Laporan Magang Qolbi PLTP Kamojang
Laporan Magang Qolbi PLTP Kamojang
Pembimbing I
Nama : Maria Paskanita W, S.KM., M.Sc ( )
NIP : 1980040620160101
Pembimbing II
Nama : Haris Setyawan, S.KM., M.Kes. ( ) )
NIP : 19840715 2014041001
Penguji
Nama : Iwan Suryadi, S.KM., M. Kes ( )
NIP : 1990061520161001
Tim Magang
ii
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
melaksanakan Magang serta menyelesaikan penyusunan Laporan dengan judul :
”Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Indonesia Power
PLTP Kamojang”.
Laporan ini disusun guna memenuhi syarat kelengkapan penyelesaian
studi di Program Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sekolah Vokasi
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang yang membantu penulis
dalam penyusunan laporan penelitian ini antara lain yaitu:
1. Drs. Santoso Tri Hananto, M.Acc, Ak selaku Direktur Sekolah Vokasi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. Isna Qadrijati, dr.,M.Kes selaku Kepala Program Studi Diploma 4
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Ibu Maria Paskanita W, S.KM.,M.Sc, dan Bapak Haris Setyawan, S.KM.,
M.Kes., selaku pembimbing/dosen Program Diploma 4 Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan laporan ini.
4. Bapak Iwan Suryadi, S.KM., M. Kes selaku penguji yang telah memberikan
evaluasi dalam penyusunan laporan ini.
5. Bapak Budi Wibowo, selaku General Manager PT. Indonesia Power PLTP
Kamojang Bandung.
6. Bapak Ade selaku pembimbing lapangan, personil HSE yang telah
memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan ini dan keluarga besar PT
Indonesia Power yang telah memberikan dukungan dan bimbingan ilmunya
dalam menjalani proses magang.
7. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa dalam
menjalani proses magang dan penyusunan laporan ini.
8. Keluarga D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja angkatan 2016
(ARANOIDEA) yang telah memberikan inspirasi dan doa kepada penulis dan
semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL, GAMBAR, SINGKATAN DAN LAMPIRAN ............................ v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan ...................................................................................................... 4
C. Manfaat .................................................................................................... 3
BAB II. METODE PENGAMBILAN DATA
A. Persiapan ................................................................................................ 14
B. Lokasi....................................................................................................... 5
C. Pelaksanaan .............................................................................................. 7
D. Sumber Data ............................................................................................ 7
E. Pengolahan Data ...................................................................................... 7
BAB III. HASIL
A. Gambaran Umum Perusahaan ................................................................. 8
B. Proses Produksi ...................................................................................... 20
C. Implementasi K3 .................................................................................... 50
BAB IV. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................ 81
B. Saran ...................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 86
TUGAS KHUSUS ...................................................................................................... 88
LAMPIRAN .............................................................................................................. 111
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR SINGKATAN
vi
RKL/RPL : Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup/Rencana Pemantauan
Lingkungan Hidup
RTM : Rapat Tinjauan Manajemen
SCBA : Self Contained Breathing Apparatus
SK : Surat Keputusan
SMK3 : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
SML : Sistem Manajemen Lingkungan
SOP : Standard Operation Procedure
UKL/UPL : Upaya Pengelolaan LingkunganHidup/Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup
UNESCO : United Nations Educational, Scientific, and Cultural
Organization
USGS : United States Geological Survey
UV : Ultra Violet
VCT : Voluntary Counselling and Test
WKP : Wilayah Kerja Panas Bumi
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
cadangan energi panas bumi dunia atau mencapai 28,5 Giga Watt electrical
(GWe), terdiri dari resources 11.073 MW dan reserves 17.453 MW, tetapi
saat ini baru dimanfaatkan sebesar 4-5% (Sukhyar dan Danar, 2010).
Bumi menyebutkan bahwa Panas Bumi adalah sumber energi panas yang
terkandung di dalam air panas, uap air, serta batuan bersama mineral ikutan
dan gas lainnya yang secara genetik tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem
Panas Bumi. Panas Bumi merupakan sumber daya alam terbarukan dan
Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi tercatat sumber daya panas
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) pada 11 Wilayah Kerja Panas
1
2
statistik kecelakaan kerja panas bumi pada tahun 2015 terjadi 27 kecelakaan
kecelakaan dengan total korban 28 orang. Maka dari itu perusahaan tentunya
yang diciptakan dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja atau buruh, dan
serikat pekerja atau serikat buruh dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, serta terciptanya tempat kerja yang
tenaga panas bumi. PT. Indonesia Power PLTP Kamojang memiliki 3 unit
memasok listrik ke sistem JAMALI (Jawa Madura dan Bali) sebesar 48.320
Power PLTP Kamojang telah melakukan audit SMK3 PP No. 50 tahun 2012
sinar UV, dan lain sebagainya. Selain potensi bahaya yang tinggi juga
Kamojang sebagai salah satu perusahaan yang tentunya tidak jauh dari hal
B. Tujuan Magang
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Kamojang.
PLTP Kamojang
Kamojang.
Kamojang.
Kamojang
C. Manfaat Magang
1. Bagi Perusahaan
3. Mahasiswa
A. Persiapan
adalah :
Kesehatan Kerja.
B. Lokasi
C. Pelaksanaan
2020. Kegiatan magang menyesuaikan hari kerja perusahaan yaitu hari Senin
6
7
D. Sumber Data
1. Data Primer
a. Wawancara
b. Observasi
c. Diskusi
akurat.
2. Data Sekunder
dan lingkungan.
E. Pengolahan Data
teori yang berlaku baik nasional maupun internasional. Hal ini bertujuan untuk
8
Power PLTP Kamojang dengan peraturan dan standar yang berlaku kemudian
HASIL
ketenagalistrikan)
Untuk tahap awal, pada tahun 1994 PLN diubah statusnya dari Perum
9
10
memisahkan misi sosial dan komersial yang diemban oleh BUMN (Badan
Usaha Milik Negara) tersebut. Salah satu dari anak perusahaan tersebut
usaha-usaha terkait.
Suralaya, Saguling, Kamojang, Mrica, Semarang, Perak & Grati dan Bali.
di luar PT. Indonesia Power. Ke-8 pembangkit dan satu Unit Bisnis Jasa
lokasi Unit Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi yaitu Unit PLTP
Kamojang, Unit PLTP Darajat dan Unit PLTP Gunung Salak serta lokasi
di daerah perbukitan sekitar 1500 meter dari permukaan air laut dan 42
Gajah. Unit PLTP Darajat beralamat di desa pada awas Kecamatan Pasir
Kemudian unit 2 dan 3 beroperasi masing masing pada bulan Juli 1987
untuk unit 2 dan unit 3 pada bulan Nopember 1987. Unit PLTP Darajat
mulai beroperasi pada tanggal 6 Oktober 1994 dan Unit PLTP Gunung
Salak mulai beroperasi pada tanggal 12 Maret 1994 untuk unit 1, Unit 2
beroperasi pada 12 Juni 1994 dan Unit 3 pada tanggal 16 Juni 1997. Pada
(Potensi panas bumi dunia 50 GW). Potensi ini perlu dikembangkan untuk
13
terhadap energi fosil yang semakin menipis. Unit Pembangkitan dan Jasa
terpasang 375 MW. Pada tahun 2003, unit pembangkit panas bumi
Kamojang yaitu :
3. Struktur Organisasi
fungsi manajer dan dua sub unit bisnis yang dipimpin oleh manajer
unit. Fungsi - fungsi manajer disusun berdasar bidang yang ada yaitu;
manajer unit adalah manajer sub unit bisnis PLTP Gunung Salak dan
manajer sub unit bisnis PLTP Darajat. Para manajer sendiri membawahi
4. Kebijakan K3
kerja.
K3 perusahaan.
pada dinding fasilitasi kantor (lobby, ruang rapat, ruang HSE, dan
area perusahaan.
a. HSE Meeting
b. Audit
c. Laporan
Disnaker Bandung.
d. Inspeksi K3
bulan sekali.
s. Preventif Kesehatan.
SDM.
minggunya.
aktivitas pekerjaan.
20
t. Kuratif Kesehatan
u. Rehabilitatif Kesehatan
pada standar-standar:
1) Kualitas
Energi.
Energi.
Konservasi Energi.
2) Kuantitas
a. Sumber Dana
b. Pengelolaan Dana
B. Proses Produksi
1. Bahan Baku
receiving header yang dilengkapi dengan pengontrol uap yakni vent valve.
dimaksud dengan kelebihan uap disini adalah jumlah uap yang tidak sesuai
dengan kapasitas uap yang dibutuhkan pembangkit. Untuk itu, uap tersebut
dalamnya. Setelah itu uap yang telah bersih tersebut dialirkan melalui
main steam valve lalu memasuki turbin yang dikopel dengan generator.
2. Peralatan Produksi
tekanan uap, apabila uap bertekanan lebih tinggi maka Steam Receiving
b. Vent Structure
structure ini terbuat dari beton bertulang berbentuk bak persegi panjang,
bagian bawahnya disekat dan bagian atasnya diberi tumpukan batu agar
untuk membuka dan menutup katup diperoleh dari dua buah kompresor
membuang kelebihan uap jika terjadi penurunan beban atau unit stop.
c. Separator
zat-zat padat, silica, dan zat lain yang bercampur dengan uap yang
maka kondensat dan partikel-partikel padat yang ada dalam aliran uap
akan terpisah dan jatuh ke bawah dan ditampung dalam dust collector
Sedangkan uap yang lebih bersih akan keluar melalui pipa bagian atas
dari separator. Kotoran yang ada dalam dust collector di salurkan secara
turbin.
Gambar 7. Separator
(Sumber: PT. Indonesia Power PLTP Kamojang)
27
d. Demister
butir - butir air yang terbawa oleh uap dari sumur- sumur panas bumi.
air dan partikel - partikel padat lainnya yang lolos dari separator,
sehingga uap yang akan dikirim ke turbin merupakan uap yang benar-
benar uap yang kering dan bersih. Karena jika uap yang masuk ke
erosi dan pembentukkan kerak pada turbin. Uap masuk dari atas
berat jenis maka butiran air kondensat dan partikel - partikel padat yang
terkandung dalam di dalam uap akan jatuh. Uap bersih akan masuk
Demister ini dipasang pada jalur uap utama setelah alat pemisah
Gambar 8. Demister
(Sumber: PT. Indonesia Power PLTP Kamojang)
e. Turbin
aksi (impuls) dan reaksi. Yang membedakan antara turbin aksi dan
reaksi adalah pada proses ekspansi dari uapnya. Pada turbin aksi, proses
baris sudu tetapnya saja, sedangkan pada reaksi proses dari fluida kerja
unit aliran ganda dengan putaran 3000 rpm. Turbin ini dirancang
29
lainnya, yaitu:
1) Turbine Valve yang terdiri dari Main Steam Valve (MSV) dan
turbin pada saat unit dalam kondisi stop atau pada saat pemanasan
sebelum turbin start agar tidak terjadi distorsi pada poros akibat
Gambar 9. Turbin
(Sumber: PT. Indonesia Power PLTP Kamojang)
f. Generator
energi listrik.
g. Kondensor
suhu 27℃ dan air hasil kondensasi sebesar 45,8℃. Uap hasil buangan
sistem ekstraksi gas terdiri atas ejector 1, ejector 2, inter condensor dan
after condensor.
untuk memompakan air hasil kondensasi yang tersimpan pada Hot Well
i. Cooling Tower
atau kipas sebagai penghasil udara yang akan mendinginkan air hasil
memiliki sistem Double Cross Flow atau lebih jelasnya bahwa menara
pendingin ini memiliki 2 sisi untuk mengalirkan udara keatas. Air hasil
3. Proses Produksi
Energi panas yang dimiliki oleh uap air pada dasarnya berawal dari
permeable yang berfungsi sebagai aquifer yang berasal dari air hujan,
mengambil energi panas dari bedrock secara konveksi dan induksi. Air
reservoir.
antara lain:
demister untuk memisahkan zat padat, silica, dan bintik-bintik air yang
c. Uap yang telah bersih itu dialirkan melalui Main Steam Valve /
turbin uap berfungsi untuk memutar sudu turbin yang dikopel dengan
listrik dengan arus 3 phase, frekuensi 50Hz dan tegangan 11,8 kV.
penyaliran Jawa-Bali.
e. Agar turbin bekerja secara efisien, maka exhaust steam yang keluar dari
dipasang dibawah turbin. Exhaust steam dari turbin masuk dari sisi atas
dijaga selalu dalam kondisi normal oleh dua buah cooling water pump,
37
harus dikeluarkan secara kontinyu oleh sistem ekstraksi gas. Gas-gas ini
mengandung CO2, 85-90% wt, 3,5% wt, sisanya adalah dan gas-
terdiri atas first-stage, second stage dan liquid ring vacuum pump.
reinjeksi.
tegak lurus, menggunakan 5 forced drain fan. Proses ini terjadi dalam
cooling water.
Pada prinsipnya cara kerja PLTP hampir sama dengan cara kerja
38
PLTU, tetapi pada PLTP tidaj menggunakan boiler karena uapnya sudah
ada dari alam. Oleh karena itu, uap yang didapat dari alam maka uap
kerja turbin dan akhirnya dapat merusak turbin. Oleh karena itu di PLTP
mendinginkan uap bekas tersebut. Sehingga dapat kita lihat bahwa sistem
tersebut tidak perlu mengambil air dari persediaan sungai atau danau,
4. Produk
Madura dan Bali) sebesar 48.320 GwH (Gigawatt Hours) atau sekitar
48,34%
40
C. Implementasi K3
1. Implementasi Higiene Industri
peredam pada
mesin
generator.
2. Pengendalian
Administratif,
melalui
pemasangan
rambu- rambu
penggunaan APD
pada area yang
terdapat kebisingan
dan pemasangan
rambu bahwa area
tersebut bising.
3. Penyediaan Alat
Pelindung Diri,
melalui pemberian
alat pelindung
telinga kepada
pekerja yang
terpapar
kebisingan berupa
ear plug yang
wajib digunakan
ketika melakukan
pekerjaan.
42
b. Radiasi Sinar Bengkel Las Pengelasan 10 1. Pemberian APD yaitu Permenaker Diatas 1. Isolasi sumber
Ultra kacamata pengelasan. No.5 tahun 2018 NAB radiasi dengan
2. Pemberian guarding pada tentang (>0.000 pembuatan tempat
area pengelasan. Keselamatan 1 untuk pekerjaan
3. Pemberian training terkait dan Kesehatan mW/cm pengelasan.
2
pengelasan. Kerja ) 2. Melakukan rotasi
Lingkungan pekerjaan dan
Kerja pengaturan jam kerja
(Lampiran 1 3. Inspeksi dan
tentang Nilai pengawasan
Ambang Batas terhadap kepatuhan
Faktor Fisika)/ pemakaian APD.
c. Getaran (Hand Bengkel Las Bor 1.186 m/s2 1. Pengendalian administrasi, Permenaker Sesuai -
Arm Vibration) melalui sertifikasi No.5 tahun 2018
Gerinda 1.178 m/s2 kelayakan alat setiap 2 tentang
tahun sekali dan Keselamatan
Alat Las 0.747 m/s2 perawatan secara berkala dan Kesehatan
Kerja
2. Penyediaan Alat
Mesin Bubut 0.927 m/s2 Lingkungan
Pelindung Diri (APD), Kerja
Getaran (Whole Pump House Pompa 0.112 m/s2
melalui pemakaian safety (Lampiran 1 Sesuai
Body Vibration) boot berbahan karet guna tentang Nilai
Turbin House Turbin 0.635 m/s2 meredam getaran dan Ambang Batas
pemakaian sarung tangan Faktor Fisika)
Generator 0.516 m/s2
cotton untuk mengurangi
CTA Mesin Utility 0.679 m/s2 getaran pada tangan untuk
operator mesin atau alat
Turbin House Forklift 0.373 m/s2 maintenance
Crane 0.542 m/s2
43
a. Medan Magnet Power Plant Generator 0,04 T Belum ada pengendalian Sesuai -
Statis untuk bahaya medan magnet
statis, masih di tahap
identifikasi.
e. Iklim Kerja 1. Kantor Semua bagian 18 oC 1. Pengendalian Teknik 1. Permenaker Sesuai -
Utama kantor a. Penyediaan heater di No.5 tahun
beberapa area kantor 2018 tentang
dan power plant untuk Keselamatan
menjaga suhu tetap dan
3. Power Control Room 25 oC hangat. Kesehatan Sesuai
Plant Kerja
b. Penyediaan Air
Lingkungan
Conditioner (AC) di Kerja
control room power (Lampiran 1
plant. tentang Nilai
c. Penyediaan air minum. Ambang Batas
2. Penyediaan APD, melalui Faktor Fisika).
penyediaan jaket, 2. Permenkes
wearpack, dan makanan No. 48 tahun
untuk pekerja. 2016 tentang
Standar K3
Perkantoran
f. Penerangan Power Plant Penerangan 56 Lux 1. Pengendalian teknik, Permenaker Tidak 1. Merubah atap
Buatan melalui Pemasangan No.5 tahun 2018 sesuai di dengan
lampu halogen di area tentang bawah menggunakan atap
44
Warehouse Penerangan 63 Lux well pad dan power plant Keselamatan standar transparan untuk
Buatan yang cahayanya dapat dan Kesehatan minimal penambahan
Control Room Penerangan 74 Lux menembus kabut dan uap. Kerja (300 penerangan ruangan.
Buatan 2. Pengendalian Lingkungan Lux) 2. Melebarkan ukuran
administrative, melalui Kerja jendela pada
Workshop Penerangan 57 Lux (Lampiran 2 ruangan.
pemberian safety sign
steam field Buatan tentang Standar 3. Perawatan secara
mematikan lampu jika Pencahayaan) berkala terhadap
sedang tidak digunakan. sumber penerangan
Workshop Penerangan 72 Lux 3. Penyediaan Alat buatan ditinjau dari
power plant Buatan Pelindung Diri (APD), performa dan
melalui penggunaan safety kebersihan.
Power house Penerangan 77 Lux
glasses gelap yang
Buatan
berguna untuk mereduksi
cahaya yang masuk ke mata
Area sumur Penerangan 98 Lux saat berada di area well pad Tidak
Alami pada siang hari sesuai di
bawah
standar
minimal
(100
Lux)
Office Selatan Penerangan 84 Lux Tidak
Buatan sesuai
standar
Office Utara Penerangan 82 Lux minimal
Buatan dibawah
(300
Klinik Penerangan 78 Lux Lux)
Buatan
45
3. Faktor Biologi
a. Tikus Seluruh area Lingkungan Ditemukan PT. Indonesia Power PLTP 1. Kepmenkes Sesuai -
PT Indonesia tikus di Kamojang memiliki tim insekta No.48 Tahun
Power PLTP beberapa yang khusus menangani 2016 tentang
Kamojang tempat, seperti permasalahan biologi di standar
office, gudang lingkungan kerja. Tim insekta Keselamatan
46
porsi kerja,
pengaturan
waktu kerja,
pengaturan
waktu
istirahat,
pengaturan
gaji dll
2. Lingkungan
PT Indonesia Power PLTP Kamojang saat ini telah menerapkan dan tersertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan sesuai ISO
14001:2015. Implementasi Sistem Manajemen Lingkungan mencakup seluruh bagian dari operasional kantor administrasi, well pad, dan
power plant sehingga menjadi lebih terpadu dalam mencapai pemenuhan terhadap peraturan perundangan-undangan, pengendalian mutu,
pengelolaan, dan perlindungan lingkungan. Dalam pelaksanaanya PT Indonesia Power PLTP Kamojang mengacu pada kebijakan K3LL
(Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lindung Lingkungan) sebagai bentuk komitmen perusahaan berwawasan lingkungan yang meliputi
aspek penurunan emisi udara, pengurangan limbah B3 dan non B3, konservasi air, keanegaragaman hayati, dan Corporate Social
Responsibility (CSR). Kebijakan ini berlaku untuk seluruh pekerja, mitra kerja, dan masyarakat sekitar perusahaan.
Aktivitas lingkungan umum di PT Indonesia Power PLTP Kamojang adalah aktivitas pembangkit listrik dengan memanfaat panas dari
perut bumi yang dapat menghasilkan limbah. Terkait dengan hal tersebut, PT Indonesia Power PLTP Kamojang memiliki program
50
pengelolaan, pemantauan, pengembangan lingkungan, dan inspeksi lingkungan secara teratur. Pengukuran dan pemantauan lingkungan
b. Pengelolaan Limbah
No. Aspek Lokasi Sumber Hasil Upaya Pengelolaan Regulasi Kesesuaia Rekomendasi
Pengukuran/ yang Telah Dilakukan n dengan
Hasil Perusahaan Regulasi
Observasi
1. Limbah B3
a. Cair Laboratorium Zat kimia 1. Terdapat tata 1. Pengangkutan limbah 1. Keputusan Kepala Tidak 1. Melengkapi
atau fasilitas limbah cara B3 PT Indonesia Power Bapedal no 01 sesuai struktur tim
penunjang kegiatan pengemasan PLTP Kamojang tahun 1995 pasal 5 ahli limbah B3
lainnya laboratorium dan bekerjasama dengan mengenai Tata sesuai dengan
atau kegiatan pelabelan pihak ketiga yang telah Cara dan persayaratan
lain yang mendapatkan izin Persyaratan Teknis yang ada di
b. Padat Klinik Kegiatan di dijadikan operasi dari Direktur Penyimpanan dan dalam PP No.
klinik (jarum standarat Jenderal Perhubungan Pengumpulan 101 Tahun
suntik, perban, pengelaolaan Darat serta diperkuat Limbah Bahan 2014
alcohol swab limbah B3 di oleh izin dari Berbahaya dan 2. Penerapan 5R
dll) PT. Kementerian Beracun di dalam
Laboratorium Slag, crucible Indonesia Lingkungan Hidup dan 2. Undang-undang Gudang LB3
pot Power PLTP Kehutanan. No. 32 Tahun 2009 sebagai upaya
Kamojang. 2. Pengangkutan limbah pasal 59, 60 pengelolaan
2. Dilakukan B3 dilakukan setiap 180 mengenai penyimpanan
penyimpanan hari. Perlindungan dan LB3 yang lebih
sementara 3. Perusahaan menyimpan Pengelolaan baik.
maksimal berkas manifes dari Lingkungan
180 hari. pihak ketiga sebagai 3. Keputusan Kepala
monitoring terhadap Bapedal no 01
jumlah B3 yang tahun 1995 pasal 5
51
3. Kesehatan Kerja
No Aspek Deskripsi Masalah/Penerapan di Perusahaan Regulasi Kesesuaian Rekomendasi
. dengan
Regulasi
1. Personil Kesehatan Terdapat seorang dokter yang sudah memiliki sertifikat 1. Permenaker RI No. Sesuai -
Kerja hiperkes yang bertindak sebagai penanggung jawab. PER01/MEN/1976 pasal 4
Dokter praktek 2 kali dalam seminggu yaitu pada hari tentang Sertifikasi Pelatihan
Selasa dan Kamis. FPKK PT Indonesia Power PLTP Hiperkes
Kamojang juga dibantu oleh 4 orang paramedis 2. UU No 36 tahun 2014
bersertifikat hiperkes yang bertugas selama 24 jam tentang Tenaga Kesehatan
secara bergantian berdasarkan shift kerja
2. Program dan Pelayanan Kesehatan Kerja
yang akan melaksanakan pekerjaan, dan calon Tahun 1980 pasal 2, 3 dan 5
peserta Kerja Praktek (KP). Pemeriksaan untuk 3. Peraturan Menteri Tenaga
calon pekerja meliputi keluhan utama, riwayat Kerja No.10 Tahun 2016
pekerjaan, riwayat vaksinasi, riwayat pasal 14 ayat 2
kebiasaan dan pemeriksaan kesehatan. 4. Undang-undang No. 36
Tahun 2009 pasal 165 ayat 1
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
5. Permenaketrans No. 03
Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan
tahun 1982 mengenai
perusahaan bertujuan untuk memantau derajat
pelayanan kesehatan tenaga
kesehatan pekerja, yang mungkin terganggu akibat
kerja pasal 2
paparan faktor bahaya yang ada di tempat kerja.
Pemeriksaan ini dilaksanakan setiap setahun sekali
pada bulan April. Perusahaan bekerja sama dengan
pihak ketiga yaitu Laboratorium Klinik Pramita
yang telah memiliki SK Perusahaan Jasa K3
(PJK3) bidang pemeriksaan kesehatan dan dokter
yang memiliki SK dokter pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja.
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Perusahaan menyediakan fasilitas pelayanan
pemeriksaan kesehatan khusus meliputi
pemeriksaan audiometri untuk pekerja lapangan
dengan paparan bising yang tinggi dan pemeriksaan
treadmill untuk pekerja dengan usia diatas 40 tahun.
b. Pembinaan Pembinaan dan pengawasan penyesuaian pekerjaan 1. Peraturan Menteri Tenaga Sesuai -
Pengawasan terhadap tenaga kerja yang dilakukan diantaranya Kerja dan Transmigrasi
Penyesuaian monitoring kesehatan pekerja dan apabila ditemukan Nomor 1 Tahun 1981 pasal
Pekerjaan pekerja yang mengalami masalah kesehatan dan tidak 2,3 dan 4
Terhadap Tenaga memungkinkan berada di departemen tersebut maka 2. Peraturan Menteri Tenaga
Kerja akan dilakukan rotasi kerja. Kerja No.10 Tahun 2016
pasal 14
3. Undang-undang No. 36
Tahun 2009 pasal 165 ayat 1
54
c. Pembinaan dan Departemen Operasi dan Pemeiharaan memiliki fungsi 1. Peraturan Menteri Tenaga Sesuai
Pengawasan melakukan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja Kerja No.10 Tahun 2016
Terhadap meliputi faktor kimia, fisika, dan biologi, serta sanitasi
pasal 14 ayat 2
Lingkungan Kerja yang bertujuan untuk menjaga agar pekerja terhindar 2. Peraturan Menteri Kesehatan
dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta no.70 Tahun 2016 pasal 4
menjaga lingkungan alam dari dampak pekerjaan. ayat 1 mengenai Standard
dan Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Industri
d. Pembinaan dan Pembinaan dan pengawasan perlengkapan kesehatan 1. Peraturan Menteri Tenaga Sesuai
Pengawasan pekerja dilakukan oleh Divisi Health. Perlengkapan Kerja No.10 Tahun 2016
Perlengkapan yang disediakan oleh PT Indonesia Power PLTP pasal 2, 4, 8, 11,dan 14
Untuk Kesehatan Kamojang antara lain penyedian klinik dengan fasilitas 2. Peraturan Menteri Energi
Tenaga Kerja lengkap tempat tidur pasien, obat-obat, microtoise, dan Sumber Daya Mineral
timbangan berat badan, Automatic External Republik Indonesia Nomor
Defibrillator (AED), tensimeter, tabung oksigen, 26 Tahun 2018 pasal 14
autoclave, dan sterilizer. Klinik melayani 24 jam serta
memiliki 1 ambulance yang standby di kantor selama 3. Peraturan Menteri Kesehatan
24 jam lengkap dengan fasilitas perlengkapan Republik Indonesia Nomor 4
pertolongan pertama didalamnya. Tahun 2016 Penggunaan Gas
Medik dan Vakum Medik
pada fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
e. Pembinaan dan Pengawasan terhadap perawatan sanitasi di area 1. Peraturan Menteri Tenaga Sesuai -
Pengawasan kantor, well pad, dan power plant dilakukan oleh Kerja No.10 Tahun 2016
Perlengkapanan Divisi Environment. Perlengkapan sanitair meliputi, pasal 14 ayat 2
Sanitair kantin, wastafel, kamar mandi, dan toilet selalu dijaga 2. Peraturan Menteri Kesehatan
kebersihan dan kerapiannya. Kamar mandi dibersihkan no.70 Tahun 2016 pasal 4
setiap hari dan sudah terjadwalkan.
ayat 1 mengenai Standard
dan Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Industri
f. Pencegahan dan Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum 1. Peraturan Menteri Tenaga Tidak 1. Membuat kebijakan
55
Pengobatan dan penyakit akibat kerja, perusahaan telah melakukan Kerja No.10 Tahun 2016 sesuai khusus P2HIV dan
Terhadap Penyakit kegiatan preventif dan promotif melalui poster, pasal 2, 4, 8, 11,dan 14 prosedur K3 khusus
Umum dan kegiatan olahraga, check-up dan pemberian APD. 2. Peraturan Menteri Kesehatan P2HIV
Penyakit Akibat Namun perusahaan belum melakukan pencegahan No.269 Tahun 2008 2. Melakukan
Kerja untuk penyakit akibat kerja yang disebabkan faktor 3. Undang-undang No. 36 Sosialisasi tentang
biologi HIV, sehingga hal ini belum sesuai dengan Tahun 2009 pasal 165 ayat 1 P2HIV
Peraturan Presiden RI No. 7 Tahun 2019 tentang 3. Memberikan
Penyakit Akibat Kerja dalam lampiran penyakit akibat konseling
kerja huruf c “Penyakit yang disebabkan oleh faktor
mengenai VCT
biologi dan penyakit infeksi atau parasit yaitu virus
yang menyerang kekebalan tubuh manusia (human 4. Membuat poster
immunodeficiency virus)”. Hal ini juga belum sesuai edukasi terkait
dengan Kepmenakertrans No.KEP. 68/MEN/2004 HIV/AIDS di
Pasal 2 ayat (1) bahwa pengusaha wajib melakukan tempat kerja.
upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di
tempat kerja. Sehingga belum sesuai dengan
Permenakertrans No. 3 tahun 1982 tentang Pelayanan
Kesehatan kerja Pasal 2 huruf f.
Upaya pencegahan terhadap penyakit umum dan
penyakit akibat kerja melalui kegiatan sosialisasi dan
penempelan poster mengenai kesehatan, kegiatan
senam sehat rutin 2 minggu sekali, bulu tangkis, futsal
dan fitness setiap seminggu sekali, medical checkup,
kunjungan dokter perusahaan ke setiap departemen
setiap minggu, dan pemberiaan APD. Perusahaan
belum melakukan pencegahan penyakit akibat kerja
yang disebakan faktor biologi dan penyakit infeksi atau
parasit khususnya virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia (human immunodeficiency
virus).
Pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit
akibat kerja yang dialami pekerja akan ditangani oleh
paramedis klinik dan dokter perusahaan. Jika klinik
56
g. Pertolongan PT Indonesia Power PLTP Kamojang melakukan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Sesuai
Pertama Pada tindakan P3K dengan menyediakan kotak P3K di dan Transmigrasi nomor 15
Kecelakaan setiap area kerja, pos security setiap well pad, dan area Tahun 2008 pasal 2, 7 dan 9
power plant. Kotak P3K diperiksa sebulan sekali oleh
paramedik pada minggu terakhir setiap bulan. Isi kotak
P3K sudah disesuaikan dengan lampiran II Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor: PER.15/MEN/VIII/2008, akan tetapi
dalam penggunaanya ada tidak dilakukan pencatatan
pada formulir yang disediakan dan sering ada isi yang
hilang seperti gunting dan pinset. Perusahaan memiliki
klinik dengan fasilitas lengkap tempat tidur pasien,
obat-obat, microtoise, timbangan berat badan,
Automatic External Defibrillator (AED), tensimeter,
tabung oksigen, autoclave, dan sterilizer serta
ambulance yang standby 24 jam. Selain itu perusahaan
juga memiliki 4 orang tim paramedis dan dokter
perusahaan.
h. Pendidikan PT Indonesia Power PLTP Kamojang memiliki tim Peraturan Menteri Tenaga Kerja Sesuai
Kesehatan Untuk tanggap darurat yang sudah diberikan pelatihan P3K dan Transmigrasi nomor 15
Tenaga Kerja dan dan setiap pekerja diberikan pelatihan. Pelatihan ini Tahun 2008 mengenai
Latihan Untuk diadakan setiap tahunnya yang bertujuan untuk melatih Pertolongan Pertama pada
Petugas P3K pekerja agar dapat melakukan pertolongan pertama saat Kecelakaan di Tempat Kerja
terjadi kecelakaan di tempat kerja. Pelatihan P3K pasal 2, 7 dan 9
dilakukan secara internal dengan mendatangkan
57
Terhadap Tenaga ditemukan kelainan khusus terhadap kesehatan pekerja Tahun 2016 mengenai
Kerja yang akan segera melakukan pemeriksaan kesehatan khusus. Penyelenggaraan Pelayanan
Mempunyai Penyakit Akibat Kerja
Kelainan Tertentu
Dalam
Kesehatannya
l. Memberikan Laporan pelayanan kesehatan kerja oleh paramedis Peraturan Menteri Tenaga Kerja Sesuai -
Laporan Berkala meliputi laporan harian, bulanan, dan triwulanan dan Transmigrasi Nomor 11
Tentang Pelayanan kepada Departemen Operasi dan Pemeliharaan. Tahun 2005 mengenai
Kesehatan Kerja Pelaporan harian seperti daftar kunjungan pasien dan Pencegahan dan
Kepada Pengurus laporan penggunaan obat. Pelaporan bulanan seperti Penanggulangan
rekap kunjungan pasien selama sebulan dan laporan Penyalahgunaan dan Peredaran
ada tidaknya kecelakaan kerja. Pelaporan triwulan Gelap Narkotika, Psikotropika
seperti rekap kunjungan pasien, rekap kecelakaan dan Zat Adiktif lainnya di
kerja, dan rekap kegiatan selama 3 bulan. Tempat Kerja
3. Gizi Kerja PT Indonesia Power PLTP Kamojang peduli pada gizi 1. SE Menakertrans RI no SE Sesuai -
tenaga kerja dengan melakukan kerja sama dengan 01/MEN/1979 tentang
pihak ketiga yaitu untuk menyediakan catering makan pengadaan kantin atau
siang pada tenaga kerja dan mahasiswa kerja praktek. tempat.
Pihak ketiga sudah memiliki sertifikat Laik Higiene 2. Permenakertrans RI No Per-
Sanitasi Jasaboga dari Dinas Kesehatan Kabupaten 03/MEN/1982 pasal 2
Bandung. Selain itu, kebersihan air yang digunakan tentang Pelayanan Kesehatan
untuk mengolah makanan juga sudah dilakukan di Tenaga Kerja
laboratorium untuk memastikan bahwa air yang 3. STP No. EHS/13/027/STP
digunakan memenuhi ketentuan yang berlaku. Layanan tentang Pengelolaan
catering diberikan kepada PT Indonesia Power PLTP Makanan, Air Bersih, Air
Kamojang, tetapi tidak termasuk karyawan Minum dan Kantin.
subkontraktor. Namun, setiap hari Jumat seluruh
pekerja dapat menikmati hidangan yang disediakan
59
4. BPJS Kesehatan PT Indonesia Power PLTP Kamojang mendaftarkan 1. UU No 24 Tahun 2011 Sesuai -
seluruh karyawannya dalam program BPJS kesehatan. mengenai Badan
BPJS kesehatan menyelenggarakan program jaminan Penyelenggara Jaminan
kesehatan. PT Indonesia Power PLTP Kamojang juga Sosial
mendaftarkan beberapa karyawannya dengan BPJS 2. UU No 13 Tahun 2003 pasal
ketenagakerjaan. Pendaftaran BPJS pekerja sudah 99 mengenai
didaftarkan pada saat diterima bekerja, untuk iuran Ketenagakerjaan
diambilkan dari pemotongan gaji karyawan sebanyak
1% sedangkan 4% ditanggung perusahaan.
5. Ergonomi
a. Desain stasiun Penerapan antropometri di PT Indonesia Power PLTP Permenaker No 5 Tahun 2018 Sesuai -
kerja (meliputi Kamojang pada peralatan kerja dan stasiun kerja sudah pasal 23 ayat 3 mengenai
antropometri, disesuaikan dengan ukuran tubuh rata-rata pekerja pengukuran dan pengendalian
display, layout, yang menggunakannya, Penyesuaian desain stasiun desain alat kerja dan tempat
dll) kerja dengan melakukan asassement antropometri kerja.
terhadap stasiun kerja.
b. Pengorganisasian PT Indonesia Power PLTP Kamojang memiliki waktu 1. UU No. 13 tahun 2003 Sesuai -
Kerja (meliputi kerja lima hari dalam seminggu dengan 8 jam kerja per tentang ketenagakerjaan
pengaturan harinya. Jadwal kerja di PT Indonesia Power PLTP pasal 77 ayat 2 dan 3
waktu kerja, shift Kamojang dibagi menjadi non shift dan shift. Jadwal 2. Kepmen ESDM :
60
c. Sikap Kerja 1. Sikap kerja statis dilakukan pekerja di control room 1. UU No. 1 Tahun 1970 pasal Sesuai -
(meliputi statis, karena pekerja harus duduk Selain itu pekerja 3 mengenai Keselamatan
dinamis, statis- administrasi di kantor yang terus menerus duduk di Kerja
dinamis) depan komputer. 2. Permenkes N0. 48 Tahun
2. Sikap kerja dinamis dilakukan oleh pekerja di unit 2018 mengenai Keselamatan
workshop dimana pekerja melakukan kegiatan dan Kesehatan Kerja
maintenance peralatan. Perkantoran
3. Sikap kerja statis – dinamis dilakukan oleh
pengawas area dan bagian keamanan (security).
d. Manual Handling Kegiatan manual handling yang dilakukan di PT 1. Permenaker No. 5 Tahun Sesuai -
(meiputi angkat- Indonesia Power PLTP Kamojang pada kegiatan 2018 lampiran
angkut, batas di workshop dan catering pengangkatan sudah 2. UU No. 1 Tahun 1970 pasal
beban angkut, dll) dilakukan dengan menggunakan mesin seperti forklift 3 ayat 1
dan troli. 3. STP No. EHS/15/044/STP
61
e. Alat bantu kerja Alat bantu kerja yang ada PT Indonesia Power PLTP 1. Permenaker No. PER- Sesuai -
(meliputi crane, Kamojang berupa alat bantu untuk angkat angkut yang 05/MEN/1985 pasal 4
forklift, dll) digunakan membantu transportasi dan pengangkutan mengenai Pesawat Angkat
selama proses produksi. Setiap alat angkat-angkut yang Angkut.
digunakan telah memiliki izin operasi dan telah 2. Permenaker Nomer
dilakukan uji kelayakan pemakaian setiap tahun sekali Per.01/MEN/1989 pasal 4
diantaranya forklift, overhead crane, excavator, dan megenai Kualifikasi dan
crane. Syarat-syarat operator keran
angkat
4. Keselamatan Kerja
No Aspek Deskripsi Masalah/Penerapan di Regulasi Kesesuaian Rekomendasi
Perusahaan dengan
Regulasi
1. Potensi Bahaya Potensi bahaya yang terdapat di PT Indonesia 1. UU No. 1 tahun 1970 tentang Sesuai -
Power PLTP Kamojang berasal dari proses keselamatan dan kesehatan kerja
produksi di area well pad dan power plant sudah pasal 3
didokumentasikan ke dalam Identifikasi Bahaya 2. Permenaker No.5 tahun 2018
dan Penilaian Risiko – Aspek Dampak Lingkungan 3. Peraturan Pemerintah Nomor 82
(IBPR-ASDAM). Tahun 2001 pasal 16 ayat 1,
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah pasal 20
terjadinya kcelakaan kerja : 4. Peraturan Pemerintah Nomor 50
Penggunaan APD seperti safety gamboots dan Tahun 2012 pasal 9 ayat 3
sarung tangan kulit, penggunaan panel box untuk 5. Peraturan Menteri Perhubungan
power cable, penataan kabel-kabel diarea kerja No 58 tahun 2013 pasal 9 ayat 2
dengan menggunakan cable tray, pemberian safety 6. UU No. 13 tahun 2003 pasal 9
sign area dengan tegangan tinggi, pemasangan s/d 30 mengenai pelatihan kerja
electrical guard, pemantauan gas emisi secara rutin, 7. Permenakertrans No. Per-
penggunaan personal gas detector, pemasangan 08/MEN/VII/2010 tentang alat
rambu bahaya (poison area), pemasangan wind pelindung diri
sock, penggunaan earplug dan earmuff, pemberian
rambu peringatan bahwa area bising, safety sign
62
3. Sistem Ijin Kerja PT Indonesia Power PLTP Kamojang memiliki 1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Sesuai -
sistem izin kerja berlaku 1 x 24 jam yang kemudian No 9 Tahun 2016 pasal 5 ayat 5,
perlu dilakukan revalidasi. Safety work permit pasal 16
digunakan untuk pemberian izin untuk pekerjaan- 2. Permen ESDM No. PER-
pekerjaan yang memerlukan perhatian khusus atau 38/MEN/2014 elemen IV.1.2
berisiko tinggi seperti pekerjaan ruang terbatas, mengenai ijin kerja khusus
kerja penggalian, kerja listrik, kerja panas, kerja 3. PP No. 50 Tahun 2012
bertekanan, dan kerja dingin (kerja di ketinggian, mengenai SMK3 pasal 13 ayat 3
kerja pengangkatan kritis), serta memastikan bahwa mengenai ijin kerja
risiko selama melaksanakan pekerjaan dapat
ditekan ke tingkat yang dapat diterima dan tetap
dibawah kontrol. Area yang memerlukan izin kerja
dengan risiko tinggi diantaranya area kantor dan
gudang, area well pad, gathering system, tangki
timbun, serta area pembangkit (power plant).
Safety work permit di PT Indonesia Power PLTP
Kamojang diberlakukan untuk setiap divisi atau
64
4. Investigasi PT Indonesia Power PLTP Kamojang telah 1. Undang Undang No. 01 Tahun Sesuai -
Kecelakaan Kerja memiliki SOP Pelaporan dan Penyelidikan 1970 pasal 11 ayat 1
dan Pelaporannya Kecelakaan Nomor: GDE/HSE/SOP/0111-R3. 2. Peraturan Menteri Nomor 01
Setiap insiden maupun kecelakaan wajib dilaporkan Tahun 1980 pasal 4
kepada tim P2K3. Investigasi dilakukan oleh tim 3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja
yang melibatkan saksi, perwakilan P2K3, Nomor 3 Tahun 1998 pasal 2
perwakilan dari HSE serta korban jika dan 4
memungkinkan. Investigasi dilakukan dengan 4. Peraturan Pemerintah Nomor 50
mengumpulkan fakta di lapangan, melakukan Tahun 2012 pasal 12 ayat 1
wawancara dengan pihak terkait, dan
mengumpulkan data serta bukti yang terkait untuk
dianalisa/dikaji.
5. Lock Out Tag Out Prosedur pemasangan LOTO di PT Indonesia Permenaker No Per04/MEN/1985 Sesuai -
(LOTO) Power PLTP Kamojang dilakukan oleh pekerja mengenai pesawat tenaga dan
yang akan melakukan perbaikan atau perawatan produksi pasal 6
peralatan dengan meminta SIKA ke HSE yang
kemudian meminta LOTO ke bagian operasi yang
bertugas sebagai penanggung jawab dan mencatat
pada formulir pemasangan LOTO.
6. Sistem Proteksi Sistem proteksi kebakaran merupakan suatu upaya 1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Sesuai -
Kebakaran (Catt : pencegahan dan pengendalian yang dilakukan PT dan Transmigrasi Nomor 4
APAR, Hydrant, Indonesia Power PLTP Kamojang terhadap bahaya Tahun 1980 pasal 4,5,6,8,9,
alarm, sprinkler, kebakaran, meliputi: Alat Pemadam Api Ringan 10,11 dan 15
mobil damkar) (APAR), Smoke Detector, Fire Alarm, Hydrant, 2. Lampiran instruksi Menteri
65
A. KESIMPULAN
sudah berjalan dengan belum sesuai. Hal ini ditandai dengan telah
faktor kimia, faktor biologi, faktor psiko-sosial. Pada faktor fisik dan
dengan lainnya serta belum ditemukan struktur tim ahli limbah B3.
71
72
dan pelayanan kesehatan dan ergonomi masih terdapat pada poin f yaitu
terkait HIV/AIDS.
B. SARAN
73
74
Menetapkan
Prioritas Masalah 2. Pengolahan
Data
1. Pengumpulan 3. Penyajian
Data Data
4. Pemilihan
Prioritas Masalah
10. Apabila
Tidak
Berhasil 5. Penyusunan
Dilaksanaka 10. Apabila Alternatif Jalan
n Berhasil Keluar
Dilaksanakan
9.
Penyusunan
Rencana 6. Pemilihan
Kerja Prioritas Jalan
Selesai Keluar
8. Perbaikan 7. Uji
Jalan Keluar Lapangan
Menetapkan
Prioritas
Masalah
77
78
B. Masalah K3
1. Penyebab masalah
3) Faktor lingkungan
1) Fisik
a) Kebisingan
house .
c) Penerangan
2) Faktor Kimia
a) Tidak adanya struktur tim ahli limbah B3. Hal ini tidak
Tahun 2014.
79
3) Faktor Biologi
4) Faktor Psiko-sosial
a) Stres Kerja
kategori pekerja.
3) Faktor Kesehatan
3) Faktor manusia
a) Unsafe Act
yang sehat.
istirahat.
2. Deskripsi Masalah
Masalah
1. Faktor Lingkungan
Keterangan:
tidak terpenuhi)
Nilai 4 = Penting
Nilai 4 = Mudah
Nilai 4 = Tersedia
85
adalah 5.184
Dari keempat unsur yang dihadapi dan dimiliki oleh suatu organisasi
Analisa SWOT.
Kamojang yaitu:
Eksternal
penanggulangan HIV/AIDS.
Keterangan :
Nilai 4 = Efisien
1. Nama Kegiatan
2. Materi
tes HIV, dan pasca tes) termasuk kegiatan perujukan klien, serta
3. Sasaran
4. Pelaksanaan
5. Waktu
6. Biaya
7. Lokasi
PLTP Kamojang.
DRAFT KEBIJAKAN KHUSUS
STANDARD OPERATION PROCEDURE (SOP)
Pengendalian HIV/AIDS Di Tempat Kerja
I. TUJUAN
1. Untuk memberikan petunjuk mengenai tentang tata cara penanganan
dan pengendalian HIV/AIDS di tempat kerja.
2. Mencegah HIV/AIDS terhadap karyawan di tempat kerja.
3. Mengurangi dampak sosial ekonomi dari penyakit HIV dan AIDS
pada individu, keluarga dan masyarakat.
III. REFERENSI
1. UU N. 1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja
2. UU No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
3. PP No. 50 Tahun 2012 kriteria 7.4 Pemantauan dan pengukuran
Kesehatan kerja
4. Peraturan Menteri No. 21 Tahun 2014 Tentang pengendalian
HIV/AIDS di tempat kerja
5. Kepmen ESDM No. 1827 Tahun 2018 Elemen V.13 Pengelolaan
Kesehatan Kerja
6. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Keteangakerjaan
No. KEP-75/DJ-PPK/IX/2010
7. ISO 14001:2015 Klausul 9.1 Pemantauan, Pengukuran, Analisis dan
Evaluasi
8. ISO 45001:2018 Klausul 9.1 Pemantauan, Pengukuran, Analisis dan
Evaluasi
IV. DEFINISI
1. Penanggulangan adalah segala upaya yang meliputi pelayanan
promotif, preventif, diagnosis, kuratif dan rehabilitatif yang
ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan, angka kematian,
membatasi penularan serta penyebaran penyakit agar wabah tidak
meluas ke daerah lain serta mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkannya.
2. Human Immunodeficiency Virus yang selanjutnya disingkat HIV
adalah Virus yang menyebabkan Acquired Immuno Deficiency
Syndrome (AIDS).
3. Acquired Immuno Deficiency Syndrome yang selanjutnya disingkat
AIDS adalah suatu kumpulan gejala berkurangnya kemampuan
pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV dalam tubuh
seseorang.
4. Orang Dengan HIV dan AIDS yang selanjutnya disingkat ODHA
adalah orang yang telah terinfeksi virus HIV.
5. Infeksi Menular Seksual yang selanjutnya disingkat IMS adalah
infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual secara vaginal,
anal/lewat anus dan oral/dengan mulut.
6. Tes HIV atas Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan dan Konseling
yang selanjutnya disingkat TIPK adalah tes HIV dan konseling yang
dilakukan kepada seseorang untuk kepentingan kesehatan dan
pengobatan berdasarkan inisiatif dari pemberi pelayanan kesehatan.
7. Konseling dan Tes HIV Sukarela yang selanjutnya disingkat KTS
adalah proses konseling sukarela dan tes HIV atas inisiatif individu
yang bersangkutan.
8. Konseling adalah komunikasi informasi untuk membantu klien/pasien
agar dapat mengambil keputusan yang tepat untuk dirinya dan
bertindak sesuai keputusan yang dipilihnya.
9. Surveilans Epidemiologi adalah pemantauan dan analisa sistematis
terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan
kondisi yang mempengaruhinya untuk melakukan tindakan
penanggulangan yang efektif dan efisien.
V. URAIAN KEGIATAN
Kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS terdiri atas :
a. Promosi kesehatan
b. Pencegahan penularan HIV
c. Pemeriksaan diagnosis HIV
d. Pengobatan, perawatan dan dukungan, dan
e. Rehabilitasi
1. Kebijakan
3.4.2. Pekerja yang btelah tertular HIV tetapi belum masuk stadium
AIDS dan
buka termasuk kategori penyakit akibat kerja tidak berhak
mendapatkan jaminan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja
maupun
jaminan kecelakaan kerja sesuai peraturan perundang-
undangan yang
berlaku
3.4.3. Pelayanan kesehatan kerja terhadap pekerja dengan
HIV/AIDS tidak
wajib menyediakan obat-obatan anti virus HIV
3.4.4. Penetapan stadium HIV/AIDS di lakukan oleh dokter yang
menpunyai
keahlian khusus sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan
standar yang berlaku
4. Prosedur Keselamatan dan Kesehatan kerja khusus
4.1. Langkah-langkah pencegahan dan pengendalian
4.1.1. PT Indonesia Power PLTP Kamojang berkewajiban untuk
memastikan keselamatan dan kesehatan lingkungan
kerja,termasuk penerapan persyaratan dan ketentuan-
ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja seperti
ketentuan penyediaan dan penggunaan alat pelindung diri
dan perlengkapan pelindung lainnya serta dan pertolongan
pertama pada kecelakaan
4.1.2. PT Indonesia Power PLTP Kamojang harus menunjukkan
pekerja-pekerja atau aktifitas kerja di tempat kerjanya yang
menempatkan pekerja pada tempat kerja yang beresiko
terhadap penularan HIV
4.1.3. Jika terdapat resiko penularan HIV, PT Indonesia Power
harus menetapkan program-program untuk pencegahan dan
penanggulangan dalam mengurangi resiko penularan.
Program program tersebut bersifat selektif dari beberapa
metode sebagai berikut:
a) Meniadakan pekerjaan-pekerjaan yang dapat
menimbulkan resiko penularan.
b) Mengurangi resiko dengan mengganti,desain ulang
proses atau memperbaiki metode kerja misalnya: sistem
intravena bebas jarum
c) Pemisahan proses untuk mengurangi jumlah pekerja
yang tertular, contohnya : penanganan darah,sistem
pembuangan limbah klinik
d) Penerapan cara-cara kerja yang aman
e) Pendidikan, pelatihan dan penyebarluasan informasi
kepada pekerja
f) Ketatarumahtanggan tempat kerja yang baik (good
house keeping)
g) Manajemen pembuangan limbah
h) Alat perlindungan diri
4.1.4. Setiap pekerja harus mematuhi semua instruksi dan prosedur
pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS yang di
tetapkan oleh pengusaha/pemngurus termasuk pemakaian
dan penggunaan APD untuk tujuan pencegahan penularan
HIV
4.1.5. Pada pekerja atau aktivitas kjerja di mana terdapat resiko
penularan HIV/AIDS pengusaha harus menyelenggarakan
program pendidikan dan pelatihan yang bersifat khusus
disamping menyediakan perlengkapan dan menjamin
penerapannya. Secara lebih rinci pengendalian tersebut
dapat di jelaskan sebagai berikut
a) Identifikasi bahaya
Tujuan adalah untuk mengenal dan menentukan
semua aktivitas kerja dan tugas pekerja/buruh di
tempat kerja yang kemungkinannya dapat tertular
HIV/AIDS
Identifikasi bahaya dapat dilakukan melalui:
− Konsultasi dengan pekerja/buruh
− Pengamatan secara langsung di tempat kerja
− Analisa laporan pemajanan
Proses identifikasi bahaya merupakan upaya
pengenalan dan penyusunan prioritas terhadap
kegiatan kerja dan tugas yang memerlukan
tindakan untuk mengurangi resiko penularan. Jika
terdapat resiko K3 pekerja teridentifikasi,
selanjutnya di lakukan penilaian resiko
b) Penilaian resiko
Tujuannya adalah untuk mengevaluasi resiko K3
pekerja sebagai akibat dari pemajanan darah di
tempat kerja untuk menentuikan kebutuhan
pengukuran untuk meminimalkan resiko penularan
Penilaian resiko harus meliputi pertimbangan
sebagai berikut:
− Frekuensi pajanan terhadap darah
− Bagai mana pekerja/buruh dapat terpajan
− Potensi efek kesehatan dari tiap resiko
− Penilaian terhadap pengetahuan dan pelatihan
untuk pekerja/buruh tentang HIV/AIDS
− Pemeriksaan Kesehatan
− Kecukupan dan keperluan persyaratan
pengendalian
− Penilaian kesesuaian terhadap tugas yang akan
di lakukan, apakah penggunaan peralatan
dapat menyebabkan pemajanan darah.
Penilaian di perlukan untuk persyaratan
pengendalian
c) Pengendalian resiko
Tujuan pengendalian resiko adalah untuk
mencegah penularan HIV/AIDS di tempat kerja
Pengendalian resiko dapat di capai dengan hirarki
pengendalian resiko yang meliputi beberapa hal
sebagai berikut:
− Eliminasi
Pelaksanaan kegiatan yang berpotensi
menyebabkan pajanan terhadap HIV/AIDS
yang telah di lakukan penilaian harus
dihiloangkan, misalnya larangan penggunaan
jarum suntik bekas
− Substitusi
Dalam kondisi di mana eliminasi tidak dapat
dilaksanakan, maka pengurus/pengusaha
hendaklah menggantikan pelaksanaan kerja
dengan yang beresiko rendah terhadap
penularan HIV/AIDS misalnya pemberian
obat-obatan melaui suntik di gan=ti dengan
obat-obatan yang di minum
− Pengendalian teknis (engineering control)
Pengendalian teknis dapat berupa isolasi
proses, proses tertutup,penggunaan peralatan
mekanis atau otomatisasi serta modifikasi alat
kerja dan perlengkapan kerja
− Administrasi
Melakukan pengendalian dengan penerapan
keerja yang aman di tempat kerja untuk
meminimumkan pajanan terhadap darah,
misalkan higiene perorangan, tindakan steril
(universal precaution) dan program
pengendalian infeksi. Jika kecelakaan terjadi
di tempat kerja pengurus/pengusaha harus
menetapkan prosedur pertolongan pertama
pada kecelakaan kerja (P3K). Pengendalian
administrasi juga di lakukan dengan
pendidikan, pelatihan dan penyebarluasan
informasi kepada pekerja
− Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri yang wajib di sediakan
untuk melindungi pekerja/buruh dari pajanan
HIV/AIDS pada pekerjaan yang beresiko
terpajan HIV/AIDS, misalnya pekerjaan yang
berhubungan dengan darah atau pada
pemberian pertolongan pertama pada
kecelakaan
d) Monitoring dan evaluasi
Pengusaha secara regurer harus melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap upaya
pengendalian yang telah di lakukan dan mengambil
tindakan penyempurnaan apabila diperlukan
Dalam melakukan monitoring dan evaluasi perlu di
pertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
− Efektivitas kebijakan dan prosedur di tempat
kerja
− Tingkat pemenuhan persyaratan dan ketentuan
ketentuan yang berlaku
− Efektivitas program penyebarluasan informasi
dan program pendidikan
− Sebab-sebab pemajanan terhadap resiko
HIV/AIDS
− Evaluasi terhadap kasus kejadian yang
berpotensi penularan HIV/AIDS
− Efektivitas penanganan tindak lanjut setelah
pamajanan
Harus ada seorang/sekelompok orang ditempat
kerja yang ditunjuk untuk melakukan monitoring
dan evaluasi
Identitas orang atau kelompok orang yang ditunjuk
harus diberitahukan kepada semua pekerja
4.2. Pengawasan Terhadap Infeksi di Tempat Kerja
4.2.1. Kewaspadaan Universal Terhadap Darah dan Cairan
Tubuh
Kewaspadaan ini mencakup:
a) Penanganan hati-hati terhadap pengumpulan dan
pembuangan berbagai benda tajam (jarum suntik atau
benda tajam lainnya), Sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku
b) Cuci tangan sebelum dan sesudah setiap prosedur
kegiatan di air mengalir memakai detergen atau sabun
atau alkohol 70%
c) Semua peralatan yang tercemar di lakukan sterilisasi
dengan menggunakan disinfektan yang tepat secara
khusus
d) Kain-kain kotor di lakukan pencucian dengan detergen
dan bahan disinfektan dengan temperatur 80
4.2.2. Penularan HIV/AIDS pada Pekerja Kewaspadaan ini
mencakup :
a) Resiko Penularan
Seluruh penularan dapat melibatkan darah,cairan tubuh
yang disertai darah dan didapatkan kasus penularan
melaui kultur virus. Pajanan dapat melaui perkutaneus (
terbanyak), mucocutaneus dan bisa keduanya
b) Monitoring dan Konseling
Tes serologi HIV Harus di lakukan pada saat kejadian
dan di ulang pada minggu ke-6,3 bulan dan 6 bulan. Hal
ini penting karena dari penelitian didapatkan ada
sebagian pekerja/buruhyang baru terdeteksi positif
setelah 6 bulan pasca pajanan.tes ini harus di ulangpada
bulan 12 untuk pekerja menderita hepatitis C Karena
dapat memperlambat pembentukan serokonversi HIV.
Pekerja positif HIV biasanya akan mengalami sindrom
simtomatik akut HIV dalam 2-6 minggu pasca pajanan.
Pekerja harus mendapatkan konseling untuk melakukan
hubungan seks dengan aman atau tidak melakukan
hubungan seks sampai hasil tes serologi negatif setelah 6
bulan pasca pajanan. Resiko terbesar adalah pada 6
sampai 12 minggu pertama. Pemberian post exposur
prophylaxis (PEP) Harus di mulai secepat mungkin, bila
dapat dalam 1-2 jam pajanan sampai 36 jam pasca
pajanan. Pekerja/buruh bidang kesehatan dengan HIV
positif berdasarkan United State Centre For Diseases and
Prevention (DCD) dapat tetap menangani pasien dengan
prosedur operasi selama:
Pasien mengetahui status HIV pekerja tersebut
Ada persetujuan tindak medis tertulis dari pasien
4.3. Program Gawat Darurat dan Pertolongan pertama
4.3.1. Program ini meliputi prosedur untuk:
a) Melaporkan kepada orang yang memberi tanggung
jawab untuk melakukan investigasi dan orang yang
memberi tanggung jawab untuk menyimpan data
kecelakaan yang di debabkan karena terpajan oleh
darah atau cairan tubuh
b) Secara merujuk kepada dokter bagi pekerja yang
terpajan HIV supaya dapat di lakukan penilaian
terhadap resiko penularan dan membahas pilihan
untuk melakukan konseling dan testing sukarela
serta pengobatan
4.3.2. PT Indonesia Power PLTP Kamojang hendaklah
menjamin Prosedur Gawat Darurat dan Pertolongan Pertama
serta memasukkan persyaratan pencegahan untuk
menghindarkan resiko penularan HIV dalam menangani
korban kecelakaan di tempat kerja yang menimbulkan
perdarahan dan atau memerlukan Cardio Pulmonary
Resucitation (CPR)
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Magang
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan Magang