Anda di halaman 1dari 38

Modul

Pengetahuan Tentang Efek


(Revisi 2020)

MATERI PEMBELAJARAN SERTIFIKASI PROFESI PASAR MODAL


MATERI PEMBELAJARAN
UJIAN SERTIFIKASI PROFESI

WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK - PEMASARAN


(WPPE-P)
DAFTAR ISI
BAB-I. Efek Yang Diperdagangkan
BAB-II. Indeks Efek dan Aksi Korporasi

MODUL
PENGETAHUAN TENTANG EFEK
Kisi-Kisi Materi Ujian WPPE-Pemasaran, Modul Pengetahuan Tentang Efek;
1. Pemahaman mengenai surat berharga dan Instrument/Indikator Pasar Uang
2. Pemahaman mengenai obligasi
3. Jenis-jenis obligasi, Manfaat dan risiko investasi obligasi
4. Pemahaman mengenai saham dan waran/HMETD
5. Jenis-jenis saham, Manfaat dan Risiko Investasi Saham
6. Pemahaman mengenai reksadana
7. Jenis-jenis reksadana
8. Exchange Traded Fund (ETF)
9. Pemahaman mengenai efek derivatif dan jenis-jenis nya
10. Efek pasar modal syariah
11. Jenis-jenis corporate action
Modul WPPE | PTE

BAB I
EFEK YANG DIPERDAGANGKAN DI PASAR MODAL

I. PASAR UANG ................................................................................ ii

II. PASAR MODAL ............................................................................. 1


II.1. Saham ……………………………………………………………………………………………….. 1
II.2. Obligasi ……………………………………………………………………………………………. 5
II.3. Reksa Dana ……………………………………………………………………………………….. 9
II.4. Exchange Traded Fund (ETF) ……………………………………………………………. 11
II.5. Dana Investasi Real Estate (DIRE/REITs)…………………………………………. 12
II.6. Derivatif …………………………………………………………………………………………….. 15

BAB II
INDEKS EFEK DAN AKSI KORPORASI

I. INDEKS EFEK................................................................................. 19
I.1. Jenis Indeks Efek ………………………………………………………………………………. 19
I.2. Metodologi Indeks …………………………………………………………………………….. 20

II. AKSI KORPORASI ......................................................................... 24


II.1. Equity Rights Issue …………………………………………………………………………… 24
II.2. Waran ………………………………………………………………………………………………… 26
II.3. Stock Split dan Reverse Stock Split …………………………………………………. 27
II.4. Dividen ………………………………………………………………………………………………. 27
II.5. Shares Buyback ………………………………………………………………………………… 28
II.6. Obligasi Konversi dan Obligasi Tukar ………………………………………………. 29
II.7. Callable Bonds ………………………………………………………………………………….. 29
II.8. Kombinasi Bisnis ………………………………………………………………………………. 30

i
Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758
Modul WPPE | PTE

EFEK YANG DIPERDAGANGKAN DI PASAR MODAL

Pasar keuangan merupakan penghubung antara unit defisit dengan unit surplus dan
merupakan jantung dari sistem keuangan karena kemampuannya menarik dana
masyarakat dan mengalokasikan kembali tabungan tersebut dalam bentuk pinjaman
ataupun investasi. Pasar keuangan terdiri dari pasar uang dan pasar modal.

I. PASAR UANG

Definisi
Pasar Uang merupakan sarana investasi dan mobilisasi dana jangka pendek.
Kehadiran pasar uang dilatar- belakangi adanya kebutuhan untuk mendapatkan
sejumlah dana dalam jangka pendek yang sifatnya harus dipenuhi dengan segera.
Pasar Uang merupakan sarana bagi lembaga keuangan, perusahaan non keuangan,
ataupun perorangan, untuk memenuhi kebutuhan danaataupununtukmenempatkan
kelebihan dana jangka pendeknya. Dengan demikian, Pasar Uang merupakan
tempatdimana kegiatan permintaan dan penawaranakan surat-surat berharga dengan
jangka waktu jatuh tempo kurang dari satu tahun saling bertemu.

Para Pelaku di Pasar Uang


1) Lembaga pemerintah: Bank Sentral, Departemen Keuangan
2) Lembaga Keuangan Perbankan: Bank Pemerintah, Bank Komersial
3) Lembaga Keuangan non Perbankan: Asuransi, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, Lembaga Jasa Keuangan
4) Lembaga di Pasar Modal
5) Institusi umum dan perorangan

Fungsi Pasar Uang


1) Bagi pihak yang membutuhkan dana:
a. Untuk memenuhi kebutuhan dana jangka pendek
b. Untuk menjaga likuiditas jangka pendek
c. Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja
d. Untuk memenuhi kebutuhan kalah kliring
2) Bagi pihak yang menyalurkan dana:
a. Sebagai sarana untuk menabung dan berjaga-jaga
b. Sebagai sarana investasi
3) Bagi Lembaga Pemerintah:
a. Sebagai sarana untuk memobilisasi dana masyarakat
b. Sebagai sarana untuk melakukan kebijakan moneter (ekspansi dan kontraksi
moneter)

Ciri-ciri Pasar Uang


1) Jangka waktu jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun
2) Tidak terikat pada tempat tertentu
3) Pada umumnya para pelaku bertemu secara langsung (OTC)
4) Tidak memerlukan adanya guarantor/ underwriter.

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758 ii


Modul WPPE | PTE

Instrumen Pasar Uang di Indonesia


Sertifikat Bank Indonesia (SBI):
Instrumen utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau bank sentral atas unjuk
dengan jumlah tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegang pada tanggal yang
telah ditetapkan. Instrumen ini berjangka waktu jaruh tempo satu tahun atau kurang.

1) Surat Berharga Pasar Uang (SBPU):


Surat - surat berharga berjangka pendek yang dapat diperjualbelikan secara
diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga diskonto yang ditunjuk oleh
BI.
2) Surat Perbendaharaan Negara (SPN):
Surat pengakuan utang yang dikeluarkan oleh negara, dalam Rupiah
maupun Valas berjangka waktu sampai dengan 12 bulan dengan
pembayaran bunga secara diskonto. Di beberapa Negara, SPN dikenal
dengan sebutan Treasury Bills (T-Bills).
3) Deposito:
Sertifikat Deposito adalah instrumen keuangan yang diterbitkan oleh suatu
bank atas unjuk dan dinyatakan dalam suatu jumlah, jangka waktu dan
tingkat bunga tertentu. Sertifikat Deposito dapat diperdagangkan dan
dicairkan oleh pemegangnya kapan saja. Sedangkan Deposito Berjangka
adalah simpanan yang penarikannya hanya bisa dilakukan oleh deposan
yang namanya tertera dalam bilyet deposito, pada waktu tertentu sesuai
dengan tanggal yang telah diperjanjikan dengan pihak bank
4) Commercial Paper:
Surat berharga komersial yang merupakan surat sanggup (promise) tanpa
jaminan (unsecured debt) yang diterbitkan oleh perusahaan dan
diperdagangkan melalui bank atau perusahaan efek, berjangka waktu
pendek (short term) dan diperdagangkan dengan sistem diskonto. Jangka
waktu CP paling lama adalah 270 hari.
5) Call Money:
Kegiatan pinjam meminjam dana antara bankyang terjadi dalam proses
kliring di Bank Indonesia. Call money disediakan bagi bank yang mengalami
kalah kliring untuk dan tidak memiliki likuiditas cukup untuk menutup
kekalahan kliring. Jangka waktu kredit berkisar 1 s/d 7 hari.
6) Repurchase Agreement (REPO):
Transaksi jual beli surat-surat berharga disertai dengan perjanjian bahwa
penjual akan membeli kembali surat-surat berharga yang dijual tersebut
pada tanggal dan dengan harga yang telah ditetapkan. REPO juga berfungsi
seperti secured loan, yang menggunakan instrumen Obligasi korporasi,
Obligasi Negara (Surat Utang Negara), SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan
Saham sebagai jaminannya.
7) Banker's Acceptance
Suatu instrumen pasar uang yang digunakan untuk memberikan kredit pada
eksportir atau importir untuk membayar sejumlah barang atau untuk
membeli valuta asing. Jangka waktu Bank acceptance berkirsar antara 1
sampai 6 bulan. Bunga sekuritas didapatkan dengan sistem diskonto
dimana bunganya dibayarkan dimuka berupa diskon terhadap nilai
nominalnya.

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758 iii


Modul WPPE | PTE

Indikator Pasar Uang


Indikator pasar uang sangat diperlukan untuk mengukur atau paling tidak mengamati
perkembangan pasar uang. Indikator pasar uang meliputi:

1) Suku bunga Pasar Uang Antar Bank (Rp)


Tingkat bunga yang dikenakan oleh bank terhadap bank lain dalam hal
pinjam meminjam dana dalam bentuk rupiah.
2) Volume transaksi Pasar Uang Antar Bank (Rp)
Jumlah transaksi antar bank dalam hal pinjam meminjam dalam bentuk
rupiah.
3) Suku bunga Pasar Uang Antar Bank (US$)
Tingkat bunga yang dikenakan oleh bank terhadap bank lain dalam hal
pinjam meminjam dana dalam bentuk US$.
4) Volume transaksi Pasar Uang Antar Bank (US$)
Jumlah transaksi antar bank dalam hal pinjam meminjam dalam bentuk
US$.
5) JIBOR (Jakarta Interbank Offered)
Suku bunga yang ditawarkan untuk transaksi pinjam meminjam antar bank.
6) Suku bunga deposito Rupiah (%/th)
Tingkat bunga yang diberikan para deposan yang mendepositokan uangnya
dalam bentuk Rupiah.
7) Suku bunga deposito US$ (%/th)
Tingkat bunga yang diberikan para deposan yang mendepositokan uangnya
dalam bentuk US $.
8) Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai dari suatu
mata uang terhadap mata uang lainnya.
9) Suku bunga kredit Tingkat
Bunga kredit yang dikenakan bank atau lembaga keuangan lainnya kepada
para kreditor.
10) Inflasi Kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus
menerus suatu waktu tertentu.
11) Indeks Harga Konsumen (IHK)
Angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang harus
dibeli konsumen dalam suatu periode tertentu.
12) Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Instrumen investasi jangka pendek yang bebas resiko.

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758 iv


Modul WPPE | PTE

II. PASAR MODAL

UU No. 8/1995 tentang Pasar Modal (UUPM), menyebutkan bahwa Pasar Modal
merupakan wadah untuk melakukan transaksi perdagangan berbagai instrumen
keuangan jangka panjang, seperti:surat utang (obligasi), ekuitas (saham), reksa
dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya.

Transaksi jual beli efek pasar modal dilakukan di Bursa Efek, yaitu pihak yang
menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan
penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek
diantara mereka.

Berdasarkan UUPM, Efek adalah surat berharga berbentuk surat pengakuan utang,
surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan,
kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap bentuk derivatif
atas efek.

Adapun Efek-efek yang ditransaksikan di Pasar Modal di Indonesia adalah sebagai


berikut:
1) Saham:
2) Obligasi
3) Unit penyertaan Reksa Dana
4) Exchange Traded Fund (ETF)
5) Efek Beragun Aset (EBA)/ABS
6) Dana Investasi Real Estate (DIRE)/REITs
7) Derivatif (rights, waran, options, futures)

II.1. SAHAM
Merupakan jenis efek yang paling sering dipergunakan oleh emiten untuk memperoleh
dana dari masyarakat dan juga merupakan jenis yang paling populer di Pasar Modal.

Jenis Saham Berdasarkan Hak Klaim


1) Saham Biasa (Common Stock)
a. Dividen hanya akan diterima jika disetujui dalam RUPS
b. Memiliki hak suara (voting rights) dalam RUPS
c. Memiliki hak terakhir (junior) atas pembagian dividen serta aset perusahaan
saat likuidasi
d. Memiliki hak untuk mengalihkan kepemilikannya kepada pihak lain
2) Saham Preferen (Preferred Stock)
a. Tidak memiliki hak suara (voting rights) dalam RUPS
b. Memiliki hak untuk menerima dividen dalam jumlah yang tetap setiap tahun
c. Memiliki hak terlebih dahulu (utama) atas pembagian dividen serta aset
perusahaan saat likuidasi
d. Memiliki hak untuk mengkonversi kepemilikannya menjadi saham biasa

1
Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758
Modul WPPE | PTE

Adapun jenis-jenis saham preferen adalah sebagai berikut:


1) Participating preferred (saham preferen partisipasi).
Pemegang saham memperoleh partisipasi atas sisa laba setelah
dibagikan kepada pemegang saham preferen dan saham biasa.
2) Participating Non preferred.
Pemegang saham tidak memperoleh partisipasi atas sisa laba setelah
dibagikan kepada pemegang saham preferen dan saham biasa.
3) Cummulative preferred (saham preferen kumulatif).
Dividen yang tidak dibayar dalam suatu tahun harus dibayar dalam
tahun berikutnya sebelum laba dapat dibagikan kepada pemegang
saham biasa. Jika direktur tidak mengumumkan dividen pada tanggal
pembagian dividen yang biasa, maka dividen itu disebut sebagai
“passed” (terlewat). Setiap dividen yang terlewat atas saham preferen
kumulatif merupakan dividen tertunggak (dividen in arrears).
4) Non cumulative preferred (saham preferen nonkumulatif)
Saham preferen nonkumulatif jarang diterbitkan karena dividen yang
terlewat akan hilang selamanya bagi pemegang saham preferen dan
penerbitan saham ini tidak dapat dipasarkan.
5) Convertible preferred (saham preferen konvertibel).
Pemegang saham dapat, menurut opsinya, menukar saham preferen
menjadi saham biasa pada rasio yang telah ditentukan sebelumnya.

Jenis Saham berdasarkan Bentuk Kepemilikan


1) Saham atas unjuk (Bearer Stock)
a. Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah
dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya.
b. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui
sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.

2) Saham atas nama (Registered Stock)


a. Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana
cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
b. Seluruh saham saat ini merupakan saham atas nama

Imbal Hasil Investasi Saham


Pada dasarnya, ada tiga keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau
memiliki saham:

1) Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan
berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah
mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal
ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham
tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham
tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang
berhak mendapatkan dividen.

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758


Modul WPPE | PTE

Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa:


a. Dividen tunai
Jika emiten membagikan hasil keuntungan perusahaan kepada setiap
pemegang saham dalam bentuk uang tunai untuk setiap lembar saham yang
dimiliki
b. Dividen Saham
Jika emiten membagikan hasil keuntungan perusahaan kepada setiap
pemegang saham dalam bentuk saham perusahaansesuai proporsi
kepemilikannya, sehingga jumlah saham yang dimiliki investor akan
bertambah setelah pembagian dividen saham tersebut. Dividen saham yang
dikeluarkan diambil dari pos Laba Ditahan perusahaan

2) Capital Gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain
terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
Misalnya Investor membeli saham ABC dengan harga per saham Rp 3.000
kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 per saham yang berarti pemodal
tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang
dijualnya.

3) Saham Bonus
Saham Bonus adalah saham yang dibagikan secara cuma-cuma kepada para
pemegang saham, sesuai dengan proporsi kepemilikan sahamnya.Bonus saham
yang dibagikan, diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih antara harga
jual saham terhadap harga nominalnya saat penawaran umum dipasar perdana.

Risiko Investasi Saham


Sebagai instrument investasi, saham memiliki risiko, antara lain:

1) Capital Loss
Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana investor
menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT. XYZ yang di beli
dengan harga Rp 2.000,- per saham, kemudian harga saham tersebut terus
mengalami penurunan hingga mencapai Rp 1.400,- per saham.
Karena takut harga saham tersebut akan terus turun, investor menjual pada harga
Rp 1.400,- tersebut sehingga mengalami kerugian sebesar Rp 600,- per saham.

2) Risiko Kebangkrutan
Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan, atau
perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham
mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi
(dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil
penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara
proporsional kepada seluruh pemegang saham.Namun jika tidak terdapat sisa
kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari
likuidasi tersebut.

3) Risiko Likuiditas Aset


Saham dikatakan likuid apabila mudah sekali untuk diperjual-belikan. Saham tidur
adalah istilah bagi saham yang tidak banyak diperdagangkan akibat tidak adanya
investor yang berminat untuk membeli saham karena dianggap tidak layak beli,

3
Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758
Modul WPPE | PTE

ataupun sebaliknya akibat tidak adanya investor yang ingin menjualnya karena
saham dianggap sangat berharga.

4) Risiko Delisting
Risiko jika saham perusahaan dikeluarkan dari papan perdagangan diBursa Efek
(delist). Suatu saham perusahaan akandi-delistingkarena kinerja perusahaan yang
buruk, seperti: kerugian besar dan/atau tidak membagikan deviden selama
beberapa tahun berturut-turut dan berbagai kondisi lainnya seperti pelanggaran
terhadap peraturan pencatatan di bursa. Adapula perusahaan yang keluar dari
bursa dengan tujuan Go Private, tidak akan merugikan investor karena perusahaan
masih tetap beroperasi dan dapat melakukan pembelian kembali saham-saham yg
diterbitkan kepada publik (Buy Back).

5) Risiko Suspending
Jika suatu saham disuspend atau diberhentikan perdagangannya oleh otoritas
bursa efek, maka investor tidak dapat melakukan perdagangan hingga status
suspend dicabut. Suspend dapat berlangsung dalam waktu singkat misalnya dalam
1 sesi perdagangan, 1 hari perdagangan namun dapat pula berlangsung dalam
kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal yang dapat menyebabkan
suspending adalah jika:
 Suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa,
 Suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya
 Berbagai kondisi lainnya yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan
sementara perdagangan saham tersebut untuk dimintakan konfirmasi lainnya.
Sedemikian hingga informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang
spekulasi

6) Risiko Unik (unsystematic risk) dan Risiko Pasar (systematic risk)


Dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga-harga saham mengalami
fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan. Harga saham terbentuk
sebagai akibatdari interaksi antara permintaan dan penawaran atas saham,
sebagai reaksi atas informasi yang diterima oleh pasar. Informasi dapat berupa
informasi yang unik dan spesifik perusahaan, seperti: kinerja perusahaan serta
kondisi industri dimana perusahaan tersebut bergerak ataupun informasi ekonomi
yang sistematik dan bersifat makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar
juga faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, budaya dan faktor
sistematik non ekonomi lainnya.

Beberapa Istilah bagi Saham dalam Mekanisme Perdagangan

Saham likuid
Saham yang dapat segera dikonversi menjadi uang, artinya ketika ingin dijual segera
ada yang membeli, dan harganya relatif stabil. Dengan kata lain saham likuid adalah
saham yang sering diperdagangkan. Bursa Efek Indonesia memiliki daftar saham
LQ45 yang terdiri dari 45 saham yang memiliki likuiditas yang tinggi, dengan
mempertimbangkan kapitalisasi pasarnya. Berdasarkan buku panduan Indeks Harga
Saham BEI, kriteria pemilihan saham yang termasuk dalam daftar saham LQ45 adalah
sebagai berikut:

4
Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758
Modul WPPE | PTE

a. Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan.


b. Aktivitas transaksi di pasar reguler, yaitu nilai, volume, dan frekuensi transaksi.
c. Jumlah hari perdagangan di pasar reguler.
d. Kapitalisasi pasar pada periode waktu tertentu.
e. Keadaan keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan

Saham blue chip


Saham yang menjadi buruan para investor, karena dianggap akan menghasilkan
keuntungan yang tinggi. Ciri-cirinya adalah kinerja keuangannya sehat, likuiditas
saham di pasar tinggi, ditransaksikan pada harga yang wajar, dan pergerakan atau
fluktuasi harga saham di pasar berlangsung secara wajar.

Undervalued stock
Saham dikatakan undervalued jika nilai pasarnya (market value) lebih rendah
daripada nilai bukunya (book value). Dengan kata lain, harganya lebih rendah
daripada nilai intrinsiknya.

Overvalued stock
Berlawanan dengan undervalued stock, overvalued stock adalah saham yang nilai
pasarnya (market value) lebih tinggi daripada nilai bukunya (book value).

II.2. Obligasi
Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat
dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar
imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu
yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.

Jenis obligasi berdasarkan penerbitan


Corporate Bonds
Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha milik
negara (BUMN), atau badan usaha swasta.

Government Bonds
Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.

Municipal Bond
Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untut membiayai proyek-proyek
yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility).

Foreign Bonds
Diterbitkan oleh badan hukum asing di pasar domestik dalam mata uang lokal.
contoh: Bank Mandiri menerbitkan obligasi di Amerika dalam mata uang dolar (Yankee
Bond). Istilah lain: Bulldog bond (Inggris), Samurai bond (Jepang), Matador bond
(Spanyol), Komodo bond (Indonesia).

Eurobonds
Didenominasikan dalam mata uang dolar atau mata uang lain dan dijual di luar
negara asal mata uang tersebut. Contoh: Bank Mandiri menawarkan obligasi dalam
mata uang Yen di negara selain Jepang.

5
Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758
Modul WPPE | PTE

Jenis obligasi berdasarkan sistem pembayaran bunga


Zero Coupon Bonds
Obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik. Namun, bunga
dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo
Coupon Bonds
Obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik sesuai dengan
ketentuan penerbitnya.
a. Fixed Coupon Bonds
Obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum masa
penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik.

b. Floating Coupon Bonds


Obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan sebelum jangka waktu
tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu seperti average time
deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari
bank pemerintah dan swasta.

Jenis obligasi berdasarkan hak penukaran/opsi


Convertible Bonds
Obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan
obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya.

Exchangeable Bonds
Obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menukar saham
perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.

Callable Bonds
Obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali obligasi pada
harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut. v

Putable Bonds
Obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten untuk
membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.

Jenis obligasi berdasarkan jaminan atau kolateralnya


a. Guaranteed Bonds
Obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin denan penangguangan
dari pihak ketiga.

b. Mortgage Bonds
Obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan agunan hipotik
atas properti atau asset tetap.

c. Collateral Trust Bonds


Obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki penerbit dalam portofolionya,
misalnya saham-saham anak perusahaan yang dimilikinya.

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758


Modul WPPE | PTE

Karakteristik Obligasi
1) Memiliki Nilai Nominal (Face Value):
Nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada
saat obligasi tersebut jatuh tempo.

2) Kupon (the Interest Rate):


Nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara berkala (kelaziman
pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan) Kupon obligasi
dinyatakan dalam annual prosentase.

3) Waktu Jatuh Tempo (Maturity):


Tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok
atau Nilai Nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi
mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo
dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk di prediksi, sehingga memilki resiko
yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo
dalam waktu 5 tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi,
semakin tinggi Kupon / bunga nya.

Manfaat Berinvestasi Obligasi


Bagi emiten (issuer)
a) Alternatif pendanaan yang relatif murah dibandingkan pinjaman di Bank.
b) Dibandingkan menerbitkan saham, posisi kepemilikan perusahaan tidak akan
mengalami perubahan.
c) Sifat utang dalam bentuk jangka panjang memberikan fleksibilitas yang tinggi bagi
manajemen emiten dalam penggunaan dana.

Bagi investor
a) Alternatif investasi yang aman
b) Berpotensi mendapatkan capital gain
c) Kedudukan investor obligasi lebih senior dibandingkan saham
d) Mendapatkan kupon secara periodik dan pelunasan pokok diakhir umur obligasi.
e) Memperoleh penghasilan secara periodik dalam jangka waktu yang panjang.
f) Memperoleh yield yang lebih tinggi dibandingkan instrumen jangka pendek,
misalnya deposito

Imbal Hasil Investasi di Obligasi


1) Bunga
Dibayar secara reguler sampai jatuh tempo danditetapkan dalam persentase dari
nilai nominal.
Biasanya pembayaran bunga terjadi setiap 3 atau 6 bulan sekali.

2) Capital Gain
Sebelum jatuh tempo biasanya obligasi diperdagangkan di pasar sekunder,
sehingga investor mempunyai kesempatan untuk memperoleh capital gain.
Capital gain juga dapat diperoleh jika investor membeli obligasi dengan diskon

7
Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758
Modul WPPE | PTE

yaitu dengan nilai lebih rendah dari nilai nominalnya, kemudian pada saat jatuh
tempo ia akan memperoleh pembayaran senilai dengan harga nominal.

3) Hak klaim pertama


Jika emiten bangkrut atau dilikuidasi, pemegang obligasi sebagai kreditur
memiliki hak klaim pertama atas aktiva perusahaan.

4) Hak konversi menjadi saham untuk pemegang Obligasi Konversi


Investor dapat mengkonversikan obligasi menjadi saham pada harga yang telah
ditetapkan, dan kemudian berhak untuk memperoleh manfaat atas saham.

Risiko Investasi pada Obligasi


1) Inflation Risk: Risiko inflasi yang mendorong turunnya daya beli masyarakat
2) Political Risk: Kemungkinan terjadi nasionalisasi atau tindakan pemerintah yang
merugikan
3) Credit Risk/ Default Risk: Risiko dimana penerbit tidak dapat memenuhi
kewajibannya pada saat jatuh tempo
4) Rating Risk: Penurunan harga pasar obligasi karena lembaga pemeringkat efek
menurunkan rating/bobot nilainya.
5) Likuiditas: Risiko yang dihadapi saat investor tidak dapat menjual obligasinya
sebelum jatuh tempo, pada saat investor membutuhkan dana.
6) Interest rate risk: Risiko yang muncul akibat pergerakan suku bunga
7) Call risk: Risiko yang muncul akibat penerbit obligasi menarik kembali seluruh
atau sebagian obligasi sebelum jatuh tempo
8) Yield curve risk: Risiko yang terjadi sebagai dampak perubahan bentuk yield
curve
9) Prepayment Risk (mirip dengan call risk): Risiko yang timbul sebagai dampak
adanya pelunasan pokok obligasi yang tidak terjadwal. Biasanya pada residential
mortgage.
10) Reinvestment Risk: Risiko yang terjadi akibat bunga yang diperoleh
diinvestasikan kembali, dan memperoleh suku bunga yang lebih rendah.
11) Foreign Exchange Risk: Risiko yang terjadi akibat perubahan nilai tukar mata
uang internasional terhadap mata uang suratberharga. Risiko ini dialami jika kita
memegang obligasi dalam valuta asing.
12) Volatility Risk: Risiko yang timbul sebagai dampak dari opsi (option) yang
melekat pada obligasi (call, prepayment or put)
13) Event Risk: Risiko yang terjadi diluar pasar keuangan seperti bencana alam
maupun pengambilalihan perusahaan.
14) Public Policy Risk: Risiko akibat perubahan kebijakan pemerintah yang
mempengaruhi sektor usaha penerbit surat berharga sehingga mempengaruhi
pendapatan.

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758


Modul WPPE | PTE

Peringkat Obligasi
Untuk menentukan kualitas dan risiko dari sebuah obligasi, maka investor dapat
menggunakan peringkat atau rating obligasi. Semakin tinggi rating-nya, semakin
aman pula obligasi tersebut. Sebaliknya, semakin rendah peringkatnya, semakin
tinggi risikonya. Untuk lebih mudah dalam menyeleksi obligasi, investor bisa
memanfaatkan peringkat atau rating obligasi yang dikeluarkan oleh perusahaan
pemeringkat atau rating agency.

Di pasar internasional, ada beberapa lembaga pemeringkat yang selalu menjadi acuan
pelaku pasar, yakni Moody's, Standard & Poors (S&P), dan Fitch Rating. Sedangkan
lembaga pemeringkat lokal di Indonesia adalah Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).

II.3. REKSA DANA


Reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal,
khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian
untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Reksa Dana dirancang sebagai sarana
untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai
keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan
yang terbatas. Selain itu Reksa dana juga diharapkan dapat meningkatkan peran
pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.

Jenis Reksa Dana Berdasarkan Isi Portofolio

Reksa Dana Reksa Dana Reksa Dana Reksa Dana


Saham Campuran Pendapatan Pasar Uang
Tetap
Portofolio Min 80% Max 79% Min 80% Min 80%
saham instumen obligasi instrumen
pasar uang pasar uang
Risiko & Tinggi Moderat Moderat Rendah
Return
Tujuan Jangka panjang Jangka Jangka Jangka pendek
Investasi (min 5 tahun) menengah menengah (max 1 tahun)
(1-3 tahun) (1-3 tahun)

Reksa Dana Terstruktur


Adalah reksa dana yang hanya dapat dibeli atau dijual kembali oleh investor pada
saat tertentu yang ditentukan oleh Manajer Investasi. Reksa dana ini terdiri dari:

1) Reksa Dana Terproteksi (Capital Protected Fund)


a. Reksa Dana yang memberikan proteksi atas investasi awal melalui
mekanisme pengelolaan portofolio pada efek bersifat utang yang masuk
dalam kategori layak investasi (investment grade)
b. Nilai pokok yang diinvestasikan tidak akan berkurang walaupun NABnya
negative
c. Investor tetap akan mendapatkan imbal hasil jika dana yang dikelola
memberikan keuntungan

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758


Modul WPPE | PTE

2) Reksa Dana Penjaminan (Guaranted Fund)


a. Reksa Dana ini mirip dengan RD Terproteksi yang minimum 80% dari
aktivanya ditempatkan pada efek bersifat utang yang masuk dalam kategori
layak investasi (investment grade)
b. Bedanya adalah terdapat lembaga yang akan menjadi penjamin investasi
(biasanya asuransi)

3) Reksa Dana Indeks (Index Fund):


a. Reksa Dana yang portofolio Efeknya terdiri atas Efek yang menjadi konstituen
pada suatu indeks yang menjadi acuannya. Sekurang-kurangnya 80% dari
nilai aktivanya wajib diinvestasikan pada efek yang merupakan bagian dari
kumpulan Efek yang ada dalam indeks tersebut
b. Hasil investasi reksadana indeks ini akan mengikuti pergerakan indeks yang
menjadi acuannya sehingga termasuk jenis RD yang memiliki risiko tinggi.

Nilai Aktiva Bersih (NAB)


NAB adalah nilai total aktiva bersih yang dihitung dari nilai pasar setiap jenis aset
investasi dalam Reksa Dana (saham, obligasi, surat berharga pasar uang, serta
deposito) ditambah dividen saham dan bunga kupon obligasi, kemudian dikurangi
biaya operasional reksa dana seperti biaya MI, biaya Bank Kustodian, dan lain-lain.

Contoh Cara Menghitung Pembelian Unit Penyertaan (Subscription)


Tanggal 1 Agustus 2009 Pak Agus membeli Reksa Dana Saham “ABC “sejumlah Rp.
100.000.000,- dimana saat itu NAB Reksa Dana Rp. 1.250,- dan besarnya biaya
pembelian adalah 1%. Berapa besar unit penyertaan yang diperoleh?

Unit Penyertaan (UP) = Jumlah Pemesanan x (1 - SF)


NAB
= 100.000.000 X (1 – 0,01)
1.250
= 79.200 Unit Penyertaan

Contoh Cara Menghitung Penjualan kembali Unit Penyertaan (Redemption)


Tanggal 25 September 2010 pak Agus menjual kembali unit penyertaan yang
dimilikinya sejumlah 79.200 UP, saat penjualan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana yang
dimiliki Rp. 1.325,- per unit. Biaya penjualan kembali (Redemption) sebesar 1 %,
berapa besar nilai pencairan yang diperoleh pak Agus?

Nilai Pencairan = (UP x NAB) – F (UP x NAB)


= (79.200 x 1.325) – 1 %(79.200 x 1.325)
= 103.890.600
Contoh lain :
Tanggal 24 September 2011 Pak Aswin menjual kembali unit penyertaan yang
dimilikinya sejumlah 10.000 UP, saat penjualan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana yang
dimiliki Rp. 5.000 per unit. Biaya penjualan kembali (Redemption) sebesar 1 %,
berapa besar nilai pencairan yang diperoleh pak Aswin?

Nilai Pencairan = (UP x NAB) – F (UP x NAB)


= (10.000 x 5.000) – 1 %(10.000 x 5.000)
= 49.500.000

10
Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758
Modul WPPE | PTE

II.4. EXCHANGE TRADED FUND (ETF)


ETF atau Exchange Traded Fund secara sederhana dapat diartikan sebagai Reksa
Dana yang diperdagangkan di Bursa. Sama seperti reksa dana konvensional, ETF
merupakan Kontrak Investasi Kolektif, perbedaannya adalah unit penyertaan ETF
dicatatkan dan diperdagangkan di Bursa seperti saham. Sebagaimana halnya reksa
dana konvensional, dalam ETF terdapat pula manajer investasi dan bank kustodian.
Akan tetapi, ETF juga mengenal satu pihak lagi yang memiliki peran penting dalam
perdagangan, yaitu market maker. Market maker adalah broker yang ditunjuk oleh
manajer investasi untuk bertanggung jawab dalam menyediakan likuiditas ETF,
sehingga ETF bisa dibeli dengan harga dan jumlah yang diinginkan oleh pasar.

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah perbandingan antara ETF dengan reksa dana
saham dan saham.

Gambar 1 – Perbandingan Saham, Reksa Dana Saham, ETF

Saham Reksa Dana ETF


Saham
Perdagangan Via Bursa Efek Via Manajer Via Bursa Efek
Investasi
Agen penjual Broker • Manajer Broker
Investasi
• Bank
• WAPERD
Minimum 1 lot (100 lembar) 1 unit Pasar primer:
pembelian Creation unit ( =
1000 lot = 100.000
unit)
Pasar sekunder: 1
Lot (100 unit)
Harga Real time Akhir hari Real time
Underlying Tidak ada Saham Underlying Index

Market Tidak ada Tidak ada Ada


maker

11

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758


Modul WPPE | PTE

Gambar 2 - Mekanisme Perdagangan ETF (Pembelian)

II.5. DANA INVESTASI REAL ESTATE (DIRE/REITs)


DIRE atau dikenal juga sebagai Real Estate Investment Trust adalah salah satu sarana
investasi baru yang secara hukum di Indonesia akan berbentuk KIK. DIRE diartikan
sebagai kumpulan uang pemodal yang oleh perusahaan investasi akan diinvestasikan
ke bentuk aset properti baik secara langsung seperti membeli gedung maupun tidak
langsung dengan membeli saham/obligasi perusahaan properti. DIRE merupakan
sebuah alternative pendanaan real estate/properti yang efisien. Selama ini
perusahaan properti di Indonesia masih menggunakan dana segar melalui skema IPO.

DIRE adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan kembali pada aset real estat, aset yang
berkaitan dengan real estat atau kas dan setara kas, dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Minimal 50% dari Nilai Aktiva Bersih diinvestasikan pada aset real estat
2. Minimal 80% dari Nilai Aktiva Bersih diinvestasikan pada aset real estat dan aset
yang berkaitan dengan real estate, dengan tetap memperhatikan ketentuan pada
poin 1 di atas
3. Maksimal 20% dari NAB diinvestasikan pada kas dan setara kas
4. Dilarang berinvestasi pada tanah kosong atau property yang masih dalam tahap
pembangunan

Karakteristik DIRE
 Investasi dilakukan pada aset Real Estate, yaitu tanah secara fisik termasuk
bangunan yang ada di atasnya
 Memiliki pendapatan yang relatif stabil
 Aset yang berkaitan dengan real estat adalah efek perusahaan real estat
yang tercatat di Bursa Efek dan atau diterbitkan oleh perusahaan real estat
 Aset yang menjadi portofolio dana investasi real estat berbentuk KIK harus
memiliki hukum yang kuat, sah dan mudah ditransaksikan
 Seluruh atau sebagian besar Pendapatan (minimal 90% dari laba bersih)
wajib didistribusikan kepada investor

12

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758


Modul WPPE | PTE

Gambar 3 - Struktur DIRE dengan skema Direct Investment

Gambar 4 - Struktur DIRE dengan skema melalui Special Purpose Company


(SPC)

II.6. EFEK BERAGUN ASET (EBA)


Menurut Peraturan Bapepam LK No.IX.K.1, Efek Beragun Aset adalah Efek yang
portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat
berharga komersial, tagihan kartu kredit, tagihan yang timbul di kemudian hari
(future receivables), pemberian kredit termasuk kredit pemilikan rumah atau
apartemen, Efek bersifat hutang yang dijamin oleh Pemerintah, Sarana Peningkatan
Kredit (Credit Enhancement)/Arus Kas (Cash Flow), serta aset keuangan setara dan
aset keuangan lain yang berkaitan dengan aset keuangan tersebut.

EBA merupakan salah satu bentuk efek pendapatan tetap (fixed income) yang
memberikan imbal hasil rutin seperti obligasi pada umumnya. Di pasar modal
internasional, EBA dikenal dengan istilah Asset Backed Securities (ABS).

13

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758


Modul WPPE | PTE

Karena yang diagunkan merupakan aset-aset yang tidak likuid, maka EBA
membutuhkan proses yang dinamakan sekuritisasi agar aset tersebut menjadi likuid.
Ada beberapa prinsip sekuritisasi yang perlu diperhatikan:

 True sale
Terjadinya jual putus (true sale) aset keuangan dari kreditur asal kepada
investor. Aset keuangan tersebut dikeluarkan (derecognized) dari neraca
kreditur asal, sehingga transaksi sekuritisasi sering dinamakan juga off-
balance sheet financing.

 Bankruptcy remoteness
Merupakan perlindungan bagi investor dimana aset keuangan yang menjadi
underlying EBA tidak dapat dikenakan sita umum sebagai akibat dari adanya
pernyataan pailit.

 Perfection of the security interest


Melalui pengikatan legal yang dilakukan, aset yang menjadi underlying
transaksi sekuritisasi akan sepenuhnya menjadi hak investor dan tidak bisa
diklaim oleh pihak lain.

Terdapat setidaknya dua jenis EBA yaitu EBA berbentuk Kontrak Investasi Kolektif
(KIK) dan EBA berbentuk Surat Partisipasi (SP), dimana perbedaannya dapat dilihat
pada proses penerbitan & transaksi EBA berikut.

14

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758


Modul WPPE | PTE

II.7. DERIVATIF
Efek derivatif merupakan Efek turunan dari Efek “utama” baik yang bersifat
penyertaan maupun utang. Efek turunan dapat berarti turunan langsung dari Efek
“utama” maupun turunan selanjutnya. Derivatif merupakan kontrak atau perjanjian
yang nilai atau peluang keuntungannya terkait dengan kinerja aset lain. Aset lain ini
disebut sebagai underlying assets.

Dalam pengertian yang lebih khusus, derivatif merupakan kontrak finansial antara 2
(dua) atau lebih pihak-pihak guna memenuhi janji untuk membeli atau menjual
assets/commodities yang dijadikan sebagai obyek yang diperdagangkan pada waktu
dan harga yang merupakan kesepakatan bersama antara pihak penjual dan pihak
pembeli. Adapun nilai di masa mendatang dari obyek yang diperdagangkan tersebut
sangat dipengaruhi oleh instrumen induknya yang ada di spot market.

Instrument derivatif yang terdapat di Bursa Efek adalah derivatif keuangan (financial
derivative). Derivatif keuangan merupakan instrumen derivatif, di mana variabel-
variabel yang mendasarinya adalah instrumen-instrumen keuangan, yang dapat
berupa saham, obligasi, indeks saham, indeks obligasi, mata uang (currency), tingkat
suku bunga dan instrumen-instrumen keuangan lainnya.

Instrumen-instrumen derivatif sering digunakan oleh para pelaku pasar (pemodal dan
perusahaan efek) sebagai sarana untuk melakukan lindung nilai (hedging) atas
portofolio yang mereka miliki.

15

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758


Modul WPPE | PTE

Futures

Futures adalah kontrak untuk membeli atau menjual suatu efek (dapat berupa indeks,
saham, obligasi, dll) di masa mendatang dengan harga dan waktu yang telah
disepakati. Index futures misalnya, merupakan kontrak berjangka yang
menggunakan underlying berupa indeks saham. Salah satu aplikasi konsep futures
yang sudah lama digunakan di Indonesia adalah sistem ijon, dimana penjual membuat
kesepakatan kepada pembeli untuk menjual produk dalam harga tertentu di waktu
yang telah ditentukan, berapapun harga pasar yang berlaku saat itu. Untung/ruginya
penjual maupun pembeli akan diketahui ketika mereka mengetahui harga tersebut
nantinya. Futures memiliki karakteristik yang mirip dengan forward, namun salah satu
perbedaannya adalah futures diperdagangkan di bursa efek, sehingga transaksinya
melibatkan banyak pihak.

Keuntungan futures:

• Sarana Lindung Nilai (Hedging)


Dengan index futures, kerugian investasi pada saham yang memiliki beta
mendekati beta portofolio dapat di kompensasi dengan keuntungan pada
kontrak.

• Leveraging
Dengan modal terbatas, mampu menghasilkan potensi keuntungan yang sama
bahkan lebih besar daripada investasi pada saham.

• Bullish, Bearish Potensi Untung


Jika investor memperkirakan harga berpotensi naik, maka investor dapat
mengambil posisi buy, sebaliknya apabila perkiraan harga akan berpotensi
turun maka investor dapat mengambil posisi sell.

Dalam index futures, pembeli futures harus memperhatikan harga indeks yang
berlaku saat itu, harga indeks yang diprediksi, margin awal, dan harga penyelesaian
harian (HPH) yang ditetapkan di akhir hari. Marjin awal akan dikembalikan ketika
pembeli menjual futuresnya. Marjin awal yang ditetapkan BEI untuk LQ45 futures
adalah sebesar adalah 4% x harga indeks x Rp500.000 x jumlah kontrak.

Contoh aplikasi index futures:

Pada 23 Januari, Pak Jimmi membeli 1 kontrak LQ45 futures ketika indeks LQ45
berada di angka 752,55 karena diprediksi harga indeks akan naik. HPH pada saat itu
adalah 753,55. Pada 24 Januari, berapa profit/loss yang dihasilkan apabila indeks
berada di level 758,55?

23 Jan
Margin awal: (4% x 752,55 x Rp500.000,00 x 1 kontrak) = Rp15.051.000
HPH (profit): (753,55 – 752,55) x Rp500.000,00 = Rp500.000,00

24 Jan
Trading profit: Profit HPH + (758,55 – 753,55) x Rp500.000,00 = Rp3.000.000,00
Total profit: Marjin awal + trading profit
Rp15.051.000 + Rp3.000.000 = Rp18.031.000

16

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758


Modul WPPE | PTE

CONTOH SOAL
Pada 24 April, Bu Grace membeli 1 kontrak LQ45 futures ketika indeks LQ45 berada
di angka 800 karena diprediksi harga indeks akan naik. HPH pada saat itu adalah 801.
Pada 25 April, berapa profit/loss yang dihasilkan apabila indeks berada di level 805?

Jawaban
24 Apr
Margin awal: (4% x 800 x Rp500.000,00 x 1 kontrak) = Rp16.000.000
HPH (profit): (801 – 800) x Rp500.000,00 = Rp500.000,00

25 Apr
Trading profit: Profit HPH + (805-801) x Rp500.000,00 = Rp2.500.000
Total profit: Marjin awal + trading profit
Rp16.000.000 + Rp2.500.000 = Rp18.500.000

Options

Options adalah kontrak resmi yang memberikan Hak (tanpa adanya kewajiban) untuk
membeli atau menjual sebuah asset pada harga tertentu yang ditetapkan (strike
price) dalam jangka waktu tertentu. Biaya penjualan/pembelian dari options dari
tersebut dikenal dengan istilah premium.

Jenis Opsi:
a) Call Option memberikan hak (bukan kewajiban) kepada pemegang opsi
(taker) untuk membeli sejumlah tertentu dari sebuah instrumen yang
menjadi dasar kontrak tersebut.
b) Put Option memberikan hak (bukan kewajiban) kepada pemegang opsi
(taker) untuk menjual sejumlah tertentu dari sebuah instrumen yang
menjadi dasar kontrak tersebut.

Options diperdagangkan dengan dua metode, yaitu American style dan European
Style. American style memberikan kesempatan kepada pemegang options (taker)
untuk meng-exercise haknya setiap saat hingga waktu jatuh tempo. Sedangkan
European style hanya memberikan kesempatan kepada taker untuk meng-exercise
haknya pada saat waktu jatuh tempo.

Contoh aplikasi options:

Pak Banyu membeli call options saham ASII (1 kontrak = 10.000 saham) dengan
jatuh tempo dengan harga pelaksanaan Rp6.000, ditransaksikan pada harga Rp120
per saham. Premium yang dibayarkan sebesar Rp1.200.000 (Rp120 x 10.000 saham).

Pak Banyu dapat atau tidak melaksanakan haknya, tergantung pada harga ASII di
pasar spot.

 Dalam hal harga spot ASII Rp6.000 atau lebih rendah, maka sebaiknya
pembeli call tidak melaksanakan (exercise) hak sampai dengan jatuh tempo.

17

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758


Modul WPPE | PTE

 Jika harga spot ASII Rp6.120, pembeli call dapat melaksanakan haknya pada
strike price Rp6,000 dan menjualnya di pasar spot pada harga Rp6.120, maka
profit yang diperoleh pembeli call sebesar Rp0 : (Rp6.120 - Rp6.000) x 10.000)
– Rp1.200.000 (premium yang dibayarkan).
 Jika harga spot ASII Rp6.240, pembeli call dapat melaksanakan haknya pada
strike price Rp6.000 dan menjualnya di pasar spot pada harga Rp6.240, maka
profit yang diperoleh pembeli call sebesar Rp1.200.000 : (Rp6.240 – Rp6.000)
x 10.000) – Rp1.200.000 (premium yang dibayarkan).
 Jika harga spot ASII Rp10.000, pembeli call dapat melaksanakan haknya pada
strike price Rp6.000 dan menjualnya di pasar spot pada harga Rp10.000, maka
profit yang diperoleh pembeli call sebesar Rp38.800.000 : (Rp10.000 –
Rp6.000) x 10.000) – Rp1.200.000 (premium yang dibayarkan).

CONTOH SOAL

Bu Heidy membeli call options saham BNBR dengan jatuh tempo dengan harga
pelaksanaan Rp5.000, ditransaksikan pada harga Rp100 per saham. Premium yang
dibayarkan sebesar Rp1.000.000 (Rp100 x 10.000 saham). Berapakah
keuntungan/kerugian yang diterima apabila harga BNBR yang berlaku pada saat itu
adalah Rp5.500?

Jawaban : (Rp5.500 – Rp5.000) x 10.000) – Rp1.000.000 = Profit Rp4.000.000.

18

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758


Modul WPPE | PTE

INDEKS EFEK DAN AKSI KORPORASI

I. INDEKS EFEK

Dalam konteks pasar modal, indeks efek adalah portfolio teoretis (imajiner) yang berisi
sejumlah efek yang dikumpulkan atas tema dan kriteria tertentu, mengukur baik
sebagian maupun keseluruhan dari sebuah pasar. Indeks Komposit adalah indeks yang
mengukur pasar secara keseluruhan

Indeks efek memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai tolok ukur (benchmark) kinerja
portofolio produk, sectoral, maupun perekonomian secara keseluruhan.

Sebagai portfolio imajiner, indeks efek dapat menjadi acuan kinerja portfolio investor.
Indeks dapat menjadi alat yang membantu investor untuk menilai performa dari produk
investasi. Untuk mengukur kinerja investasi secara akurat, investor perlu menggunakan
alat ukur (indeks) yang tepat terhadap tema investasi yang diukur. Sebagai contoh,
indeks saham perbankan kurang sesuai untuk mengukur portfolio yang berisi saham
manufaktur. Indeks komposit dapat menjadi acuan atas performa ekonomi secara umum.

I.1. Jenis Indeks Efek


Indeks Saham yang ada di Indonesia antara lain:

Indeks Komposit Indeks Sektoral Indeks Tematik


1. Indeks Harga Saham 1. Agrikultur 1. Jakarta Islamic Index
Gabungan (IHSG) 2. Pertambangan (JII)
2. Indeks Saham 3. Industri Dasar 2. LQ45
Syariah Indonesia 4. Aneka Industri 3. IDX30
(ISSI) 5. Barang Konsumsi 4. KOMPAS100
3. Indeks Papan Utama 6. Properti 5. BISNIS-27
4. Indeks Papan 7. Infrastruktur 6. PEFINDO25
Pengembangan 8. Keuangan 7. SRI-KEHATI
5. IDX SMC Composite 9. Perdagangan dan Jasa 8. Infobank15
10. Manufaktur 9. SMInfra18
10. MNC36
11. Investor33
12. IDX SMC Liquid
13. Pefindo i-Grade

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758 19


Modul WPPE | PTE

I.2. Metodologi Indeks

1. Penetapan 2. Kriteria seleksi 3. Pembobotan


universe/ tema efek dan penyesuaian

4. Tanggal dasar
6. Backtesting 5. Kalkulasi return
dan nilai dasar

7. Index
maintenance

1. Penetapan universe/tema

Indeks efek dibentuk dengan tema tertentu. Tema adalah gaya dari investasi (investment
style) yang direplikasi dan diukur oleh indeks. Tema dari indeks memiliki keragaman,
beberapa diantaranya:

a. Saham likuid
b. Saham kapitalisasi pasar tertentu
c. Saham syariah
d. Saham berwawasan sosial/lingkungan
e. Corporate governance
f. Sektor tertentu
g. Saham pembayar dividen tertinggi
h. Saham dari Negara berkembang/ region tertentu, dll

2. Kriteria seleksi efek

Setelah tema indeks ditentukan, langkah berikutnya dalam penyusunan indeks adalah
menentukan kriteria seleksi efek konstituen indeks.

Terdapat beberapa jenis kriteria, antara lain:

a. obyektif vs subyektif.
b. kuantitatif vs kualitatif
c. fundamental vs teknikal
d. relatif vs absolut

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758 20


Modul WPPE | PTE

Pemilihan
Efek
Konstituen

Obyektif Subyektif

Kualitatif Kuantitatif

Teknikal Fundamental

Relatif Absolut

Kriteria Contoh
Obyektif Pemilihan berdasarkan kriteria
Subyektif Pemilihan berdasarkan penilaian komite indeks
Kualitatif Penerapan GCG
Kuantitatif Kapitalisasi pasar
Fundamental Pertumbuhan laba perusahaan, kapitalisasi pasar
Teknikal Likuiditas transaksi
Absolut Kapitalisasi pasar >Rp10 triliun
Relatif 10 saham berkapitalisasi pasar tertinggi (ranking)

3. Pembobotan dan penyesuaian

Terdapat 3 metode dasar dalam pembobotan konstituen indeks, yaitu:

a. Price weighted. Indeks price weighted dibentuk dengan asumsi setiap efek
konstituen dalam portfolio indeks memiliki jumlah yang sama, yaitu 1 unit. Indeks
saham pertama di dunia, Dow Jones Transportation Average (DJTA), dihitung
sejak 3 Juli 1884, dihitung dengan metode ini. Indeks ini memiliki bias, yaitu lebih
dipengaruhi oleh saham-saham berharga tinggi. Selain itu, setiap terjadi aksi
korporasi yang mengubah harga saham seperti stock split dan dividen saham akan
membuat penyebut dalam indeks (divisor) disesuaikan.

∑ 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘1
𝑃𝑊 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥1 =
∑ 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘 0

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758 21


Modul WPPE | PTE

b. Market capitalization weighted. Indeks market capitalization weighted dibentuk


dengan bobot yang mencerminkan kapitalisasi pasar dalam portfolio indeks.
Seluruh indeks di BEI saat ini merupakan market cap weighted index, demikian
pula sebagian besar indeks efek di dunia. Pembobotan berdasarkan nilai
kapitalisasi pasar adalah metode indeks yang paling mendekati kondisi di pasar
dan mudah direplikasi oleh investor. Bias dalam indeks ini adalah indeks lebih
dipengaruhi oleh saham berkapitalisasi besar.

∑ 𝑘𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑒𝑓𝑒𝑘1


𝑀𝑊 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥1 =
∑ 𝑘𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑒𝑓𝑒𝑘0

c. Equal weighted. Indeks equal weighted dibentuk dengan asumsi sederhana, yaitu
setiap efek konstituen memiliki bobot yang sama dalam portfolio indeks. Bias dari
indeks ini adalah saham harga rendah maupun kapitalisasi kecil memiliki
pengaruh secara relatif lebih tinggi.

𝐸𝑊 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥1 = 𝐸𝑊 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥0 + 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 0

Contoh:

di Bursa A terdapat 3 saham. Jika indeks pada t 0 adalah 100, hitung indeks pada t 1
dengan 3 metode pembobotan!

Saham Harga t0 Saham beredar Harga t1


AAA 50 10.000 48
BBB 10 5.000 12
CCC 80 5.000 80

Jawaban:
48+12+80
PW Index1 = 100 𝑥 = 100
50+10+80

(48𝑥10.000)+(12𝑥5.000)+(80𝑥5.000)
MW Index1 = 100 𝑥 = 98,94
(50𝑥10.000)+(10𝑥5.000)+(80𝑥5.000)

[(48⁄50)−1]+[(12⁄10)−1]+[(80⁄80)−1]
EW Index1 = 100 + = 105,33
3

Ketiga metode pembobotan menghasilkan nilai indeks berbeda, dengan pergerakan yang
berlawanan arah pula.

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758 22


Modul WPPE | PTE

Selain pembobotan, terdapat juga penyesuaian atas bobot efek konstituen. Penyesuaian
diterapkan berdasarkan metode tertentu, misalnya:

Metode Penjelasan
Free float Penyesuaian bobot berdasarkan jumlah free float
efek di pasar
Weight cap Bobot maksimum efek dalam indeks
Fundamental adjustment Penyesuaian bobot berdasarkan kondisi fundamental
emiten
Dividend adjustment Penyesuaian bobot berdasarkan pembayaran dividen
historis
Sector equal weight Penyesuaian dari equal weighted index, dimana
bobot setara diberikan pada tingkat sektor

4. Tanggal dasar dan nilai dasar

a. Nilai dasar: nilai indeks yang telah ditetapkan (100, 1.000, dst), sebagai “awal”
dari indeks.
b. Tanggal dasar: tanggal pada saat indeks berada di nilai dasar.
Tanggal dasar ≠ tanggal peluncuran

5. kalkulasi return

Indeks dihitung dalam frekuensi tertentu, antara lain bulanan, harian, menitan, hingga
real time. Indeks atas obligasi dihitung harian, yang disebabkan transparansi
perdagangan obligasi lebih terbatas karena bersifat OTC. Dalam kalkulasi return,
terdapat dua metode umum, yaitu price return dan total return index. Perbedaan dari
price return dan total return adalah total return menghitung elemen perubahan harga
(price return) dan income (pendapatan) dari suatu investasi.

a. Price return index: hanya mengukur perubahan harga (capital gain/loss). Seluruh
indeks di BEI adalah price return index.

b. Total return index: mengukur perubahan harga dan income (dividen). Nilai dividen
ditambahkan dalam penghitungan indeks pada tanggal pembayaran dividen.
Variasi dari total return index adalah Net total return index yang menghitung porsi
dividen sesudah pajak.

6. Backtesting

Backtesting adalah penghitungan nilai indeks dengan metodologi konsisten sebelum


tanggal peluncuran. Tujuan backtesting adalah untuk memberikan gambaran pergerakan
historis atas indeks yang baru diluncurkan.

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758 23


Modul WPPE | PTE

7. Index maintenance

Untuk mengikuti dinamika pasar, dilakukan review atas indeks secara berkala. Review
dilakukan secara periodik, baik tahunan, 6 bulanan, maupun 3 bulanan. Hasil dari review
adalah perubahan efek konstituen dan perubahan bobot efek konstituen. Terdapat jeda
antara pengumuman dan implementasi review untuk memberikan kesempatan pada
pelaku pasar untuk menyesuaikan portfolio sebelum perubahan indeks efektif.

Periode Review Indeks IDX


Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec REVIEWER

LQ45
proses proses
IDX30 IDX
review review
KOMPAS100
proses proses
PEFINDO25 PEFINDO
review review
proses proses BISNIS
BISNIS-27
review review INDONESIA
proses proses
SMinfra18 SMI/IDX
review review
proses proses YAYASAN
SRI-KEHATI
review review KEHATI
proses proses
MNC36 MNC
review review
proses proses
ISSI OJK
review review
proses proses
JII IDX
review review
proses proses Majalah
Investor33
review review Investor
proses proses INFOBANK/
infobank15
review review IDX

II. AKSI KORPORASI

Aksi Korporasi adalah tindakan strategis yang dilakukan oleh Emiten yang secara
signifikan mempengaruhi jumlah dan harga Efek (saham atau obligasi) yang dikeluarkan
oleh Emiten.

Beberapa jenis dari aksi korporasi antara lain rights issue, waran, stock split dan
reverse stock split, dividen, shares buyback, obligasi konversi dan obligasi tukar,
callable bonds, dan aktivitas Merger& Akuisisi.

II.1. Rights Issue


Rights issue (Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu/HMETD) merupakan pelaksanaan dari
Pre-emptive right, yaitu hak yang memungkinkan para pemegang saham untuk menjaga
porsi kepemilikan dan hak suara dalam RUPS berupa prioritas untuk membeli efek yang
baru diterbitkan oleh emiten sebelum ditawarkan kepada pihak lain.

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758 24


Modul WPPE | PTE

Tujuan rights issue


1. Menghimpun dana dari publik;
2. Memperkuat struktur permodalan;
3. Menambah jumlah saham beredar sehingga meningkatkan likuiditas.

Landasan Hukum
Peraturan OJK No.32 tahun 2015 tentang HMETD, mengatur:

1. Persetujuan pemegang saham melalui RUPS


2. Informasi penting mengenai penawaran HMETD dalam bentuk prospektus wajib
telah diumumkan selambat-lambatnya bersamaan dengan pengumuman RUPS
3. Efektifnya pernyataan pendaftaran dari OJK akan disampaikan selambat-
lambatnya dalam waktu 12 bulan setelah tanggal persetujuan RUPS

Dilusi
Dalam rights issue, investor berhak untuk melaksanakan HMETD maupun tidak. BEI
menyediakan sarana bagi investor yang tidak berniat untuk melaksanakan HMETD dan
menjual HMETD tersebut di pasar sekunder. HMETD disebut efek dilutif karena
pelaksanaan dari HMETD dapat menyebabkan dilusi kepemilikan efek.

Pembeli siaga (stand-by buyer) adalah pihak yang membeli efek baru jika tidak diminati
oleh investor yang sudah ada. Umumnya pembeli siaga adalah investor strategis maupun
perusahaan sekuritas yang menjadi underwriter.

Potensi dilusi HMETD dan efek dilutif lain (obligasi konversi, waran, dan opsi saham)
dapat dilihat dari perbedaan harga teoretis dan harga cum. Jika harga teoretis lebih tinggi
dari pada harga cum, efek tersebut menjadi antidilutif, dengan asumsi bahwa konversi
efek menjadi saham tidak akan dilakukan.

Sebelum Rights Issue Setelah Rights Issue


Dilusi
Pemegang Saham Jumlah % Jumlah %
Pemegang Saham
2,720,000,000 40% 2,720,000,000 33% -7%
Utama
Masyarakat 4,070,411,860 60% 4,070,411,860 50% -10%
Pembeli Siaga - 0% 1,358,082,372 17% 17%
Modal Ditempatkan
6,790,411,860 100% 8,148,494,232 100% 0%
dan Disetor Penuh

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758 25


Modul WPPE | PTE

Pengaruh rights issue terhadap harga saham


Rights issue merupakan sinyal bahwa perusahaan membutuhkan dana tambahan dari
investor. Maka dari itu, tanggapan dari investor dalam setiap transaksi rights issue
beragam, tergantung dari latar belakang dan pelaksanaan rights issue sendiri.

Investor memperhatikan beberapa kondisi relevan, seperti:


1. Kondisi kesehatan keuangan perusahaan pada saat melakukan rights issue.
2. Tujuan penggunaan dana hasil rights issue, antara lain:
a. Jika untuk pendanaan proyek, apa potensi dari proyek tersebut?
b. Apakah tujuan rights issue untuk restrukturisasi utang?
3. Apakah harga pelaksanaan rights terlampau tinggi/rendah dibandingkan harga
pasar?

II.2. Waran
Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada
pemegang waran untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga tertentu
untuk jangka waktu 6 bulan atau lebih sejak diterbitkannya waran tersebut.

Waran diterbitkan sebagai sweetener dalam penawaran umum (IPO), karena waran
adalah opsi bagi investor untuk membeli saham perusahaan dengan harga yang telah
ditetapkan.

Menurut Peraturan OJK No.32 Tahun 2015: Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, jumlah
waran yang diterbitkan dan waran yang beredar tidak dapat melebihi 35% dari jumlah
saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh.

Menurut Peraturan bursa I-A tentang Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas, harga
pelaksanaan hak atas waran ditetapkan setinggi-tingginya 125% (seratus dua puluh lima
perseratus) dari harga saham terakhir (closing price) pada hari diputuskannya penerbitan
waran oleh RUPS Perusahaan Tercatat.

Penghitungan saham baru akibat eksekusi waran menggunakan metode yang sama
dengan penghitungan HMETD. Pada saat waran dikonversi menjadi saham, maka
terdapat beberapa penyesuaian, antara lain:
1. Jumlah saham yang beredar bertambah
2. Dividen per saham menurun
3. Rasio price-to-earning (P/E) meningkat
4. Modal perusahaan bertambah
Hal ini secara umum juga berlaku pada pelaksanaan rights dan aksi korporasi lain yang
mengubah jumlah saham beredar (dilusi).

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758 26


Modul WPPE | PTE

II.3. Stock Split dan Reverse Stock Split


Stock split adalah pemecahan nominal saham menjadi saham dengan nominal yang lebih
kecil dengan rasio tertentu, misalnya 1 unit saham nilai nominal Rp1.000 dipecah menjadi
2 unit saham nominal Rp 500. Reverse stock split adalah kebalikan dari stock split, yaitu
penggabungan beberapa saham menjadi saham dengan nominal lebih besar, dengan
rasio tertentu.

Stock Split dan reverse stock split mengubah jumlah saham yang beredar namun tidak
mengubah stuktur permodalan dan nilai kapitalisasi pasar. Penggunaan rasio tertentu
dapat membuat saham odd lot (di luar kelipatan 100).

Harga teoretis dan penyesuaian jumlah saham beredar dihitung dengan mengalikan
harga sebelum aksi korporasi dengan rasio split/reverse split yang dipakai.

𝑠𝑏
𝐻𝑇 = 𝐻𝐶 𝑥
𝑠𝑙

HT = harga teoretis sesudah split/reverse split


HC = harga terakhir sebelum split/reverse split
sb
= rasio saham baru terhadap saham lamaTujuan
sl
Stock Split Reverse Stock Split
Membuat saham mahal menjadi lebih Memenuhi regulasi terkait harga
terjangkau bagi investor retail minimum
Meningkatkan partisipasi investor
Meningkatkan likuiditas

II.4. Dividen
Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham. Menurut UU PT no. 40/2007,
dividen hanya dapat dibagikan emiten dengan saldo laba positif

Berbagai bentuk dividen:


1. Dividen tunai dibagikan dalam bentuk tunai dan dikenakan pajak dividen.
2. Dividen saham dibagikan dalam bentuk saham, berasal dari reklasifikasi laba
ditahan menjadi modal disetor.
3. Dividen properti dibagikan dalam bentuk aset perusahaan selain tunai atau
saham, misalnya aktiva tetap. Jarang dilakukan perusahaan publik.

Perbedaan dividen tunai dan dividen saham:


Dividen tunai Dividen saham
Terdapat pembayaran tunai Tidak ada pembayaran tunai
Tidak mengubah jumlah saham beredar Menambah jumlah saham beredar, namun
tidak mengubah kapitalisasi pasar.
Mengurangi total aset perusahaan Tidak mengubah total aset perusahaan
Mengakibatkan perubahan struktur modal Tidak mengakibatkan perubahan struktur
modal

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758 27


Modul WPPE | PTE

Konsep dalam pembagian dividen:


1. Declaration date: Tanggal pengumuman pembagian dividen disampaikan oleh
emiten
2. Cum dividend date: Tanggal terakhir perdagangan saham mengandung hak
dividen
3. Ex dividend date: Tanggal sesudah cum date, dimana pembelian saham tidak lagi
mengandung hak dividen
4. Recording date: Tanggal penentuan pemegang saham yang berhak mendapat
dividen
5. Dividend payment date: Tanggal pembayaran dividen
6. Dividend payout ratio: Rasio pembayaran dividen terhadap laba bersih
7. Dividend yield: Rasio pembayaran dividen terhadap harga saham
8. Interim dividend: Dividen yang dibayar pada tengah tahun berjalan

Dividen saham
1. Dividen saham mengkibatkan terjadinya peningkatan jumlah saham yang beredar
2. Seperti stock split, terjadi penyesuaian terhadap harga dan jumlah saham
beredar, namun tidak terjadi dilusi kepemilikan
𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑚𝑎
𝐻𝑇 = 𝑥 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐶𝑢𝑚
𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑚𝑎 + 𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
Contoh:
𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑚𝑎 + 𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚1 = 𝑥𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚0
𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑚𝑎
PT ABC membagi dividen saham dengan rasio 10 saham lama berhak atas 1
saham baru. Harga saham PT ABC di Bursa pada tanggal cum adalah Rp1.100.
dan jumlah saham sebelum dividen sebanyak 1 miliar. Berapakah harga teoretis
dan jumlah saham saham ABC setelah dividen saham?

10
𝐻𝑇 = 𝑥 𝑅𝑝1.100 = 𝑅𝑝1.000
10 + 1
10 + 1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚1 = 𝑥1 𝑚𝑖𝑙𝑖𝑎𝑟 = 1,1 𝑚𝑖𝑙𝑖𝑎𝑟
10

II.5. Shares Buyback


Shares Buyback/Stock Repurchase adalah pembelian kembali saham yang beredar di
pasar oleh perusahaan penerbit. Kebijakan ini merupakan salah satu cara perusahaan
untuk mendistribusikan kas yang dimiliki oleh perusahaan kepada pemegang saham
selain dalam bentuk dividen.

Alasan pelaksanaan shares buyback:


1. Memberikan sinyal optimisme ke pasar, terutama saat pasar crash
2. Sebagai bentuk alternatif pembagian keuntungan kepada pemodal
3. Untuk dibagikan kepada karyawan sebagai ESOP/MSOP

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758 28


Modul WPPE | PTE

4. Penghematan pembayaran dividen ke depan; saham yang dibeli kembali tidak


mendapatkan hak dividen
5. Digunakan sebagai pengurangan modal

II.6. Obligasi Konversi dan Obligasi Tukar


Obligasi konversi memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversi
obligasi menjadi saham dari perusahaan penerbit obligasi dengan rasio yang sudah
ditentukan.

Obligasi tukar memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menukar obligasi
menjadi sejumlah saham yang diterbitkan oleh perusahaan lain.

Keuntungan atas kedua bentuk obligasi tersebut adalah sebagai berikut:


Bagi Penerbit Bagi Pemegang
Kupon lebih murah dibandingkan obligasi Kupon lebih tinggi dibandingkan dividen
biasa sebagai kompensasi atas hak
konversi/tukar
Tidak ada biaya penerbitan saham jika Proteksi penurunan nilai dibanding saham
terjadi konversi
Kesempatan capital gain, ketika investor
menukar obligasi menjadi saham

Risiko
Risiko dilusi kepemilikan investor saham Wrong way risk: jika penerbit gagal
existing jika terjadi konversi bayar, harga saham ikut turun

Dampak obligasi konversi dan obligasi tukar, jika pemegang obligasi melakukan konversi
atau tukar:
Obligasi Konversi Obligasi Tukar
Tidak terjadi perubahan total aset Terjadi penurunan total aset
Perbaikan struktur modal Perbaikan struktur modal

II.7. Callable Bonds


Callable bond adalah obligasi yang dapat dilunasi lebih awal (“call”) oleh penerbit obligasi
sebelum masa jatuh tempo obligasi. Callable bond memberikan hak kepada penerbit
untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu (strike price/call price) dalam
periode tertentu. Umumnya call price merupakan harga premium/ di atas par sebagai
kompensasi bagi pemegang obligasi yang menanggung risiko pelunasan dipercepat.

Faktor yang mendorong penerbit, untuk melaksanakan opsi call antara lain adalah:
1. Terjadi penurunan suku bunga di pasar, sehingga terdapat kesempatan
refinancing dengan bunga lebih rendah.
2. Perusahaan memiliki kas yang cukup besar yang dapat berasal dari penerbitan
saham, penjualan aset atau anak perusahaan.

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758 29


Modul WPPE | PTE

II.8. Kombinasi Bisnis


Merger/Penggabungan adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana
perusahaan yang me-merger tetap bertahan dan perusahaan yang di-merger (sasaran)
berhenti beroperasi.

Peleburan adalah bergabungnya 2 atau lebih perusahaan yang membentuk 1 perusahaan


baru yang memiliki harta dan kewajiban dari seluruh perusahaan pembentuknya.

Akuisisi/Pengambilalihan adalah pembelian saham/aset perusahaan sasaran akuisisi


yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas perseroan tersebut.

Divestasi/Pemisahan adalah pengalihan sebagian atau seluruh harta dan kewajiban


perusahaan kepada pihak lain.

Alasan-alasan dilakukannya merger/akuisisi/peleburan:

1. Sinergi bisnis: merger akan menghasilkan keuntungan bisnis lebih bagi kedua
entitas dibandingkan tanpa merger, termasuk manfaat skala ekonomi.
2. Keuangan: perusahaan sasaran dalam kondisi yang menyebabkan perusahaan
target tersebut diperdagangkan di bawah nilai wajarnya (fair value), menjadikan
perusahaan tersebut menjadi target atraktif
3. Diversifikasi: dilakukan untuk mengurangi risiko bisnis.
4. Memasuki segmen pasar yang baru.
5. Terdapat kecenderungan konsolidasi dalam satu industri
6. Kewajiban regulasi
7. Meningkatkan market share

Alasan-alasan dilakukannya divestasi:

1. Kewajiban regulasi
2. Dissinergi bisnis: perbedaan kultur 2 perusahaan tidak dapat disatukan

Jenis-jenis Merger
1. Horizontal merger, merger perusahaan yang merupakan kompetitor bisnis
langsung.
Contoh:
a. Peleburan Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor
Impor (Exim), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) menjadi Bank
Mandiri pada 1999.
b. Merger PT Bat Indonesia Tbk. (BATI) dan PT Bentoel Internasional Investama
Tbk. (RMBA) pada 2010.

2. Vertical merger, merupakan merger yang dilakukan untuk mengintegrasikan


produksi dari hulu ke hilir.
Contoh: Merger PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) dengan PT Meadow
Indonesia di tahun 2011, dimana PT Matahari Department Store Tbk. merupakan

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758 30


Modul WPPE | PTE

link retail sementara PT Meadow Indonesia merupakan konsultan produk yang


memegang lisensi untuk produk-produk yang dijual Matahari.

3. Market-extension merger, dilakukan untuk memperluas pangsa pasar


perusahaan.
Contoh: Merger PT Bank NISP Tbk dengan PT Bank OCBC Indonesia yang menjadi
PT Bank OCBC NISP Tbk pada 1 Januari 2011. OCBC melakukan merger selain
untuk mematuhi peraturan pemerintah tentang single presence policy di
Indonesia, juga untuk meningkatkan pertumbuhan khususnya kredit mikro di
Indonesia.

4. Product-extension merger, dilakukan untuk memperbanyak produk-produk yang


dapat dijual oleh perusahaan.
Contoh: Broadcom merger dengan Mobilink Telecom, Inc . tahun 2002. Broadcom
memproduksi chips untuk wireless LAN dan Bluetooth sementara Mobilink
membuat chips dan desain produk untuk handset GSM (Global System for Mobile
Communications) dan GPRS (General Packet Radio Service)

5. Konglomerasi, merger 2 perusahaan dalam industri berbeda


Contoh: Akuisisi BCA oleh grup Djarum

Metode Akuisisi
1. Akuisisi saham
Akuisisi dengan cara membeli saham perusahaan, Akuisisi dilakukan dengan
mengajukan penawaran terhadap perusahaan sasaran akuisisi. Penawaran dapat
diberikan langsung kepada pemilik perusahaan.
Dalam peraturan IX.H.1, akuisisi saham wajib dilanjutkan dengan tender offer.
Tender offer adalah penawaran perusahaan pembeli kepada publik untuk membeli
saham perusahaan sasaran akuisisi, dengan harga minimum harga akuisisi.
Dalam peraturan yang sama, tender offer dalam jumlah tertentu wajib dilanjutkan
dengan refloating (pelepasan kembali saham perusahaan yang diakuisisi ke
publik) dalam kurun tertentu.

2. Akuisisi aset
Akuisisi dengan cara membeli semua aset perusahaan sasaran. Pada metode Ini
ini, dibutuhkan suara pemegang saham perusahaan sasaran sehingga tidak
terdapat halangan dari pemegang saham minoritas, seperti yang terdapat pada
akuisisi saham.

Modul WPPE-P | Alwas Kurniadi 18758 31

Anda mungkin juga menyukai