Bab Ii
Bab Ii
KAJIAN PUSTAKA
sehingga menyebabkan luka atau cedera pada bagian tubuh. Jika trauma yang
organ tubuh yang terkena. Trauma dapat menyebabkan gangguan fisiologi sehingga
organ. Penderita trauma berat dapat mengalami kegagalan fungsi membran sel,
Trauma tumpul abdomen adalah cedera atau perlukaan pada abdomen tanpa
memberikan kelainan yang jelas pada permukaan tubuh tetapi dapat mengakibatkan
kontusi atau laserasi jaringan atau organ di bawahnya. Benturan pada trauma
tumpul abdomen dapat menimbulkan cedera pada organ berongga berupa perforasi
atau perlukaan organ hepar pada abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga
7
8
organ sekitar, patah tulang iga, cedera perlambatan (deselerasi), cedera kompresi,
trauma tumpul hepar disebabkan adanya deselerasi cepat dan adanya organ-organ
Trauma tumpul abdomen lebih sering terjadi pada kasus gawat darurat
akibat kecelakaan lalulintas, jatuh olahraga, kecelakaan kerja atau perkelahian. Dari
multiple, seperti organ padat hepar, lien, ginjal dibandingkan dengan organ
Organ yang paling sering terkena adalah limpa yaitu sekitar 40-55% kasus
karena limpa merupakan organ yang paling rapuh. Hati (35-45%) dan usus halus
pada ginjal sekitar 80-90% biasanya disertai trauma berat dengan cedera organ lain
Hepar sebagai organ solid atau padat dengan kejadian cedera tertinggi pada
kasus trauma abdomen. Setidaknya 15-20% trauma abdomen termasuk cedera pada
9
hati. 80-90% cedera hepar merupakan trauma tumpul. Pada 2013, sebuah penelitian
memperlihatkan bahwa hepar paling sering cedera dan usia muda lebih rentan
Cedera deselerasi sering terjadi pada kecelakaan lalu lintas karena setelah
tabrakan badan masih melaju dan tertahan suatu benda keras sedangkan bagian
tubuh yang relatif tidak terpancang bergerak terus dan mengakibatkan robekan pada
disebabkan adanya deselerasi cepat dan adanya organ-organ yang tidak mempunyai
Kerusakan intra abdominal sekunder untuk kekuatan tumpul pada abdomen secara
organ padat, organ viseral dan pembuluh darah, khususnya pada ujung organ
yang terkena. Contoh pada aorta distal yang mengenai tulang torakal dan
mengurangi yang lebih cepat dari pada pergerakan arkus aorta. Akibatnya, gaya
potong pada aorta dapat menyebabkan ruptur. Situasi yang sama dapat terjadi
vertebra atau tulang toraks posterior. Hal ini dapat menyebabkan remuk,
abdomen yang tiba-tiba dan mencapai puncaknya pada ruptur organ berongga.
untuk kontrol dan repair cedera hepar. Anatomi fungsional dari hepar terbagi
segmen hepar berdasarkan distribusi vena hepatika dan pedikel glisoni. Dapat
Sebagian besar trauma hepar juga mengenai segmen hepar VI,VII, dan VIII.
Tipe trauma ini dipercaya merupakan akibat dari kompresi terhadap tulang costa,
tulang belakang atau dinding posterior abdomen. Adanya trauma tumpul langsung
pada daerah kanan atas abdomen atau di daerah kanan bawah dari tulang costa,
lobus kanan.
1. Pada organ padat seperti hepar dan limpa dengan gejala utama perdarahan
2. Pada organ berongga seperti usus dan saluran empedu dengan gejala utama
adalah peritonitis
Derajat cedera pada hepar dapat dinilai dengan criteria dari AAST
(Association for the Surgery of Trauma) yaitu menggunakan OIS (Organ Injury
manajemen operatif atau non operatif. Gambaran CT scan dan jumlah darah yang
1994 maka cedera hepar dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan seperti tabel di
bawah
kemungkinan cedera organ intra abdomen. Semua informasi harus diperoleh dari
saksi mata kejadian trauma, termasuk mekanisme cedera, tinggi jatuh, kerusakan
positif atau negatif , harus direkam dengan teliti dalam catatan medis. Pada saat
1. Inspeksi
dan juga bagian bawah dada dan perineum, harus diperiksa untuk goresan, robekan,
luka, benda asing yang tertancap serta status hamil. Penderita dapat diposisikan
2. Auskultasi
Melalui auskultasi ditentukan apakah bising usus ada atau tidak. Darah
berdekatan seperti tulang iga, tulang belakang, panggul juga dapat menyebabkan
ileus meskipun tidak ada cedera di abdomen dalam, sehingga tidak adanya bunyi
3. Perkusi
adanya peritonitis yang masih meragukan. Perkusi juga dapat menunjukan bunyi
timpani akibat dilatasi lambung akut di kuadran atas atau bunyi redup bila ada
hemoperitoneum.
4. Palpasi
(involuntary guarding) adalah tanda yang handal dari iritasi peritoneum. Tujuan
palpasi adalah mendapatkan adanya dan menentukan tempat dari nyeri tekan
superfisial, nyeri tekan dalam atau nyeri lepas. Nyeri lepas terjadi ketika tangan
indikasikan karena nyeri atau patah tulang punggung, dapat digunakan foto
samping sambil tidur (left lateral decubitus) untuk mengetahui udara bebas
2. Ultrasonografi (USG)
mendeteksi cedera pada organ dan cairan bebas di rongga abdomen (Kozar,
Gambar 2.3 Tampak cairan bebas pada ruang hepatorenal (Rose, 2004)
Indikasi dan peranan FAST pada trauma tumpul abdomen adalah pasien
2. Jika FAST positif seringkali pemeriksaan lain tidak diperlukan dan intervensi
USG memiliki sensitifitas dan spesifitas lebih rendah untuk mendeteksi cedera
parenkim dibandingkan untuk mendeteksi carian bebas. Cedera organ solid tanpa
3. CT SCAN abdomen
cedera hepar. Penampakan pada CT terhadap trauma tumpul hepar antara lain
berkumpul pada kompartemen dekat dengan lokasi perdarahan dan semakin besar
pada CT lebih penting sebagai prediktor kuat kegagalan terapi non operatif (Wong,
2005).
4. Pemeriksaan Laboratorium
Kehilangan darah ekstensif pada trauma hepar tampak pada kadar hemoglobin
pasien. Ini memerlukan penanganan segera meliputi damage control dan resusitasi
dengan transfusi. Pada kasus trauma hepar mayor, kadar trombosit juga dapat
menurun tajam, membuat ahli bedah harus lebih awas terhadap bahaya koagulopati
menunjukkan peran pemeriksaan kimia darah utamanya kadar enzim hati sebagai
gambaran kerusakan hati akut akibat trauma. Namun kadar yang ditunjukkan
seringkali tidak selaras dengan kerusakan yang terjadi dan dipengaruhi oleh
19
komorbiditas yang mungkin telah dimiliki pasien sebelum trauma terjadi. Selain itu
yang perlu diperiksa pada kondisi trauma adalah faal hemostasis pasien yang
operatif. Pada kasus ini sebaiknya diperiksa darah lengkap serial sehingga tampak
Diagnosis dan penanganan yang tepat dari trauma tumpul hepar merupakan
unsur terpenting dalam mengurangi kematian akibat trauma abdomen. Pada pasien
trauma penilaian abdomen merupakan salah satu bagian yang menarik. Penilaian
sirkulasi saat survei awal harus mencakup deteksi dini dari kemungkinan adanya
perdarahan yang tersembunyi di dalam abdomen dan pelvis pada pasien trauma
tumpul. Trauma tajam pada dada diantara puting dan perineum harus dianggap
maupun metode yang terbaik sangat ditentukan oleh mekanisme trauma, berat dan
Untuk dua mekanisme yang berbeda yaitu trauma tajam (penetrans) dan
Adanya luka penetrasi saja sudah menarik perhatian akan besarnya kemungkinan
terjadi trauma pada organ intra abdominal, sedangkan pada trauma tumpul biasanya
Agar hasil pemeriksaan baik, selain pemeriksaan fisik diperlukan alat bantu
diagnostik. Alat bantu utama yang ada saat ini ialah Diagnostic Peritoneal Lavage
Laparoscopy (DL).
Gambaran CT scan dan jumlah darah yang terdapat dalam rongga abdomen dapat
dijadikan acuan menentukan derajat keparahan dari trauma hepar. (Williams NS,
Penatalaksanaan Non-Operatif
Pasien dengan trauma tumpul hepar yang stabil secara hemodinamik tanpa
adanya indikasi lain untuk operasi lebih baik ditangani secara konservatif (80%
pada dewasa, 97% pada anak-anak). Beberapa kriteria klasik untuk penatalaksan
non operatif adalah: Hemodinamik stabil setelah resusitasi, Status mental normal
dan tidak ada indikasi lain untuk laparotomi. Pasien yang ditangani secara non
klinis untuk vital sign dan abdomen, pemeriksaan hematokrit serial dan
dipindahkan ke ruang intermediate care unit dan dapat mulai diet oral tetapi masih
harus istrahat ditempat tidur sampai 5 hari. Embolisasi angiografi juga dimasukkan
ke dalam protokol penanganan non operatif trauma hepar, pada beberapa situasi
dalam upaya menurunkan kebutuhan transfusi darah dan jumlah operasi. Jika
(Mattox,7th)
a. Kebocoran bilier
Biloma atau kebocoran bilier terjadi 3-20% kasus pada trauma hepar dengan
b. Abses
CT scan.
c. Perdarahan
Dalam review nya tahun 1994 Gates menyebutkan pada pasien trauma hepar
d. Devaskularisasi
e. Hemobilia
Dapat muncul setelah trauma hepar, ditandai dengan trias nyeri pada kuadran
f. SIRS
setelah 3-5 hari post trauma dapat mengurangi risiko respon inflamasi sitemik.
flow.
Penatalaksaan Operatif
dua alasan;
2. Memberikan waktu kepada ahli bedah untuk memperbaiki trauma lain terlebih
pringle.
ditempatkan diantara hati dan diafragma dan diantara hati dengan dinding dada
mengontrol perdarahan yang berasal dari lobus kanan. Pembalutan tidaklah berguna
pada trauma lobus kiri, karena ketika abdomen dibuka, dinding dada dan abdomen
depan tidaklah cukup menutup lobus kiri hati untuk menciptakan tekanan yang
25
adekuat. Perdarahan dari lobus kiri hati ini dapat dikontrol dengan memisahkan
adalah suatu tehnik untuk menciptakan oklusi sementara vena porta dan arteri
Penekanan ini dapat dilakukan dengan jari atau dengan menggunakan klem
vaskuler atraumatik.
trauma hati grade IV dan V. Portal triad diklem dan direalese setiap 15-20 menit
selama 5 menit untuk memberikan perfusi hepatik secara intermitten. Bukti terbaru,
dengan memberikan oklusi total sekitar satu jam tidak memberikan kerusakan
iskemik pada hepar. Abdomen kemudian ditutup, dan pasien dipindahkan ke ICU
untuk resusitasi dan koreksi kekacauan metabolik. Dalam 24 jam, pasien kemudian
diindikasikan untuk trauma grade IV- V dan pasien dengan trauma yang tidak
terlalu parah tetapi menderita koagulopati yang disebabkan oleh trauma yang
menyertai.
26
Tehnik yang dapat digunakan sebagai terapi definitif pada trauma hati
berkisar dari kompresi manual hingga transplantasi hati. Laserasi parenkim hati
grade 1 atau 2 dapat secara umum diatasi dengan kompresi manual. Apabila dengan
tehnik ini tidak berhasil, seringkali trauma seperti ini diatasi dengan tindakan
darah kecil yang dekat dengan permukaan hati. Untuk laserasi grade II dan IV yang
memerlukan tindakan repair dilakukan dengan cara menjahit parenkim hati hal ini
kurang dari 3 cm. Bersama dengan hepatotomi dan ligasi selektif, tindakan ini juga
merupakan alternatif yang cocok pada laserasi yang lebih dalam jika pasien tidak
dapat mentoleransi perdarahan lebih lanjut. Material yang diperlukan adalah catgut
chromic atau vicryl 0 atau 2.0 dan jarum kurva ujung tumpul. Untuk laserasi yang
digunakan untuk mendekatkan tepi luka. Untuk laserasi yang dalam , jahitan matras
27
secara pararel pada tepi luka. Ketika mengikat jahitan, satu yang harus dipastikan
bahwa ketegangan yang adekuat telah tercapai apabila perdarahan telah berhenti.
Gambar 2.9 Hepatotomi dengan ligasi selektif untuk control perdarahan yang
dalam. a) Finger fracture, b) pemisahan pembuluh darah atau
duktus, c) memperbaiki kerusakan pada pembuluh darah.
penggunaan omentum untuk mengisi defek luas pada hati sekaligus sebagai
menyediakan sumber makrofag yang unggul dan mengisi ruang mati potensial
dengan jaringan hidup, mengurangi terbentuknya absces, dan sebagai tampon bagi
perdarahan.
28
Ligasi arteri hepatik mungkin cocok untuk pasien dengan perdarahan arteri
dari dalam organ hati. Meskipun demikian tindakan ini hanya sedikit berperan pada
keseluruhan penatalaksanaan trauma hati. Hal ini disebabkan karena tindakan ini
tidak menghentikan perdarahan yang berasal dari sistem vena potra dan vena
hepatika. Peranan primer tindakan ini adalah dalam penatalaksanaan trauma lobus
perdarahan arteri.
mati (nonviable). Jumlah dari jaringan yang dibuang tidaklah melebihi 25%
keseluruhan organ hati. Alternatif akhir untuk pasien dengan trauma unilobar yang
luas adalah reseksi hepar anatomis. Dalam keadaan elektif, lobektomi anatomis
dapat dilakukan dengan hasil yang sangat memuaskan. Reseksi anatomik pada
trauma dibatasi pada lobektomi kanan, lobektomi kiri, dan segmentektomi lateral
kiri. Jenis dan luasnya reseksi biasanya ditentukan dari sifat trauma. Untuk
akibat trauma hepar atau pada mereka yang memerlukan reseksi hepar total, maka
a. Perdarahan
resusitasi yang terus menerus dapat terjadi ACS. Packing hepar juga
c. Hemobilia
d. Bilhemia
Terjadi ketika cairan empedu larut dalam aliran darah dibawa langsung
hemihepatektomi kiri.
e. Fistula Bilier
f. Nekrosis hepatik
30
energi didalam tubuh akan digunakan untuk mempertahankan fungsi organ vital
dan membantu perbaikan jaringan yang mengalami kerusakan. Pemulihan ini dapat
metabolisme, konsumsi oksigen serta stimulasi imunitas tubuh (Lin et al., 2009).
Beberapa peneliti menyebut pada kasus trauma yang akut dalam terjadi
daerah abdomen, bedah laparotomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada
daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan kandungan
2.2. Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya
dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-
pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan
Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul
hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat
protoperphyrin dan globin (tetra phirin) menyebabkan warna darah merah karena
Fe ini.
darah merah (Costill, 1998). Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-
kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen”
(Evelyn, 2009). Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan
karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO
telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis
Pada pusat molekul terdiri dari cincin heterosiklik yang dikenal dengan
porfirin yang menahan satu atom besi, atom besi ini merupakan situs/lokal ikatan
merupakan gabungan dari heme dan globin, globin sebagai istilah generik untuk
protein globular. Ada beberapa protein mengandung heme dan hemoglobin adalah
protein), yang terdiri dari dari masing-masing dua sub unit alfa dan beta yang terikat
secara non kovalen. Sub unitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir
sama. Tiap sub unit memiliki berat molekul kurang lebih 16.000 Dalton, sehingga
berat molekul total tetramernya menjadi 64.000 Dalton. Tiap sub unit hemoglobin
32
jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru
menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang
jaringan tubuh.
itu sendiri. Kadar Hemoglobin adalah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-
butiran darah merah. Jumlah Hemoglobin dalam darah normal kira-kira 15 gram
setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen”. Berdasarkan
skala AV Hoffbrand, nilai normal Hemoglobin untuk pria dewasa adalah 13,5-17,5
gr/dl, sedangkan untuk wanita dewasa nilainya 11,5-15,5 gr/dl. Berbeda dengan AV
Normal
hipovolemik. Ketika pasien dalam fase inflamasi, kebocoran kapiler ini akan
abdomen meliputi pembedahan pada berbagai organ abdomen yaitu hepar, kandung
empedu, duodenum, usus halus dan usus besar, dinding abdomen untuk
Eritrosit merupakan salah satu komponen sel yang terdapat dalam darah dengan
fungsi utama sebagai pengangkut hemoglobin yang akan membawa oksigen dari
Penggunaan darah kapiler dari telinga, tumit, atau ujung jari bisa digunakan,
namun akan memberikan hasil yang kurang tepat, karena cairan intestinal akan
diperoleh dari metode hemocue cenderung lebih besar (Gibson 2005). Metode
yang sangat penting dalam penanganan seluruh jenis bedah. Konsep status gizi
dalam bedah terbangun secara gradual melalui seluruh periode nutrisi mencakup
operatif dengan status gizi yang baik membantu mencegah terjadinya komplikasi
al., 2003). Outcome yang buruk juga ditemukan pada pasien laparotomi yang
terinduksi. Efek dari konsentrasi yang berbeda atau fungsi dari komponen terkait
koagulasi ini (trombin, fibrinogen atau trombosit) pada kehilangan darah pasca
untuk menampilkan titik di mana darah mulai menggumpal dan jumlah trombin
yang membentuk inclotting plasma dari sampel darah yang diambil prebypass,
sebelum administrasi heparin. Nilai-nilai yang lebih rendah dari jumlah maksimum
trombin yang terbentuk (peak trombin), area dibawah kurva lebih rendah mewakili
generasi trombin dari waktu ke waktu (potensi trombin endogen) dan jumlah
platelet independen yang rendah berkorelasi dengan selang drainase dada pasca
konsentrasi fibrinogen pra operasi yang lebih rendah merupakan satu-satunya faktor
independen terkait perdarahan post operasi, meskipun semua pasien telah memiliki
kadar fibrinogen preoperative di atas batas normal (Bosch et al., 2013; Karlsson et
al., 2008)
37
keseimbangan dari empat proses fisiologis. Dua dari proses tersebut menyebabkan
Koagulopati akut pada trauma didefinisikan sebagai nilai INR ≥ 1,2. Pada
trauma, nilai INR ≥1,2 menunjukkan suatu keadaan klinis yang berhubungan erat
dengan resiko yang signifikan terjadinya kematian dan kebutuhan transfusi. Faktor-
hati, yang diatur oleh vitamin K, mengambil bagian dalam koagulasi dengan
darah terbagi menjadi dua bagian, jalur intrinsik dan ekstrinsik, tergantung pada
elemen yang memicu kaskade. Jalur ekstrinsik, yang dimulai akibat respon trauma
jaringan dan di mana faktor jaringan, yang terletak di permukaan platelet, pada
permukaan sel-sel endotel yang rusak dan subendothel, terpapar pada faktor VII
membentuk fibrin, dan dianggap sebagai jalur utama. Jalur intrinsik kurang terlibat
dalam proses koagulasi in vivo tapi menjadi penting ketika kaskade koagulasi
diaktifkan melalui kontak darah dengan permukaan artifisial, seperti sirkuit pintas
jantung paru. Akhir kaskade koagulasi serupa pada kedua jalur, dan karena itu
dikenal sebagai jalur yang umum. Di jalur umum, trombin dihasilkan dari
yang menangkap trombosit lebih banyak dan sel lain, meningkatkan perkembangan
gumpalan darah matur dan stabil. Selain itu, trombin memiliki berbagai fungsi lain
di dalam kaskade koagulasi melalui beberapa peran aktivasi umpan balik (Achneck
et al., 2010).
39
Reaksi dari jalur ekstrinsik dan aktivasi faktor X oleh faktor jaringan VIIA
kaskade dari faktor XI dan menyebabkan aktivasi faktor X dan produksi lebih lanjut