Anda di halaman 1dari 20

Name : Aris Julianto

NIM : 4172121017

Class : PESP 2017

TR 1

Nikel

A. Sejarah Nikel
Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedt pada tahun 1751. Nikel adalah unsur kimia
metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai
sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan
besi, krom, dan logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Perpaduan
nikel, krom dan besi menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan
pada peralatan dapur (sendok, dan peralatan memasak), ornamen-ornamen rumah dan gedung,
serta komponen industri.

B. Keberadaan dan Sumber


Nikel di alam sebagian besar ditemukan dalam bentuk batuan atau bijih, diantaranya:

Bijih nikel umum yang terdapat di alam:


 Millerit, (NiS)
 Smaltit (Fe,Co,Ni)As
 Nikolit (Ni)As
 Pentlandite (Ni, Cu, Fe)S
 Garnierite (Ni, Mg)SiO3.xH2O

Gambar 2 : Milerit Gambar 3 : Smaltit Gambar 1 : Nikolit

1
Nikel terbentuk bersama dengan belerang dalam millerite (NiS), dengan arsenik dalam
galian Nikolit (NiAs), dan dengan Arsenik dan Belerang dalam (nikel glance). Nikel juga
terbentuk bersama-sama dengan chrom dan platina dalam batuan ultrabasa. Terdapat dua jenis
endapan nikel, yaitu sebagai hasil konsentrasi residu silika dan pada proses pelapukan batuan
beku ultrabasa serta sebagai endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan
pirit, pirotit, dan kalkopirit.

Gambar 4 : Pentlandite Gambar 5 : Garnierite

Unsur nikel berhubungan dengan batuan basa yang disebut norit. Nikel ditemukan dalam
mineral pentlandit dalam bentuk lempeng-lempeng halus dan butiran kecil bersama pyrhotin dan
kalkopirit. Nikel biasanya terdapat dalam tanah yang terletak di atas batuan basa. Di indonesia,
tempat ditemukan nikel adalah Sulawesi tengah dan Sulawesi Tenggara. Nikel yang dijumpai
berhubungan erat dengan batuan peridotit. Logam yang tidak ditemukan dalam peridotit tu
sendiri, melainkan sebagai hasil lapukan dari batuan tersebut. Mineral nikelnya adalah garnerit.

Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi ciri
komponen yang membedakan meteorit dari mineral lainnya. Meteorit besi atau siderit, dapat
mengandung alloy besi dan nikel berkadar 5-25%. Nikel diperoleh secara komersial dari
pentlandit dan pirotit di kawasan Sudbury Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan 30%
kebutuhan dunia akan nikel.

Di perairan Nikel ditemukan dalam bentuk koloid. Garam-garam Nikel misalnya


Nikelamonium Sulfat, Nikel Nitrat, dan Nikel Klorida bersifat larut dalam air. Pada kondisi aerob
dan pH< 9, Nikel membentuk senyawa kompleks dengan hidroksida, karbonat, dan sulfat dan
selanjutnya mengalami presipitasi. Demikian juga pada kondisi anaerob, nikel bersifat tidak larut.
Di muara sungai, Nikel menunjukan konsentrasi yang semakin meningkat dengan peningkatan
kekeruhan. Peningkatan konsentrasi Nikel terlarut pada tingkat kekeruhan yang tinggi terjadi
karena proses desorpsi dari partikel-partikel yang ada dimuara sungai dan proses resuspensi.

Bijih Nikel dari mineral oksida (Laterite) ada dua jenis yang umumnya ditemui yaitu
Saprolit dan Limonit dengan berbagai variasi kadar. Perbedaan menonjol dari 2 jenis bijih ini
2
adalah kandungan Besi (Fe) dan Magnesium (Mg), bijih saprolit mempunyai kandungan Fe
rendah dan Mg tinggi sedangkan limonit sebaliknya.
Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara dan
pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil (olivin dan
piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut. Si cenderung membentuk
koloid dari partikel-partikel silika yang sangat halus. Di dalam larutan, Fe teroksidasi dan
mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya membentuk mineral-mineral seperti geothit,
limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta unsure
cobalt dalam jumlah kecil. Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah
selama larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral akibat
adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk membentuk endapan
hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau hydrosilikat dengan komposisi yang
mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang
dikenal dengan urat-urat garnierit (Ni,Mg)SiO3.xH2O.

C. Karakteristik, Sifat Fisika dan Sifat Kimia

Gambar 6 : Nikel

Karaktersitik Keterangan Umum


Simbol Ni 
Nomor atom 28
Golongan VIII B
Periode 4
Blok d
Bentuk struktur kristalnya FCC
Massa atom standar 58.6934 g/mol
Konfigurasi elektron [Ar] 4s2 3d8
Jumlah elektron tiap kulit 2, 8, 16, 2
Massa jenis (mendekati suhu kamar) 8.908 g·cm−3
Massa jenis cairan pada T. L 7.81 g·cm−3
Titik lebur 1728 K, 1455 °C, 2651 °F
Titik didih 3186 K, 2913 °C, 5275 °F
Kalor peleburan 17.48 kJ·mol−1
Kalor penguapan 377.5 kJ·mol−1
3
Kapasitas kalor 26.07 J·mol−1·K−1

a. Sifat Fisika

 Logam keras, tahan karat, mudah ditempa, padat.


 Logam berwarna putih keperak-perakan yang berkilat.
 Tergolong dalam logam transisi
 Sifat tidak berubah bila terkena udara.
 Tahan terhadap oksidasi dan kemampuan mempertahankan sifat aslinya di bawah suhu
yang ekstrim.
 Dalam keadaan murni, Nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom dan
logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras.
 Sedikit ferromagnetis.
 Merupakan konduktor yang agak baik terhadap panas dan listrik.
 Mudah dipoles, disolder, dan ditarik oleh magnet

b. Sifat Kimia

 Pada suhu kamar berekasi lambat dengan udara.


o 2Ni(s) + O2(g) → 2NiO(s)
 Jika dibakar, reaksinya berlangsung cepat membentuk oksida NiO.
o 2Ni(s) + O2(g) → 2NiO(s)
 Bereaksi dengan Cl2 membentuk NiCl2.
o Ni(s) + Cl2(g) → NiCl2(s)
 Larut dalam HNO3 dan aquaregia.
o Ni + HNO3 → Ni (NO3)2 + NO + H2O
 Bereaksi dengan H2S menghasilkan endapan hitam (sedikit larut).
o Ni(s) + 2H2S(g) → NiS2(s) + H2(g)
 Tidak bereaksi dengan basa alkali.
 Tidak larut dalam air dan Amoniak.

4
D. Isolasi

Gambar 7 : Diagram Pengolahan Nikel

Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral berharga secara ekonomis
berdasarkan teknologi yang ada sekarang. Berdasarkan tahapan proses, pengolahan bahan galian
dapat dibagi menjadi tiga tahapan proses, yaitu tahap preparasi, tahap pemisahan dan tahap
dewatering.

Tujuan dilakukannya kegiatan Pengolahan bahan galian ini yaitu untuk membebaskan
mineral berharga dari mineral pengotornya (meliberasi), memisahkan mineral berharga dari
pengotornya, mengontrol ukuran partikel agar sesuai dengan proses selanjutnya (reduksi ukuran),
mengontrol agar bijih mempunyai ukuran yang relatif seragam, mengontrol agar bijih mempunyai
kadar yang relative seragam, membebaskan mineral berharga, menurunkan kandungan pengotor
(menaikkan kadar mineral berharga). Dengan demikian kita akan mendapatkan keuntungan-
keuntungan berupa : mengurangi ongkos/biaya pengangkutan, mengurangi ongkos/biaya
peleburan, serta mengurangi kehilangan mineral berharga pada saat peleburan.

Endapan Nikel Laterit terbentuk karena proses pelapukan dari batuan ultramafik yang
terbentang dalam suatu singkapan tunggal terbesar di dunia seluas lebih dari 120 km x 60 km.
Sejumlah endapan lainnya tersebar di provinsi Sulawesi Tengah dan Tenggara.

5
1. Operasi penambangan Nikel biasanya digolongkan sebagai tambang terbuka dengan tahapan
sebagai berikut :
a. Pemboran

Pada jarak spasi 25-50 meter untuk mengambil sampel batuan dan tanah guna
mendapatkan gambaran kandungan Nikel yang terdapat di wilayah tersebut.

b. Pembersihan dan pengupasan

Lapisan tanah penutup setebal 10– 20 meter yang kemudian dibuang di


tempat tertentu ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu wilayah purna
tambang.

c. Penggalian

Lapisan bijih nikel yang berkadar tinggi setebal 5-10 meter dan dibawa
ke tempat pengolahan.Setelah bahan galian ditambang dan lalu di dangkut dengan
alat muat (wheel loader) menuju ke stockfile. Dan setelah diangkut sebaiknya
melakukan proses pengolahan nickel. Dalam proses pengolahan bijih Nikel meliputi
beberapa tahapan proses utama.

2. Operasi pengolahan nikel terbagi dalam beberapa proses yaitu,

Gambar 8 : Bagan Pengolahan Nikel

Adapun tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan proses pengelolahan nikel


melalui beberapa tahap utama yaitu, crushing, Pengering, Pereduksi, peleburan, Pemurni, dan
Granulasi dan Pengemasan.

a. Kominusi

Suatu proses untuk mengubah ukuran suatu bahan galian menjadi lebih kecil, hal ini
bertujuan untuk memisahkan atau melepaskan bahan galian tersebut dari mineral pengotor
yang melekat bersamanya. Kominusi bahan galian meliputi kegiatan berikut :

6
b. Crushing

Dimana proses ini bertujuan untuk reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga bisa
terlepas dari bijihnya. Berbeda dengan pengolahan emas, dalam tahap ini untuk nikel ore ini
hanya dibutuhkan ukuran maksimal 30 mm sehingga hanya dibutuhkan crusher saja dan tidak
dibutuhkan grinder.

c. Pengeringan di Tanur Pengering (Dryer)

Dari stockfile, hasil tambang (ore) diangkut menuju apron feeder. Di apron feeder ore
mengalami penyaringan dan pengaturan beban sebelum diangkut dengan belt conveyor
menuju dryer atau tanur pengering. Diruang pembakaran tersebut terdapat alat pembakar yang
menggunakan high sulphur oil atau yang biasa disebut minyak residu sebagai bahan bakar.
Dalam tahap pengeringan ini hanya dilakukan penguapan sebagian kandungan air dalam bijih
basa dan tidak ada reaksi kimia. Ore kemudian dihancurkan dan kemudian dikumpulkan di
gudang bijih kering (Dry Ore Storage).

Proses yang terjadi di dryer merupakan proses pengeringan bijih nikel yang
mengandung moisture (air) +33% menjadi +20% , dimana air yang terdapat didalam bijih
akan menguap. Sumber panas di dryer berasal dari reaksi pembakaran gas/batu bara, dimana
proses ini berlangsung pada temperatur 400-450 °C.

d. Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi

Tujuannya untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian


Nikel Oksida menjadi Nikel logam, dan sulfidasi. Setelah proses drying, bijih nikel yang
tersimpan di gudang bijih kering pada dasarnya belumlah kering secara sempurna, karena
itulah tahapan ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air bebas dan air kristal serta
mereduksi nikel oksida menjadi nikel logam. Proses ini berlangsung dalam tanur reduksi.
Bijih dari gudang dimasukkan dalam tanur reduksi dengan komposisi pencampuran
menggunakan ratio tertentu untuk menghasilkan komposisi silika magnesia dan besi yang
sesuai dengan operasional tanur listrik. Selain itu dimasukkan pula batubara yang berfungsi
sebagai bahan pereduksi pada tanur reduksi maupun pada tanur pelebur. Untuk mengikat nikel
dan besi reduksi yang telah tereduksi agar tidak teroksidasi kembali oleh udara maka
ditambahkanlah belerang. Hasil akhir dari proses ini disebut kalsin yang bertemperatur sekitar
7000 ˚C.
  Proses yang terjadi di dryer merupakan tahapan proses pereduksi, dimana mositure
dan air kristal yang terdapat didalam bijih setelah proses dryer (+20%) akan dihilangkan
menjadi 0%. Pada proses di dryer ini sudah ditambahkan batu bara sebagai sumber carbon
yang digunakan sebagai reduktor dan dicampur dengan batu kapur (CaCO 3).

7
e. Peleburan di Tanur Listrik

Gambar 9 : Tanur Listrik

Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan matte
dan Slag. Kalsin panas yang keluar dari tanur reduksi sebagai umpan tanur pelebur
dimasukkan kedalam surge bin lalu kemudian dibawa dengan transfer car ke tempat
penampungan. Furnace bertujuan untuk melebur kalsin hingga terbentuk fase lelehan matte
dan slag. Dinding furnace dilapisi dengan batu tahan api yang didinginkan dengan media air
melalui balok tembaga. Matte dan slag akan terpisah berdasarka berat jenisnya. Slag kemudian
diangkut kelokasi pembuangan dengan kendaraan khusus.

Proses yang terjadi di Electric Furnace merupakan reduksi sempurna dimana bijih
logam akan terpisah dari mineral pengotornya baik berupa silikon, magnesia dll. Sumber
panas di electric furnace berasal dari energi listrik. Didalam furnace logam nikel dan besi akan
berada dibagian bawah sedangkan dibagian atasnya merupakan senyawa-senyawa mineral
pengotor atau yang lebih dikenal dengan terak/slag. Selanjutnya logam cair akan ditapping
(dipanen bahasa anak metalurgi) kedalam suatu wadah yang biasai disebut ladle. Di PT INCO
Tbk sulfur masih ditambahkan untuk mengikat Nikel menjadi Nikel Sulfida (Nikel matte).

f. Pengkayaan

Bertujuan untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27% menjadi di atas
75%. Matte yang memiliki berat jenis lebih besar dari slag diangkut ke tanur

8
pemurni/converter untuk menjalani tahap pemurnian dan pengayaan. Proses yang terjadi
dalam tanur pemurni adalah peniupan udara dan penambahan sililka.

g. Granulasi dan Pengemasan

Gambar 10 : Pengemasan Nikel

Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang siap
diekspor setelah dikeringkan dan dikemas. Matte dituang kedalam tandis sembari secara terus
menerus disemprot dengan air bertekanan tinggi. Proses ini menghasilkan nikel matte yang
dingin yang berbentuk butiran-butiran halus. Butiran-butiran ini kemudian disaring,
dikeringkan dan siap dikemas.

3. Elektrolisis Nikel Matte (Ni2S3) :

Anoda : Ni2S3 → 2Ni2+ + 3S + 4e

Katoda : Ni2+ + 2e → Ni

Ni2S3 → 2Ni +3S

4. Proses Pyrometallurgy

Reduksi yang terjadi pada proses ini hanya sebagian dari besi baja yang dapat diikat
menjadi terak, dan sebagian besar masih dalam bentuk Ferro-Nikel alloy. Reaksinya :

3Fes + 3NiO → 3FeO + Ni3S2 + ½S2

2FeO + SiO2 → 2FeO.SiO2

5. Proses Hydrometallurgy

Pada proses ini konsentrat di leaching dengan larutan Amonia di dalam autoclave dengan
tekanan kurang lebih 7 atm (gauge). Tembaga, Nikel, dan Kobalt larut ke dalam larutan Amonia,
reaksi yang terjadi :
9
NiS + 2O2 + nNH3 → Ni (NH3)n + SO4

Oksida Sulfida menimbulkan energi yang cukup banyak, oleh karena itu autoclave harus
didinginkan untuk menjaga agar temperatur tetap bertahan antara 77 +- 800 °C. Belerang yang
ada dalam konsentrat di oksidasi menjadi S2O32-, S2O62-. SO42-.
Sementara itu, besi dipisahkan sebagai Ferri hydro oksida dan Sulfat basa. Larutan
tersebut dididihkan untuk memisahkan Tembaga, reaksi yang terjadi :
Cu2+ + 2S2O32- → CuS + SO42- + S + SO2
Selanjutnya larutan berisi Nikel dan Kobalt ini di proses dalam autoclave dengan
Hidrogen pada tekanan 15 atm (abs) dan temperatur 175 +-225 °C.
Ni(NH3)2SO4 + H2 → Ni (NH4)2SO4
Bijih nikel dipanggang di udara menghasilkan NiO, yang kemudian direduksi dengan C
menjadi Ni. Nikel biasanya dimurnikan dengan elektrodeposisi namun dalam Nikel yang tinggi
kemurniannya tetap dibuat dengan proses karbonil. CO bereaksi dengan Ni yang tidak murni pada
suhu 50 ºC dan tekanan biasa atau dengan anyaman Nikel tembaga dalam keadaan yang lebih
kuat menghasilkan Ni(CO)4 yang mudah menguap, di mana logam dengan kemurnian 99,90-
99,99 % diperoleh pada komposisi termal 200 ºC.
Nikel diekstrak dari ore nya  dengan proses pemanggangan menghasilkan logam yang
kemurniannya >80%. Pemurnian akhir dari pemurnian Nikel Oksida menggunakan proses Mond,
yang dapat meningkatkan kemurnian Nikel hingga  99%. Proses modern dipatenkan oleh L.
Mond.
Proses Mond yang kadang-kadang dikenal sebagai proses karbonil adalah teknik yang
diciptakan oleh Ludwig Mond pada tahun 1890 untuk mengekstrak dan memurnikan Nikel.
Proses ini digunakan secara komersial sebelum akhir abad ke-19. Hal ini dilakukan dengan
mengkonversi oksida nikel (Nikel dikombinasikan dengan oksigen) ke Nikel murni.
Proses ini memanfaatkan fakta bahwa ikatan kompleks antara karbon monoksida dengan
nikel mudah dan reversibel untuk memberikan karbonil nikel. Proses ini memiliki tiga langkah :

 Nikel oksida direaksikan dengan Syngas pada 200 ° C untuk menghilangkan oksigen,
meninggalkan nikel murni. Kotoran termasuk besi dan kobalt.
NiO(s) + H2 (g) → Ni (s) + H2O (g)
 Nikel murni direaksikan dengan karbon monoksida berlebih pada 50-60 °C untuk membentuk
karbonil nikel.
Ni(s) + 4CO (g) → Ni(CO)4(g)
 Campuran karbon monoksida berlebih dan Nikel karbonil dipanaskan hingga 220-250 °C.
Pada pemanasan, Tetracarbonyl Nikel terurai untuk memberikan :
Ni(CO) 4(g) → Ni (s) + 4CO(g)

10
Untuk memisahkan nikel dengan wastenya dapat dibantu dengan melihat tingkat
kebasaan. Tingkat kebasaan ini menentukan brick/refractory/bata tahan api yang harus digunakan
di dalam tungku (furnace), jika basisitas tinggi maka refractory yang digunakan juga sebaiknya
mempunyai sifat basa agar slag (terak) tidak bereaksi dengan refractory yang akan menghabiskan
lapisan refractory tersebut. Basisitas juga menentukan viscositas slag, semakin tinggi basisitas
maka slag semakin encer dan mudah untuk dikeluarkan dari furnace. Namun basisitas yang
terlalu tinggi juga tidak terlalu bagus karena difusi Oksigen akan semakin besar sehingga
kehilangan Logam karena oksidasi terhadap logam juga semakin besar.
Setelah bahan galian ditambang dan lalu di dangkut dengan alat muat (wheel loader)
menuju ke stockfile. Dan setelah diangkut sebaiknya melakukan proses pengolahan nikel.
Selanjutnya untuk memproses Nickel Matte menggunakan ekstraksi logam
hydrometalurgy  (proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur yang relatif rendah dengan
cara pelindian dengan media cairan). Proses Pyrometallurgy  Reduksi yang terjadi pada proses ini
hanya sebagian dari besi saja yang dapat diikat menjadi terak, dan sebagian besar masih dalam
bentuk ferro-nikel alloy.Dalam hal ini untuk memisahkan besi dari nikel pada reaksi peleburan
tersebut ditambahkan beberapa bahan yang mengandung belerang (Gypsum atau Pyrite). Karena
perbedaan daya ikat besi dan nikel terhadap oksigen dan belerang, sehingga proses ini didapatkan
metal yaitu paduan Ni3S2 dan FeS dan sebagian besar besi dapat diterakkan.
Metal yang dihasilkan ini masih mengandung lebih dari 60% Fe dan selanjatnya metal
yang masih dalam keadaan cair terus diproses lagi dalam konvertor. Proses-proses konvertor
diberikan bahan tambah silikon untuk menterakkan oksida besi.Terak hasil konvertor ini masih
mengandung Nikel yang cukup tinggi, sehingga terak ini biasanya di proses ulang pada
peleburan(Resmelting). Proses selanjutnya metal di panggang untuk memisahkan belerang.
Nikel oxide yang didapat dari pemanggangan selanjutnya di reduksi dengan bahan
tambah arang (charcoal), sehingga didapat logam Nikel.

E. Kegunaan
Bijih Nikel dialam semesta digolongkan dalam dua jenis, yaitu: bijih Nikel Sulfida
berada didaerah subtropis, dan bijih Nikel Oksida yang lazimnya disebut laterit berada didaerah
khatulistiwa. Cadangan bijih nikel dunia sekitar 61% berupa laterit sedangkan kebutuhan Nikel
dunia yang berasal dari laterit sekitar 40%. Indonesia yang memiliki cadangan bijih Nikel nomor
dua (2) di dunia dan sampai tahun 1999 memasok kebutuhan nikel dunia sekitar 7%, mempunyai
peran strategis untuk pemanfaatan laterit untuk memasok kebutuhan Nikel dunia. 

Skala industri :
 Nikel digunakan antara lain dalam produk-produk industri dan konsumen, temasuk
stainless steel, magnet, mata uang, baterai isi ulang, string gitar listrik dan alloy khusus.

11
 Nikel, digunakan untuk membuat uang koin,dan baja nikel untuk melapisi senjata dan
ruangan besi (deposit di bank).
 Nikel digunakan secara besar-besaran untuk pembuatan baja tahan Karat dan alloy lain
yang bersifat tahan korosi, seperti Invar,Monel,dan Hastelloys.Alloy tembaga-nikel
berbentuk tabung banyak digunakan untuk pembuatan instalasi proses penghilangan
garam untuk mengubah air laut menjadi air segar.
 Nikel digunakan pula dalam industri keramik.
 Pembuatan magnet elnico.
 Baterai Penyimpanan Edison.
 Koin 5 sen Amerika mengandung 75% Cu dan 25% Ni, di Kanada Nikel digunakan antara
1922-1981 dengan kandungan 99,99% dan magnetic lain, di negara lain ada juga yang
menggunakan Nikel untuk mata uang koin.

 Sebagai bahan campuran dalam pembuatan stainless steel


Besi biasa atau steel memiliki kecenderungan yang mudah mengalami karat atau
stain ketika mengalami proses k, seperti terkena air ataupun udara. Dengan menggunakan
campuran Nikel dan juga krom, maka terciptalah jenis besi yang tahan akan karat, yaitu
stainless steel. Stainless steel merupakan jenis besi anti karat yang sudah sangat populer
dan banyak digunakan dalm industri–industri penyedia barang. Berikut ini beberapa benda
dan hasil produksi dari stainless steel yang akrab dalam kehidupan kita sehari–hari :
- Peralatan makan, seperti sendok, garpu dan sumpit.
- Pembuatan knalpot motor dan mobil.
- Rantai jam tangan.
- Besi pada konstruksi bangunan.
- Peralatan sanitasi, seperti kran air dan shower.

 Campuran pada besi baja


Beberapa jenis besi baja juga melibatkan nikel dalam pembuatan campurannya.
Biasanya besi baja yang memiliki campuran Nikel memiliki kekuatan yang lebih baik
dibandingkan besi baja yang dicampu alumunium. Selain tiu besi baja yang dicampur
nikel juga memiliki ketahan terhadap karat yang lebih baik dibandingkan besi baja murni,
walaupun tidak sebaik stainless steel. Berikut ini beberapa aplikasi dari besi baja dalam
kehidupan sehari – hari :
- Sebagai pembuatan konstruksi jembatan, jalan layang, dan gedung.
- Sebagai rel kereta.
 Pembuatan koin

12
Biasanya mata uang suatu negara memiliki 2 jenis,yaitu dalam bentuk kertas dan
bentuk koin. Mata uang yang memiliki bentuk koin dibuat dengan menggunakan bahan
dasar yang dicampur dengan unsur Nikel. Hal ini dapat membuat uang koin atau yang
biasa dikenal dengan istilah uang logam memiliki daya tahan terhadap karat, dan juga
memiliki tekstur yang mengkilap.

Skala laboratorium :

 Nikel yang sangat halus, digunakan sebagai katalis untuk menghidrogenasi minyak sayur
(menjadikannya padat).
Rx : R-OH + NH3 + katalis Ni + n-Heksana → R-NH2 + H2O

F. Persenyawaan dan Fungsinya


 Nikrom : 60% Ni, 25% Fe, dan 15% Cr : pembuatan alat-alat laboratorium (tahan asam),
kawat pada alat pemanas.
 Alnico (Al, Ni, Fe dan Co) sebagai bahan pembuat magnet yang kuat.
 Elektroplating (pelapisan besi, tembaga : [Ni(NH 3)6]Cl2, [Ni(NH3)6]SO4)
 Serbuk nikel sebagai katalis seperti pada adisi H 2 dalam proses pembuatan mentega, juga
pada cracking menyak bumi.
 Bata alloy :3-5% Ni + logam lain (keras, elastis).
 Platinit : baja dengan kandungan 46% Ni yang mempunyai muai yang sama dengan gelas
dan invar : baja dengan kadar nikel 35% dengan sedikit Mn dan C. Digunakan sebagai kawat
listrik yang ditanam dalam kaca seperti pada bohlam lampu pijar.
 Monel : 60% Ni dan 40% Cu : bahan pembuatan uang logam, instrumen tranmisi listrik, dan
baling-baling kapal laut.
 [Ni(H2NCH2CH2NH2)3]SO4 sebagai calibrant untuk pengukuran kerentanan magnetik karena
tidak memiliki kecenderungan untuk hidrat.
 NiCl2.6H2O untuk elektroplating Nikel ke logam lainnya.
 NiO untuk membuat garam NIkel dan untuk cat porselen. Baru-baru ini digunakan untuk
membuat baterai isi ulang Ni-Cd ditemukan di berbagai perangkat elektronik sampai
pengembangan baterai Lithium Ion lingkungan unggul.

G. Aplikasi
Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi komersial dan industri, seperti : pelindung baja
(stainless steel), pelindung tembaga, industri baterai, elektronik, aplikasi industri pesawat
terbang, industri tekstil, turbin pembangkit listrik bertenaga gas, pembuat magnet kuat,pembuatan

13
alat-alat laboratorium (nikrom), kawat lampu listrik, katalisator lemak, pupuk pertanian, dan
berbagai fungsi lain

Macam-macam alloy Nikel :

 Cu-Ni Alloy yang mengandung 2-45% Ni


 Ni-Cr-Al Alloy yang mengandung 35-95% Ni
 Ni-Cr-Fe Alloy yang mengandung 35-60% Ni
 Ni-Cr-Si Alloy yang mengandung 70-80% Ni

Nikel (Ni) adalah logam perak-putih yang ditemukan pada tahun 1751 dan unsur paduan
utama yang memberikan kekuatan, ketangguhan, dan ketahanan korosi. Yang biasanya digunakan
secara luas pada baja stainless dan paduan berbasis Nikel (yang biasa disebut superalloy). Paduan
nikel digunakan pada aplikasi temperatur tinggi (seperti komponen mesin jet, roket, dan
pembangkit listrik tenaga nuklir), dalam penanganan makanan dan peralatan pengolahan kimia,
koin, dan dalam perangkat kapal laut. Karena Nikel mempunyai sifat magnetik, paduan nikel juga
digunakan dalam aplikasi elektromagnetik, seperti solenoida. Penggunaan utama Nikel yaitu
sebagai logam untuk electroplating dari part untuk permukaannya dan untuk peningkatan
ketahanannya terhadap korosi dan keausan. Paduan nikel memiliki kekuatan tinggi dan tahan
korosi pada temperatur tinggi. Pemaduan unsur Nikel kromium, Kobalt, dan Molibdenum. Sifat
paduan Nikel dalam mesin, pembentuk, casting, dan pengelasan dapat dimodifikasi dengan
berbagai unsur paduan lainnya.

Berbagai paduan Nikel, memiliki berbagai kekuatan pada temperatur yang berbeda, telah
dikembangkan. Meskipun nama dagang masih digunakan secara umum, paduan Nikel sekarang
diidentifikasi dalam sistem UNS dengan huruf N. Jadi, hastelloy G yang sekarang adalah
N06007. Monel adalah paduan nikel-tembaga. Inconel adalah paduan nikel-kromium dengan
tegangan tarik hingga 1400 MPa.

Hastelloy (paduan nikel-kromium) memiliki ketahanan korosi yang baik dan kekuatan
tinggi pada suhu yang tinggi. Nichrome (paduan nikel, kromium, dan besi) memiliki ketahanan
listrik tinggi dan ketahanan yang tinggi terhadap oksidasi dan digunakan untuk elemen pemanas
listrik. Invar dan kovar (paduan besi dan nikel) memiliki sensitivitas yang relatif pada suhu
rendah. Berikut ini adalah beberapa part otomotif yang sering diaplikasikan campuran nikel dan
krom :

 Velg
 Rangka
 Bumper
14
 Knalpot
 Bagian – bagian kecil, seperti pijakan kaki, handle rem dan spion

a. Bahan baku pembuatan monel

Monel merupakan salah satu jenis logam yang merupakan campuran dari nikel dan
tembaga. Hal ini dapat menghasilkan logam yang keras dan kuat, tahan terhadap karat,
namun dengan harga yang relative lebih terjangkau dibandingkan jenis besi yang full
stainless. Biasanya, monel ini dipergunakan sebagai :

 Baling – baling pada kapal laut


 Sebagai aksesoris, seperti lionting, rantai kalng, gelang, dan cincin

b. Kawat

Sifat nikel yang mudah dibentuk membuat unsur ini dapat dibentuk menjadi kawat.
Kawat yang dihasilkan oleh nikel ini memiliki ketahanan yang baik, dan juga memiliki
sifat yang anti karat. Biasanya kawat yang dibuat dari bahan dasar nikel ini dipergunakan
pada turbin mesin jet.

c. Melapisi senjata

Dengan sifatnya yang kuat dan anti karat, nikel juga sering dimanfaatkan sebagai
pelapis dari berbagai jennies senjata yang diprodoksi di pabriknya. Dengan menambahkan
lapisan nikel pada senjata, maka kalitas senjata akan bertambah baik, karena menjadi lebih
kuat dan tahan karat serta tidak mudah mengalami korosi.

15
SKANDIUM

Skandium adalah salah satu unsur kimia dalamtabel


periodik yang memiliki lambang Sc dannomor atom 21. Skandium berupa logam transisiyang
lembut dan warnanya putih keperakan, merupakan mineral yang langka dari Skandinaviadan
kadang-kadang diklasifikasikan bersama yttrium dan lantanida sebagai elemen mineral
langka.

Sejarah
(Latin: scandia, Scandinavia). Mendeleev telah memprediksi keberadaan unsur
ekaboron berdasarkan prinsip sistim periodik yang ditemukannya. Unsur ini diperkirakan
memiliki berat atom antara 40 (kalsium) dan 48 (titanium). Elemen skandium ditemukan oleh
Nilson pada tahun 1878 di dalam mineral-mineral euxenite dan gadolinite, yang belum pernah
ditemukan dimanapun kecuali di Skandinavia. Dengan memproses 10 kg euxenite dan hasil
sampingan mineral-mineral langka lainnya, Nilson berhasil memproduksi 2 gram skandium
oksida murni. Ilmuwan-ilmuwan berikutnya kemudian menunjukkan bahwa skandium yang
ditemukan Nilson sama dengan ekaboronnya Mendeleev.

Keberadaaan di alam
Skandium ternyata lebih banyak ditemukan di matahari dan beberapa bintang lainnya
(terbanyak ke-23) dibandingkan di bumi (terbanyak ke-50). Elemen ini tersebar banyak di
bumi, terkandung dalam jumlah yang sedikit di dalam banyak mineral (sekitar 800an spesies
mineral). Warna biru pada beryl (satu jenis makhluk hidup laut) disebutkan karena
mengandung skandium. Ia juga terkandung sebagai komponen utama
mineral thortveitite yang terdapat di Skandinavia dan Malagasi. Unsur ini juga ditemukan
16
dalam hasil sampingan setelah ekstrasi tungsten dari Zinwald wolframite dan di
dalam wiikite dan bazzite.

Proses pembuatan
Kebanyakan skandium sekarang ini diambil dari throtvitite atau diekstrasi sebagai
hasil produksi pemurnian uranium. Skandium metal pertama kali diproses pada tahun 1937
oleh Fischer, Brunger dan Grienelaus yang mengelektrolisis cairan eutectic kalium, litium dan
skandium klorida pata suhu 700 dan 800 derajat Celcius. Kabel tungsten dan genangan seng
cair digunakan sebagai elektroda dalam graphite crucible. Skandium muruni sekarang ini
diproduksi dengan cara mereduksi skandium florida dengan kalsium metal.
Produksi pertama 99% skandium metal murni diumumkan pada tahun 1960.

Ciri-ciri dan sifat


Skandium adalah logam perak-putih yang berubah warna menjadi kekuningan atau
kemerahjambuan jika diekspos dengan udara. Elemen ini lunak dan lebih menyerupai itrium
dan metal-metal langka lainnya ketimbang aluminium atau titanium. Ia ringan dan memiliki
titik didih yang lebih tinggi daripada aluminium, menjadikannya bahan yang sangat diminati
oleh perangcang pesawat antariksa. Skandium tidak terserang dengan campuran 1:1
HNO3 dan 48% HF.

Kegunaan
Sekitar 20 kg skandium (Sc2O3) sekarang ini digunakan setiap tahun di Amerika untuk
memproduksi lampu intensitas tinggi, dan isotop radioaktif 46Sc digunakan sebagi agen
pelacak dalam kilang minyak mentah. Skandium ioda yang ditambahkan ke lampu uap
merkuri memberikan pancaran sinar mirip matahari yang efisien, yang penting untuk
penerangan ruangan atau TV bewarna malam hari.

Penanganan
Tingkat keracunan skandium masih belum diketahui, oleh karena itu harus ditangani
secara hati-hati.

Keterangan unsur

        Simbol                      : Sc
        Radius Atom             : 1.62 Å
17
        Volume Atom           : 15 cm3/mol
        Massa Atom             : 44.9559
        Titik Didih                : 3109 K
        Radius Kovalensi      : 1.44 Å
        Struktur Kristal                  : Heksagonal
        Massa Jenis               : 2.99 g/cm3
        Konduktivitas Listrik         : 1.5 x 106 ohm-1cm-1
        Elektronegativitas     : 1.36
        Konfigurasi Elektron : [Ar]3d1 4s2
        Formasi Entalpi                  : 16.11 kJ/mol
        Konduktivitas Panas : 15.8 Wm-1K-1
        Potensial Ionisasi      : 6.54 V
        Titik Lebur                : 1814 K
        Bilangan Oksidasi     : 3
        Kapasitas Panas       : 0.568 Jg-1K-1
        Entalpi Penguapan    : 304.8 kJ/mol

Skandium
18
Ditulis oleh Yulianto Mohsin pada 21-10-2006

Sejarah
(Latin: scandia, Scandinavia). Mendeleev telah memprediksi keberadaan unsur ekaboron
berdasarkan prinsip sistim periodik yang ditemukannya. Unsur ini diperkirakan memiliki
berat atom antara 40 (kalsium) dan 48 (titanium). Elemen skandium ditemukan oleh Nilson
pada tahun 1878 di dalam mineral-mineral euxenite dan gadolinite, yang belum pernah
ditemukan dimanapun kecuali di Skandinavia. Dengan memproses 10 kg euxenite dan hasil
sampingan mineral-mineral langka lainnya, Nilson berhasil memproduksi 2 gram skandium
oksida murni. Ilmuwan-ilmuwan berikutnya kemudian menunjukkan bahwa skandium yang
ditemukan Nilson sama dengan ekaboronnya Mendeleev.

Sumber-sumber
Skandium ternyata lebih banyak ditemukan di matahari dan beberapa bintang lainnya
(terbanyak ke-23) dibandingkan di bumi (terbanyak ke-50). Elemen ini tersebar banyak di
bumi, terkandung dalam jumlah yang sedikit di dalam banyak mineral (sekitar 800an spesies
mineral). Warna biru pada beryl (satu jenis makhluk hidup laut) disebutkan karena
mengandung skandium. Ia juga terkandung sebagai komponen utama mineral thortveitite
yang terdapat di Skandinavia dan Malagasi. Unsur ini juga ditemukan dalam hasil sampingan
setelah ekstrasi tungsten dari Zinwald wolframite dan di dalam wiikite dan bazzite.

Kebanyakan skandium sekarang ini diambil dari throtvitite atau diekstrasi sebagai hasil
produksi pemurnian uranium. Skandium metal pertama kali diproses pada tahun 1937 oleh
Fischer, Brunger dan Grienelaus yang mengelektrolisis cairan eutectic kalium, litium dan
skandium klorida pata suhu 700 dan 800 derajat Celcius. Kabel tungsten dan genangan seng
cair digunakan sebagai elektroda dalam graphite crucible. Skandium muruni sekarang ini
diproduksi dengan cara mereduksi skandium florida dengan kalsium metal.

Produksi pertama 99% skandium metal murni diumumkan pada tahun 1960.

Sifat-sifat
Skandium adalah logam perak-putih yang berubah warna menjadi kekuningan atau
kemerahjambuan jika diekspos dengan udara. Elemen ini lunak dan lebih menyerupai itrium
dan metal-metal langka lainnya ketimbang aluminium atau titanium. Ia ringan dan memiliki
titik didih yang lebih tinggi daripada aluminium, menjadikannya bahan yang sangat diminati
oleh perangcang pesawat antariksa. Skandium tidak terserang dengan campuran 1:1 HNO3
dan 48% HF.

Kegunaan
Sekitar 20 kg skandium (Sc2O3) sekarang ini digunakan setiap tahun di Amerika untuk
memproduksi lampu intensitas tinggi, dan isotop radioaktif 46Sc digunakan sebagi agen
pelacak dalam kilang minyak mentah. Skandium ioda yang ditambahkan ke lampu uap
merkuri memberikan pancaran sinar mirip matahari yang efisien, yang penting untuk
penerangan ruangan atau TV bewarna malam hari.

Penanganan
Tingkat keracunan skandium masih belum diketahui, oleh karena itu harus ditangani secara
hati-hati.

19
20

Anda mungkin juga menyukai