revegetasi bagian metode
panada digunakan untuk area bench pit Penggunaan kedua metode ini saling
melengkapi untuk menunjang rencana revegetasi didaerah bench pit.Bahan –
bahan yang digunakan sama dengan pengaplikasian kegiatan revegetasi pada area
slope yaitu jerami, serbuk gergaji yang telah di anyam berbentuk jaring, kapur,
dan juga pada metode panada bahan – bahan yang digunakan hampir sama
dengan kegiatan revegetasi pada area bottom pit yaitu tanah, serbuk gergaji,
pupuk, karung plastik, tali dan tanaman yang sudah tumbuh di dalam polybag,
pada metode coconet penggunaan tanaman yang di pakai untuk kegiatan
revegetasi yaitu tanaman cover cropserta pada metode panada tanaman yang
digunakan yaitu tanaman pioner, dikarenankan tanaman pionir pertumbuhan
pohon yang cepat dan dapat tumbuh pada curah hujan yang tinggi oleh karena itu

18
tanaman jenis pioner lebih cocok dipakai dengan jarak tanaman yaitu 4 meter.

Sumber : Dep Enviro PT NHM


Gambar.IV 11 Metode coconet

Sumber : Dep Enviro PT NHM


Gambar.IV 12 Metode Panada
IV.5.5 Metode Revegetasi Pada Bagian Top Pit
Metode penanaman pohon digunakan untuk kegiatan revegetasi
khususnya di area Top Pit digunakannya bahan penunjang atau penggantian Top
Soil yaitu Soil Alternativ oleh karena itu metode penanaman pohon di aplikasikan
untuk area top pit pada metode ini bahan – bahan yang digunakan yaitu tanah,
serbuk gergaji, pupuk, tanaman yang tumbuh dalam polybag, serta Alcosorb akan
tetapi penggunaan alcosorbtergantung keadaan musim penggunaannya apabila
situasi dan kondisi musim kemarau yang di harapkan penggunaannya untuk
mencukupi kebutuhan air untuk tanaman. Dengan jenis tanaman yang digunakan
pada kegiatan revegetasi yaitu tanaman pioner dengan jarak tanaman yantu 4 x 4
meter.

19
Gambar.IV 13 Metode Penanaman Pohon

IV. 6 Luas Area Penanaman


Luas area revegetasi di pit Gosowong 363019,02 𝑚2 dengan jenis
tanaman yang dipakai pada kegiatan revegetasi yaitu legume cover crop, tanaman
pionir dan tanaman lokal. Hasil penelitian menunjukan bahwa luas area yang
sudah di revegetasi yaitu 303023,63𝑚2 sehingga masih ada luas area yang belum
yang belum berhasil dilakukan proses penananaman tanaman, dalam hal ini
tingkat keberhasilan dalam kegiatan revegetasi lahan di pit Gosowong sudah
mencapai 83% yang telah ditanami tumbuhan dari luas total keseluruhan. Hal ini
menunjukan bahwa kegiatan revegetasi yang dilakukan pada area bekas
penambangan sudah cukup baik. Berikut ini data luas rencana dan realisasi yang
telah dilakukan.
Tabel.IV 8 Data Rencana Penanaman
Area Tahap Luas Rencana (m3) Tahun 2013
LCC 1 363019,02
Pionir 2 363019,02
Lokal 3 363019,02

Tabel.IV 9 Data Luas Realisasi Penanaman


Area Tahap Realisasi Lapangan (m3) tahun 2019
LCC 1 303023,63
Pionir 2 169732,69
Lokal 3 173711,87

20
Tabel.IV 10 Perbandingan Luas Rencana dan Realisasi Penanaman
Area Tahap Luas Rencana (m3) Realisasi Lapangan (m3)
Tahun 2013 tahun 2019

LCC 1 363019,02 303023,63

Pionir 2 363019,02 169732,69

Lokal 3 363019,02 173711,87

Perhitungan Presentasi Luas :


- Presentasi luas Area Penanaman
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 303023,63
% Luas = X 100% = X 100% = 83 %
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 363019,02

- Presentasi Luas area LCC


𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 303023,63
% Luas = X 100% =362019,02 X 100% = 83,47%
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑅𝑒𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎

- Presentasi Luas Area Pionir


𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 169732,69
% Luas = X 100% = X 100% = 46,76%
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 362019,02

Presentasi Luas Area Tanaman Lokal


𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 172711,87
% Luas = X 100% =362019,02 X 100% = 47,85%
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎

IV.6.1 Presentase Luas Penanaman Per Area


Presentasi luas penanaman perarea terbagi antara 4 bagian masing -masing
yaitu area bottom pit, top pit, bench dan slope pada area pit Gosowong. Presentasi
di dapat dari rencana vegetasi dan realisasi vegetasi area penanaman tanaman.

IV.6.1.1 Presentase Luas Area Bottom pit


Pada area Bottom pit memiliki sudah mencapai presentase tingkat
keberhasilan dari penanaman tanaman LCC, tanaman pionir dan tanaman lokal
dapat dilihat dari perbandingan antara rencana revegetasi dan realisasi revegetasi
pada area bottom pit Gosowong dengan tingkat keberhasilan yang di dapat sudah
mencapai 100%.

21
Tabel.IV 11 Perbandingan Rencana Revegetasi dan Realisasi Vegetasi
Area Tahap Luas Rencana Realisasi Lapangan persen
Bottom (m3) Tahun 2013 (m3) tahun 2019 Keberhasila
n
LCC 1 40500 40500 100%
Pionir 2 40500 40500 100%
Lokal 3 40500 40500 100%

IV.6.1.2 Presentase Luas Area Top Pit


Pada area Top pit memiliki sudah mencapai presentase tingkat
keberhasilan dari penanaman tanaman LCC, tanaman pionir dan tanaman lokal
dapat dilihat dari perbandingan antara rencana revegetasi dan realisasi revegetasi
pada areatop pit Gosowong dengan tingkat keberhasilan yang di dapat sudah
mencapai 100%.

Tabel.IV 12 Perbandingan Rencana Revegetasi dan Realisasi Vegetasi


Area Top Tahap Luas Rencana (m3) Realisasi persen
Tahun 2013 Lapangan (m3) Keberhasilan
tahun 2019
LCC 1 66100 66100 100%
Pionir 2 66100 66100 100%
Lokal 3 66100 66100 100%

IV.6.1.3 Presentase Luas Area Bench Pit


Pada area bench pit memiliki sudah mencapai presentase tingkat
keberhasilan dari penanaman tanaman LCC, tanaman pionir dan tanaman lokal
dapat dilihat dari perbandingan antara rencana revegetasi dan realisasi revegetasi
pada area Bench pit Gosowong dengan rata – rata tingkat keberhasilan
revegetasinya mencapai 68,46%. Hal ini disebabkan karena beberpa area yang di
bench memiliki tingkat keasaman yang tinggi dalam hal ini pH tanah sangatlah
rendah, berdasarkan hasil pemantauan dilapangan untuk menaikkan tingkat pH
tindakan yang dilakukan yaitu penaburan kapur pada area yang yang memiliki
tingkat pH yang rendah, namun hal itu dilihat kurang efiktif dikarenakan masih
banyak area yang belum ditumbuhi tanaman pionir maupun tanaman lokal, di

22
perlukan penanganan untuk mengatasi permasalahan air asam, yang merupakan
faktor utama penyebab area tersebut mengalami perubahan pH untuk itu perlu
adanya pembuatan saluran untuk penyaliran air asam agar air asam tersebut tidak
terkena area yang sudah di rencanakan untuk kegiatan revegetasi

Tabel.IV 13 Perbandingan Rencana Revegetasi dan Realisasi Vegetasi


Area Tahap Luas Rencana Realisasi Lapangan Persen
Bench (m3) Tahun 2013 (m3) tahun 2019 Keberhasilan

LCC 1 92110,72 58914,02 63,96%

Pionir 2 0 0 0

Lokal 3 0 0 0

IV.6.1.4 Presentase Luas Area Slope Pit

Pada area slope pit memiliki sudah mencapai presentase tingkat


keberhasilan dari penanaman tanaman LCC, dapat dilihat dari perbandingan
antara rencana revegetasi dan realisasi revegetasi pada area slope pit Gosowong
dengan tingkat keberhasilan revegetasinya mencapai 83,69%. Hal ini disebabkan
karena beberapa area yang di bench memiliki tingkat keasaman yang tinggi dalam
hal ini pH tanah sangatlah rendah, berdasarkan hasil pemantauan dilapangan
untuk menaikan tingkat pH tindakan yang dilakukan yaitu penaburan kapur pada
area yang yang memiliki tingkat pH yang rendah, namun hal itu dilihat kurang
efektif dikarenakan masih banyak banyak area yang belum ditumbuhi tanaman
pionir maupun tanaman lokal, diperlukan penanganan untuk mengatasi
permasalahan air asam, yang merupakan faktor utama penyebab area tersebut
mengalami perubahan pH untuk itu perlu adanya pembuatan saluran untuk
penyaliran air asam agar air asam tersebut tidak terkena area yang sudah di
rencanakan untuk kegiatan revegetasi. Berdasarkan pemantauan di lapangan
khusunya pada area slope dalam rencana penanamannya tidak ditanami tanaman
pionir dan tanaman lokal karena pada area slope hanya ditanami tanaman Cover
Crop.

23
Tabel.IV 14 Perbandingan Rencana Revegetasi dan Realisasi Vegetasi
Area Tahap Luas Rencana Realisasi Lapangan persen
Slope (m3) Tahun (m3) tahun 2019 Keberhasilan
2013
LCC 1 164308,3 137509,6 83,69%

Pionir 2 0 0 0%

Lokal 3 0 0 0%

IV.6.2 Luas Area Pertumbuhan Tanaman


Luas area revegetasi tanaman dengan beberapa metode penanaman
meliputi tanaman legume Cover Crop (LCC), tanaman Pionir non lokal dan lokal
serta tanaman lokal. Rencana luas area yang akan dilakukan kegiatan revegetasi
seluas 363019,02𝑚2 dengan luas untuk tanaman Cover Crop 256419,02𝑚2 dan
luas untuk tanaman pionir seluas 198710,72𝑚2 serta untuk tanaman Lokal seluas
198710,72𝑚2 dari hasil yang didapat menunjukan bahwa belum meratanya
pertumbuhan dari vegetasi yang dipilih

IV.6.2.1 Penanaman Tanaman Cover crop


Dari hasil pengamatan dilapangan, luas area yang telah direvegetasi
dengan tanaman penutup, memiliki luas area yaitu 303023,63 𝑚2 jika
dipresentasikan yaitu 83 % dari total luas area yang tertutupi oleh cover crop.
Terlihat masih banyak lapisan tanah yang belum tertutupi sempurna dari total
luas area yang di rencanakan. Sehinggan realisasi yang sebelumnya telah
dilakukan dapat dikatakan belum berjalan dengan baik, hal ini di sebabkan perlu
adanya kajian lebih lanjut tentang metode penananman yang efektif dan cara
mengatasi faktor – faktor penyebab kegagalan tumbuhnya tanaman. Ada pun
jenis cover crop yang digunakan yaitu Peurari Javanica dan Calopogonium
Caeruleum.

IV.6.2.2 Penanaman Tanaman Pionir


Dari hasil pengamatan dilapangan, luas area yang telah direvegetasi

24
dengan tanaman penutup, memiliki luas area yaitu 169732,69 𝑚2 jika
dipresentasikan yaitu 47% dari total luas area yang tertutupi oleh tanaman Pioner.
Dengan hasil didapat presentasi keberhasilan penanaman tanaman pionir berikut
ini beberapa jenis tanaman pionir yang ditanami yaitu Jabon, Binuang, Ranga,
Ketapang, Tagalolo, Linggua, Senggon buto, Gamelina, Gamal, Johar, Kembang
Kuning, Spatudia.

IV.6.2.3 Penanaman Tanaman Lokal


Luas area yang direncanakan untuk penanaman tanaman lokal sama
dengan luas area penanaman tanaman Cover crop dan tanaman Pionir. Hal ini
dikarenakan tujuan kegiatan revegetasi area bekas penambangan yaitu
menggembalikan jenis tananaman yang sudah ada sebelumnya pada tanaman
cover crop berfungsi sebagai tanaman yang akan menggempur tanah agar tanah
mendapatkan unsur nitrogen yang dapat berguna untuk tanaman lokal serta
tanaman pionir berfungsi sebagai pelindung tanaman lokal hal ini di karena
tanaman lokal biasanya tidak dapat bertahan pada area lahan terbuka selain itu
juga bisa untuk menjaga keberagaman jenis vegetasi area tersebut.

IV.7 Daya Tumbuh Vegetasi


Jenis – jenis tanaman yang digunakan pada kegiatan revegetasi lahan bekas
penambangan yaitu Jabon, Binuang, Ranga, Ketapang, Tagalolo, Linggua,
Senggon buto, Gamelina, Gamal, Johar, Kembang Kuning, Spatudia. Pemantauan
tumbuh tanaman dapat dilakukan dengan cara pembuatan pembuatan plotan pada
suatu daerah sytem purposive sampling berbentuk kotak dan besar luas area yaitu
10 x 10 m berikut merupakan tabel jumlah data vegetasi pada area pit Gosowong.

IV.7.1 Daya Tumbuh Bagian Bottom Pit


Pada bagian bottom pit menggunakan metode penanaman tanam pohon
dengan metode panada. Pada tahapan revegetasi menggunakan tanaman lokal
dengan tanaman pionir. Tabel dibawah ini menjelaskan tentang rencana jenis
tanaman pionir dan lokal yang akan di tanam dan realisasi di lapangan sehingga
diperoleh persentase keberhasilan dari daerah bottom pit

25
Tabel.IV 15 Jumlah Vegetasi Rencana
No. Name Rencana Revegetasi (pohon)

Pionir

1 Sengon Buto 260

2 Tranbesi 220

3 Hirabanga 40

4 Sengon Lokal 40

5 Ketapang 80

6 Johar 20

7 Jabon 20

8 Linggua 20

Lokal

9 Lamtoro 40

10 Sukun Hutan 20

11 Hiru 40

TOTAL 800

26
Tabel.IV 16 Jumlah vegetasi Realisasi
Area Bottom

No. Name Aktual Revegetasi (pohon)

Pionir

1 Sengon Buto 252

2 Tranbesi 216

3 Hirabanga 33

4 Sengon Lokal 37

5 Ketapang 71

6 Johar 18

7 Jabon 16

8 Linggua 15

Lokal

9 Lamtoro 34

10 Sukun Hutan 16

11 Hiru 32

TOTAL 740

27
Tabel.IV 17 Perbandingan Vegetasi Rencana dan Realisasi
Area Bottom
No. Name Rencana Revegetasi Aktual Revegetasi
(pohon) (revegasi)

Pionir
1 Sengon Buto 260 252
2 Tranbesi 220 216
3 Hirabanga 40 33
4 Sengon Lokal 40 37
5 Ketapang 80 71
6 Johar 20 18
7 Jabon 20 16
8 Linggua 20 15
Lokal
9 Lamtoro 40 34
10 Sukun Hutan 20 16
11 Hiru 40 32
TOTAL 800 740

Perhitungan Presentasi Tumbuh setiap Vegetasi


𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 252
- Tumbuh Senggon= 𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 X 100% = X 100% =
260

97%
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 216
- Tumbuh Trambesi = 𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 X 100% = 220 X 100%

=98%
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 33
- Tumbuh Hirabanga = X 100% = X 100% =83%
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 40
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 37
- Tumbuh Sengon Lokal= X100%= 40 X 100%
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎

=93%
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 71
- Tumbuh Ketapang = 𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 X 100% =80X100% = 89%
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 18
- Tumbuh Johar = 𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 X 100% = X 100% = 90%
20
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 16
- Tumbuh Jabon = 𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 X 100% =20 X 100% = 80%

28
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 15
- Tumbuh Linggua = 𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 X 100% =20 X 100% = 75%
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 34
- Tumbuh Lamtoro = 𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 X 100% =40 X 100% = 85%
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 16
- Tumbuh Sukun hutan= 𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 X100% = 20 X 100% =

80%
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 32
- Tumbuh Hiru= 𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 X 100% =40 X 100% = 89%

Daya pertumbuhan untuk daerah bottom Pit sangat baik dengan jumlah
tubuh 740 batang pohon dari total 800 rencana yang telah ditanam. Untuk
tumbuhan pionir, sengon buto merupakan tanaman yang memiliki daya tumbuh
yang paling tinggi diantara yang lainya dengan persenan 98%, dengan daya
tumbuh 216 dari rencanaya 220. Sedangkan untuk tanaman lokal adalah tanaman
lamtoro dengan persen daya tumbuh 85%, yang tumbuh sebanyak 34 batang
bohon dengan rencana 40 batang pohon.

IV.7.2 Daya Tumbuh Bagian Slope Pit


Pada bagian Slope Rencana revegetasi hanya pada penanaman Cover
Crop dikarenakan sudut Slope mencapai 80 derajat.Metode yang digunakan untuk
revegetasi Daerah Slop adalah metode Coconet. Dengan material yang digunakan
berupa jerami dangan tambahan zat organit berupa pupuk kompos, penggunaan
pupuk kompos guna merangsang kesubutran dari jerami yang sudah mengalamai
pembusukan sehingga bibit cover crop dapat ditanam di media ini. Dari hasil
lapangan menyatakan keberhasilan dari dua metode ini tinggi, sebesar 83%. Pada
sebagian slope cover crop tidak dapat tumbuh dengan baik dikarenakan faktor
keasaman tanah. Sehingga harus ada penangan yang lebih khusus untuk daerah
yang mengalami pH asam yang tinggi dengan penambahan pupuk dan pengaturan
drainase sehingga tanah dapat terjaga keasamannya.

IV.7.3 Daya Tumbuh Bagian Bench Pit


Pada bagian bench rencana revegetasi menggunakan metode panada dan
metode coconet. Pada metode coconet media yang digunakan yaitu Jerami,
coconet atau ecomesh. Bibit cover crop serta penggunaan kapur untuk menaikan

29
tingkat pH yang rendah pada area yang tingkat pHnya rendah, sedangkan metode
panada menggunakan media yang digunakan yaitu tanah, serbuk gergaji, karung
plastik, tali dan tanaman yang sudah tumbuh dalam polybag. Dari hasil
pemantauan dilapangan menyatakan keberhasilan dari dua metode ini cukup
rendah yaitu 35% yang disebabkan oleh kadar keasam pada tanah area yang akan
di revegetasi, oleh karena itu perlu ada pengaturan drainase untuk menggatur air
asam yang menjadi faktor utama tanah tersebut menjadi asam sehingga tanah
dapat terjaga keasamannya.

IV.7.4 Daya Tumbuh Bagian Top Pit


Pada bagian Top pit menggunakan metode penanaman tanam pohon
dengan metode panada. Pada tahapan revegetasi menggunakan tanaman lokal
dengan tanaman pionir. Tabel dibawah ini menjelaskan tentang rencana jenis
tanaman pionir dan lokal yang akan ditanam dan realisasi di lapangan sehingga
diperoleh persentase keberhasilan dari daerah Top pit

Tabel.IV 18 Jumlah Vegetasi Rencana

Area Top

No. Local Name Rencana Revegetasi


(pohon)

1 Tranbesi 180

2 Johar 40

3 Sengnon Lokal 120

4 Sengon Buto 180

5 Ketapang 40

6 Linggua 40

7 Hirabanga 20

8 Spatudia 60

9 Jabon 20

TOTAL 700

30
Tabel.IV 19 Jumlah vegetasi Realisasi
Area Top
No. Local Name Aktual Revegetasi
(pohon)

1 Tranbesi 174
2 Johar 34
3 Sengnon Lokal 112
4 Sengon Buto 174
5 Ketapang 33
6 Linggua 32
7 Hirabanga 17
8 Spatudia 52
9 Jabon 17
TOTAL 645

Tabel.IV 20 Perbandingan Vegetasi Rencana dan Realisasi


Area Top

No. Local Name


Rencana Revegetasi Aktual Revegetasi
(pohon) (pohon)

1 Tranbesi 180 174

2 Johar 40 34

3 Sengnon Lokal 120 112

4 Sengon Buto 180 174

5 Ketapang 40 33

6 Linggua 40 32

7 Hirabanga 20 17

8 Spatudia 60 52

9 Jabon 20 17

TOTAL 700 645

31
Perhitungan Presentasi Tumbuh setiap Vegetasi
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 174
- Tumbuh Tranbesi = 𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 X 100% = X 100% =
180

97%
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 34
- Tumbuh Johar = 𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 X 100% =40 X 100% =85%
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 112
- Tumbuh Sengon Lokal= 𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 X100%=120X 100%=93%
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 174
- Tumbuh Sengon Buto= X100%= 180 X 100%
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎

=97%
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 33
- Tumbuh Ketapang = 𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 X 100% =40X100% = 83%
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 32
- Tumbuh Linggua = X 100% = X 100% =
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 40

80%
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 17
- Tumbuh Hirabanga = 𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 X 100% =20 X 100%= 85%
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 32
- Tumbuh Linggua = 𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 X 100% = X 100% = 80%
40
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 52
- Tumbuh Spatudia = 𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 X 100% =60 X 100% =87%
𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 17
- Tumbuh Jabon = 𝑉𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 X 100% =20 X 100% =85%

Daya pertumbuhan untuk daerah top Pit sangat baik dengan jumlah tubuh
645 batang pohon dari total 700 rencana yang telah ditanam. Untuk tumbuhan
sengon buto dan trambesi merupakan tanaman yang memiliki daya tumbuh yang
paling tinggi diantara yang lainya dengan persenan 97%, Sengon buto merupakan
tanaman jenis non lokal yang memiliki pertumbuhan yang pesat sedangkan
trambesi merupakan tamanan lokal yang memiliki pertumbuhan yang lambat.
Untuk tanaman yang memiliki daya tumbuh yang kecil persentasenya adalah
tanaman linggau dengan persentase 80%. Linggau adalah tanaman lokal yang
memiliki pertumbuhan yang cepat.
Dari hasil perhitungan didapat hasil daya tumbuh vegetasi yang digunakan
di PT Nusa Halmahera Mineral bertujuan untuk mengetahui presentasi
pertumbuhan tanaman sesuai dengan Permen ESDM No. 1827/2018 yaitu harus
diatas 80 %. Dengan keseluruhan jumlah tanamana 2200 Pohon yang dapat hidup

32
total 1632 Pohon berdasarlan hasil di atas dapat dibuat grafik. Grafik yang
tersebut menerangkan presentasi tumbuh pada setiap jenis vegetetasi dan daya
tumbuh pada lokasi pit Gosowong.
Grafik diatas merupakan perbandingan rasio tumbuh tanaman dalama
kegiatan revegetasi lahan bekas tambang PT. Nusa Halmahera Mineral dari hasil
yang didapat prentasi tumbuh tanaman pada area Bottom pit nilai presentase
sebesar 93%, area Top pit sebesar 92%, area bench sebesar 35% dan area Slope
sebesar 28% artinya pada area bottom pit dan Top pit sudah memenuhi standart
penilaian pertumbuhan tanaman yaitu tingkat presentasinya diatas dari >80%
sedangkan pada area Bench dan Slope belum memenuhi standart yang mengacu
pada peraturan pemeritah

IV.8 Kondisi Vegetasi


Kondisi vegetasi meliputi kondisi fisik dari tanaman yang digunakan yaitu
warna daun, diameter tanaman, tinggi tanaman dimana vegetasinya yang baik
menunjukan warna daun, batang lurus bebas gulma dan hama penyakit, serta
memiliki pertumbuhan yang sesuai dengan usia tanaman yang sama. Pada tabel di
bawah ini merupakan jenis- jenis tanaman yang ditanam untuk kegiatan
revegetasi. Pada Gambar IV. merukapan Peta kondisi penyebaran tanaman

Gambar.IV 14 Peta Penyebaran Tanaman

33
Peta di atas menggambarkan pola penanaman tanaman pioneer dan
tanaman lokal yang dilakukan oleh PT Nusa Halmahera Mineral dan pada kondisi
saat ini PT Nusa Halmahera Mineral dalam tahap penyulaman tanaman pionir dan
penanaman tanaman lokal.

Tabel.IV 21 jenis – Jenis tanaman

Syarat Tempat Tumbuh


Nama
no
Tanaman
ketinggian Curah Hujan Suhu ( C
pH Tanah
(mdpl) (mm/tahun) )

Sengon
1 < 1700 2000 - 3000 21 - 30 Asam - Netral
Buto

2 Johar < 600 650 - 1500 13 - 25 Asam - Netral

3 Ketapang < 500 1000 - 1500 18 - 32 Asam - Netral

4 Jabon < 1000 1300 - 4000 19 - 33 Asam - Netral

5 Cemara 1 - 1400 750 - 2000 19 - 20 Asam - Netral

Netral - Agak
6 akasia < 1500 1000 - 2500 20 - 34
basa

Netral - Agak
7 Mahoni 50 - 4000 1600 - 4000 18 - 34
basa

8 Tranbesi 0 - 300 600 - 3000 20 - 38 Asam - Netral

Sukun
9 < 1.500 > 1.500 22 - 38 Asam - Netral
Hutan

34
Syarat Tempat Tumbuh
Nama
no
Tanaman
ketinggian Curah Hujan
Suhu ( C ) pH Tanah
(mdpl) (mm/tahun)

10 Hirabanga

11 Spathodea < 2000 1300 - 200 27 - 30 asam - netral

12 Ranga < 2440 1000-1200 22-27 asam - netral

13 hiru

Netral - Agak
14 Linggua <500 1300 - 4000 18 - 24
basa

15 Lamtoro < 1000 650 - 3000 25 - 30 Asam - Netral

16 binuang 30 - 1.200 1.000 - 2000 27 - 32 Asam - Netral

17 Gamelia 0 - 800 1800 - 2300 23 - 28 Asam - Netral

Asam -
18 Pala 700 2000 - 3500 20 - 30
Netral

19 Durian 0-900 3000 - 3500 20 - 30 Asam - Netral

Sengon
20 < 1700 2000 - 3000 21 - 30 Asam - Netral
Lokal

Dari total yang direncanakan 1500 batang dan yang berhasil tumbuh 1385
batang dengan presentasi 74% dari total tanaman yang hidup dan hidup dengan
kondisi yang baik Berikut merupakan kondisi tanaman dari lokasi penanaman.

35
Tabel.IV 22 Kondisi Tanaman Di Bottom Pit

Jenis Jumlah warna Kondisi diameter Kondisi Pensentase


No Tinggi (m) Jumlah
vegetasi total Daun Batang (cm) Vegetasi kondisi vegetasi
Lurus dan
Hijau bebas 0,9 32 Sehat 34 85%
Gulma
1 0 40
Lurus dan
kuning terserang
gulam
Lurus dan
Hijau bebas 0,97 19 Sehat 172 96%
Gulma
2 0 180
Lurus dan
kuning terserang
gulam
Lurus dan
Hijau bebas 1,5 40 Sehat 52 87%
Gulma
3 0 60
Lurus dan
kuning terserang
gulam
Lurus dan
Hijau bebas 1,8 27 Sehat 112 93%
Gulma
4 0 120
Lurus dan
kuning terserang
gulam

36
Jenis Jumlah warna Tinggi diameter Kondisi Pensentase
No Kondisi Batang Jumlah
vegetasi total Daun (m) (cm) Vegetasi kondisi vegetasi

Lurus dan
Hijau 0,21 13 Sehat 32 80%
bebas Gulma
5 0 40
Lurus dan
kuning terserang
gulam
Lurus dan
Hijau 1 35 Sehat 32 80%
bebas Gulma
6 0 40
Lurus dan
kuning terserang
gulam
Lurus dan
Hijau 0,25 16 Sehat 17 85%
bebas Gulma
7 4 20
Lurus dan
kuning terserang
gulam
Lurus dan
Hijau 1,55 17 Sehat 174 97%
bebas Gulma
8 0 180
Lurus dan
kuning terserang
gulam

37
Pensentase
Jenis Jumlah warna diameter Kondisi
No Kondisi Batang Tinggi (m) Jumlah kondisi
vegetasi total Daun (cm) Vegetasi
vegetasi

Lurus dan bebas


Hijau 1,27 21 Sehat 17 85%
Gulma
9 0 20
Lurus dan
kuning
terserang gulam

Kondisi vegetasi baik 642 92%


Total Vegetasi 700
Kondisi vegetasi tidak baik 0

Tabel.IV 23 Kondisi Tanaman Di Top Pit

Jenis Jumlah warna Kondisi diameter Kondisi Pensentase


No Tinggi (m) Jumlah
vegetasi total Daun Batang (cm) Vegetasi kondisi vegetasi

Lurus dan
Hijau 2,5 10,1 Sehat 252 97%
bebas Gulma
1 0.825 260 Lurus dan
kuning terserang
gulam

38
Jenis warna diameter Kondisi Pensentase
No Jumlah total Kondisi Batang Tinggi (m) Jumlah
vegetasi Daun (cm) Vegetasi kondisi vegetasi
Lurus dan bebas
Hijau 2,1 10 Sehat 216 98%
Gulma
2 0.925 220
Lurus dan
kuning
terserang gulam
Lurus dan bebas
Hijau 1,7 30 Sehat 33 83%
Gulma
3 0.8875 40
Lurus dan
kuning
terserang gulam
Lurus dan bebas
Hijau 1,6 79 Sehat 37 93%
Gulma
4 0.9 40
Lurus dan
kuning
terserang gulam
Lurus dan bebas
Hijau 1,15 21 Sehat 71 89%
Gulma
5 0.8 80
Lurus dan
kuning
terserang gulam
Lurus dan bebas
Hijau 2,5 27 Sehat 18 90%
Gulma
6 0.75 20
Lurus dan
kuning
terserang gulam

39
Jenis Jumlah warna Kondisi diameter Kondisi Pensentase
No Tinggi (m) Jumlah
vegetasi total Daun Batang (cm) Vegetasi kondisi vegetasi

Lurus dan
Hijau 2,26 37 Sehat 16 80%
bebas Gulma
7 0.85 20 Lurus dan
kuning terserang
gulam
Lurus dan
Hijau 1,7 27 Sehat 15 75%
bebas Gulma
8 0.8 20 Lurus dan
kuning terserang
gulam
Lurus dan
Hijau 2,7 49 Sehat 34 85%
bebas Gulma
9 0.8 40 Lurus dan
kuning terserang
gulam
Lurus dan
Hijau 1,6 21 Sehat 16 80%
bebas Gulma
10 0 20 Lurus dan
kuning terserang
gulam

40
Jenis Jumlah warna Kondisi diameter Kondisi Pensentase
No Tinggi (m) Jumlah
vegetasi total Daun Batang (cm) Vegetasi kondisi vegetasi

Lurus dan
Hijau 1,17 84 Sehat 32 80%
bebas Gulma
11 0 40
Lurus dan
kuning terserang
gulam
Kondisi vegetasi baik 740 93%
Total Vegetasi 800
Kondisi vegetasi tidak baik 0

41
Perhitungan kondisi tanaman bertujuan untuk mengetahui presentasi tanaman
yang hidup dan tanaman yang mati, sehingga bisa melihat kesesuaian tumbuh
tanaman dan standart presentasi yang ditetapkan oleh Permenhut No 60 tahun
2009 dan Permen ESDM No. 1827/2018 yaitu mengharuskan diatas 80%.
Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka dapat dibuat grafik untuk
menggambarkan presentasi tumbuh tanaman pada setiap daerah dan jenis
tanaman yang digunakan untuk kegiatan revegetasi.

120%
97% 98%
100% 93% 89% 90%
83% 80% 85% 80% 80%
75%
80%
60%
40%
20%
0%
Persenan Keberhasialan

Sengon Buto Tranbesi Hirabanga Sengon Lokal Ketapang Johar


Jabon Linggua Lamtoro Sukun Hutan Hiru

Gambar.IV 15 Persen Kondisi Revegetasi Tanaman pada Bottom pit

pada area Top pit dapat dibuat grafik untuk presentase tingkat tumbuh tanaman
diarea tersebut oleh karena itu pada grafik dibawah ini menggambarkan
presentase tumbuh tanaman pada area Top pit.

Kondisi Vegetasi
150%
96% 87% 93% 97%
100% 85% 80% 80% 85% 85%

50%

0%
Persenan Keberhasialan

Johar Sengon Buto Spatudia Sengnon Lokal Ketapang


Linggua Hirabanga Tranbesi Jabon

Gambar.IV 16 Presen Kondisi Revegetasi Tanaman Pada Area Top Pit

81
dapat dilihat pada area Top pit tanaman yang di tanaman dapat tumbuh dengan
sehat dikarena pada PT Nusa Halmahera Mineral jika terdapat tanaman yang
kurang sehat pada area reklamasi maka akan langsung dilakukan proses
penyulama dengan menggunankan tanaman baru, karena pada PT Nusa
Halmahera Mineral melakukan proses maintenance tanaman dengan waktu 1
bulan sekali oleh karena pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat
terpantau dan terkontrol dengan baik.

IV.9 Pengeloloab Material


PT nusa Halmahera Mineral dalam kegiatan pengeloaan material yang
berpotensi membentuk air asam tambang untuk saat ini belum adanya kegiatan
penggelolaan pemisahan material PAF ( Potentially Acid Forming ) dan material
NAF ( Non Acid Forming )

IV. 10 Bangunan Pengendalian Erosi


Dalam upaya pengendalian erosi dilahan bekas tamabang terutama dilahan
yang akan dilakunan kegiatan revegetasi PT Nusa Halmahera Mineral membuat
kolam pengendapan Sedimen Pond dengan P = 10 meter dan lebar = 20 meter
dengan dengan kedalama kolam = 5 - 7 Meter dengan harapan kolam tersebut
dapat menampung tanah yang tererosi dan terbawa oleh air tertampung dalam
kolam sedimen pond

IV. 11 Kolam Penampungan Air Asam Tambang


Dalam menjaga baku mutu Lingkungan Pada air asam tambang yang
dihasilkan dari mata air yang berada di pit Gosowong, PT Nusa Halmahera
Mineral Melakukan penggeloaan dengan cara penaburan Kapur yang difungsikan
untuk menaikan tingkat pH pada air yang relatif asam yang memeiliki pH antra 4
- 5. dari hasil penaburan Kapur tersebut didapat tingkat pH yang mengalami
peningkatan.

82
Tabel.IV 24 Nilai pH air pada kolam penampungan Air Asam Tambang

kolam Penampungan Air Asam Tambang pH


pH Sebelum dilakukan Treatment 5
pH Sesudah dilakukan Treatment 6,9 - 7

Gambar.IV 17 Pengolahan Air

IV. 12 Penilaian Tingkat Keberhasilan Revegetasi


Dari data hasil perencanaan revegetasi dari perusahan dan data realisasi
dilapangan pada tahunn 2019 diperoleh maka dapat dilakukan perbandingan
antara kedua data tersebut dengan penilaiannya. Pada kegiatan revegetasi lahan
bekas tambang di PT Nusa Halmahera Mineral dengan mengacu pada peratutan
ESDM 1827/2018 tentang pedoman pelaksanaan keidah teknik pertambangan
yang baik :

83
Tabel.IV 25 Keberhasilan Revegetasi Bagian Top
Kegiatan Objek
Parameter Standart Penilaian nilai Keterangan (%)
Reklamasi Kegiatan
Revegetasi Penanamana a. Luas Area penanaman
1. Ditanami Cover crop ≥ 90
Tanaman Cover Crop 3
%
2. Ditanami Cover crop 70 % - 100.00%
Tanaman Pionir 2
90 %
Tanaman Lokal 3. Ditanami cover crop < 70 % 1
b. Pertumbuhan Tanaman
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Tanaman Cover Crop 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 100.00%
3. < 60 % Sesuai Rencana 1
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Tanaman Pionir 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2
3. < 60 % Sesuai Rencana 1 100.00%
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Tanaman Lokal 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 100.00%
3. < 60 % Sesuai Rencana 1

81
Kegiatan Objek Keterangan
Parameter Standart Penilaian nilai
Reklamasi Kegiatan (%)
c. Jenis Vegetasi
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Johar 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 85%
3. < 60 % Sesuai Rencana 1
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Sengon Buto 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 96%
3. < 60 % Sesuai Rencana 1
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Revegetasi Penanamana
Spatudia 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 87%
3. < 60 % Sesuai Rencana 1
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Sengon Lokal 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 93%
3. < 60 % Sesuai Rencana 1
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Ketapang 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 80%
3. < 60 % Sesuai Rencana 1

82
Kegiatan Keterangan
Reklamasi Objek Kegiatan Parameter Standart Penilaian nilai (%)
Revegetasi Penanamana c. Jenis Vegetasi
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Linggua 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 80%
3. < 60 % Sesuai Rencana 1
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Hirabanga 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 85%
3. < 60 % Sesuai Rencana 1
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Tranbesi 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 97%
3. < 60 % Sesuai Rencana 1
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
jabon 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 85%
3. < 60 % Sesuai Rencana 1
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
d. Kondisi Vegetasi 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 92%
3. < 60 % Sesuai Rencana 1

83
Kegiatan
Objek Kegiatan Parameter Standart Penilaian nilai Keterangan (%)
Reklamasi

1. Material AAT > 90% diisolasi 3

a. Pengelolaan
2. Material AAT 70%-90% diisolasi 2 0
Material

3. Material AAT < 70% diisolasi 1

1. Tidak terjadi Alur-alur erosi sampai ringan <


3
5%
Pengelolaan Air b. Bangunan
Revegetasi 2. Alur erosi ringan 5%-10% 2 0
Pembangkit AAT Pengendali Erosi

3. alur erosi sedang 10%-15% 1

1. Memenuhi BML 3

c. Kolam Pengendap
2. Ambang batas BML 2 0
Sedimen

3. Tidak memenuhi BML 1

84
Tabel.IV 26 Keberhasilan Revegetasi Bagian Bottom
Kegiatan Objek Keterangan
Reklamasi Kegiatan Parameter Standart Penilaian nilai (%)
Revegetasi Penanamana
a. Luas Area penanaman
Tanaman Cover Crop 1. Ditanami Cover crop ≥ 90 % 3
Tanaman Pionir 2. Ditanami Cover crop 70 % - 90 % 2 100%

Tanaman Lokal 3. Ditanami cover crop < 70 % 1


b. Pertumbuhan Tanaman
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Tanaman Cover Crop 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 100.00%

3. < 60 % Sesuai Rencana 1


1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Tanaman Pionir 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 100.00%

3. < 60 % Sesuai Rencana 1


1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Tanaman Lokal 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 100.00%

3. < 60 % Sesuai Rencana 1

85
Kegiatan
Reklamasi Objek Kegiatan Parameter Standart Penilaian nilai Keterangan (%)
Revegetasi Penanamana
c. Jenis Vegetasi
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 97%

Sengon Buto 3. < 60 % Sesuai Rencana 1


1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 98%

Tranbesi 3. < 60 % Sesuai Rencana 1


1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 83%

Hirabanga 3. < 60 % Sesuai Rencana 1


1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 93%

Sengon Lokal 3. < 60 % Sesuai Rencana 1


1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 89%

Ketapang 3. < 60 % Sesuai Rencana 1

86
Kegiatan Objek
Reklamasi Kegiatan Parameter Standart Penilaian nilai Keterangan (%)
Revegetasi Penanamana 1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Johar 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 90%
3. < 60 % Sesuai Rencana 1
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Jabon 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 80%
3. < 60 % Sesuai Rencana 1
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Linggua 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 75%
3. < 60 % Sesuai Rencana 1
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Lamtoro 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 85%
3. < 60 % Sesuai Rencana 1
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Sukun
2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 85%
Hutan
3. < 60 % Sesuai Rencana 1
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Hiru 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 80%
3. < 60 % Sesuai Rencana 1

87
Kegiatan Keterangan
Reklamasi Objek Kegiatan Parameter Standart Penilaian nilai (%)
Revegetasi 1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Penanaman 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 93%
d. Kondisi Vegetasi 3. < 60 % Sesuai Rencana 1
1. Material AAT > 90% diisolasi 3
2. Material AAT 70%-90% diisolasi 2 0
a. Pengelolaan Material 3. Material AAT < 70% diisolasi 1
1. Tidak terjadi Alur-alur erosi sampai ringan <
Pengelolaan Air 5% 3
Pembangkit 0
b. Bangunan Pengendali 2. Alur erosi ringan 5%-10% 2
AAT
Erosi 3. alur erosi sedang 10%-15% 1
1. Memenuhi BML 3
c. Kolam Pengendap 2. Ambang batas BML 2 0
Sedimen 3. Tidak memenuhi BML 1

88
Tabel.IV 27 Tingkat Keberhasilan Top dan Bench

Kegiatan Objek Keterangan Keterangan


Parameter Standart Penilaian nilai
Reklamasi Kegiatan Top % Bench (%)
Revegetasi Penanamana a. Luas Area penanaman

Tanaman Cover Crop 1. Ditanami Cover crop ≥ 90 % 3


Tanaman Pionir 2. Ditanami Cover crop 70 % - 90 % 2 27.90% 64%
Tanaman Lokal 3. Ditanami cover crop < 70 % 1

b. Pertumbuhan Tanaman
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Tanaman Cover Crop 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 27.90% 63.96%
3. < 60 % Sesuai Rencana 1
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Tanaman Pionir 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 0.00% 0.00%
3. < 60 % Sesuai Rencana 1
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
Tanaman Lokal 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 0.00% 0.00%
3. < 60 % Sesuai Rencana 1

89
Kegiatan Objek Keterangan Keterangan
Parameter Standart Penilaian nilai
Reklamasi Kegiatan Top % Bench (%)
Revegetasi Penanamana c. Jenis
Vegetasi
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
2. 60% - 80% Sesuai
2 0% 0%
Rencan
3. < 60 % Sesuai Rencana 1
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
2. 60% - 80% Sesuai
2 0% 0%
Rencan
3. < 60 % Sesuai Rencana 1
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
2. 60% - 80% Sesuai
2 0% 0%
Rencan
3. < 60 % Sesuai Rencana 1
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
2. 60% - 80% Sesuai
2 0% 0%
Rencan
3. < 60 % Sesuai Rencana 1
1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3
2. 60% - 80% Sesuai
2 0% 0%
Rencan
3. < 60 % Sesuai Rencana 1

90
Kegiatan Keterangan Keterangan
Objek Kegiatan Parameter Standart Penilaian nilai
Reklamasi Top % Bench (%)

Revegetasi Penanamana 1. ≥ 80 % Sesuai Rencana 3

d. Kondisi Vegetasi 2. 60% - 80% Sesuai Rencan 2 100% 100%

3. < 60 % Sesuai Rencana 1


a. Pengelolaan
3
Material 1. Material AAT > 90% diisolasi
2. Material AAT 70%-90% diisolasi 2

3. Material AAT < 70% diisolasi 1


b. Bangunan 1. Tidak terjadi Alur-alur erosi sampai
3
Pengendali Erosi ringan < 5%
Pengelolaan Air
Pembangkit AAT 2. Alur erosi ringan 5%-10% 2

3. alur erosi sedang 10%-15% 1


c. Kolam Pengendap
1. Memenuhi BML 3
Sedimen
2. Ambang batas BML 2

3. Tidak memenuhi BML 1

91
Tabel.IV 28 Perhitungan Keberhasilan Revegetasi Setiap Area
Penilaian
Pertumbuhan Tanaman
Luas Area
No Area Tanaman
penanaman Tanaman Tanaman
Cover
Pionir Lokal
Crop
1 Top 3 3 3 3
2 Slope 3 3 0 0
3 banch 1 1 0 0
4 Bottom 3 3 3 3

Penilaian
No Area Jenis Vegetasi
Sengon Sengnon Sukun
Johar Spatudia Ketapang Linggua Hirabanga Tranbesi Jabon Lamtoro Hiru
Buto Lokal Hutan

1 Top 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 0 0

2 Slope 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 banch 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 Bottom 3 3 0 3 3 2 3 3 3 3 3 3

92
Pengelolaan Air Pembangkit AAT
Nilai
Kondisi Bangunan Kolam Nilai
No Area Pengelolaan Keberhasilan
Vegetasi Pengendali Pengendap Keberhasilan
Material Tiap Area
Erosi Sedimen

1 Top 3 0 0 0 82%
2 Slope 3 0 0 0 50%
61%
3 banch 3 0 0 0 28%
4 Bottom 3 0 0 0 82%

Tingkat keberhasilan revegetasi lahan pada area bekas penambangan pit Gosowong PT Nusa Halmahera Mineral yaitu pada area Top
sebesar 82%, pada area Slope 50%, pada area bench 28% dan pada area Bottom yaitu 82%. Dengan Keberhasilan Rata-Rata 61%.

93
81

Anda mungkin juga menyukai