Disusun Oleh :
Kelompok 1
A. PENGERTIAN BAHASA
Ada beberapa pengertian bahasa secara umum dan menurut para ahli
bahasa.
Pengertian bahasa secara umum adalah sistem lambang bunyi ujaran yang
digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya.Bahasa (berasal
dari bahasa Sanskerta भाषा, Bhāṣā) adalah kapasitas khusus yang ada pada
manusia untuk dapat memperoleh serta menggunakan sistem komunikasi
yang kompleks, serta sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari sistem
tersebut.
Dan berikut ini adalah definisi bahasa menurut para ahli:
a. Menurut Gorys Keraf (1997), bahasa adalah alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia.
b. Menurut Felicia (2001), bahasa adalah alat yang digunakan untuk
berkomunikasi sehari-hari, baik bahasa lisan atau pun bahasa tulis.
c. Menurut Sunaryo (2000), bahasa di dalam struktur budaya ternyata
memiliki kedudukan, fungsi serta peran ganda, bahasa sendiri adalah
sebagai akar serta produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai
sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan serta perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Menurut Owen, bahasa dapat didefinisikan sebagai kode yang diterima
secara sosial atau pun sistem konvensional untuk menyampaikan konsep
melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki serta kombinasi
simbol-simbol yang telah diatur oleh ketentuan.
e. Tarigan (1989) memberikan 2 definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah
suatu sistem yang sistematis, barang kali juga sistem generatif. Kedua,
bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau pun
simbol-simbol arbitrer.
f. Menurut Santoso (1990), bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia secara sadar.
g. Menurut Mackey (1986), bahasa salah suatu bentuk serta bukan suatu
keadaan (Language may be Form and Not Matter) atau pun sesuatu
sistem lambang bunyi yang arbitrer, atau suatu sistem dari sekian banyak
sistem-sistem, suatu sistem dari suatu tatanan atau pun suatu tatanan
dalam sistem-sistem.
h. Menurut Wibowo (2001), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang
bermakna serta berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang mempunyai
sifat arbitrer serta konvensional, dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh
sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan serta pikiran.
i. Menurut Walija (1996), bahasa adalah komunikasi yang paling lengkap
dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan serta
suatu pendapat kepada orang lain.
j. Syamsuddin (1986) juga memberikan 2 definisi bahasa. Pertama, bahasa
merupakan alat yang dipakai untuk membentuk pikiran, perasaan,
keinginan dan perbuatan-perbuatan, serta alat yang dipakai untuk
mempengaruhi dan kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari suatu
kepribadian entah itu yang baik maupun yang buruk, sebuah tanda yang
jelas dari keluarga serta bangsa dan tanda yang jelas dari budi
kemanusiaan.
k. Menurut Pengabean (1981), bahasa adalah suatu sistem yang
mengutarakan serta melaporkan apa yang terjadi pada sistem saraf.
l. Menurut Soejono (1983), bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani
yang teramat penting dalam hidup bersama.
B. SIFAT-SIFAT BAHASA
a. Bahasa itu sistematik
Sistematik berarti mempunyai atau diatur oleh sistem, yaitu aturan atau
pola.Pada setiap bahasa aturan ini bisa terlihat dalam dua hal yaitu:
(1) sistem bunyi, dan
(2) sistem makna.
Hanya bunyi-bunyian tertentu itulah yang bisa dipakai, digabung-
gabungkan dengan bunyi lainnya untuk membentuk satu kata sebagai
simbul dari satuacuan atau rujukan (referent).Seandainya bahasa itu tidak
sistematik maka bahasa itu tidak akan pernah ada,tidak punya arti, tidak
dapat diberi pemerian, hanyalah sesuatu yang kacau takkaruan. Dan
justru karena bersistemlah maka bahasa itu bisa dipelajari. Kita tidakbisa
mempelajari obyek yang tidak sistematik, walau otak kita mencoba
mensistematikkannya.
b. Bahasa itu manasuka (arbitrer)
Arbitrary berarti selected a random and withhout reason, dipilih secara
acaktanpa alasan. Ringkasnya, manasuka berarti seenaknya, asal bunyi,
tidak adahubungan logis dengan kata-kata sebagai simbol (the symbols)
dengan yang disibolkannya (the symbolized). Di sini terasa ada kontradiksi
antara pengertiansistem di atas yaitu adanya keteraturan dengan arbitrer
yaitu seenaknya asal bunyi.Contoh manasuka tersebut terbukti antara
bunyi-bunyi (rangkaian bunyi-bunyi) dengan makna yang dikandungnya.
Mengapa bahan bakar sepeda motor itu kita sebut bensin tidak kecap.
Binatang tertentu di Indonesia disebut anjing, di Inggris dog, di Mekah
kalbun, di Madrid perro Mengapa begitu? Jawabnya: memang begitulah
maunya, memang itulah kosa kata tertentu yang sesuai dengan sifat
bendanya, Itulah manasuka.Tadinya memang begitulah setiap bunyi-bunyi
itu manasuka, tapi karenabahasa itu kekayaan sosial maka yang manasuka
tadi disetujui pemakainnya olehmasyarakat penutur bahasa. Yang
manasuka tadi lalu berurat, berakar, mempribadidan membatin pada setiap
penutur.
Bila sudah menjadi kebiasaan (conventional)maka yang manasuka tadi
menjadi peraturan yang tetap, menjadi suatu sistem. Semua penutur akan
(harus) berbicara sesuai dengan sistem ini, sebab pelanggaran
terhadapsistem ini berarti pelanggaran terhadap norma bahasa, berarti
menolak sosialisasidengan orang lain. Dia terputus dari lingkungannya.
Dari contoh di atas makadapatlah dikatakan bahwa: bahasa itu manasuka
yaitu bahasa itu sosial konvensionaldan bahasa itu arbitrer tapi juga non
arbitrer.
c. Bahasa itu manusiawi
Bahasa itu manusiawi dalam pengertian bahwa apa-apa yang sudah
dibicarakan di muka (sistem, manasuka, ujaran, simbol) dan komunikasi
itu adalahsuatu kekayaan yang hanya dimiliki umat manusia. Ringkasnya
bahwa manusialahyang berbahasa sedangkan hewan-hewan lain tidak
berbahasa. Keistimewaan bahasamanusia akan semakin terasa kalau kita
membandingkannya dengan komunikasibinatang misalnya. Ahli-ahli
biologi membuktikan bahwa sistem komunikasibinatang itu sama sekali
tidak mengenal ciri ganda bahasa manusia yaitu sistem bunyi dan makna
(duality feature).
d. Bahasa itu komunikasi
Kunci terakhir untuk membuka hakekat bahasa adalah komunikasi.
Fungsiterpenting dari bahasa adalah alat komunikasi dan interaksi. Bahasa
berfungsi sebagailem perekat dalam menyatupadukan keluarga,
masyarakat dan bangsa dalam kegiatansosialisasi. Tanpa bahasa suatu
masyarakat tak dapat terbayangkan. Kata”komunikasi” mencakup makna
mengerti, dan berbicara, mendengar dan membalastindak. Kesemua
tindakan dan peristiwa tutur ini bisa berobyek peristiwa masa silam,hari
ini dan esok.
C. FUNGSI BAHASA
Fungsi terpenting dari bahasa adalah alat komunikasi dan interaksi.
Bahasaberfungsi sebagai lem perekat dalam menyatupadukan keluarga,
masyarakat danbangsa dalam kegiatan bersosialisasi. Seseorang itu akan
mendapatkan respons atautindak balas dari pihak penanggap tutur dengan
bermacam-macam balas tindakan.
Fungsi ujaran sebagai alat komunikasi ini oleh para ahli diurai
menjadibeberapa fungsi. Menurut Budiman (1987) dalam Wikipedia.com
fungsi bahasadibedakan berdasarkan tujuan, yaitu:
a. Fungsi Praktis: Bahasa digunakan sebagai komunikasi dan interaksi antar
anggotamasyarakat dalam pergaulan hidup sehari-hari.
b. Fungsi Kultural: Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyimpan,
menyebarkandan mengembangkan kebudayaan.
c. Fungsi Artistik: Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan rasa
estetis(keindahan) manusia melalui seni sastra.
d. Fungsi Edukatif: Bahasa digunakan sebagai alat menyampaikan
danmengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Fungsi Politis: Bahasa digunakan sebagai alat untuk mempersatukan
bangsa danuntuk menyelenggarakan administrasi pemerintahan.
Menurut Chaer dan Agustina, 2011:11-15) fungsi bahasa adalah
sebagaiberikut:
a. Fungsi Personal atau Pribadi
Dilihat dari sudut penutur, bahasa berfungsi personal maksudnya si
penuturmenyatakan sikap terhadap yang dituturkannya. Si penutur bukan
hanyamengungkapkan emosi lewat bahasa tetapi juga memperlihatkan
emosi itusewaktu menyampaikannya tuturannya.
b. Fungsi Direktif
Dilihat daru sudut pendengar atau lawan bicara, bahasa berfungsi direktif,
yaitumengatur tingkah laku pendengar. Disisni bahasa itu tidak hanya
membuat sipendengar melakukan sesuatu tetapi melakukan kegiatan yang
sesuai dengan yangdikehendaki pembicara.
c. Fungsi Fatik
Bila dilihat dari segi kontak antara penutur dan pendengar, maka bahasa
bersifatfatik, artinya bahasa berfungsi menjalin hubungan, memelihara,
memperlihatkanperasaan bersahabat atau solidaritas sosial.
d. Fungsi Referensial
Dilihat dari topik ujaran bahasa berfungsi inferensial yaitu berfungsi
untukmembicarakan objek atau peristiwa yang ada di sekeliling penutur
atau dalambudaya pada umumnya. Fungsi referensial ini yang melahirkan
paham tradisionalbahwa bahasa itu adalah alat untuk menyatakan pikiran
untuk bagaimana sipenutur menanggapi tentang dunia sekelilingnya.
e. Fungsi Imajinatif
Jika dilihat dari segi amanat (message) yang disampaikan maka bahasa
ituberfungsi imajinatif. Bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan
pikiran,gagasan dan perasaan, baik yang sebenarnya maupun yang hanya
imajinasi(khayalan) saja. Fungsi imajinasi ini biasanya berupa karya seni
(puisi, cerita,dongeng, dan sebagainya) yang digunakan untuk kesenangan
penutur maupunpendengarnya).
f. Fungsi Metalingual atau Metalinguistik
Dilihat dari segi kode yang digunakan, bahasa berfungsi matalingual
artinyabahasa itu digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri.
Bahasa digunakanuntuk membicarakan atau menjelaskan bahasa. Hal ini
dapat dilihat dalam prosespembelajaran bahasa dimana kaidah-kaidah
bahasa dijelaskan dengan bahasa.
POLITIK BAHASA NASIONAL
A. Pemakaian Huruf
1. Pemakaian Huruf Kapital
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat. Misalnya:
1) Bagaimana caranya?
2) Kakek memetik mangga.
3) Saya harus rajin belajar.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang,
termasuk julukan.Misalnya:
1. James Watt
2. James Prescott Joule
3. Dewi Sartika
4. Raja Dangdut
5. Bapak Pendidikan
6. Bapak Pramuka Indonesia
7. Teuku Umar
8. Diandra Aurelia
Catatan:
1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang
yang merupakan nama jenis atau satuan ukuran.Misalnya:
a) 360 kelvin
b) 200 pascal
c) Bunga mawar
d) Kacang polong
2) Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama
kata yang bermakna 'anak dari', seperti bin, binti, boru, dan van,
atau huruf pertama kata tugas. Misalnya:
a) Ahmad Aldian bin Chandra
b) Aisyah binti Abu Bakar
c) Kahiyang Ayu boru Siregar
d) Hubertus Johannes van Mook
c. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan
langsung.Misalnya:
1. Ibu bertanya, “ Siapa yang menjemput adik?”
2. Dian mengingatkan adiknya, “Jangan lupa sarapan ya, Dik!”
3. “Kakak lulus dengan nilai terbaik,” katanya.
4. Nenek berkata, “Jangan suka jajan sembarangan.”
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama
agama,kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk
Tuhan. Misalnya:
1. Pemerintah Republik Indonesia secara resmi mengakui enam
agama, yaitu Islam, Buddha, Hindu, Protestan, Katolik, dan
Konghucu
2. Kitab suci agama Buddha adalah Tripitaka
3. Allah akan menjaga hamba-Nya yang beriman
4. Ya, Tuhan, berilah petunjuk pada hamba-Mu
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti
nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.
Misalnya:
1. Pangeran Diponegoro
2. Sultan Hasanudin
3. Haji Ahmad Rifai
4. Nabi Musa
5. Syekh Abdul Fattah Rawa
6. Professor Yohanes Surya
7. Anggia Nur Fadhilah, Ahli Madya Kebidanan
8. Ardian Kusuma, Sarjana Akuntansi
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan
kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan. Misalnya:
1. Sehat selalu, Baginda
2. Selamat pagi, Panglima
3. Terima kasih, Direktur
4. Apa kabar, Ustaz
5. Terima kasih, Dokter
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai
pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
1. Gubernur Lampung
2. Walikota Bandar Lampung
3. Profesor Supomo
4. Sekertaris Jendral Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
5. Direktur Poltekkes Tanjungkarang
6. Letnan Kolonel Untung Sutopo
7. Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa. Misalnya:
1. bangsa Singapura
2. suku Lampung
3. bahasa Jawa
Catatan:
Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk
dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:
1. Gaya berpakaiannya kekorea-koreaan
2. Menginggriskan kata-kata
3. Icha berbicara sedikit kejawa-jawaan
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari,
dan hari besar atau hari raya. Misalnya:
1. tahun Masehi
2. bulan Desember
3. bulan Ramadhan
4. hari Raya Idul Fitri
5. hari Waisak
6. hari Minggu
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa
sejarah. Misalnya:
1. Konferensi Meja Bundar
2. Peristiwa Bandung Lautan Api
3. Perundingan Roem Royen
4. Peristiwa Rengasdengklok
Catatan:
Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama
tidak ditulis dengan huruf kapital. Misalnya:
1. Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa
Indonesia.
2. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
1. Lampung
2. Asia Tenggara
3. Pulau Miangas
4. Dataran Tinggi
5. Selat Sunda
6. Asia Selatan
7. Gunung Rinjani
8. Jalan Malioboro
9. Sungai Kapuas
Catatan:
1. Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis
dengan huruf kapital.
a. Berlayar ke teluk mandi di sungai
b. Menyebrangi selat berenang dindanau
c. Para wisatawan mendaki gunung
d. Banyak orang yang masih mencuci di sungai
2. Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama
jenis tidak ditulis dengan huruf kapital. Misalnya:
a. jeruk bali
b. nangka belanda
c. petai cina
d. talas bogor
e. gula jawa
f. apel malang
g. pisang ambon
h. kunci inggris
Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis
dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain
dalam kelompoknya. Misalnya:
1. Kita mengenal beberapa gula, seperti gula jaw, gula pasir,
gula tebu, gula aren, dan gula anggur.
2. Ada beberapa jenis pisang, yaitu pisang ambon, pisang
kapok, pisang raja, dan lain-lain
3. Kita mengenal beberapa jenis jeruk, yaitu jeruk bali, jeruk
nipis, jeruk mandarin, dan lain-lain
Contoh berikut bukan nama jenis:
1. Dia mengoleksi batik Cirebom, batik Pekalongan, batik
Solo, batik Yogyakarta, dan batik Madura
2. Para penari menghafalkan tarian Lampung, tarian Aceh, dan
tarian Bali
3. Minggu depan akan ditayangkan film Indonesia, film
Korea, dan film Thailand
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga,
badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke,
dari, dan, yang, dan untuk. Misalnya:
1. Republik Ceko
2. Dewan Perwakilan Rakyat
3. Komisi Yudisial
4. Ikatan Bidan Indonesia
5. Perserikatan Bangsa-Bangsa
6. Himpunan Mahasiswa Jurusan
7. Republik Rakyat Tiongkok
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk
unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel,
dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas,
seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada
posisi awal. Misalnya:
1. Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan
2. Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra
3. Kami menyajikan makalah “Tata Ejaan Bahasa Indonesia”
4. Dia telah membaca buku Habis Gelap Terbitlah Terang
5. Mahasiswa membuat artikel Pengaruh Olahraga untuk
Kesehatan Tubuh
n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, atau sapaan. Misalnya:
1. S. E : Sarjana Ekonomi
2. S.H.I : Sarjana Hukum Islam
3. K.H : kiai haji
4. Hj. : hajah
5. R.A. : raden ajeng
6. Dg. : daeng
7. Dt. : datuk
8. A.Md.Keb : Ahli Madya Kebidanan
9. S.Keb : Sarjana Kebidanan
10. Tn. : Tuan
11. Ny. : Nyonya
12. Ipda : Inspektur Polisi Dua
o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman,
serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau
pengacuan. Misalnya:
1. “Dimana Bapak sekarang?” Tanya Mila.
2. “Ayo makan Dik!” kata orang itu.
3. Paket Saudara telah kami terima dalam kondisi baik.
4. “Lisa, Paman besok akan mengunjungi kita.” kata Lusi.
5. “Minum jus apa, Kak?”
Catatan:
1. Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau
pengacuan. Misalnya:
a. Kita harus menghormati ibu dan bapak kita.
b. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
2. Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:
a. Sudahkah Anda tahu?
b. Siapa nama Anda?
c. Bagaimana kabar keluarga Anda?
d. Mengapa Anda tidak ikut bekerja?
E. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
1) Kantor pajak penuh sesak.
2) Saya pergi ke sekolah.
3) Buku itu sangat tebal.
2. Kata Berimbuhan
Catatan:
1. Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau
singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda
hubung (-)
Misalnya:
1) non-Indonesia
2) pan-Afrikanisme
3) pro-Barat
4) non-ASEAN
5) anti-PKI
2. Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama
atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
1) Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
2) Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
3. Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama
atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai.
Misalnya:
a) Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
b) Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
3. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara
unsur-unsurnya.
Misalnya:
1) anak-anak
2) biri-biri
3) lauk-pauk
4) berjalan-jalan
5) buku-buku
Catatan: Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur
pertama.
Misalnya:
surat kabar surat-surat kabar
kapal barang kapal-kapal barang
rak buku rak-rak buku
kereta api cepat kereta-kereta api cepat
Catatan
Bila bentuk ulang diberi huruf kapital, misalnya pada nama diri (nama
lembaga, dokumen, dll.) atau judul (buku, majalah, dll.), bentuk ulang
sempurna diberi huruf kapital pada huruf pertama tiap unsurnya,
sedangkan bentuk ulang lain hanya diberi huruf kapital pada huruf
pertama unsur pertamanya. Misalnya:
1) Ia menyajikan makalah "Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata".
2) Slogan "Terus-menerus Ramah-tamah" dikampanyekan gubernur
baru itu.
4. Gabungan Kata
1) Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk
istilah khusus, ditulis terpisah.
Misalnya:
a. duta besar
b. model linear
c. kambing hitam
d. persegi panjang
e. orang tua
f. rumah sakit jiwa
g. simpang empat
h. meja tulis
i. mata acara
j. cendera mata
2) Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis
dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
a. anak-istri pejabat (anak dan istri dari pejabat)
b. anak istri-pejabat (anak dari istri pejabat)
c. ibu-bapak kami (ibu dan bapak kami)
d. ibu bapak-kami (ibu dari bapak kami)
e. buku-sejarah baru (buku sejarah yang baru)
f. buku sejarah-baru (buku tentang sejarah baru)
3) Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika
mendapat awalan atau akhiran.
Misalnya:
a. bertepuk tangan
b. menganak sungai
c. garis bawahi
d. sebar luaskan
4) Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai.
Misalnya:
a. dilipatgandakan
b. menggarisbawahi
c. menyebarluaskan
d. penghancurleburan
e. pertanggungjawaban
5) Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
Misalnya:
a. acapkali
b. adakalanya
c. apalagi
d. bagaimana
e. barangkali
f. beasiswa
g. belasungkawa
h. bilamana
i. bumiputra
j. darmabakti
k. dukacita
5 Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Misalnya:
1) Di mana dia sekarang?
2) Kain itu disimpan di dalam lemari.
3) Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
4) Mari kita berangkat ke kantor.
5) Saya pergi ke sana mencarinya.
6) Ia berasal dari Pulau Penyengat.
7) Cincin itu terbuat dari emas.
6. Partikel
1) Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
a. Bacalah buku itu baik-baik!
b. Apakah yang tersirat dalam surat itu?
c. Siapakah gerangan dia?
d. Apatah gunanya bersedih hati?
2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
a. Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya
dengan bijaksana.
b. Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih
tersedia.
c. Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah berkunjung
ke rumahku.
Catatan: Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis
serangkai.
Misalnya:
a. Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada
waktunya.
b. Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
c. Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
d. Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu depan.
3) Partikel per yang berarti 'demi', 'tiap', atau 'mulai' ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya.
Misalnya:
a. Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.
b. Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.
c. Karyawan itu mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
e. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih
yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya
dilakukan di antara huruf kon- sonan yang pertama dan huruf
konsonan yangkedua.
Misalnya:
ul-tra in-fra
ben-trok
in-stru-men
Catatan:
Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak
dipenggal.
Misalnya:
bang-krut bang-sa ba-
nyak ikh-las kong-res
makh-luk masy-hur
sang-gup
Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk
dasar dan unsurpembentuknya.
Misalnya:
ber-jalan mem-pertanggungjawabkan
mem-bantu memper-tanggungjawabkan
di-ambil mempertanggung-jawabkan
ter-bawa mempertanggungjawab-kan
per-buat me-rasakan
makan-an merasa-kan
letakkan per-buatan
pergi-lah perbuat-an
apa-kah ke-kuatan
Catatan:
i. Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasar- nya
mengalami perubahan dilakukan seperti pada katadasar.
Misalnya:
me-nu-tup
me-makai
me-le-takan
me-nya-pu
me-nge-cat
pe-mi-kir
pe-no-long
pe-nga-rang
pe-nge-tik
pe-nye-but
ii. Pemenggalankatabersisipandilakukansepertipada katadasar.
Misalnya:
ge-lem-bung
ge-mu-ruh
ge-ri-gi
si-nam-bung
te-lun-juk
iii. Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di
awal atau akhir baris tidakdilakukan.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah
disampaikan.
Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau mengambil
makanan itu.
Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya
itu dapat bergabung dengan unsur
lain,pemenggalannyadilakukandiantaraunsur-unsuritu.
Tiapunsurgabunganitudipenggalsepertipadakatadasar.
Misalnya:
Introjeksi intro-jeksi in-tro-jek-si
Kilogram kilo-gram ki-lo-gram
Kilometer kilo-meter ki-lo-me-ter
Pascapanen pasca-panen pas-ca-pa-nen
Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris
dipenggal di antaraunsur-unsurnya.
Misalnya:
Lagu “Indonesia Raya” digubah oleh Wage Rudolf Supratman.
Buku Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir Alisjahbana.
Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih
tidakdipenggal.
Misalnya:
Ia bekerja di DLLAJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita.
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
Ia bekerja di DLL- AJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R. Ng. Rangga
Warsita.
Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan–nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Rumah itu telah kujual.
Majalah ini boleh kaubaca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Rumahnya sedang diperbaiki.
B. Kata Dasar
Kata dasar (akar kata) adalah kata yang paling sederhana yang belum
memiliki imbuhan, juga dapat dikelompokkan sebagai bentuk asal tunggal
dan bentuk dasar kompleks. Umumnya kata dasar dalam bahasa Indonesia
dan juga semua bahasa yang serumpu dengan bahasa Indonesia terjadi dari
dua suku kata. Dengan kata lain, kata dasar adalah kata yang menjadi dasar
awal pembentukan kata yang lebih besar. Misalnya : rumah, lari, nasi, padi,
pikul, jalan, tidur, makan, duduk, pulang, tinggal, datang, minum, langkah,
pindah, dan lain – lain. Ia masih utuh, belum mengalami perubahan. Kata
dasar menjadi dasar pembentukkan kata berimbuhan atau kata jadian, kata
ulang, dan kata majemuk.
· 1. Ciri-ciri kata dasar:
a. Satuan paling kecil dan mempunyai makna sendiri.
b. Merupakan Dasar dari pembentukan kata, baik itu kata yang memiliki
imbuhan atau yamg merupakan kata turunan.
c. Jika mendapat tambahan atau imbuhan, maka kata dasar akan
mengalami perbedaan makna.
d. Kumpulan dari kata dasar dapat menjadi suatu kesatuan kalimat tanpa
perlu dibubuhi imbuhan.
2. Jenis-jenis kata dasar
a. Kata dasar bersuku satu: teh, oh , ya, wah
b. Kata dasar bersuku dua: mata, kamu, tiga, bunga
c. Kata dasar bersuku tiga: telinga,kecapi, kemiri
d. Kata dasar bersuku empat: halilintar, kelelawar,
e. Kata dasar bersuku lima: Indonesia, administrasi
f. Kata dasar serupa bentuk ulang: kura-kura, bunga-bunga, kupu-kupu
Kata dasar terdiri atas dua jenis, yaitu kata dasar tunggal dan kata dasar
kompleks. Kata dasar tunggal atau monomorfenis merupakan kata dasar
yang hanya terdiri atas stu morfem. Sementara itu, kata dasar kompleks
adalah kata dasar yang mempunyai dua morfem atau lebih. Kata dasar
kompleks terjadi jika sebuah kata dasar mengalami beberapa proses,
seperti pemberian imbuhan atau menngalami reduplikasi (perulangan
kata).
Contoh Kata Dasar Tunggal:
1) Api
2) Air
3) Rumah
4) Badai
5) Tahu
6) Bulan
7) Puisi
8) Aksara
9) Mobil
10) Radio
Contoh Kata Dasar Kompleks:
1) Bersantai
2) Memakai
3) Melarang
4) Berkemah
5) Berkemas
6) Main-main
7) Dedaunan
8) Kupu-kupu
9) Bolak-balik
10) Melihat-lihat
C. Kata Turunan
Kata turunan atau disebut dengan kata berimbuhan adalah kata – kata yang
telah beruba bentuk dan makna. Perubahan ini dikarenakan kata – kata
tersebut telah diberi imbuhan yang berupa awalan (afiks), akhiran (sufiks),
sisipan (infiks), dan awalan – akhiran (konfiks). Contohnya adalah menanam,
berlari, tertinggal,bermain,berkelahi,bercanda,catatan,gemetar ,dan lain – lain.
Kata turunan dapat berupa kata dasar yang mendapat imbuhan; awalan,
sisipan dan akhiran. Imbuhan itu ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Kata turunan adalah kata dasar yang telah berubah karena mendapatkan
imbuhan baik itu awalan, sisipan, dan akhiran. Kata dasar tersebut telah
dirangkai dengan imbuhan-imbuhan itu. Dari contoh-contoh ini diharapkan
dapat mengingat kembali aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Secara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan
penulisan kata
Macam-Macam Imbuhan
1. Awalan (Prefiks)
Prefiks adalah imbuhan-imbuhan yang diletakan pada awal kata dasar.
Imbuhan-imbuhan yang termasuk ke dalam awalan (prefiks) adalah: me-,
ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se-
Contoh:
berlari (kata dasar [lari], mendapat awalan [ber-])
2. Sisipan (infiks)
Sisipan adalah imbuhan yang diletakan di tengah-tengah kata dasar.
Bentuk-bentuk sisipan antara lain –el-, -em-, dan –er-.
Contoh:
gemetar (kata dasar [getar], mendapat sisipan [-em-])
3. Akhiran (sufiks)
Akhiran sufiks adalah imbuhan yang diletakan pada akhir kata dasar. Ada
beberapa macam bentuk imbuhan sufiks, diantaranya adalah –kan, -I,
-an, -kah, -tah, dan –pun.
Contoh:
catatan (kata dasar [catat], mendapat akhiran [-an])
D. Pengimbuhan
Imbuhan atau afiks adalah bentuk (atau morfem) terikat yang dipakai untuk
menurunkan kata. Afiks atau imbuhan dibagi menjadi 4 yaitu: prefiks
(awalan), sufiks (akhiran), infiks (sisipan), dan konfiks (gabungan antara
prefiks dan sufiks).
Jenis-jenis Imbuhan:
a. Prefiks
Prefiks atau awalan adalah awalan yang ditempatkan di bagian muka
suatu kata dasar.
Contoh morfem prefiks adalah ber-,meng-,,peng-,dan per-.
Contoh penggunaan :
Ber- : Annisa berjalan dengan hati-hati ketika menyebrangi jembatan
yang rapuh
b. Sufiks
Sufiks atau akhiran adalah apabila morfem terikat digunakan di
bagian belakang kata.
Contoh morfem : -an,-kan,dan –i.
Contoh penggunaan :
-kan : Berikan bungkusan ini pada bibi
c. infiks
Infiks atau sisipan adalah afiks yang di selipi di tengah kata dasar.
Contoh : -er-dan -el-.
Contoh penggunaan :
-er- : Gerigi pada kulit buah nangka terasa apabila diraba.
d. Konfiks
Konfiks adalah gabungan antara sufiks dan prefiks. Artinya
gabungan antara imbuhan depan dengan imbuhan akhiran yang terletak
di belakang. Contoh morfennya ber-an.
Contoh penggunaan :
Ber-an : Tamu-tamu mulai berdatangan sejak siang tadi.
E. Pengulangan
Pengulangan atau reduplikasi merupakan alat morfologi yang produktif di
dalam pembentukan kata. Pengulangan ini dapat di lakukan terhdap kata
dasar, kata berimbuhan, maupun kata gabung. Kata yang terbentuk sebagai
hasil dari proses pengulangan ini bisa dikenal dengan nama kata ulang.
Dilihat dari hasil pengulangan itu dapat dibedakan adanya empat macam kata
ulang yaitu:
1. Kata ulang murni adalah kata ulang yang bagianya pengulangannya sama
dengan kata dasar yang diulangnya.
Contoh: rumah-rumah (bentuk dasar: rumah)
makan-makan (bentuk dasar: makan)
cepat-cepat (bentuk dasar: cepat)
2. Kata ulang berubah bunyi adalah kata ulang yang bagian perulangannya
terdapat perubahan bunyi, baik bunyi vokal maupun konsonan.
Contoh: perubahan vokal: bolak-balik
larak-lirik
tindak-tanduk
serba-serbi
perubahan konsona: sayur-mayur
lauk-pauk
ramah-tamah
3. Kata ulang sebagian, yaitu kata ulang yang pengulangannya hanya
terjadi pada suku kata awalnya saja dan disertai dengan penggantian vokal
suku pertama itu dengan bunyi e pepet.
Contoh: leluhur (bentuk dasar: luhur)
lelaki (bentuk dasar: laki)
tetangga (bentuk dasr: tangga)
4. Kata ulang berimbuhan, yaitu kata ulang yang disertai dengan
pemberian imbuhan. Menurut proses pembentukannya ada tiga macam kata
ulang berimbuhan, yaitu:
a. Sebuah kata dasar mula-mula diberi imbuhan, kemudian baru di ulang.
Umpamanya pada kata dasar atur, mula-mula diberi akhiran-an sehingga
menjadi aturan. Kemudian kata aturan diulang-ulang sehingga menjadi
aturan-aturan.
b. Sebuah kata dasar mula-mula diulang, kemudian baru diberi imbuhan.
Umpamnya kata lari mula-mula diulang-ulang sehingga menjadi lari-lari.
Kemudian kata lari diberi awalan ber- sehingga menjadi berlari-lari.
c. Sebuah kata dasar diulang dan sekaligus Diberi imbuhan. Umpamanya
pada kata dasar hari sekaligus diulang dan diberi awalan ber- sehingga
menjadi bentuk berhari-hari.
Pengulangan kata berpungsi membentuk kata-kata tertentu yang sesuai
untuk di gunakan dalam satuan ajaran. Sedangkan makna yang didapat
sebagai hasil proses pengulangan itu, antara lain menyatakan:
1. jamak
2. janyak dan bermacam-macam
3. banyak dengan ukuran satuan yang disebut karya dasarnya
4. banyak yang disebut kata dasarnya
5. agak atau sedikiit bersifat
6. menyerupai atau seperti
7. suungguh-sungguh atau bener-benar yang disebut kata dasarnya
8. pertentangan
9. berulangkali
10. berbalasan
11. dilakukan tanpa tujuan
12. tentang atau masalah
13. bersamaan wktu
14. paling
15. dikerjakan asl saja
16. sepanjang atau seluruh
17. pernah atau tidak lagi
18. terdiri dari
19. intensitas
20. penegasan
F. Pemajemukan
Kata majemuk merupakan gabungan dua atau lebih morfem atau kata dasar
yang mengandung satu makna atau pengertian baru. Kata-kata dalam kata
majemuk tidak menonjolkan makna tiap kata. Namun kelompok kata itu
secara bersama-sama membentuk suatu arti atau makna baru.
Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan dua
buah kata yang menimbulkan suatu kata baru. sedangkan,pengertian proses
pemajemukan kata menurut Tata Baku Bahasa Indonesia (1988) yang
menyatakan bahwa pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui
penggabungan morfem dengan kata, atau kata dengan kata
yangmenimbulkan pengertian baru yang khusus.
Kata Majemuk memiliki ciri khas berikut:
a. Gabungan kata – kata tersebut membentuk satu makna baru
b. Gabungan kata – kata tersebut ke luar membentuk satu pusat yang
fokus terhadap kesatuan gabungan kata itu, bukan dimaknai dengan
masing-masing bagian yang membentuknya.
c. Gabungan kata – kata tersebut walaupun dipisah maknanya tidak jauh
berbeda dibandingkan ketika menjadi kata majemuk
d. Umumnya terdiri dari dua kata dasar (tanpa imbuhan).
e. Frekuensi (keseringan) pemakaiannya tinggi.
f. Kebanyakan sifatnya endosentris yaitu terbentuk menurut hukum
Diterangkan Menerangkan (DM) (Diterangkan mendahului
Menerangkan).
B. Unsur-Unsur Kalimat
Dalam setiap kalimat tentunya memiliki suatu unsur dalam penyusunan
kalimatnya.Dari gabungan unsur-unsur kalimat tersebut nantinya akan
membentuk suatu kalimat yang memiliki arti.
Adapun unsur-unsur dalam suatu kalimat seperti berikut ini:
1. Subjek/Subyek (S)
2. Predikat (P)
3. Objek/Obyek (O)
4. Pelengkap
5. Keterangan (K)
Ciri dan Contoh dari Masing Masing Unsur Kalimat
1. Subjek/Subyek (S)
Subjek adalah bagian kalimat yang
menunjukanpelaku,sosok(benda),sesuatu hal, ataumasalah yang
menjadi pangkal/pokok pembicaraan.Di dalam pola penulisan
kalimat bahasa Indonesia, pada umumnya subjek terletak sebelum
predikat, kecuali jenis kalimat inversi.Pada umumnya, subjek
berwujud nomina. Maka perhatikan contoh berikut:
a. Mereka datang dari Bandung.
b. Justin Bieber merupakan penyanyi asal Canada.
c. Bambang pergi ke Spanyol.
Dari contoh kalimat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kata
mereka, Justin Bieber, dan Bambang merupakan Subjek.
Tak hanya itu, terdapat juga subjek yang bukan merupakan nomina.
Maka perhatikan contoh berikut:
a. Berwudhu harus dilakukan sebelum menjalankan sholat.
b. Delapan adalah sebuah angka.
c. Patah hati dapat dialami oleh semua orang.
Ciri-ciri subjek:
a. Menjawab pertanyaan “apa” atau “siapa”
b. Diikuti dengan kata “itu”
c. Diawali dengan kata “bahwa”
d. Memiliki keteranganpewatas“yang”(konjungsidengan
menggunakankata “yang”)
e. Tidak diawali dengan preposisi seperti “dari”, “dalam”, “di”,
“ke”, “kepada”, “pada”.
f. Berupa Nomina atau Frasa Nominal
2. Predikat (P)
Predikat adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan
(tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku).Sama
halnya dengan subjek, predikat juga merupakan unsur utama dalam
suatu kalimat.Unsur yang dapatmengisi predikat dapat
berupa kata, sebagai contoh verba, adjektiva, atau nominal, numeral
serta preposisional.Tak hanya itu, adapun frasa, sebagai contoh frasa
verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan).
Simak contoh kalimat sebagai berikut:
a. Gilang bermain gitar di lantai atas.
b. Setiawan memasak samyang.
c. Putra sedang melihat game online.
Dari contoh tersebut, maka kata bermain , memasak, dan melihat
merupakan sebuah predikat.
Ciri-ciri predikat:
a. Menjawab pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana.
b. Bisa berupa kata “ialah” atau “adalah”.
c. Ingkaran dapat diwujudkan dengan kata “tidak”
d. Bisa diikuti dengan kata-kata aspek atau modalitas, contoh
“telah”, “sudah”, “sedang”, “belum”, “akan”, “ingin”, “hendak”,
“mau”, dan lain sebagainya.
3. Objek (O)
Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat yang
berawalan meng- dan kata benda itu dapat menjadi subjek dalam
kalimat pasif.Objek bukan merupakan unsur wajib yang harus ada di
dalam sebuah kalimat.Letak objek biasanya terdapat setelah predikat
dengan kategori verbal transitif (kalimat aktif transitif) yang minimal
memiliki tiga unsur utama (SPO).Dalam kalimat aktif, objek akan
berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan.Sebaliknya,
objek yang ada dalam kalimat pasif akan menjadi subjek jika
kalimatnya menjadi kalimat aktif.Pada umumnya, objek berkategori
nomina. Perhatikan contoh objek dalam suatu kalimat:
a. Laras bermain slime.
b. Zaidan membeli sebuah boneka.
c. Lele itu memakan pelet.
Dalam kalimat di atas, kata slime, sebuah boneka, dan pelet
merupaan sebuah objek.
Ciri-ciri objek:
a. Berada di belakang predikat.
b. Dapat berubah menjadi subjek dalam kalimat pasif.
c. Tidak didahului dengan preposisi,
d. Diawali dengan kata “bahwa”
4. Pelengkap
Objek dan pelengkap mempunyai kesamaan.Dalam sebuah kaliam,
keduanya memiliki kesamaan yaitu: bersifat wajib ada sebab untuk
melengkapi makna verba predikat kalimat, menempati posisi
dibelakang predikat serta tidak didahului preposisi.Perbedaan
keduanya terletak dalam kalimat pasif. Dalam kalimat pasif,
pelengkap tidak menjadi subjek.Jika ada objek dan juga pelengkap di
dalam kalimat aktif, objeklah yang akan menjadi subjek kalimat
pasif, bukan pelengkap.Perhatikan contoh dari kalimat pelengkap:
a. Gilang selalu ingin berbuat baik.
b. Kaki Aji tersandung pintu.
c. Mukena itu terbuat dari sutra.
Ciri-ciri pelengkap:
a. Berada dibelakang kalimat.
b. Tidak didahului preposisi.
Ciri tersebut sama dengan objek. Hanya saja, objek berada langsung
dibelakang kalimat, sementara pelengkap masih bisa disisip dengan
unsur lainnya, yakni objek.Contohnya ada pada kalimat di bawah ini:
a. Anggi mengirimi Sri buku baru.
b. Mereka membelikan Ayahnya sepatu baru.
Kata buku baru dan sepatu baru berfungsi sebagai pelengkap serta
tidak mendahului predikat.
5. Keterangan (K)
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal
tentang bagian kalimat yang lainnya.Keterangan adalah sebuah unsur
kalimat yang menjelaskan lebih lanjut mengenai sesuatu yang tertera
di dalam sebuah kalimat.Contohnya keterangan akan memberikan
informasi mengenai tempat, waktu, cara, sebab, dan juga
tujuan.Keterangan dapat berwujud kata, frasa, atau anak
kalimat.Keterangan yang berwujud frasa ditandai dengan preposisi.
Seperti: di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang,oleh, dan
untuk.Keterangan yang berwujud anak kalimat ditandai dengan
konjungsi (kata penghubung).Seperti: ketika, karena,
meskipun,supaya, jika, dan sehingga.
Ciri-ciri keterangan:
a. Bukan termasuk ke dalam Unsur Utama (tidak bersifat wajib
seperti subjek, predikat, objek dan pelengkap ).
b. Tidak terikat dengan posisi (mempunyai kebebasan tempat
diawal/diakhir , atau diantara subjek dan predikat).
Jenis Keterangan
Keterangan dapat dibedakan berdasarkan fungsi atau perannya di
dalam suatu kalimat. Simak ulasan di bawah:
a. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berwujud kata, frasa, atau anak
kalimat.Keterangan waktu berupa kata merupakan kata yang
menyatakan waktu, contoh: kemarin, besok, sekarang, kini, lusa,
siang, dan juga malam.Keterangan waktu berupa frasaadalah
untaian kata yang juga menyatakan waktu, contoh: kemarin
pagi, hari Senin, 7 Mei, dan juga minggu depan.Sedangkan
keterangan waktu berupa anak kalimat ditandai dengan adanya
konjungtor yang juga menyatakan waktu.
Contoh: setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan
ketika.
Contoh: Bulan depan akan diadakan cuti bersama.
b. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berwujud frasa yang menyebutkan tempat
dengan ditandai oleh preposisi, contoh: di, pada, dan juga dalam.
Contoh: Justin Bieber akan mengadakan konser di New Zealand.
c. Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berwujud kata ulang, frasa, atau anak
kalimat yang menjelaskan cara.Keterangan cara yang berwujud
kata ulang adalah perulangan adjektiva.Keterangan cara yang
berwujud frasa ditandai dengan kata “dengan” atau
“secara”.Keterangan cara yang berwujud anak kalimat ditandai
dengan kata “dengan” dan “dalam”.
Contoh: Ibu memotong ikan dengan menggunakan pisau dapur.
d. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berwujud frasa dan anak kalimat.Keterangan
sebab yang berwujud frasa ditandai dengan adanya kata
“karena” atau “lantaran” yang diikuti dengan nomina atau frasa
nomina.Keterangan sebab yang berwujud anak kalimat ditandai
dengan adanya konjungtor “karena” atau “lantaran”.
Contoh: Bapak menyuruhku menjauhi Gilang karena tidak
berperilaku baik.
e. Keterangan Tujuan
Keterangan tujuan dapat berupa frasa ataupun anak
kalimat.Keterangan tujuan yang berwujud frasa ditandai dengan
kata “untuk” atau “demi”.Sementara keterangan tujuan yang
berupa anak kalimat ditandai dengan adanya konjungtor supaya,
agar, dan untuk.
Contoh: Sebelum berangkat ke Jakarta, Gilang memeluk
ibunya supaya hatinya tenang.
f. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi akan memberikan penjelasan nomina,
contoh: subjek atau objek.Jika ditulis, keterangan aposisi diapit
dengan tanda koma, tanda pisah (–), atau tanda kurang.
Contoh: Dosen saya, Bapak Sudarso, terpilih menjadi dosen
teladan.
g. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan akan memberikan penjelasan nomina
(subjek ataupun objek. Namun berbeda halnya dengan
keterangan aposisi.
Keterangan aposisi bisa menggantikan unsur yang diterangkan.
Sementara keterangan tambahan tidak bisa menggantikan unsur
yang diterangkan.
Contoh: Gilang, mahasiswa tingkat dua, mendapatkan beasiswa
ke luar negeri.
h. Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas ini akan memberikan pembatas antara
nomina. Contoh: subjek, predikat, objek, keterangan, dan juga
pelengkap.
Jika keterangan tambahan bida dihilangkan, maka keterangan
pewatas ini tidak dapat dihilangkan.
Contoh: Mahasiswa yang mendapatkan IP tiga lebih akan
mendapatkan beasiswa penuh.
C. Kalimat Efektif
1. Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau
pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis.
Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga
kejelasan kalimat itu dapat terjamin.
Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik
ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca
atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau
pembacanya seperti apa yang dimaksud dengan penulis.
Pengertian menurut ahli :
1. Menurut Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi : Kalimat efektif
dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan
informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca.
2. Menurut Arifin : Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi
kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca.
3. Menurut Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan : Kalimat efektif adalah
kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami
orang lain secara tepat.
4. Menurut Abdul Rozak : Kalimat Efektif adalah kalimat yang
mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan dengan
lengkap dalam pikiran pembaca persis seperti apa yang
disampaikan.
Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa,
jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk menimbulkan
kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti
apa yang terdapat pada pikiran penulis atau pembicara.
Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki
beberapa syarat sebagai berikut:
1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud
sang penulis.
3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau
pendengarnya dengan cepat.
4. Sistematis dan tidak bertele-tele.
A. Pengertian Paragraf
Kata paragraf berasal dari kata Yunani, yaitu dari kata para yang berakti
sebelum’ dan kata grafeinyang berakti ‘menulis’, ‘menggores’. Paragraf atau
alinea merupakan gabungan dari beberapa kalimat yang saling berkaitan dan
membentuk sebuah gagasan.
Paragraf (alenia) adalah sekumpulan kalimat yang tersusun secara logis dan
runtun (sistematis), yang memungkinkan sesuatu gagasan pokok dapat
dikomoniksikan kepada pembaca secara efektif. Paragraf merupakan satuan
terkecil sebuah karangan. Isinya membentuk satuan pikiran sebagai bagian
dari pesan yang disampaikan penulis dalam karangannya. Paragraf
susunannya akan menyulitkan membaca untuk menangkap pikiran penulis.
Meskipun singkat, oleh karena ada isi pikiran yang hendak disampaikan,
paragraf membutuhkan organisasi dan susunan yang has. Disamping itu,
karena paragraf merupakan bagian suatu pasal, maka antar paragraf satu
dengan yang harus saling berhubungan secara harmonis, sehingga sesuai
dengan rangka sesuruh karangan . Oleh karena itu, sebuah karangan hanya
akan baik jika paragraf ditulis dengan baik dan dirangkai dalam runtunan
yang logis.
Dalam kenyataan, terkadang kita bertemu dengan paragraf atau alenia yang
hanya terdiri atas satu kalimat. Bentuk seperti itu dianggap sebagai bentuk
paragraf yang kurang ideal dan dianggap sebagai pengecualian. Dalam tulisan
ilmiah, paragraf semacam itu jarang dipakai. Ada beberapa alasan mengapa
hanya terdapat satu kalimat dalam paragraf, yaitu (a) paragraf atau alenia
tersebut kurang baik untuk dikembangkan oleh penulisnya atau penulis
kurang memahami hakikat paragraf, (b) sengaja dibuat oleh pengarang
dengan maksud hanya mengemukakan gagasannya terdapat pada paragraf
berikutnya.
Selain itu, dalam sebuah paragraf, hanya boleh ada satu ide pokok atau
pikiran utama. Andaikan dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide pokok
atau pikiran utama, alinea harus dipecah menjadi lebih dari satu paragraf.
Keraf (1991:63) mengemukan ada dua tujuan mengapa paragraf diperlukan,
yaitu:
1. Untuk memudahkan pengetian dan pemahaman. Oleh karena itu, dalam
sebuah alinea hanya boleh ada satu tema. Bila terdapat dua tema,
paragraf itu harus dipecah menjadi dua paragraf.
2. Untuk memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal.
Dengan demikian, kita memiliki kesempatan untuk berhenti lebih lama
daripada perhentian pada ahir kalimat. Disamping itu, kita juga bisa
berkonsentrasi terhadap tema paragraf.
Paragraf disebut juga alinea. Paragraf adalah seperangkat kalimat yang
tersusun secara logis dan sistematis yang mengandung satu kesatuan ide
pokok. Disamping itu, secara teknis paragraf merupakan satuan terkecil dari
sebuah kalangan. Bisaanya paragraf itu terdiri atas beberapa kalimat yang
berkaitan baik isi maupun bentuknya. Isi kalimat-kalimat pembangun
paragraf itu membentuk satuan pikiran sebagai bagian dari pesan yang
disampaikan penulis dalam karangannya. Jadi, dengan kata lain bahwa
paragraf adalah satuan terkecil dari karangan yang bisaanya terdiri atas
beberapa kalimat yang berkaitan dan merupakan uraian tentang sebuah ide
pokok.
2. Bagian.Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah.
Bagian ini memuat alasan penulis mengambil judul itu dan manfaat
praktis yang dapat diambil dari karangan ilmiah tersebut. Alasan-
alasan ini dituangkan dalam paragraf-paragraf yang dimulai dari hal
yang bersifat umum sampai yang bersifat khusus.
b. Rumusan masalah.
Permasalahan yang timbul akan dibahas dalam bagian pembahasan,
dan ini ada kaitannya dengan latar belakang masalah yang sudah
dibahas sebelumnya. Permasalahan ini dirumuskan dalam kalimat-
kalimat pertanyaan secara jelas.
c. Ruang Lingkup.
Ruang lingkup ini menjelaskan pembatasan masalah yang dibahas.
Pembatasan masalah hendaknya terinci dan istilah istilah yang
berhubungan dirumuskan secara tepat. Rumusan ruang lingkup harus
sesuai dengan tujuan pembahasan.
d. Tujuan.
Bagian ini mencantumkan garis besar tujuan pembahasan dengan jelas
dan tujuan ini ada kaitannya dengan rumusan masalah dan
relevansinya dengan judul.
e. Landasan Teori.
Landasan teori berisi prinsip-prinsip teori yang mempengaruhi dalam
pembahasan. Teori ini juga berguna untuk membantu gambaran
langkah kerja sehingga membantu penulis dalam membahas masalah
yang sedang diteliti secara mendalam.
f. Hipotesis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hipotesis adalah sesuatu
yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori,
proposisi, dsb) meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan
dengan demikian hipotesis merupakan kesimpulan/perkiraan yang
dirumuskan dan untuk sementara diterima, serta masih harus
dibuktikan kebenarannya dengan data-data otentik yang ada, pada
bab-bab berikutnya. Hipotesis harus dirumuskan secara jelas dan
sederhana, serta jelas.
4. Bagian Penutup
a. Kesimpulan, dan Saran
Pada bagian penutup ini memaparkan kesimpulan akhir dari penelitian
karya tulis ilmiah yang dilakukan. Apakah penelitian yang dilakukan
mampu memberi solusi terhadap permasalahan yang diangkat ataukah
sebagai batu loncatan awal untuk penelitian lanjutan pun harus
dipaparkan.
Lalu, disamping memaparkan n kesimpulan yang didapatkan. Pada
bagian ini juga perlu memberikan penjelasan terkait saran dan harapan
kedepannya untuk karya tulis ilmiah tersebut.
Agar dapat menjadi landasan teori berikutnya saat membuat karya tulis
ilmiah yang mengangkat tema yang sama walu dengan tempat yang
berbeda. Pada bagian terdapat kesimpulan, dan saran. Pada bagian
kesimpulan, berisi tentang kesimpulan penelitian. Biasanya jawaban
dari rumusan masalah.
b. Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan daftar yang berisi semua buku atau tulisan
ilmiah yang menjadi rujukan dalam melakukan penelitian. Maksudnya
ketika Anda ingin menulis karya ilmiah yang bisa berupa artikel,
makalah, atau presentasi Anda harus membuat daftar pustaka atau
mudahnya itu harus mencantumkan sumber rujukan penelitian.
Jika membuat tulisan ilmiah tapi sumber rujukannya (daftar pustaka)
salah atau bahkan tidak ada, maka tulisan ilmiah tersebut dikatakan
tidak dapat dipercaya alias hoaks..
Tajuk daftar pustaka dituliskan dengan huruf kapital semua tanpa diberi
tanda baca dan dituliskan di tengah-tengah. Dalam daftar pustaka
dicantumkan semua kepustakaan, baik yang dijadikan acuan
penyusunan karangan maupun yang dijadikan bahan bacaan, termasuk
artikel, makalah, skripsi, disertasi, buku, dan lain-lain.
Semua acuan dalam daftar pustaka disusun menurut abjad nama
pengarang atau lembaga yang menerbitkan. Jadi, daftar pustaka tidak
diberi nomor urut. Jika tanpa nama pengarang atau lembaga, yang
menjadi dasar urutan adalah judul pustaka. Contoh penulisan daftar
pustaka: Eneste, Panusuk. 1983. Mempertimbangkan Tradisi. Jakarta:
Gramedia.
Untuk majalah atau jurnal mengikuti sistematika sebagai berikut: nama
penulis, tahun terbit, judul tulisan, nama majalah/jurnal dengan
singkatan resminya, nomor penerbitan dan halaman.
c. Penulisan Lampiran (jika diperlukan)