Anda di halaman 1dari 107

UJIAN TENGAH SEMESTER BAHASA INDONESIA

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. Indah Setiani : 1815401139


2. Dona Herdianengsih : 1815401140
3. Sinta Oktaria : 1815401141
4. Neti Setiyani : 1815401142

PROGAM STUDI DIII KEBIDANAN TANJUNG KARANG


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
HAKIKAT BAHASA

A. PENGERTIAN BAHASA
Ada beberapa pengertian bahasa secara umum dan menurut para ahli
bahasa.
Pengertian bahasa secara umum adalah sistem lambang bunyi ujaran yang
digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya.Bahasa (berasal
dari bahasa Sanskerta भाषा, Bhāṣā) adalah kapasitas khusus yang ada pada
manusia untuk dapat memperoleh serta menggunakan sistem komunikasi
yang kompleks, serta sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari sistem
tersebut.
Dan berikut ini adalah definisi bahasa menurut para ahli:
a. Menurut Gorys Keraf (1997), bahasa adalah alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia.
b. Menurut Felicia (2001), bahasa adalah alat yang digunakan untuk
berkomunikasi sehari-hari, baik bahasa lisan atau pun bahasa tulis.
c. Menurut Sunaryo (2000), bahasa di dalam struktur budaya ternyata
memiliki kedudukan, fungsi serta peran ganda, bahasa sendiri adalah
sebagai akar serta produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai
sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan serta perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Menurut Owen, bahasa dapat didefinisikan sebagai kode yang diterima
secara sosial atau pun sistem konvensional untuk menyampaikan konsep
melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki serta kombinasi
simbol-simbol yang telah diatur oleh ketentuan.
e. Tarigan (1989) memberikan 2 definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah
suatu sistem yang sistematis, barang kali juga sistem generatif. Kedua,
bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau pun
simbol-simbol arbitrer.
f. Menurut Santoso (1990), bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia secara sadar.
g. Menurut Mackey (1986), bahasa salah suatu bentuk serta bukan suatu
keadaan (Language may be Form and Not Matter) atau pun sesuatu
sistem lambang bunyi yang arbitrer, atau suatu sistem dari sekian banyak
sistem-sistem, suatu sistem dari suatu tatanan atau pun suatu tatanan
dalam sistem-sistem.
h. Menurut Wibowo (2001), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang
bermakna serta berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang mempunyai
sifat arbitrer serta konvensional, dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh
sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan serta pikiran.
i. Menurut Walija (1996), bahasa adalah komunikasi yang paling lengkap
dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan serta
suatu pendapat kepada orang lain.
j. Syamsuddin (1986) juga memberikan 2 definisi bahasa. Pertama, bahasa
merupakan alat yang dipakai untuk membentuk pikiran, perasaan,
keinginan dan perbuatan-perbuatan, serta alat yang dipakai untuk
mempengaruhi dan kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari suatu
kepribadian entah itu yang baik maupun yang buruk, sebuah tanda yang
jelas dari keluarga serta bangsa dan tanda yang jelas dari budi
kemanusiaan.
k. Menurut Pengabean (1981), bahasa adalah suatu sistem yang
mengutarakan serta melaporkan apa yang terjadi pada sistem saraf.
l. Menurut Soejono (1983), bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani
yang teramat penting dalam hidup bersama.

B. SIFAT-SIFAT BAHASA
a. Bahasa itu sistematik
Sistematik berarti mempunyai atau diatur oleh sistem, yaitu aturan atau
pola.Pada setiap bahasa aturan ini bisa terlihat dalam dua hal yaitu:
(1) sistem bunyi, dan
(2) sistem makna.
Hanya bunyi-bunyian tertentu itulah yang bisa dipakai, digabung-
gabungkan dengan bunyi lainnya untuk membentuk satu kata sebagai
simbul dari satuacuan atau rujukan (referent).Seandainya bahasa itu tidak
sistematik maka bahasa itu tidak akan pernah ada,tidak punya arti, tidak
dapat diberi pemerian, hanyalah sesuatu yang kacau takkaruan. Dan
justru karena bersistemlah maka bahasa itu bisa dipelajari. Kita tidakbisa
mempelajari obyek yang tidak sistematik, walau otak kita mencoba
mensistematikkannya.
b. Bahasa itu manasuka (arbitrer)
Arbitrary berarti selected a random and withhout reason, dipilih secara
acaktanpa alasan. Ringkasnya, manasuka berarti seenaknya, asal bunyi,
tidak adahubungan logis dengan kata-kata sebagai simbol (the symbols)
dengan yang disibolkannya (the symbolized). Di sini terasa ada kontradiksi
antara pengertiansistem di atas yaitu adanya keteraturan dengan arbitrer
yaitu seenaknya asal bunyi.Contoh manasuka tersebut terbukti antara
bunyi-bunyi (rangkaian bunyi-bunyi) dengan makna yang dikandungnya.
Mengapa bahan bakar sepeda motor itu kita sebut bensin tidak kecap.
Binatang tertentu di Indonesia disebut anjing, di Inggris dog, di Mekah
kalbun, di Madrid perro Mengapa begitu? Jawabnya: memang begitulah
maunya, memang itulah kosa kata tertentu yang sesuai dengan sifat
bendanya, Itulah manasuka.Tadinya memang begitulah setiap bunyi-bunyi
itu manasuka, tapi karenabahasa itu kekayaan sosial maka yang manasuka
tadi disetujui pemakainnya olehmasyarakat penutur bahasa. Yang
manasuka tadi lalu berurat, berakar, mempribadidan membatin pada setiap
penutur.
Bila sudah menjadi kebiasaan (conventional)maka yang manasuka tadi
menjadi peraturan yang tetap, menjadi suatu sistem. Semua penutur akan
(harus) berbicara sesuai dengan sistem ini, sebab pelanggaran
terhadapsistem ini berarti pelanggaran terhadap norma bahasa, berarti
menolak sosialisasidengan orang lain. Dia terputus dari lingkungannya.
Dari contoh di atas makadapatlah dikatakan bahwa: bahasa itu manasuka
yaitu bahasa itu sosial konvensionaldan bahasa itu arbitrer tapi juga non
arbitrer.
c. Bahasa itu manusiawi
Bahasa itu manusiawi dalam pengertian bahwa apa-apa yang sudah
dibicarakan di muka (sistem, manasuka, ujaran, simbol) dan komunikasi
itu adalahsuatu kekayaan yang hanya dimiliki umat manusia. Ringkasnya
bahwa manusialahyang berbahasa sedangkan hewan-hewan lain tidak
berbahasa. Keistimewaan bahasamanusia akan semakin terasa kalau kita
membandingkannya dengan komunikasibinatang misalnya. Ahli-ahli
biologi membuktikan bahwa sistem komunikasibinatang itu sama sekali
tidak mengenal ciri ganda bahasa manusia yaitu sistem bunyi dan makna
(duality feature).
d. Bahasa itu komunikasi
Kunci terakhir untuk membuka hakekat bahasa adalah komunikasi.
Fungsiterpenting dari bahasa adalah alat komunikasi dan interaksi. Bahasa
berfungsi sebagailem perekat dalam menyatupadukan keluarga,
masyarakat dan bangsa dalam kegiatansosialisasi. Tanpa bahasa suatu
masyarakat tak dapat terbayangkan. Kata”komunikasi” mencakup makna
mengerti, dan berbicara, mendengar dan membalastindak. Kesemua
tindakan dan peristiwa tutur ini bisa berobyek peristiwa masa silam,hari
ini dan esok.

C. FUNGSI BAHASA
Fungsi terpenting dari bahasa adalah alat komunikasi dan interaksi.
Bahasaberfungsi sebagai lem perekat dalam menyatupadukan keluarga,
masyarakat danbangsa dalam kegiatan bersosialisasi. Seseorang itu akan
mendapatkan respons atautindak balas dari pihak penanggap tutur dengan
bermacam-macam balas tindakan.
Fungsi ujaran sebagai alat komunikasi ini oleh para ahli diurai
menjadibeberapa fungsi. Menurut Budiman (1987) dalam Wikipedia.com
fungsi bahasadibedakan berdasarkan tujuan, yaitu:
a. Fungsi Praktis: Bahasa digunakan sebagai komunikasi dan interaksi antar
anggotamasyarakat dalam pergaulan hidup sehari-hari.
b. Fungsi Kultural: Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyimpan,
menyebarkandan mengembangkan kebudayaan.
c. Fungsi Artistik: Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan rasa
estetis(keindahan) manusia melalui seni sastra.
d. Fungsi Edukatif: Bahasa digunakan sebagai alat menyampaikan
danmengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Fungsi Politis: Bahasa digunakan sebagai alat untuk mempersatukan
bangsa danuntuk menyelenggarakan administrasi pemerintahan.
Menurut Chaer dan Agustina, 2011:11-15) fungsi bahasa adalah
sebagaiberikut:
a. Fungsi Personal atau Pribadi
Dilihat dari sudut penutur, bahasa berfungsi personal maksudnya si
penuturmenyatakan sikap terhadap yang dituturkannya. Si penutur bukan
hanyamengungkapkan emosi lewat bahasa tetapi juga memperlihatkan
emosi itusewaktu menyampaikannya tuturannya.
b. Fungsi Direktif
Dilihat daru sudut pendengar atau lawan bicara, bahasa berfungsi direktif,
yaitumengatur tingkah laku pendengar. Disisni bahasa itu tidak hanya
membuat sipendengar melakukan sesuatu tetapi melakukan kegiatan yang
sesuai dengan yangdikehendaki pembicara.
c. Fungsi Fatik
Bila dilihat dari segi kontak antara penutur dan pendengar, maka bahasa
bersifatfatik, artinya bahasa berfungsi menjalin hubungan, memelihara,
memperlihatkanperasaan bersahabat atau solidaritas sosial.
d. Fungsi Referensial
Dilihat dari topik ujaran bahasa berfungsi inferensial yaitu berfungsi
untukmembicarakan objek atau peristiwa yang ada di sekeliling penutur
atau dalambudaya pada umumnya. Fungsi referensial ini yang melahirkan
paham tradisionalbahwa bahasa itu adalah alat untuk menyatakan pikiran
untuk bagaimana sipenutur menanggapi tentang dunia sekelilingnya.
e. Fungsi Imajinatif
Jika dilihat dari segi amanat (message) yang disampaikan maka bahasa
ituberfungsi imajinatif. Bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan
pikiran,gagasan dan perasaan, baik yang sebenarnya maupun yang hanya
imajinasi(khayalan) saja. Fungsi imajinasi ini biasanya berupa karya seni
(puisi, cerita,dongeng, dan sebagainya) yang digunakan untuk kesenangan
penutur maupunpendengarnya).
f. Fungsi Metalingual atau Metalinguistik
Dilihat dari segi kode yang digunakan, bahasa berfungsi matalingual
artinyabahasa itu digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri.
Bahasa digunakanuntuk membicarakan atau menjelaskan bahasa. Hal ini
dapat dilihat dalam prosespembelajaran bahasa dimana kaidah-kaidah
bahasa dijelaskan dengan bahasa.
POLITIK BAHASA NASIONAL

A. Sejarah Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu,
para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam kerapatan
Pemuda dan berikrar (1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2)
berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah
Pemuda. Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan
tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia.
Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai
bahasa nasional. Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa
negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang
Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa
negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36).
Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara
lain, menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak
zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca)
bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia
Tenggara. Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak
abad ke-7. Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di
Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka
tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka
Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu
bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna
itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah
(Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor
ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa
Melayu Kuna.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa
kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga
dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai
bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun
sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar
Nusantara.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas
dari peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti
tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M,
maupun hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri,
Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan
menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah
diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau,
antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa
Melayu tidak mengenal tingkat tutur.
Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta
makin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu
yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya
dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata
dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa
Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam
perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek. Perkembangan
bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong
tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi
antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu.
Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan
secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang
menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda,
28 Oktober 1928). Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan
bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan,
persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa
Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945,
telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara
konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh
berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.

B. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa
persatuan atau bahasa nasional. Kedudukan ini dimiliki oleh bahasa Indonesia
sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 dan
dimungkinkan oleh kenyataan bahwa (1) bahasa Melayu, yang mendasari
bahasa Indonesia itu, telah dipakai sebagai bahasa perantara (lingua franca)
selama berabad-abad sebelumnya di seluruh kawasan Indonesia dan (2) di
dalam masyarakat Indonesia tidak terjadi persaingan bahasa, yaitupersaingan
di antara bahasa daerah yang satu dan bahasa daerah yang lain untuk
mencapai kedudukan sebagai bahasa persatuan atau bahasa nasional.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai
1. Lambang kebanggaan nasional,
2. Lambang identitas nasional,
3. Alat pemersatu berbagai kelompok etnik yang berbeda latar belakang
sosial budaya dan bahasanya, serta
4. Alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah.
Oleh karena itu, pada 28 Oktober 1928 bangsa Indonesia menyatakan
sikap politiknya yang dikenal dengan Sumpah Pemuda sebagai berikut:
1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,
tanah Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Pada teks di atas tampak jelas bahwa maksud ikrar pertama dan kedua
berbeda dengan ikrar ketiga. Ikrar pertama dan kedua berupa pernyataan
pengakuan terhadap tumpah darah dan bangsa yang satu, sedangkan ikrar
ketiga berupa pernyataan sikap untuk menjunjung atau menempatkan bahasa
Indonesia di atas bahasa daerah yang lain sebagai bahasa persatuan.
Pernyataan sikap di atas dipertegas dalam penjelasan Pasal 36 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan
bahwa bahasa-bahasa daerah yang dipelihara dengan baik, dihormati dan
dipelihara juga oleh negara.
Selain berkedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia juga
berkedudukan sebagai bahasa negara, sesuai dengan ketentuan yang terdapat
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bab
XV, Pasal 36, yakni Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai
1. Bahasa resmi kenegaraan,
2. Bahasa pengantar resmi di lembaga pendidikan,
3. Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional,
4. Bahasa resmi untuk pengembangan kebudayaan nasional,
5. Sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern,
6. Bahasa media massa,
7. Pendukung sastra indonesia, serta
8. Pemerkaya bahasa dan sastra daerah.

C. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Daerah


Dalam hubungan dengan kedudukan bahasa Indonesia, baik sebagai
bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara, bahasa-bahasa yang
digunakan masyarakat di Indonesia kecuali bahasa Indonesia, bahasa rumpun
Melayu, dan bahasa asing berkedudukan sebagai bahasa daerah. Kedudukan
tersebut berdasarkan kenyataan bahwa bahasa daerah itu digunakan sebagai
sarana perhubungan dan pendukung kebudayaan di daerah atau dalam
masyarakat etnik tertentu di Indonesia.Dalam hubungan itu, bahasa daerah
berfungsi sebagai
1. Lambang kebanggaan daerah,
2. Lambang identitas daerah,
3. Alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah,
4. Sarana pendukung budaya daerah dan bahasa indonesia, serta
5. Pendukung sastra daerah dan sastra indonesia.
Dalam hubungan dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah
berfungsi sebagai
1. Pendukung bahasa Indonesia
2. Bahasa pengantar pada tingkat permulaan sekolah dasar di daerah
tertentu untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan/atau
pelajaran lain
3. Sumber kebahasaan untuk memperkaya bahasa Indonesia.

D. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Asing


Dalam hubungan dengan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, bahasa
selain bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa rumpun Melayu yang
digunakan di Indonesia berkedudukan sebagai bahasa asing.Dalam
kedudukannya sebagai bahasa asing, bahasa selain bahasa Indonesia, bahasa
daerah, dan bahasa rumpun Melayu, berfungsi sebagai
1. Alat perhubungan antarbangsa dan
2. Sarana pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Bahasa-bahasa asing tertentu di Indonesia juga dapat memiliki fungsi
lain. Bahasa Inggris, misalnya, merupakan bahasa asing yang diutamakan
sebagai sumber pengembangan bahasa Indonesia, terutama dalam kaitannya
dengan pengembangan tata istilah keilmuan. Sementara itu, bahasa Arab
berfungsi sebagai bahasa keagamaan dan budaya Islam. Jika diperlukan,
bahasa-bahasa asing lainnya juga dapat berfungsi sebagai pemerkaya
perbendaharaan kata bahasa Indonesia. 
RAGAM BAHASA

A. Pengertian Ragam Bahasa


Sebagai gejala sosial, pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-
faktor kebahasaan, tetapi juga oleh faktor-faktor di luar kebahasaan. Adanya
faktor-faktor tersebut menimbulkan perbedaan-perbedaan dalam pemakaian
bahasa.Perbedaan atau varian dalam bahasa yang masing-masing menyerupai
pola umum bahasa induk disebut ragam bahasa.
Adapun pengertian ragam bahasa menurut beberapa ahli, yaitu sebagai
berikut.
1. Ragam bahasa menurut Bachman(1999)
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-
beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara,
kavvan bicara. orang yang dibicarakan, serta menurut mediumpembicara.
2. Ragam bahasa menurut Dendy Sugono(1999)
Sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua pokok,
yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan takbaku. Dalam situasi
resmi. seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi
digunakan bahasa baku. Sebaliknya, dalam situasi takresmi, seperti di
rumah, di taman, atau di pasar, kita tidak dituntut menggunakan
bahasabaku.
Dapat disimpulkan dari kedua pengertian di atasbahwa ragam Bahasa ialah
variasi Bahasa yang disesuaikan oleh pemakainya dan dapat berupa Bahasa
baku dan tak baku Bahasa formal dan tak formal dan lain sebagainya.

B. Fungsi ragam bahasa


Fungsi bahasa Indonesia dalam kapasitasnya sebagai bahasa nasional:
1. Mampu menyatukan ribuan bahasa yang beragam di Indonesia
2. Speaker Indonesia mampu
3. Simbol kebanggaan nasional
4. Simbol identitas nasional
5. Berarti menyatukan berbagai kelompok etnis
6. Pemersatu alat perhubungan antara budaya dan antar-regional
Fungsi sebagai bahasa negara:
1. Bahasa resmi negara
2. Bahasa pengantar dalam pendidikan
3. Berarti komunikasi di tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan pembangunan nasional dan pelaksanaan
4. Budaya dan pengembangan alat-alat ilmu pengetahuan dan
teknologi

C. Factor penentu digunakannya ragam Bahasa


1. Waktu
Kronolek merupakan variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial
pada masa atau waktu tertentu. Maksudnya variasi bahasa yang digunakan
pada tahun sembilan puluhan, variasi bahasa yang digunakan pada tahun
dua ribuan pasti akan berbeda.
Contohnya : pada zaman 90-an biang gossip disingkat (BIGOS) dan pada
saat ini biang gossip terkenal dengan (Lambe Turah), Semua ini
berkembang sesuai dengan zaman.
2. Tempat
Ragam bahasa yang berhubungan dengan faktor daerah atau letak
geografis atau tempat sering disebut dialek, hal yang mendasari dialek
adalah wilayah atau tempat tinggal si penutur,Contohnya adalah Bahasa
Lampung dialek A berbeda dengan bahasa Lampung dialek O walaupun
keduanya satu bahasa. Meskipun begitu setiap individu memiliki
idioleknya masing-masing, namun mereka tetap mempunyai kesamaan ciri
yang menandai bahwa mereka berada pada satu dialek yang berbeda
dengan kelompok lain.
3. Sosiokultural
Ragam Bahasa berdasarkan sosiokultural adalah bahasa yang berkenaan
dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya contohnya
Bahasa dikalangan masyarakat awam akan berbeda dengan masyarakat
terpelajar
4. Situasi
Ragam bahasa terjadi karena faktor situasi berbahasa. Bahasa dapat
berubah karena situasi tertentu. Misalnya dalam situasi formal, bahasa
yang digunakan akan menjadi Bahasa yang formal, dan sopan. Berbeda
bila bahasa digunakan dalam situasi non formal misalnya ketika
berbincang dengan temansebaya, atau teman sekelompoknya. Bahasa yang
digunakanialah bahasa sehari-hari, namun memungkinkan juga Bahasa
yang digunakan ialah bahasa yang hanya dimengerti oleh sekelompok
tersebut.

D. Ragam Bahasa Indonesia


1. Ragam Ringkas
Ragam bahasa yang digunakan dalam suasana santai dan akrab biasanya
berbeda jika dibandingkan dengan ragam bahasa yang digunakan dalan
suasana resmi. Dalam suasana akrab, santai, tidak formal, misalnya, ada
kecenderungan seorang memilih menggunakan kalimat-kalimat pendek,
bahkan sering menggunakan kata-kata atau ungkapan yang maknanya
hanya dipahami secara jelas oleh peserta percakapan yang terbatas. Ragam
ini sering disebut dengan ragam ringkas (restricted code).
2. Ragam Lengkap
Namun, dalam suasana resmi seperti dalam pidato, cerama lmiah,
perkuliahan, serta dalam rapat-rapat resmi mereka biasanya menggunakan
kalimat-kalimat panjang, kemudian pilihan kata dan ungkapannya pun
sesuai dengan kaidah bahasa yang baku. Ragam ini sering disebut dengan
ragam lengkap (elaborate code).
3. Ragam Lisan
Ragam bahasa lisan adalah suatu ragam bahasa yang dihasilkan oleh alat
ucap (organ of speech). Dalam ragam bahasa lisan ini, kita harus
memperhatikan beberapa hal seperti tata bahasa. kosakata, dan lafal dalam
pengucapannya. Dalam hal ini dengan memperhatikan hal-hal tersebut,
pembicara dapat mengatur tinggi rendah suara atau tekanan yang
dikeluarkan, mimik/ekspresi muka yang ditunjukkan, serta gerak tangan
atau isyarat untuk mengungkapkan ide sangpembicara.
Contoh ragam lisan, yakni meliputi hal-hal berikutini.
a) Ragam bahasacakapan.
b) Ragam bahasapidato.
c) Ragam bahasakuliah.
d) Ragam bahasapanggung.
Ciri-ciri ragam bahasa lisan. yakni seperti dibawah ini.
a) Memerlukan kehadiran oranglain.
b) Unsur gramatikal tidak dinyatakan secaralengkap.
c) Terikat ruang danwaktu.
d) Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
Kelebihan ragam bahasa lisan. yakni sebagi berikut.
a) Dapat disesuaikan dengan situasi.
b) Faktorefisiensi.
c) Faktorkejelasan.
d) Faktorkecepatan.
e) Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas
pengertian bahasa yang dituturkan olehpenutur.
f) Penggunaanbahasalisanbisaberdasarkanpengetahuansertapenalsiran
dari informasi audit, visual dan kognitif sangpenutur.
Kelemahan ragam bahasa lisan, yakni seperti di bawah ini.
a) Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan
terdapat frase-frasesederhana.
b) Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
c) Tidak semua orang bisa melafalkan bahasa lisan denganbenar.
d) Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidakformal.
Contoh Penggunaan
Ragam Lisan
a. Enggak sengaja Ardi nginjak pecahan gelas,hingga kakinya luka.
b. Semalam ada berita tentang kecelakaan mobil nabrak motor.
c. Adik lagi ngegambar pemandangan alam di desa.
d. Pak Guru pagi ini menyuruh kami mengumpulkan tugas yang
kemarin.
e. Dalam sepekan ini, terjadi banyak kecelakaan di ruas jalan ini
disebabkan oleh rusaknya jalan.
f. Wanita itu melepaskan cincinnya dan membuangnya ke dalam sungai.
4. RagamTulisan
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan
tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam bahasa tulis,
kita harus memperhatikan beberapa hal seperti tata cara penulisan (ejaan)
disamping aspek tata bahasa dan pemilihan kosakata, dalam hal ini kita
dituntut untuk tepat dalam pemilihan unsur tata bahasa seperti bentuk kata,
susunan kalimat, pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan juga
penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan idekita.
Contoh ragam lisan, yakni meliputi ha!-hal di bawah ini.
a) Ragam bahasateknis
b) Ragam bahasaundang-undang
c) Ragam bahasacatatan
d) Ragam bahasasurat
Ciri-ciri ragam bahasa tulis adalah sebagai berikut.
a) Tidak memerlukan kehadiran oranglain.
b) Adanya unsur gramatikal (hubungan antar unsur-unsur bahasa
dalam satuan yang lebih besar) yang dinyatakan secara lengkap.
c) Tidak terikat oleh ruang danwaktu.
d) Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
Kelebihan ragam bahasa tulis, yakni sebagaiberikut
a) Informasi yang disajikan bisa dipilih oleh sang penulis untuk
dikemas menjadi media atau materi yang lebih menarik
danmenyenangkan.
b) Umumnya memiliki kedekatan antara budaya dengan kehidupan
masyarakatnya.
c) Sebagai sarana untuk memperkayakosakata.
d) Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud/tujuan, memberikan
informasi, serta dapat mengungkap unsur-unsur emosi sehingga
mampu meningkatkan wawasan sipembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis, yakni sebagi berikut
a) Alat atau sarana yang dapat memperjelas pengertian seperti bahasa
lisan tidak ada. Akibatnya, bahasa tulis pun harus disusun lebih
sempurna.
b) Tidak mampu menyajikan berita secara lugas danjujur.
c) Hal yang tidak ada dalam bahasa tulis pun tidak dapatdiperjelas.
Contoh Penggunaan
Ragam Tulisan
a. Ardi tidak sengaja menginjak pecahan gelas sehingga kakinya terluka.
b. Kemarin malam, ada berita tentang kecelakaan mobil yang menabrak
motor.
c. Adik sedang menggambar pemandangan alam di desa.
d. Pagi ini pak guru menyuruh kami untuk mengumpulkan tugas yang
diberikan kemarin.
e. Sepekan ini, terjadi banyak kecelakaan diruas jalan ini disebabkan
rusaknya jalan.
f. Wanita itu melepaskan cincinnya dan membuangnya ke sungai.
5. Ragam baku
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian
besar pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka acuan
norma bahasa dalam penggunaannya. Ragam baku juga merupakan ragam
bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik
(mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di
dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam
suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas)
disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Ragam baku itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Kemantapan dinamis
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa, kalau
katarasa dibubuhiawalan pe-, akan terbentuk
kata perasa. Kataraba dibubuhi pe-, akan terbentuk kata peraba. Oleh
karena itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe-, akan
menjadi perajin, bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada sifat
mantap, kata pengrajin tidak dapat kita terima.
Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Kata langganan mempunyai
makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan toko tempat
berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebutlangganan dan orang
yang berlangganan itu disebut pelanggan.
b) Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada
tempat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang
yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan
pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan
formal (sekolah)
Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran
apa yang ada dalam otak pembicara atau penulis. Selanjutnya, ragam
baku dapat memberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar
atau pembaca.
c) Seragam
Ragam baku bersifat seragam, pada hakikatnya, proses pembakuan
bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain,
pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik
keseragaman. Contohnya Pelayan Pesawat dianjurkan untuk memakai
istilah pramugara dan pramugari. 
Ragam tidak baku banyak mengandung unsur-unsur dialek dan bahasa
daerah sehingga ragam bahasa tidak baku banyak sekali variasinya.
Selain dialek, ragam bahasa tidak baku juga bervariasi dalam hal lafal
atau pengucapan, kosa kata, struktur kalimat dan sebagainya. Untuk
mengatasi keanekaragaman pemakaian bahasa yang merupakan
variasi dari bahasa tidak baku maka diperlukan bahasa bahasa baku
atau bahasa standar.
E. Ragam Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
1. Pengertian
Bahasa Indonesia merupakan media komunikasi utama masyarakat
Indonesia. Ada kalanya Bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua, setelah
bahasa ibunya oleh karena masyarakat Indonesia berada dalam tataran
situasi bilingual atau multilingual. Hal itu juga dipengaruhi oleh
perkembangan zaman, dan fenomena berbahasa sesuai usia dan
lingkungan pemakainya pada suatu masa tertentu.Diawal abad ke20 para
pejuang kemerdekaan Indonesia sudah menyadari pentingnya kebutuhan
satu bahasa nasional yang mampu menyatukan seluruh rakyat Indonesia
jika negera ini ingin merdeka dari penjajahan Belanda. Dengan Sumpah
Pemuda, pada tanggal 28 Oktober1928, sekelompok pemuda tersebut
bersumpah satu tumpah darah, satu bangsa dan satu bahasa, yaitu
Indonesia.Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang lahir karena
suatu keputusan dan perencanaan. Ketika kemerdekaan Republik
Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, Bahasa
Indonesia pun resmi menjadi bahasa nasional dalam arti yang
sesungguhnya.
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan
norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan
akrab, seperti di warung kopi, pasar, di tempat arisan, dan di lapangan
sepak bola hendaklah digunakan BahasaIndonesia yang tidak terlalu terikat
pada patokan. Dalam situasi formal seperti kuliah, seminar, dan pidato
kenegaraan hendaklah digunakan Bahasa Indonesia yang resmi dan formal
yang selalu memperhatikan norma bahasa.
Sedangkan bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang
digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa Indonesia yang
berlaku. Kaidah Bahasa itu meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan
kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah
penataan penalaran. Jika kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah
pembentukan kata ditaati secara konsisten, pemakaian bahasa dikatakan
benar. Sebaliknya jika kaidah-kaidah bahasa kurang ditaati, pemakaian
bahasa tersebut dianggap tidak benar atau tidak baku.
2. Dalam Situasi Apa Digunakan
Yaitu pada situasi formal, penggunaan bahasa Indonesia yang benar
menjadi pilihan atau prioritas utama dalam berbahasa.
3. Ketaatan terhadap kaidah yang berlaku
Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang baik dan
benar adalah kaidah bahasa dan kaidah itu sendiri meliputi 6 aspek
diantaranyaadalah :Tata bahasa (Kata dan Kalimat), Kosakata,Ejaan,
Makna, kelogisan, dan pada aspek tata bunyi.
TATA EJAAN BAHASA INDONESIA (KAIDAH PUEBI)

A. Pemakaian Huruf
1. Pemakaian Huruf Kapital
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat. Misalnya:
1) Bagaimana caranya?
2) Kakek memetik mangga.
3) Saya harus rajin belajar.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang,
termasuk julukan.Misalnya:
1. James Watt
2. James Prescott Joule
3. Dewi Sartika
4. Raja Dangdut
5. Bapak Pendidikan
6. Bapak Pramuka Indonesia
7. Teuku Umar
8. Diandra Aurelia
Catatan:
1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang
yang merupakan nama jenis atau satuan ukuran.Misalnya:
a) 360 kelvin
b) 200 pascal
c) Bunga mawar
d) Kacang polong
2) Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama
kata yang bermakna 'anak dari', seperti bin, binti, boru, dan van,
atau huruf pertama kata tugas. Misalnya:
a) Ahmad Aldian bin Chandra
b) Aisyah binti Abu Bakar
c) Kahiyang Ayu boru Siregar
d) Hubertus Johannes van Mook
c. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan
langsung.Misalnya:
1. Ibu bertanya, “ Siapa yang menjemput adik?”
2. Dian mengingatkan adiknya, “Jangan lupa sarapan ya, Dik!”
3. “Kakak lulus dengan nilai terbaik,” katanya.
4. Nenek berkata, “Jangan suka jajan sembarangan.”
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama
agama,kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk
Tuhan. Misalnya:
1. Pemerintah Republik Indonesia secara resmi mengakui enam
agama, yaitu Islam, Buddha, Hindu, Protestan, Katolik, dan
Konghucu
2. Kitab suci agama Buddha adalah Tripitaka
3. Allah akan menjaga hamba-Nya yang beriman
4. Ya, Tuhan, berilah petunjuk pada hamba-Mu
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti
nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.
Misalnya:
1. Pangeran Diponegoro
2. Sultan Hasanudin
3. Haji Ahmad Rifai
4. Nabi Musa
5. Syekh Abdul Fattah Rawa
6. Professor Yohanes Surya
7. Anggia Nur Fadhilah, Ahli Madya Kebidanan
8. Ardian Kusuma, Sarjana Akuntansi
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan
kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan. Misalnya:
1. Sehat selalu, Baginda
2. Selamat pagi, Panglima
3. Terima kasih, Direktur
4. Apa kabar, Ustaz
5. Terima kasih, Dokter
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai
pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
1. Gubernur Lampung
2. Walikota Bandar Lampung
3. Profesor Supomo
4. Sekertaris Jendral Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
5. Direktur Poltekkes Tanjungkarang
6. Letnan Kolonel Untung Sutopo
7. Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa. Misalnya:
1. bangsa Singapura
2. suku Lampung
3. bahasa Jawa
Catatan:
Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk
dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:
1. Gaya berpakaiannya kekorea-koreaan
2. Menginggriskan kata-kata
3. Icha berbicara sedikit kejawa-jawaan
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari,
dan hari besar atau hari raya. Misalnya:
1. tahun Masehi
2. bulan Desember
3. bulan Ramadhan
4. hari Raya Idul Fitri
5. hari Waisak
6. hari Minggu
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa
sejarah. Misalnya:
1. Konferensi Meja Bundar
2. Peristiwa Bandung Lautan Api
3. Perundingan Roem Royen
4. Peristiwa Rengasdengklok
Catatan:
Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama
tidak ditulis dengan huruf kapital. Misalnya:
1. Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa
Indonesia.
2. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
1. Lampung
2. Asia Tenggara
3. Pulau Miangas
4. Dataran Tinggi
5. Selat Sunda
6. Asia Selatan
7. Gunung Rinjani
8. Jalan Malioboro
9. Sungai Kapuas
Catatan:
1. Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis
dengan huruf kapital.
a. Berlayar ke teluk mandi di sungai
b. Menyebrangi selat berenang dindanau
c. Para wisatawan mendaki gunung
d. Banyak orang yang masih mencuci di sungai
2. Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama
jenis tidak ditulis dengan huruf kapital. Misalnya:
a. jeruk bali
b. nangka belanda
c. petai cina
d. talas bogor
e. gula jawa
f. apel malang
g. pisang ambon
h. kunci inggris
Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis
dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain
dalam kelompoknya. Misalnya:
1. Kita mengenal beberapa gula, seperti gula jaw, gula pasir,
gula tebu, gula aren, dan gula anggur.
2. Ada beberapa jenis pisang, yaitu pisang ambon, pisang
kapok, pisang raja, dan lain-lain
3. Kita mengenal beberapa jenis jeruk, yaitu jeruk bali, jeruk
nipis, jeruk mandarin, dan lain-lain
Contoh berikut bukan nama jenis:
1. Dia mengoleksi batik Cirebom, batik Pekalongan, batik
Solo, batik Yogyakarta, dan batik Madura
2. Para penari menghafalkan tarian Lampung, tarian Aceh, dan
tarian Bali
3. Minggu depan akan ditayangkan film Indonesia, film
Korea, dan film Thailand
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga,
badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke,
dari, dan, yang, dan untuk. Misalnya:
1. Republik Ceko
2. Dewan Perwakilan Rakyat
3. Komisi Yudisial
4. Ikatan Bidan Indonesia
5. Perserikatan Bangsa-Bangsa
6. Himpunan Mahasiswa Jurusan
7. Republik Rakyat Tiongkok
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk
unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel,
dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas,
seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada
posisi awal. Misalnya:
1. Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan
2. Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra
3. Kami menyajikan makalah “Tata Ejaan Bahasa Indonesia”
4. Dia telah membaca buku Habis Gelap Terbitlah Terang
5. Mahasiswa membuat artikel Pengaruh Olahraga untuk
Kesehatan Tubuh
n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, atau sapaan. Misalnya:
1. S. E : Sarjana Ekonomi
2. S.H.I : Sarjana Hukum Islam
3. K.H : kiai haji
4. Hj. : hajah
5. R.A. : raden ajeng
6. Dg. : daeng
7. Dt. : datuk
8. A.Md.Keb : Ahli Madya Kebidanan
9. S.Keb : Sarjana Kebidanan
10. Tn. : Tuan
11. Ny. : Nyonya
12. Ipda : Inspektur Polisi Dua
o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman,
serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau
pengacuan. Misalnya:
1. “Dimana Bapak sekarang?” Tanya Mila.
2. “Ayo makan Dik!” kata orang itu.
3. Paket Saudara telah kami terima dalam kondisi baik.
4. “Lisa, Paman besok akan mengunjungi kita.” kata Lusi.
5. “Minum jus apa, Kak?”
Catatan:
1. Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau
pengacuan. Misalnya:
a. Kita harus menghormati ibu dan bapak kita.
b. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
2. Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:
a. Sudahkah Anda tahu?
b. Siapa nama Anda?
c. Bagaimana kabar keluarga Anda?
d. Mengapa Anda tidak ikut bekerja?

2. Pemakaian Huruf Miring


a. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah,
atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam
daftar pustaka. Misalnya:
1. Rihana sudah merangkum buku Asuhan Kebidanan Kehamilan
2. Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala
3. Pusat Bahasa.2011. Kampus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa. Edisi Keempat (Cetakan Kedua).Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
4. Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu
Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
5. Majalah Tempo berjudul Sang Dalang Perusak Bhinneka
b. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:
1. Mahasiswa diminta untuk membuat kalimat dengan ungkapan
anak emas
2. Huruf terakhir kata cepat adalah t
3. Dia tidak membantu tapi dibantu
4. Dia bukan mengajar, tetapi diajar
5. Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan tebal telinga
c. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam
bahasa daerah atau bahasa asing. Misalnya:.
1. Makanan yang mengandung monosodium glutamate tidak baik
untuk kesehatan
2. Indonesia pernah mengalami kerja paksa, Romusha
3. Semut termasuk kelompok serangga yang merupakan anggota
keluarga dari Artropoda
Catatan:
1. Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi,
dalam bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan
huruf miring.
2. Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer),
bagian yang akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah.
3. Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang
dikutip secara langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis
dengan huruf miring.

B. Singkatan dan Akronim


1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu. Misalnya:
1. SE : Sarjana Ekonomi
2. S.Sos. : Sarjana Sosial
3. S.Kom. : Sarjana Komunikasi
4. S.K.M : Sarjana Kesehatan Masyarakat
5. S.Psi. : Sarjana Psikologi
6. S.Tr.Keb : Sarjanan Terapan Kebidanan
7. Kol. Darmawati : Kolonel Darmawati
2. a. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa
tanda titik. Misalnya:
1. PBB :Perserikatan Bangsa-Bangsa
2. WHO ;Organisasi Kesehatan Dunia
3. PGRI :Persatuan Guru Republik Indonesia
4. KPAI : Komisi Perlindungan Anak Indonesia
5. RUU : Rancangan Undang-Undang
6. NKRI :Negara Kesatuan Republik Indonesia
7. UI :Universitas Indonesia
8. KUHP :Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama
diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
1. NIM : Nomor Induk Mahasiswa
2. NIP : Nomor Induk Pegawai
3. KTP : Kartu Tanda Penduduk
4. SIM : Surat Izin Mengemudi
5. STNK : Surat Tanda Nomor Kendaraan
6. KTM : Kartu Tanda Mahasiswa
7. SMA : Sekolah Menengah Atas
8. MAN : Madrasah Aliah Negeri
9. SD : Sekolah Dasar
3. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda
titik. Misalnya:
1. hlm. : halaman
2. dll. : dan lain-lain
3. dst. : dan seterusnya
4. sda. : sama dengan di atas
5. sdr. : saudara
6. dsb. : dan sebagai berikut
7. yth. : yang terhormat
8. dkk. : dan kawan-kawan
9. ybs. : yang bersangkutan
10. yth. : yang terhormat
11. ttd. : tertanda
4. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-
menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya:
1. a.n. : atas nama
2. d.a. : dengan alamat
3. u.b. : untuk beliau
4. u.p. : untuk perhatian
5. s.d. : sampai dengan
5. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata
uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya:
1. km : kilometer
2. mm : millimeter
3. dm : desimeter
4. cm : sentimeter
5. Cu : kuprum
6. Ca : kalsium
7. kVA : kilovolt-ampere
8. l : liter
9. kg : kilogram
6. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan
huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
1. LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
2. LAN : Lembaga Administrasi Negara
3. PASI : Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
4. PRSI : Persatuan Renang Seluruh Indonesia
5. LKD : Lembaga Kemasyarakatan Desa
6. RISMA : Remaja Islam Masjid
7. BIN : Badan Intelijen Negara
7. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:
1. Unila : Universitas Lampung
2. Itera : Institut Teknologi Sumatera
3. Unpad : Universitas Padjadjaran
4. Kemenkes : Kementrian Kesehatan
5. Bulog : Badan Urusan Logistik
6. Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
7. Kowani : Kongres Wanita Indonesia
8. Kalteng : Kalimantan Tengah
9. Mabbim : Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-
Malaysia
10. Suramadu : Surabaya Madura
11. Sulsel : Sulawesi Selatan
8. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku
kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
1. puskesmas : pusat kesehatan masyarakat
2. rapim : rapat pimpinan
3. rudal : peluru kendali
4. jurdil : jujur dan adil
5. lakalantas : kecelakaan lalu lintas
6. toserba : toko serbaada
7. ipte : ilmu pengetahuan dan teknologi
8. pemilu : pemilihan umum

C. Angka dan Lambang Bilangan


Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan
atau nomor.
a. Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
b. Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100),
D (500), M (1.000), V̄ (5.000), M̄ (1.000.000)
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam
perincian. Misalnya:
a. Dia membeli mangga sampai tiga kali
b. Kami membeli makanan lebih dari empat jenis
c. Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus,
115 minibus, 300 sedan.
d. Diantara 55 anggota yang hadir, 37 orang setuju, 15 orang tidak
setuju, 3 orang abstain
e. Di sebuah keranjang terdapat beberapa buah, 12 buah apel, 9 buah
jeruk, dan 2 buah semangka
2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Misalnya:
a. Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah
daerah.
b. Tiga orang pemenang undian motor wajib membayar pajak
c. Empat orang peserta lomba berhasil masuk tahap selanjutnya
d. Dua buah senjata tajam diamankan polisi
Catatan: Penulisan berikut dihindari:
a. 50 siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
b. 3 orang pemenang undian motor wajib membayar pajak
c. 4 orang orang peserta lomba berhasil masuk tahap selanjutnya
d. 2 buah senjata tajam diamankan polisi
Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata, susunan kalimatnya diubah. Misalnya:
a. Panitia mengundang 250 orang peserta.
b. Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.
Catatan: Penulisan berikut dihindari:
a. 250 orang peserta diundang panitia.
b. 25 naskah kuno tersimpan di lemari itu
3. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan
huruf supaya lebih mudah dibaca. Misalnya:
a. Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan
usahanya.
b. Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
c. Dia memperoleh gaji sebesar 900 ribu rupiah setiap bulannya.
d. Tabungan nya sudah mencapai 15 juta rupiah
e. Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10
triliun.
4. Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan
waktu serta (b) nilai uang. Misalnya:
a. 2 tahun 6 bulan 5 hari
b. 1 jam 20 menit
c. 15 mililiter
d. Rp20.000,00
e. 0,5 sentimeter
f. 5 kilogram
g. 4 hektare
h. 10 liter
i. US$3,50
j. £5,10
k. ¥100
5. Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen,
atau kamar. Misalnya:
a. Jalan Kepodang No.1
b. Hotel Amelia, Kamar 5
c. Gedung Samuddra, Lantai II, Ruang 201
6. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
a. Surah yasin: 15
b. Markus 16:15-16
c. Bab VI, halaman 51
7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan Utuh
1.) lima belas (15)
2.) empat puluh (40)
3.) dua ratus (200)
4.) tiga ribu (3.000)
b. Bilangan Pecahan
1.) dua perempat (2/4)
2.) lima satu-pertiga (5 1/3)
3.) dua belas persen (12%)
4.) satu permil (10/00)
8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
a. abad XIX
b. abad ke-21
c. abad kelima belas
9. Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara
berikut. Misalnya:
a. tujuh lembar uang 10.000-an (tujuh lembar uang sepuluh ribuan)
b. tahun 2000-an (tahun dua ribuan)
10. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam
peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi. Misalnya:
a. Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
b. Telah diterima uang sebanyak Rp3.950.000,00 (tiga juta sembilan
ratus lima puluh ribu rupiah) untuk pembayaran satu unit
handphone.
11. Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf
dilakukan seperti berikut. Misalnya:
a. Bukti pembelian barang seharga Rp15.000.000,00 (lima belas juta
rupiah) harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
b. Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp700.500,00 (tujuh
ratus ribu lima ratus rupiah).
12. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan
huruf. Misalnya:
a. Kelapadua
b. Tigaraksa
c. Kotonanampek
d. Simpanglima
e. Sukaramedua

D. Pemakaian Tanda Baca


1. Tanda Baca Titik
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.
Misalnya:
1) Mereka duduk di sana.
2) Dia akan datang pada pertemuan itu.
b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
1. Kondisi Kebahasaan di Indonesia
a. Bahasa Indonesia
      1. Kedudukan
      2. Fungsi
b. Bahasa Daerah
      1. Kedudukan
      2. Fungsi
c. Bahasa Asing
      1. Kedudukan
      2. Fungsi
1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
Catatan:
1. Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah
bertanda kurung dalam suatu perincian.
Misalnya:
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
Bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,
a) lambang kebanggaan nasional,
b) identitas nasional, dan
c) alat pemersatu bangsa;
2. Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang
lebih dari satu angka (seperti pada Misalnya III.A.2.b).
3. Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir
dalam penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam
judul tabel, bagan, grafik, atau gambar.
Misalnya:
1) Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia
2) Tabel 1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia
3) Bagan 2 Struktur Organisasi
4) Bagan 2.1 Bagian Umum
5) Grafik 4 Sikap Masyarakat Perkotaan terhadap Bahasa
Indonesia
6) Grafik 4.1 Sikap Masyarakat Berdasarkan Usia
7) Gambar 1 Gedung Cakrawala
8) Gambar 1.1 Ruang Rapat
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan
detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Misalnya:
1) pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau
pukul 1, 35 menit, 20 detik)
2) 01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
3) 00.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
4) 00.00.30 jam (30 detik)
5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis,
tahun, judul tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru), dan tempat terbit.
Misalnya:
1) Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.
2008. Peta Bahasa di Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Jakarta.
2) Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta:
Gramedia.
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Misalnya:
1) Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.
2) Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000 orang.
3) Anggaran lembaga itu mencapai Rp225.000.000.000,00.
Catatan:
1. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan
atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
1) Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
2) Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa halaman 1305.
3) Nomor rekening panitia seminar adalah 0015645678.
7. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan
kepala karangan, ilustrasi, atau tabel.
Misalnya:
1) Acara Kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
2) Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
3) Gambar 3 Alat Ucap Manusia
4) Tabel 5 Sikap Bahasa Generasi Muda Berdasarkan
Pendidikan
8. Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat penerima dan
pengirim surat serta (b) tanggal surat.
Misalnya:
a) Yth. Direktur Taman Ismail Marzuki
Jalan Cikini Raya No. 73
Menteng
Jakarta 10330
b) Yth. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV
Rawamangun
Jakarta Timur
c) Indrawati, M.Hum.
Jalan Cempaka II No. 9
Jakarta Timur
d) 21 April 2013
e) Jakarta, 15 Mei 2013 (tanpa kop surat)
2. Tanda Koma
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.
Misalnya:
1) Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
2) Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
3) Satu, dua, ... tiga!
1. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung,
seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk
(setara).
Misalnya:
1) Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
2) Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
3) Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis
panorama.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang
mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
1) Kalau diundang, saya akan datang.
2) Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.
3) Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak
membaca buku.
Catatan: Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului
anak kalimat.
Misalnya:
1) Saya akan datang kalau diundang.
2) Dia mempunyai banyak teman karena baik hati.
3) Kita harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan
yang luas.
3. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian,
sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.
Misalnya:
1) Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia
memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
2) Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar
kalau dia menjadi bintang pelajar
3) Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-
anaknya berhasil menjadi sarjana.
4. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru,
seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai
sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya:
1) O, begitu?
2) Wah, bukan main!
3) Hati-hati, ya, jalannya licin!
4) Nak, kapan selesai kuliahmu?
5) Siapa namamu, Dik?
6) Dia baik sekali, Bu.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
1) Kata nenek saya, "Kita harus berbagi dalam hidup ini."
2) "Kita harus berbagi dalam hidup ini," kata nenek saya,
"karena manusia adalah makhluk sosial."
Catatan: Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan
langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau
kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.
Misalnya:
1) "Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Lurah.
2) "Masuk ke dalam kelas sekarang!" perintahnya.
3) "Wow, indahnya pantai ini!" seru wisatawan itu.
6. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-
bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
1) Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan
Kayumanis, Kecamatan Matraman, Jakarta 13130
2) Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan
Salemba Raya 6, Jakarta
3) Surabaya, 10 Mei 1960
4) Tokyo, Jepang
7. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
1) Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta:
Restu Agung.
2) Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1.
Jakarta: Pusat Bahasa.
3) Tulalessy, D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata
Bahari di Wilayah Indonesia Timur. Ambon: Mutiara Beta.
8. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki
atau catatan akhir.
Misalnya:
1) Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa
Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
2) Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat
Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
3) W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-
mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
9. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar
akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
1) B. Ratulangi, S.E.
2) Ny. Khadijah, M.A.
3) Bambang Irawan, M.Hum.
4) Siti Aminah, S.H., M.H.
Catatan: Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah
M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
10. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah
dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
1) 12,5 m
2) 27,3 kg
3) Rp500,50
4) Rp750,00
11. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau
keterangan aposisi.
Misalnya:
1) Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang
yang belum diolah.
2) Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus
mengikuti latihan paduan suara.
3) Soekarno, Presiden I RI, merupakan salah seorang pendiri
Gerakan Nonblok.
4) Pejabat yang bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu
paling lama tujuh hari.
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak
diapit tanda koma!
1) Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di
perguruan tinggi itu tanpa melalui tes.
12. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian.
Misalnya:
1) Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan
bahasa daerah.
2) Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
a. Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan
bahasa daerah.
b. Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.
3. Tanda Titik Dua(:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang
diikuti pemerincian atau penjelasan.
Misalnya:
1) Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan
lemari.
2) Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup
atau mati.
2. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
1) Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
2) Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi
a. persiapan,
b. pengumpulan data,
c. pengolahan data, dan
d. pelaporan.
3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian.
Misalnya:
1) Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Arimbi
2) Narasumber : Prof. Dr. Rahmat Effendi
Pemandu : Abdul Gani, M.Hum.
Pencatat : Sri Astuti Amelia, S.Pd.
4. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
1) Ibu : "Bawa koper ini, Nak!"
Amir : "Baik, Bu."
Ibu : "Jangan lupa, letakkan baik-baik!"
5. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman,
(b) surah dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu
karangan, serta (d) nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
1) Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
2) Surah Albaqarah: 2—5
3) Matius 2: 1—3
4) Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
5) Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.

E. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
1) Kantor pajak penuh sesak.
2) Saya pergi ke sekolah.
3) Buku itu sangat tebal.
2. Kata Berimbuhan

1) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan


akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
a. berjalan
b. berkelanjutan
c. mempermudah
d. gemetar
e. lukisan
f. kemauan
g. perbaikan
Catatan: Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -
wan, atau -wi, ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
a. sukuisme
b. seniman
c. kamerawan
d. gerejawi
2) Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Misalnya:
adibusana Infrastruktur proaktif
aerodinamika inkonvensional purnawirawan
antarkota kontraindikasi saptakrida
antibiotik Kosponsor semiprofesional
awahama mancanegara subbagian
bikarbonat Multilateral swadaya
biokimia Narapidana telewicara
dekameter nonkolaborasi transmigrasi
demoralisasi Paripurna tunakarya
dwiwarna Pascasarjana tritunggal
ekabahasa Pramusaji tansuara
ekstrakurikuler Prasejarah ultramodern

Catatan:
1. Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau
singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda
hubung (-)
Misalnya:
1) non-Indonesia
2) pan-Afrikanisme
3) pro-Barat
4) non-ASEAN
5) anti-PKI
2. Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama
atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
1) Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
2) Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
3. Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama
atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai.
Misalnya:
a) Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
b) Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
3. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara
unsur-unsurnya.
Misalnya:
1) anak-anak
2) biri-biri
3) lauk-pauk
4) berjalan-jalan
5) buku-buku
Catatan: Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur
pertama.
Misalnya:
surat kabar  surat-surat kabar
kapal barang  kapal-kapal barang
rak buku  rak-rak buku
kereta api cepat  kereta-kereta api cepat

Catatan
Bila bentuk ulang diberi huruf kapital, misalnya pada nama diri (nama
lembaga, dokumen, dll.) atau judul (buku, majalah, dll.), bentuk ulang
sempurna diberi huruf kapital pada huruf pertama tiap unsurnya,
sedangkan bentuk ulang lain hanya diberi huruf kapital pada huruf
pertama unsur pertamanya. Misalnya:
1) Ia menyajikan makalah "Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata".
2) Slogan "Terus-menerus Ramah-tamah" dikampanyekan gubernur
baru itu.

4. Gabungan Kata
1) Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk
istilah khusus, ditulis terpisah.
Misalnya:
a. duta besar
b. model linear
c. kambing hitam
d. persegi panjang
e. orang tua
f. rumah sakit jiwa
g. simpang empat
h. meja tulis
i. mata acara
j. cendera mata
2) Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis
dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
a. anak-istri pejabat (anak dan istri dari pejabat)
b. anak istri-pejabat (anak dari istri pejabat)
c. ibu-bapak kami (ibu dan bapak kami)
d. ibu bapak-kami (ibu dari bapak kami)
e. buku-sejarah baru (buku sejarah yang baru)
f. buku sejarah-baru (buku tentang sejarah baru)
3) Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika
mendapat awalan atau akhiran.
Misalnya:
a. bertepuk tangan
b. menganak sungai
c. garis bawahi
d. sebar luaskan
4) Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai.
Misalnya:
a. dilipatgandakan
b. menggarisbawahi
c. menyebarluaskan
d. penghancurleburan
e. pertanggungjawaban
5) Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
Misalnya:
a. acapkali
b. adakalanya
c. apalagi
d. bagaimana
e. barangkali
f. beasiswa
g. belasungkawa
h. bilamana
i. bumiputra
j. darmabakti
k. dukacita

5 Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Misalnya:
1) Di mana dia sekarang?
2) Kain itu disimpan di dalam lemari.
3) Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
4) Mari kita berangkat ke kantor.
5) Saya pergi ke sana mencarinya.
6) Ia berasal dari Pulau Penyengat.
7) Cincin itu terbuat dari emas.

6. Partikel
1) Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
a. Bacalah buku itu baik-baik!
b. Apakah yang tersirat dalam surat itu?
c. Siapakah gerangan dia?
d. Apatah gunanya bersedih hati?
2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
a. Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya
dengan bijaksana.
b. Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih
tersedia.
c. Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah berkunjung
ke rumahku.
Catatan: Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis
serangkai.
Misalnya:
a. Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada
waktunya.
b. Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
c. Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
d. Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu depan.
3) Partikel per yang berarti 'demi', 'tiap', atau 'mulai' ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya.
Misalnya:
a. Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.
b. Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.
c. Karyawan itu mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.

F. Pemenggalan Suku Kata dan Kata Ganti


Pemenggalan Suku Kata
Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:
a. Jikaditengahkataterdapathurufvokalyangberurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
bu-ah
ma-in
ni-at
sa-at
b. Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.
Misalnya:
pan-dai
au-la
sau-da-ra
sur-vei am-boi
c. Jikaditengahkatadasarterdapathurufkonsonan(terma-
sukgabunganhurufkonsonan)diantaraduahurufvokal,
pemenggalannyadilakukansebelumhurufkonsonanitu.
Misalnya:
ba-pak la-wan
mu-ta-khir
mu-sya-wa-rah
d. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang
berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf
konsonanitu.
Misalnya:
Ap-ril cap-lok
makh-luk man-di
sang-gup som-bong
swas-ta

e. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih
yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya
dilakukan di antara huruf kon- sonan yang pertama dan huruf
konsonan yangkedua.
Misalnya:
ul-tra in-fra
ben-trok
in-stru-men
Catatan:
Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak
dipenggal.
Misalnya:
bang-krut bang-sa ba-
nyak ikh-las kong-res
makh-luk masy-hur
sang-gup
Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk
dasar dan unsurpembentuknya.
Misalnya:
ber-jalan mem-pertanggungjawabkan
mem-bantu memper-tanggungjawabkan
di-ambil mempertanggung-jawabkan
ter-bawa mempertanggungjawab-kan
per-buat me-rasakan
makan-an merasa-kan
letakkan per-buatan
pergi-lah perbuat-an
apa-kah ke-kuatan
Catatan:
i. Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasar- nya
mengalami perubahan dilakukan seperti pada katadasar.
Misalnya:
me-nu-tup
me-makai
me-le-takan
me-nya-pu
me-nge-cat
pe-mi-kir
pe-no-long
pe-nga-rang
pe-nge-tik
pe-nye-but
ii. Pemenggalankatabersisipandilakukansepertipada katadasar.
Misalnya:
ge-lem-bung
ge-mu-ruh
ge-ri-gi
si-nam-bung
te-lun-juk
iii. Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di
awal atau akhir baris tidakdilakukan.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah
disampaikan.
Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau mengambil
makanan itu.
Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya
itu dapat bergabung dengan unsur
lain,pemenggalannyadilakukandiantaraunsur-unsuritu.
Tiapunsurgabunganitudipenggalsepertipadakatadasar.
Misalnya:
Introjeksi intro-jeksi in-tro-jek-si
Kilogram kilo-gram ki-lo-gram
Kilometer kilo-meter ki-lo-me-ter
Pascapanen pasca-panen pas-ca-pa-nen

Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris
dipenggal di antaraunsur-unsurnya.
Misalnya:
Lagu “Indonesia Raya” digubah oleh Wage Rudolf Supratman.
Buku Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir Alisjahbana.
Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih
tidakdipenggal.
Misalnya:
Ia bekerja di DLLAJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita.
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
Ia bekerja di DLL- AJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R. Ng. Rangga
Warsita.
Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan–nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Rumah itu telah kujual.
Majalah ini boleh kaubaca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Rumahnya sedang diperbaiki.

TATA KATA BAHASA INDONESIA


A. Tata Kata
Tata dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah kaidah, aturan, dan
susunan; cara menyusun; system (biasanya digunakan dalam kata majemuk).
Kata atau ayatadalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti
dan terdiri dari satu atau lebih morfem contohnya : kebun, lihat, anak. Kata
adalah merupakan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri. Umumnya kata
terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-
kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat. Tata kata adalah kaidah
penyusunan huruf sehingga menjadi kalimat yang baik dan benar dan
mempunyai arti sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran
dengan ciri-ciri mempunyai arti dan bisa dibentuk menjadi sebuah kalimat.
Tata kata terbagi menjadi beberapa diantaranya, Kata Dasar, Kata Turunan,
Kata Ulang, Kata Penghubung dan lain-lain.

B. Kata Dasar
Kata dasar (akar kata) adalah kata yang paling sederhana yang belum
memiliki imbuhan, juga dapat dikelompokkan sebagai bentuk asal tunggal
dan bentuk dasar kompleks. Umumnya kata dasar dalam bahasa Indonesia
dan juga semua bahasa yang serumpu dengan bahasa Indonesia terjadi dari
dua suku kata. Dengan kata lain, kata dasar adalah kata yang menjadi dasar
awal  pembentukan kata yang lebih besar. Misalnya : rumah, lari, nasi, padi,
pikul, jalan, tidur, makan, duduk, pulang, tinggal, datang, minum, langkah,
pindah, dan lain – lain. Ia masih utuh, belum mengalami perubahan. Kata
dasar menjadi dasar pembentukkan kata berimbuhan atau kata jadian, kata
ulang, dan kata majemuk.
·     1. Ciri-ciri kata dasar:
a. Satuan paling kecil dan mempunyai makna sendiri.
b. Merupakan Dasar dari pembentukan kata, baik itu kata yang memiliki
imbuhan atau yamg merupakan kata turunan.
c. Jika mendapat tambahan atau imbuhan, maka kata dasar akan
mengalami perbedaan makna.
d. Kumpulan dari kata dasar dapat menjadi suatu kesatuan kalimat tanpa
perlu dibubuhi imbuhan.
2. Jenis-jenis kata dasar
a. Kata dasar bersuku satu: teh, oh , ya, wah
b. Kata dasar bersuku dua: mata, kamu, tiga, bunga
c. Kata dasar bersuku tiga: telinga,kecapi, kemiri
d. Kata dasar bersuku empat: halilintar, kelelawar,
e. Kata dasar bersuku lima: Indonesia, administrasi
f. Kata dasar serupa bentuk ulang: kura-kura, bunga-bunga, kupu-kupu
Kata dasar terdiri atas dua jenis, yaitu kata dasar tunggal dan kata dasar
kompleks. Kata dasar tunggal atau monomorfenis merupakan kata dasar
yang hanya terdiri atas stu morfem. Sementara itu, kata dasar kompleks
adalah kata dasar yang mempunyai dua morfem atau lebih. Kata dasar
kompleks terjadi jika sebuah kata dasar mengalami beberapa proses,
seperti pemberian imbuhan atau menngalami reduplikasi (perulangan
kata).
Contoh Kata Dasar Tunggal:
1) Api
2) Air
3) Rumah
4) Badai
5) Tahu
6) Bulan
7) Puisi
8) Aksara
9) Mobil
10) Radio
Contoh Kata Dasar Kompleks:
1) Bersantai
2) Memakai
3) Melarang
4) Berkemah
5) Berkemas
6) Main-main
7) Dedaunan
8) Kupu-kupu
9) Bolak-balik
10) Melihat-lihat

C. Kata Turunan
Kata turunan atau disebut dengan kata berimbuhan adalah kata – kata yang
telah beruba bentuk dan makna. Perubahan ini dikarenakan kata – kata
tersebut telah diberi imbuhan yang berupa awalan (afiks), akhiran (sufiks),
sisipan (infiks), dan awalan – akhiran (konfiks). Contohnya adalah menanam,
berlari, tertinggal,bermain,berkelahi,bercanda,catatan,gemetar ,dan lain – lain.
Kata turunan dapat berupa kata dasar yang mendapat imbuhan; awalan,
sisipan dan akhiran. Imbuhan itu ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Kata turunan adalah kata dasar yang telah berubah karena mendapatkan
imbuhan baik itu awalan, sisipan, dan akhiran. Kata dasar tersebut telah
dirangkai dengan imbuhan-imbuhan itu. Dari contoh-contoh ini diharapkan
dapat mengingat kembali aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Secara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan
penulisan kata
Macam-Macam Imbuhan
1. Awalan (Prefiks)
Prefiks adalah imbuhan-imbuhan yang diletakan pada awal kata dasar.
Imbuhan-imbuhan yang termasuk ke dalam awalan (prefiks) adalah: me-,
ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se-
Contoh:
 berlari (kata dasar [lari], mendapat awalan [ber-])
2. Sisipan (infiks)
Sisipan adalah imbuhan yang diletakan di tengah-tengah kata dasar.
Bentuk-bentuk sisipan antara lain –el-, -em-, dan –er-. 
Contoh:
gemetar (kata dasar [getar], mendapat sisipan [-em-])
3. Akhiran (sufiks)
Akhiran sufiks adalah imbuhan yang diletakan pada akhir kata dasar. Ada
beberapa macam bentuk imbuhan sufiks, diantaranya adalah –kan, -I,
-an, -kah, -tah, dan –pun.
Contoh:
catatan (kata dasar [catat], mendapat akhiran [-an])
D. Pengimbuhan
Imbuhan atau afiks adalah bentuk (atau morfem) terikat yang dipakai untuk
menurunkan kata. Afiks atau imbuhan dibagi menjadi 4 yaitu: prefiks
(awalan), sufiks (akhiran), infiks (sisipan), dan konfiks (gabungan antara
prefiks dan sufiks).
Jenis-jenis Imbuhan:
a. Prefiks
Prefiks atau awalan adalah awalan yang ditempatkan di bagian muka
suatu kata dasar.
Contoh morfem prefiks adalah ber-,meng-,,peng-,dan per-.
Contoh penggunaan :
Ber- : Annisa berjalan dengan hati-hati ketika menyebrangi jembatan
yang rapuh
b. Sufiks
Sufiks atau akhiran adalah apabila morfem terikat digunakan di
bagian belakang kata.
Contoh morfem : -an,-kan,dan –i.
Contoh penggunaan :
-kan : Berikan bungkusan ini pada bibi
c. infiks
Infiks atau sisipan adalah afiks yang di selipi di tengah kata dasar.
Contoh : -er-dan -el-.
Contoh penggunaan :
-er- : Gerigi pada kulit buah nangka terasa apabila diraba.
d. Konfiks
Konfiks adalah gabungan antara sufiks dan prefiks. Artinya
gabungan antara imbuhan depan dengan imbuhan akhiran yang terletak
di belakang. Contoh morfennya ber-an.
Contoh penggunaan :
Ber-an : Tamu-tamu mulai berdatangan sejak siang tadi.

E. Pengulangan
Pengulangan atau reduplikasi merupakan alat morfologi yang produktif di
dalam pembentukan kata. Pengulangan ini dapat di lakukan terhdap kata
dasar, kata berimbuhan, maupun kata gabung. Kata yang terbentuk sebagai
hasil dari proses pengulangan ini bisa dikenal dengan nama kata ulang.
Dilihat dari hasil pengulangan itu dapat dibedakan adanya empat macam kata
ulang yaitu:
1.   Kata ulang murni adalah kata ulang yang bagianya pengulangannya sama
dengan kata dasar yang diulangnya.
Contoh: rumah-rumah (bentuk dasar: rumah)
makan-makan (bentuk dasar: makan)
cepat-cepat (bentuk dasar: cepat)
2.   Kata ulang berubah bunyi adalah kata ulang yang bagian perulangannya
terdapat perubahan bunyi, baik bunyi vokal maupun konsonan.
Contoh: perubahan vokal: bolak-balik
larak-lirik
tindak-tanduk
serba-serbi
perubahan konsona: sayur-mayur
lauk-pauk
ramah-tamah
3.      Kata ulang sebagian, yaitu kata ulang yang pengulangannya hanya
terjadi pada suku kata awalnya saja dan disertai dengan penggantian vokal
suku pertama itu dengan bunyi e pepet.
Contoh: leluhur (bentuk dasar: luhur)
lelaki (bentuk dasar: laki)
tetangga (bentuk dasr: tangga)
4.      Kata ulang berimbuhan, yaitu kata ulang yang disertai dengan
pemberian imbuhan. Menurut proses pembentukannya ada tiga macam kata
ulang berimbuhan, yaitu:
a.       Sebuah kata dasar mula-mula diberi imbuhan, kemudian baru di ulang.
Umpamanya pada kata dasar atur, mula-mula diberi akhiran-an sehingga
menjadi aturan. Kemudian kata aturan diulang-ulang sehingga menjadi
aturan-aturan.
b.      Sebuah kata dasar mula-mula diulang, kemudian baru diberi imbuhan.
Umpamnya kata lari mula-mula diulang-ulang sehingga menjadi lari-lari.
Kemudian kata lari diberi awalan ber- sehingga menjadi berlari-lari.
c.       Sebuah kata dasar diulang dan sekaligus Diberi imbuhan. Umpamanya
pada kata dasar hari sekaligus diulang dan diberi awalan ber- sehingga
menjadi bentuk berhari-hari.
Pengulangan kata berpungsi membentuk kata-kata tertentu yang sesuai
untuk di gunakan dalam satuan ajaran. Sedangkan makna yang didapat
sebagai hasil proses pengulangan itu, antara lain menyatakan:
1. jamak
2. janyak dan bermacam-macam
3. banyak dengan ukuran satuan yang disebut karya dasarnya
4. banyak yang disebut kata dasarnya
5. agak atau sedikiit bersifat
6. menyerupai atau seperti
7. suungguh-sungguh atau bener-benar yang disebut kata dasarnya
8. pertentangan
9. berulangkali
10. berbalasan
11. dilakukan tanpa tujuan
12. tentang atau masalah
13. bersamaan wktu
14. paling
15. dikerjakan asl saja
16. sepanjang atau seluruh
17. pernah atau tidak lagi
18. terdiri dari
19. intensitas
20. penegasan
F. Pemajemukan
Kata majemuk merupakan gabungan dua atau lebih morfem atau kata dasar
yang mengandung satu makna atau pengertian baru. Kata-kata dalam kata
majemuk tidak menonjolkan makna tiap kata. Namun kelompok kata itu
secara bersama-sama membentuk suatu arti atau makna baru.
Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan dua
buah kata yang menimbulkan suatu kata baru. sedangkan,pengertian proses
pemajemukan kata menurut Tata Baku Bahasa Indonesia (1988) yang
menyatakan bahwa pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui
penggabungan morfem dengan kata, atau kata dengan kata  
yangmenimbulkan pengertian baru yang khusus.
Kata Majemuk memiliki ciri khas berikut:
a. Gabungan kata – kata tersebut membentuk satu makna baru
b. Gabungan kata – kata tersebut ke luar membentuk satu pusat yang
fokus terhadap kesatuan gabungan kata itu, bukan dimaknai dengan
masing-masing bagian yang membentuknya.
c. Gabungan kata – kata tersebut walaupun dipisah maknanya tidak jauh
berbeda dibandingkan ketika menjadi kata majemuk
d. Umumnya terdiri dari dua kata dasar (tanpa imbuhan).
e. Frekuensi (keseringan) pemakaiannya tinggi.
f. Kebanyakan sifatnya endosentris yaitu terbentuk menurut hukum
Diterangkan Menerangkan (DM)  (Diterangkan mendahului
Menerangkan).

Klasifikasi Kata Majemuk Berdasarkan Metode Penulisannya


Berdasarkan metode penulisannya, kata majemuk diklasifikasikan menjadi
dua :
1. Kata Majemuk senyawa
Kata majemuk senyawa merupakan kata majemuk yang metode
penulisannya disatukan atau dirangkaikan. Seakan sudah melebur
menjadi satu kata.
contohnya :
- hulubalang (gabungan morfem hulu dan balang)
- matahari (gabungan morferm mata dan hari)
- bumiputra(gabungan morferm bumi dan putra)
- airmata (gabungan morfem air dan mata)
2. Kata majemuk non-senyawa
Kata majemuk non-senyawa merupakan kata majemuk yang metode
penulisan morfem dasarnya tetap dipisah.
Contohnya :
- Sapu tangan (terbentuk dari morfem sapu dan morfem tangan)
- Kumis kucing (terbentuk dari morfem kumis dan morfem kucing)
- Cerdik pandai (terbentuk dari morfem cerdik dan morfem pandai)

Klasifikasi Kata Majemuk Berdasarkan Kelas atau Golongan Kata


Pembentuknya
Berdasarkan kelas kata pembentuknya, kata majemuk diklasifikasikan
menjadi :
1. Kata majemuk yang terbentuk dari kata benda (nomina) + kata benda
(nomina)
Misalnya: anak emas, kapal udara, sapu tangan, kiri kanan, Air bah, Air
bersih, Air liur, Air mata, Air mineral, Air minum, Air pasang, Air
payau, Air raksa, Air sadah, Air sebak, Air seni, Air suci, air mineral,
akta kelahiran, alam baka, alam semesta, anggota badan.
2. Kata majemuk yang terbentuk dari kata benda (nomina) + kata kerja
(verba)
Misalnya: anak pungut, kapal terbang, meja makan, adi daya, akal budi,
anak didik.
3. Kata majemuk yang terbentuk dari kata benda (nomina) + kata sifat
(adjektiva)
Misalnya: rumah sakit, orang tua, pejabat tinggi, arus mudik, adem
ayem, akal sehat, anak haram, anak muda, arus balik.
4. Kata majemuk yang terbentuk dari kata sifat (adjektiva) + kata kerja
(verba)
Misalnya: Salah guna, adil makmur.
5. Kata majemuk yang terbentuk dari kata sifat (ajektiva) + kata benda
(nomina)
Misalnya : Ahli bahasa, Ahli bedah, ahli bumi, ahli hadis, ahli hukum,
ahli ibadah, ahli kitab, ahli negara, ahli nujum, ahli patung, ahli pikir,
ahli purbakala, ahli sejarah, ahli sihir, ahli suluk, ahli tafsir, ahli kubur,
ahli waris.
6. Kata majemuk yang terbentuk dari kata sifat (adjektiva) + kata sifat
(adjektiva)
Misalnya: cerdik pandai, tua muda, besar kecil, acuh tak acuh, adi daya.
7. Kata majemuk yang terbentuk dari kata kerja (verba) + kata kerja (verba)
Misalnya: maju mundur, naik turun, tinggi rendah, keluar masuk, pulang
pergi, bolak balik, pecah belah, sepak terjang, budi pekerti, tipu daya,
akad nikah.
8. Kata majemuk yang terbentuk dari kata kerja (verba) + kata benda
(nominal)
Misalnya : agenda rapat, Akad nikah, alih bahasa, angkat kaki
9. Kata majemuk yang terbentuk dari kata kerja (verba) + kata sifat
(ajektiva)
Misalnya : Amar makruf
10. Kata majemuk yang terbentuk dari kata bilangan (numeralia) + kata
benda (nomina)
Misalnya: dwiwarna, pancaindera, sapta marga, pra jabatan, paska
bencana, pancasila, Setengah abad
11. Kata majemuk yang berbentuk dari kata bilangan (numeralia) + kata
kerja (verba)
Misalnya : satu padu, serba salah.
12. Kata majemuk yang terbentuk dari kata keterangan (adverbia) + kata
benda (nominal)
Misalnya : abad keemasan, acap kali, alat dapur, alat ukur, aneka
warna

Klasifikasi Kata Majemuk Ditinjau dari Segi Hubungan Kata


Pembentuknya.
Berdasarkan hubungan kata pembentuknya kata majemuk dibedakan
menjadi empat meliputi :
1. Kata majemuk yang kata pertamanya merupakan sebuah awalan
(prefiks).
2. Misalnya : pra jabatan, pra sarana, pribumi, tanadil, prasejarah,
swasembada, miskomunikasi, swalayan, swadaya
3. Kata majemuk yang kata pertamanya menjadi pangkal kata.
4. Misalnya : kapal udara, rumah sakit, meja belajar.
5. Kata majemuk yang kata keduanya menjadi pangkal kata.
6. Misalnya : bumiputra, mahasiswa, purbakala, mahaguru
7. Kata majemuk yang kata pertamanya memiliki hubungan setara /
sederajat dengan kata keduanya.
8. Misalnya : besar kecil, naik turun, pulang pergi, sanak saudara

TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA

A. Konsep Dasar Kalimat


Kalimat biasanya merupakan serangkaian kata yang disusun sesuai dengan
kaidah yang berlaku.Setiap kata yang terlibat disusun sesuai dengan
kaidahnya.Pada setiap kata juga termasuk ke dalam kelas atau kategori serta
memiliki fungsi dalam kalimat tersebut.Urutan dari rentetan kata juga akan
memnentukan jenis kalimat yang dihasilkan.Kalimat merupakan satuan
sintaksis yang telah disusun dari konstituen dasar, pada umumnya barupa
klausa, yang telah dilengkapi dengan konjungsi jika diperlukan, serta disertai
dengan intonasi final.Peran kalimat memang sangatlah penting karena harus
mampu menyampaikan informasi, menanyakan hal, bahkan untuk
mengekspresikan emosi yang sedang dirasa.
1. Pengertian Kalimat
Kalimat memiliki beberapa pengertian, diantaranya:
a. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau
tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam kalimat,
sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat.
b. Kalimat adalah gabungan dari duah buah kata atau lebih yang
menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir.
c. Cook, Elson dan Picket berpendapat bahwa kalimat adalah satuan
bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola
intonasi akhir dan terdiri dari klausa.
d. Ramlan berpendapat bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang
dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik
atau turun.
e. Lado berpendapat bahwa kalimat adalah satuan terkecil
dariekspresi lengkap. 
Kalimat dapat dibagi-bagi berdasarkan jenis dan fungsinya, retorikanya,
gramatikalnya. Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak
lengkap, kalimat aktif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain
sebagainya.
Kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki
subjek (S) dan predikat (P). Kalau tidak memiliki unsir subjek dan
unsur predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat. Dengan kata yang
seperti itu hanya  dapat disebut sebagai frasa. Inilah yang membedakan
kalimat dengan frasa.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan
yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat
diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan
diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik(.),
tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-
unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti.

B. Unsur-Unsur Kalimat
Dalam setiap kalimat tentunya memiliki suatu unsur dalam penyusunan
kalimatnya.Dari gabungan unsur-unsur kalimat tersebut nantinya akan
membentuk suatu kalimat yang memiliki arti.
Adapun unsur-unsur dalam suatu kalimat seperti berikut ini:
1. Subjek/Subyek (S)
2. Predikat (P)
3. Objek/Obyek (O)
4. Pelengkap
5. Keterangan (K)
Ciri dan Contoh dari Masing Masing Unsur Kalimat
1. Subjek/Subyek (S)
Subjek adalah bagian kalimat yang
menunjukanpelaku,sosok(benda),sesuatu hal, ataumasalah yang
menjadi pangkal/pokok pembicaraan.Di dalam pola penulisan
kalimat bahasa Indonesia, pada umumnya subjek terletak sebelum
predikat, kecuali jenis kalimat inversi.Pada umumnya, subjek
berwujud nomina. Maka perhatikan contoh berikut:
a. Mereka datang dari Bandung.
b. Justin Bieber merupakan penyanyi asal Canada.
c. Bambang pergi ke Spanyol.
Dari contoh kalimat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kata
mereka, Justin Bieber, dan Bambang merupakan Subjek.
Tak hanya itu, terdapat juga subjek yang bukan merupakan nomina.
Maka perhatikan contoh berikut:
a. Berwudhu harus dilakukan sebelum menjalankan sholat.
b. Delapan adalah sebuah angka.
c. Patah hati dapat dialami oleh semua orang.
Ciri-ciri subjek:
a. Menjawab pertanyaan “apa” atau “siapa”
b. Diikuti dengan kata “itu”
c. Diawali dengan kata “bahwa”
d. Memiliki keteranganpewatas“yang”(konjungsidengan
menggunakankata “yang”)
e. Tidak diawali dengan preposisi seperti “dari”, “dalam”, “di”,
“ke”, “kepada”, “pada”.
f. Berupa Nomina atau Frasa Nominal
2. Predikat (P)
Predikat adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan
(tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku).Sama
halnya dengan subjek, predikat juga merupakan unsur utama dalam
suatu kalimat.Unsur yang dapatmengisi predikat dapat
berupa kata, sebagai contoh verba, adjektiva, atau nominal, numeral
serta preposisional.Tak hanya itu, adapun frasa, sebagai contoh frasa
verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan).
Simak contoh kalimat sebagai berikut:
a. Gilang bermain gitar di lantai atas.
b. Setiawan memasak samyang.
c. Putra sedang melihat game online.
Dari contoh tersebut, maka kata bermain , memasak, dan melihat
merupakan sebuah predikat.
Ciri-ciri predikat:
a. Menjawab pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana.
b. Bisa berupa kata “ialah” atau “adalah”.
c. Ingkaran dapat diwujudkan dengan kata “tidak”
d. Bisa diikuti dengan kata-kata aspek atau modalitas, contoh
“telah”, “sudah”, “sedang”, “belum”, “akan”, “ingin”, “hendak”,
“mau”, dan lain sebagainya.
3. Objek (O)
Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat yang
berawalan meng- dan kata benda itu dapat menjadi subjek dalam
kalimat pasif.Objek bukan merupakan unsur wajib yang harus ada di
dalam sebuah kalimat.Letak objek biasanya terdapat setelah predikat
dengan kategori verbal transitif (kalimat aktif transitif) yang minimal
memiliki tiga unsur utama (SPO).Dalam kalimat aktif, objek akan
berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan.Sebaliknya,
objek yang ada dalam kalimat pasif akan menjadi subjek jika
kalimatnya menjadi kalimat aktif.Pada umumnya, objek berkategori
nomina. Perhatikan contoh objek dalam suatu kalimat:
a. Laras bermain slime.
b. Zaidan membeli sebuah boneka.
c. Lele itu memakan pelet.
Dalam kalimat di atas, kata slime, sebuah boneka, dan pelet
merupaan sebuah objek.
Ciri-ciri objek:
a. Berada di belakang predikat.
b. Dapat berubah menjadi subjek dalam kalimat pasif.
c. Tidak didahului dengan preposisi,
d. Diawali dengan kata “bahwa”
4. Pelengkap
Objek dan pelengkap mempunyai kesamaan.Dalam sebuah kaliam,
keduanya memiliki kesamaan yaitu: bersifat wajib ada sebab untuk
melengkapi makna verba predikat kalimat, menempati posisi
dibelakang predikat serta tidak didahului preposisi.Perbedaan
keduanya terletak dalam kalimat pasif. Dalam kalimat pasif,
pelengkap tidak menjadi subjek.Jika ada objek dan juga pelengkap di
dalam kalimat aktif, objeklah yang akan menjadi subjek kalimat
pasif, bukan pelengkap.Perhatikan contoh dari kalimat pelengkap:
a. Gilang selalu ingin berbuat baik.
b. Kaki Aji tersandung pintu.
c. Mukena itu terbuat dari sutra.
Ciri-ciri pelengkap:
a. Berada dibelakang kalimat.
b. Tidak didahului preposisi.
Ciri tersebut sama dengan objek. Hanya saja, objek berada langsung
dibelakang kalimat, sementara pelengkap masih bisa disisip dengan
unsur lainnya, yakni objek.Contohnya ada pada kalimat di bawah ini:
a. Anggi mengirimi Sri buku baru.
b. Mereka membelikan Ayahnya sepatu baru.
Kata buku baru dan sepatu baru berfungsi sebagai pelengkap serta
tidak mendahului predikat.
5. Keterangan (K)
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal
tentang bagian kalimat yang lainnya.Keterangan adalah sebuah unsur
kalimat yang menjelaskan lebih lanjut mengenai sesuatu yang tertera
di dalam sebuah kalimat.Contohnya keterangan akan memberikan
informasi mengenai tempat, waktu, cara, sebab, dan juga
tujuan.Keterangan dapat berwujud kata, frasa, atau anak
kalimat.Keterangan yang berwujud frasa ditandai dengan preposisi.
Seperti: di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang,oleh, dan
untuk.Keterangan yang berwujud anak kalimat ditandai dengan
konjungsi (kata penghubung).Seperti: ketika, karena,
meskipun,supaya, jika, dan sehingga.
Ciri-ciri keterangan:
a. Bukan termasuk ke dalam Unsur Utama (tidak bersifat wajib
seperti subjek, predikat, objek dan pelengkap ).
b. Tidak terikat dengan posisi (mempunyai kebebasan tempat
diawal/diakhir , atau diantara subjek dan predikat).
Jenis Keterangan
Keterangan dapat dibedakan berdasarkan fungsi atau perannya di
dalam suatu kalimat. Simak ulasan di bawah:
a. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berwujud kata, frasa, atau anak
kalimat.Keterangan waktu berupa kata merupakan kata yang
menyatakan waktu, contoh: kemarin, besok, sekarang, kini, lusa,
siang, dan juga malam.Keterangan waktu berupa frasaadalah
untaian kata yang juga menyatakan waktu, contoh: kemarin
pagi, hari Senin, 7 Mei, dan juga minggu depan.Sedangkan
keterangan waktu berupa anak kalimat ditandai dengan adanya
konjungtor yang juga menyatakan waktu.
Contoh: setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan
ketika.
Contoh: Bulan depan akan diadakan cuti bersama.
b. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berwujud frasa yang menyebutkan tempat
dengan ditandai oleh preposisi, contoh: di, pada, dan juga dalam.
Contoh: Justin Bieber akan mengadakan konser di New Zealand.
c. Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berwujud kata ulang, frasa, atau anak
kalimat yang menjelaskan cara.Keterangan cara yang berwujud
kata ulang adalah perulangan adjektiva.Keterangan cara yang
berwujud frasa ditandai dengan kata “dengan” atau
“secara”.Keterangan cara yang berwujud anak kalimat ditandai
dengan kata “dengan” dan “dalam”.
Contoh: Ibu memotong ikan dengan menggunakan pisau dapur.
d. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berwujud frasa dan anak kalimat.Keterangan
sebab yang berwujud frasa ditandai dengan adanya kata
“karena” atau “lantaran” yang diikuti dengan nomina atau frasa
nomina.Keterangan sebab yang berwujud anak kalimat ditandai
dengan adanya konjungtor “karena” atau “lantaran”.
Contoh: Bapak menyuruhku menjauhi Gilang karena tidak
berperilaku baik.
e. Keterangan Tujuan
Keterangan tujuan dapat berupa frasa ataupun anak
kalimat.Keterangan tujuan yang berwujud frasa ditandai dengan
kata “untuk” atau “demi”.Sementara keterangan tujuan yang
berupa anak kalimat ditandai dengan adanya konjungtor supaya,
agar, dan untuk.
Contoh: Sebelum berangkat ke Jakarta, Gilang memeluk
ibunya supaya hatinya tenang.
f. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi akan memberikan penjelasan nomina,
contoh: subjek atau objek.Jika ditulis, keterangan aposisi diapit
dengan tanda koma, tanda pisah (–), atau tanda kurang.
Contoh: Dosen saya, Bapak Sudarso, terpilih menjadi dosen
teladan.
g. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan akan memberikan penjelasan nomina
(subjek ataupun objek. Namun berbeda halnya dengan
keterangan aposisi.
Keterangan aposisi bisa menggantikan unsur yang diterangkan.
Sementara keterangan tambahan tidak bisa menggantikan unsur
yang diterangkan.
Contoh: Gilang, mahasiswa tingkat dua, mendapatkan beasiswa
ke luar negeri.
h. Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas ini akan memberikan pembatas antara
nomina. Contoh: subjek, predikat, objek, keterangan, dan juga
pelengkap.
Jika keterangan tambahan bida dihilangkan, maka keterangan
pewatas ini tidak dapat dihilangkan.
Contoh: Mahasiswa yang mendapatkan IP tiga lebih akan
mendapatkan beasiswa penuh.

C. Kalimat Efektif
1. Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau
pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis.
Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga
kejelasan kalimat itu dapat terjamin.
Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik
ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca
atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau
pembacanya seperti apa yang dimaksud dengan penulis.
Pengertian menurut ahli :
1. Menurut Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi : Kalimat efektif
dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan
informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca.
2. Menurut Arifin : Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi
kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca.
3. Menurut Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan : Kalimat efektif adalah
kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami
orang lain secara tepat.
4. Menurut Abdul Rozak : Kalimat Efektif adalah kalimat yang
mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan dengan
lengkap dalam pikiran pembaca persis seperti apa yang
disampaikan.
Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa,
jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk menimbulkan
kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti
apa yang terdapat pada pikiran penulis atau pembicara.
Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki
beberapa syarat sebagai berikut:
1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud
sang penulis.
3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau
pendengarnya dengan cepat.
4. Sistematis dan tidak bertele-tele.

2. Syarat Kalimat Efektif


Kalimat efektif memiliki Syarat yang harus dipenuhi yaitu sebagai
berikut :
a. Kesepadanan Struktur
Kesepadanan adalah keseimbangan antara gagasan atau pemikiran
dengan struktur bahasa yang dipakai dalam kalimat. Kesepadaan
dalam kalimat ini diperlihatkan dengan adanya kesatuan gagasan dan
kesatuan fikiran.
Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadaan struktur, yaitu:
1) Memiliki Subjek dan Predikat yang jelas.
Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan
dengan menghindarkan penggunaan kata depan di, dalam, bagi,
untuk, pada, dan sebagainya di depan subjek.
Contohnya :
1. Bagi semua siswa kelas VII harus mengikuti kegiatan studi
tur (tidak efektif).
2. Semua siswa kelas VII harus mengikuti kegiatan studi tour
(efektif).
3. Kepada hadirin dimohon berdiri.(tidak efektif) Kata depan
kepada pada kalimat di atas tidak berfungsi apa-apa, bahkan
justru mengganggu kesepadanan sebuah kalimat.
4.  Kalimat tersebut akan lebih baik (sepadan) kalau kata
depan kepada dihilangkan sehingga menjadi: Hadirin
dimohon berdiri. (efektif )
2) Tidak memiliki Subjek yang ganda di dalam kalimat
tunggal
Contohnya :
1. Pembangunan jalan itu kami dibantu oleh warga desa (tidak
efektif)
2. Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh warga
desa(efektif)
3) Beberapa kata penghubung intrakalimat
Beberapa kata penghubung intrakalimat (seperti sehingga, dan,
atau, lalu, kemudian, sedangkan, bahkan) tidak digunakan pada
kalimat tunggal, misalnya sebagai berikut :
a) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak
dapatmengikuti acara pertama.
Kata sehingga merupakan kata penghubung intrakalimat
sehingga tidak sepadan kalau difungsikan sebagai
penghubung antarkalimat. Perbaikan terhadap kalimat itu
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
menjadikan kalimat itu kalimat majemuk atau dengan
mengganti kata penghubung intrakalimat menjadi
ungkapan penghubung antarkalimat, seperti di bawah ini :
1. Kami datang agak terlambat sehingga tidak dapat
mengikuti acara pertama
2. Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami
tidak dapat mnegikuti acara pertama.
b) Kepararelan bentuk.
Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang
digunakan dalam kalimat. Yang dimaksud dengan
kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk
verba,maka kata selanjutnya berbentuk verba. Namun jika
kata pertama berbentuk nomina, maka kata selanjutnnya
berbentu nomina.
Contohnya :
1. Langkah –langkah dalam menulis kalimat efektif
adalah memahami, mengetahui, dan mengaplikasikan
defenisi kalimat efektif (tidak efektif).
2. Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif
adalah memahami,mengetahui, dan mengaplikasikan
defenisi kalimat efektif (efektif).
3. Semakin berumur seharusnya manusia itu semakin
bermoral, bijaksana, dan tanggung jawab.
Dalam kalimat itu terdapat sebuah kata yang tidak sejajar
dengan bentuk kata yang lainnya yang sama-sama
mewakili fungsi predikat, yakni kata tanggung jawab yang
merupakan bentuk nominal, padahal yang lainnya
berbentuk ajektival. Kalimat tersebut akan lebih baik kalau
diubah menjadi seperti:  Semakin berumur seharusnya
manusia itu semakin bermoral, bijaksana, dan bertanggung
jawab.
c) Kehematan Kata.
Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa
yang tidak perlu digunakan. Untuk menghindari
pemborosan kata didalam kalimat. Hal yang harus
diperhatikan adalah:
1. Menghindari unsur yang sama dalam majemuk.
Contohnya :
a. Saya tidak suka apel dan saya tidak suka papaya
(tidak efektif).
b. Saya tidak suka pisang dan anggur (efektif).
c. Karena dia tidak diundang, dia tidak datang pada
acara itu.
Penyebutan kata dia sebagai subjek pada anak kalimat
tidak diperlukan karena subjek yang sama sudah
disebutkan pada induk kalimatnya. Penyebutan kata
dia pada anak kalimat di atas merupakan pemborosan
kata yang sebaiknya dihindari. Perbaikan kalimat di
atas adalah sebagai berikut : Karena tidak diundang,
dia tidak datang pada acara itu.
2. Menghindari kesinoniman dalam kalimat.
Contohnya :
a. Saya hanya memiliki tiga buah buku saja (tidak
efektif).
b. Saya hanya memiliki tiga buku (efektif).

3. Menghindari penjamakan pada kata jamak.


Contohnya:
a. Para mahasiswa-mahasiswi berunjuk rasa di
depan gedung rektorat (tidak efektif).
b. Para mahasiswa berunjuk rasa didepan gedung
rektorat (efektif).
c. Masih banyak hal-hal yang harus dibahas. Para
tamu-tamu undangan sedang menikmati
hidangan. Kata banyak pada kalimat dan
kata para pada kalimat sudah mengandung
makna jamak. Oleh karena itu, tidak perlu lagi
pengulangan yang bermakna jamak, sehingga
kalimat-kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi
seperti : Masih banyak hal yang harus dibahas.
Para tamu undangan sedang menikmati hidangan.
d) Kecermatan.
Yang dimaksud dengan kecermatan adalah cermat dan
tepat dalam memilih kata sehingga tidak menimbulkan
keracunan dan makna garis.
Contohnya :
1. Guru baru pergi ke ruang guru (tidak efektif).
2. Guru yang baru pergi ke ruang guru (efektif).
3. Dialah istri Pak Lurah yang baru (tidak efektif).
Kalimat di atas mempunyai penafsiran ganda, yakni
siapakah yang baru: Apakah Pak Lurah itu yang baru
menikah atau baru dilantik menjadi lurah? Untuk
menghindari penafsiran ganda itu, perlu digunakan tanda
hubung (-) seperti pada perbaikan kalimat di bawah ini:
a. Dialah istri-Pak Lurah yang baru. (bila yang baru
adalah istrinya) atau
b. Dialah istri Pak Lurah-yang baru. (bila yang baru
adalah jabatan lurahnya. (efektif)
e) Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan
penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk
membentuk penekanan dalam suatu kalimat. Ada beberapa
cara:
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan
kalimat (awal kalimat)
Contohnya:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun
bangsa dan Negara ini dengan kemampuan yang ada
pada dirinya.
Harapan Presiden ialah agar rakyat membangun
bangsa dan negaranya. (ketegasan)
2. Membuat urutan yang bertahap
Contohnya :
a. Bukan seribu, sejuta, seratus, tetapi berjuta-juta
rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak
terlantar (Salah).
b. Bukan seratus, seribu, sejuta, tetapi berjuta-juta
rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak
terlantar (Benar).
3. Melakukan pengulangan kata (repetisi)
Contohnya: Dongeng itu sangat menarik. Dongeng itu
mengharukan.
4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang
ditonjolkan
Contohnya : anak itu bodoh tetapi pintar.
5. Menggunakan partikel penekanan (penegasan),
seperti: partikel-lah,-pun,-kah
Contohnya:
a. Dapatkan ia menjawab pertanyaanku?
b. Kamulah yang harus bertanggung jawab
menyelesaikan tugas ini.
f) Kepaduan
Kalimat Efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga
informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.Berikut
ini ciri-ciri kalimat yang padu ialah :
1. Kalimat yang padu tidak bertele-tele
Oleh karena itu, hindari penggunaan kalimat yang
panjang dan bertele-tele. Contohnya:
a. Farhan menceritakan tentang pengalaman
bertandingnya. (tidak efektif)
b. Farhan menceritakan pengalaman bertandingnya.
(efektif).
2. Kalimat yang padu menggunakan pola  aspek +
agen + verba  secara tertib dalam kalimat-kalimat
yang berpredikat persona
Contohnya:
Surat itu saya sudah baca. Kalimat tersebut tidak
menunjukkan kepaduan karena aspek terletak di
antara agen dan verba. Seharusnya kalimat itu seperti:
Surat itu sudah saya baca.
3. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan
sebuah kata antara predikat kata kerja transiti
dan ojek penderita.
Contohnya :
Mahasiswa harus menyadari akan pentingnya
perpustakaan. Kata akan pada kalimat tidak
diperlukan karena kata kerja transitif menyadari harus
diikuti secara langsung oleh objek penderita
pentingnya perpustakaan. Perbaikan kalimat tersebut
adalah sebagai berikut:
Menyadari pentingnya perpustakaan.
g) Kelogisan.
Yang dimaksud dengan kelogisan adalah ide yang ada
dalam kalimat itu dapat diterima atau dimengerti oleh akal
dan sesuai kaidah EBI.
Contohnya:
a. Waktu dan tempat kami persilahkan! (tidak efektif).
b. Bapak dekan kami persilahkan! (efektif).

3. Contoh Kalimat Efektif


a. Diana membeli kue untuk adiknya.
b. Anak-anak harus berhati-hati jika melewati lorong.
c. Setiap hari Jumat anak-anak latihan pramuka.
d. Pihak sekolah memasang CCTV untuk keamanan sekolah.
e. Ibu belanja buah, sayur, telur, daging sapi, dan beras di pasar.
f. Putri mengayuh sepeda  dengan kencang.
g. Upacara tersebut dihadiri oleh semua siswa. (kalimat efektif)
h. Warga dusun karang ijo saling membantu mengatasi bencana.
i. Anak-anak perlu berhati-hati jika melewati sungai.
j. Seluruh mahasiswa dikenakan peraturan yang sama.
k. Penelitian ini akan memberi banyak manfaat bagi warga.
l. Sesampainya di rumah nenek, Riko langsung berkebun dengan
kakek.
m. Siang ini merupakan siang yang cerah.

TATA PARAGRAF BAHASA INDONESIA

A. Pengertian Paragraf
Kata paragraf berasal dari kata Yunani, yaitu dari kata para yang berakti
sebelum’ dan kata grafeinyang berakti ‘menulis’, ‘menggores’. Paragraf atau
alinea merupakan  gabungan dari beberapa kalimat yang saling berkaitan dan
membentuk sebuah gagasan.
Paragraf (alenia) adalah sekumpulan kalimat yang tersusun secara logis dan
runtun (sistematis), yang memungkinkan sesuatu gagasan pokok dapat
dikomoniksikan kepada pembaca secara  efektif. Paragraf merupakan satuan
terkecil sebuah karangan. Isinya membentuk satuan pikiran sebagai bagian
dari pesan yang disampaikan penulis dalam karangannya. Paragraf
susunannya akan menyulitkan membaca untuk menangkap pikiran penulis.
Meskipun singkat, oleh karena ada isi pikiran yang hendak disampaikan,
paragraf membutuhkan organisasi dan susunan yang has. Disamping itu,
karena paragraf merupakan bagian suatu pasal, maka antar paragraf satu
dengan yang harus saling berhubungan secara harmonis, sehingga sesuai
dengan rangka sesuruh karangan . Oleh karena itu, sebuah karangan hanya
akan baik jika paragraf ditulis dengan baik dan dirangkai dalam runtunan
yang logis.
Dalam kenyataan, terkadang kita bertemu dengan paragraf atau alenia yang
hanya terdiri atas satu kalimat. Bentuk seperti itu dianggap sebagai bentuk
paragraf yang kurang ideal dan dianggap sebagai pengecualian. Dalam tulisan
ilmiah, paragraf semacam itu jarang dipakai. Ada beberapa alasan mengapa
hanya terdapat satu kalimat dalam paragraf,  yaitu (a) paragraf atau alenia
tersebut kurang baik untuk dikembangkan  oleh penulisnya atau penulis
kurang memahami hakikat paragraf, (b) sengaja dibuat oleh pengarang
dengan maksud hanya mengemukakan gagasannya terdapat pada paragraf
berikutnya.
Selain itu, dalam sebuah paragraf, hanya boleh ada satu ide pokok atau
pikiran utama. Andaikan dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide pokok
atau pikiran utama, alinea harus dipecah menjadi lebih dari satu paragraf.
Keraf (1991:63) mengemukan ada dua tujuan mengapa paragraf diperlukan,
yaitu:
1. Untuk memudahkan pengetian dan pemahaman. Oleh karena itu, dalam
sebuah alinea hanya boleh ada satu tema. Bila terdapat dua tema,
paragraf itu harus dipecah menjadi dua paragraf.
2. Untuk memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal.
Dengan demikian, kita memiliki kesempatan untuk berhenti lebih lama
daripada perhentian pada ahir kalimat. Disamping itu, kita juga bisa
berkonsentrasi terhadap tema paragraf.
Paragraf disebut juga alinea. Paragraf adalah seperangkat kalimat yang
tersusun secara logis dan sistematis  yang mengandung satu kesatuan ide
pokok. Disamping itu, secara teknis paragraf merupakan satuan terkecil dari
sebuah kalangan. Bisaanya paragraf itu terdiri atas beberapa kalimat yang
berkaitan baik isi maupun bentuknya. Isi kalimat-kalimat pembangun
paragraf itu membentuk satuan pikiran sebagai bagian dari pesan yang
disampaikan penulis dalam karangannya. Jadi, dengan kata lain bahwa
paragraf  adalah satuan terkecil dari karangan yang bisaanya terdiri atas
beberapa kalimat yang berkaitan dan merupakan uraian tentang sebuah ide
pokok.

B. Jenis – Jenis Paragaraf dan Contoh


1. Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat dan Tujuannya
a. Paragraf Pembuka
Tiap jenis karangan akan mempunyai paragraf yang membuka atau
menghantar karangan itu, atau menghantar pokok pikiran dalam
bagian karangan itu. Sebab itu sifat dari paragraf semacam itu harus
menarik minat dan perhatin pembaca, serta sanggup menyiapkan
pikiran pembaca kepada apa yag sedang diuraikan. Paragraf yang
pendek jauh lebih baik, karena paragraf-paragraf yang panjang hanya
akan meimbulkan kebosanan pembaca.
Contoh dari paragraf pembuka adalah tulisan  tentang  cerita dongeng
“Cinderella” selalu  ditulis, Pada zaman  dahulu kala  hiduplah….  Cobalah
dengan  gaya berbeda.  Misalnya  pembuka  pada  cerita “Cinderella”,  Ini
adalah Kisah  tentang sepasang sepatu  yang  mengubah  nasib seorang
gadis.
Contoh  lain  kita  bisa  memulai paragraf pembuka  dengan  kalimat  tanya.
Misalnya,
Kesulitan apa ya  yang saya  alami  dalam menulis? Hmm, topik yang
menarik di awal pertemuan pertama yang ditugaskan Omjay dalam pelatihan
menulis online ini. Menarik karena saya  punya kesulitan, yakni tidak pernah
menyelesaikan tulisan saya.
b.   Paragraf Penghubung
Yang dimaksud dengan paragraf penghubung adalah semua paragraf
yang terdapat di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup.
Inti persoalan yang akan dikemukakan penulisan terdapat dalam
paragraf-paragraf ini. Sebab itu dalam membentuk paragraf-paragraf
prnghubung harus diperhatikan agar hubungan antara satu paragraf
dengan paragraf yang lainnya itu teratur dan disusun secara logis.
Sifat paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari jenis
karangannya. Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif,
naratif, eksposisis, paragraf-paragraf itu harus disusun berasarkan
suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung
perntagan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar
atau landasan untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf
yang menekankan pendapat pengarang.
Contoh dari paragraph penghubung atau isi :
Mengapa  tulisan saya sering tidak selesai ya? Kesulitannya apa yaa. Saya
mencoba menganalisis diri dalam menulis nih. Pertama, saya tidak PD alias
tidak percaya diri kalau mengungkapkan pikiran.
Terkadang saya menghindari tulisan yang dapat menimbulkan perbedaan
cara pandang terhadap sesuatu hal atau  yang bisa menimbulkan polemik.
Saya khawatir mereka tidak dapat menangkap apa yang saya maksud. Dalam
tulisan kita dibantu tanda baca untuk berekspresi. Berbeda dengan berbicara
kita dibantu dengan ekspresi wajah dan gestur.
c. Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk
mengakhiri karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain paragraf
ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan
dalam paragraf-paragraf penghubung.
Apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah karangan haruslah
tetap diperhatikan agar paragraf penutup tidak terlalu panjang, tetapi
juga tidak berarti terlalu pendek. Hal yang paling esensial adalah
bahwa paragraf itu harus merupakan suatu kesimpulan yang bulat atau
betul-betul mengakhiri uraian itu serta dapat menimbulkan banyak
kesan kepada pembacanya.
Contoh paragraph penutup :
Ternyata  menyelesaikan tulisan  sebanyak 700 kata itu cukup menantang
buatsaya.Tetapiinitantanganyangmenarik.Semogasayabisa mengikuti
pelatihan  ini  sampai  selesai  dengan  mengerjakan  tugas-tugas  tepat
waktu  dan  dapat melanjutkan  Kebiasaan  menulis  setiap  harinya. Terima
kasih  Omjay  dengan  kesempatan  belajar  ini.

2. Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama


a. Paragraf deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang posisi gagasan pokok atau
kalimat utamanya di awal sebuah paragraf dan bersifat
deduksi. Kata deduksi asalnya dari bahasa latin : deducere, dedectum
deduxi, yang artinya “menuntun ke bawah”; ataupun ‘menurunkan’;
deductio artinya ‘penuntun atau pengantaran’.
Paragraf ini paragraf yang diawali dengan pernyataan yang sifatnya
umum, lalu dijabarkan dan dikembangkan menjadi pernyataan yang
sifatnya khusus. Pernyataan yang sifatnya khusus tersebut dapat
berupa rincian, penjelasan, bukti-bukti maupun contoh-contoh. Karena
paragraf tersebut dikembangkan dari pernyataan yang umum
kemudian mengemukakan pernyataan – pernyataan yang sifatnya
khusus, dapat kita dikatakan bahwa penaralan paragraf deduktif
tersebut dari umum ke khusus.
Contoh wacana yang menggunakan paragraf deduktif:
Zaman sekarang kebudayaan Indonesia telah berangsur – angsur
punah. Anak-anak akrab dan hafal dengan kebudayaan luar
negeri. Anak-anak sangat gemar dengan cerita Upin – Ipin,
Spongebob, Avatar, Naruto, Marsha and The Bear, Frozen dan
kartun-kartun lainnya yang ditayangkan di televisi. Begitu pun
remaja-remaja yang lebih menggandrungi drama korea maupun  film-
film seperti Spiderman, Harry Potter, Batman ketimbang cerita asli
daerah seperti Malin Kundang, Timun Mas, Roro Jonggrang, Ande-
ande Lumut, dan lain sebagainya. Selain itu dalam hal permainan
mereka lebih menyukai kartu remi, puzzle UNO, dan permainan
lainnya dari PS atau komputer hingga game online ketimbang
permainan asli daerah kita seperti engklek, gobak sodor, dakonan,
gundu, egrang  dan lain sebagainya.
b. Paragraf induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang posisi gagasan pokok atau
kalimat utamanya di akhir sebuah paragraf dan bersifat induksi. Kata
induksi asalnya dari bahasa latin : duxi, ducere, ductum yang artinya
membawa ke; atau memasukan kedalam. selanjutnya istilah induksi
dapat dijelaskan dengan metode pemikiran yang berasal dari hal yang
khusus untuk menentukan simpulan atau hukum di akhir paragraf.
Karena kalimat-kalimat atau pernyataan khusus dapat berupa
penjabaran dan contoh-contoh, dan pernyataan umum itu berupa
hukum atau simpulan, sehingga paragraf induktif berkembang dari
contoh dan rincian menjadi simpulan.
Contoh wacana yang menggunakan paragraf induktif :
Tidak dapat dipungkiri bahwa fenomena yang sekarang sedang
berkembang adalah cerita – cerita dari luar negeri lebih familiar bagi
anak-anak diantaranya cerita Upin – Ipin, Spongebob, Avatar, Naruto,
Marsha and The Bear, Frozen dan kartun-kartun lainnya yang
ditayangkan di televisi. Begitu pun remaja-remaja yang lebih
menggandrungi drama korea maupun  film- film seperti Spiderman,
Harry Potter, Batman ketimbang cerita asli daerah seperti Malin
Kundang. Timun Mas, Roro Jonggrang, Ande-ande Lumut, dan lain
sebagainya. Selain itu dalam hal permainan mereka lebih menyukai
kartu remi, puzzle UNO, dan permainan lainnya dari PS atau
komputer hingga game online ketimbang permainan asli daerah kita
seperti engklek, gobak sodor, dakonan, gundu, egrang dan lain
sebagainya. Hal-hal di atas mengindikasikan bahwa sekarang ini
kebudayaan luar lebih disukai dan menjadi kiblat untuk anak – anak
maupun para remaja Indonesia.
c. Paragraf Deduktif-Induktif
Paragraf deduktif-induktif merupakan perpaduan antara paragraf
deduktif dengan paragraf induktif.  Paragraf deduktif-induktif ini,
posisi gagasan pokok atau kalimat utamanya di awal dan akhir sebuah
paragraf. Sebuah wacana yang menggunakan jenis paragraf ini
dikembangkan dengan kalimat yang bersifat umum di awal paragraf
dan akhir paragraf sedangkan kalimat-kalimat yang berada di tengah
paragraf (diantara kalimat awal dan kalimat akhir) sifatnya khusus
berupa rincian atau contoh-contoh.
Contoh wacana yang menggunakan paragraf deduktif-induktif:
Zaman sekarang kebudayaan Indonesia telah berangsur – angsur
punah. Anak-anak akrab dan hafal dengan kebudayaan luar negeri.
Anak-anak sangat gemar dengan cerita Upin – Ipin, Spongebob,
Avatar, Naruto, Marsha and The Bear, Frozen dan kartun-kartun
lainnya yang ditayangkan di televisi. Begitu pun remaja-remaja yang
lebih menggandrungi drama korea maupun  film- film
seperti Spiderman, Harry Potter, Batman ketimbang cerita asli daerah
seperti Malin Kundang, Timun Mas, Roro Jonggrang, Ande-ande
Lumut, dan lain sebagainya. Selain itu dalam hal permainan mereka
lebih menyukai kartu remi, puzzle UNO, dan permainan lainnya dari
PS atau komputer hingga game online ketimbang permainan asli
daerah kita seperti engklek, gobak sodor, dakonan, gundu, egrang  dan
lain sebagainya. Hal-hal di atas mengindikasikan bahwa kebudayaan
luar lebih disukai dan menjadi kiblat untuk anak – anak maupun para
remaja Indonesia.
d. Paragraf Ineratif
Paragraf ineratif adalah paragraf yang posisi gagasan pokok atau
kalimat utamanya di tengah sebuah paragraf. Sebuah wacana yang
menggunakan jenis paragraf ini dikembangkan dengan kalimat yang
bersifat khusus di awal paragraf dan akhir paragraf isinya berupa
rincian atau contoh-contoh sedangkan kalimat-kalimat yang berada di
tengah paragraf (diantara kalimat awal dan kalimat akhir) sifatnya
umum.
Contoh wacana yang menggunakan paragraf ineratif:
Anak-anak zaman sekarang lebih gemar dengan cerita Upin – Ipin,
Spongebob, Avatar, Naruto, Marsha and The Bear, Frozen dan
kartun-kartun lainnya yang ditayangkan di televisi. Begitu pun
remaja-remaja yang lebih menggandrungi drama korea maupun  film-
film seperti Spiderman, Harry Potter, Batman. Budaya asli indonesia
sudah berangsur-angsur punah. Cerita asli daerah seperti Malin
Kundang Timun Mas, Roro Jonggrang, Ande-ande Lumut, dan lain
sebagainya secara senggaja ditinggalkan. Selain itu dalam hal
permainan mereka lebih menyukai kartu remi,  puzzle UNO,  dan
permainan lainnya dari PS atau komputer hingga game online
ketimbang permainan asli daerah kita seperti engklek, gobak sodor,
dakonan, gundu, egrang dan lain sebagainya.
3. Jenis Paragraf Berdasarkan Kontennya
Jenis jenis paragraf berdasarkan kontennya sangat banyak digunakan,
terutama bagi anda yang ingin menjadi jurnalis.
a. Paragraf naratif
Paragraf naratif adalah paragraf yang kontennya berhubungan
dengan jenis wacana narasi. Narasi adalah tipe wacana yang berisi
kejadian atau kisah. Secara etimologis, naratif berasal
dari bahasa latin yaitu narrare berarti menceritakan atau bercerita,
narratio berarti penceritaan serta narrativus berarti bersifat
penceritaan.
Contoh wacana yang menggunakan paragraf naratif :
Pak Rudi adalah salah satu guru honorer di Kabupaten Grobogan
yang setiap hari mengajar di SD N 1 Karangrejo. Pekerjaan tersebut
tetap ia lakukan hingga siang hari. Dari pekerjaannya sebagai guru
honor tersebut ia hanya mendapatkan balas jasa sebesar
Rp500.000,00, sesuai UMP guru di Kabupaten Grobogan. Meskipun
begitu, Pak Rudi menjalaninya dengan penuh keikhlasan demi
mengamalkan ilmu-ilmunya.
b. Paragraf Deskriptif
Paragraf deskriptif adalah paragraf yang kontennya berhubungan
dengan jenis wacana deskripsi. Wacana deskripsi adalah tipe wacana
yang berisi penggambaran atau pemaparan dengan jelas, rinci dan
lengkap mengenai suatu hal, baik seseorang, suasana, benda, tempat,
sifat, hewan maupun tumbuhan tertentu. Secara etimologis deskriptif
berasal dari bahsa latin yaitu describere berarti membuat gambaran
dan descriptio artinya pembeberan atau penggambaran.
Dalam mengembangkan paragraf ini penulis menjabarkan sesuatu
secara lengkap, cermat dan terperinci. Sehingga pembaca
mendapatkan gambaran jelas tentang hal yang diceritakan.
Contoh wacana yang menggunakan paragraf deskriptif :
Langit Grobogan mulai terang. Walau jalan raya sempit, tidak sedikit
kendaraan yang memadatinya dan terdengar menderu. Anak sekolah
memdominasi jalanan tersebut. Pekerja pun turut meramaikan
jalanan dengan terburu-buru. Perlahan keramaian kendaraan di jalan
berkurang hingga siang hari. Meskipun jalanan sempit namun
pepohonan di sekitar jalanan meneduhi para pengguna jalan.
c. Paragraf ekspositori
Paragraf ekspositori adalah paragraf yang kontennya berhubungan
dengan jenis wacana ekspositori. Wacana ekspositori adalah tipe
wacana yang berisi penjelasan, membentangkan dan pemaparan akan
sesuatu, sehingga pembaca memdapatkan pengetahuan dan wawasan
yang telah disampaikan penulis.
Ekspositori berasal dari bahasa latin yaitu exponere yang berarti
membentangkan atau memaparkan. Dalam memaparkannya, penulis
menyebutkan contoh, proses atau bukti-bukti konkret terhadap
sesuatu.
Contoh wacana yang menggunakan paragraf ekspositori :
Kabupaten Grobogan menjadi kabupaten terluas urutan kedua di
Provinsi Jawa Tengah setelah Cilacap. Awalnya kabupaten
Grobogan beribukota di Kecamatan Grobogan namun kemudian
berpindah ke Kecamatan Purwodadi. Makanan khas daerah ini ialah
becek. Beberapa tempat wisata yang bisa kita kunjungi di Kabupaten
Grobogan diantaranya Kedung Ombo, Pemandangan
Jatipohon, api abadi mrapen dan Bledug Kuwu.
d. Paragraf Argumentatif
Paragraf argumentatif adalah paragraf yang kontennya berhubungan
dengan jenis wacana argumentasi. Wacana argumentasi adalah tipe
wacana yang berisi pendapat, pembuktian, pendirian, gagasan, dalih,
dasar atau hujah  terhadap sesuatu.
Argumentatif berasal dari bahasa Latin yaitu rguere berarti
membuktikan atau meyakinkan seseorang dan argumentatio berarti
pembuktian. Dalam mengembangkan paragraf ini, penulis
menjadikan pembaca yakin dengan menyertakan bukti konkret
sesuai dengan fakta-fakta yang ada. Sehingga pembaca dapat
menyakini argumen penulis.
Contoh wacana yang menggunakan paragraf argumentatif :
Polusi udara terjadi di seluruh negara, bahkan di daerah Grobogan
utamanya terjadi di kota purwodadi. Kendaraan bermotor menjadi
sumber utama polusi di daerah ini. Hal ini mengakibatkan udara
menjadi tercemar. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan
mencatat bahwa Tahun 2016 terjadi kenaikan tingkat kendaraan dari
tahun sebelumnya, berakibat naiknya polutan udara sebanyak 125%.
e. Paragraf Persuasif
Paragraf persuasif adalah paragraf yang kontennya berhubungan
dengan jenis wacana persuasi. Wacana persuasi adalah tipe wacana
yang berisi ajakan, bujukan atau himbauan kepada seseorang dengan
memberikan alasan dan prospek bagus bagi yang meyakini,
melaksanakan sesuatu, atau membeli benda tertentu.
Contoh wacana yang menggunakan paragraf persuatif:
Slogan Grobogan Bersemi sudah sepatutnya tidak sekedar klaim
belaka. Kendaraan bermotor yang bejubel telah merampas udara
bersih yang menjadi hak kita sebagai warga Grobogan. Bukan lagi
zamannya kita mengkambing hitamkan orang lain. Langkah
solutifnya, mari semi kan tumbuhan-tumbuhan hijau di sekitar kita.
Uraian penggunaan paragraf beserta contohnya dalam kalimat di atas
diharapkan dapat menjadi acuan bagi anda yang sedang mempelajari
penggunaan paragraf yang baik dan benar. Jenis jenis paragraf di atas
sangat penting digunakan sesuai dengan fungsi dan maksud yang ingin
anda sampaikan melalui tulisan / paragraf yang anda buat.
C. Syarat-Syarat Paragraf
Paragraf yang efektif memenuhi tiga syarat, yaitu:
1. Kesatuan Makna (Koherensi)
Sebuah paragraf dikatakan mengandung kesatuan makna jika seluruh
kalimat dalam paragraf itu hanya membicarakan satu ide pokok, satu
topik, atau satu masalah saja. Jika dalam sebuah paragraf terdapat
kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang dibicarakan, berarti
dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide atau masalah.
2. Kesatuan Bentuk (Kohesi)
Kesatuan bentuk paragraf atau kohensi terwujud jika aliran kalimat
berjalan mulus, lancar, dan logis. Koherensi itu dapat dibentuk dengan
cara repetisi, penggunaan kata ganti, penggunaan kata sambung atau
frasa penghubung antarkalimat.
3. Hanya Memiliki Satu Pikiran Utama
Paragraf yang baik harus hanya memiliki satu pikiran utama atau gagasan
pokok. Jika dalam satu paragraf terdapat dua atau lebih pikiran utama,
paragraf tersebut tidak efektif. Paragraf tersebut harus dipecah agar tetap
memiliki hanya satu pikiran utama. Satu pikiran utama itu didukung oleh
pikiran-pikran penjelas. Pikiran-pikiran penjelas ini lazimnya terwujud
dalam bentuk kalimat-kalimat penjelas yang tentu harus selalu mengacu
pada pikiran utama.
Selain dengan repetisi dan kata ganti, pertalian antarkalimat dapat dijalin
dengan kata atau frasa penghubung. Dalam peranannya sebagai penghubung,
ada beberapa macam kata atau frasa yang dapat dipakai untuk maksud yang
berbeda.
Tabel berikut ini memuat contoh kata dan frasa penghubung lengkap dengan
fungsinya masing-masing.
Fungsi Contoh Kata dan Frasa
Menyatakan hubungan: Akibatnya, karena itu, maka, oleh sebab itu,
Akibat/hasil dengan demikian, jadi

Pertambahan Berikutnya, demikian juga, kemudian, selain itu,


lagi pula, lalu, selanjutnya, tambahan lagi

Perbandingan Dalam hal yang sama, lain halnya dengan,


sebaliknya, lebih baik dari itu, berbeda dengan
itu

Pertentangan Akan tetapi, bagaimanapun, meskipun begitu,


namun, sebaliknya, walaupun demikian

Tempat Berdekatan dengan itu, di sini, di seberang sana,


tak jauh dari sana, di bawah,  persis, di depan …
di sepanjang…
Tujuan Agar, untuk/guna, untuk maksud itu

Waktu Baru-baru ini, beberapa saat kemudian, mulai


sebelum, segera, sesudah, sejak, ketika

Singkatan Singkatnya, ringkasnya, akhirnya, sebagai


simpulan, pendek kata

D. Pola-Pola Pengembangan Paragraf


1. Pola Klimaks-Antikklimaks, merupakan pola yang berisi rincian gagasan
paragraf mulai yang dari yang terbawah hingga yang teratas. Atau, bisa
juga berisi rincian gagasan yang dimulai dari puncak menuju ke gagasan
yang terendah.
Contoh:
Badan Fahmi tersungkur jatuh ke tanah. Sontak, semua orang yang ada di
sekitarnya panik dan membopong badan Fahmi ke klinik terdekat.
Selama di klinik, Fahmi belum sadarkan diri juga. Beberapa saat
kemudian, keluarga Fahmi pun datang ke klinik untuk melihat
kondisinya. Sontak, keluarga Fahmi pun menjadi cemas hatinya tatkala
melihat Fahmi yang terkulai lemas di pembaringan klinik.
2. Pola Kausalitas, merupakan pola paragraf yang berisi sebab akibat suatu
hal, di mana sebab  menjadi gagasan utama, dan akibat menjadi
penjelasnya.
Contoh:
Pendidikan moral sudah semestinya diterapkan lagi dalam kegiatan
proses belajar dewasa ini. Sebab, anak-anak zaman sekarang sudah
semakin jauh dari nilai moralitas. Hal ini bisa dilihat dari maraknya
kenakalan remaja dan pergaulan bebas yang mereka lakukan. Untuk itu,
pendidikan moral harus kembali diterapkan di dalam proses belajar
mengajar anak agar mereka menjadi anak yang bermoral baik.
3. Pola Sudut Pandang, merupakan pola yang berisi sudut pandang penulis
terhadap suatu hal.
Contoh :
Ini adalah tahun keduaku sekolah di SMAN 7. Aku mengambil jurusan
IPS dan kini aku berada di kelas X1 IPS 6. Di sini, aku berkenalan
dengan sejumlah teman baru yang belum pernah kutemui sebelumnya.
Salah satu diantara teman baru tersebut adalah Anwar. Dia adalah satu
murid kelas kami yang menyenangkan, karena dia murid yang ramah
serta sering membantu teman-teman lainnya.
4. Pola Definisi Luas, merupakan pola yang berisi definisi suatu hal atau
gagasan abstrak yang luas.
Contoh:
Navigasi merupakan fitur pencarian yang terletak di bagian blog. Fitur ini
mempunyai fungsi yang dapat membuat pembaca bisa menemukan tema
atau judul tulisan yang hendak dibaca oleh pembaca di dalam blog
tersebut.
5. Pola Pertentangan, berisi beberapa gagasan paragraf yang saling
bertentangan satu sama lain.
Contoh:
Semangat belajar Alina menurun menjelang ujian kenaikan kelas. Hal ini
bisa dilihat dari seringnya dia terlambat masuk ke kelas, serta dalam
mengumpulkan tugas. Selain itu, Alina sering sekali terlihat tidak fokus
saat belajar di dalam kelas. Kondisi yang dialami Alina tersebut berbeda 
dengan apa yang dialami Alisya saat ini. Semangat belajarnya justru
semakin tinggi, dan dia pun semakin rajin dan fokus dalam belajar.
6. Pola Perbandingan,  berisi beberapa gagasan yang diperbandingan satu
sama lain.
Contoh:
Tempe mengandung zat protein yang lebih banyak ketimbang tahu. Hal
itu disebabkan proses pembuatan tempe lebih sedikit dibanding dengan
proses pembuatan tahu. Adapun zat protein yang dimiliki tempe adalah
sebear 15,4 gram, 5,4 gram lebih besar dibanding protein pada tahu.

7. Pola Generalisasi,  merupakan pola yang berisi simpulan


umum dari beberapa gagasan khusus. Atau, bisa juga berisi
pengembangan dari gagasan yang bersifat umum.
Contoh:
Pendidikan moral harus diajarkan sejak kecil di lingkungan keluarga.
Adapun cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mengajarkan nilai-nilai
moral ke anak adalah dengan memberikan kisah-kisah tentang orang
yang mempunyai moral yang baik. Selain itu, orang tua juga mesti bisa
mencontohkan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari.
8. Pola Klasifikasi, merupakan pola yang pengelompokkan suatu topik
tertentu ke dalam kelompok tertentu, Pola ini biasanya
mengandung kata antara lain, dibagi,  dan sejenisnya.
Contoh:
Alat musik yang biasanya dimainkan dalam sebuah grup musik (band)
dibagi atas beberapa macam, yaitu gitar, bass, drum, piano atau kibord.
Sementara itu, orang-orang yang memainkan alat-alat tersebut
dikelompokkan menjadi gitaris, bassis, drumer, dan kibordis.
9. Pola Analogi, merupakan pola yang berisi perumpamaan suatu hal
dengan hal lainnya.
Contoh:
Seekor kuda akan merasa keletihan jika terus-menerus dipacu. Begitu
pula manusia. Saat manusia dipaksa untuk terus bekerja, maka manusia
pun akan mengalami keletihan yang teramat sangat. Untuk itu,
istirahatkanlah tubuh sejenak di sela-sela waktu kerja agar tidak
keletihan.
10. Pola Contoh, merupakan pola paragraf yang berisi contoh dari topik atau
gagasan yang bertujuan untuk menguatkan gagasan tersebut.
Contoh:
Selain digoreng, tempe ternyata bisa diolah menjadi varian olahan lain
yang tidak kalah enak. Misalnya saja tempe bacem. Olahan dari tempe ini
dibuat dengan cara merebus tempe bersamaan dengan berbagai macam
bumbu yang membuat tempe menjadi berwarna kecoklatan.
KARYA TULIS ILMIAH DALAM BAHASA INDONESIA
A. Pengertian Karya Tulis Ilmiah
Karya ilmiah adalah karangan yang memaparkan pendapat, hasil pengamatan,
tinjauan, dan penelitian dalam bidang tertentu yang disusun menurut metode
tertentu dengan sistematika penulisan, bersantun bahasa, dan isi yang
kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.
Pengertian karya ilmiah menurut para Ahli:
1. Menurut Sudjiman dan Sugono (1991) adalah karya tulis dengan
penyusunan berdasarkan kajian ilmiah. Sedangkan menurut
Suriasumantri (1995) dalam Finoza (2010), karya tulis ilmiah adalah
tulisan yang memuat argumentasi penalaran keilmuan serta
dikomunikasikan lewat bahasa tulisan yang baku dengan sistematis-
metodis dan sintesis analitis.
2. Menurut Eko Susilo (1995) karya ilmiah adalah salah satu karangan atau
tulisan yang didapat sesuai sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil
pengamatan, pemantauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun
menurut metode tertentu serta sistematika penulisan yang bersantun
bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau
keilmiahannya.
3. Menurut Dwiloka dan Riana, karya ilmiah atau artikel ilmiah merupakan
karya seorang ilmuwan (pembangunan) yang hendak membangun ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni yang didapat melalui literatur,
pengalaman, serta penelitian.
4. Menurut Drs. Totok Djuroto dan Dr. Bambang Supriyadi, pengertian
karya ilmiah adalah serangkaian kegiatan penulisan yang berlandaskan
pada hasil penelitian yang disusun secara sistematis mengikuti
metodologi ilmiah, yang bertujuan untuk mendapatkan jawaban ilmiah
dari suatu permasalahan.
Pengertian karya tulis ilmiah menurut KBBI merupakan karya tulis yang
dibuat menggunakan prinsip-prinsip ilmiah dan berdasarkan fakta (observasi,
eksperimen, dan kajian pustaka).
Pengertian karya tulis ilmiah menurut wikipedia adalah laporan tertulis
diterbitkan yang mengungkapkan hasil penelitian atau pengkajian yang
dilakukan oleh seseorang atau tim dengan memenuhi kaidah serta etika
keilmuan yang ditaati oleh masyarakat keilmuan.
B. Ciri-ciri Karya Tulis Ilmiah
1. Reproduktif
Artinya karya ilmiah ditulis oleh peneliti atau penulis harus diterima dan
dimaknai oleh pembacanya sesuai dengan makna yang ingin
disampaikan. Pembaca harus bisa langsung memahami konten dari karya
ilmiah.
2. Tidak Ambigu
Ciri ini ada kaitannya dengan reproduktif. Sebuah karya ilmiah harus
memberikan pemahaman secara detil dan tidak dikemas dengan bahasa
yang tidak membingungkan. Dengan begitu, maksud dari karya ilmiah itu
bisa langsung diterima oleh pembacanya.
3. Tidak Emotif
Artinya, karya ilmiah ditulis tidak melibatkan aspek perasaan dari
penulisnya. Sebab, karya ilmiah harus memaparkan fakta yang
didapatkan dari hasil analisis penelitian, bukan dari perasaan subjektif
dari penulisnya.
4. Menggunakan Bahasa Baku
Menggunakan bahasa baku agar mudah dipahami. Penggunaan bahasa
baku itu meliputi setiap aspek penulisannya. Mulai dari penulisan
sumber, teori, hingga penulisan kesimpulan. Ketidakbakuan pada tulisan
karya ilmiah hanya akan membuat pembacanya bingung dan apa yang
ingin disampaikan dalam tulisan tidak dipahami pembaca.
5. Menggunakan Kaidah Keilmuan
Penulisan karya ilmiah harus menggunakan kaidah keilmuan atau istilah-
istilah akademik dari bidang penelitian si penulis. Hal itu bertujuan untuk
menunjukkan bahwa peneliti atau penulisnya memiliki kapabilitas pada
bidang kajian yang dibahas dalam karya ilmiah. Penggunaan kaidah atau
istilah ilmiah itu juga menjadi takaran seberapa ahli peneliti pada bidang
keilmuannya.
6. Bersifat Dekoratif
Artinya penulis karya ilmiah harus menggunakan istilah atau kata yang
memiliki satu makna. Rasional artinya penulis harus menonjolkan
keruntutan pikiran yang logis dan kecermatan penelitian. Kedua hal itu
penting karena karya ilmiah harus bisa menyampaikan maksud dari
penelitian yang dilakukan oleh penulis tanpa membingungkan.
7. Terdapat Kohesi
Artinya karya ilmiah harus memiliki kesinambungan antar bagian dan
babnya dan bersifat straight forward maksudnya ialah tidak bertele-tele
atau tepat sasaran. Sebuah karya ilmiah setiap bagian atau babnya harus
memiliki alur logika yang saling bersambung. Selain itu,
penyampaiannya harus tepat sasaran dengan apa yang ingin disampaikan.
8. Bersifat Objektif
Karya ilmiah harus bersifat objektif. Hal ini sangat penting karena karya
ilmiah tidak dibuat berdasarkan perasaan penulisnya. Karya ilmiah harus
menunjukkan fakta-fakta dan data-data dari hasil analisisnya. Jadi, tidak
memiliki kecondongan subjektifitas.
9. Menggunakan Kalimat Efektif
Dan, penulisan karya ilmiah harus menggunakan kalimat efektif. Ciri ini
berkaitan dengan semua ciri sebelumnya. Tujuan penggunaan kalimat
dalam karya ilmiah agar pembaca tidak dipusingkan dengan penggunaan
kalimat yang berputar-putar. Penggunaan kalimat seperti itu hanya akan
membuat pembaca bingung.
C. Jenis-jenis Karya Ilmiah
Beberapa jenis karya ilmiah yang paling banyak diterbitkan oleh manusia
adalah sebagai berikut :
1. Makalah
Makalah merupakan karya ilmiah yang menyajikan sebuah masalah yang
penyelesaianya mengandalkan berbagai macam data yang ada di
lapangan. Karya ilmiah ini bersifat empiris dan juga objektif. Dalam
penyajiannya, makalah biasanya dipresentasikan dalam sebuah kegiatan
seminar.
Sistematika Makalah ada tiga bagian, yaitu:
a. Pendahuluan (Bagian awal)
b. Pembahasan (Bagian inti)
c. Kesimpulan (Bagian Penutup)
2. Artikel
Dalam konteks jurnalistik, pengertian karya ilmiah artikel merupakan
karya ilmiah yang memuat pendapat subjektif pembuatnya mengenai
sebuah peristiwa ataupun masalah tertentu, sedangkan jika dipandang
dari sudut pandang ilmiah, artikel dapat diartikan sebagai karya tulis
yang sengaja dirancang untuk dimuat dalam jurnal ataupun kumpulan
artikel yang dibuat dengan memperhatikan kaidah penulisan ilmiah dan
mengikuti pedoman ilmiah yang berlaku.
Sistematika Artikel:
a. Judul
b. Nama Penulis -- tanpa gelar akademik
c. Abstrak --ringkasan tulisan, gambaran umum isi artikel.
d. Kata Kunci --3-5 keywords.
e. Pendahuluan -- latar belakang masalah dan rumusan singkat (1-2
kalimat) pokok bahasan dan tujuannya.
f. Kerangka Teori (Kajian Teori) --dasar teori yang menjadi acuan.
g. Pembahasan --kupasan, analisis, argumentasi, komparasi, keputusan,
dan pendirian atau sikap penulis
h. Penutup -- simpulan dan saran
i. Daftar Pustaka
3. Skripsi
Skripsi merupakan karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa untuk bisa
mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi memuat tulisan berisi pendapat
penulis dengan mengacu ataupun berdasarkan teori yang telah diterbitkan
sebelumnya.
4. Kertas Kerja
Kertas Kerja atau Work paper pada dasarnya sama dengan makalah,
namun dibuat dengan analisis yang lebih mendalam dan tajam serta
dipresentasikan pada seminar atau lokakarya yang biasanya dihadiri oleh
ilmuwan.
5. Paper
Paper adalah sebutan khusus untuk makalah di kalangan mahasiswa
dalam kaitannya dengan pembelajaran dan pendidikannya sebelum
menyelesaikan jenjang studi Diploma, S1, S2 dan atau S3. Sistematika
penulisannya pun sama dengan artikel dan makalah, tergantung panduan
yang berlaku di perguruan tinggi yang bersangkutan.
6. Tesis
Tesis adalah karya tulis ilmiah mahasiswa untuk menyelesaikan program
studi S2 atau Pascasarjana yang bersifat lebih mendalam dibandingkan
dengan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang didapat
dari penelitian yang dilakukan individu yang bersangkutan.
7. Disertasi
Disertasi atau Ph.D thesis diperuntukkan bagi mahasiswa program S3
atau meraih gelar Doktor/Dr. yang mengemukakan analisis yang dapat
dibuktikan oleh penulis berdasarkan dengan data dan fakta yang sahih
atau valid dengan analisis yang terinci. Disertasi berisi suatu temuan
penulis sendiri yang berupa temuan orisinal.

D. Memilih Topik dan Judul


1. Topik
Pada karya ilmiah, Topik adalah hal paling dasar yang harus ditentukan
terlebih dahulu. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan topik yaitu ;
a. Sesuai dengan prodi/bidang ilmu yang dikuasai
b. Menarik, utamanya bagi peneliti itu sendiri
c. Problematik, harus dapat menyelesaikan suatu permasalahan, baik
yang diperkirakan akan menjadi masalah ataupun sudah menjadi
masalah. Masalah tidaklah selalu negatif, bisa jadi masalah bersifat
positif.
d. Mengandung pengetahuan dasar, karena topik bersifat mendasar.
e. Terbatas, walaupun bersifat dasar dan umum, topik haruslah tetap
terbatas akan suatu bidang tertentu.
f. Memperhatikan proses pengumpulan data
g. Bermanfaat
Dalam pembuatan topik perhatikan pokok masalah yang ada, lalu
tuangkan dalam dua kata agar memiliki sifat keterbatasan, contoh-contoh
topik:
a. Mesin > Mesin Magnetik / Material Mesin
b. Jembatan > Struktur Jembatan/ Kontruksi Jembatan
c. Minyak > Minyak Goreng
d. magnet > magnet neodymium
e. GMAW kecepatan tinggi > humpping bead GMAW kecepatan
tinggi
f. baja paduan rendah > ketangguhan baja paduan rendah
g. Dari OJT atau kerja praktek di departemen inspection di perusahaan
bidang migas, maka akan di jumpai topik:
1) erosi korosi
2) korosi sumuran
3) box-up repair
4) patching repair
5) marine growth preventer
6) coating blistering
7) interferensi arus
2. Tema
Tema merupakan topik yang sudah bertujuan. Sederhananya tema adalah
topik yang sudah dberikan kata operasional ( mengandung pe-an),
contoh:
a. Topik : Material Mesin, Tema : (Perawatan) (Material Mesin)/
Pemilihan Material Mesin.
b. Topik : Struktur Jembatan/ Kontruksi Jembatan, Tema : (penguatan)
(Struktur Jembatan/ Kontruksi Jembatan)
c. Topik : Minyak Goreng, Tema : (Pembuatan) (Minyak Goreng)
d. Topik : metode manufaktur baru, Tema : (Pengembangan) (metode
manufaktur baru)
e. Topik : humpping bead GMAW kecepatan tinggi , Tema :
(humpping bead) (GMAW kecepatan tinggi)
3. Judul
Judul memiliki sifat lebih spesifik ketimbang topik dan tema, perubahan
dari tema ke judul cukup ditambahkan keterangan seperti tempat, metode
penelitian,dll. Contohnya:
a. Judul : Perawatan Material Mesin di Bengkel A dengan Metode X
b. Judul : (penguatan) (Struktur Jembatan/ Kontruksi Jembatan) dengan
metode XXXXX
c. Judul : (Pembuatan) (Minyak Goreng) dari jagung
d. Judul : (Pengembangan) (metode manufaktur baru) untuk (magnet
neodimium)
e. Judul : (Pengaruh aliran fluida) terhadap (humpping bead) pada
( GMAW kecepatan tinggi)

E. Teknik Penulisan Karya Ilmiah


1. Bagian Pembuka
a. Kulit Luar/Kover
Halaman ini memuat 1) Judul karangan ilmiah lengkap dengan anak
judul (jika ada) 2) Keperluan Penyusunan 3) Nama Penyusun 4) logo
lembaga pendidikan 5) Nama Lembaga Pendidikan 6) Nama Kota 7)
Tahun Penyusunan
b. Halaman persetujuan
Halaman persetujuan ini memuat 1) judul karya ilmiah, 2) nama siswa
yang menyusun karya ilmiah beserta nomor induk siswa, 3) tanda
tangan dan nama terang pembimbing, dan 4) kata persetujuan
c. Halaman Pengesahan
Halaman ini memuat bukti pengesahan administratif dan akademik oleh
kepala sekolah. Halaman ini memuat 1) judul karya ilmiah, 2) nama
siswa yang menyiapkan karya ilmiah, 3) kalimat pengesahan beserta
tanggal, bulan, dan tahun, 4) tanda tangan dan nama terang guru
pembimbing dan kepala sekolah serta cap stempel.
d. Abstrak
Abstrak disusun dengan komponen-komponen sebagai berikut: 1) nama
siswa, ditulis dari belakang (seperti penulisan nama pengarang pada
daftar pustaka) apabila terdiri dari dua bagian nama atau lebih, 2) tahun
pembuatan, 3) judul karya ilmiah (dalam tanda petik, huruf kapital
hanya pada awal setiap kata), 4) kata Karya Ilmiah ditulis miring, 5)
nama kota, 6) nama sekolah.
Penulisan isi abstrak tersebut dituangkan dalam tiga paragraf dengan
spasi tunggal. Paragraf pertama berisi uraian singkat mengenai latar
belakang masalah dan tujuan penelitian. Paragraf kedua berisi metode
penelitian, mencakup populasi dan sampel, teknik pengumpulan data,
instrumen penelitian, dan teknik analisis data.
e. Kata.Pengantar
Kata pengantar dibuat untuk memberikan gambaran umum kepada
pembaca tentang penulisan karangan ilmiah. Kata pengantar hendaknya
singkat tapi jelas. Yang dicantumkan dalam kata pengantar adalah (1)
puji syukur kepada Tuhan, (2) keterangan dalam rangka apa karya
dibuat, (3) kesulitan/ hambatan yang dihadapi, (4) ucapan terima kasih
kepada pihak yang membantu tersusunnya karangan ilmiah, (5)
harapanpenulis, (6) tempat, tanggal, tahun, dan nama penyusun
karangan ilmiah.
f. Daftar isi
Daftar isi ini memuat secara rinci isi keseluruhan karya ilmiah beserta
letak nomor halamannya, mulai dari halaman judul sampai dengan
lampiran. Komponen isi karya ilmiah ini dicantumkan dalam daftar isi
antara lain meliputi judul-judul bab dan subbab. Penulisan daftar isi
harus mempertahankan konsistensi dalam pencantuman komponen-
komponen tersebut secara jelas, dan terperinci.
g. Daftar Tabel, gambar, grafik, bagan/skema, singkatan/lambang (jika
ada)
Daftar tabel, gambar, , grafik, bagan/skema, singkatan/lambang berisi
nomor urut halaman tempat tabel, gambar, , grafik, bagan/skema,
singkatan/lambang tersebut disajikan. Tiap-tiap jenis dikelompokkan
dan diberi nomor urut tersendiri. Tajuk daftar tabel, gambar, , grafik,
bagan/skema, singkatan/lambang dituliskan dengan huruf kapital
semua, dan terletak di tengah-tengah penulisan.

2. Bagian.Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah.
Bagian ini memuat alasan penulis mengambil judul itu dan manfaat
praktis yang dapat diambil dari karangan ilmiah tersebut. Alasan-
alasan ini dituangkan dalam paragraf-paragraf yang dimulai dari hal
yang bersifat umum sampai yang bersifat khusus.
b. Rumusan masalah.
Permasalahan yang timbul akan dibahas dalam bagian pembahasan,
dan ini ada kaitannya dengan latar belakang masalah yang sudah
dibahas sebelumnya. Permasalahan ini dirumuskan dalam kalimat-
kalimat pertanyaan secara jelas.
c. Ruang Lingkup.
Ruang lingkup ini menjelaskan pembatasan masalah yang dibahas.
Pembatasan masalah hendaknya terinci dan istilah istilah yang
berhubungan dirumuskan secara tepat. Rumusan ruang lingkup harus
sesuai dengan tujuan pembahasan.
d. Tujuan.
Bagian ini mencantumkan garis besar tujuan pembahasan dengan jelas
dan tujuan ini ada kaitannya dengan rumusan masalah dan
relevansinya dengan judul.
e. Landasan Teori.
Landasan teori berisi prinsip-prinsip teori yang mempengaruhi dalam
pembahasan. Teori ini juga berguna untuk membantu gambaran
langkah kerja sehingga membantu penulis dalam membahas masalah
yang sedang diteliti secara mendalam.
f. Hipotesis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hipotesis adalah sesuatu
yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori,
proposisi, dsb) meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan
dengan demikian hipotesis merupakan kesimpulan/perkiraan yang
dirumuskan dan untuk sementara diterima, serta masih harus
dibuktikan kebenarannya dengan data-data otentik yang ada, pada
bab-bab berikutnya. Hipotesis harus dirumuskan secara jelas dan
sederhana, serta jelas.

g. Sumber data atau kajian pustaka.


Sumber data atau kajian pustaka yang digunakan penulis karangan
ilmiah biasanya adalah kepustakaan, tempat kejadian peristiwa (hasil
observasi), interview, seminar, diskusi, dan sebagainya termasuk juga
mengutip dari berbagai sumber.
h. Metode, dan teknik.
Metode Pengumpulan Data, metode pengumpulan data adalah cara
mencari data bagi suatu penulisan, ada yang secara deduktif dan atau
induktif. Mencari data dapat dilakukan dengan cara studi pustaka,
penelitian lapangan, wawancara, dll.
Teknik Penelitian adalah penjabaran metode penelitian, sistem
atau metode penelitian dengan meneliti langsung objeknya, teknik
penelitian yang dapat digunakan ialah teknik wawancara, angket,
daftar kuesioner, dan observasi. Semua ini disesuaikan dengan
masalah yang dibahas.
3. Bagian Isi
a. BAB II/Landasan Teori
Sementara pada bagian bab II adalah penulisan landasan teori dan
tinjauan pustaka. Di sini Anda bisa menuliskan referensi apa saja yang
Anda gunakan untuk menunjang penelitian Anda. Landasan teori juga
harus ditulis secara terstruktur sesuai dengan tahapan pembahasan
penelitian. Selanjutnya akan diteruskan pada bab pembahasan.
b. BAB III/Pembahasan / Penyajian Hasil Penelitian
Dalam bagian inti ini dalam penelitian karya tulis ilmiah memaparkan
penelitian yang dilakukan dengan mengambil studi kasus pada bagian
pendahuluan. Dalam bagian inti pembahasan dalam karya tulis ilmiah
diuraikan terkait landasan teori yang mendukung penelitian yang
dilakukan.
Pengambilan landasan teori ini bisa dari perkataan para ahli yang
melakukan bidang studi yang terkait dengan studi penelitian yang
dilakukan. Bahkan, bisa membuat landasan teori baru jika benar-benar
studi penelitian dalan karya tulis ilmiah merupakan studi yang unik dan
menarik.
Kemudian, pada bagian inti dari penulisan karya tulis ilmiah ini
memberikan pokok-pokok yang diambil dalam melakukan penelitian.
Apakah penelitian ini menggunakan rumus khusus atau berupa
kuesioner studi lapangan perlu dipaparkan dengan jelas. Sehingga, data
yang akan ditampilkan dalam studi penelitian ini jelas dan gamblang.

4. Bagian Penutup
a. Kesimpulan, dan Saran
Pada bagian penutup ini memaparkan kesimpulan akhir dari penelitian
karya tulis ilmiah yang dilakukan. Apakah penelitian yang dilakukan
mampu memberi solusi terhadap permasalahan yang diangkat ataukah
sebagai batu loncatan awal untuk penelitian lanjutan pun harus
dipaparkan.
Lalu, disamping memaparkan n kesimpulan yang didapatkan. Pada
bagian ini juga perlu memberikan penjelasan terkait saran dan harapan
kedepannya untuk karya tulis ilmiah tersebut.
Agar dapat menjadi landasan teori berikutnya saat membuat karya tulis
ilmiah yang mengangkat tema yang sama walu dengan tempat yang
berbeda. Pada bagian terdapat kesimpulan, dan saran. Pada bagian
kesimpulan, berisi tentang kesimpulan penelitian. Biasanya jawaban
dari rumusan masalah.

b. Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan daftar yang berisi semua buku atau tulisan
ilmiah yang menjadi rujukan dalam melakukan penelitian. Maksudnya
ketika Anda ingin menulis karya ilmiah yang bisa berupa artikel,
makalah, atau presentasi Anda harus membuat daftar pustaka atau
mudahnya itu harus mencantumkan sumber rujukan penelitian.
Jika membuat tulisan ilmiah tapi sumber rujukannya (daftar pustaka)
salah atau bahkan tidak ada, maka tulisan ilmiah tersebut dikatakan
tidak dapat dipercaya alias hoaks..
Tajuk daftar pustaka dituliskan dengan huruf kapital semua tanpa diberi
tanda baca dan dituliskan di tengah-tengah. Dalam daftar pustaka
dicantumkan semua kepustakaan, baik yang dijadikan acuan
penyusunan karangan maupun yang dijadikan bahan bacaan, termasuk
artikel, makalah, skripsi, disertasi, buku, dan lain-lain.
Semua acuan dalam daftar pustaka disusun menurut abjad nama
pengarang atau lembaga yang menerbitkan. Jadi, daftar pustaka tidak
diberi nomor urut. Jika tanpa nama pengarang atau lembaga, yang
menjadi dasar urutan adalah judul pustaka. Contoh penulisan daftar
pustaka: Eneste, Panusuk. 1983. Mempertimbangkan Tradisi. Jakarta:
Gramedia.
Untuk majalah atau jurnal mengikuti sistematika sebagai berikut: nama
penulis, tahun terbit, judul tulisan, nama majalah/jurnal dengan
singkatan resminya, nomor penerbitan dan halaman.
c. Penulisan Lampiran (jika diperlukan)

Anda mungkin juga menyukai