Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling di
Madrasah/Sekolah
Dosen Pengampu: Peni Ramanda, M.Pd.
Disusun Oleh :
Kelompok 9
Iqbal Ibnu Rasyid 181210084
Latifah 181210112
Ahmad Zulkarnain 181210115
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat Rahmat, Karunia dan Hidayah-Nya, kami bisa menyelsaikan
makalah tentang “Teknik dan Pelaksanaan Bimbingan Konseling Individual” ini .
Yang diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling di
Madrasah/Sekolah. Sholawat serta salam semoga senantiasa selalu tercurah
limpahkan kepada junjungan besar kita yakni Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah seperti sekarang ini.
Sebelumnya, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam mengerjakan dan menyelsaikan makalah ini. Kami juga
ingin meminta maap yang sebesar-besarnya karena dalam pembuatan makalah ini
masih sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk lebih baik lagi kedepannya.
Semoga makalah ini bisa memberikan informasi yang bermanfaat serta dapat
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Aamiin.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .................................................................................. 3
B. Rumusan masalah ............................................................................. 3
C. Tujuan ............................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Konselong Individu ........................................................ 4
B. Teknik Umum dan Khusus Konse;ing Individu................................ 5
C. Penggunaan Teknik Umum dan Khusus Konse;ing Individu........... 6
D. Rambu-rambu Konseling .................................................................. 13
A. Latar Belakang
1
Dewa Ketut Sukardi dan Nila Kusmawati, Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2008).
2
Prayitno Dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta,
2015)
mendorong manusia untuk memperoleh kekuatan, kekuasaan, kebebasan,
keunggulan, dan kesempurnaan, atau rasa superioritas melalui upaya-upaya
kompensasi. Perkembangan perilaku dan pribadi manusia selalu digerakkan
dari kondisi serba kekurangan (inferirority) kearah kelebihan (superiority).
Namun demikian konsep superioritas ini tidak berarti harus lebih kuat atau
lebih pintar dari orang lain, tetapi lebih kepada superior dalam dirinya sendiri
(superior within himself atau superiroity over self).3
Dari pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa bimbingan konseling
adalah layanan atau bantuan yang diberikan konselor kepada konseli untuk
membantu menyelsaikan masalah pribadinya.
B. Teknik Umum Dan Khusus Konseling Individu
1. Teknik Umum Konseling Individual
Teknik umum merupakan teknik konseling yang lazim digunakan
dalam tahapan-tahapan konseling dan merupakan teknik dasar konseling
yang harus dikuasai oleh konselor.4 Adapun yang termasuk teknik umum
konseling adalah:
a. Perilaku Attending
b. Empati
c. Refleksi
d. Eksplorasi
e. Menangkap perasaan (pharaprasing)
f. Pertanyaan terbuka (open question)
g. Pertanyaan tertutup (closed question)
h. Dorongan minimal (minimal encouragement)
i. Interpretasi
j. Mengarahkan (directing)
k. Menyimpulkan sementara (summarizing)
l. Memimpin (leading)
3
Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang,
2005).
4
Neni Noviza, Hartika Utami Fitri, Teknik Umum dan Teknik Khusus Dalam Konseling
Individual,Palembang : Noerfikri Offset, 2018)
m. Fokus
n. Konfrontasi
o. Menjernihkan (clarifying)
p. Memudahkan (facilitating)
q. Diam
r. Mengambil inisiatif
s. Memberi nasehat
t. Pemberian informasi
u. Merencanakan
v. Menyimpulkan.5
2. Teknik Khusus Konseling Individual
Teknik khusus merupakan teknik yang tak lazim digunakan,
dikarenakan teknik ini khusus dikembangkan dari berbagai pendekatan
konseling, seperti pendekatan Behaviorism, Rational Emotive Theraphy,
Gestalt, dan lain sebagainya.6
5
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik,
(Jakarta: Kencana, 2011)
6
Amti Erman dan Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
1999)
b. Empati
Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang
dirasakan klien, merasa dan berfikir, bersama klien dan bukan untuk
atau tentang klien. Empati dilakukan bersama attending, tanpa perilaku
attending mustahil terbentuk empati. Empati ada dua macam, yaitu: 1)
Empati primer yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami
perasaan, pikiran, keinginan, dan keinginan klien, dengan tujuan agar
klien dapat terlibat dan terbuka. 2) Empati tingkat tinggi yaitu keikutan
konselor membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan
isi hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk
penderitaannya.
c. Refleksi
Refleksi adalah konselor memantulkan kembali kepada klien
tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman klien sebagai hasil
pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Refleksi ada
tiga yaitu refleksi perasaan, refleksi pengalaman dan refleksi pikiran.
d. Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pengalaman,
dan pikiran klien. Eksplorasi memungkinkan klien untuk bebas
berbicara tanpa rasa takut, tertekan, dan terancam. Eksplorasi ada tiga
macam yaitu eksplorasi perasaan, eksplorasi pengalaman, eksplorasi
pikiran.
e. Menangkap Pesan Utama (Parapharasing)
Menangkap pesan (parapharasing) adalah teknik untuk menyatakan
kembali esensi atau inti yang diungkapkan oleh klien dengan teliti
mendengarkan pesan utama klien, mengungkapkan kalimat yang
mudah dan sederhana. Intinya adalah agar dapat menyampaikan
kembali inti pernyataan klien secara lebih sederhana.
f. Pertanyaan Terbuka (Open Question)
Pertanyaan terbuka yaitu teknik umum untuk memancing klien
agar mau berbicara mengungkapkan perasaan pengalaman dan
pemikirannya dapat digunakan dengan teknik pertanyaan
terbuka.Pertanyaan terbuka yang baik dimulai dengan kata-kata;
apakah, bagaimana, adakah, bolehkah, dan dapatkah.
g. Pertanyaan Tertutup (Closed Question)
Bentuk-bentuk pertanyaan yang sering dimulai dengan kata-kata;
apakah, adakah, dan harus dijawab oleh klien dengan kata ya atau tidak
atau dengan kata-kata singkat.
h. Dorongan Minimal
Suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang
dikatakan klien, dan memberikan dorongan singkat seperti oh…, ya…,
terus…, lalu…, dan… tujuannya agar klien semakin semangat
menyampaikan masalahnya
i. Interpretasi
Yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan perilaku
atau pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan
pandangan subyektif konselor. Tujuannya adalah untuk memberikan
rujukan dan pandangan atas prilaku klien agar klien mengerti dan
berubah melalui pemahaman dan hasil rujukan tersebut
j. Mengarahkan (Directing)
Yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan
sesuatu. Misalnya menyuruh klien untuk bermain peran dengan
konselor atau menghayalkan sesuatu.
k. Menyimpulkan Sementara
Pembicaraan antara konselor dan klien maju secara bertahap ke
arah pembicaraan yang makin jelas maka setiap periode waktu tertentu
konselor bersama klien menyimpulkan pembicaraan yang telah
dilakukan.
l. Memimpin
Bertujuan untuk mengarahkan pembicaraan konseli agar tidak
menyimpang dari permasalahan sehingga tujuan konseling yang utama
dapat tercpai.
m. Konfrontasi
Teknik yang menantang klien untuk melihat adanya inskonsistensi
antara perkataan dengan bahasa tubuh, ide awal dengan ide berikutnya,
senyum dan kepedihan dan sebagainya.
n. Menjernihkan
Teknik untuk menjernihkan atau memperjelas ucapan-ucapan klien
yang samar-samar, kurang jelas dan agak meragukan.
o. Memudahkan
Yaitu teknik untuk membuka komunikasi agar klien dengan mudah
berbicara, menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara
bebas.
p. Diam
Konselor menunggu klien yang sedang berfikir sejenak antara 5-10
detik.
q. Mengambil Inisiatif
Dilakukan konselor manakala klien kurang bersemangat untuk
berbicara, sering diam, dan kurang berpartisipatif.
r. Memberikan Nasehat
Jika klien meminta nasehat konselor harus mempertimbangkan
apakah pantas atau tidak.
s. Pemberian Informasi
Dalam hal ini informasi yang diminta klien sama halnya dengan
pemberian nasehat. Jika konselor tidak memiliki informasi sebaiknya
dengan jujur katakan tidak mengetahuinya, namun bila konselor
mengetahui informasi upayakan klien supaya tetap mengusahakannya.
t. Merencanakan
Teknik ini digunakan menjelang akhir sesi konseling untuk
membantu agar klien dapat membuat rencana atau tindakan, perbuatan
yang produktif untuk kemajuan klien.
u. Menyimpulkan
Bersamaan dengan berakhirnya sesi konseling, maka sebaiknya
konselor dapat menyimpulkan hasil pembicaraan secara keseluruhan
yang menyangkut tentang pikiran, perasaan klien sebelum dan setelah
mengikuti proses konseling. Selain itu bantulah klien untuk
memantapkan rencanarencana yang telah disusunnya.7
7
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik,
(Jakarta: Kencana, 2011)
Rasional Emotive Therapy merupakan terapi yang komprehensif,
aktif-direktif, filosofis dan empiris berdasarkan psikoterapi yang
berfokus pada penyelesaian masalah-masalah gangguan emosional dan
perilaku, serta menghantarkan individu untuk lebih bahagia dan hidup
yang lebih bermakna.
Tujuan utama RET berfokus pada membantu konseli untuk
menyadari bahwa mereka dapat hidup rasional dan produktif. RET
juga mendorong konseli untuk lebih toleran terhadap diri sendiri dan
orang lain, serta mengajak mereka untuk mencapai tujuan pribadi.
Teknik-teknik konseling rational emotive therapy:
1. Assertive adaptive, Teknik yang digunakan untuk melatih,
mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus
menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan.
Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri
klien.
2. Bermain peran, Teknik untuk mengekspresikan perasaan-perasaan
negatif melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa
sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri
melalui peran tertentu.
3. Imitasi, Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model
tingkah laku tertentu dengan maksud menghadapi dan
menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif.
c. Gestalt
Pendekatan konseling Gestalt berpandangan bahwa manusia
dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap
individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-
bagian organ-organ, melainkan merupakan suatu koordinasi semua
bagian tersebut. Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan
integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
Tujuan utama konseling Gestalt adalah membantu klien agar berani
mengahadapi berbagai macam tantangan maupun kenyataan yang
harus dihadapi. Tujuan ini mengandung makna bahwa klien haruslah
dapat berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain
menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk
meingkatkan kebermaknaan hidupnya.
Teknik-teknik konseling Gestalt:
a. Permainan Dialog, Teknik ini dilakukan dengan cara klien
dikondisikan untuk mendialogan dua kecenderungan yang saling
bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan
under dog,
b. Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt
pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di
mana ia berani mengambil resiko
c. Latihan Saya Bertanggung Jawab, Merupakan teknik yang
dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui dan menerima
perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu
kepada orang lain. Menurut Gestalt teknik akan membantu
meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang
mungkin selama ini diingkarinya.
d. Bermain Proyeksi, Dalam teknik bermain proyeksi konselor
meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal
yang diproyeksikan kepada orang lain.
D. Rambu-rambu Konseling
1. Konseli adalah Manusia yang Unik
Konseli merupakan individu unik dalam mengembangkan identitas
untuk diimplementasikan dalam kehidupannya. Mereka perlu dibantu
dalam kapasitas sebagai bagian dari kelompok sehingga tidak merasa
terancam diisolasi dari lingkungan sosialnya. Counseling relationship tidak
akan terlepas dari kondisi obyektif konseli yang direfleksikan sebagai
masalah dan keyakinan system nilai yang dianut. Kondisi ini akan
memberikan ruang bagi konseli untuk menyampaikan masalahnya dalam
kerangka system nilainya.Konseli tidak dianggap sebagai orang yang sakit
mental. Pemaknaan terhadap konseli dengan gangguan mental dipandang
tidak tepat dalam proses bantuan yang memfokuskan pada perubahan
perilaku dan pengalaman. Konseli sebagai individu yang memiliki
kapabilitas dalam memilih tujuan, membuat keputusan dan bertanggung
jawab atas tujuan dan keputusan yang dibuatnya.
2. Konselor tidak Memihak
Posisi konselor dalam berbagai variasi waktu dalam Paradigma,
berperan sebagai partner, konsultan ahli, maupun guru bagi konselinya.
Sikap yang ditunjukkan harus netral dan memiliki sikap moral positif oleh
sebab itu sistem nilai, perasaan dan komitmen harus dibangun. Pada situasi
tertentu konselor dapat bersikap terbuka secara tepat.
3. Konselor tidak pernah Salah dan Membicarakan Orang Ketiga
Keterlibatan konselor akan membawa mekanisme dan tanggung
jawab pengambilan keputusan yang dilakukan konseli. Konselor dalam
melakukan pemahaman terhadap konseli dituntut untuk bertindak secara
intuitif, memberikan evaluasi secara kritis, dan tidak meninggalkan
prinsip-prinsip etis. Konselor diharapkan memiliki pemahaman dan
pendekatan secara humanistic dan holistik sehingga tidak memandang
konseli dalam perspektif mekanis dan sarat dengan muatan-muatan
terapis. Konselor memiliki cara pandang dan mekanisme konseling yang
dapat dipertanggungjawabkan secara etis dan keilmuan, dengan kata lain
segala tindakan konselor mempunyai kaidah dan batasan etis yang dapat
memfasilitasi pengambilan keputusan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sukardi, Dewa Ketut dan Nila Kusmawati. 2008. Proses Bimbingan Dan
Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Prayitno dan Erman Amti. 2015. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta. Cet Ke 3.
Novriza, Neni dan Hartika Utami Fitri. 2018. Teknik Umum dan Teknik Khusus
Dalam Konseling Individual. Palembang : Noerfikri Offset.