Disusun Oleh:
MAIZAN RAHMATINA
PUTRI PAMUNGKASARI
VINDA ASTRI PERMATASARI
NIM. P07120112064
NIM. P07120112071
NIM.P07120112080
ASUHAN KEPERAWATAN
BAYI NY. F PASIEN USIA 46 HARI
DENGAN BERAT BADAN LAHIR EKSTRIM RENDAH (BBLER)
DI BANGSALPERINATOLOGI (MELATI)
RSUD WONOSARI
Disusun Oleh :
Maizan Rahmatina
P07120112064
Putri Pamungkassari
P07120112071
P07120112080
Tingkat 3 Reguler B
Telah mendapatkan persetujuan pada tanggal
Oktober 2014
Oleh :
Pembimbing Pendidikan
Lapangan
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
badannya < 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2004).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang
dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan
BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru
sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan,
bahkan
dapat
menggangu
kelangsungan
hidupnya
(Prawirohardjo, 2006).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).
B. KLASIFIKASI BBLR
1. Bayi Berat Lahir Rendah dapat digolongkan menjadi 2, yaitu
(Merenstein, 2002):
a. Prematur Murni atau Bayi Kurang Bulan
Masa gestasi < 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasi itu, atau biasa disebut neonatus kurang
bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
b. Dismaturitas atau Bayi Kecil Masa Kehamilan
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa
gestasi itu, bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya tersebut
(KMK).
Berat badan kurang dari seharusnya yaitu dibawah persentil ke-10
(kurva pertumbuhan intrauterine Usher Lubchenco) atau dibawah 2
Standar Deviasi (SD) (kurva pertumbuhan intra uterin Usher dan
Mc. Lean).
2. Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir
rendah dibedakan dalam:
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500-2499 gram
b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram
c. Bayi Berat Lahir Ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.
Secara umum gambaran klinis pada bayi berat badan lahir rendah
sebagai berikut:
1. Berat badan lahir 2500 gram, panjang badan < 45 Cm, lingkar dada <
30 cm, lingkar kepala < 33 cm.
2. Masa gestasi < 37 minggu (Merenstein, 2002).
3. Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya
gestasi; kepala relatif lebih besar dari badan, kulit tipis, transparan,
banyak lanugo, lemak sub kutan sedikit, osifikasi tengkorak sedikit,
ubun-ubun dan sutu lebar, genetalia immatur, otot masih hipotonik
sehingga tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki fleksi, dan kepala
menghadap satu jurusan.
4. Lebih banyak tidur dari pada bangun, tangis lemah, pernafasan belum
teratur dan sering terjadi apnea, refleks menghisap, menelan, dan batuk
belum sempurna (Wong, 2004).
Gangguan yang mungkin terjadi pada bayi BBLR antara lain (Kliegman,
2000):
1. Pusat pengaturan suhu tubuh yang belum matur
2. Sistem immunologi belum berkembang dengan baik sehingga rentan
infeksi.
3. Sistem
saraf
pusat
belum
matur
menyebabkan
perdarahan
periventrikuler.
4. Sistem pernafasan belum matur terutama paru-paru menyebabkan
mudah terkena penyakit membran hyalin.
5. Immaturitas hepar sehingga metabolisme
bilirubin
terganggu
(hiperbilirubinemia).
E. KOMPLIKASI
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah
antara lain hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, asfiksia
neonatorum, infeksi dan lain sebagainya. Komplikasi ini dapat terjadi secara
bersamaan yang dapat meningkatkan risiko kematian noenatal. Masalah
jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi dengan berat lahir rendah
antara lain gangguan pada perkembangan, pertumbuhan, penglihatan serta
pendengaran, penyakit paru kronis, kenaikan angka kesakitan dan kenaikan
frekuensi kelainan bawaan (Kosim dkk, 2008).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nanny (2011) ada beberapa pemeriksaan penunjang yang
biasanya dilakukan, antara lain :
1. Pemeriksaan antropometri
2. Periksaan laboratorium :
ketiga.
Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) : biasanya dalam batas normal
pada awalnya.
g. Pemeriksaan Analisa gas darah.
G. PENGKAJIAN
1. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam
kandungan terganggu
2. Keluhan utama
Menangis lemah,reflek menghisap lemah,bayi kedinginan atau suhu
tubuh rendah
3. Riwayat penayakit sekarang
Lahir spontan,SC umur kehamilan
antara
24
sampai
37
a. Pemeriksaan Umum
1) Kesadaran compos mentis
2) Nadi : 180X/menit pada menit I kemudian menurun sampai 120140X/menit
3) RR : 80X/menit pada menit I kemudian menurun sampai
40X/menit
4) Suhu : kurang dari 36,5 C
b. Pemeriksaan sistem
1) Sistem sirkulasi/kardiovaskular
Frekuensi dan irama jantung rata-rata 120 sampai 160x/menit,
bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau
pucat, pengisian capilary refill (kurang dari 2-3 detik).
2) Sistem pernapasan
Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot aksesoris,
cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan pernapasan
rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor,
wheezing atau ronkhi.
3) Sistem gastrointestinal
Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit mengkilat),
peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB
(jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau), refleks
menelan dan megisap yang lemah.
4) Sistem genitourinaria
Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah, warna, berat
jenis, dan PH).
5) Sistem neurologis dan muskuloskeletal
Gerakan bayi, refleks moro, menghisap, mengenggam, plantar,
posisi atau sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala
kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago telinga belum
tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
6) Sistem termogulasi (suhu)
Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
7) Sistem kulit
Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi, pemasangan
infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
c. Pemeriksaan fisik
Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang
badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama
dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau
kurang dari 30 cm, lingkar lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut
tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris
diagnosa
keperawatan
adalah
suatu
hospitalisasi sekunder.
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Menurut Nursalam (2001) perencanaan meliputi pengembangan strategi
desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah
yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. tahap ini dimulai setelah
menentukan
diagnosa
keperawatan
dan
menyimpulkan
rencana
f.
dengan
ketidakmampuan
mencerna
nutrisi
tubuh
karena
berhubungan
secara
positif
dengan
pasien
(misalnya
PATHWAY
(Suramir, 2003)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
I.
PENGKAJIAN
Hari, tanggal
Pukul
Tempat
Metode
Sumber
Oleh
1. Identitas
a. Pasien
Nama
Umur
TTL
Jenis kelamin
Agama
Tanggal masuk
No RM
Diagnosa medis
b. Keluarga
Nama Ayah
Umur Ayah
Nama Ibu
Umur Ibu
Agama
Pendidikan Ayah
Pendidikan Ibu
Pekerjaan Ayah
Pekerjaan Ibu
Alamat
2. Riwayat Kesehatan
: By. F
: 46 hari
: Gunungkidul, 04 September 2014
: perempuan
: Islam
: 04 Oktober 2014
: 43660
: BBLER
: Bp. E
: 24 tahun
: Ny. D
: 19 tahun
: Islam
: D III
: SLTA
: Karyawan Swasta
: Ibu rumah tangga
: Rongkap, Gunungkidul
a. Pasien
1) Alasan masuk RS
Ibu pasien mengatakan dirinya mengalami pendarahan dan perut
yang terasa mulas seperti ingin melahirkan. Pasien kemudian
dibawa ke praktik mandiri dokter spesialis kandungan, namun
ternyata dokternya tidak ada. Pasien kemudian dilarikan ke RSUD
Wonosari. Di RSUD Wonosari, pasien sempat dirawat inap
dengan tujuan memulihkan pendarahan dan kondisi kandungan.
Namun, selang 5 hari, ibu pasien mengalami pendarahan kembali.
Pasien kemudian dilarikan ke ruang OK RSUD Wonosari, dan
2) Genogram
Alergi Dingin
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
: Lemah
b. Tanda vital
:
N
: 144 x/menit
RR
: 47 x/menit
S
: 37,5o C
c. Status Gizi
BB
: 1070 gr
PB
: 33 cm
LD
: 20 cm
LILA (kiri) : 6 cm
d. Reflek
1) Reflek morro (+)
2) Rooting (+) lemah
3) Sucking (+) lemah
e. Kepala / Leher
Fontanel lunak, tidak cekung dan tidak menonjol, sutura tepat, wajah
simetris.
Mata
Terdapat dischart pada mata, sclera tidak ikterik.
g. Mulut
Mulut terlihat kotor.Kulit bibir pasien terlihat mengelupas. Tidak
f.
j.
lemah.
k. Kardiovaskuler
HR 144x/menit, kuat, teratur, posisi kiri atas, tidak terdapat sianosis.
l. Gastrointestinal
Tidak terdapat distensi abdomen, bising usus (+), tidak terlihat residu
keluar.
m. Ekstremitas
1) Atas
dan pucat.
2) Bawah
dan pucat.
n. Umbilikus
Tali pusat bayi berwarna hitam. Tali pusat belum lepas. Tidak tampak
tanda-tanda infeksi pada tali pusat bayi.
o. Integumen
Kulit berwarna coklat kehitaman, tidak ikterik. Turgor kulit < 3 detik.
Kulit
tubuh
dan
anggota
gerak
bagian
atas
mengelupas
(deskuamasi).
7. Terapi (20 Oktober 2014)
a. Termoregulasi
b. O2 nasal 1 lpm
c. Injeksi cefotaxim 3x40mg
d. Ferriz drop 1x0,2mg
e. Sonde 26-27 cc
8. Pemeriksaan penunjang
a. Hasil pemeriksaan hematologi pada tanggal 14 Oktober 2014
Hematokrit : 43 % (nilai normal : 37 %)
b. Hasil pemeriksaan hematologi pada tanggal 04 September 2014
Gula darah sewaktu : 107 mg/dL (nilai normal : 76-110 mg/dL)
II.
ANALISIS DATA
DATA
DS :
-
sesak napas
Pasien lahir pada umur kehamilan 28 minggu
DO :
-
MASALAH
Ketidakefektifan
PENYEBAB
Imaturitas paru
pola nafas
dan
neuromuskular
DS :
-
Ketidakefektifan
Kontrol suhu
termoregulasi
yang imatur
Suhu : 37,5o C
BB : 1070 gr
Pasien berada dalam inkubator disinar dengan
menggunakan lampu
Ekstremitas atas dan bawah : akral teraba
dan penurunan
lemak tubuh
subkutan
dingin
DS : DO :
DS :
-
Risiko infeksi
DS :
-
imunologis
yang kurang
mengelupas (deskuamasi).
Terpasang O2 nasal 1 lpm
Ibu pasien menyatakan ASI kadang tidak lancar
sehingga ditambah dengan susu formula untuk
DO :
-
Pertahanan
Ketidakseimban
Ketidakmampu
gan nutrisi :
an
kurang dari
nutrisi
kebutuhan
(imaturitas)
mencerna
tubuh
14 Oktober 2014 Hematokrit : 43 % (nilai normal
: 37 %)
Pasien terpasang OGT
Sonde 26-27 cc/3 jam via OGT
Ferriz 0,2 cc via OGT
BBL : 850 gram
BBS : 1070 gram
Keluarga pasien menyatakan pasien lahir pada
usia kehamilan 28 minggu
DO :
-
mengelupas (deskuamasi).
Pasien di rawat di dalam incubator disinar
menggunakan lampu
Pasien tampak banyak tidur
Pasien bergerak dengan lemah
Resiko
Struktur
kerusakan
imatur
integritas kulit
kulit
III.
minggu
DO :
Suhu : 37,5o C
BB : 1070 gr
Pasien berada dalam inkubator disinar menggunakan lampu
Ekstremitas atas dan bawah : akral teraba dingin
minggu
DO :
Mulut terlihat kotor.
Kulit bibir pasien terlihat mengelupas..
(deskuamasi).
Terpasang O2 nasal 1 lpm
minggu
DO :
Kulit berwarna coklat kehitaman ,
Turgor kulit < 3 detik.
Kulit tubuh dan anggota gerak bagian atas mengelupas
(deskuamasi).
Pasien di rawat di dalam incubator disinar menggunakan lampu
Pasien tampak banyak tidur
Pasien bergerak dengan lemah.
IV.
V.
PERENCANAAN KEPERAWATAN
DIAGNOS
A
VI.
KEPERA
IX.
WATAN
Ketidakefe
X.
Senin, 20 Oktober
XI.
XII.
2014
15.00 WIB
Setelah dilakukan
ktifan pola
nafas
berhubun
gan
dengan
imaturitas
paru dan
neuromus
kular
TUJUAN
VII.
XVI.
XVII.
INTERVENSI
VIII.
XXI.
XXII.
1. Kecepatan pernapasan
dalam batas normal yakni
40-60 kali/menit
2. Tidak ada pernapasan
RASIONAL
Maizan
cuping hidung
3. Tarikan dinding dada ke
dalam berkurang
XIII.
Maizan
XIV.
XXIV.
Ketidakefe XXVI.
ktifan
XXVII.
termoregu
XXVIII.
lasi
berhubun
gan
dengan
kontrol
suhu yang
imatur dan
penuruna
n lemak
tubuh
subkutan
XXV.
XV.
Senin, 20 Oktober
2014
15.00 WIB
Setelah dilakukan
XXX.
XXXI.
XXXV.
XXXVI.
XXXVIII.
XXXVII.
Putri
XXXIX.
XL.
maupun kemerahan
3. CRT 3 detik
4. Akral tidak dingin
XXIX.
Putri
Risiko
XLI.
Senin, 20 Oktober
XLV.
Senin, 20 Oktober 2014
LI.
Senin, 20 Oktober 2014
XLVI.
15.00 WIB
LII.
15.00 WIB
infeksi
2014
XLII.
15.00 WIB
1. Observasi tanda-tanda vital : N, R, S
1. Indikator kehidupan pasien
berhubun
XLIII.
Setelah dilakukan
2. Observasi adanya tanda dan gejala infeksi
2. Mengetahui secara dini terjadinya infeksi
gan
3. Pisahkan bayi yang terkena infeksi dengan bayi
3. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial
tindakan
LIII.
dengan
yang tidak mengalami infeksi
keperawatan selama
4. Meminimalkan pemajanan pada organisme
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pertahana
3x24 jam,
infektif
pasien
n
5. Meminimalkan pemajanan pada organisme
diharapkan pasien 5. Bersihkan atau sterilkan alat yang digunakan pasien
imunologi
XLVII.
infektif
tidak mengalami
6. Lakukan perawatan tali pusat sesuai dengan
6. Penggunaan alkohol lokal dan berbagai
s yang
infeksi dengan
prosedur
antimikroba, membantu mencegah kolonisasi
kurang
kriteria hasil :
7. Anjurkan keluarga pasien untuk mencuci tangan
7. Mencegah kontaminasi silang
LIV.
1. Tanda-tanda vital N : 120sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
8. Kolaborasi dengan keluarga mengenai
8. Ajarkan keluarga pasien mengenai tanda dan gejala
160 x/menit, RR : 40-60
pemantauan adanya tanda dan gejala infeksi
infeksi
x/menit ,S : 36,5-37,5 oC
XLVIII.
pada pasien
2. Tidak ada tanda dan
9. Kelola pemberian injeksi cefixime 2x4 gram
9. Antibiotik membunuh bakteri penyebab infeksi
gejala infeksi
10. Kolaborasi pemberian vitamin
10. Membantu pembentukan dan meningkatkan
3. Keluarga pasien mengerti XLIX.
daya tahan tubuh
11. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (leukosit)
mengenai tanda dan
11. Leukosit meningkat menunjukan terjadinya
L.
Vinda
gejala infeksi
XLIV.
LVII.
Senin, 20 Oktober
mbangan
2014
15.00 WIB
Setelah dilakukan
nutrisi :
kurang
dari
kebutuhan
tindakan
keperawatan selama
3x24 jam,
LXIII.
LXIV.
LXIX.
LXX.
LV.
Vinda
LVI.
1. Observasi residu lambung sebelum pemberian susu 1. Mengetahui tingkat absorbsi usus
2. Observasi berat badan setiap hari .
2. Mengetahui perkembangan status nutrisi pasien
3. Beri pasien nutrisi sedikit tapi sering, sonde 26-27 3. Mencegah terjadinya dilatasi lambung yang
cc/3 jam via OGT
4. Motivasi ibu pasien untuk mengonsumsi banyak
makanan
5. Ajarkan keluarga pasien mengenai pijat oksitosin
berhubun
LXV.
produksi ASI sehingga dapat memenuhi
pasien seimbang
LXVI.
gan
kebutuhan nutrisi pasien
dengan kriteria
6. Kelola pemberian ferriz drop 1x0,2mg
6. Membantu memenuhi kebutuhan zat besi untuk
dengan
LXVII.
hasil :
7. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (Hemoglobin
meningkatkan BB pasien
ketidakma
1. Tidak terjadi penurunan
7. Hemoglobin dan hematokrit menunjukan status
dan hematokrit)
mpuan
BB melainkan
LXVIII.
Maizan
nutrisi pasien
mencerna
LXXII.
Maizan
peningkatan BB
nutrisi
2. Tidak muntah
3. Tidak ada residu lambung
(imaturitas
(sedikit)
)
4. Hemoglobin 12-16 gr%,
tubuh
LVIII.
Vinda
Ketidaksei LIX.
LX.
LXI.
infeksi
diharapkan nutrisi
hematokrit 37%
5. Keluarga mengerti
mengenai cara
meningkatkan
LXXIII.
LXXIV.
pengeluaran ASI
LXII.
Maizan
Risiko
LXXV.
Senin, 20 Oktober LXXIX.
Senin, 20 Oktober 2014
LXXXV.
Senin, 20 Oktober 2014
LXXX.
15.00 WIB
LXXXVI.
15.00 WIB
kerusakan
2014
LXXVI.
15.00 WIB
1. Mengetahui secara dini terjadinya iritasi
integritas
1. Observasi keadaan kulit pasien
LXXVII.
Setelah dilakukan
2. Feses dapat merusak integritas kulit dan
2. Bersihkan kulit pasien setiap kali pasien BAB atau
kulit
tindakan
membuat iritasi
BAK
berhubun
3. Mengurangi terjadinya iritasi, menjaga
keperawatan selama 3. Mandikan pasien setiap hari dengan air hangat
gan
kebersihan kulit, meningkatkan rasa nyaman
3x24 jam,
LXXXI.
dengan
dan memperlancar peredaran darah
diharapkan
LXXXII.
4. Keadaan yang lembab dapat mengiritasi kulit
struktur
integritas kulit
4. Ganti popok pasien bila basah
pasien
kulit
LXXXIII.
pasien utuh dengan
5. Meminimalkan gesekan antar kulit dan
5. Gunakan baby oil pada lipatan kulit
imatur
kriteria hasil :
mencegah iritasi pada daerah lipatan kulit
LXXXIV.
Putri
LXXXVII.
Putri
1. Kulit lembab
2. Deskuamasi berkurang
dan tidak meluas
LXXVIII.
LXXXVIII.
LXXXIX.
XC.
XCI.
XCII.
XCIII.
XCIV.
Putri
XCV.
XCVI.
EVALUASI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
XCVII.
Tan
XCVIII.
gga
Diagnosa
XCIX.
Implementasi
C.
Evaluasi
Keperawatan
l/
CI.
Jam
Seni CIV.
Ketidak
n,
seimbangan
15.30 WIB
S : Keluarga pasien mengatakan pasien tidak muntah
ober
201
berhubungan
CX.
4/
dengan
CXI.
15.0
ketidakmampua
n mencerna
WIB
makanan
Seni CXVI.
(imaturitas)
Ketidakefektifan 1. Memonitor tanda-tanda vital : CXVIII.
16.10 WIB
n,
pola nafas
CXIX.
S:-
20
berhubungan
CXX.
Okt
dengan
ober
imaturitas paru
Okt
CIII.
CXIII.
CVI.
lambung
CVII.
2. Memberikan diet ASI 25 cc via
nutrisi : kurang
CVIII.
OGT
dari kebutuhan
CIX.
CV. Vinda
tubuh
20
CII.
1. Mengobservasi residu
CXII.
N, R, S
2. Mempertahankan terapi
oksigen nasal 1 lpm
3. Menempatkan pasien pada
Vinda
CXIV.
201
dan
4/
neuromuskular
P : Monitor TTV
16.0
CXXII.
CXXIII.
menghadap ke atas
CXVII. Vinda
Vinda
WIB
CXV.
CXXIV.
CXXV.
CXXXIV.
Seni
CXXVI.
n,
gan nutrisi
20
kurang dari
Okt
kebutuhan
ober
tubuh
201
berhubungan
4/
dengan
18.0
ketidakmampua
n mencerna
WIB
makanan
Sela
CXXXVI.
(imaturitas)
Risiko
sa,
kerusakan
21
Okt
integritas kulit
berhubungan
CXXVIII.
lambung
2. Memberikan diet ASI 25
CXXIX.
CXXX.
cc/OGT
3. Mengelola pemberian Ferriz
0,2 cc via OGT
CXXVII.
18.00 WIB
Vinda
CXXXII.
Vinda
08.30 WIB
pasien
2. Membersihkan
CXL.
S:-
CXLI.
kulit
pasien
pasien
3. Memandikan pasien dengan
ober
dengan struktur
201
kulit imatur
4/CXXXVII.
CXXXV.
air hangat
4. Mengganti popok pasien
CXLII.
CXXXVIII.
Vinda
CXLIII.
08.0
Vinda
0
CXLV.
WIB
Sela
CXLVII.
Risiko infeksi
11.00 WIB
sa,
berhubungan
CL.
S:-
21
dengan
N, R, S
2. Mengobservasi adanya tanda
CLI.
Okt
pertahanan
ober
imunologis yang
201
kurang
4/
CXLVI.
08.1
WIB
SelaCLVIII.
Ketidak
sa,
seimbangan
21
Okt
ober
CLIII.
P : Monitor TTV
CLIV.
0
CLVI.
1. Mengobservasi residu
CLX.
lambung
CLXI.
2. Memberikan diet ASI 25 cc via
nutrisi : kurang
CLXII.
OGT
dari kebutuhan
CLXIII.
CLIX. Putri
tubuh
Vinda
15.30 WIB
S:O : residu lambung 1 cc, diet ASI 25 cc/ OGT, gumoh (-)
A : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
teratasi sebagian
CLVII.
CLXVI.
CLXVII.
CLXXVIII.
201
berhubungan
CLXIV.
4/
dengan
15.0
ketidakmampua
n mencerna
WIB
makanan
Sela
CLXVIII.
(imaturitas)
Ketidak
sa,2
CLXIX.
Putri
17.10 WIB
seimbangan
S:-
nutrisi : kurang
Okt
dari kebutuhan
ober
tubuh
CLXXIV.
201
berhubungan
CLXXV.
4/
dengan
17.0
ketidakmampua
n mencerna
WIB
makanan
Sela
CLXXX.
(imaturitas)
Ketidakseimban 1. Mengobservasi residu
CLXXXII.
18.20 WIB
sa,
gan nutrisi
CLXXXIII.
S:-
21
kurang dari
Okt
kebutuhan
CLXX.
Putri
atas,
teratasi sebagian
CLXXVI.
lambung
2. Memberikan diet ASI 25
CLXXXIV.
cc/OGT
3. Mengelola pemberian Ferriz
Putri
O : residu lambung 1 cc, diet ASI 25 cc/ OGT, Ferriz 0,2 cc via
OGT, pada By. Ny. D, pukul 18.00 WIB, gumoh (-)
CLXXIX.
CLXXXVIII.
ober
tubuh
201
berhubungan
4/
dengan
18.0
ketidakmampua
n mencerna
WIB
makanan
Rab CXC.
(imaturitas)
Ketidakefektifan 1. Memonitor tanda-tanda vital : CXCIII.
11.30 WIB
u,
termoregulasi
CXCIV.
S:-
22
berhubungan
CLXXXV.
Putri
CXCV.
CLXXXVI.
N, R, S
2. Memonitor tanda-tanda
ober
hipotermi/hipertermi
dengan kontrol
3. Memonitor kondisi inkubator
suhu yang
4. Menempatkan bayi di dalam
201
imatur dan
penurunan
11.1
lemak tubuh
subkutan
Okt
CLXXXIX.
CXCVII.
Vinda
Rab CCIII.
u,
22
Okt
Vinda
CXCIX.
WIB CXCI.
CCI.
Putri
CC.
Ketidakseimban 1.Mengobservasi residu lambung CCV.
2. Memberikan diet ASI 25
gan nutrisi
CCVI.
cc/OGT
kurang dari
CCVII.
CCIV.
Tina
kebutuhan
CCVIII.
13.00 WIB
S:O : residu lambung 2 cc, diet ASI 25 cc/ OGT,
A : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
ober
tubuh
201
berhubungan
dengan
CCII.
CCXI.
09.0
n mencerna
makanan
WIB
RabCCXIII.
(imaturitas)
Risiko
u,
kerusakan
integritas kulit
Okt
berhubungan
ober
dengan struktur
201
kulit imatur
4 CCXIV.
08.0
0
WIB
CCXXII.
CCIX.
P : Observasi BB pasien
CCX.
Tina
ketidakmampua
22
CCXII.
teratasi sebagian
1.Mengobservasi
pasien
2. Membersihkan
keadaan
kulit
kulit
CCXVI.
CCXVII.
pasien
CCXVIII.
pasien
3. Memandikan pasien dengan
air hangat
4. Mengganti popok pasien
CCXIX.
CCXV.
Tina
CCXX.
13.00 WIB
S:O : kulit pasien terlihat berwarna hitam di sebagian area kulit,
kulit pasien sudah banyak yang mengelupas, tidak di beri obat
topikal lagi
A : Masalah risiko kerusakan integritas kulit teratasi sebagian
P : ganti popok pasien jika sudah basah.
CCXXI.
Tina
CCXXIII.
CCXXV.
CCXXVI.
CCXXVII.
CCXXVIII.
CCXXIX.
CCXXX.
CCXXXI.
CCXXXII.
CCXXXIII.
CCXXXIV.
CCXXXV.
CCXXXVI.
CCXXXVII.
CCXXXVIII.
CCXXXIX.
CCXL.
CCXLI.
CCXLII.
CCXLIII.
DAFTAR PUSTAKA
CCXXIV.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan :
Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I.
Jakarta: EGC
Kosim MS, Yunanto A, Dewi R,. Sarosa GI, Usman A.
2008. Buku ajar neonatologi. Edisi 1. Jakarta: IDAI
Kosim, S. 2008. Buku Ajar Neonatologi, Ed. I. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Merenstein, G.B. et all. 2002. Buku Pegangan Pediatri.
Edisi 17. Jakarta: Widya Medika
Nanny Lia Dewi, Vivian. 2011. Asuhan Neonatus Bayi Dan
Anak Balita. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi keperawatan:
Konsep dan Praktik. Jakarta: Salemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. 2010. Pedoman
Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta:
IDAI
Suramir, Asrining. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi.
Jakarta: EGC
CCXLIV.
CCXLV.
CCXLVI.