PENDAHULUAN
KONSEP DASAR KOMUNIKASI DAN
KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM
KEPERAWATAN
PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan kebutuhan sehari-hari bagi seluruh umat manusia. Tiada hari tanpa
berkomunikasi. Karena pada dasarnya manusia membutuhkan orang lain untuk bertahan
hidup. Komunikasi adalah proses pertukaran pesan dari komunikator ke komunikan. Disini,
manusia secara sadar atau tidak setiap harinya melakukan komunikasi. Tiap komunikasi
tentunya memiliki makna. Entah itu hanya untuk bertanya kabar, mencari informasi,
mengobrol, mencurahkan perasaaan atau lainnya. Komunikasi terbagi dalam dua jenis, yakni
komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang
disampaikan dengan bahasa lisan. Contohnya, ketika kita berbicara dengan teman, dosen,
keluarga. Sedangkan komunikasi non verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan
melalui isyarat, simbol, tanpa menggunakan kata-kata. Pada dasarnya suatu komunikasi akan
lebih efektif apabila disampaikan secara langsung berhadapan (face to face).
Menurut penelitian, teknik komunikasi yang efektif adalah dengan mengemukakan
kesimpulan komunikasi secara eksplisit kepada subjek yang sikapnya hendak diubah, dengan
mengulang-ulang (repetition and familiarity) argumentasi yang mendukung sikap yang dituju
(Azwar, 1995 : 77) Seseorang yang bercakap-cakap langsung dengan komunikan, maka akan
tahu apakah pesan yang disampaikan tadi sudah jelas dan dimengerti. Serta mengetahui
secara langsung respon dari komunikan. Selain itu, dengan bertatap muka, dapat menjalin
silaturahmi antar manusia itu sendiri. Berbeda dengan non verbal. Pengiriman pesan melalui
isyarat atau simbol ini memiliki kelemahan. Belum tentu si komunikan mengerti apa maksud
pesan kita. Tapi, dengan majunya zaman, cara berkomunikasi juga sudah berbeda dengan
dahulu. Saat ini, penyampaian pesan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Tak perlu repot-
repot bertemu secara langsung.
Masyarakat dapat berkomunikasi dengan cara yang praktis dan murah. Sebelum
bermunculan gadget canggih seperti sekarang, perkembangan komunikasi dimulai pada 400
SM yaitu era komunikasi tulisan. Contohnya manusia purba yang menulis atau menggambar
di dinding goa untuk menyampaikan pesan atau tanda. Lalu berlanjut pada tahun 1452 di era
komunikasi cetak. Pada zaman ini kertas sudah ada, dan koran mulai terbit. Berkembang lagi
di era telekomunikasi tahun 1844. Munculnya alat komunikasi untuk jarak jauh. Dan sampai
pada era komunikasi interaktif pada 1946. Hingga saat ini, era komunikasi tulisan,
komunikasi cetak, telekomunikasi dan komunikasi interaktif masih digunakan. Meski
demikian, faktor kecepatan menerima dan mengakses informasi yang membuat masyarakat
beralih, mencari alat yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut. 3 Pertumbuhan teknologi
komunikasi semakin maju seiring kebutuhan manusia yang tinggi untuk berkomunikasi.
Karena kebutuhan komunikasi yang tinggi, maka para produsen alat komunikasi berlomba-
lomba untuk menghasilkan sebuah perangkat yang mampu memenuhi segala kebutuhan
konsumen terkait informasi.
Terlebih saat ini manusia menginginkan teknologi yang cepat, praktis dan efisien.
Cepat berarti mampu mengakses data dan info dalam waktu singkat. Praktis berarti mudah
dipakai dan dibawa. Efisien berarti bermanfaat sesuai dengan keinginan. Tak dipungkiri
bahwa perkembangan teknologi informasi sangat mempengaruhi teknologi komunikasi.
Kebutuhan teknologi informasi maupun telekomunikasi sangat tinggi dari mulai golongan
menengah kebawah dan golongan menengah ke atas. Semua individu sangat membutuhkan
teknologi untuk mempercepat perkembangan atau meningkatkan pembangunan baik
pembangunan individu maupun kelompok. Dan sampai pada akhirnya muncul berbagai
kemudahan dalam berkomunikasi mulai dari gadget sampai jejaring sosial yang beragam.
Di tengah banyaknya teknologi yang berkembang, muncul berbagai jenis ponsel yang
menawarkan sejumlah aplikasi canggih. Salah satunya adalah ponsel blackberry. Blackberry
mampu memikat konsumen lewat kelebihannya seperti layanan internet, push mail, dan
aplikasi chattingnya yakni blackberry messenger (BBM). Sebelum hadirnya BBM, aplikasi
messenger sudah ditawarkan oleh beberapa media. Aplikasi messenger merupakan aplikasi
chat atau mengobrol melalui 4 koneksi internet yang dapat dikonsumsi oleh anggota suatu
messenger. Media yang menawarkan aplikasi messenger antara lain yahoo messenger,
facebook, windows live messenger, skype, google plus, mig33 dan blackberry messenger.
Dari sejumlah messenger yang ada, saat ini blackberry messenger (BBM) merupakan
messenger yang populer. Fitur yang terdapat pada perangkat Blackberry ini memiliki banyak
kelebihan dibandingkan sarana messenger lain, seperti pengiriman pesan suara, video klip,
data peta, menyalin percakapan di BBM atau sms, serta BBM ini akan selalu aktif jika
layanan Blackberry aktif.
TOPIK 1
1.Pengertian Komunikasi
2. Tujuan Komunikasi
1. Supaya yang kita sampaikan dapat mengerti, sebagai komunikator kita harus
menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas
sehingga mereka dapat mengerti dan mengakui apa yang kita maksud.
2. Memahami orang lain. Kita sebagai komunikator harus mengerti benar aspirasi
masyarakat tentang apa yang diinginkan kemauannya.
3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita berusaha agar gagasan kita dapat
diterima orang lain dengan pendekatan persuasive bukan memaksakan kehendak.
4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakan sesuatu itu dapat
bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan. Kegiatan dimaksud di sini adalah
kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah
bagaimana cara baik untuk melakukan (Widjaja, 200:66-67).
3. Elemen Komunikasi
1.Pengirim (Sender)
Pengirim (Sender) atau disebut dengan Komunikator adalah individu, kelompok atau
organisasi yang memulai komunikasi yang telah mengkonseptualisasikan gagasan yang ingin
disampaikan ke pihak lain. Pengirim ini merupakan pihak pertama yang bertanggung jawab
atas keberhasilan penyampaian informasi. Pengalaman, sikap, pengetahuan, keterampilan,
persepsi dan budaya pengirim akan mempengaruhi informasi atau pesan yang akan
dikirimkan. Menurut Burnett & Dollar (1989), “Kata-kata tertulis, kata-kata yang diucapkan
dan bahasa non-verbal yang dipilih adalah hal terpenting dalam memastikan penerima
menafsirkan pesan sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim”. Contohnya seorang manajer
ingin menginformasikan ke bawahannya mengenai pengenalan produk baru, maka manajer
tersebut dapat dikatakan sebagai Pengirim atau Sender.
2.Pesan (Message)
Yang dimaksud dengan pesan dalam proses komunikasi ini adalah ide, perasaaan,
pedoman, instruksi, perintah atau konten apapun yang dimaksudkan untuk dikomunikasikan.
Contohnya seperti pesan untuk pengenalan produk, pesan instruksi yang harus dilakukan oleh
bawahan dan lain sebagainya.
Pengirim memilih saluran atau media yang akan digunakan untuk menyampaikan
pesannya kepada penerima. Pemilihan media ini harus dilakukan dengan hati-hati agar pesan
atau informasi yang akan disampaikannya ini secara efektif dapat ditafsirkan dengan benar
oleh penerima. Pilihan media atau saluran komunikasi ini tergantung pada hubungan
interpersonal antara pengirim dan penerima dan juga urgensi pesan yang akan dikirim.
Berbagai bentuk media atau saluran komunikasi yang dapat digunakan diantaranya seperti
tatap muka, surat, televisi, telepon, email dan lain-lainnya.
6.Penerima (Receiver)
Receiver atau Penerima adalah orang yang ditargetkan untuk pesan atau informasi
tersebut. Penerima informasi harus mencoba sebaik mungkin untuk memahami apa yang
dimaksudkan oleh pengirim informasi sehingga tujuan komunikasi tercapai. Sejauh mana
pemahaman penerima informasi ini tergantung pada subyek, pengalaman, pengetahuan,
kepercayaan dan hubunganya dengan pengirim.
Umpan balik atau feedback adalah langkah terakhir dari proses komunikasi untuk
memastikan penerima telah menerima pesan dan telah menafsirkannya dengan benar sesuai
dengan yang dimaksudkan oleh pengirim. Feedback ini akan meningkatkan efektivitas
komunikasi karena memungkinkan pengirim untuk mengetahui keefektifan pesannya.
Tanggapan dari penerima dapat berupa verbal maupun non-verbal.
4. Bentuk/Jenis Komunikasi
contoh : komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan menggunakan media,
contoh seseorang yang bercakap-cakap melalui telepon. Sedangkan komunikasi verbal
melalui tulisan dilakukan dengan secara tidak langsung antara komunikator dengan
komunikan. Proses penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan berupa media
surat, lukisan, gambar, grafik dan lain-lain.
2. Komunikasi non verbal ( non verbal communicarion) menempati porsi penting. Banyak
komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan
komunikasi non verbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi non verbal,
orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan tentang berbagai macam
persaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan berbagai macam perasaan lainnya.
Kaitannya dengan dunia bisnis, komunikasi non verbal bisa membantu komunikator untuk
lebih memperkuat pesan yang disampaikan sekaligus memahami reaksi komunikan saat
menerima pesan.
Bentuk komunikasi non verbal sendiri di antaranya adalah, bahasa isyarat, ekspresi wajah,
sandi, symbol-simbol, pakaian sergam, warna dan intonasi suara.
contoh :
a.Sentuhan
b.Gerakantubuh
Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi
wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan
suatu kata atau frase, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya; untuk mengilustrasikan
atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan,
c.Vokalik
Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara.
Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara,
kualitas suara, intonasi, dan lain-lain.
d.Kronemik
Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal.
Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi
suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam jangka waktu
tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).
Komunikasi adalah suatu proses yang kompleks untuk mengirim pesan dari
komunikator kepada komunikan. Vecchio (1995) menguraikan bahwa proses komunikasi
merupakan urutan tahap-tahap komunikasi kompleks meliputi idea generation, encoding,
transmitting via various channels, receiving, decoding, understanding, dan responding yang
merupakan suatu siklus yang selalu berulang.Dalam model ini, dijelaskan bahwa komunikasi
dimulai dengan munculnya ide (gagasan) dari komunikator (sender). Ide ini selanjutnya
diproses/diolah di otak dan keluar dalam bentuk gelombang suara atau tulisan atau dalam
bentuk kode-kode tertentu (encoding). Informasi yang telah diolah dalam bentuk kode-kode
tersebut selanjutnya ditransmisikan/disalurkan oleh komunikator melalui media (channel).
Channel ini akan membantu proses penyampaian pesan dari komunikator dan proses
penerimaan pesan oleh komunikan. Pesan/informasi yang sampai atau diterima dalam bentuk
gelombang suara, tulisan, atau kode-kode tersebut diproses dan dipersepsikan oleh
komunikan (decoding). Setelah dipersepsikan, komunikan akan sampai pada tingkat
pemahaman (understanding) dan selanjutnya berespons terhadap pesan yang diterima sebagai
umpan balik untuk komunikator. Respons yang diberikan oleh komunikan akan menstimulasi
munculnya ide baru dan seterusnya ide atau informasi akan diproses kembali sebagai suatu
siklus yang berulang.
Menurut Potter dan Perry (1997) mengatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi komunikasi, yaitu:
a. Perkembangan
Tingkat perkembangan dalam berbicara bervariasi dan hal ini berhubungan erat dengan
perkembangan anak. Orang tua memberikan pengaruh penting terhadap kemampuan anak
untuk berkomunikasi.Perkembangan pada individu menentukan jenis komunikasi apa
yangakan di dipilih (Potter dan Perry, 1997).Menurut penelitian Deasy (2011) dengan judul
hubungan komunikasi dalam keluarga dengan perkembangan bahasa anak usia prasekolah
dengan responden 70 anak. Hasil yang didapatkan ada hubungan antara komunikasi dalam
keluarga dengan perkembangan bahasa anak usia prasekolah.
b. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi tentang apa yang terjadi. Hal ini terbentuk oleh
pengetahuan, pengalaman. Perbedaan persepsi akan menjadi batu sandungan untuk mencapai
komunikasi yang efektif. Sedangkan persepsi orang itu sendiri sangat sulit untuk di rubah
kalau sudah mengakar (Mahmud, 2009). Menurut penelitian dari Anak Agung Istri (2008)
dengan judul hubungan antara persepsi terhadap efektifitas komunikasi interpersonal orang
tua dengan responden 198 anak. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan positif antara
persepsi terhadap efektifitas komunikasi interpersonal orang tua dengan anak.
c. Nilai
d. Emosi
Emosi dapat membuat seseorang salah menginterpretasikan pesan yang diterima. Jika
emosi mempengaruhi komunikasi dimaknai sebagai perasaan subjektif seseorang dan
mempengaruhi individu bagaimana berinteraksi dengan seseorang. Jika pada seseorang yang
berkomunikasi tidak terkontrol emosinya maka akan terjadi perdebatan karena emosi yang
muncul (Vardiansyah, 2004). Menurut penelitian Senjaya dan Bayu (2011) dengan
judulhubungan antara kecerdasan emosional dan keterampilan komunikasi interpersonal
dengan penyesuaian diri siswa dengan responden 117 siswa. Hasil penelitian ada hubungan
signifikan antara kecerdasan emosional dan keterampilan komunikasi interpersonal
denganpenyesuaian diri siswa.
Budaya adalah hasil dari mempelajari cara berbuat, berpikir,dan merasakan. Pengaruh
kebudayaan menetapkan batas bagaimanaseseorang bertindak dan berkomunikasi, dalam hal
ini komunikator harus bisa menyesuaikan dengan kebudayaan komunikan agar komunikasi
yang berjalan menjadi efektif (Potter dan Perry 1997).
f. Gender
Pria dan wanita memiliki cara berkomunikasi yang berbeda – beda. Anak perempuan
biasanya perkembangan pusat komunikasi di otaknya lebih bagus dari pada laki – laki
(Widodo, 2010).
g. Pengetahuan
Penggunaan bahasa yang umum sangat tepat digunakan jika pengirim dan penerima
pesan memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Pesan akan mennjadi tidak jelas jika kata
yang digunakkan tidak dikenal penerima. Karena pemakaian bahasa yang lazim menjadi
faktor yang sangat membantu dalam berkomunikasi untuk menjebatani perbedaan yang
terjadi (Arwani, 2002)
h. Lingkungan
7. Dampak komunikasi
Dampak dari komunikasi adalah dapat ditandai dengan adanya perubahan sikap,
tingkah laku, dan pendapat sesuai dengan cara komunikasi yang dilakukan seseorang. Jika
komunikasi yang di lakukan tidak efektif maka dampak yang didapat adalah perubahan
seseorang secara negative, begitu juga sebaliknya (Vardiansyah, 2004)
Topik 2
1.Definisi KomunikasinTerapeutik
interpersonal antara konselor dan klien melalui hubungan ini, konselor dan
emosional klien.
positif atau adaktif. Adapun tujuan lain dari Komunikasi terapeutik itu yaitu:3
terapeutik diharapkan dapat mengubah sikap dan prilaku klien. Klien yang
tidak tercapai klien akan merasa rendah diri dan kondisi nya memburuk.
dirinya sehingga tidak memiliki rasa percaya diri dan merasa rendah diri.
a. Merupakan sarana terbina hubungan yang baik antara pasien dan tenaga kesehatan.
Komunikasi yang dilakukan oleh perawa adalah mempunyai tujuan terapi atau memberikan
penyembuhan buat klien.
Komunikasi sebagai elemen terapi sangat nyata sekali dilakukan dalam perawatan pada
pasien yang mengalami masalah psikososial atau mengalami gangguan jiwa
Komunikasi Terapeutik:
1.Terjadi antara perawat dengan pasien atau anggota tim kesehatan lainnya.2.
Komunikasi ini umumnya lebih akrab karena mempunyai tujuan,berfokus kepada pasienyang
membutuhkan bantuan3.
Perawat secara aktif mendengarkan dan memberi respon kepada pasien dengan
caramenunjukkan sikap mau menerima dan mau memahami sehingga dapat
mendorongpasien untuk berbicara secara terbuka tentang dirinya.Selain itu membantu pasien
untukmelihat dan memperhatikan apa yang tidak disadari sebelumnya
Komunikasi Sosial
1.Terjadi setiap hari antar orang per- orang dalam pergaulan maupun lingkungan kerja
3.Lebih banyak terjadi dalam pekerjaan, aktifitas sosiAL, DAN LAIN – LAIN
4.Pembicara tidak mempunyai fokus tertentu tetap lebih mengarah kebersamaan dan rasa se
nang.
1. Perkembangan
2. Persepsi
Persepsi merupakan pandangan personal terhadap suatu kejadian. Persepsi dibentuk oleh
harapan dan pengalaman. Perbedaan persepsi menghambat komunikasi.
3. Sistem nilai
Faktor ketiga yang menjadi faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik adalah sistem
nilai. Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi perawat untuk
menyadari nilai seseorang. Berusaha mengetahui dan mengklarifikasi nilai adalah penting
dalam membuat keputusan dan interaksi. Jangan sampai perawat dipengaruhi oleh nilai
personalnya dalam hubungan profesional.
4. Latar belakang sosial budaya
Seringkali ketika memberi asuhan keperawatan kepada klien, perawat menggunakan bahasa
dan gaya komunikasi yang berbeda. Gaya komunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya.
Budaya juga membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.
5. Faktor emosi
Emosi adalah perasaan subyektif tentang suatu peristiwa. Cara seseorang berhubungan dan
berkomunikasi dengan orang lain dipengaruhi oleh keadaan emosinya. Emosi mempengaruhi
kemampuan salah tafsir atau tidak mendengarkan pesan yang disampaikan. Perawat dapat
mengkaji emosi klien dengan mengobservasi klien ketika berinteraksi dengan keluarga,
dokter atau perawat lain. Perawat juga perlu mengevaluasi emosinya, karena sangat sulit
untuk menyembunyikan emosi, sementara klien sangat perseptik terhadap emosi yang
terpindahkan melaluikomunikasi interpersonal.
6. Pengetahuan
Faktor keenam adalah pengetahuan. Komunikasi sulit dilakukan jika orang yang
berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Perawat mengkaji tingkat
pengetahuan klien dengan memperhatikan respon klien terhadap pernyataan yang diajukan.
Setelah pengkajian, perawat mempergunakan istilah dan kalimat yang dimengerti oleh klien
sehingga dapat menarik perhatian dan minatnya.
7. Faktor Peran
Cara berkomunikasi sesuai dengan peran dan hubungan orang yang berkomunikasi. Gaya
perawat berkomunikasi dengan klien akan berbeda dengan caranya berbicara dengan dokter
dan perawat lain. Perawat perlu menyadari perannya saat berhubungan dengan klien ketika
memberikan asuhan keperawatan. Perawat menyebut nama klien untukmenunjukkan rasa
hormatnya dan tidak menggunakan humor jika baru mengenal klien.
8. Tatanan Interaksi
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam suatu lingkungan yang
menunjang, karena bising, kurang keleluasaan pribadi dan ruang yang sempit dapat
menimbulkan kerancuan, ketegangan dan ketidaknyamanan. Perawat perlu memilih tatanan
yang memadai ketika berkomunikasi dengan klien.
Analisa diri perawat dalam komunikasi terapeutik adalah kemampuan perawat dalam menilai
aspel-aspek yang dimiliki di dalam dirinya agar dapat melakukan kemampuan diri secara
terapeutik kepada klien.
Perawat merupakan profesi yang menolong manusia untuk beradaptasi secara positif terhadap
stres yang dialami. Pertolongan yang diberikan harus bersifat terapeutik. Instrumen utama
yang dipakai adalah diri perawat sendiri dalam komunikasi terapeutik. Jadi, analisa diri
perawat dalam komunikasi terapeutik sendiri merupakan dasar utama untuk dapat
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas.
Fokus analisa diri perawat dalam komunikasi terapeutik yang penting adalah kesadaran diri,
klarifikasi nilai, eksplorasi perasaan, kemampuan menjadi model, altruisme dan rasa
tanggung jawab. Khususnya dalam berhubungan dengan klien anak, perawat perlu mengkaji
pengalaman masa kanak-kanaknya karena dapat mempengaruhi interaksi. Dengan
mengetahui sifat diri sendiri diharapkan perawat dapat memakai dirinya secara terapeutik
untuk menolong klien tanpa merusak integritas diri.
Topik 3
Sikap sebagai kehadiran perawat dalam berkomunikasi agar terapeutik klien mempunyai
peran yang penting untuk tercapainya tujuan komunikasi/interaksi (hubungan). Sikap
(kehadiran) yang harus ditunjukkan perawat dalam berkomunikasi terapeutik ada dua, yaitu
sikap (kehadiran) secara fisik dan secara psikologis. Dalam kehadiran secara psikologis, ada
dua dimensi, yaitu dimensi respons dan dimensi tindakan (Stuart dan Laraia, 1998). Untuk
dapat memahami bagaimana sikap atau kehadiran perawat dalam berkomuni
Sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi
yang terapeutik sebagai berikut.
b. Mempertahankan kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai
klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi
c. Membungkuk ke arah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau
mendengarkan sesuatu.
d. Mempertahankan sikap terbuka. Selama berkomunikasi, perawat tidak melipat kaki atau
tangan karena sikap ini menunjukkan keterbukaan perawat dalam berkomunikasi.
e. Tetap relaks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam
memberikan respons pada klien.
a. Ikhlas (Genuiness): perawat menyatakan dan menunjukkan sikap keterbukaan, jujur, tulus,
dan berperan aktif dalam berhubungan dengan klien. Perawat merespons tidak dibuat-buat
dan mengekspresikan perasaan yang sesungguhnya secara spontan.
b. Menghargai: perawat menerima klien apa adanya. Sikap tidak menghakimi, tidak
mengejek, tidak mengkritik, ataupun tidak menghina; harus ditunjukkan oleh perawat
melalui, misalnya, duduk diam menemani klien ketika klien menangis; bersedia menerima
permintaan klien untuk berdiskusi atau bercerita tentang pengalaman; bahkan minta maaf atas
ucapan dan perilaku perawat yang menyinggung klien.
c. Empati (empathy) merupakan kemampuan perawat untuk memasuki pikiran dan perasaan
klien sehingga dapat merasakan apa yang sedang dirasakan dan dipikirkan klien. Melalui rasa
empati, perawat dapat mengidentifikasi kebutuhan klien dan selanjutnya membantu klien
mengatasi masalahnya.
d. Konkret: perawat menggunakan kata-kata yang spesifik, jelas, dan nyata untuk
menghindari keraguan dan ketidakjelasan penyampaian.
katarsis emosional, dan bermain peran (Stuart dan Sundeen, 1998). Dimensi ini harus
diimplementasikan dalam konteks kehangatan, penerimaan, dan pengertian yang dibentuk
oleh dimensi responsif.
a. Konfrontasi
Pengekspresian perawat terhadap perbedaan perilaku klien yang bermanfaat untuk
memperluas kesadaran diri klien. Carkhoff (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1998)
mengidentifikasi tiga kategori konfrontasi sebagai berikut.
1) Ketidaksesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dengan
secara asertif bukan agresif/marah (konfrontasi). Oleh karena itu, sebelum melakukan
konfrontasi, perawat perlu mengkaji, antara lain tingkat hubungan saling percaya dengan
klien, waktu yang tepat, tingkat kecemasan, dan kekuatan koping klien. Konfrontasi sangat
berguna untuk klien yang telah mempunyai kesadaran diri, tetapi perilakunya belum berubah.
b. Kesegeraan
Terjadi jika interaksi perawat-klien difokuskan untuk membantu klien dan digunakan untuk
mempelajari fungsi klien dalam hubungan interpersonal lainnya. Perawat sensitif terhadap
perasaan klien dan berkeinginan untuk membantu dengan segera.
c. Keterbukaan perawat
Tampak ketika perawat memberikan informasi tentang diri, ide, nilai, perasaan, dan sikapnya
sendiri untuk memfasilitasi kerja sama, proses belajar, katarsis, atau dukungan klien. Melalui
penelitian yang dilakukan oleh Johnson (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987: 134),
ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan antara perawat- klien menurunkan tingkat
kecemasan perawat klien.
d. Katarsis emosional
e. Bermain peran
Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan
verbal dan nonverbal yang sedang dikomunikasikan. Keterampilan mendengarkan dengan
penuh perhatian dapat ditunjukkan dengan sikap berikut.
5) Anggukkan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik.
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang
lain, tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Tentu saja sebagai perawat kita tidak
harus menerima semua perilaku klien. Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan
gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau
menggelengkan kepala seakan tidak percaya. Sikap perawat yang menunjukkan penerimaan
dapat diidentifikasi seperti perilaku berikut.
atau
5) Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata “ya” atau “saya mengerti
d. Mengulang (restating/repeating)
Maksud mengulang adalah teknik mengulang kembali ucapan klien dengan bahasa perawat.
Teknik ini dapat memberikan makna bahwa perawat memberikan umpan balik sehingga klien
mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut.
Contoh:
K : “Saya tidak nafsu makan, seharian saya belum makan.” P : “Bapak mengalami gangguan
untuk makan?”
e. Klarifikasi (clarification)
Teknik ini dilakukan jika perawat ingin memperjelas maksud ungkapan klien. Teknik ini
digunakan jika perawat tidak mengerti, tidak jelas, atau tidak mendengar apa yang
dibicarakan klien. Perawat perlu mengklarifikasi untuk menyamakan persepsi dengan klien.
Contoh, “Coba jelaskan kembali apa yang Bapak maksud dengan kegagalan hidup? ”
f. Memfokuskan (focusing)
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik
dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan
masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru. Perawat
membantu klien membicarakan topik yang telah dipilih dan penting.
Contoh:
Klien : “Ya, beginilah nasib wanita yang teraniaya seperti saya. Tapi, saya
g. Merefleksikan (reflecting/feedback)
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil
pengamatannya sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar. Perawat
menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat nonverbal klien. Menyampaikan hasil
pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertambah
memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.
i. Diam (silence)
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi pikirannya.
Penggunaan metode diam memerlukan keterampilan dan ketetapan waktu. Diam
memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisasi
pikirannya, dan memproses informasi. Bagi perawat, diam berarti memberikan kesempatan
klien untuk berpikir dan berpendapat/berbicara.
Identifikasi tema adalah menyimpulkan ide pokok/utama yang telah dikomunikasikan secara
singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum
meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Teknik ini penting dilakukan sebelum
melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
“Saya paham terhadap masalah Ibu. Ibu merasa bahwa anak-anak dewasa dan
semua telah meninggalkan Ibu sendirian di rumah. Terkait masalah ini, apa rencana yang
akan Ibu lakukan untuk mengatasi masalah?”
Menunjukkan perubahan yang terjadi pada klien adalah upaya untuk menghargai klien.
Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban bagi klien yang berakibat klien
melakukan segala upaya untuk mendapatkan pujian.
Contoh:
“Saya perhatikan Ibu sudah lebih segar dan sehat.” “Selamat, ya. Semoga Ibu dapat segera
sembuh” (reward).
l. Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klien
tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Sering kali perawat hanya menawarkan
kehadirannya, rasa tertarik, dan teknik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.
Contoh:
“Adakah sesuatu yang ingin Ibu bicarakan?” “Apakah yang sedang Ibu pikirkan?”
Hal ini merupakan teknik mendengarkan yang aktif, yaitu perawat menganjurkan atau
mengarahkan pasien untuk terus bercerita. Teknik ini mengindikasikan bahwa perawat
sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan klien dan tertarik dengan apa yang akan
dibicarakan selanjutnya.
Contoh:
Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan serta menerima ide dan perasaannya
sebagai bagian dari dirinya sendiri.
Dengan teknik ini , dapat diindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga.
p. Humor
Humor yang dimaksud adalah humor yang efektif. Humor ini bertujuan untuk menjaga
keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi. Perawat harus hati-hati dalam menggunakan
teknik ini karena ketidaktepatan penggunaan waktu dapat menyinggung perasaan klien yang
berakibat pada ketidakpercayaan klien kepada perawat.
a. Fase prainteraksi
Fase ini merupakan fase persiapan yang dapat dilakukan perawat sebelum berinteraksi dan
berkomunikasi dengan klien. Pada fase ini, perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan
ketakutan sendiri, serta menganalisis kekuatan dan kelemahan profesional diri. Perawat juga
mendapatkan data tentang klien dan jika memungkinkan merencanakan pertemuan pertama
dengan klien. Perawat dapat bertanya kepada dirinya untuk mengukur kesiapan berinteraksi
dan berkomunikasi dengan klien. Contoh pertanyaan perawat kepada diri sendiri sebagai
berikut.
b. Fase orientasi/introduksi
Fase ini adalah fase awal interaksi antara perawat dan klien yang bertujuan untuk
merencanakan apa yang akan dilakukan pada fase selanjutnya. Pada fase ini, perawat dapat
Tiga kegiatan utama yang harus dilakukan perawat pada fase orientasi ini sebagai berikut.
Contoh: “Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Ibu tampak segar hari ini”.
3) Melakukan kontrak hubungan dengan klien meliputi kontrak tujuan interaksi, kontrak
waktu, dan kontrak tempat.
Contoh: “Tujuan saya datang ke sini adalah membantu Ibu menemukan masalah yang
membuat Ibu selalu merasa tidak nyaman selama ini”, “Menurut Ibu, berapa lama waktu
yang akan kita butuhkan untuk tujuan ini? Bagaimana kalau 15 menit?”, “Untuk tempat di
dalam ruang ini saja atau di taman belakang?”
c. Fase kerja
Fase ini adalah fase terpenting karena menyangkut kualitas hubungan perawat- klien dalam
asuhan keperawatan. Selama berlangsungnya fase kerja ini, perawat tidak hanya mencapai
tujuan yang telah diinginkan bersama, tetapi yang lebih bermakna adalah bertujuan untuk
memandirikan klien. Pada fase ini, perawat menggunakan teknik-teknik komunikasi dalam
berkomunikasi dengan klien sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (sesuai kontrak).
Contoh: “Saya akan memasukkan jarum infus ini ke pembuluh darah di tangan ibu”, “Ibu
akan merasakan sakit sedikit dan tidak perlu khawatir”.
d. Fase terminasi
Pada fase ini, perawat memberi kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan keberhasilan
dirinya dalam mencapai tujuan terapi dan ungkapan perasaannya. Selanjutnya perawat
merencanakan tindak lanjut pertemuan dan membuat kontrak pertemuan selanjutnya bersama
klien.
Ada tiga kegiatan utama yang harus dilakukan perawat pada fase terminasi ini, yaitu
melakukan evaluasi subjektif dan objektif; merencanakan tindak lanjut interaksi; dan
membuat kontrak dengan klien untuk melakukan pertemuan selanjutnya. Contoh komunikasi
dalam fase terminasi ini sebagai berikut.
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita diskusi tentang masalah yang Ibu hadapi?” “Coba
sebutkan masalah yang Ibu hadapi terkait dengan keluarga Ibu!
”Baik, Ibu, saya cukupkan pertemuan kita hari ini, tidak terasa bahwa waktu kita sudah
berlangsung 15 menit. Rencana selanjutnya setelah ini adalah menemukan alternatif
penyelesaian masalah yang Ibu hadapi dan pengambilan keputusan untuk solusi.”