Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PENDEKATAN KLINIS KASUS ANAK SERTA KASUS

TERSERING DI KLINIK
MODUL FCP

Disusun Oleh :
Nama : Dhessy Susanto
NIM : I1011161063
Kelompok : 3

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
1. Perbedaan ikterus fisiologis dan patologis pada bayi baru lahir. Cari grade ikterus
menggunakan grade Kramer 1-5.

Jawaban:

Perbedaan ikterus fisiologis dan nonfisiologis dapat dilihat pada tabel berikut.1,2
Ikterus Fisiologis Ikterus Nonfisiologis
Timbul pada hari kedua dan ketiga pasca Timbul pada hari pertama pasca lahir
lahir dan terlihat jelas pada hari kelima dan tidak hilang hingga sepuluh hari
sampai keenam. Hilang pada sepuluh pertama (dapat menetap setelah dua
hari pertama minggu pertama)
Kadar bilirubin indirek <15 mg/dL pada Kadar bilirubin indirek >10 mg/dL
neonatus cukup bulan dan <10 mg/dL pada neonatus cukup bulan dan >12,5
pada neonatus kurang bulan mg/dL pada neonatus kurang bulan.
Peningkatan kadar bilirubin <5 mg/dL Peningkatan kadar bilirubin >5 mg/dL
per hari per hari
Kadar bilirubin direk < 1 mg/dL Kadar bilirubin direk >1 mg/dL dan
memiliki hubungan dengan proses
hemolitik
Ikterus baru dapat dikatakan fisiologis Terdapat underlying disease yang
apabila tidak terbukti memiliki dapat menyebabkan ikterus
hubungan dengan keadaan patologis dan
tidak berpotensi berkembang menjadi
kern-icterus
Tabel 1. Perbedaan ikterus fisiologis dan patologis pada bayi baru lahir.1,2
Penentuan derajat ikterus dapat dilakukan dengan menggunakan Kramer grade of
jaundice sebagai berikut.3
Derajat Area Tubuh yang Terdampak Kadar bilirubin
indirek (md/dL)
1 Wajah dan leher 4,3-7,8
2 Dada dan punggung 5,4-12,2
3 Abdomen di bawah umbilikus hingga lutut 8,1-16,5
4 Lengan hingga pergelangan tangan dan kaki di 11,1-18,3
bawah lutut hingga pergelangan kaki
5 Tangan dan kaki >15
Tabel 2. Kramer grade of jaundice3

Gambar 1. Skema Kramer grade of jaundice berdasarkan area tubuh.3


2. Perbedaan kejang demam simpleks dan kejang demam kompleks.

Jawaban:

Kejang demam simpleks merupakan kejang demam yang berlangsung singkat,


kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang tersebut
berbentuk umum tonik dan/atau klonik, serta tanpa gerakan fokal. Kejang
demam simpleks tidak berulang dalam waktu 24 jam dan merupakan 80% di
antara seluruh kejang demam. Sementara itu, kejang demam kompleks merupakan
kejang demam dengan durasi lebih dari 15 menit, dapat berupa kejang fokal atau
parsial satu sisi, ataupun kejang umum tanpa didahului kejang parsial, serta
berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.4
DAFTAR PUSTAKA

1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Infomedika; 2015.
2. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB BR. Tidur Normal dan Gangguan
Tidur pada Anak. In: Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Singapore:
Saunders Elsevier; 2014:62-66.
3. Kramer LI. Advancement of dermal icterus in the jaundiced newborn. Am J Dis
Child.1969;118 :454– 458.
4. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta:
Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Ikatan Dokter Indonesia; 2006.

Anda mungkin juga menyukai