(Revisi) Stroke KLP 1 Ganjil 2018
(Revisi) Stroke KLP 1 Ganjil 2018
Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Medikal
Bedah III
Dosen Pengampu:
Reni Prima Gusty, S.Kp.,M.Kes
Pertanyaan :
1. Buat konsep teori tentang SNH + WOC , pemeriksaan diagnostic
2. Lakukan analisa terhadap apa yang sedang terjadi pada klien. Pengkajian
apalagi yang perlu ditambahkan oleh perawat terkait status kesehatan saat
ini
3. Buat asuhan keperawatan pada Tn K dengan pendekatan NANDA-NOC
dan NIC
A. Konsep Teori Stroke Non Hemorogik atau Stroke Iskemik
1. Pengertian
Stroke adalah disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh gangguan
aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan
daerah fokal pada otak yang terganggu. (WHO)
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh terhentinya
suplai darah kebagian otak. (Brunner dan Suddart, 1996)
Sroke Non Hemorajik adalah sindroma klenis yang awalnya timbul
mendatar, progresi cepat berupa depisit neurologis fokal / global yang
berlangsung 24 jam lebih atau langsung menimbulkan kematian yang di sebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak non staumatik. (Arif Masjoer, 2000)
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli
dan thrombosis selebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun
tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi pendarahan. Namun, terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul indema sekunder. (Arif
Mutaqin, 2008)
2. Etiologi
Menurut Smeltzer (2001) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari
empat kejadian yaitu :
a. Trombosis cerebral
Thrombosit ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
menimbulkan oedema dan kongesti disekitarnya. Keadaan yang dapat
menyebabkan thrombosit cerebral :
Atherosklerosis/arterioskerosis
Atherosklerosis/arterioskerosis adalah mengerasnya pembuluh
darah serta berkurangnya ketentuan atau elastisitas pembuluh darah
Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas hematokrit
meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral
Arteritis (radang pada arteri)
b. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak
oleh darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus
di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli
tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
c. Haemortologi
Perdarahan intrakranial atau intra serebral termasuk perdarahan
dalam ruang sub arachnoid/kedalam jaringan otak sendiri. Ini terjadi
karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah
otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pengerasan dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan
sehingga terjadi infark otak, oedema dan mungkin hemiasi otak.
d. Hypoksia Umum
Hipertensi yang parah
Cardiac pulmonary arrest
CO turun akibat aritmia
e. Hypoksia setempat
Spasme arteri serebral yang disertai perdarahan sub
aradinoid
Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migran.
4. Patofisiologi
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus,
emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum
(Hypoksia karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis sering/cenderung
sebagai actor penting trhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak
arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah
akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh
embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan
kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Jika sirkulasi
serebral terhambat, dapat berkembang cerebral. Perubahan disebabkan oleh
anoksia serebral dapat revensibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan
irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebtal dapat terjadi oleh
karena gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.
6. Manifestasi Klinis
Menurut Suzzane C. Smelzzer, dkk, (2001, hlm. 2133-2134) menjelaskan
ada enam tanda dan gejala dari stroke non hemoragik yang mana tergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya
tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Adapun gejala Stroke non
hemoragik adalah:
a. Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit neuron atas dan mengakibatkan kehilangan
kontrol volunter. Gangguan kontrol volunter pada salah satu sisi tubuh
dapat menunjukan kerusakan pada neuron atas pada sisi yang belawanan
dari otak. Disfungsi neuron paling umum adalah hemiplegi (paralisis pada
salah satu sisi tubuh) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan dan
hemiparises (kelemahan salah satu sisi tubuh)
b. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa
dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi
bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut :
Disatria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang
sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang
bertanggung jawab menghasilkan bicara.
Disfasia atau afasia (kehilangan bicara), yang terutama
ekspresif atau reseptif.
Apraksia, ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang
dipelajari sebelumnya.
Defisit lapang pandang, sisi visual yang terkena berkaitan
dengan sisi tubuh yang paralisis yaitu kesulitan menilai jarak,
tidak menyadari orang atau objek ditempat kehilangan
penglihatan
Defisit sensori, terjadi pada sisi berlawanan dari lesi yaitu
kehilangan kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan
bagian tubuh.
Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, bila kerusakan
pada lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori atau fungsi
intelektual mungkin terganggu. Disfungsi ini dapat ditunjukan
dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman,
lupa dan kurang motivasi.
Disfungsi kandung kemih, setelah stroke pasien mungkin
mengalami inkontenensia urinarius karena kerusakan kontrol
motorik.
7. Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah
serebral dan luasnya area cidera (Suzzane C. Smelzzer, dkk, 2001)
a. Hipoksia serebral
Otak bergantung pada ketersedian oksigen yang dikirimkan ke
jaringan.
b. Penurunan darah serebral
Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah
jantung, dan integritas pembuluh darah serebral.
c. Luasnya area cidera
Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau
fibralsi atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme
akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan
menurunkan aliran darah serebral. Distritmia dapat mengakibatkan curah
jantung tidak konsisten dan penghentian thrombus lokal.
8. Penatalaksanaan
Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi :
a. Pengobatan konservatif meliputi:
Diuretika: Untuk menurunkan edema serebral, yang mencapai
tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.
Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan
embolisasi dari tempat lain dalam kardiovaskuler.
Anti trombosit: dapat diresepkan karena trombosit memainkan
peran sangat penting dalam pembentukan thrombus dan
embolisasi.
b. Pengobatan pembedahan
Endosteroktomi karotis membentuk kembali arteri karotis,
yaitu dengan membuka arteri karotis di leher.
Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh klien TIA
B. WOC
Keletihan
Otot
pernafasan
Ketidakefektifan
pola napas
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Rontgen kepala dan medulla spinalis
2. Elektro encephalografi
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan
mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
3. Lumbal fungsi
Menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada thrombosis,
emboli, serebral dan TIA
4. Agriografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik, seperti
perdarahan atau obstruksi arteri, adanya titik oktusi atau rupture.
5. Computerized tomografi scaning (CT scan)
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, ischemia dan adanya
infark
6. Magnetik Resonance Imaging (MRI)
Menunjukkan adanya daerah yang mengalami infark, haemorhagic,
malforasi arteria vena (MAV).
7. Ultrasonografi Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena
8. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjer lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari masa yang meluas. (Marilynn E. Doenges, 2000 :292).
D. ANALISA DATA
N DATA PENYEBAB MASALAH
O
1. DS : keluarga pasien Penyumbatan aliran darah ke Ketidakefektifan perfusi
mengatakan sebelum otak jaringan serebral
dibawa kerumah sakit
pasien sempat pusing
DO :
GCS 12
TD: 130/80
N: 100 x/menit
S: 37 c
P: 35 x/menit
E. PENGKAJIAN TAMBAHAN
1. Riwayat penyakit keluarga :
Ada keluarga pasien yang pernah mengalami stroke
2. Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan :
Menggali pemahaman pasien/keluarga
Karean klien GSC 12 : Apatis, maka dapat ditanyakan atau
digali pemahaman mengenai pola persepsi dan pola
penanganan kesehatan kepada keluarga pasien.
Pasien merokok
b. Pola nutrisi :
Pasien susah menelan
Pasien sering mengkonsumsi makanan berminyak dan
berlemak
Pasien sering mengkonsumsi kopi dan the 5x seminggu
c. Pola eliminasi :
Pasien sudah 2 hari tidak BAB
Pasien terpasang kateter (BAK)
d. Pola aktivitas :
Pasien dibantu oleh keluarga untuk BAB, BAK, mandi,
berpakaian dan pindah posisi
Pasien melakukan ROM dibantu oleh anggota keluarga
e. Pola kognitif-persepsi :
Pasien mengalami penurunan daya ingat
Pasien mengikuti yang disarankan oleh keluarganya
f. Pola persepsi-konsep diri :
Pasien menghargai dirinya
Pasien merasa diterima dan disayangi oleh keluarganya
Pasien mempunyai harapan terhadap kesembuhannya
g. Pola tidur dan istirahat :
Pasien tidak mengalami perubahan dalam tidurnya
Pasien biasanya tidur siang selama 1 jam
h. Pola peran dan hubungan :
Pasien tidak memiliki suami (meninggal)
Pasien tinggal bersama anaknya
Pasien senang bersama keluarganya
Kadang pasien sulit berkomunikasi dengan salah satu anggota
keluarganya karena daya ingat pasien menurun. Keluarga selalu
membantu pasien untuk mengingat dengan siapa pasien
berkomunikasi
i. Pola seksual dan reproduksi :
Pasien sudah mengalami menopause
j. Pola toleransi stress dan koping :
Pasien mengatasi stressnya dengan cara bermain dengan cucu-
cucunya
k. Pola nilai dan kepercayaan :
Pasien selalu berdoa untuk kesembuhannya
Pasien mengganggap sehat itu penting
F. ASUHAN KEPERAWATAN
N DIAGNOSA TUJUAN NIC
O KEPERAWATAN (NOC)
(NANDA)
1. Ketidakefektifan Perfusi Setelah dilakukan tindakan Intervensi (NIC) : Manajemen
Jaringan Serebral b.d keperawatan selama 3x24 edema serebral
penyumbatan aliran jam, diharapkan masalah 1. Monitor tanda-tanda
darah ke otak gangguan perfusi jaringan vital
serebral dapat teratasi 2. Monitor status
Kriteria hasil : pernafasan
1. Tanda-tanda vital 3. Monitor tekanan
dalam batas normal intracranial dan respon
2. Tidak ada nyeri neurologis
kapala
2. Risiko Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Intervensi (NIC) : Perawatan
Integritas Kulit b.d. keperawatan integritas tirah baring
tekanan pada tonjolan jaringan: kulit dan 1. Posisikan pasien sesuai
tulang membrane mukosa selama body alignment yang
3x24 jam, diharapkan klien tepat
dapat melakukan pergerakan 2. Hindari menggunakan
fisik kain linen kasur yang
Kriteria Hasil : teksturnya kasar
1. Integritas kulit 3. Jaga kain linen kasur
ditingkatkan ke skala tetap bersih, kering dan
5 bebas kerutan
2. Lesi pada kulit 4. Gunakan alat ditempat
ditingkatkan ke skala tidur yang melindungi
5 pasien
3. Lesi mukosa 5. Balikkan pasien yang
membran ditingkatkan tidak dapat mobilisasi
ke skala 5 paling tidak setiap 2
4. Pengelupasan kulit jam, sesuai dengan
ditingkatkan ke skala jadwal yang spesifik
5 6. Monitor kondisi kulit
pasien
3. Ketidak seimbangan Setelah dilakukan tindakan Intervensi (NIC) : Terapi
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 Menelan
kebutuhan tubuh bd jam, diharapkan klien : 1. Jelaskan rasionalisasi
ketidakmampuan menelan Kriteria Hasil : latihan menelan pada
makanan dd membran 1. Mempertahankan pasien dan keluarga
mukosa pucat, ,kelemahan makanan di mulut 2. Sediakan / gunakan alat
otot untuk menelan meningkat ke skala 5 bantu sesuai kebutuhan
2. Kemampuan 3. Instruksikan pasien
mengunyah untuk membuka dan
meningkat ke 5 menutup mulut terkait
dengan persiapan
memanipulasi makanan
DAFTAR PUSTAKA