Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH DAN ASKEP KB HORMONAL

Dosen Pembimbing:

Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. Cici Aprillia 1811B0010


2. Delta Seviana 1811B0014
3. Dominggus Lassa 1811B0020
4. Ersita Wulandari 1811B0026
5. Gusta Marsena Aji 1811B0032
6. Helasari kusumawardhani 1811B0034
7. Isma Nur Anissa 1811B0035
8. Laili Khoirun Nissa 1811B0039
9. Laily Uswatun Nisa 1811B0040
10. Maria Venianti Hale 1811B0048
11. Marlince Baiyo 1811B0049

INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang KB HORMONAL ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Kediri, Januari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1. Latar Belakang.........................................................................................................1
2. Tujuan......................................................................................................................2
3. Manfaat....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3

1. Definisi.....................................................................................................................3
2. Tujuan......................................................................................................................3
3. Jenis-jenis.................................................................................................................3
4. Terapi Komplementer Nutrisi pada Pasien HIV/AIDS............................................4
5. Nutrisi dan ARV......................................................................................................6
6. Penatalaksanaan Diet...............................................................................................7
7. Literatur Jurnal.........................................................................................................8
BAB III PENUTUP.......................................................................................................12

1. Kesimpulan............................................................................................................12
2. Saran.......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Progam KB dan kesehatan reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak
reproduksi sehingga keluarga dapat mengatur waktu jumlah anak, jarak kelahiran
anak secara ideal sesuai dengan keinginan atau tanpa paksaan dari pihak manapun.
Dengan pemenuhan hak-hak reproduksi diharapkan keluarga dapat memiliki anak
yang ideal, kondisi kesehatan seksual dan reproduksi prima dan dapat menikmati
nilai tambah dalam kehidupan social dan aktifitas perekonomian nya. Dampak
pemenuhan hak-hak reproduksi tersebut secara langsung adalah terwujudnya
keluarga kecil sehat dan sejahtera sehingga pada akhirnya dapat terwujud keluarga
yang bahagia.
Kontrasepsi nonhormonal yang digunakan oleh pemakai lebih efektif menekan
tingkat kegagalan dibandingkan alat kontrasepsi hormonal seperti  pil, suntik, susuk.
Alat kontrasepsi nonhormonal memiliki efek samping yang lebih rendah dan harga
lebih terjangkau. Problem KB hormonal biasanya berkaitan dengan fisik seperti
kegemukan, bercak hitam pada kulit, menstruasi yang tidak teratur. Sementara itu
kontrasepsi nonhormonal dapat meminimalkan efek samping tersebut dan hanya
bersifat menghambat pembuahan.
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi yang paling banyak digunakan
wanita di negara-negara maju. Para wanita menggunakannya untuk mencegah
kehamilan. Setiap tahun pasangan menikah pada usia subur semakin meningkat,
diketahui dari data website resmi pemerintah Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010
jumlah pasangan menikah usia subur sebanyak 218.125 pasangan. Kecenderungan
peningkatan pasangan menikah usia subur akan berdampak pada peningkatan angka
kelahiran dan kepadatan penduduk yang nantinya bila tidak diatur akan
mempengaruhi tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup suatu keluarga, sehingga
akan bertolak belakang dengan program pemerintah yaitu mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera. Tata laksana untuk mengatasi permasalahan
tersebut sangat diperlukan, termasuk dalam penggunaan kontrasepsi hormonal baik
berupa estrogen saja maupun kombinasi estrogen dan progesterone (Hartanto, 2004).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi alat kontrasepsi hormonal ?
2. Bagaimana efektivitas (daya guna) kontrasepsi ?
3. Apa saja macam macam alat kontrasepsi hormonal ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif
dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi (Baziad 2008).
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron
memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga
terjadi hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi (Manuaba, 2010).
2.1.1. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal
Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik, terhadap
kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap
perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis,
estrogen dapat menghambat pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH)
sehingga perkembanagan dan kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi.
Disamping itu progesteron dapat menghambat pengeluaran Hormone
Luteinizing (LH). Estrogen mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil
konsepsi mencapai uterus endometrium yang belum siap untuk menerima
implantasi (Manuaba, 2010).
Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan progesterone
bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai puncaknya,
suatu mekanisme umpan balik (feedback) menyebabkan mula-mula
hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan isyarat-isyarat
kepada ovarium untuk mengurangi sekresi dari hormon tersebut dan
menambah sekresi dari hormon lainnya.
Bila terjadi kehamilan, maka estrogen dan progesteron akan tetap
dibuat bahkan dalam jumlah lebih banyak tetapi tanpa adanya puncak-puncak
siklus, sehingga akan mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen bekerja secara
primer untuk membantu pengaturan hormon realising factors of hipotalamus,
membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum di dalam ovarium dan
merangsang perkembangan endometrium. Progesteron bekerja secara primer
menekan atau depresi dan melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus dan
mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini atau prematur dari ovarium, serta
juga merangsang perkembangan dari endometrium (Hartanto, 2002).
Adapun efek samping akibat kelebihan hormon estrogen, efek samping
yang sering terjadi yaitu :
a. Rasa mual,
b. Retensi cairan disebabkan oleh kurangnya pengeluaran air dan
natrium, dan dapat meningkatkan berat badan
c. Sakit kepala disebabkan oleh retensi cairan
d. nyeri pada payudara,
e. dan fluor albus atau keputihan.
f. Rasa mual kadang-kadang disertai muntah,
g. diare, dan rasa perut kembung.

Kepada penderita pemberian garam perlu dikurangi dan dapat


diberikan diuretik. kadang efek samping demikian mengganggu akseptor,
sehingga hendak menghentikan kontrasepsi hormonal tersebut.
Dalam kondisi tersebut, akseptor dianjurkan untuk melanjutkan
kontrasepsi hormonal dengan kandungan hormon estrogen yang lebih rendah.
Selain efek samping kelebihan hormon estrogen.
Hormon progesteron juga memiliki efek samping jika dalam dosis yang
berlebihan dapat menyebabkan :
a. perdarahan tidak teratur,
b. bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya berat badan,
c. acne (jerawat),
d. alopsia,
e. kadang-kadang payudara mengecil,
f. fluor albus (keputihan), hipomenorea. Fluor albus yang kadang-
kadang ditemukan pada kontrasepsi hormonal dengan progesteron
dalam dosis tinggi, disebabkan oleh meningkatnya infeksi dengan
candida albicans (Wiknjosastro, 2007).
Komponen estrogen menyebabkan mudah tersinggung, tegang, retensi
air, dan garam, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala,
perdarahan banyak saat menstruasi, meningkatkan pengeluaran leukorhea,
dan menimbulkan perlunakan serviks. Komponen progesteron menyebabkan
payudara tegang, acne (jerawat), kulit dan rambut kering, menstruasi
berkurang, kaki dan tangan sering kram (Manuaba, 2010).
2.1.2. Macam –Macam Alat Kontrasepsi Hormonal
1. Kontrasepsi Pil
a) Definisi
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium
selama siklus haid yang normal, sehingga juga menekan
releasingfactors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi. Pemberian
Pil Oral bukan hanya untuk mencegah ovulasi, tetapi juga
menimbulkan gejala-gejala pseudo pregnancy (kehamilan palsu)
seperti mual, muntah, payudara membesar, dan terasa nyeri
(Hartanto, 2002).
b) Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5- 99,9% dan
97% (Handayani, 2010).
1) Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a. Monofasik :
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengamdung hormon aktif
estrogen atau progestin, dalam dosisi yang sama, dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif, jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap hari.
b. Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen, progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet
tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi.
c. Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen atau progestin, dengan tiga dosis yang berbeda
7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari.
2) Cara kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010) yaitu:
 Menekan ovulasi
 Mencegah implantasi
 Mengentalkan lendir serviks
 Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu.
 Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu:
a) Tidak mengganggu hubungan seksual
b) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
c) Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
d) Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopause
e) Mudah dihentikan setiap saat
f) Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan
g) Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea.
a. Keterbatasan KB Pil menurut Sinclair (2010) yaitu:
 Amenorhea
 Perdarahan haid yang berat
 Perdarahan diantara siklus haid
 Depresi
 Kenaikan berat badan
 Mual dan muntah
 Perubahan libido
 Hipertensi
 Jerawat
 Nyeri tekan payudara
 Pusing
 Sakit kepala
 Kesemutan dan baal bilateral ringan
 Mencetuskan moniliasis
 Pelumasan yang tidak mencukupi
 Perubahan lemak
 Disminorea
 Kerusakan toleransi glukosa
 Hipertrofi atau ekropi serviks
 Perubahan visual
 Infeksi pernafasan
 Peningkatan episode sistitis
 Perubahan fibroid uterus.
2. Kontrasepsi Suntik

a. Efektivitas kontrasepsi Suntik.


Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik mempunyai
efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun, jika
penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.
DMPA maupun NET EN sangat efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari
1 per 100 wanita akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA
dan 2 per 100 wanita per tahun pemakain NET EN (Hartanto, 2002).

a. Jenis kontrasepsi Suntik


Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang
hanya mengandung progestin, yaitu :

a). Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang


diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik intramuscular (di daerah
pantat).
b). Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg
Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik
intramuscular (di daerah pantat atau bokong).
b. Cara kerja kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a). Mencegah ovulasi
b). Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma
c). Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
d). Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.
c. Keuntungan kontrasepsi Suntik
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah kehamilan
jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak mengandung
estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan
gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek samping sangat
kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan
usia lebih 35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker
endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak payudara,
dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul (Sulistyawati, 2013).
d. Keterbatasan
Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013)
yaitu:
a). Gangguan haid
b). Leukorhea atau Keputihan
c). Galaktorea
d). Jerawat
f). Rambut Rontok
g). Perubahan Berat Badan
1. Kontrasepsi Implant
a) Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
1. Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena, Indoplant,
atau Implan.

 Nyaman
 Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
 Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
 Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
 Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak, dan
amenorea
 Aman dipakai pada masa laktasi.
b). Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
 Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6 mg levonorgestrel dan
lama kerjanya 5 tahun.
 Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40
mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3- Keto-desogestrel dan
lama kerjanya 3 tahun.
 Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg.
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
c). Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
 Lendir serviks menjadi kental
 Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
 Mengurangi transportasi sperma
 Menekan ovulasi.
d). Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
 Daya guna tinggi
 Perlindungan jangka panjang
 Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
 Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
 Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
 Tidak mengganggu ASI
 Klien hanya kembali jika ada keluhan
 Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
 Mengurangi nyeri haid
 Mengurangi jumlah darah haid
 Mengurangi dan memperbaiki anemia
 Melindungi terjadinya kanker endometrium
 Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara
 Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
 Menurunkan kejadian endometriosis.
e). Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu: Pada
kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan
bercak (spooting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid, serta
amenorhea.
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI DENGAN ALAT KONTRASEPSI

1. PENGKAJIAN
A. Identitas
Meliputi nama, alamat, pekerjaan, jenis kelamin, umur, agama, dll.
B. Wawancara

1.    Jumlah anak yang direncanakan

2.    Adakah masalah dalam kehamilan yang lalu seperti mual-mual dan lain-lain ?

3.   Apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya?

4.    Adakah keluhan dalam penggunaan kontrasepsi: mual, pendarahan, nyeri saat


berhubungan, infeksi atau haid tidak teratur dan sebagainya

5.    Riwayat social: adakah pantangan yang berkaitan dengan budaya /kultur,


kebiasaan merokok

6.     Harapan pada jenis kelamin anak tertentu

7.    Riwayat menstruasi, KB hormonal biasanya menyebabkan gangguan siklus haid


seperti amenore, spotting, metroragia,

C.  Pemeriksaan Fisik

a.   Keadaan umum: adakah tanda-tanda ibu sedang sakit yang tampak dari anemia,
kelemahan, berat badan/tinggi badan,

b.    Tanda – tanda vital : Tekanan Darah biasanya tinggi, Efek dari hormonal, Nadi
cepat, Napas terkadang sesak, suhu terkadang tinggi karena respon tubuh
terhadap pemasangan AKDR.

c.    Muka periksa adanya oedema, jerawat, hyperpigmentasi (efek hormonal).


d.    Kardiovaskuler : Palpitasi.

e.    Dada : pernapasan kadang sesak.

f.     Payudara : hyperpigmentasi

g.    Abdomen : nyeri, mules, muntah-muntah, mual (efek AKDR)

h.    Vagina : Periksa adakah blood show, keluar darah pervaginam, varises, ukuran
uterus yang mengalami kelainan

i.     Ekstremitas : Adakah edema, varises pada ekstrimitas, bekas insisi post


pemasangan implant pada tangan atas.

D.  Pemeriksaan Penunjang

Hampir tidak ada pemeriksaan penunjang kecuali ada riwayat perdarahan, maka diperiksa:

a.    Hb, biasanya < 10gr/dl

b.    Trombosit (biasanya normal / turun bila perdarahan hebat)

c.    Leukosit (biasanya sedikit meningkat >10000/mm3)

4.    Pemeriksaan Psikososial

a.    Pastikan keinginan KB dari klien dan suami tanpa paksaan

b.    Adakah keyakinan / pandangan terkait dengan penggunaan kontrasepsi

c.    Adakah ketakutan dengan prosedur pemasangan alat kontrasepsi

d.    Status kesehatan ibu, sosial budayanya terkait dengan hal ini tingkat penghasilan,
pengetahuan dan jarak dengan tempat pelayanan kesehatan untuk kontrol lainnya.
BAB IV

PENUTUP

4.1     KESIMPULAN

Pengertian dari KB yaitu tindakan yang membantu individu atau pasngan


untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval kelahiran,
mengontrol kartu keturunan dalam hubungan dengan umur pasanngan suami istri dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga(Hartanto, 2003). Dalam pelaksanaan program
KB biasanya digunakan alat kontrasepsi yang digunakan untuk mengatur
/mengendalikan pertumbuhan penduduk khususnya di Indonesia. Pengertian dari
kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi yaitu bertemunya sel
sperme dan ovum. Dalam pelayanan KB ada berbagaimacam cara untuk mencegah
konsepsi salah satunya dengan menggunakan AKDR. Dalam penggunaan AKDR juga
terdapat manfaat, keuntungan serta kerugian dari penggunaan AKDR tersebut. Masalah
yang timbul dari penggunaan AKDR tersebut juga diharapkan bisa teratasi dengan
beberapa cara antara lain dengan memperhatikan cara pemakaian yang benar, efek
samping serta konseling bagi pengguna oleh tenaga kesehatan.

4.2    SARAN

1.      Bagi pengguna alat kontrasepsi AKDR Pengguna hendaknya mengetahui terlebih


dahulu alat kontrasepsi yang akan di pakai dengan cara bertanya hal yang ingin
diketahui ke tenaga kesehatan.

2.      Bagi tenaga kesehatan

a.    Sebagai tenaga kesehatan hendakna meningkatkan keterampilannya memasang


AKDR yang baik dan sesuai prosedur.

b.   Sebelum memasang AKDR pada klien jangan lupa untuk melakukan


infomconsent pada klien.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafi Hartanto.2007.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta : YBPSP

http://makravela.blogspot.co.id/2016/05/kontrasepsi-mantap.html diakses tanggal 28 agustus


2016

Ida Ayu Chandranika.2010.Pedoman Penaganan Efek Samping / komplikasi Kontraepsi.


Jakarta : YBPSP
Sarwono Prawiro hardjo. 2008. Buku panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta:
YBPSP

Sarwono Prawirohardjo.2008.Informasi Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: BBKBN

Prawihardjo, Sarwono. 2006. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta : yayasan
bina pustaka

Prawihardjo, Sarwono. 1999. Ilmu kandungan, edisi kedua cetakan ketiga. Jakarta :  yayasan
bina pustaka

Prawihardjo, Sarwono. 2002. Ilmu kebidanan, edisi ketiga cetakan keenam. Jakarta : yayasan
bina pustaka

Anda mungkin juga menyukai