Anda di halaman 1dari 21

MODUL PERKULIAHAN

Teknologi
Sistem
Bangunan
POKOK BAHASAN

Tekno Ekonomi 2

Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh

14
Fakultas Teknik Program W121700024 Ir.Muji Indarwanto, MM. MT.
Studi Arsitektur

Abstract Kompetensi
Mata kuliah ini membahas tentang Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkanan
bagaimana analisis teknoekonomi perlu dapat mengetahui bahwa suatu bangunan harus
dilakukan pada saat dilaksanakannya proses memenuhi persyaratan teknis (technically
perancangan yang berorientasi pada rentang possible) dan kelaikan secara ekonomis
waktu pemanfaatan bangunan di masa (economically feasible).
mendatang.

I. Penilaian Terhadap Waktu

Dalam analisa tekno ekonomi diperlukan nilai-nilai tertentu yang dijadikan dasar bagi
perhitungan selanjutnya. Nilai-nilai yang diperlukan untuk menentukan besarnya biaya,
sebagaimana telah dijelaskan pada uraian sebelumnya adalah: harga satuan tanah dan
harga satuan bangunan gedung, yang jika dikalikan dengan jumlah luas lantai (luas lantai
bruto) akan menghasilkan biaya bangunan. Selanjutnya adalah biaya tidak langsung, berupa
biaya yang diperlukan untuk jasa profesional, biaya perijinan dan administrasi serta biaya
bunga modal pinjaman (‘cost of money’ atau ‘financing cost’).

Dengan demikian nilai investasi proyek yang dihitung, bukan nilai awal (P o – uang pokok),
sebelum proyek dibangun, tetapi nilai setelah proyek selesai dibangun (Pn – FV, Future
Value’), yang besarnya tergantung dari besarnya nilai suku bungan (‘i – interest’) dan lama
pekerjaan konstruksi (n tahun). Nilai FV diperoleh dengan:

Pn  Po 1  i 
n
Persamaan 11.3.

Di mana : Pn adalah nilai kemudian


Po adalah uang pokok
i adalah tingkat suku bunga (%)
n adalah lama pekerjaan konstruksi (tahun)

Untuk nilai Po = 1,000, maka besar nilai kemudian (FV – future value’), menjadi:

FV  1  i 
n
Persamaan 11.4.

2020 Teknologi Sistem Bangunan


2 Dr. Ir.Muji Indarwanto, MT. MM.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Nilai kemudian dari 1,000 untuk tingkat suku bunga dan rentang waktu tertentu dapat
dijumpai pada Lampiran 04.

Rumus di atas merupakan nilai yang menyatakan jumlah yang diinvestasikan pada saat ini
dan akan diakumulasikan atas dasar prinsip bunga berbunga (‘compound interest’) untuk
jangka waktu tertentu. Nilai-nilai untuk tingkat suku bunga (i) dan jangka waktu (n) dapat
disusun dalam tabel (lihat Lampiran 04). Sedang nilai sekarang (‘PV - present value’) dari
nilai 1,000 yang merupakan kebalikan dari Persamaan 11.4. dapat dijumpai pada Lampiran
05, yang didasari atas rumus:

1
PV  Persamaan 11.5.
1  i  n

Persamaan 11.5. digunakan untuk menghitung uang pokok atau nilai sekarang dari
pembayaran atau penerimaan uang yang akan diterima. Persamaan ini disebut juga dengan
daftar ‘discount’, karena nilai akhirnya selalu lebih kecil dari nilai yang akan datang.

Jika pada Persamaan 11.4. mewakili satu waktu dan untuk semua jumlah tunggal uang,
maka Persamaan 11.6. berikut ini memberikan jumlah uang ekivalen per tahun untuk tahun
tertentu atau biasa disebut sebagai ‘CAF – compound amount factor’ (Lampiran 06):

CAF 
1  i  n  1 Persamaan 11.6.
i

Kebalikan dari Persamaan 11.6, dinamakan dana pembayaran tahunan (‘ASF - annual
sinking fund’), dan digunakan untuk menghitung nilai uang tahunan yang akan ditabung
setiap tahunnya pada tingkat suku bunga tertentu guna melunasi pembayaran pada tanggal
tertentu di masa yang akan datang (Lampiran 07):

i
ASF  Persamaan 11.7.
1  i  n  1

Selanjutnya, pada Lampiran 08, digunakan untuk menghitung nilai sekarang dari
pembayaran mendatang yang dilakukan pada periode tahunan yang teratur, dengan rumus:

2020 Teknologi Sistem Bangunan


3 Dr. Ir.Muji Indarwanto, MT. MM.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
PWF 
1  i  1
n

Persamaan 11.8.
i.1  i 
n

Persamaan 11.8. disebut jumlah faktor nilai sekarang (‘PWF – present worth factor’) dari
1,000 atau nilai sekarang dari 1.000 per tahun (tahun pembelian suku tunggal). Sedang
untuk nilai sekarang dari 1,000 pertahun (suku rangkap) berlaku untuk tingkat suku bunga
yang sama, baik pada bunga terhadap jumlah yang diinvestasikan, maupun pada ASF guna
mengembalikan nilai modal selama tahun tertentu. Dalam kenyataan, tingkat suku bunga
terhadap pinjaman dan terhadap ASF sering kali tidak sama. Oleh karenanya perlu
digunakan suku rangkap (‘dual rate’):

1
PVA  Persamaan 11.9.
i  ASF

Kebalikan dari Persamaan 11.8. biasa disebut dengan faktor pemulihan modal (‘Capital
Recovery Factor’) sebagaimana dirumuskan dalam Persamaan 11.10 (Lampiran 09):

i 1  i 
n
CFR  Persamaan 11.10.
1  i  n  1

Untuk dapat membandingkan antara nilai uang yang diterima atau dikeluarkan pada saat
yang berbeda, maka nilai tersebut perlu dikonversikan jumlahnya ke dalam skala waktu
(Gambar 11.4). Gambar ini memperlihatkan perbandingan antara nilai kemudian (‘future
value’), nilai yang dibayar tahunan (Lampiran 06) dan jumlah nilai sekarang (Lampiran 08).

2020 Teknologi Sistem Bangunan


4 Dr. Ir.Muji Indarwanto, MT. MM.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 11.5. Berbagai Nilai pada Tingkat Suku Bunga 8% per Tahun

Dari Gambar 11.5. terlihat bahwa nilai bangunan (investasi) dapat ditinjau dari beberapa
sudut pandang waktu yang secara lebih jelas dapat digambarkan dengan metode Segitiga
Waktu dari nilai uang (Gambar 11.6.) untuk mengetahui jumlah nilai kemudian, jumlah nilai
sekarang, jumlah uang pada masa lampau, dan juga nilai seragam tahunan selama kurun
waktu tertentu.

2020 Teknologi Sistem Bangunan


5 Dr. Ir.Muji Indarwanto, MT. MM.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
'Serial of
Nilai Equal
Seragam Amounts'

'Present Worth 'Sinking Fund


Factor' Factor'
(Lampiran 08) 'Capital (Lampiran 07)
Recovery
Factor' 'Compound
(Lampiran 09) Amount
Factor'
(Lampiran 06)
'Present Worth Factor'
inverse
(lampiran 05)
Nilai Nilai
Sekarang Kemudian
'Compound Amount Factor'
inverse
'Present (Lampiran 04) 'Future
Amount' Amount
Single Sum'

Gambar 11.6 Metode Segitiga Nilai Waktu

II. Analisis Titik Impas

Untuk menentukan harga jual bangunan atau nilai sewa bangunan, maka perlu diketahui
besarnya modal sendiri (‘equity’) yang digunakan, dan kemungkinan menggunakan modal
yang berasal dari pinjaman. Modal pinjaman biasanya berasal dari bank atau lembaga
keuangan dengan sejumlah imbalan bagi pemberi pinjaman yang biasa dikenal dengan suku
bunga (‘interest’). Di samping itu, perlu diketahui lamanya waktu pinjaman dan lama yang
dibutuhkan bagi pekerjaan konstruksi. Lama waktu konstruksi diperlukan, karena biasanya
para kreditur (pemberi pinjaman) memberikan keringanan berupa penangguhan
pembayaran pokok pinjaman dan bunganya selama masa konstruksi (‘grace period’). Jika
penangguhan hanya diberikan pada pembayaran pokok kreditnya saja, maka bunga yang
tetap harus dibayar biasanya dinamakan ‘i.d.c.’ (‘interest during construction’).

2020 Teknologi Sistem Bangunan


6 Dr. Ir.Muji Indarwanto, MT. MM.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Perbandingan antara modal pinjaman terhadap modal sendiri (‘loan-equity ratio’) biasanya
tidak mutlak, tergantung dari jenis proyek yang dikaitkan dengan resiko proyek. Nilai
perbandingan ini biasanya 3 : 1 untuk proyek-proyek bangunan komersial. Sedang lama
waktu pinjaman biasanya sekitar 15 tahun.

Perhitungan nilai jual atau nilai sewa bangunan yang digunakan adalah dengan analisa titik
impas (‘break even point analysis’). Biaya investasi dianggap sebagai biaya tetap (‘FC –
Fixed Costs’), biaya operasional dan karyawan, asuransi, pajak, depresiasi, dan cicilan
pokok kredit dan bunganya merupakan biaya tidak tetap (‘VC – Variable Costs’). Sedang
penerimaan (‘TR – Total Revenue’) yang diperhitungkan, di samping harga sewa dasar, juga
masih perlu ditambahkan biaya layanan (‘service charge’) dan pajak (PPN). Nilai sewa
diperhitungkan atas luas lantai netto. Untuk menghitung jumlah penerimaan, biasanya tidak
didasarkan pada tingkat hunian (‘occupancy rate’) yang penuh (100%), tetapi untuk tingkat
hunian (‘vacancy rate’) yang kurang dari 100%, agar perhitungan bersifat konservatif
(artinya: pembiayaan semaksimal mungkin, penerimaan seminimal mungkin). Dengan
menyamakan jumlah penerimaan dan jumlah biaya dikeluarkan, maka diperoleh nilai sewa:

TC  FC  VC Persamaan 11.10.

TR  TC Persamaan 11.11.

Dalam bentuk grafis, analisa titik impas dapat terlihat pada Gambar 11.7.

2020 Teknologi Sistem Bangunan


7 Dr. Ir.Muji Indarwanto, MT. MM.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
BIAYA /
PENERIMAAN
Penerimaan Total
('Total Revenue')

Biaya Total
Zona Laba ('Total Costs')

Biaya Tidak Tetap


Titik Impas ('Variable Costs')
('Break Even Point')
P
TI
T.I.

Zona Rugi

Biaya Tetap
('Fixed Costs')

Q TI KUANTITAS

Gambar 11.7. Grafik Analisa Titik Impas

Pada daerah < QTI, disebut zona rugi, karena TR < TC, sedang daerah > QTI disebut zona
laba, karena TR > TC.

III. Tekno Ekonomi Bangunan Tinggi

Ada beberapa hal yang merupakan bahan pertimbangan bagi evaluasi suatu proyek
bangunan tinggi, diantaranya adalah perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran
(‘RCR – revenue-cost ratio’), yaitu perbandingan antara jumlah nilai sekarang dan
pengeluaran selama usia ekonomis bangunan.

RCR  1,00 Persamaan 11.12.


Selanjutnya, hal yang perlu diperhatikan adalah tingkat pengembalian investasi (‘ROI – rate
of return on investment’), yaitu gambaran tentang kelaikan proyek. Tingkat pengembalian
investasi ini biasamya diperhitungkan dengan atau tanpa beban pajak (‘ROI before tax’ dan
‘ROI after tax’).

2020 Teknologi Sistem Bangunan


8 Dr. Ir.Muji Indarwanto, MT. MM.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
‘ROI before tax’ adalah jumlah nilai sekarang dari keuntungan sebelum dipotong pajak
dibagi dengan nilai sekarang dari investasi.

TR  TC
ROI before  Persamaan 11.13.
PVinvestasi

Sedang ‘ROI after tax’ adalah jumlah nilai sekarang dari keuntungan sesudah dipotong
pajak dibagi dengan nilai sekarang dari investasi.

TR  TC  Pajak
ROI after  Persamaan 11.14.
PVinvestasi

Persayaratan kedua tingkat pengembalian investasi:

ROI  1,00 Persamaan 11.15.

Tingkat pengembalian investasi umumnya dipengaruhi oleh apa yang dinamakan tinggi
bangunan ekonomis (‘economic building height’). Optimasi ketinggian bangunan ini dapat
dilakukan dengan tiga pendekatan, dimana dua pendekatan pertama dicontohkan dengan
menggunakan program ‘spread sheet’ (Optimasi Jumlah Lantai-01.xls), yang contohnya
dapat dilihat pada Gambar 11.8 dan Gambar 11.9.

1) pendekatan struktural, terhadap stabilitas gempa

Dalam hal ini jumlah lantai ditentukan berdasarkan Persamaan 3.12:

MG
 1,5 (lihat Gambar 11.8.)
ME

2) pendekatan efisiensi sirkulasi, terhadap ruang luncur lift (Gambar 11.9.)

Mengingat luas inti bangunan sekitar 5 – 10 kali dari kebutuhan luas ruang luncur dan
luas inti bangunan hanya sekitar 15 – 20% luas lantai tipikal, maka, jumlah lantai dapat
pula ditentukan dari alokasi maksimal bagi kebutuhan layanan transportasi vertikal (lihat
Bab IV. Transportasi Vertikal).

2020 Teknologi Sistem Bangunan


9 Dr. Ir.Muji Indarwanto, MT. MM.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 11.8. Optimasi Lantai Pendekatan Struktural

2020 Teknologi Sistem Bangunan


10 Dr. Ir.Muji Indarwanto, MT. MM.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 11.9. Optimasi Lantai Pendekatan Sirkulasi Vertikal
3) pendekatan optimasi lahan, terhadap KDB dan KLB.

Agar penggunaan lahan tidak berlebihan, maka jumlah lantai bangunan dan luas lantai
dasar perlu memenuhi ketentuan KDB dan KLB. Jika pada lahan didirikan beberapa
bangunan, maka ketentuan jarak bebas juga menjadi hal yang perlu dipertimbangkan
(lihat Bab II Perancangan Bangunan Tinggi).

Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah tingkat pengembalian modal (‘ROE – rate of
return on equity’), yang menggambarkan tingkat keuntungan dari investasi yang ditanamkan
(atau penyertaan modal). ROE adalah jumlah nilai sekarang selama umur ekonomis
bangunan dari pembayaran pinjaman berikut keuntungan, ditambah dengan akumulasi
modal setelah pinjaman lunas dibagi dengan jumlah nilai sekarang dari investasi.

ROE  1,00 Persamaan 11.16.

Dari pembahasan sebelumnya, dapat diperoleh jumlah pengeluaran berupa biaya investasi
yang diperlukan untuk suatu bangunan tertentu (TC), sedang penerimaannya (TR) diperoleh

2020 Teknologi Sistem Bangunan


11 Dr. Ir.Muji Indarwanto, MT. MM.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dari ruangan yang disewa/dijual. Selanjutnya dengan menggunakan pendekatan analisa titik
impas, maka akan diperoleh harga dasar sewa/jual.

Secara rinci proses perhitungan tekno ekonomi dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pembiayaan

Untuk menghitung besarnya biaya yang diperlukan untuk bangunan, diperlukan data-data:

1) harga satuan bangunan (US$ per m2)


2) harga lahan (US$ per m2)
3) luas lantai bruto (Lbruto – m2)
4) fungsi bangunan
5) nisbah luas lantai netto terhadap luas lantai bruto (lihat Tabel 2.1)
6) tingkat suku bunga
7) nisbah modal sendiri dan pinjaman
8) lama pinjaman
9) lama pelaksanaan konstruksi
10) besar kewajiban pajak
11) biaya asuransi
12) biaya operasional
13) depresiasi bangunan

b. Penerimaan

Penerimaan diperoleh dari sewa ruangan (untuk kantor dan pertokoan), nilai jual bangunan
(untuk apartemen) dan tarif kamar (untuk hotel dan rumah sakit).

c. Analisa Perhitungan

Setelah dilakukan analisa sistem bangunan, berupa analisa struktur, perhitungan kebutuhan
jumlah lift, beban tata udara, sanitasi, daya listrik dan utilitas lainnya, maka dapat
diperkirakan luas lantai efektif (Lnetto).

1) Biaya investasi (I)

2020 Teknologi Sistem Bangunan


12 Dr. Ir.Muji Indarwanto, MT. MM.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Biaya investasi, sebagaimana telah diuraikan terdahulu, terdiri dari biaya untuk lahan,
bangunan, biaya-biaya tidak langsung (jasa profesional, perijinan, administrasi,
perabotan, peralatan dan perlengkapan bangunan lainnya), dan dana cadangan untuk
biaya pelaksanaan konstruksi:

- Biaya Lahan (‘LC – Land Cost’)


- Biaya Bangunan (‘BC – Building Cost’)
- Biaya Tidak Langsung (‘IC – Indirect Cost’)
- Biaya Cadangan (‘C – Contingencies’)

2) Pembiayaan proyek

Pelaksanaan proyek bangunan tinggi biasanya membutuhkan waktu yang cukup


panjang, sehingga terjadi perkembangan investasi setelah masa konstruksi:

FV  I .1  i 
t
Persamaan 11.17.

dimana : I adalah nilai investasi


i adalah tingkat suku bunga per tahun
t adalah waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan konstruksi

Biaya proyek pada umumnya diperoleh dari modal sendiri dan pinjaman pihak lain,
sehingga biaya investasi terbagi atas:

Investasi Modal Sendiri:

1
Ie  xFV Persamaan 11.18.a.
q 1

Investasi Modal Pinjaman:

q
Il  xFV Persamaan 11.18.b.
q 1

di mana : q adalah nisbah antara modal sendiri dan pinjaman (‘loan equity ratio),
biasanya q = 3.

2020 Teknologi Sistem Bangunan


13 Dr. Ir.Muji Indarwanto, MT. MM.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3) Bunga Pinjaman (B)

Biaya yang perlu dikeluarkan untuk pembayaran bungan pinjaman:

i 1  i 
p
FV
B .FV  Persamaan 11.19.
1  i  p
1 p

di mana: p adalah jangka waktu pinjaman (tahun)

4) Depresiasi (D)

Pengurangan nilai bangunan tergantung dari usia ekonomis bangunan yang


diperkirakan, yang nilainya dapat dilihat pada Tabel 11.14.

D  d .BC Persamaan 11.20.

di mana : d adalah prosentase penurunan nilai (Tabel 11.13)


BC adalah biaya bangunan

Tabel 11.14.
Tingkat Penurunan Nilai Bangunan per Tahun
--------------------------------------------------------------------------
Fungsi Usia Ekonomis Depresiasi (d)
--------------------------------------------------------------------------
Apartemen 40 tahun 2,5%
Hotel 40 tahun 2,5%
Kantor 45 tahun 2,2%
Pertokoan 50 tahun 2,0%
Gedung Parkir 45 tahun 2,2%
---------------------------------------------------------------------------

2020 Teknologi Sistem Bangunan


14 Dr. Ir.Muji Indarwanto, MT. MM.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
5) Operasional dan Perawatan Bangunan (O)

Besar biaya operasional secara sederhana dapat diperhitungkan sekitar 25% dari
jumlah penerimaan:

O  0,25 R Persamaan 11.21.

Dari jumlah ini, alokasi untuk biaya pengelolaan bangunan (BO) sebesar 6% dari O,
sedang sisanya sebesar 94% dari O digunakan untuk biaya pemeliharaan/perawatan
bangunan (BM), dengan rincian:

- Biaya listrik dan air : 35% BM


- Biaya perawatan perlengkapan bangunan : 15% BM
- Biaya keamanan dan keselamatan kerja : 2% BM
- Biaya pengendalian lingkungan : 5% BM
- Biaya kebersihan (‘cleaning service’) : 35% BM
- Biaya Pertamanan : 2% BM
Selanjutnya, biaya untuk kebersihan (BK) yang besarnya 35% BM, dapat dirinci lagi
menjadi:

- Biaya pembersihan lantai & ruang (‘Janitor service’) : 40% BK


- Biaya pembersihan kaca & bangunan bagian luar : 10% BK
- Biaya pembersihan karpet & perabot (‘upholstery’) : 3% BK
- Biaya pembersihan langit-langit dan interior : 30% BK
- Biaya pembersihan ventilasi & saluran tata udara : 15% BK
- Biaya pembersihan atap & halaman : 2% BK

6) Asuransi (A)

Nilai asuransi juga diperhitungkan dari penerimaan yang diperoleh, yaitu sekitar 2,5%.

A  0,025.R Persamaan 11.22.

7) Pajak (T)

Pajak yang perlu dibayar adalah:

2020 Teknologi Sistem Bangunan


15 Dr. Ir.Muji Indarwanto, MT. MM.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
T  15% R  B  D  O  A Persamaan 11.23.

8) Pembayaran pinjaman pokok (CP)

Pembayaran pinjaman pokok dilakukan setelah masa penangguhan pembayaran


(‘grace period’):

Il
CP  Persamaan 11.24.
 p  t

di mana : t adalah jangka waktu ‘grace period’, biasanya sama dengan


jangka waktu pelaksanaan konstruksi.

9) Penerimaan (R)

Penerimaan didasarkan pada pendapatan dari luas lantai produktif (Lnetto) dengan
mempertimbangkan faktor kekosongan gedung:

R  12.Lnetto .n.r.1  v  Persamaan 11.25.


di mana : n = jumlah lantai
r = nilai sewa minimum per m2 per bulan.
v = faktor kekosongan gedung (minimum : v = 20%)

10) Titik Impas

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menjumlahkan semua pembiayan yang
dikeluarkan:

TC  I  B  D  O  A  T Persamaan 11.26.

Dengan menyamakan Persamaan 11.25. dengan Persamaan 11.26., maka dapat


diperoleh nilai sewa minimum (r):

TC  R
I  B  D  O  A  T  12.Lnetto .n.r.(1  v )

Jadi:

2020 Teknologi Sistem Bangunan


16 Dr. Ir.Muji Indarwanto, MT. MM.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
I  B  D O  AT
r Persamaan 11.27.
12.Lnetto .n.(1  v)

11) Tingkat Pengembalian Investasi

Pengembalian Tingkat Investasi (‘ROI – Return on Investement’), dibedakan antara


ROI sebelum pajak (‘ROI before tax’) dan ROI setelah pajak (‘ROI after tax’).

- ROI sebelum pajak:

Sebelum pinjaman lunas, yaitu pada tahun pertama sampai dengan tahun ke-p:

Laba sebelum pajak ditambah depresiasi:

Lb  R  B  O  A Persamaan 11.28.

Jumlah nilai sekarang (tahun pertama sampai dengan tahun ke-p):

PVb 
1  d  z  1 . L 
Persamaan 11.29.
d 1  d 
p b

di mana : d adalah ‘discounted factor’ (d = 7%)


z adalah usia ekonomis bangunan
p adalah jangka waktu pinjaman

Setelah pinjaman lunas, yaitu dari tahun ke-p sampai dengan tahun ke-z:

Laba sebelum pajak ditambah depresiasi:

La  R  O  A Persamaan 11.30.

Jumlah nilai sekarang (tahun ke-p sampai dengan tahun ke-z):

 1  d  z  1  1  d  p  1 
PVa    p 
. La  Persamaan 11.31.
 d 1  d  d 1  d  
z

2020 Teknologi Sistem Bangunan


17 Dr. Ir.Muji Indarwanto, MT. MM.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jadi nilai sekarang untuk laba sebelum pajak ditambah dengan depresiasi adalah:

L  PVb  PVa Persamaan 11.32.

Dengan investasi, sebesar FV (Persamaan 11.17.), maka tingkat pengembalian


investasi sebelum pajak:

L
RI b  Persamaan 11.33.
FV

Nilai RIb > 1,00.

Jika nilai RIb < 1, maka nilai sewa (r) harus diperbesar.

Dan titik impas tercapai pada tahun ke-:

z
BEP  Persamaan 11.34.
RI b

- ROI setelah pajak:

Sebelum pinjaman lunas, yaitu pada tahun pertama sampai dengan tahun ke-p:

Laba sebelum pajak ditambah depresiasi:

L'b  R  B  O  A  T Persamaan 11.35

Jumlah nilai sekarang (tahun pertama sampai dengan tahun ke-p):

PVb' 
1  d  z  1 . L' 
Persamaan 11.36
d 1  d 
p b

di mana : d adalah ‘discounted factor’ (d = 7%)


z adalah usia ekonomis bangunan
p adalah jangka waktu pinjaman

2020 Teknologi Sistem Bangunan


18 Dr. Ir.Muji Indarwanto, MT. MM.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Setelah pinjaman lunas, yaitu dari tahun ke-p sampai dengan tahun ke-z:

Laba setelah pajak ditambah depresiasi:

L'a  R  O  A  T Persamaan 11.37.

Jumlah nilai sekarang (tahun ke-p sampai dengan tahun ke-z):

  1  d  z  1 1  d  p  1  '
PVa'    p 
 
. La Persamaan 11.38.
 d 1  d  d 1  d  
z

Jadi nilai sekarang untuk laba setelah pajak ditambah dengan depresiasi adalah:

L'  PVb'  PVa' Persamaan 11.39.

Dengan investasi, sebesar FV (Persamaan 11.17.), maka tingkat pengembalian


investasi setelah pajak:

L'
RI a  Persamaan 11.40.
FV '

Nilai RIa> 1,00.

Jika nilai RIa < 1, maka nilai sewa (r) harus diperbesar.

Dan titik impas tercapai pada tahun ke-:

z
BEP  Persamaan 11.41.
RI a

12) Tingkat Pengembalian Modal Sendiri

Sebelum pinjaman lunas (tahun pertama sampai dengan tahun ke-p):

Laba setelah pajak dikurangi pembayaran kembali pokok pinjaman:

2020 Teknologi Sistem Bangunan


19 Dr. Ir.Muji Indarwanto, MT. MM.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
L"b  R  B  O  A  T  CP Persamaan 11.42.

Jumlah nilai sekarang (tahun pertama sampai dengan tahun ke-p):

PVb"

1  d  z
 1

. L"

d 1  d  p b

Persamaan 11.43.

Setelah pinjaman lunas, yaitu dari tahun ke-p sampai dengan tahun ke-z:

Laba setelah pajak ditambah depresiasi:

L"a  R  O  A  T Persamaan 11.44.

Jumlah nilai sekarang (tahun ke-p sampai dengan tahun ke-z):

PV a"

 1  d  z
 1

1

 d 1  d  z
d

Persamaan 11.45.

Jadi nilai sekarang untuk laba setelah pajak ditambah dengan depresiasi adalah:

L"  PVb"  PV a"


Persamaan 11.46.

Dengan penanaman modal sebesar Ie (Persamaan 11.18.a), maka tingkat


pengembalian modal sendiri (‘return on equity’):

Ie
RE  Persamaan 11.47.
L"

Nilai RE > 1,00.

Daftar Pustaka
2020 Teknologi Sistem Bangunan
20 Dr. Ir.Muji Indarwanto, MT. MM.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Arnold C and Reitherman R., Building Configuration & Seismic Design, John Wiley &
Sons, New York, 1982.
Dadras, A.S., Mechanical System for Architect , Mc. Graw Hill, Inc New York, 1995.
Daniel L. Schodek, Structure, Prentice Hall, New Jersey
Haas, A. M., Precast Concrete Design and Apllication, Applied Science Publishers
London.
Hartono Purbo : “ Utilitas Bangunan “,Djambatan, Jakarta 1992.
Hart F and all, Multi Storey Buildings in Steel, Collins, London, 1985
Juwana, J. S., Sistem Bangunan Tinggi, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2005
Kowalczyk R.M. and all, Structural Systems for Tall Buildings, McGraw-Hill Inc, New
York, 1992
Peurifoy R.L and Oberlender G.D., Formwork For Concrete Structures, McGraw-Hill Inc,
New York, 1996
Smith B. S. and Coull A, Tall Building Analysis and Design, John Wiley & Son Inc, New
York, 1991
Taranath B. S., Structural Analysis & Design of Tall Buildings, Mc Graw-Hill Book
Company, New York, 1988.
Thornton C and all, Exposed Structure in Building Design, McGraw-Hill Inc, New York,
1993
Wolfgang Schuller, High Rise Building Structures, John Wiley & sons, New York.
Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Bangunan_tinggi

2020 Teknologi Sistem Bangunan


21 Dr. Ir.Muji Indarwanto, MT. MM.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai