Anda di halaman 1dari 9

E-ISSN 2541-2116

ISSN 2443-2083

ANALISIS PEMANFAATAN BRIKET TEMPURUNG KENARI


SEBAGAI BAHAN BAKAR

Muhammad Ainul Az*, Nur Asmiani, Afian Nawir


Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Muslim Indonesia
Email: Muhammad16ainul@gmail.com

SARI

Kebutuhan dan konsumsi energi yang terfokus pada penggunaan bahan bakar semakin meningkat dengan
bertambahnya populasi manusia dan cadangannya makin menipis. Sedangkan pada sisi lain terdapat
sejumlah bio-massa yang kuantitasnya cukup melimpah namun belum dioptimalkan penggunaannya. Salah
satunya yaitu tempurung kenari sebagai salah satu solusi pengganti bahan bakar yang kian hari bertambah
menipis. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan briket tempurung kenari yang bernilai ekonomis.
Adapun briket dikelompokkan dalam 3 sampel. Sampel I dengan komposisi 100% tempurung kenari, sampel
II dengan komposisi 50%:50% antara tempurung kenari dengan batubara sedangkan sampel III dengan
komposisi 100% batubara. Selanjutnya untuk sampel dengan komposisi tempurung kenari yaitu sampel I dan
sampel II dibagi masing-masing menjadi 3 ukuran yaitu mesh 28, mesh 65 dan mesh 80. Sedangkan khusus
sampel I didapatkan hasil yang ekonomis pada ukuran mesh 65 dengan beberapa parameter yaitu nilai
kalori, kadar abu, kadar air dan laju pembakaran yang baik dibandingkan dengan ukuran mesh 28 dan mesh
80. Proses pembuatan briket menggunakan komposisi tempurung kenari : air : tepung tapioka (250 gr : 50
gr : 100 ml). Dari hasil penelitian ini, penulis mendapatkan hasil ukuran butir mesh 65 sebagai briket
cangkang kenari yang bernilai ekonomis, dengan biaya awal hingga biaya produksi briket yang digunakan
hingga mendapatkan keuntungan pada tahap penjualan sebesar 22% dalam 1 tahunnya.
Kata kunci: Nilai ekonomis, Tempurung kenari, Briket

ABSTRACT

Energy needs and consumption focused on fuel use are increasing with increasing human
population and depleting reserves. While on the other hand there are a number of bio-
masses whose quantities are quite abundant but their use has not been optimized. One of
them is the walnut shell as one of the substitute solutions for fuel, which is increasingly
depleted. This research aims to produce economical walnut shell briquettes. The
briquettes are grouped into 3 samples. Sample I with a composition of 100% walnut shell,
sample II with a composition of 50%: 50% between walnut shells and coal while sample
III with a composition of 100% coal. Furthermore, for samples with walnut shell
composition, namely sample I and sample II divided each into 3 sizes, namely mesh 28,
mesh 65 and mesh 80. While specifically sample I obtained economical results at mesh
size 65 with several parameters, namely caloric value, grade ash, water content and good
combustion rate compared to 28 mesh size and 80 mesh.. The process of making briquettes
uses walnut shell composition: water: tapioca flour (250 gr: 50 gr: 100 ml). From The
results of this study, the authors obtained the results of 65 mesh grain size as economical
valuable walnut shell briquettes, with initial costs up to the cost of producing briquettes
used to get a profit at the sales stage of 22% in 1 year.

Key words: Economic value, Walnut shell, Briquette

PENDAHULUAN

Copyright © 2018, Jurnal Geomine, Page:1


E-ISSN 2541-2116
ISSN 2443-2083

Briket merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari limbah organik, limbah pabrik maupun dari
limbah perkotaan. Bahan bakar padat ini merupakan bahan bakar alternatif atau merupakan pengganti bahan
bakar minyak yang paling murah dan dimungkinkan untuk dikembangkan secara masal dalam waktu yang
relatif singkat mengingat teknologi dan peralatan yang digunakan relatif sederhana. Akhir-akhir ini harga
bahan bakar meningkat pesat yang berdampak pada meningkatnya harga jual bahan bakar termasuk gas di
Indonesia. Pada dasarnya sektor kegiatan industri migas hilir yang diperankan oleh Perusahaan Minyak
Bumi yang ditunjuk oleh pemerintah Republik Indonesia mempunyai tugas menyediakan BBM dan Non-
BBM untuk kebutuhan domestik.
Briket cangkang kenari merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari cangkang kenari yang
dikomposisikan dengan beberapa bahan, bahan bakar padat ini merupakan bahan bakar alternatif atau
merupakan pengganti briket batubara dan minyak tanah yang paling murah dan dimungkinkan untuk
dikembangkan secara masal dalam waktu yang relatif singkat mengingat teknologi dan peralatan yang
digunakan relatif sederhana.
Alasan peneliti mengangkat judul mengenai nilai ekonomis pada briket cangkang kenari dengan
menggunakan beberapa metode yang diantaranya BCR, NPV dan IRR adalah pada ketiga pendekatan di atas
lebih umum dan mudah dipakai dalam perhitungan nilai ekonomis pada nilai jual atau produksi suatu barang.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui “Analisis
Nilai Ekonomi Penggunaan Briket Sebagai Bahan Bakar” karena sebagian masyarakat membutuhkan bahan
bakar alternatif yang dapat digunakan dikalangan masyarakat banyak.

METODE PENELITIAN

1. Tahapan Pengambilan Data


1. Lokasi Penelitian
Untuk tahap penelitian (pengolahan dan analisis ekonomis sampel) dilakukan pada Laboratorium
Pengolahan Bahan Galian Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim
Indonesia, Makassar.

2. Bahan Penelitian
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian adalah tempurung kenari yang diambil dari daerah
Kabupaten Kepulauan Selayar. Bahan lain yang digunakan adalah tepung tapioka sebagai bahan perekat dan
air.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan sangat menentukan hasil nilai ekonomis dari penelitian yang
akan dilakukan, sehingga dalam melakukan penelitian metode yang digunakan harus tersusun baik agar
dalam pelaksanaan penelitian dapat berlangsung dengan baik pula.
Adapun 4 tahap yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Tahap Persiapan Alat dan Bahan
Bahan:
1. Tempurung Kenari: Rp 10.000,00/kg
2. Tepung Tapioka: Rp 10.000,00/kg

Peralatan:
1. Drum
2. Jaw crusher
3. Roll mill
4. Ball mill
5. Screening
6. Wadah pencampuran briket
7. Pencetak briket
8. Oven
Copyright © 2018, Jurnal Geomine, Page:2
E-ISSN 2541-2116
ISSN 2443-2083

9. Peralatan lainnya yang digunakan.

3. Tahapan Pengolahan Data

Tahap analisis nilai ekonomis briket cangkang kenari dapat dilihat pada diagram alir berikut:

Studi Literatur

Analisis Material

Tempurung kenari Tepung Tapioka

Uji awal sampel Air

Karbonasi
1. Mesh 28
Penghancuran 2. Mesh 65
3. Mesh 80

Pencampuran

Cetak

Pengeringan

Briket Analisis Laboratorium

Pembakaran

Analisis Nilai Ekonomis

Selesai

HASIL PENELITIAN

1. Briket

Dari hasil analisis sampel I, II, dan III briket yang dihasilkan antara briket mesh 28, mesh 65 dan
mesh 80.
Tabel 1. Hasil Uji Sampel I Briket Batubara 100% (Laboratorium PT. Sucofindo).

No Komposisi Mesh 28 Mesh 65 Mesh 80


1. Nilai kalori 5.845 5.539 5.814
2. Kadar abu 1,51 3,95 1,57

Copyright © 2018, Jurnal Geomine, Page:3


E-ISSN 2541-2116
ISSN 2443-2083

3. Kadar zat terbang 46,98 43,18 44,96


4. Total Sulfur 0,079 0,074 0,083
5. Kadar Air 11,05 16,70 12,71

Pada tabel 1 di atas menunjukkan bahwa hasil dari briket batubara 100% pada tipe mesh 28 dari
beberapa parameter di atas sudah memenuhi standar mutu briket SNI No.01/6235/2000 terutama pada nilai
kalori yang di hasilkan dari mesh 28 yaitu 5.845%. Disamping itu seperti kadar air dan kadar abu yang
dihasilkan juga sangat rendah pada mesh 28 dibandingkan dengan ketentuan dari mutu pembuatan briket SNI
No.01/6235/2000.
Tabel 1. Hasil Uji Sampel II Briket Batubara dan Tempurung Kenari dengan Perbandingan 50 : 50
(Laboratorium PT. Sucofindo).

No Komposisi Mesh 28 Mesh 65 Mesh 80


1. Nilai kalori 5.731 6.020 5.984
2. Kadar abu 1,51 2,57 1,96
3. Kadar zat terbang 35,65 32,68 34,96
4. Total Sulfur 0,039 0,026 0,032
5. Kadar Air 7,35 9,22 10,38

Pada tabel 2 di atas menunjukkan bahwa hasil dari briket batubara yang dicampurkan dengan
tempurung kenari dengan perbandingan 50 : 50, pada tipe mesh 65 dari beberapa parameter di atas sudah
memenuhi standar mutu briket SNI No.01/6235/2000 terutama pada nilai kalori yang di hasilkan dari mesh
65 yaitu 6.020%. Disamping itu seperti kadar air dan kadar abu yang dihasilkan juga sangat rendah pada
mesh 28 dibandingkan dengan ketentuan dari mutu pembuatan briket SNI No.01/6235/2000.
Tabel 1. Hasil Uji Sampel III Tempurung Kenari 100% (Laboratorium PT. Sucofindo).

N
o Komposisi Mesh 28 Mesh 65 Mesh 80
1. Nilai kalori 5.420 6.354 6.308
2. Kadar abu 1,49 3,92 2,35
3. Kadar zat terbang 26,63 26,36 27,59
4. Total Sulfur 0,017 0,019 0,018
5. Kadar Air 5,10 5,50 5,74

Pada tabel 3 di atas menunjukkan bahwa hasil dari briket tempurung kenari 100%, pada tipe mesh
65 dari beberapa parameter di atas sudah memenuhi standar mutu briket SNI No.01/6235/2000 terutama
pada nilai kalori yang di hasilkan dari mesh 65 yaitu 6.354%. Disamping itu seperti kadar air dan kadar abu
yang dihasilkan juga sangat rendah pada mesh 28 dibandingkan dengan ketentuan dari mutu pembuatan
briket SNI No.01/6235/2000.
Adapun pada briket tempurung kenari yang menjadi tujuan utama untuk dapat membandingkan dari
ketiga sampel di atas maka didapatkan briket tempurung kenari dengan mesh 65 yang lebih berkualitas dan
mampu untuk menyaingi dan menggantikan briket batubara.

Copyright © 2018, Jurnal Geomine, Page:4


E-ISSN 2541-2116
ISSN 2443-2083

80
70
60
50
40
SNI
30 PT.
20 Sucofindo
10
0
MAS

Gambar 1. Hasil Uji Briket Laboratorium PT. Sucofindo dan SNI No.01/6235/2000

Gambar 2. Perbandingan Kadar Kalori Hasil Penelitian (PT. Sucofindo) dan SNI
No.01/6235/2000.
Pada gambar 4.1 yang merupakan hasil penelitian dari Laboratorium PT. Sucofindo dan gambar 4.2
yang merupakan standar pembuatan briket SNI No.01/6235/2000 yang menunjukkan bahwa hasil analisis
pada briket mesh 65 yang layak untuk diproduksi, bisa dilihat dari hasil analisis kadar airnya (MAS), kadar
air (ASH) dan daya kuat tekannya (QU) sudah memenuhi syarat berdasarkan dari SNI.01-6235-2000, hanya
saja pada kandungan karbon dan zat terbangnya belum sesuai dengan SNI.01-6235-2000. Adapun laju
pembakaran pada briket cangkang kenari yang cukup lama dengan waktu lama pembakaran 2 jam 18 menit.
Sedangkan pada gambar 4.2 yang merupakan hasil perbandiangan kalori hasil penelitian dari briket
cangkang kenari dan SNI.01-6235-2000 sangat jauh yang di mana kandungan kalori pada briket cangkang
kenari sangat baik, karena lebih besar dari SNI.01-6235-2000 yang nilai 5.000 sedangkan pada briket
cangkang kenari sebesar 6.724.
2. Analisis Ekonomi
Analisis keuangan ini bertujuan untuk mengkaji seberapa baik atau layak secara ekonomis terhadap
pengembangan usaha pembuatan briket cangkang kenari oleh masyarakat sebagai bahan bakar alternatif yang
dapat digunakan dalam rumah tangga maupun industri-industri berskala rumah tangga. Dalam perhitungan
analisis ekonomis usaha ini perlu menggunakan beberapa asumsi antara lain :
1. Produksi briket cangkang kenari bersifat skala kecil dengan tenaga manusia menjadi kekuatan utama.

Copyright © 2018, Jurnal Geomine, Page:5


E-ISSN 2541-2116
ISSN 2443-2083

2. Kapasitas produksi dihitung perbulan/24 hari.


3. Jumlah produksi perkilo gram briket kering perbulan.

Selanjutnya perhitungan analisis ekonomis briket cangkang kenari sebagai berikut :


1. Investasi Awal
Tabel 2. Investasi Awal Analisis Ekonomis

No. Alat yang digunakan Jumlah (buah) Nilai satuan (Rp) Total Harga (Rp)

1. Pengepres briket 1 1.500.000,00 1.400.000,00


2. Alat penghancur arang 2 25.000,00 50.000,00
(palu)
3. Pengayak 1 250.000,00 250.000,00
4. Kaos tangan 2 10.000,00 20.000,00
5. Sekop 1 15.000,00 15.000,00
6. Ember 1 15.000,00 15.000,00
7. Timbangan 1 130.000,00 130.000,00
8. Talang/nampan 2 20.000,00 40.000,00
9. Uji kuat tekan 2 250.000,00 500.000,00

Total Investasi 2.115.000,00 2.770.000,00

Pada tabel 2 di atas menjelaskan bahwa investasi analisis awal yang diperlukan dalam usaha briket
cangkang kenari tersebut sebesar Rp 2.770.000,00, di mana pada tabel di atas meliputi seperti alat-alat yang
akan digunakan dengan harga tertentu dari alat tersebut sehingga mendapat total satuan harga Rp
2.115.000,00 karena ada beberapa alat yang digunakan lebih dari satu sehingga total biaya yang dibutuhkan
adalah Rp 2.770.000,00.

2. Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya yang relatif dan tidak berpengaruh pada volume
produksi. Adapun biaya tetap pembuatan briket cangkang kenari adalah:

Tabel 3. Biaya Tetap Analisis Ekonomi Untuk Satu Tahun

No. Item Harga/tahun (Rp) Jumlah (Rp)

1. Sewa tempat 5.000.000,00 5.000.000,00


2. Penyusutan (5%) 250.000,00 250.000,00

Total Biaya Tetap 5.250.000,00

Dari tabel 3 menjelaskan bahwa biaya tetap yang digunakan sebesar Rp 5.250.00,00, di mana pada
pembiayaan ini hanya meliputi tempat penyewaan untuk dijadikan tempat pembuatan briket cangkang
kenari. Biaya untuk penyeawan tempat sebesar Rp 5.000.000,00 dan adapun biaya penyusutannya sebesar Rp
250.000,00 sehingga mendapat total untuk biaya tetap sebesar Rp 5.250.000,00.

3. Biaya Variabel
Copyright © 2018, Jurnal Geomine, Page:6
E-ISSN 2541-2116
ISSN 2443-2083

Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya selalu berubah mengikuti besar kecilnya volume
produksi. Adapun biaya variabel pembuatan briket cangkang kenari.
Tabel 4 Biaya Variabel Analisis Ekonomi Untuk Satu Tahun

No. Item Volume Harga (Rp) 16 x pembuatan/bulan Tahunan


(Rp) (Rp)

1. Cangkang kenari 17 kg 136.000,00 2.176.000,00 26.112.000,00


2. Tepung tapioka 1 kg 10.000,00 160.000,00 1.920.000,00
3. Tenaga kerja 1 orang 25.000,00 400.000,00 4.800.000,00
4. Listrik 100.000,00 1.200.000,00

Total Biaya Variabel 171.000,00 2.836.000,00 34.032.000,00

Maka didapatkan biaya variabel sebesar Rp 34.032.000,00/tahun. Adapun total biaya produksi
adalah penjumlahan biaya tetap dengan biaya variabel.
Biaya produksi = Biaya tetap + Biaya variabel
= Rp 5.250.000,00 + Rp 34.032.000,00
= Rp 39.282.000,00.
Pada tabel 4.4 menjelaskan bahwa dalam sekali pembuatan briket cangkang kenari dengan target
yang diinginkan adalah 10 kg briket kering (sudah jadi) maka disediakan bahan utama tempurung kenari
sebesar 17 kg dengan harga Rp 136.000,00 dan tepung tapioka 1 kg dengan harga Rp 10.000,00 dalam sekali
pembuatan, berdasarkan komposisi yang digunakan dalam penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bahan
yang sudah tercampur dengan bahan perekat dengan bahan utama tempurung kenari 17 kg ditambah dengan
berat bahan perekat maka didapatkan berat kering sebesar 10 kg. Adapun upah untuk satu tenaga kerja
sebesar Rp 25.000,00 dalam sekali kerja sehingga didapatkan jumlah biaya yang digunakan dalam sekali
pembuatan briket sebesar Rp 171.000,00. Karena dalam tiap bulannya pembuatan briket cangkang kenari
dilakukan sebanyak 16 kali pembuatan atau 4 kali dalam perminggunya maka jumlahnya sebesar Rp
2.736.000,00, dijumlah juga dengan biaya listrik dalam satu bulannya sebesar Rp 100.000,00 maka
didapatkan jumlah biaya yang dibutuhkan dalam satu bulan sebanyak Rp 2.836.000,00 atau dalam
pertahunnya sebesar Rp 34.032.000,00 jadi, jumlah biaya yang perlukan untuk modal produksi sebesar Rp
39.282.000,00.
4. Pendapatan
Pendapatan adalah penerimaan uang yang diperoleh dari penjualan hasil produksi briket cangkang
kenari. Jika dalam pelaksanaan pembuatan briket dari cangkang kenari sebesar 10 kg dalam tiap pembuatan
yang sudah kering. Karena terdapat 8 kali pembuatan dalam satu bulan, maka didapatkan briket cangkang
kenari kering dalam satu bulan sebanyak 10 kg x 16 = 160 kg/bulan. Dalam 1 kg briket cangkang kenari
kering terdapat 28 buah briket, maka untuk satu tahunnya dapat di produksi briket cangkang kenari sebesar
160 kg x 12 = 1.920 kg/tahun.
5. Asumsi Harga Jual
Biaya produksi
Biaya produksi=
Kapasitas produksi
Rp 39.282 .000,00
=
1.920 kg
= Rp 20.459,00/kg
Biaya produksi yang didapat berdasarkan perhitungan di atas adalah Rp 20.459,00/kg, sehingga
harga penjualan briket cangkang kenari dapat diperkirakan seharga Rp 25.000,00/kg.

Copyright © 2018, Jurnal Geomine, Page:7


E-ISSN 2541-2116
ISSN 2443-2083

Hasil penjualan = 1.920/kg x Rp 25.000,00/kg


= Rp 48.000.000,00
Adapun hasil penjualan yang didapatkan dalam satu tahunnya adalah sebesar Rp 48.000.000,00.
6. Keuntungan
Keuntungan merupakan selisih antara pendapatan (penerimaan) dengan biaya produksi.
Keuntungan pertahun = Penjualan – Total biaya produksi
= Rp 48.000.000,00 - Rp 39.282.000,00.
= Rp 8.718.000,00
Jadi, keuntungan yang didapatkan dalam satu tahunnya sebesar Rp 8.718.000,00.
7. BEP (Break Even Point)
BEP merupakan titik impas sehingga usaha tersebut tidak mengalami kerugian maupun keuntungan.

total biaya Rp 39.282 .000,00


BEP produksi = = = 1.571,3 kg
h arga jual Rp 25.000,00
Artinya titik impas usaha terpenuhi saat produksi mencapai 1.571,3 kg

total bia ya Rp 39.282 .000,00


BEP produksi = = = Rp 1.920/kg
total produksi Rp 20.459,00
Artinya titik impas usaha terpenuhi saat harga jual briket Rp 1.920/kg

8. R/C Ratio (Revenue Cost Ratio)


R/C merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh atas biaya yang dikeluarkan. Jika R/C lebih dari
1 berarti usaha tersebut layak dijalankan.

Pedapatan Rp 48.000.000,00
R/C Ratio = = = 1,2
Total biaya Rp39.282 .000,00
Jadi nilai R/C yang diperoleh 1,2 yang artinya usaha briket cangkang kenari ini layak untuk
dijalankan.
9. ROI (Return of Invesment)
ROI adalah tingkat pengembalian investasi. Perhitungan ini menunjukan hubungan antara
keuntungan dan investasi modal kerja/usaha yang ditanamkan.

Keuntungan bersi h
ROI = x 100%
Total Biaya
Rp 8.718 .000,00
= x 100%
Rp 39.282 .000,00
= 22%
Jadi keuntungan yang diperoleh sebesar 22% dalam satu tahun produksi, sedangkan dalam satu
bulannya sebesar 1,8%.
10. PBP (Pay Back Periode)
Pay back periode merupakan waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian modal.

Copyright © 2018, Jurnal Geomine, Page:8


E-ISSN 2541-2116
ISSN 2443-2083

Biaya tetap
PBP =
Keuntungan perta h un
Rp5.250 .000,00
=
Rp 8.718 .000,00
= 0,60 tahun
Jadi, seluruh biaya investasi yang dikeluarkan akan kembali dalam jangka waktu 0.60 tahun.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik disimpulan sebagai berikut:


1. Dari hasil yang ditunjukkan dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pada briket tempurung
kenari mampu bersaing dengan briket batubara karena briket tempurung kenari memiliki nilai ekonomis
yang terjangkau sepeti harganya yang murah dibandingkan briket batubara dan bahan-bahan yang
digunakan dalam pembuatan briket tempurung kenari mudah didapatkan.
2. Dari hasil di atas ditunjukkan bahwa selain harga yang ekonomis dan lama laju pambakaran pada briket
tempurung kenari, pada briket ini juga memiliki nilai kalori, kadar abu dan kadar air yang memenuhi
standar mutu pembuatan briket SNI No.01/6235/2000, Sehingga sangat layak untuk diproduksi.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing,orang tua, dan teman-teman semua
yang sudah mendukung dan membantu baik secara moril, finansial, sarana dan prasarana terhadap penelitian
ini.

PUSTAKA

Astriani.2018, Pemanfaatan Cangkang Kenari Sebagai Bahan Baku Pembuatan Bio-briket.


Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan., 2000, Mutu Bio-briket Berdasarkan Standar Nasional
Indonesia.
Donuata, J., 2014, Morfologi Tanaman Kenari, Makalah. Kupang : Politeknik Pertanian Kupang, Kupang.
Ekonomi Teknik, Pusat Pengembangan Ajar-UMB
Ibrahim, Y. (2003). Studi Kelayakan Bisnis.
Kasmir dan Jakfar., 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Kasmir. 2003. Bank Dan Lembaga Keuangan lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kementrian Negara Riset dan Teknologi, (@2004 ristek.go.id).
Lukmanto., 2015, Uji Aktivitas Antioksidan dan Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak dan Fraksi Daun
Kenari (Canacarium Indicium L), Skripsi Jember: Universitas Jember.
Nelfiyanti., 2009, Potensi Cangkang Biji Kenari Sebagai Briket Bahan Bakar Alternatif dan Analisa Aspek
Keekonomian Proses Produksi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Nursyiwan dan Nuryei., 2005, Laporan Pengeriangan Briket.
Suganal., 2008, Rancangan Proses Pembuatan Briket Batubara Nonkarbonasi Skala Kecil Dari Batubara
Kadar Abu Tinggi, Bandung.
Sukandarrumidi., 2006, Batubara dan Pemanfaatannya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Copyright © 2018, Jurnal Geomine, Page:9

Anda mungkin juga menyukai