Anda di halaman 1dari 12

Hubungan Antara Prostitusi dan kemiskinan

Oleh:

Jovanus Adam XIIS2/14

Ian Cayo Suseno XIIS1/13

SMA SANTA LAURENSIA

JL. SUTERA UTAMA NO. 1 ALAM SUTERA

TANGERANG SELATAN

2020-2021

BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Kata ‘prostitute’ merujuk pada kata keterangan yang berarti WTS atau sundal dikenal
pula dengan istilah Wanita Tuna Susila (WTS). Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) WTS adalah orang celaka atau perihal menjual diri (persundalan) atau orang sundal.
Prostitusi juga dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang bersifat menyerahkan diri atau
menjual jasa kepada umum untuk melakukan perbuatan-perbuatan seksual dengan mendapatkan
imbalan sesuai dengan apa yang diperjanjikan sebelumnya. Seseorang yang menjual jasa seksual
disebut WTS, yang kini kerap disebut dengan istilah Pekerja Seks Komersial (PSK).

Profesi ini sudah lama ada dan semakin lama profesi ini akan semakin rumit di negara
yang ekonominya yang bagus dan itu merupakan hal yang bagus, karena artinya untuk
mendapatkan jasa seks di zaman kini lebih sulit yang disebabkan oleh meningkatnya ekonomi
suatu negara, Keadaan ekonomi suatu negara sangat menentukan tingkat kemiskinan dari negara
tersebut.”Bahkan keluarga di negara-negara miskin memilih menjual anak-anak mereka untuk
dijadikan budak.” Berikut adalah kutipan dari artikel yang berjudul “Wanita Negara Miskin Pilih
Jadi PSK”(Republika.co.id,2020). Ini menjelaskan kalau di negara yang lebih miskin, penjualan
jasa seks atau prostitusi lebih banyak karena secara bisnis, “supply” lebih banyak hingga
“supply” tersebut diperjualbelikan ke negara lain dan itu dinamakan “human trafficking”. Angka
permintaan prostitusi juga meningkat , sejak 2009 angka prostitusi meningkat 150 persen hingga
rasio supply dan demandnya mencapai 1:26( Republika.co.id,2020).

Selain Narkoba dan alkohol, permintaan layanan jasa PSK di Indonesia sangatlah tinggi
dan itu bisa dilihat dari jumlah perputaran uang di sektor prostitusi yang tercatat sebesar Rp 32
Triliun tiap tahunnya (Kompasiana,2019), ini membuktikan kalau tidak hanya ketersediaan PSK
yang membuat angka ini sangat besar, tetapi juga dari permintaannya yang sangat banyak.
Dengan permintaan yang banyak artinya banyak orang yang mampu membayar untuk jasa
tersebut biasanya lebih berkecukupan. Kami memilih topik ini karena topik “Hubungan Antara
Prostitusi dan Kemiskinan” sangat menarik. Seperti yang kami telah informasikan, alasan
prostitusi marak di negara miskin adalah karena banyaknya jumlah PSK tetapi jumlah
permintaan prostitusi lebih banyak di negara maju, jadi pada penelitian ini kami akan menggali
alasan dan apa hubungan dari kemiskinan dan prostitusi di Indonesia. Kalau topik ini tidak
dibahas orang hanya bisa fokus pada gambaran kecilnya seperti menjelekan atau berasumsi kalau
maraknya prostitusi dikarenakan oleh faktor tersedianya PSK yang sangat banyak dan langsung
menyalahkan PSK, sedangkan masih banyak faktor seperti keadaan ekonomi negara yang
berkembang maupun maju , kasus prostitusi selalu masih ada dan setiap kasus prostitusi tentu
akan ada hubungannya dengan “human trafficking”

1.2.1 Rumusan Masalah


1. Apakah ada hubungan antara keadaan ekonomi masyarakat Indonesia dengan prostitusi?
2. Bagaimana cara mencegah atau mengurangi kasus prostitusi?

1.2.2 Pernyataan Permasalah


Pada era ini banyak sekali kasus prostitusi yang bisa berdampak fatal bagi korban seperti HIV,
AIDS, dll.

1.2.3 Pernyataan Tesis


Kemiskinan memiliki hubungan yang erat dengan prostitusi.

1.3 Batasan Masalah


Penelitian ini akan fokus meneliti kasus prostitusi dan keadaan ekonomi di Indonesia.
Subjek penelitian kami adalah segala kalangan di Indonesia

1.4 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui informasi tentang keadaan ekonomi Indonesia bisa berkaitan/mempengaruhi
kasus prostitusi di Indonesia.
2. Bisa membantu masyarakat Indonesia untuk menyadarkan diri dari bahaya prostitusi.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Mengetahui informasi lebih tentang keadaan prostitusi di Indonesia.
2. Bisa mendidik masyarakat Indonesia untuk lebih berhati-hati dalam hal prostitusi.
3. Memberi informasi lebih tentang keadaan prostitusi di Indonesia yang berkaitan dengan
keadaan ekonomi

BAB II
Landasan Teori dan Metode Penelitian
2.1 teori jurnal
2.1.1 Prostitusi
Definisi Prostitusi atau disebut juga pelacuran adalah tindakan melakukan hubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan yang bukan istri atau suaminya, yang dilakukan
ditempat-tempat tertentu (lokalisasi, hotel, tempat rekreasi dan lain-lain), yang pada umumnya
mereka mendapatkan uang setelah melakukan hubungan badan (Dewi, 2012). Perkins dan
Bennet dalam Koentjoro (2004), mendefinisikan pelacuran sebagai transaksi bisnis yang
disepakati oleh pihak yang terlibat sebagai sesuatu yang bersifat kontrak jangka pendek yang
memungkinkan satu orang atau lebih mendapatkan kepuasan seks dengan metode yang beraneka
ragam. Senada dengan hal tersebut, Supratiknya (1995) menyatakan bahwa prostitusi atau
pelacuran adalah memberikan layanan hubungan seksual demi imbalan uang.

2.1.2 Kemiskinan
Definisi kemiskinan menurut Soerjono Soekanto adalah suatu keadaan dimana seseorang
tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga
tidak mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.
Sedangkan Gillin Gillin mengartikan kemiskinan sebagai kondisi ketika seseorang tidak dapat
mempertahankan skala hidup yang cukup tinggi untuk memberikan efisiensi fisik dan mental
untuk memungkinkan dia dan keluarganya menjalankan fungsi sebagaimana mestinya sesuai
dengan standar masyarakat baik karena pendapatan yang tidak memadai ataupun pengeluaran
yang tidak bijaksana. Selanjutnya Supriatna (1997:90) menyatakan bahwa kemiskinan adalah
situasi yang serba terbatas yang terjadi bukan atas kehendak orang yang bersangkutan. Suatu
penduduk dikatakan miskin bila ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas kerja,
pendapatan, kesehatan dan gizi serta kesejahteraan hidupnya, yang menunjukkan lingkaran
ketidakberdayaan. Kemiskinan bisa disebabkan oleh terbatasnya sumber daya manusia yang ada
di daerah tersebut , baik lewat jalur pendidikan formal maupun nonformal yang pada akhirnya
menimbulkan konsekuensi terhadap rendahnya pendidikan informal.
Kemiskinan seringkali terjadi karena pengangguran dan juga kurangnya tingkat
pendidikan. Semakin banyak pengangguran, semakin banyak pula orang-orang miskin yang ada
di sekitar. Karena pengangguran atau orang yang menganggur tidak bisa mendapatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Padahal kebutuhan setiap manusia itu
semakin hari semakin bertambah. Selain itu pengangguran juga menimbulkan dampak yang
merugikan bagi masyarakat, yaitu pengangguran dapat menjadikan orang biasa menjadi pencuri,
perampok, mengemis dan ada juga yang menjual tubuhnya atau menjadi PSK. Kemudian dengan
tidak adanya keterampilan, ilmu pengetahuan, dan wawasan yang lebih, masyarakat tidak akan
mampu memperbaiki hidupnya menjadi lebih baik. Karena dengan pendidikan masyarakat bisa
mengerti dan memahami bagaimana cara untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
kehidupan manusia. Dengan belajar, orang yang semula tidak bisa menjadi bisa, salah menjadi
benar, dsb. Maka dengan tingkat pendidikan yang rendah masyarakat akan dekat dengan
kemiskinan. Oleh karena itu kedua hal ini bisa menjadi penyebab meningkatnya prostitusi di
Indonesia. Untuk lebih mengenal dunia pendidikan nasional, berikut ini adalah data peserta didik
di Indonesia menurut jenjang pendidikan Tahun Ajaran (TA) 2017/2018. Jumlah peserta didik
untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 25,49 juta jiwa atau sebesar 56,26% dari total
peserta didik yang mencapai 45,3 juta jiwa. Adapun peserta didik Sekolah Menengah Pertama
(SMP) mencapai 10,13 juta jiwa (22,35%),untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) mencapai 4,78
juta jiwa (10,56%) dan untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak 4,9 juta jiwa
(10,83%)(Databoks,2018). Bisa dilihat kalau semakin tinggi tingkat sekolah , semakin sedikit
peserta didiknya, ini menunjukan kalau banyak anak-anak yang putus sekolah, Faktor internal
diantaranya pendapatan kepala keluarga dan tingkat pendidikan kepala keluarga. Faktor eksternal
diantaranya budaya masyarakat. Faktor-faktor tersebut diduga menjadi faktor penyebab besar
terhadap paradigma orangtua tentang pentingnya pendidikan. Selain itu terdapat faktor lain yang
juga berperan untuk meningkatkan perkembangan pendidikan anak yaitu tingkat kesadaran
kepala keluarga dalam hal pendidikan. Apabila semakin rendah tingkat kesadaran kepala
keluarga dalam hal pendidikan maka kesadaran anak untuk sekolah juga rendah dengan demikian
tingkat anak putus sekolah semakin meningkat(Wassahua,2018).
2.1.3 Pengaruh kemiskinan terhadap prostitusi
Prostitusi sudah menjadi masalah bagi negara Indonesia dari dulu. Prostitusi merupakan
pekerjaan yang dilakukan mucikari dan didalamnya terdapat wanita-wanita yang dipekerjakan.
Wanita-wanita yang dipekerjakan biasanya wanita-wanita yang berekonomi rendah, ilmu
pengetahuan yang rendah, serta keterampilan yang rendah. Menurut data dari DepKes dalam
Nanik, dkk (2012) di Indonesia terdapat sebanyak 99.105 pekerja prostitusi. Artinya, masih
banyak sekali masyarakat Indonesia yang menggantungkan kebutuhan ekonominya pada
kegiatan prostitusi. Kegiatan prostitusi bisa dibilang sangat berpengaruh pada keadaan ekonomi
di Indonesia. Sebagai pekerja mungkin seringkali terjadi dilema bahwa prostitusi bisa menjadi
berkah untuk meningkatkan ekonomi, bahkan bisa meningkatkan ekonomi suatu daerah, tetapi
dibalik itu ada dampak negatif yang bisa merusak negara Indonesia yaitu merusak budaya dan
menyebarkan HIV/AIDS. Namun, adanya prostitusi merupakan alternatif ekonomi bagi kaum-
kaum marjinal perkotaan, terutama wanita dengan kemampuan ekonomi rendah. Selain itu,
perputaran ekonomi yang dihasilkan prostitusi terhitung sangat besar. Legalnya prostitusi di
Indonesia memberi dampak yang cukup besar pada ekonomi dan sosial. 2 aspek ini memberi
pengaruh dalam pembangunan negara yang berkembang yang menerapkan peraturan/kebijakan
ini. Dampak yang ditimbulkan semua ada pengaruh dari adanya bisnis prostitusi ini. Meskipun
prostitusi bisa meningkatkan ekonomi, tetapi cara ini tergolong salah dan tidak baik karena
sebagai contoh di Belanda ( negara yang melegalkan prostitusi). Di Belanda, untuk kegiatan
prostitusi di bawah umur meningkat drastis pada tahun 1900 an.

2.1.4 Hukum
Dalam hukum pidana umum, persoalan prostitusi diatur hanya dalam Pasal 298 KUHP. Pasal ini
melarang siapa saja yang menjadikan sebagai mata pencaharian atau kebiasan dan mengambil
keuntungan atas kegiatan cabul yang dilakukan oleh orang lain dan ancaman pidananya
maksimum 1 tahun 4 bulan. Pasal ini ditafsirkan oleh ahli hukum pidana Indonesia sebagai pasal
yang mengancam pidana para germo, mucikari atau pemilik dan atau pengelola rumah
berdiri(Sofian,2019). Sedangkan prostitusi online, undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE) yaitu UU No. 11 tahun 2008 pun tidak memberikan ancaman pidana atas
sebuah tindakan pelacuran online yang dikelola oleh si prostitusi kepada pelanggan-pelanggan.
Pasal 27 ayat (1) UU ITE memberikan ancaman hanya pada perbuatan yang mendistribusikan,
mentransmisikan, atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik yang melanggar
kesusilaan. Informasi elektronik yang melanggar kesusilaan menurut tafsir dari ilmuwan hukum
pidana diantaranya adalah berupa gambar, video, percakapan, animasi, sketsa yang mengandung
konten kecabulan, persetubuhan, kekerasan seksual, alat kelamin. Objek perbuatan kesusilaan
ini pun harus disebarluaskan ke publik melalui media elektronik (email, media sosial, atau
layanan pesan singkat). Mengacu pada ketentuan UU-ITE, jika perbuatan yang dilakukan berisi
pesan untuk melacurkan dirinya tetapi tidak disebarluaskan ke publik maka tidak memenuhi
unsur dari pasal 27 ayat (1) UU-ITE(detiknews,2019). Jadi, walaupun Indonesia adalah negara
yang memiliki pengaruh agama yang kuat, hukum-hukum mengenai prostitusi tidak tegas dan
hanya sebatas untuk melindungi anak dibawah umur dari prostitusi dan percabulan.

2.2 Sampel dan tempat penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Indonesia

2.3 Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dalam periode tahun 2020

2.4 Metode analisis

Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode mencari data, karena penelitian ini
membutuhkan data atau keterangan yang faktual, kemudian kami menganalisis dan mencari
jawabannya.
BAB 3

3.1 Hasil penelitian

3.1.1 Hubungan antara keadaan ekonomi Indonesia dengan prostitusi


Salah satu cara melihat kondisi ekonomi sebuah negara bisa dari tingkat kemiskinan, nilai tukar
mata uang dan tingkat pendidikan, Indonesia masih memiliki ekonomi yang kurang stabil dan Indonesia
sekarang menempati sebagai negara ke-12 dengan bisnis prostitusi terbesar di dunia dengan penghasilan
2,25 miliar USD pertahunnya (Liputan6,2019). Faktor yang menyebabkan Indonesia memiliki salah satu
bisnis prostitusi terbesar adalah tingkat kemiskinan yang tinggi dan juga tingkat pendidikan yang kurang,
walaupun masih ilegal di Indonesia untuk mengakses layanan seks , masih saja banyak yang berminat dan
resikonya adalah rusaknya budaya , seks sebelum kawin dan penyakit seks seperti HIV atau AIDS yang
belum ada obatnya. Selain Indonesia, banyak negara berkembang lainnya yang memiliki bisnis prostitusi
terbesar di dunia, seperti India yang menempati peringkat ke-7 dengan penghasilan 8,4 Miliar USD
pertahunnya(liputan6,2019).
Sedangkan di negara-negara eropa yang maju dan ekonomi yang stabil bahkan melegalkan
prostitusi karena prostitusi dianggap seperti profesi yang memerlukan bakat dan sebuah seni karena
memang semua pekerja prostitusinya diperiksa secara medis (BBC,2019). Kami bisa menyimpulkan
kalau hubungan prostitusi dan ekonomi di negara maju dan negara berkembang berbeda, jika negara
berkembang memiliki bisnis prostitusi yang besar memiliki faktor seperti tingkat kemiskinan dan
pendidikan yang rendah , dimana masyarakat miskin tidak memiliki pendidikan dan akhirnya terpaksa
untuk bekerja sebagai PSK untuk bertahan hidup, tetapi kalau di negara maju bisnis prostitusi bisa besar
adalah karena dilegalkan seperti di Jerman , Belanda dan Swiss.
3.1.2 Solusi
Menurut kami, solusi yang sesuai untuk Indonesia adalah melegalkan prostitusi. Dengan
melegalkan prostitusi, masalah penyakit seks dan rusaknya budaya akibat prostitusi akan menurun karena
akan terbentuk sebuah standar kesehatan dimana PSK akan dites STD(sexual transmitted disease) seperti
Syphilis, HIV, AIDS, dan Gonorrhea. Selain itu, akan lebih ada pengawasan terhadap
pelanggannya yang bisa jadi anak dibawah umur . Tidak hanya itu, pemerintah juga bisa
mengendalikan sektor bisnis tersebut dan bisa menguranginya karena apabila sudah legal, semua
operasi dan usaha tersebut akan berada dibawah pengawasan pemerintah.
3.2 Analisis penelitian relevan
Di analisis ini, kami akan membandingkan dua penelitian yang relevan dengan topik kami, judul dari
penelitian yang pertama adalah “Dampak Lokalisasi Prostitusi Terhadap Perilaku Remaja Di Sekitarnya”
ditulis oleh Abdi Sitepu. Penelitian ini membahas tentang penyebab remaja terlibat dalam bisnis seks.
Remaja merupakan kelompok masyarakat yang memiliki kedudukan strategis dalam kehidupan bangsa.
Kemudian remaja juga sangat rawan karena remaja memiliki ciri sebagai orang yang belum matang
terutama dalam menerima nilai-nilai. Peneliti membuktikan bahwa remaja seharusnya belum melakukan
seks tetapi sudah banyak yang melakukan seks. Usaha mengajak remaja untuk terlibat dalam bisnis seks
sangat berbahaya karena sifat remaja yang mudah terpengaruh.

Penelitian kedua berjudul “Kemiskinan, Keluarga dan Prostitusi pada Remaja” ditulis oleh Lutfi
Irwansyah. Penelitian tersebut membahas tentang faktor-faktor dari remaja yang beralih ke prostitusi.
Berdasarkan penelitiannya, prostitusi merupakan merupakan permasalahan kompleks yang dalam
pembahasannya perlu penelitian mendalam. Berikut adalah pembahasan dari penelitian tersebut :
“Koentjoro (2004) mengatakan bahwa secara umum terdapat lima alasan yang paling berpengaruh dalam
menuntun seorang perempuan menjadi seorang pekerja seks komersial diantaranya adalah materialisme,
modeling, dukungan orangtua/keluarga, lingkungan yang permisif, dan faktor ekonomi. Keluarga sebagai
madrasah pertama dalam kehidupan manusia, seringkali menjadi faktor penyebab timbulnya praktek
prostitusi. Kondisi keluarga yang tidak harmonis, sering terjadinya kekerasan dalam rumah tangga
termasuk penderaan pada anak (child abuse) juga menjadi faktor timbulnya tindakan prostitusi. Senada
dengan hasil penelitian Umroh (dalam Suyanto, 2002) yang menyatakan bahwa sebagian remaja
perempuan terpaksa menjadi pekerja seks komersial (PSK) karena lari dari rumah akibat kurangnya
perhatian orang tua, ketidak harmonisan dalam keluarga serta korban tindak kekerasan (child abuse).
Sebagian lain dikarenakan kemiskinan, dorongan memenuhi kebutuhan mengikuti gaya hidup kehidupan
urban yang konsumtif dan hedonis, serta sebagian lagi dikarenakan dorongan untuk memenuhi kecanduan
akan psikotropika dan obat obatan terlarang.”

Dari kedua penelitian yang relevan kami bisa simpulkan kalau keduanya memiliki kata kunci yang sama
yaitu remaja dan prostitusi, kedua penelitian tersebut membahas kalau remaja-remaja memiliki
kedudukan yang penting untuk bangsa namun mereka bisa dengan mudah beralih ke prostitusi. Dampak
dari hal tersebut dibahas di penelitian pertama yang ditulis oleh Abdi Sitepu, sedangkan faktor-faktor atau
penyebabnya dibahas di penelitian kedua yang ditulis oleh Lutfi Irwansyah.
BAB 4

4.1 Kesimpulan
Kata ‘prostitute’ merujuk pada kata keterangan yang berarti WTS atau sundal dikenal pula
dengan istilah Wanita Tuna Susila (WTS). kamus besar bahasa indonesia mengatakan WTS adalah orang
celaka atau perihal menjual diri (persundalan) atau orang sundal. Seseorang yang menjual jasa seksual
disebut WTS, atau dikenal dengan istilah Pekerja Seks Komersial (PSK). Prostitusi juga dapat diartikan
sebagai suatu pekerjaan yang bersifat menyerahkan diri atau menjual jasa kepada umum untuk melakukan
perbuatan-perbuatan seksual dengan mendapatkan imbalan sesuai dengan apa yang diperjanjikan
sebelumnya.

Setelah melalui proyek penelitian yang berjudul “ Hubungan Antara Prostitusi dan Ekonomi”,
dapat disimpulkan bahwa hubungan prostitusi dengan ekonomi adalah prostitusi termasuk bagian dari
profesi pekerjaan walaupun di Indonesia masih ilegal, karena penghasilan yang didapat dari prostitusi ini
cukup besar. Bahkan prostitusi bisa menaikan ekonomi negara secara resmi kalau dilegalkan, tetapi kami
berharap pekerjaan ini tidak menjadi pilihan utama bagi masyarakat terutama remaja karena prostitusi
tidak bisa dibanggakan.

Kemudian penyebab utama prostitusi ialah banyaknya orang yang ekonominya rendah dan
kurang pendidikan atau bahkan tidak berpendidikan (perempuan) sehingga mau menjadi PSK karena
dalam pikiran mereka sudah tidak bisa mencari uang untuk hidup, maka mereka menawarkan tubuh
mereka untuk mencari uang. Setelah itu kami juga dapat menyimpulkan bahwa negara yang penduduknya
banyak tetapi penghasilan atau keadaan ekonominya kecil persentase prostitusinya pasti besar

4.2 Saran

4.2.1 Saran untuk peneliti selanjutnya


Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk menganalisis lebih jauh tidak hanya hubungan dengan
ekonomi, tetapi juga pendidikan dan lain-lain serta mencari bukti yang lebih banyak sehingga
hasil akan lebih valid.
4.2.2 Saran untuk remaja
Bagi remaja diharapkan untuk lebih mementingkan pendidikan sehingga akan mendapatkan
pekerjaan yang resmi dan baik untuk masa depan Indonesia. Kemudian jika ada yang
menawarkan untuk menjadi bagian usaha prostitusi diharapkan untuk menolak.

4.2.3 Saran untuk pemerintah


Bagi pemerintah diharapkan mengawasi dan rutin melakukan sidak ke tempat-tempat prostitusi,
dan juga dilegalkan sehingga terdapat aturan yang ketat. Dengan dilegalkannya prostitusi, korban
akan mendapat perlindungan serta mengurangi persentase terjadinya HIV, dll.

4.2.4 Saran untuk orang tua


Bagi orang tua diharapkan untuk mendidik dan mengawasi anak dengan baik sehingga penerus
bangsa Indonesia tidak terjerumus pada hal yang tidak benar.
DAFTAR PUSTAKA

Liputan6.com. (n.d.). Liputan6. Retrieved October 05, 2020, from


https://www.liputan6.com/tag/prostitusi-online\

Humas. (2017, October 17). Kemiskinan dan Lingkungan Permisif Bisa Dorong Remaja Terlibat
Prostitusi. Retrieved October 05, 2020, from https://www.uii.ac.id/kemiskinan-dan-lingkungan-
permisif-bisa-dorong-remaja-terlibat-prostitusi/

(n.d.). Retrieved October 05, 2020, from https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/kenapa-prostitusi-


daring-marak-di-indonesia

Kemiskinan Jadi Penyebab Maraknya Prostitusi di Ibu Kota. (n.d.). Retrieved October 05, 2020,
from https://era.id/afair/5965/kemiskinan-jadi-penyebab-maraknya-prostitusi-di-ibu-kota

Tahrus & Previo. Retrieved December (2018) from


https://www.researchgate.net/publication/329911818_Dilema_Prostitusi_dan_Ekonomi_Dalam_
Pembangunan_DKI_Jakarta

https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-kemiskinan-menurut-para-ahli/

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2016/06/9-pengertian-kemiskinan-menurut-para-ahli-
dan-penyebabnya-lengkap.html

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/05/02/berapa-jumlah-peserta-didik-
indonesia#:~:text=Untuk%20lebih%20mengenal%20dunia%20pendidikan,mencapai
%2045%2C3%20juta%20jiwa.

http://mpsi.umm.ac.id/files/file/213-%20218%20lutfi%20irwansyah.pdf

file:///Users/iansuseno/Downloads/199-577-1-SP.pdf

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK PUTUS SEKOLAH DI KAMPUNG WARA


NEGERI HATIVE KECIL KOTA AMBON

https://business-law.binus.ac.id/2019/01/15/prostitusi-online-dalam-hukum-pidana-
indonesia/#:~:text=Dalam%20hukum%20pidana%20umum%2C%20persoalan,maksimum
%201%20tahun%204%20bulan.

Anda mungkin juga menyukai