Anda di halaman 1dari 10

Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan Era Revolusi Industri 4.

0
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITN Malang

METODE-KONSEP ARSITEKTUR HIJAU PADA LINGKUP HUNIAN


Studi Kasus: Aplikasi Arsitektur Hijau pada Sistem Ruang Luar
Bambang Joko Wiji Utomo1, Bayu Teguh Ujianto2, Redi Sigit Febrianto3
Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang 1,2,3
Jl. Sigura-gura no.2, Malang
E-mail: bambangutomo92@gmail.com

ABSTRAK

Sebagai upaya memaknai arsitektur hijau, beberapa arsitek umumnya dapat mengaplikasikan satu dari
enam sistem yang ada, yaitu: sistem ruang luar, sistem ruang dalam, sistem spasial, sistem model, sistem
bentuk dan sistem struktur. Kajian ini membahas arsitektur hijau pada ruang luar dalam lingkup bangunan
hunian. Pada sistem ruang luar para arsitek cenderung memasukkan unsur vegetasi pada objek hasil
desainnya. Bangunan hunian dengan tema arsitektur hijau harus mampu beradaptasi dan mampu
memberikan solusi terhadap permasalahan iklim di lingkungannya. Kajian arsitektur hijau pada sistem ruang
dalam, sistem spasial, sistem model, sistem bentuk dan sistem struktur sudah banyak dibahas. Namun
kajian khusus untuk metode dan konsep arsitektur hijau pada bangunan hunian khususnya pada ruang luar
masih sangat terbatas. Rumusan kajian ini adalah untuk mengetahui objek amatan apa yang membentuk
metode dan konsep arsitektur arsitektur hijau pada bangunan hunian khususnya pada ruang luar. Tujuan
penelitian ini adalah membentuk diagram objek amatan yang membentuk metode dan konsep arsitektur
hijau pada bangunan hunian khususnya pada ruang luar. Kajian ini berusaha mengisi celah penelitian yaitu
mengkaji objek yang membentuk metode dan konsep arsitektur hijau pada ruang luar, terutama pada: tapak,
atap dan secara vertikal. Rancangan penelitian bersifat kualitatif, sedangkan strategi penelitian berjenis
deskriptif / naratif. Metode pengumpulan data didapatkan dari studi literatur tentang arsitektur hijau. Metode
analisis yang dipakai adalah analisis induktif. Temuan pada kajian ini berupa diagram objek amatan dari
metode dan konsep arsitektur hijau pada bangunan hunian khususnya pada ruang luar. Ditemukan 12
(duabelas) indikator, 3 (tiga) objek amatan dan 8 (delapan) konsep arsitektur hijau pada lingkup hunian,
khususnya pada ruang luar. Berdasarkan indikator, objem amatan dan konsep yang ada, ditentukan metode
desainnya merujuk pada tipe rasional.

Kata kunci: arsitektur hijau, ruang luar, 8 konsep desain, metode desain tipe rasional

PENDAHULUAN Berikut adalah penelitian terdahulu mengenai


Sebagai upaya memaknai arsitektur hijau, metode dan konsep desain: Pena & Parshall
beberapa arsitek dapat mengaplikasikan satu dari (2001); Taschen (2009). Sedangkan berikut
enam sistem yang ada, yaitu: sistem ruang luar adalah penelitian terdahulu mengenai arsitektur
(lanskap), sistem ruang dalam (interior), sistem hijau: Nugroho (2018); Design Media Publisihings
spasial (ruang), sistem model (tampilan), sistem Limited (2010); HDII (2013); Karyono (2010);
bentuk (gubahan massa) dan sistem struktur (Szokolay, 2008).
(konstruksi). Penelitian ini mengkaji metode dan Rumusan kajian ini adalah untuk mengetahui
konsep arsitektur hijau pada bangunan hunian objek amatan apa yang membentuk metode dan
khususnya pada ruang luar. Arsitektur hijau pada konsep arsitektur arsitektur hijau pada bangunan
ruang luar dapat didefinisikan yaitu: para arsitek hunian khususnya pada ruang luar. Tujuan
cenderung memasukkan elemen desainnya unsur penelitian ini adalah membentuk diagram objek
vegetasi pada hasil desainnya, baik pada tapak, amatan yang membentuk metode dan konsep
pada atap dan secara vertikal. Bangunan hunian arsitektur hijau pada bangunan hunian khususnya
dengan tema arsitektur hijau harus dapat pada ruang luar.
beradaptasi, sadar energi dan mampu Kajian ini berusaha mengisi celah penelitian
memberikan solusi terhadap permasalahan iklim yaitu mengkaji objek yang membentuk metode
di lingkungannya. dan konsep arsitektur hijau pada ruang luar,
Kajian arsitektur hijau–baik pada bangunan terutama pada: tapak, atap dan secara vertikal.
publik maupun pada bangunan hunian—pada
sistem ruang dalam, sistem bentuk, sistem METODE
tampilan, sistem struktur, sistem material, sistem Strategi Penelitian
spasial sudah banyak dibahas. Namun kajian
khusus untuk metode dan konsep arsitektur hijau Penelitian ini merupakan kajian yang
pada bangunan hunian khususnya pada ruang menggunakan strategi yang bersifat deskriptif /
luar masih sangat terbatas. naratif (Creswell, 2012). Penelitian naratif bersifat
menyajikan cerita; melibatkan penceritaan

1
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2019 Era Revolusi Industri 4.0
Teknik Sipil dan Perencanaan

kembali cerita-cerita berdasarkan partisipan; Secara umum, pengelompokan wujud


memakai unsur-unsur struktural, contohnya arsitektur jenis apapun, seharusnya didefinisikan
seperti plot, setting, aktivitas, klimaks, dan ending menjadi tiga sistem, yaitu: (1) sistem spasial
cerita (Clandinin & Connelly, 2000); dapat ditulis (spatial system), (2) sistem fisik (physical system),
dari sudut pandang subjektif, pribadi, orang (3) sistem model atau tampilan (stylictic system)
pertama, yang didalamnya peneliti memosisikan (Habraken, dalam Febrianto, 2017).
diri mereka secara naratif dalam penelitian Lebih lanjut dalam buku visual “Green
(Creswell, 2012). Arhitecture” yang diterbitkan oleh Design Media
Penelitian naratif merupakan strategi Publisihings Limited (2010) mengkategorikan
penelitian di mana di dalamnya peneliti menjadi tiga sistem yang berbeda yaitu: (1)
menyelidiki kehidupan individu-individu dan strategi bangunan, (2) material bangunan dan (3)
meminta seorang atau sekolompok individu untuk struktur bangunan (Design Media Publisihings
menceritakan kehidupan mereka. Informasi ini Limited, 2010).
kemudian diceritakan kembali oleh peneliti dalam Pada kajian ini, arsitektur hijau pada tapak
kronologi naratif. Di akhir tahap penelitian, peneliti terdiri dari tiga objek utama yaitu: (1) pada tapak,
harus menggabungkan dengan gaya naratif (2) pada atap dan (3) secara vertikal.
pandangan-pandangannya tentang kehidupan
partisipan dengan pandangan-pandangannya Arsitektur Hijau pada Tapak
tentang kehidupan peneliti sendiri (Clandinin &
Connelly dalam Creswell, 2012). Konsep arsitektur hijau pada tapak
berkaitan dengan:
Metode Pengumpulan Data

Amatan
Objek
Metode pengumpulan data berjenis kualitatif
Indikator Konsep
dan bersifat eksporatif (Creswell, 2012). Berbeda
dengan jenis kuantitatif yang bersifat eksplanatif.
Karena penelitian bersifat kualitatif, maka metode
Aquaponic (Cahyawati,
pengumpulan data didapat dari sumber primer
2019; Maharani & Sari, Pengolahan air
yaitu: wawancara mendalam dan observasi 2016).
lapangan. Wawancara mendalam adalah
wawancara inilah di-dapati pernyataan bahwa Grassblock (Suparwoko & Pereduksi panas;

Arsitektur Hijau Pada Tapak


"wawancara juga digunakan untuk meng- Dewi, 2015) Meneruskan air
eksplorasi lebih detail variabel-variabel yang sudah Biopori (Rachmayanti &
Meneruskan air
dianalisis dan untuk mengtriangulasi hasil penelitian Roesli, 2014)
berdasarkan data kuantitatif dan data kualitatif Pemanenan air / Rain
(Hossler & Vesper dalam Creswell, 2012). Metode Harvesting (Rahman dalam Penyediaan air
pengumpulan data didapatkan dari studi literatur Utami et. al., 2019).
tentang arsitektur hijau.
Taman Hujan / Rain
Pereduksi panas;
Garden (Prasetyo et.al.,
Metode Analisis Data 2019; Samudro, 2016)
Penyediaan air

Motode analisis bersifat induktif diilustrasikan Pagar Hijau / Green Barrier Pereduksi panas;
sebagai: (a) usaha peneliti dalam mengolah (Werdiningsih, 2007). pereduksi polusi
secara berulang-ulang; (b) membangun Taman Tengah / Courtyard Pereduksi panas;
serangkaian konsep yang utuh; (c) mencari (Ariestadi et al., 2014 ). pereduksi polusi
indikator dan objek amatan; (d) membangun
tema-tema dan kategori hingga; (e) membentuk Aquaponic
konsep pada bagian akhir (Creswell, 2016). Aquaponik adalah salah satu elemen
pembentuk arsitektur hijau pada tapak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aquaponik merupakan: (1) perpaduan sistem
Arsitektur Hijau pada Ruang Luar
bercocok tanam secara hidroponik dan budi daya
Arsitektur hijau adalah karya arsitektur yang: ikan (Wiguna dalam Maharani & Sari, 2016) dan
memberikan solusi terhadap permasalahan iklim (2) pemanfaatan kembali air bekas pada kolam
di lingkungannya dan harus didekati oleh bidang ikan untuk menyiram tumbuhan (Cahyawati,
sains bangunan (Karyono, 2000); menghemat 2019).
energi, mereduksi emisi, konservasi, Aquaponic merupakan perpaduan sistem
meningkatkan produksi, meminimalisasi bercocok tanam secara hidroponik dan budi daya
pengeluaran dan meningkatkan nilai tambah ikan yaitu memanfaatkan kembali air bekas pada
bangunan (Design Media Publisihings Limited, kolam ikan untuk menyiram tumbuhan, sehingga
2010); berkelanjutan, ramah lingkungan, tanggap kebun aquaponik diletakkan pada area yang
iklim, sadar energI dan cerdas budaya (Nugroho, dekat dengan kolam ikan dan kontur yang lebih
2019). rendah dari kolam ikan (Cahyawati, 2019). Dalam

2
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan Era Revolusi Industri 4.0
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITN Malang

aquaponic, air kolam ikan yang sebenarnya meresapkan air hujan ke dalam tanah (water
merupakan limbah akan dialirkan secara terus- absorbing).
menerus sebagai nutrisi bagi tanaman yang
ditanam dalam media tertentu, seperti batu, Biopori
genting, dan arang sehingga berbagai kandungan Biopori adalah salah satu elemen pembentuk
nutrisi dalam air kolam akan diserap dan arsitektur hijau pada tapak. Biopori berfungsi: (1)
dimanfaatkan tumbuhan sebagai bahan meningkatkan daya resapan air, kedua untuk
metabolisme selsel tumbuhan tersebut (Wiguna mengubah sampah organik menjadi kompos dan
dalam Maharani & Sari, 2016). (2) mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan
Konsep yang ditawarkan Aquaponik ini metan).
adalah memanfaatkan kembali (recycle). Konsep Jenis air hujan jatuh ke tanah akan diserap
recycle ini sejalan dengan tujuan arsitektur hijau langsung ke tanah melalui biopori di dalam area
yaitu: meningkatkan produksi, meminimalisasi hijau yang tidak mengalami perkerasan. Sumur
pengeluaran dan meningkatkan nilai tambah resapan dan biopori memiliki peran penting dalam
bangunan (Design Media Publisihings Limited, menjaga kualitas air tanah di dalam tapak.
2010).; berkelanjutan, ramah lingkungan, tanggap Green Architecture yang baik, menekan
iklim, sadar energI dan cerdas budaya (Nugroho, pemborosan energi, pemborosan air
2019). memanfaatkan penggunaan air hujan,
pemanfaatan air daur ulang, dengan upaya
memberikan area serapan yang cukup bagi air
hujan, bangunan yang dirancang dengan baik
biasanya menyediakan lubang-lubang
kompos/biopori agar tanah di sekelilingnya tidak
rusak, sehingga dapat mengurangi jumlah air
yang terbuang percuma. Salah satu manfaat dari
biopori adalah untuk mengatasi banjir dengan
cara: Pertama untuk meningkatkan daya resapan
air, kedua untuk mengubah sampah organik
menjadi kompos dan mengurangi emisi gas
rumah kaca (CO2 dan metan) (Rachmayanti &
Roesli, 2014).
Sistem aquaponic
Sumber: http://www.projectfeed1010.com/what-is-
aquaponics/ (diakses November 2019)

Grassblock
Grassblock adalah salah satu elemen
pembentuk arsitektur hijau pada tapak.
Grassblock merupakan: (1) bagian dari hardscape
yang berfungsi perkerasan dan sirkulasi (Prasetyo
et.al., 2019; (2) namun dapat meneruskan air ke
dalam tanah (Suparwoko & Dewi, 2015).
Grassblock termasuk bagian dari hardscape
yaitu berupa perkerasan dan berfungsi sebagai Sistem Biopori
sirkulasi. Grassblock dapat diaplikasikan di area Sumber: http://sda.pu.go.id/bwssulawesi2/cara-membuat-
biopori/ (diakses November 2019)
taman, dan kolam.
Konsep yang ditawarkan biopori berupa
peningkatan kualitas air tanah yaitu dengan
meresapkan air hujan ke dalam tanah (water
absorbing).

Pemanenan Hujan / Rain Harvesting


Rain harvesting adalah salah satu elemen
pembentuk arsitektur hijau pada tapak. Rain
harvesting merupakan: (1) tempat pengumpulan,
penyimpanan dan pendistribusian air hujan untuk
Bentuk Grassblock
penggunaan dalam dan luar rumah
Sumber: https://www.grasscrete.com/pdfs/brochures/ (www.rainharvesting.com.au, 2019); (2) metode
GrasscreteBrochure.pdf (diakses November 2019) konservasi air yang paling tradisional dan
berkelanjutan, karena mudah digunakan untuk
Konsep yang ditawarkan grassblock berupa tujuan konservasi (Rahman dalam Utami et. al.,
peningkatan kualitas air tanah yaitu dengan 2019).

3
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2019 Era Revolusi Industri 4.0
Teknik Sipil dan Perencanaan

Rain harvesting yaitu kegiatan pengumpulan, mengurangi masalah kualitas air (Prasetyo et.al.,
penyimpanan dan pendistribusian air hujan untuk 2019; Samudro, 2016)
penggunaan dalam dan luar rumah. sebagai Menurut Bannerman (2003) Rain Garden
upaya konservasi air yang palingsederhana, adalah area lanskap fungsional yang dibangun
efektif dan mudah untuk direncanakan. untuk menangkap air hujan sehingga air akan
Konservasi air di skala bangunan dilakukan meresap ke dalam tanah agar tidak menjadi
dengan mempertimbangkan standar kebutuhan limpasan permukaan. Rain Garden ini tidak hanya
air, penggunaan fitur air, penggunaan sistem daur mempercantik area, hal ini juga akan membawa
ulang air limbah (grey water) dan manfaat yang lebih besar untuk lingkungan.
pemanfaatan rain water harvesting system atau Dalam sebuah lanskap, tanah yang dipadatkan
sistem pemanenan air hujan. Prinsip daur ulang untuk keperluan pembuatan jalan aspal, area
ini diharapkan dapat mengurangi volume air kotor parkir, atau area lainnya akan mengakibatkan
yang berasal dari septic tank untuk bisa limpasan permukaan. Air yang mengalir di atas
digunakan kembali (re-use), sehingga bangunan permukaan perkerasan ini tidak masuk ke dalam
tidak mengganggu kualitas lingkungan sekitarnya. tanah tetapi menggenang dan menguap terkena
Konservasi air pada skala tapak dilakukan dengan matahari, akibatnya vegetasi yang terdekat
menjaga keseimbangan jumlah air tanah dengan mungkin menderita kekeringan atau bahkan
cara memperluas area penyerapan air, kematian pada saat musim kemarau. Rain
penggunaan tipe perkerasan memudahkan Garden ini akan menciptakan kembali siklus air
penyerapan air ke dalam tanah (pervious alami dan mengurangi masalah kualitas air yang
surfaces), pembuatan lubang biopori dan efisiensi berbentuk seperti sebuah cekungan yang
penggunaan air dari lanskap untuk penyiraman dangkal, pada permukaannya memungkinkan air
tanaman. Metode konservasi air dengan masuk perlahan-lahan ke dalam tanah.
pemanfaatan rain water harvesting system ini
merupakan metode paling tradisional dan
berkelanjutan, karena mudah digunakan untuk
tujuan konservasi (Rahman dalam Utami et. al.,
2019). Pada sistem ini air hujan ditampung, lalu
diolah menjadi air bersih melalui tahap filtrasi.
Pengolahan dilakukan karena air hujan yang
ditampung oleh permukaan penangkap sama
sekali tidak layak minum.

Sistem Rain Garden


Sumber: https://www.monsoonraingardens.com/faqs.html
(diakses November 2019)

Konsep yang ditawarkan rain garden berupa


peningkatan kualitas air tanah yaitu dengan
meresapkan air hujan ke dalam tanah (water
absorbing).

Pagar Hijau / Green Barrier


Pagar hijau / green barrier adalah salah satu
elemen pembentuk arsitektur hijau pada tapak.
Pagar hijau merupakan: (1) filter atau penyaring
suara, debu, bahkan bau; (2) membuat udara di
Sistem Rain harvesting sekitarnya menjadi segar.
Sumber: https://www.indiamart.com/proddetail/rain-water- Selain berfungsi sebagai pembatas kavling
harvesting-19368595497.html (diakses November 2019)
atau kepemilikan, ada beberapa fungsi dan
Konsep yang ditawarkan rain harvesting manfaat lain dari penggunaan pagar tanaman. Hal
berupa penggunaan kembali air hujan untuk yang paling fungsional adalah sebagai filter atau
keperluan dalam dan luar rumah (water re-used) penyaring suara, debu, bahkan bau. Pada saat
hujan, tanah dan akar tanaman pun dapat
Taman Hujan / Rain Garden berfungsi sebagai penahan air yang dapat
Rain garden adalah salah satu elemen disimpan sebagai cadangan air. Sebagai filter
pembentuk arsitektur hijau pada tapak. Rain suara, pagar hidup yang cukup rimbun dan tinggi
garden merupakan area lanskap fungsional yang dapat meredam kebisingan dari lalu lalang
dibangun untuk: (1) menangkap air hujan; (2) kendaraan bermotor. Daun – daun tanaman dapat
menciptakan kembali siklus air alami dan (3) menangkap polutan – polutan di sekitarnya.
Beberapa jenis tanaman seperti cemara dan

4
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan Era Revolusi Industri 4.0
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITN Malang

bambu – bambuan dapat menghalangi debu


masuk ke halaman rumah. Sebagai filter bau,
biasanya tanaman di letakkan di sekitar bak
sampah agar bau tersaring. Hal ini dikarenakan
pada siang hari tanaman melakukan fotosintesis
yang menyerap karbondioksida (CO2) dan
melepaskan oksigen (O2) sehingga membuat
udara di sekitarnya menjadi segar. Penggunaan
jenis tanaman yang dapat mengeluarkan
wewangian (aromatik) juga dapat mengatasi bau
yang tidak sedap di sekitar rumah (Werdiningsih,
2007).

Rumah dengan Courtyard


(Szokolay, 2008)

Konsep yang ditawarkan berupa ruang


terbuka yang terteduhi (open air habitation)
adalah kebiasaan tinggal di ruang terbuka yang
terteduhi. Adaptasi perilaku berhuni yang
Bentuk Pagar hijau terwadahi dalam hunian membentuk tradisi sistem
Sumber: http://www.adityautama.com/2017/06/pagar-hijau- alami.
lebih-alami.html (diakses November, 2019)
Arsitektur Hijau pada Atap
Konsep yang ditawarkan berupa ruang
terbuka yang terteduhi (open air habitation) Konsep arsitektur hijau pada atap berkaitan
adalah kebiasaan tinggal di ruang terbuka yang dengan:
terteduhi. Adaptasi perilaku berhuni yang
terwadahi dalam hunian membentuk tradisi sistem
alami.

Amatan
Objek
Objek Amatan Konsep
Taman Tengah / Courtyard
Courtyard (taman tengah) adalah salah satu
elemen pembentuk arsitektur hijau pada tapak.
Courtyard dapat didefinisikan sebagai: (1) Atap hijau / green roof Pereduksi panas;

Arsitektur Hijau pada


penciptaan ruang terbuka pada hunian untuk (Nurkamdani, 2010; bising; polusi &
mengatasi permasalahan kenyamanan udara; (Nur’aini et al., 2017) konservasi air
(2)sebagai area terbuka pada hunian untu

Atap
peneduhan dan tempat menanam tanaman yang Kanopi hijau 66 Pereduksi panas;
mengandung unsur filosofi budaya (Nugroho, (Lukmanniah, 2011) pereduksi polusi
2018); (3) menciptakan ruang untuk kegiatan Panel Surya /
sosial-komunal (Ariestadi et al., 2014 ). Photovoltaic Mengasilkan energi
(Sudarwani, 2008)

Atap Hijau / Green Roof


Atap hijau / green roof adalah salah satu
konsep arsitektur hijau pada tapak. Roof garden
diterapkan pada lantai atas bangunan dengan
prinsip hampir sarna dengan konsep penanaman
di dalam pot. Namun, skala medianya agak lebih
besar karena berkaitan dengan bangunan yang
ada. Dalam menerapkan roof garden, dasar lantai
yang akan dijadikan taman terlebih dulu dilapisi
dengan lapisan waterproof. Selanjutnya baru di
atas lapisan tadi diisi tanah yang akan menjadi
media untuk menanam berbagai tanaman. Tujuan
pelapisan waterproof tadi supaya air dari tanah
tadi tidak tembus masuk ke lapisan beton atau
dak lantai atas.
Peran atap hijau pada area tangkapan air
adalah: (1) Melemahkan limpasan air hujan; (2)
Mengurangi kebisingan dan polusi udara (3)

5
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2019 Era Revolusi Industri 4.0
Teknik Sipil dan Perencanaan

Melestarikan margasatwa dan keaneka ragaman


hayati (Berndtsson dalam Nur’aini et al., 2017).

Roof garden
Sumber: (Nurkamdani, 2010)

Peran atap hijau secara umum adalah: (1)


mengurangi tingkat polusi udara, yaitu dengan Kanopi Hijau
Sumber: https://media.rooang.com/2014/08/kanopi-hijau-
merubah polutan di udara menjadi senyawa tidak
inovasi-baru-untuk-ceiling-interior/
berbahaya melalui proses reoksigenasi; (2) (diakses November, 2019)
menstabilkan jumlah gas rumah kaca (karbon
dioksida) di atmosfir kota sehingga dapat Konsep yang ditawarkan berupa pereduksi
menekan efek rumah kaca; (3) mengurangi efek panas dan pereduksi polusi, bersifat suplementer.
panas radiasi sinar matahari sekitar 4,2 derajat
Celcius; (4) berfungsi sebagai konservasi air, Panel Surya / Photovoltaic
yaitu menyimpan sebagian air yang berasal dari Panel surya / Photovoltaic adalah salah satu
air hujan; (5) dapat mengurangi pantulan suara konsep arsitektur hijau pada tapak. Konsep
sampai 3 desibel (db) dan meredam suara sampai 'green' juga bisa diaplikasikan pada pengurangan
8 db dari luar bangunan; (6) menampilkan penggunaan energi (misalnya energi listrik), low
keindahan pada aspek bangunan energy house dan zero energy building dengan
sehinggatampak lebih hidup, asri, dan nyaman. memaksimalkan penutup bangunan (building
Konsep yang ditawarkan atap hijau berupa: envelope). Penggunaan energi terbarukan seperti
Pereduksi panas; Pereduksi bising & konservasi energi matahari, air, biomass, dan pengolahan
air dan Sumber energy. limbah menjadi energi juga patut diperhitungkan.
Indikasi arsitektur disebut sebagai 'green' jika
Kanopi Hijau dikaitkan dengan praktek arsitektur antara lain
Kanopi hijau adalah salah satu konsep penggunaan renewable resources (sumber-
arsitektur hijau pada tapak. Kanopi dengan sumber yang dapat diperbaharui, passive-active
tambahan tanaman rambat cocok untuk hunian solar photovoltaic (sel surya pembangkit listrik)
yang memiliki konsep hijau untuk mereduksi (Sudarwani, 2008).
panas. Tanaman yang direkomendasikan adalah
tanaman dengan sulur seperti markisa, alamanda
dan lain sebagainya. Agar tanaman dapat tumbuh
dengan baik perhatikan kesuburan tanah dan
ketersediaan air. Yaitu dengan penyiraman air
pagi dan sore hari serta pemberian pupuk secara
berkala. Semakin besar prosentase penutupan
oleh kanopi pohon, semakin besar kemampuan
untuk menyerap dan menyimpan karbon
(Lukmanniah, 2011).
Panel Surya / Photovoltaic
Sumber: https://idea.grid.id/read/091879170/solar-panel-
ubah-panas-matahari-jadi-tenaga-listrik-ini-cara-
kerjanya?page=all
(diakses November, 2019)

Arsitektur Hijau secara Vertikal


Konsep arsitektur hijau secara vertikal
berkaitan dengan:
Amatan
Objek

Objek Amatan Konsep

6
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan Era Revolusi Industri 4.0
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITN Malang

Verticulture (Hidayat, penyaring udara; Sumber: https://indonesiabertanam.com/2013/04/14/cara-

Arsitektur Hijau
menanam-bawang-sistem-verticulture/

secara vertikal
2017, Nugroho, 2018) living secondary skin (diakses November, 2019)

Dinding Hijau penyaring udara;


Dinding Hijau
(Nugroho, 2018) living secondary skin Dinding hijau adalah salah satu konsep
arsitektur hijau pada tapak. Potensi hijau
tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau
dimaksimalkan dengan berbagai inovasi, misalnya
Verticulture pembuatan atap diatas bangunan (taman atap),
Verticulture adalah salah satu konsep taman gantung (dengan menggantung pot-pot
arsitektur hijau pada tapak. Salah satu strategi tanaman pada sekitar bangunan), pagar tanaman
dalam mengimplementasikan konsep green atau yang dapat diisi dengan tanaman, dinding
building adalah dengan teknik vertikultur. dengan taman pada dinding. Konsep yang
Verticulture sebagai dinding penyaring udara dan ditawarkan berupa penyaring udara dan juga
living secondary skin. Teknik vertikultur berfungsi sebagai living secondary skin.
merupakan cara bertanam yang dilakukan dengan
menempatkan media tanamdalam wadah-wadah
yang disusun secara vertikal, atau dapat
dikatakan bahwa vertikultur merupakan upaya
pemanfaatan ruang ke arah vertikal. Dengan
demikian penanaman dengan sistem vertikultur
dapat dijadikan alternatif bagi masyarakat yang
tinggal di kota, yang memiliki lahan sempit atau
bahkan tidak ada lahan yang tersisa untuk
budidaya tanaman. Beberapa manfaat dari teknik
vertikultur, antara lain: (a) hemat lahan dan air, (b)
Dinding Hijau
mendukung pertanian organik, (c) wadah media Sumber: https://pxhere.com/id/photo/1413764
tanam disesuaikan dengan kondisi setempat, (d)
umur tanaman relatif pendek, (e) pemeliharaan Metode Desain Arsitektur Hijau
tanaman relatif sederhana, (d) dapat dilakukan Metode desain terdiri atas tiga jenis yaitu:
oleh siapa saja yang berminat (Hidayat, 2017) tipe tradisional (Jones, 1990), tipe rasional
Konsep yang ditawarkan berupa penyaring (Jones, 1990) dan tipe gabungan (Hosein. et al.,
udara dan juga berfungsi sebagai living secondary 2008).
skin. Metode desain jenis tradisional
cenderung bersifat tertutup dalam pembentukan
konsep desainnya Metode desain jenis rasional
cenderung bersifat terbuka dalam pembentukan
konsep desainnya. Metode desain jenis gabungan
cenderung bersifat terbuka dan tertutup secara
simultan dalam proses pembentukan konsep
desainnya.

Verticulture

Perbandingan tiga metode desain


Sumber: (Hosein et al., 2008)

Pada kajian ini umumnya perancang desain Objek


Indikator Konsep
menggunakan metode desain jenis rasional. Amatan
Karena sudah menentukan objek amatan yang
harus didesain sejak awal.

7
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2019 Era Revolusi Industri 4.0
Teknik Sipil dan Perencanaan

Aquaponic (Cahyawati, 4. Pereduksi panas


Pengolahan air
2019; Maharani & Sari,  Grassblock (Suparwoko & Dewi,
2016).
2015)
Grassblock (Suparwoko & Pereduksi panas;  Taman Hujan / rain garden (Prasetyo
Dewi, 2015) Meneruskan air
et.al., 2019; Samudro, 2016)

Arsitektur Hijau pada Tapak


Biopori (Rachmayanti &
Meneruskan air;  Pagar Hijau / green barrier
Roesli, 2014) (Werdiningsih, 2007).
Pemanenan air / Rain  Taman Tengah / courtyard (Ariestadi
Harvesting (Rahman dalam Penyediaan air et al., 2014 ).
Utami et. al., 2019).
 Atap hijau / green roof (Nurkamdani,
Taman Hujan / Rain Pereduksi panas; 2010; (Nur’aini et al., 2017)
Garden (Prasetyo et.al., pereduksi polusi;
2019; Samudro, 2016) Penyediaan air;  Kanopi hijau (Lukmanniah, 2011)
 Verticulture (Hidayat, 2017, Nugroho,
Pereduksi panas;
Pagar Hijau / Green Barrier pereduksi polusi; 2018)
(Werdiningsih, 2007). pereduksi bising; living  Dinding Hijau (Nugroho, 2018)
secondary skin 5. Pereduksi polusi
Taman Tengah / Courtyard Pereduksi panas;  Taman Hujan / rain garden (Prasetyo
(Ariestadi et al., 2014 ). pereduksi polusi et.al., 2019; Samudro, 2016)
Atap hijau / green roof Pereduksi panas;  Pagar Hijau/ green barrier
Arsitektur Hijau

(Nurkamdani, 2010; Pereduksi bising; (Werdiningsih, 2007).


(Nur’aini et al., 2017)
pada Atap

Pereduksi polusi
 Taman Tengah / courtyard (Ariestadi
Kanopi hijau 66 Pereduksi panas; et al., 2014 ).
(Lukmanniah, 2011) pereduksi polusi
 Atap hijau / green roof (Nurkamdani,
Panel Surya / Photovoltaic
Sumber energi 2010; (Nur’aini et al., 2017)
(Sudarwani, 2008)
 Kanopi hijau (Lukmanniah, 2011)
Pereduksi panas;  Verticulture (Hidayat, 2017, Nugroho,
Arsitektur Hijau secara

pereduksi polusi;
Verticulture (Hidayat, 2018)
pereduksi bising; living
2017, Nugroho, 2018)
secondary skin  Dinding Hijau (Nugroho, 2018)
Vertikal

6. Pereduksi bising
Pereduksi panas;  Pagar Hijau/Green Barrier
pereduksi polusi; (Werdiningsih, 2007).
Dinding Hijau (Nugroho,
2018)
pereduksi bising; living  Atap hijau / green roof (Nurkamdani,
secondary skin
2010; (Nur’aini et al., 2017)
 Kanopi hijau 66 (Lukmanniah, 2011)
 Verticulture (Hidayat, 2017, Nugroho,
Konsep Desain Arsitektur Hijau 2018)
Konsep arsitektur hijau pada ruang luar
 Dinding Hijau (Nugroho, 2018)
pada kajian ini berisi tentang:
7. Sumber energi
1. Pengolahan air:
 /Photovoltaic (Sudarwani, 2008)
 aquaponic (Cahyawati, 2019;
8. Living secondary skin
Maharani & Sari, 2016).
 Pagar Hijau (Werdiningsih, 2007).
2. Meneruskan air:
 Verticulture (Hidayat, 2017, Nugroho,
 Biopori (Rachmayanti & Roesli, 2014)
2018)
3. Penyediaan air
 Dinding Hijau (Nugroho, 2018)
 Pemanenan air/ rain Harvesting
(Rahman dalam Utami et. al., 2019).
 Biopori (Rachmayanti & Roesli, 2014)
 Taman Hujan/ rain garden (Prasetyo
et.al., 2019; Samudro, 2016)

8
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan Era Revolusi Industri 4.0
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITN Malang

Diagram Metode dan Konsep Arsitektur Hijau pada Ruang Luar


Sumber: Design Media Publisihings Limited, 2010 (diolah)

KESIMPULAN Ucapan terima kasih juga kami sampaikan tim


Temuan pada kajian ini berupa diagram Kaprodi dan sekprodi Arsitektur ITN Malang dan
objek amatan dari metode dan konsep arsitektur tim SEMSINA 2019.
hijau pada bangunan hunian khususnya pada
ruang luar. Ditemukan 12 (duabelas) indikator, 3 DAFTAR PUSTAKA
(tiga) objek amatan dan 8 (delapan) konsep Artikel dalam Jurnal (Jurnal Primer)
arsitektur hijau pada lingkup hunian, khususnya Febrianto, Redi Sigit; Wulandari, Lisa Dwi;
pada ruang luar. Santosa, Herry. 2017. Domain Ruang
Dua belas indikator tersebut adalah: Perempuan Pada Hunian Masyarakat
aquaponic, grassblock, biopori, rain harvesting, Peladang Desa Juruan Laok Madura Timur.
rain garden, green barrier, courtyard, green roof, Jurnal Tesa Arsitektur Volume 15, Nomor 1.
green canopy, photovoltaic, verticulture dan green Karyono, T.K. (2000). Mendefinisikan Kembali
wall. Arsitektur Tropis di Indonesia. Desain
Dua belas indikator tersebut terletak pada Arsitektur Vol.1, April 2000, pp7-8.
tiga objek amatan, yaitu: (A) pada tapak, (B) pada Maharani, N. A., & Sari, P. N. (2016). Penerapan
pada atap dan (C) secara vertikal. Aquaponic Sebagai Teknologi Tepat Guna
Berdasarkan 12 indikator dan 3 objek Pengolahan Limbah Cair Kolam Ikan Di
amatan, ditemukan 8 konsep desain arsitektur Dusun Kergan, Tirtomulyo, Kretek, Bantul,
hijau pada ruang luar, yaitu: Yogyakarta. Indonesian Journal of
1. pereduksi panas; Community Engagement. Vol. 01, No. 02,
2. pereduksi polusi; Pp. 172-182.
3. pereduksi bising; Prasetyo, I., Yuliarso, H., & Suparno. (2019).
4. pengolahan air; Penerapan Teori Arsitektur Hijau Pada
5. meneruskan air; Pengolahan Tapak Terminal Bus Tipe A Di
6. penyediaan air; Kulon Progo. Jurnal Senthong, Vol. 2, No.1,
7. sumber energy; Pp 247-256.
8. secondary skin Utami, S., Nugroho, A., & Nikita. (2019).
Konservasi Dengan Rain Water Harvesting
Berdasarkan indikator, objek amatan dan System Sebagai Solusi Efektif Bagi
konsep yang ada, ditentukan metode desainnya Bangunan Sekolah. JPLB, Vol. 3 (No. 1),
merujuk pada tipe rasional. Pp 258-271.
Werdiningsih, H. (2007). Kajian Penggunaan
UCAPAN TERIMA KASIH Tanaman Sebagai Altenatif Pagar Rumah.
Ucapan terima kasih kami sampaikan Jurnal Enclosure Vol. 6 No. 1, Pp 32-39.
kepada nara sumber mengenai arsitektur hijau.

9
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2019 Era Revolusi Industri 4.0
Teknik Sipil dan Perencanaan

Buku Randu Gunting, Kota Tegal. Skripsi. Bogor ,


Agung Murti Nugroho. (2018). Arsitektur Tropis Institut Pertanian Bogor .
Nusantara: Rumah Tropis Nusantara.
Malang: Tim UB Press. Naskah Prosiding
Creswell, J. W. (2016). Buku Research Design Ariestadi, D., Sudikno, A., & Wulandari, L. D.
Pendekatan Metode Kualitatif Kuantitatif (2014 ). Teritori Ruang Hunian Dan Kawasan
Dan Campuran, Edisi 4. Jakarta: Pustaka Pada Arsitektur Rumah Courtyard Di
pelajar. Kampung Arab Gresik. Dipresentasikan di
Karyono, T.K. (2010). Green Architecture: Seminar Nasional Arsitektur Pertahanan
Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau di (ARSHAN) 2014 (pp. 155-164). Malang:
Indonesia. Jakarta: Rajawali UPN “Veteran” Jatim.
Peña, William M; Parshall, Steven A. (2001). Hidayat, S. I. (2017). Green City: Solusi
Problem Seeking: An Architectural Problematika Perkotaan Dalam Dimensi
Programming Primer. New York: John Pembangunan Berkelanjutan.
Willey and Son, Inc. Dipresentasikan di Seminar Nasional
Szokolay, S. V. (2008). Introduction to Perencanaan Pembangunan Inklusif Desa
Architectural Science: The Basis of Kota. Surabaya: UPN “Veteran” Jawa Timur.
Sustainable Design (Vol. 2nd). Oxford: Hosein, A., Aczel, J., Clow, D., & Richardson, J.
Architectural Press (imprint of Elsevier). (2008). Comparison Of Black-Box, Glass-
Box And Open-Box Software For Aiding
Buku Visual Conceptual Understanding. Dipresentasikan
Design Media Publisihings Limited. (2010). Green di Joint Meeting of the 32nd Conference of
Architecture. Hong Kong: Design Media the International Group for the Psychology of
Publising Limited. Mathematics Education, and the XX North
HDII (2013). Karya Desainer Interior Indonesia. American Chapter Vol. 1. Michoacán,
Jakarta: Pustaka Asri. México: PME.
Hindarto, Probo. (2017). 25 Karya Arsitek IAI Nur’aini, R. D., Hantono, D., Razak, A., &
Malang. Malang: IAI Malang dan Penerbit Musyafa, A. (2017). Aplikasi Green Roof
Kota Tua. Pada Bangunan Marina Barrage Singapore.
Taschen. (2009). Yes is More: An Archicomic on Dipresentasikan di Seminar Nasional Sains
Architectural Evolution. Denmark: Bjarke dan Teknologi 1-2 November 2017 (pp. PP
Ingels Group (BIG). 1-6). Jakarta: Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
Skripsi/Tesis/Disertasi Sudarwani, M. M. (2008). Penerapan Green
Cahyawati, P. (2019). Perancangan Sekolah Alam Architecture dan Green Building Sebagai
Di Kabupaten Malang Dengan Pendekatan Upaya Pencapaian Sustainable Architecture.
Arsitektur Biofilik. Skripsi. Surabaya: Tidak Diterbitkan. Semarang, Jawa Tengah:
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel . Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Lukmanniah, P. (2011). Manfaat Kanopi Pohon Universitas Pandanaran .
dalam Upaya Penyimpanan dan Penyerapan Suparwoko, & Dewi, P. (2015). Model Rancangan
Karbon di Kawasan Perumahan Kota Bogor. Rumah Susun Di Kampung Wisata Jetisharjo
Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Yogyakarta Dengan Pendekatan Green
Samudro, S. R. (2016). Desain Taman Landscape Dan Green Facade. Tidak
Lingkungan Berdasarkan Ketentuan Program Diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Islam
Pengembangan Kota Hijau Di Kelurahan Indonesia.

10

Anda mungkin juga menyukai