Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN TUGAS PENGENALAN PROFESI

“Observasi Alat Dan Fungsi Sistem Gerak Tubuh Pada Penjual Es Krim Roll
Melalui Video”

BLOK IV

KELOMPOK 4

Anggota:

Handani Gusli 702018093

Firza Aisy 702020030

Muhammad Aidil Fitriansyah 702020042

Kinanti Andini 702020043

Adlina Dalila 702020057

Muhammad Fauzan Alfarezi 702020060

Nadya Angellica 702020063

Vivi Almaretha Putri 702020082

Dina Mulyana 702020089

Rika Agustina 702020093

Aiverda Urfi 702020109

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Tugas Pengenalan
Profesi Blok IV “Sistem Tubuh Manusia” Tentang Observasi alat dan funsgi sistem
gerak tubuh pada penjual es krim roll melalui video sebagai tugas kompetensi
kelompok. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya hingga
akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa proposal ini belum sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan di
masa mendatang.
Selain itu, Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Wieke
Anggraini selaku dosen pembimbing kelompok 4 blok VI angkatan 2020 karena atas
bimbingan beliau akhirnya penulis dapat menyelesaikan proposal TPP ini. Penulis
juga mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam proses pembuatan proposal ini, karena jika tidak ada kerja sama yang baik
penulis kira proposal ini tidak akan terselesaikan dengan baik.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga proposal
tugas pengenalan profesi ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Judul ................................................................................................i
Kata Pengantar………………………………………………………………ii
Daftar Isi ……………………...…………..…………………………………iii

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ............................................................ 1
1.2 Rumassan Masalah ...................................................... 1
1.3 Tujuan .......................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum………………………………2
1.3.2 Tujuan Khusus………………………………2
1.4 Manfaat ........................................................................ 2
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Observasi………... ............................................... 3
2.1.1 Pengertian Observasi………………………3
2.1.2 Jenis-Jenis Observasi………………………3
2.2 Sistem Gerak………..............................................5
2.2.1 Pengertian Sistem Gerak…………...............5
2.2.2 Komponen Sistem Gerak..............................6
Bab III Metode Pelaksanaan
3.1 Lokasi Penelitian .........................................................26
3.2 Waktu Pelaksanaan .....................................................26
3.3 Subjek Tugas Mandiri .................................................26
3.4 Alat Dan Bahan ...........................................................26
3.5 Langkah Kerja……......................................................26

Daftar Pustaka ....................................................................28

iii
BAB I

1.1 Latar Belakang


Blok IV Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
mempelajari tentang sistem tubuh manusia. Sistem tubuh manusia tersusun
atas rangka, otot, tulang, dan berbagai sistem lainnya yang saling berkaitan
yang bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing. Contoh yaitu sistem
rangka berfungsi untuk menopang tubuh, sistem otot berfungsi menggerakkan
sistem rangka, dan lain-lain.
Pada penjual es krim roll dalam melakukan aktivitasnya menggunakan
hampir seluruh anggota gerak tubuh. Dalam membuat es krim roll, gerakan
yang dihasilkan oleh anggota gerak seperti penekukan lengan pada saat
membuat es krim, dengan begitu sistem dan alat gerak tubuh digunakan secara
optimal. Pada penjual es krim roll dalam melakukan gerakan membuat es
krim terlihat jelas arah pergerakan dan anggota tubuh yang bergerak, sehingga
akan mudah untuk mengamati dan mempelajari lebih dalam mengenai alat
dan fungsi sistem gerak tubuh manusia.
Pada tugas pengenalan profesi ini, kami mengamati alat dan fungsi
sistem gerak tubuh pada penjual es krim roll melalui vidio. Dengan
mengamati alat dan fungsi sistem gerak tubuh pada penjual es krim roll,
mahasiswa dapat secara langsung mempelajari alat dan fungsi sistem gerak
tubuh manusia dalam melakukan aktivitas membuat es krim roll melalui vidio.
Oleh karena itu, kami mahasiswa kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang ingin melaksanakan kegiatan Tugas Pengenalan Profesi dalam
blok IV ini dengan tema “Observasi alat dan fungsi sistem gerak tubuh pada
penjual es krim roll melalui vidio”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang dapat diambil
untuk Kegiatan Tugas Pengenalan Profesi ini adalah

1
1. Apa saja organ-organ yang terlibat pada gerakan penjual es krim roll?
2. Bagaimana aplikasi anggota gerak tubuh pada penjual es krim roll?
3. Apa saja dampak dan keluhan yang dialami saat melakukan Gerakan
pada penjual es krim roll?
1.3 Tujuan Kegiatan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengamati serta memahami Tugas Pengenalan Profesi dengan
judul “Observasi Alat Dan Fungsi Sistem Gerak Tubuh Pada Penjual
Es Krim Roll Melalui Video”
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui organ-organ apa saja yang terlibat pada
gerakan penjual es krim roll.
2. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi anggota gerak tubuh
pada penjual es krim roll.
3. Untuk mengetahui apa saja dampak dan keluhan yang dialami
oleh penjual es krim roll.
1.4 Manfaat Kegiatan
Mahasiswa dapat mengetahui alat dan fungsi system gerak tubuh pada
penjual es krim roll.

2
BAB II

2.1 Observasi

2.1.1 Pengertian Observasi

Observasi adalah proses sitematis dalam merekam pola perilaku


manusia, objek dan kejadian-kejadian tanpa menggunakan pertanyaan atau
berkomunikasi dengan subjek. proses tersebut mengubah fakta menjadi data.
Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar
aspek dalam fenomena tersebut. Observasi merupakan segala hal yang
berkaitan dengan proses penyelidikan untuk mengidentifikasi dan memahami
variabel psikologis untuk penegakkan diagnosis psikologis, yang didalamnya
terdapat proses pengukuran dan penggunaan berbagai teknik untuk mampu
memahami dan mendiagnosis variabel psikologis.
Observasi dalam implementasinya tidak hanya berperan sebagai teknik
paling awal dan mendasar dalam penelitian, tetapi juga teknik paling sering
dipakai, seperti observasi partisipan, rancangan penelitian eksperimental, dan
wawancara. setiap orang dapat melakukan observasi, dari bentuk sederhana
sampai pada tingkatan observasi paling komplek. Metode observasi yang
digunakan pada setiap kegiatan penelitian bervariasi, tergantung pada setting,
kebutuhan dan tujuan penelitian.
(Hasanah Hasyim. 2016)
2.1.2 Jenis-Jenis Observasi

Baskoro (2009) menyebutkan bahwa observasi secara umum terdiri dari


beberapa bentuk, yaitu observasi systematic, unsystematic, observasi
eksperimental, observasi natural, observasi partisipan, non partisipan,
observasi unobtrusive, obtrusive, observasi formal, dan informal.

3
 Observasi systematic biasa disebut juga observasi terstruktur yaitu
observasi yang memuat faktor-faktor dan ciri-ciri khusus dari setiap
faktor yang diamati. Menekankan pada segi frekuensi dan interval
waktu tertentu (misalnya setiap 10 menit). . Observasi sistematik, isi
dan luasnya observasi lebih terbatas, disesuaikan dengan tujuan
observasi, biasanya telah dirumuskan pada awal penyusunan
rancangan observasi, respon dan peristiwa yang diamati dapat dicatat
secara lebih teliti, dan mungkin dikuantifikasikan.
 Observasi unsystematic dilakukan tanpa adanya persiapan yang
sistematisa tau terencana tentang apa yang akan diobservasi, karena
peneliti tidak tahu secara pasti apa yang akan diamati. Pada observasi
ini, observer membuat rancangan observasi namun tidak digunakan
secara baku seperti dalam observasi sistematik, artinya observer dapat
mengubah subjek observasi berdasarkan situasi lapangan.
 Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan dengan cara
mengendalikan unsur-unsur penting ke dalam situasi sedemikian rupa,
untuk mengetahui apakah perilaku yang muncul benar-benar
disebabkan oleh faktor yang telah dikendalikan sebelumnya.
 Observasi natural, observasi yang dilakukan pada lingkungan alamiah
subjek, tanpa adanya upaya untuk melakukan kontrol atau
direncanakan manipulasi terhadap perilaku subjek.
 Observasi Partisipan. Orang yang mengadakan observasi turut ambil
bagian dalam kehidupan orang-orang yang diobservasi. Umumnya
observasi partisipan dilakukan untuk penelitian yang bersifat
eksploratif. Menyelidiki perilaku individu dalam situasi sosial seperti
cara hidup, hubungan sosial dalam masyarakat, dan lain-lain.
 Observasi unobtrusive biasa disebut sebagai unobtrusive measures-
unobtrusive methods non reactive methods merupakan observasi yang
tidak mengubah perilaku natural subjek. Observasi jenis ini dapat
dilakukan dengan menggunakan bantuan alat ataupun

4
menyembunyikan identitas sebagai observer. Contoh observasi
unobtrusive methods adalah observasi yang dilakukan pada naskah,
teks, tulisan, dan rekaman audio visual, materi budaya (objek fisik),
jejak-jejak perilaku, arsip pekerjaan, pakaian atau benda lain di
museum, isi dari bukubuku di perpustakaan, observasi sederhana,
hardware techniques; kamera, video, dll, rekaman politik, dan
demograf.
 Observasi formal. Ciri dari observasi formal mempunyai sifat
terstruktur yang tinggi, terkontrol dan biasanya untuk penelitian.
Dalam observasi formal, Hasyim Hasanah, Teknik-Teknik Observasi
(Sebuah Alternatif ... | 37 definisi observasi ditetapkan secara hati-hati,
data disusun sedemikain rupa, observer dilatih secara khusus, dan
reliabilitas antar rater pun sangat dijaga.
 Observasi Informal memiliki sifat yang lebih longgar dalam hal
kontrol, elaborasi, sifat terstruktur, dan biasanya untuk perencanaan
pengajaran dan pelaksanaan program harian. Lebih mudah dan lebih
berpeluang untuk digunakan pada berbagai keadaan. Observasi
informal sering disebut juga naturalistic observation.

2.2 Sistem Gerak

2.2.1 Pengertian Sistem Gerak

Gerak secara umum dapat diartikan sebagai perpindahan tempat atau


perubahan posisi. Gerak juga merupakan salah satu ciri dari makhluk hidup.
Untuk bergerak, makhluk hidup menggunakan alat gerak yang nantinya akan
bekerjasama untuk melakukan pergerakan sehingga membentuk suatu system
yang disebut dengan system gerak.
Sistem gerak adalah sistem dalam tubuh yang terdiri dari persendian, otot
dan tulang-tulang yang bergabung membentuk rangka dan berguna
untukmemberikan bentuk tubuh, memudahkan manusia untuk melakukan
gerakandan aktivitas Alat gerak tersebut berupa alat gerak pasif yaitu tulang
dan alat gerak aktif yaitu otot. Tulang disebut alat gerak pasif karena tidak
dapat melakukan pergerakannya sendiri.Otot disebut alat gerak aktif karena

5
otot memiliki senyawa kimia yangmembentuk aktomiosin sehingga dapat
bergerak. Maka otot memiliki sifat yang lentur untuk kontraksi dan relaksasi.
Anggota gerak dikelompokkan menjadi anggota gerak atas dan anggota
gerak bawah. Tulang anggota gerak atas terdiri dari lengan, tulang hasta,
tulang pengumpil, tulang pergelangan tangan, tulang telapak tangan dan
tulang jari tangan. Tulang anggota gerak bawah terdiri dari tulang paha, tulang
kering, tulang betis, tulang pergelangan kaki, tulang telapak kaki dan tulang
jari kaki.
Susunan dan bentuk tulang anggota gerak atas sesuai dengan fungsi
lengan, misalnya untuk mengangkat, melempar, memukul, memegang,
menggenggam, memungut, dan menjumput. Tulang Anggota gerak bawah
mempunyai bentuk dan susunan tulang anggota gerak bawah lebih
disesuaikan untuk berjalan, berlari, dan menahan beban tubuh.
(Kurnadi, Kemal Adyana. 1992)

2.2.2 Komponen Sistem Gerak

1. Tulang

Tulang adalah jaringan hidup yang strukturnya dapat berubah


apabila mendapat tekanan. Seperti jaringan ikat lain, tulang terdiri atas
sel-sel,serabut-serabut, dan matriks. Tulang bersifat keras, oleh karena
matriks ekstraselulernya mengalami klasifikasi, dan mempunyai
derajat elastisitas tertentu akibat adanya serabut-serabut organik.
(Snell, 2012)
Tulang kerangka manusia dewasa terdiri dari 206 segmen
tulang yang sebagian besar berpasangan satu dengan yang lain yaitu
sisi kiri dan sisi kanan. Tulang kerangka pada bayi dan anak-anak
lebih dari 206 segmen tulang karena beberapa tulang dulunya belum
mengalami penyatuan, misalnya tulang sacrum dan coxae pada tulang
vertebra (Tortora dan Derrickson, 2011).Kerangka aksial (kerangka
sumbu tubuh) terdiri dari 80 segmen tulang, beberapa diantaranya
adalah tulang kepala (cranium), tulang leher (os hyoideum dan
vertebrae cervicales), dan tulang batang tubuh (costae, sternum,

6
vertebrae dan sacrum). Kerangka apendikular yaitu kerangka
tambahan terdiri dari tulang-tulang ekstremitas baik ekstremitas atas
maupun ekstremitas bawah dengan total 126 segmen tulang (Moore
dan Agur, 2002).
Sebuah tulang terdiri atas beberapa jaringan berbeda yaitu
jaringan osseus, tulang rawan (cartilago), jaringan penghubung,
jaringan adiposa, dan jaringan saraf yang tersusun menjadi
satu.Keseluruhan dari tulang beserta tulang rawan bersama ligamen
dan tendon membentuk sistem rangka (Tortora dan Derrickson, 2011).
Perbandingan antara tulang dan tulang rawan dalam kerangka
berubah seiring dengan pertumbuhan tubuh. Semakin muda usia
seseorang, semakin besar bagian kerangka yang berupa tulang rawan
(Moore dan Agur, 2002).
Gambar 2.1.1 Skeleton dan struktur tulang panjang

7
a. Anatomi Tulang

Tulang Dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni tulang


kompakta dan tulang spongiosa.Perbedaan antara kedua jenis tulang
tadi ditentukan oleh 10 banyaknya bahan padat dan jumlah serta
ukuran ruangan yang ada di dalamnya. Semua tulang memiliki kulit
luar dan lapisan substansia spongiosa di sebelah dalam, kecuali apabila
masa substansia spongiosa diubah menjadi cavitas medullaris (rongga
sumsum) (Moore dan Agur, 2002).

b Jenis Rangka

 Rangka aksial

Rangka aksial berfungsi sebagai pelindung organ dalam


manusia. Rangka ini juga berfungsi sebagai pembentuk
keseluruhan tubuh manusia.

Ada 80 tulang yang masuk dalam bagian rangka aksial.


Tulang-tulang tersebut di antaranya:

 Tulang tengkorak yang terdiri dari 22 tulang.


 Tulang pendengaran.
 Tulang hyoid.
 Tulang belakang yang terdiri atas: 7 tulang leher, 12
tulang punggung, 5 tulang pinggang, 1 tulang ekor, dan 1
sakrum.
 Tulang rusuk yang terdiri atas 12 pasang tulang.

Rangka apendikular

Rangka ini berfungsi sebagai alat gerak pada manusia.


Jumlah dari rangka apendikular adalah 126 tulang,
diantaranya:

 Rangka tubuh bagian atas terdiri dari 30 tulang:


tulang lengan, tulang hasta, tulang pengumpil, dan
tulang pergelangan tangan. Tulang pada telapak tangan
dan tulang jari-jari tangan juga termasuk di bagian ini.
 Tulang panggul. Tulang ini merupakan

8
penghubung antara rangka aksial dan tulang kaki.
 Rangka tubuh bagian bawah terdiri dari 30
tulang: tulang paha, tulang kering, tulang betis, dan
tulang tempurung lutut. Tulang pergelangan kaki,
telapak kaki, dan jari-jari kaki juga masuk di bagian ini.

Klasifikasi Tulang Berdasarkan Bentuk

a. Tulang Panjang

Pada tulang ini, panjangnya lebih besar daripada


lebarnya.Tulang ini mempunyai corpus berbentuk tubular, diafisis, dan
biasanya dijumpai epifisis pada ujung-ujungnya.Selama masa
pertumbuhan, diafisis dipisahkan dari epifisis oleh kartilago
epifisis.Bagian diafisis yang terletak berdekatan dengan kartilago
epifisis disebut metafisis.Corpus mempunyai cavitas medullaris di
bagian tengah yang berisi sumsum tulang.Bagian luar corpus terdiri
atas tulang kompakta yang diliputi oleh selubung jaringan ikat yaitu
periosteum.Ujung-ujung tulang panjang terdiri atas tulang spongiosa
yang dikelilingi oleh selapis tipis tulang kompakta. Facies artikularis
ujung-ujung tulang diliputi oleh kartilago hialin. Tulang-tulang
panjang yang ditemukan pada ekstremitas antara lain tulang humerus,
femur, ossa metacarpi, ossa metatarsal dan phalanges.

Gambar 2.1.2 Tulang Panjang


b. Tulang Pendek

9
Tulang-tulang pendek ditemukan pada tangan dan kaki. Contoh
jenis tulang ini antara lain os Schapoideum, os lunatum,dan talus.
Tulang ini terdiri atas tulang spongiosa yang dikelilingi oleh selaput
tipis tulang kompakta.Tulang-tulang pendek diliputi periosteum dan
facies articularis diliputi oleh kartilago hialin.
c. Tulang Pipih
Bagian dalam dan luar tulang ini terdiri atas lapisan tipis tulang
kompakta, disebut tabula, yang dipisahkan oleh selaput tipis tulang
spongiosa, disebut diploe.Scapula termasuk di dalam kelompok tulang
ini walaupun bentuknya iregular.Selain itu tulang pipih ditemukan
pada tempurung kepala seperti os frontale dan os parietale.
d. Tulang Iregular
Tulang-tulang iregular merupakan tulang yang tidak termasuk
di dalam kelompok yang telah disebutkan di atas (contoh, tulangtulang
tengkorak, vertebrae, dan os coxae).Tulang ini tersusun oleh selapis
tipis tulang kompakta di bagian luarnya dan bagian dalamnya dibentuk
oleh tulang spongiosa.

e. Tulang Sesamoid
Tulang sesamoid merupakan tulang kecil yang ditemukan pada
tendo-tendo tertentu, tempat terdapat pergeseran tendo pada
permukaan tulang.Sebagian besar tulang sesamoid tertanam di dalam
tendon dan permukaan bebasnya ditutupi oleh kartilago.Tulang
sesamoid yang terbesar adalah patella, yang terdapat pada tendo
musculus quadriceps femoris. Contoh lain dapat ditemukan pada tendo
musculus flexor pollicis brevis dan musculus flexor hallucis brevis,
fungsi tulang sesamoid adalah mengurangi friksi pada tendo, dan
merubah arah tarikan tendo (Snell, 2012).
c Fungsi Tulang
a.Menopang Tubuh

10
Sistem kerangka adalah sistem yang memberikan bentuk pada
tubuh juga menopang jaringan lunak dan sebagai titik perlekatan
tendon dari sebagian besar otot.
b. Proteksi Sistem
kerangka melindungi sebagian besar organ dalam tubuh yang
sangan penting untuk berlangsungnya kehidupan, seperti otak yang
dilindungi oleh tulang cranial, vertebrae yang melindungi sistem saraf
dan tulang costa yang melindungi jantung dan paruparu.
c. Mendasari Gerakan
Sebagian besar dari otot melekat pada tulang, dan ketika otot
berkontraksi, maka otot akan menarik tulang untuk melakukan
pergerakan.
d. Homeostasis Mineral (penyimpanan dan pelepasan)
Jaringan tulang menyimpan beberapa mineral khususnya
kalsium dan fosfat yang berkontribusi untuk menguatkan
tulang.Jaringan tulang menyimpan 99% dari kalsium dalam tubuh.
Apabila diperlukan, kalsium akan dilepaskan dari tulang ke dalam
darah untuk menyeimbangkan krisis keseimbangan mineral dan
memenuhi kebutuhan bagian tubuh yang lain.

e. Memproduksi Sel Darah


sumsum tulang merah adalah tempat dibentuknya sel darah
merah, beberapa limfosit, sel darah putih granulosit dan trombosit.
f. Penyimpanan Trigliserid
Sumsum tulang kuning sebagian besar terdiri dari sel adiposa
yang menyimpan trigliserid (Tortora dan Derrickson, 2011).

d Pertumbuhan Tulang

11
Proses pembentukan tulang disebut osifikasi (ossi = tulang,
fikasi = pembuatan) atau disebut juga osteogenesis (Tortora dan
Derrickson, 2011). Semua tulang berasal dari mesenkim, tetapi
dibentuk melalui dua cara yang berbeda. Tulang berkembang melalui
dua cara, baik dengan mengganti mesenkim atau dengan mengganti
tulang rawan. Sususan histologis tulang selalu bersifat sama, baik
tulang itu berasal dari selaput atau dari tulang rawan (Moore dan Agur,
2002).
e Faktor Pertumbuhan
Tulang Tinggi badan berbeda-beda antara individu yang satu
dengan individu yang lain. Menurut Supariasa (2002) hal tersebut
berdasarkan dua faktor, yaitu:
a. Faktor Internal
1. Genetik
Faktor genetik dikaitkan dengan adanya kemiripan anak-anak
dengan orangtuanya dalam hal bentuk tubuh, proporsi tubuh dan
kecepatan perkembangan.Diasumsikan bahwa selain aktivitas nyata
dari lingkungan yang menentukan pertumbuhan, kemiripan ini
mencerminkan pengaruh gen yang dikontribusi oleh orang tuanya
kepada keturunanannya secara biologis. Gen tidak secara langsung
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan, tetapi ekspresi gen
yang diwariskan kedalam pola pertumbuhan dijembatani oleh
beberapa sistem biologis yang berjalan dalam suatu lingkungan yang
tepat untuk bertumbuh. Misalnya gen dapat mengatur produksi dan 18
pelepasan hormon seperti hormon pertumbuhan dari glandula endokrin
dan menstimulasi pertumbuhan sel dan perkembangan jaringan
terhadap status kematangannya (matur state) (Supariasa, 2002).
2. Jenis Kelamin
Pertumbuhan manusia dimulai sejak dalam kandungan, sampai
usia kira-kira 10 tahun anak pria dan wanita tumbuh dengan kecepatan

12
yang kira-kira sama. Sejak usia 12 tahun, anak pria sering mengalami
pertumbuhan lebih cepat dibandingkan wanita, sehingga kebanyakan
pria yang mencapai remaja lebih tinggi daripada wanita. Secara teori
disebutkan bahwa umumnya pria dewasa cenderung lebih tinggi
dibandingkan wanita dewasa dan juga mempunyai tungkai yang lebih
panjang, tulangnya yang lebih besar dan lebih berat serta massa otot
yang lebih besar dan padat. Pria mempunyai lemak subkutan yang
lebih sedikit, sehingga membuat bentuknya lebih angular. Sedangkan
wanita dewasa cenderung lebih pendek dibandingkan pria dewasa dan
mempunyai tulang yang lebih kecil dan lebih sedikit massa otot.
Wanita lebih banyak mempunyai lemak subkutan. Wanita mempunyai
sudut siku yang lebih luas, dengan akibat deviasi lateral lengan bawah
terhadap lengan atas yang lebih besar (Snell, 2012).

b. Faktor Eksternal
1. Lingkungan Lingkungan
pra natal adalah terjadi pada saat ibu sedang hamil, yang
berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari masa
konsepsi sampai lahir seperti gizi ibu pada saat hamil 20 menyebabkan
bayi yang akan dilahirkan menjadi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
dan lahir mati serta jarang menyebabkan cacat bawaan.
Lingkungan post natal mempengaruhi pertumbuhan bayi
setelah lahir antara lain lingkungan biologis, seperti ras/suku bangsa,
jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap
penyakit infeksi dan kronis, adanya gangguan fungsi metabolisme dan
hormon. Selain itu faktor fisik dan biologis, psikososial dan faktor
keluarga yang meliputi adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat
turut berpengaruh (Supariasa, 2002).
2. Gizi

13
Gizi yang buruk pada anak-anak dapat menyebabkan
berkurangnya asupan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh untuk
tumbuh. Sedangkan gizi yang baik akan mencukupi kebutuhan tubuh
dalam rangka pertumbuhan (Supariasa, 2002).
3. Obat-obatan
Beberapa jenis obat-obatan dapat mempengaruhi hormon
pertumbuhan seperti growth hormon atau hormon tiroid.Penggunaan
obat dengan dosis yang salah dapat menyebabkan terganggunya
hormon tersebut dan dapat mempercepat berhentinya
pertumbuhan.Pemakaian beberapa jenis obat juga dapat mengganggu
metabolisme tulang. Jenis obat tersebut antara lain kortikosteroid,
sitostatika (metotreksat), anti kejang, anti koagulan (heparin,
warfarin). Beberapa obat tertentu dapat meningkatkan resiko terkena
osteoporosis.Obat tersebut tampaknya meningkatkan kehilangan
tulang dan menurunkan laju pembentukan tulang. Obat tersebut antara
lain kortison. Tetapi efek ini hanya terjadi jika obat tersebut digunakan
dalam dosis tinggi, atau diberikan selama 3 bulan atau
lebih.Penggunaan obat ini selama beberapa hari, atau beberapa
minggu, biasanya tidak meningkatkan resiko timbulnya
osteoporosis.Pengobatan tiroid juga berperan terhadap timbulnya
osteoporosis (Supariasa, 2002).

2. Sendi
Sendi disebut juga joint atau arthron. Arthrologi merupakan bagian
dari anatomi yang mempelajari tentang persambungan dan persendian
dalam tubuh manusia. Mekanisme arthron adalah mekanisme yang
mengulas tentang persendian dan persambungan. Mekanisme arthron
ini diulas lengkap dalam cabang keilmuannya disebut arthrologi.
Arthrologi berasal dari kata arthron (sendi) dan logos (ilmu).
Persendian berperan mempertahankan kelenturan kerangka tubuh.
Tanpa persendian, tubuh tidak mungkin melakukan berbagai gerakan.
Persambungan adalah perhubungan dua buah tulang atau lebih secara

14
langsung. Pada persambungan sedikit sekali kemungkinan
bergeraknya, atau dapat dikatakan hampir tidak ada gerakan
( Tangkudung, J., 2016). Secara umum, sendi-sendi di tubuh manusia
bisa dibedakan menjadi:
 Sendi tidak bergerak atau sendi fibrosa

Contoh sendi yang tidak bergerak adalah tengkorak di kepala.


Sendi ini juga bisa disebut sebagai sendi mati. Tulang
tengkorak sebenarnya terdiri dari lempengan-lempengan tulang
pipih yang bisa sedikit bergerak saat seorang bayi dilahirkan.
Namun ketika masa pertumbuhan terhenti, lempeng-lempeng
tulang tersebut akan menyatu dan tidak lagi bisa bergerak.

 Sendi yang dapat bergerak sebagian atau sendi


cartilagonius

Contoh sendi yang dapat bergerak sebagian adalah sendi di


tulang belakang. Tulang-tulang di persendian ini, dihubungkan
oleh tulang rawan dan dapat bergerak mengikuti tulang di atas
maupun di bawahnya.

 Sendi yang dapat bergerak bebas atau sendi synovial

Sendi ini bisa bergerak bebas, ke atas, ke bawah, maupun


memutar. Contoh sendi yang dapat bergerak dengan bebas
adalah sendi pinggul, bahu, siku, lutut dan pergelangan kaki.
Seringkali persendian ini disebut juga sebagai sendi
peluru.Pada sendi yang bisa bergerak bebas, ada suatu cairan
yang dinamakan cairan sinovial. Cairan ini berada di antara
tulang-tulang yang membentuk sendi tersebut, dan berfungsi
sebagai pelumas untuk memudahkan tulang bergerak.Sendi
yang dapat bergerak bebas, kembali dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu:

 Sendi engsel, yang pergerakannya hanya satu arah, seperti


pada lutut dan siku

 Sendi putar, seperti kepala yang bisa bergerak ke kiri,


kanan, atas, maupun bawah

15
 Sendi ball and socket, yang bisa bergerak paling bebas.
Pada sendi ini, ujung satu tulang berada di cekungan tulang
yang lain, seperti pada sendi pinggul dan bahu

a. Beberapa komponen penunjang sendi

 Kapsula sendi adalah lapisan berserabut yang melapisi


sendi. Di bagian dalamnya terdapat rongga.
 Ligament adalah jaringan yang berbentuk pita yang
tersusun dari serabut-serabut liat yang mengikat tulang satu
dengan tulang lain pada sendi.
 Tulang rawan hailin adalah jaringan tulang rawan yang
menutupi ke dua ujung tulang, yang berguna untuk
menjaga benturan.
 Cairan sinovial adalah cairan pelumas pada kapsula sendi.
Dalam persendian terdapat membran sinovial atau selaput
sendi, yaitu: selaput membungkus ujung-ujung tulang yang
membentuk persendian. Selaput ini menghasilkan minyak
sinovial yang berguna sebagai pelumas sendi
( Tangkudung, J., 2016).

b. Struktur Pada Persendian

Sebagian besar persendian pada tubuh manusia dibentuk oleh


persendian yang dapat bergerak luas. Tulang-tulang yang
mambentuk sendi tidak berhubungan secara langsung karena
permukaan bagian tulang yang dihubungkan lapisan jaringan
rawan sendi dan dipisahkan oleh suatu rongga sendi.

Diarthrose mempunyai kemungkinan bergerak yang lebih luas


dari pada synarthrose dan ampiarthrose. Diarthrosis
mempunyai ciri-ciri sebagi berikut:

 Permukaan sendi dibalut oleh selaput atau kapsula


jaringan ikat fibrous.
 Persendian dimana hubungan tulangnya disini
mempunyai ruang sendi yang disebut cavum articular.

16
 Bagian dalam kapsula dibatasu oleh membran jaringan
ikat disebut membran sinovial yang menghasilkan
cairan pelumas untuk mengurangi gesekan.
 Kapsula fibrousnya ada yang diperkuat oleh ligamen
dan ada yang tidak.
 Di dalam kapsula biasanya terdapat bantalan kartilago
serabut.
 Karakteristik articulatio synovialis mempunyai: cavitas
synovialis, cartilago articularis, dan capsula articularis.

c. Macam-Macam Sendi

Berdasarkan tipe persendian, yaitu: synarthrosis, diarthrosis,


dan amphiarhrosis.

1. Synarthrosis (Articulation fribrosa)

Synarthrosis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

 Hubungan atau persambungan tulang yang tidak


memiliki ruang sendi.
 Sendi yang terjadi oleh adanya kesinambungan
sehingga di antara kedua ujung tulang yang bersendi
terdapat suatu jaringan serat atau kalogen sehingga
sama sekali tidak bisa digerakkan.
 Sendi yang terwujud tulang-tulang yang bersambungan
satu sama lainnya dengan perantara sepotong jaringan
penunjang.
 Tidak memiliki rungan sendi (cavum articulare),
sehingga juga tidak memiliki kapsula, membran, dan
sinovial.
 Kedua tulang dihubungkan oleh jaringan fibrous dan
cartilage.

Synarthrosis dibedakan menjadi dua tipe utama, yaitu:

a. Synartrosis sinfibrosis

b. Synartrosis sinkondrosis

17
2. Diarthrosis (Articulation Synovialis)

Diarthrosis adalah hubungan antar tulang yang kedua


ujungnya tidak dihubungkan oleh jaringan sehingga
tulang dapat digerakkan. Diarthrosis disebut juga
hubungan sinovial yang dicirikan dengan keleluasaan
bergerak dan fleksibel. Diarthrosis pada
umumnya dapat dibedakan menjadi bagian-bagian
sebagai berikut:

1. Ujung-ujung sendi.

2. Simpai sendi.

3. Rongga sendi.

4. Alat-alat khusus: ligament, disci dan menisci


articularis, bursa synoviale atau kandung lendir.

Berdasarkan jumlah tulang yang dihubungkan


diarthrosis dapat menjadi, yaitu:

1. Articulation simplex, yaitu: Persendian yang


dibentuk hanya oleh 2 buah tulang.

2. Articulation composites, yaitu: persendian yang


dibentuk oleh lebih dari 2 buah tulang.

Diarthrosis berdasarkan bentuk permukaan sendi


diklasifikasikan ke dalam 7 (tujuh) tipe, yaitu:

1. Sendi peluru (ball and socket joint)

2. Sendi pelana (saddle joint)

3. Sendi putar (pivot joint)

4. Sendi engsel (hinge joint)

5. Sendi geser (gliding joint)

6. Sendi condiiloid (articulatio condyloidea)

7. Sendi luncur (ovoid/ elipsoidea)

18
Gerakan pada diarthrose dikelompokan menjadi 3
(tiga) kelompok gerakan, yaitu sebagai berikut:

1. Gerakan menggeser (gilding movement)

2. Gerakan menyudut (angular movement)

3. Gerakan berputar (rotation)

3.Amphiarthrosis (Articulation Cartilaginosa)

Amphiarthrosis merupakan persendian yang


dihubungkan oleh jaringan tulang rawan (cartilage)
sehingga memungkinkan terjadinya sedikit gerakan,
dapat berubah bentuk jika ada tekanan dan ini penting
untuk melindungi tulang yang kaku. Macam-macam
amphiarthrosis sebagai berikut:

1. Symphysis Pada persendian ini tulang-tulang yang


membentuk jaringan rawan berbentuk pipih dan agak
tebal, misalnya: articulation intercapus vertebrae,
articulation sacroiliaca, dan symphisis pubis.

2. Syndesmosis Pada persendian ini , tulang-tulang


yang membetuknya dihubungkan oleh selaput jaringan
ikat (membrane intessea), misalnya: articulation
tibiofibular, dan articulatio radisunare.

Berdasarkan jangkauan gerakan yang dimiliki,


persendian dibedakan menjadi:

a. Persendian Fibrosa, yaitu persendian yang tidak


dapat digerakan, dimana letak tulang-tulangnya sangat
berdekatan dan hanya dipisahkan oleh selapis jaringan
ikat fibrosa. Contohnya: suturan di antara tulang-tulang
tengkorak.

• Persendian kartilagenosa, yaitu: persendian yang


gerakannya terbatas, dimana tulang-tulangnya
dihubungkan oleh tulang rawan hialin, contohnya:
tulang rusuk.

19
• Persendian sinovial, yaitu: persendian yang
gerakannya bebas, merupakan bagian terbesar dari
persendian pada tubuh orang dewasa, contohnya: sendi
bahu dan panggul, siku dan lutut, sendi pada tulang-
tulang jari tangan dan kaki, pergelangan tangan dan
kaki.

b. Dari sekian banyak persendian yang terdapat pada


tubuh manusia ada beberapa persendian yang cukup
tinggi mobilitasnya, sehingga kemungkinan untuk
mengalami cedera juga semakin besar. Contohnya:
persendian pada daerah siku, dan lutut. Salah satu dari
persendian tersebut dapat menjadi sasaran dari
osteoarthritis. Persendian yang sehat bisa
disederhanakan sebagai persendian yang bebas dari
kerusakan, bahan kimia beracun, peradangan, dan
osteoarthristis serta mampu menunjang gerakan tubuh
tanpa merasa tersiksa ( Tangkudung, J., 2016).

d. Gangguan Persendian Pada Manusia

Gangguan persendian manusia adalah sebagai berikut:

1. Terkilir (sprain)

Jika tulang pada suatu persendian terlalu kuat


digerakkan secara tiba-tiba dan berlebihan, hal ini akan
menyebabkan simpai sendi dan tali-tali pengikat sendi
akan sobek atau rusak. Terkilir merupakan gangguan
sendi akibat gerakan pada sendi yang tibatiba atau tak
biasa dan bergerak secara paksa.

2. Dislokasi (dislocation)

Dislokasi merupakan gangguan pada sendir dimana


terjadi pergeseran dari lokasi awal sendi. Lepasnya atau
keluarnya kepala sendi dari mangkuknya, keadaan
tersebut mengharuskan kepala sendi dikembalikan ke
dalam mangkuk sendinya yang disebut reposisi.

3. Arthritis

20
Arthritis merupakan radang sendi yang memberikan
rasa sakit dan terkadang terjadi perubahan posisi pada
tulang. Infeksi yang disebabkan oleh peradangan dalam
rongga sendi, keadaan inilah yang disebut arthritis.

4. Ankilosis (ankylosis)

Ankilosis merupakan gangguan pada sendi disebabkan


sendi tidak bisa bergerak karena ujung-ujung antar
tulang serasa bersatu. Keadaan ini biasanya penderita
takut akan menggerakan anggota tubuh yang sakit,
sehingga lama-lama sendi menjadi kaku dan tidak dapat
digerakkan lagi secara wajar.

(Tangkudung, J. 2016.)

3. Otot

Otot merupakan salah satu alat gerak. Sistem musculoskeletal


aktif terdiri dari otot rangka yang dapat menggerakkan tulang dalam
sendi dan dikontrol secara volunteer (Paulsen & Waschke., 2019).
Otot adalah sebuah jaringan konektif dalam tubuh dengan tugas
utamanya adalah untuk berkontraksi (Mustiadi, I., 2017).

Secara umum otot memiliki fungsi yaitu sebagai penggerak


bagian - bagian tubuh dan substansi dalam tubuh (Mustiadi, I., 2017).
Untuk gangguannya, pada otot, tergantung letak dan fungsinya bisa
saja terdapat beberapa gangguan yang mungkin terjadi, contohnya
seperti jika otot kejang dan kaku, dapat menyebabkan tetanus. Selain
itu, kelemahan pada otot merupakan salah satu gejala polio, jadi
gangguan pada otot dapat terjadi sebelum dan sesudah (gejala) dari
suatu penyakit (Kementrian Kesehatan, 2014).

3a. Macam-Macam otot

1. Otot Rangka

21
Ciri-ciri
 Serat bersifat multinukleus dengan nukleus terletak dí
perifer
 Banyaknya nukleus disebabkan oleh fusi mioblast-
mioblast mesenkim sewaktu perkembangan masa
embrional
 Setiap serat otot tersusun dari miofibril dan miofilamen
 Filamen aktin dan miosin membentuk pola seranlintang
(lurik) yang khas
 Pita I yang terang mengandung pita tipis aktin, dan pita
gelap A mengandung filamen tebal miosin
 Garis Z padat merbagi pita I merjadí dua; di antara dua
garis Z terdapat unit kontraktil, sarkomer
 Protein-protein aksesori menyatukan dan menstabilkan
filamen aktin dan miosin
 Protein titin merekatkan filamen míosin, dan ∝-aktinin
mengaitkan filamen aktin pada garis Z
 Titin mengetengahkan, menentukan posisi, dan
berfungsi sebagai pegas antara miosin dan garis Z
 Otot dikelilingi oleh jaringan ikat epimisium
 Fasikulus otot dibungkus oleh jaringan ikat perimisium
 Setiap serat otot dibungkus oleh jaringan ikat
endomisium
 Otot volunter berada di bawah kontrol sadar
 Gelendong neuromuskulus adalah reseptor regang
khusus di hampir semua otot rangka

22
 Serat intrafusal dan ujung saraf ditemukan di kapsul
gelendong
 regangan otot menyebabkan refleks regang dan gerakan
memperpendek otot

2. Otot Jantung

Ciri-Ciri
 Terletak di jantung dan pembuluh darah besar yang
melekat pada jantung
 Seran-lintang aktin dan miosin membentuk pita I, pita
A, dan garis Z yang serupa dengan yang ditemukan
diotot rangka
 Ditandai dengan kompleks taut padat yang disebut
diskus interkalaris yang mengandung taut celah
 Mengandung satu atau dua nukleus di tengah, serat
lebih pendek, dan memperlihatkan percabangan
 Tubulus terletak di garis Z dan lebih besar daripada
yang di otot rangka
 Retikulum sarkoplasma kurang berkembang daripada
yang dí otot rangka
 Mitokondria lebih besar dan lebih banyak dí serat otot
jantung
 Taut celah menyatukan semua serat agar dapat
berkontraksi secara ritmik dan membentuk sinsitium
fungsional

23
 Untuk kontraksi, kalsium diimpor dari luar sel dan dari
retikulum sarkoplasma
 Memperlihatkan, autoritmisitas dan pembentukan
rangsangan secara spontan
 Sistem saraf autonom menyarafi jantung dan
memengaruhi kecepatan denyut jantung dan tekanan
darah

3. Otot Polos

Ciri-Ciri
 Ditemukan dí organ berongga dan pembuluh darah
 Zonula adheren mengikat sel otot, sementara taut celah
nenghasilkan penggabungan fungsional
 Mengandung filamen aktin dan miosin tanpa pola
seran-lintang
 serat berbentuk fusiform dan memiliki satu nukleus di
rengah
 Di usus, otot tersusun dalam lapisan konsentrik, dan di
pembuluh darah dalam pola sirkular
 Terdapat filamen aktin dan miosin, tetapi keduanya
tidak memperlihatkan pola teratur atau seran-lintang
 Aktin dan miosin membentuk anyaman kisi-kisi, dan
keduanya melekat pada badan padat di sarkoplasma dan
sitoplasma

24
 Badan padat mengandung aktinin dan protein-protein
diskus Z lainnya
 Retikulum sarkoplasma tidak berkembang dengan
cukup baik untuk menyimpan kalsium
 Sarkolema memperlihatkan invaginasi yang dinamai
kaveola
 Kaveola mungkin mengontrol influks kalsium ke dalam
sel setelah stimulasi
 Setelah stimulasi, kalsium masuk ke sarkoplasma dari
kaveola dan retikulum sarkoplasma
 Kalmodulin, suatu protein pengikat kalsium,
merangsang interaksi aktin dan miosin
 Aktin dan miosin memendekkan otot dengan
mekanisme geser serupa dengan yang terjadi di otot
rangka
 Hubungan badan padat antara sel-sel yang
bersampingan menyalurkan gaya kontraksi ke semua
sel
 Memperlihatkan aktivitas spontan dan mempertahankan
tonus organ berongga
 Kontraksi peristaltik mendorong isi di organ
 Taut celah menyatukan otot-otot dan memungkinkan
komunikasi ionik antara semua serat

(Eroschenko, Victor P. 2015.)

25
BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Lokasi Pelaksanaan

Tugas pengenalan profesi dilaksanakan di rumah masing-masing secara


online via zoom meeting.

3.2 Waktu Pelaksanaan

Tugas pengenalan profesi akan dilaksanakan pada:

Hari:

Tanggal:

3.3 Subjek Tugas Mandiri

Subjek tugas mandiri pada pelaksanaan tugas pengenalan profesi ini adalah
penjual es krim roll.

3.4 Alat dan Bahan

1. Alat tulis
2. Laptop
3. Checklist pertanyaan

26
3.5 Langkah-Langkah Kerja

1. Mempersiapkan laptop, tempat dengan sinyal yang memadai, kuota atau


wifi
2. Mempersiapkan alat tulis dan checklist pertanyaan
3. Semua anggota masuk ke zoom meeting
4. Mengobservasi video penjual es krim roll secara bersama-sama melalui
zoom meeting
5. Menyesuaikan observasi yang didapat dengan checklist pertanyaan
6. Membuat dokumentasi saat melakukam tpp
7. Mencatat hasil observasi
8. Membuat laporan akhir tpp

27
DAFTAR PUSTAKA

Buku Anatomi tubuh manusia: Tulang pembentuk rangka manusia dan fungsinya

Baskoro, Jenis-Jenis Observasi, Modul Kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif,


UIN Jakarta, 2009.

Eroschenko, Victor P. 2015. Atlas histologi difiore dengan korelasi fungsional.


Ed.12. Jakarta : EGC.

Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.Jakarta
: EGC, 1022

Gunstream, Stanley E., 2013. Anatomy and Fhysiology with Integrated Study
Guide. Mc Graw Hill, New York.

Hasanah Hasyim. 2016. Teknik- Teknik Observasi. Jurnal at-Taqaddum, Volume


8, Nomor 1

Kurnadi, Kemal Adyana. 1992. Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh


Manusia. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Bandung

Keith, Moore & Agur Anne. 2002. Anatomi Klinik Dasar. Jakarta: Hipokrates.

Kementrian Kesehatan, 2014.

28
Moore, KL. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates. Hlm. 109-111.

Mustiadi, I., 2017, ‘Klasifikasi Sinyal EMG Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan dan
Discrete Wavelet Transform’, Jurnal Teknoin UII.

Paulsen dan Waschke., 2019, ‘Atlas Anatomi Manusia Sobotta’, Elsevier.

Snell, R. S. 2012. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC.

Supariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Tortora, G. J. , Derrickson, B. 2011. Principles Of Anatomy & Physiology. USA:


Wiley.

Tangkudung, J. 2016. Anatomy Movement. Jakarta: LPPM Universitas Negeri


Jakarta

29

Anda mungkin juga menyukai