Anda di halaman 1dari 16

MASALAH MASALAH SOSIAL DI KOTA SEBAGAI PENGHAMBAT

PEMBANGUNAN

OLEH:
Fitra Amalia
1814068

XI IPS 4
SMAN 1 MAROS
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum WR.WB.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Berima Kepada Rasulullah SAW.

Makalah Geografi ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah Sejarah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Wassalamu’alaikum WR.WB.

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...............................................................……………………………………………………….1
DAFTAR ISI..................................................................................................................................2
BAB I........................................................................................................................................……3
PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................4
1 Apa pengertian masalah sosial?.............................................................................................................4
2. Apa pengertian kota?............................................................................................................................4
3. Apa saja kelompok masyarakat kota?...................................................................................................4
4. Apa saja masalah-masalah sosial yang terjadi di perkotaan?................................................................4
5 . Bagaimana upaya mengatasi permasalahan sosial?.............................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
2.1 Pengertian Masalah Sosial..................................................................................................................5
2.2 Pengertian Kota..................................................................................................................................5
2.3 Kelompok Masyarakat Kota...............................................................................................................7
2.4 Masalah-masalah Sosial di Perkotaan.................................................................................................8
2.5 Upaya-upaya Mengatasi Permasalahan Sosial..................................................................................12
BAB III.........................................................................................................................................14
PENUTUP....................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kepesatan pertumbuhan kota dewasa ini menunjukkan tingkat perkembangan yang
sangat tinggi. Perkembangan kota merupakan tuntutan sekaligus jawaban dari
perkembangan penduduk maupun kegiatan masyarakat perkotaan semakin sulit dikontrol
sehingga sering menimbulkan persoalan-persoalan yang menyangkut persoalan terhadap
kota itu sendiri (fasilitas, sistem dan area), maupun terhadap penduduk atau penghuninya.
Menurut Sarlito (1992:62), salah satu persoalan yang sampai saat ini terus dirasakan
adalah adanya perbedaan kelas sosial ekonomi yang makin lama makin menyolok.
Golongan yang mampu makin berkuasa dan makin kaya sedangkan golongan miskin
bertambah miskin. Semakin besar, semakin padat dan heterogen penduduknya, semakin
jelaslah ciri-ciri tersebut.
Di samping itu, fenomena lain pada kehidupan kota adalah adanya sifat kompetitif
yang sangat besar, dan sifat hubungan antar personal yang lebih dititikberatkan pada
pertimbangan keuntungan secara ekonomis.
Dari kondisi diatas, perlahan-lahan akan terjadi perubahan tata nilai pada kehidupan
masyarakat yang mengacu pada fenomena-fenomena tersebut, yang selanjutnya akan
bermuara pada suatu kondisi:
1. Adanya keinginan untuk membatasi hubungan/ pergaulan, khususnya
terhadap orang atau kelompok diluar lingkungan atau kelasnya.
2. Adanya konflik kepentingan masing-masing kelompok atau individu akibat
dari pemaksaan kehendak dan salah satu kelompok atau individu terhadap
kelompok atau individu lain, yang sebenarnya berakar dari pemikiran egosentris

4
masing-masing kelompok atau individu tersebut tanpa mempertimbangkan
kepentingan kelompok atau individu lainnya.
Kedua hal itulah yang menjadi sebab pokok dominasi perilaku individualis pada
kehidupan perkotaan, yang sekaligus sebagai salah satu ciri kehidupan kota

1.2 Rumusan Masalah

1 Apa pengertian masalah sosial?

2. Apa pengertian kota?

3. Apa saja kelompok masyarakat kota?

4. Apa saja masalah-masalah sosial yang terjadi di perkotaan?

5 . Bagaimana upaya mengatasi permasalahan sosial?

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian masalah sosial
2. Untuk mengetahui pengertian kota
3. Untuk mengetahui kelompok-kelompok masyarakat kota
4. Untuk mengetahui masalah-masalah sosial di perkotaan
5. Untuk mengetahui bagaimanakah cara mengatasi permasalahan sosial

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masalah Sosial


Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara
unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok
sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan
hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat

2.2 Pengertian Kota


Pengertian kota secara sosiologis didefinisikan sebagai tempat pemukiman yang
relatif besar, berpenduduk padat dan permanen terdiri dari individu-individu yang secara
sosial heterogen ( De Goede, dalam Sarlito 1992: 40). Di sisi lain, Bintarto (1989:34)
menyatakan bahwa dari segi geografis, kota dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan
kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai
dengan strata sosial-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis. Menurut
ketentuan formal seperti yang tercantum di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
nomor 2 tahun 1987, disebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan kota adalah pusat
permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan wilayah administrasi yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan, serta permukiman yang telah
memperlihatkan watak dan ciri kehidupan kota.
2.2.1 Ciri-Ciri Kota
Selanjutnya Max Weber dalam Sarlito (1992: 21) mengemukakan ciri-ciri khas
suatu kota sebagai berikut.

6
1. Ada batas-batas kota yang tegas
2. Mempunyai pasar
3. Ada pengadilan sendiri dan mempunyai undang-undang yang khusus berlaku
bagi kota itu, disamping undang-undang yang berlaku lebih umum.
4. Terdapat berbagai bentuk perkumpulan dalam masyarakat yang berkaitan
dengan kegiatan masyarakat di kota itu sendiri.
5. Masyarakatnya mempunyai otonomi tertentu dengan adanya hak mereka untuk
memilih walikota dan anggota-anggota dewan kota.
Dari ungkapan di atas bisa dibuat suatu batasan yang lebih khusus, bahwa suatu kota
merupakan :
1. Tempat pusat pemukiman dan kegiatan penduduk
2. Tempat dengan kepadatan penduduk tinggi
3. Mempunyai watak dan corak heterogen
4. Mempunyai ciri khas kehidupan kota.
5. Mempunyai batas wilayah administrasi
6. Mempunyai hak otonomi
Kota menurut hirarkhi besarannya menurut NUDS (National Urban Development
Strategy),(1985) dapat diamati melalui jumlah penduduk yang tinggal dan
beraktivitas dikawasan tersebut, yang menurut sumber tersebut bisa dibagi dalam 5
tingkatan:
1. Kota Metropolitan, penduduk> 1.000.000
2. Kota Besar, penduduk 500.000 – 1.000.000
3. Kota Menengah, penduduk 100.000 – 500.000
4. Kota Kecil A, penduduk 50.000 – 100.000
5. Kota Kecil B, penduduk 20.000 – 50.000
Dari pengertian-pengertian, batasan dan hirarkhi tersebut terlihat bahwa kota
dengan berbagai heterogenitasnya, menyimpan berbagi permasalahan, yang di
antaranya seperti yang diungkapkan oleh Sarlito (1992: 22):
Pada umumnya kota diasosiasikan dengan pengangguran, kemiskinan, polusi,
kebisingan, ketegangan mental, kriminalitas, kenakalan remaja, seksualitas dan

7
sebagainya. Bukan hanya dalam hal lingkungan fisik kota itu saja yang tidak
menyenangkan tetapi juga dalam lingkungan sosialnya.
Selanjutnya Bintarto (1989: 36) mengatakan bahwa kemunduran lingkungan kota
yang juga dikenal dengan istilah “Urban Environment Degradation” pada saat ini
sudah meluas di berbagai kota di dunia, sedangkan di beberapa kota di Indonesia
sudah nampak adanya gejala yang membahayakan. Kemunduran atau kerusakan
lingkungan kota tersebut dapat dilihat dari dua aspek:
1. Dari aspek fisis, (environmental degradation of physical nature), yaitu
gangguan yang ditimbulkan dari unsur-unsur alam, misalnya pencemaran air,
udara dan seterusnya.
2. Dari aspek sosial-masyarakat (environmental degradation of societal
nature), yaitu gangguan yang ditimbulkan oleh manusianya sendiri yang
menimbulkan kehidupan yang tidak tenang, tidak nyaman dan tidak tenteram.
Di samping kenyataan tersebut, kehidupan kota yang selalu dinamis berkembang
dengan segala fasilitasnya yang serba gemerlapan, lengkap dan menarik serta
“menjanjikan” tetap saja menjadi suatu “pull factor” yang menarik orang
mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di kota
harus mempunyai starategi, yaitu: bagaimana bisa memanfaatkan dan menikmati
segala fasilitas yang serba menjanjikan tersebut namun juga bisa mengatasi
tantangan dan permasalahan yang ada di dalamnya.
Hal di atas sesuai dengan pernyataan Sarlito (1992: 46) bahwa penyebab utama
terjadinya perkembangan kota adalah berkembangnya kehidupan industri di
dalamnya. Konotasi “kehidupan industri” adalah dibutuhkan tenaga kerja yang cukup
banyak. Hal inilah yang banyak memberi dan mewarnai harapan orang untuk selalu
mencari kehidupan di kota. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dicatat pendapat
Schoori (1980), bahwa ada satu ciri sentral dari kehidupan masyarakat industri, yaitu
sumber kekuatannya yang bersendi pada penemuan dan pemanfaatan sumber energi
baru yang diperoleh dalam jumlah terbatas, yang memaksanya untuk melakukan
pekerjaan secara besar-besaran. Makna yang terkandung dari ungkapan tersebut
adalah adanya pekerjaan dalam skala besar (mass product) yang tentunya

8
membutuhkan tenaga kerja cukup banyak, dan adanya iklim persaingan yang cukup
tinggi

2.3 Kelompok Masyarakat Kota


Manusia sebagai individu maupun sebagai kelompok, hidup di dalam dan bersama
lingkungannya. Dari hubungan yang erat dan bersifat timbal balik, manusia
menyesuaikan diri, memelihara serta mengelola lingkungannya. Dari hasil hubungan
yang dinamik antara manusia dengan lingkungannya tersebut timbul suatu aktivitas yang
menimbulkan beberapa perubahan yang menyangkut perubahan terhadap
wadah/lingkungannya atau terhadap manusia pelaku kegiatan tersebut.
Kehidupan kota yang cenderung bersifat kompetitif, egosentris, hubungan atas
dasar kepentingan ekonomi, sangat mempengaruhi tata nilai di dalam kehidupan dan
hubungan sosial masyarakatnya. Tata nilai disini meliputi perilaku, sikap hidup, pola
berpikir dan budaya. Kehidupan kota yang bersifat kompetitif dengan berlahan-lahan
akan membagi kondisi masyarakat kota menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Kelompok yang menang dalam kompetisi tersebut, atau juga bisa diartikan
sebagai kelompok yang selalu sibuk dan dipenuhi dengan tugas-tugas yang cukup
banyak, sehingga cenderung overload di dalam menerima rangsangan-rangsangan
kehidupan kota. Kondisi tersebut akan menimbulkan tingkah laku dan sikap tidak
acuh pada hal-hal yang dianggap bukan menjadi urusan dan tanggung jawabnya.
(teori Over Load/Environmental Load, Cohen & Milgram). Disamping itu konotasi
kesibukan dan tugas-tugas yang cukup banyak adalah tercukupi bahkan
melimpahnya fasilitas atau harta yang didapatkan.
2. Kelompok yang tidak memenangkan kompetisi, termasuk di dalamnya
kelompok yang merasa kelebihan waktu karena tidak ada pekerjaan yang harus
diselesaikan (cenderung underload), sehingga merasakan kesepian dan kesendirian,
merasa kurang diperhatikan dan dihargai. Kondisi tersebut akan meninmbulkan
tingkah laku agresif, vandalisme dan kompesentif. (teori Understimulation, Zubek)

9
2.4 Masalah-masalah Sosial di Perkotaan
Sebenarnya setiap aktivitas yang kita lakukan dapat berpotensi menimbulkan
permasalahan sosial. Bahkan aktivitas yang sangat di anjurkan sekalipun dan juga
aktivitas yang pasti akan terjadi dan kita tidak bisa menolaknya.
Indonesia saat ini termasuk salah satu negara yang masih dalam taraf
perkembangan atau disebut dengan negara berkembang. Tidak jauh berbeda dengan
negara berkembang lain di dunia, Indonesia juga sering menghadapi berbagai macam
masalah yang kadangkala bisa menghambat kemajuan. Salah satu yang paling kentara
dan menjadi problem yang serius adalah masalah sosial. Masalah yang kadangkala juga
punya hubungan dengan budaya suatu daerah ini memang menjadi semacam virus atau
penyakit yang sering kambuh, misalnya pada ada suatu masalah sosial yang sudah bisa
terselesaikan.
Namun pada sisi yang lain efek dari masalah ini masih ada dan harus ditanggung
oleh masyarakat. Dan setelah efek ini sudah bisa diminimalkan muncul permasalahan
serupa di daerah lain yang cara penanganannya kadangkala memerlukan teknik yang
berbeda sesuai dengan budaya yang ada di daerah tersebut.
Kemudian contoh yang lain lagi adalah masyarakat menganggap ada suatu masalah
sosial di suatu daerah. Namun masyarakat di daerah terebut menganggap bila yang
terjadi di daerahnya bukan merupakan suatu masalah karena telah menjadi bagian dari
budaya mereka. Padahal secara kasat mata apa yang dinamakan budaya ini bisa
menimbulkan kerugian bagi pihak lain dan menghambat suatu program yang sedang
dijalankan. Hal inilah yang sering terjadi di negara negara berkembang termasuk negara
kita Indonesia.Berikut ini beberapa masalah sosial yang terjadi di tanah air.

1. Kemiskinan
Meski saat ini angka pertumbuhan ekonomi bangsa kita terus menunjukan grafik
kenaikan namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat di sekitar kita yang
hidupnya masih berada di bawah standar yang layak. Ini menjadi masalah sosial yang
bisa kita temukan dengan mudah di perkotaan.
Seseorang disebut miskin apabila ia tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar.
Kebutuhan dasar ini dijabarkan menjadi sandang, papan, pangan, kesehatan, dan

10
pendidikan (walaupun di negara maju kesehatan dan pendidikan umumnya ditanggung
negara).
Menurut ilmu sosiologi, ada beberapa hal yang menyebabkan kemiskinan:
a. Pilihan untuk menjadi (atau tetap) miskin, yang tercermin dari pola pikir,
pilihan hidup, dan perilaku individu; misalnya berperilaku malas dan tidak mau
berusaha.
b. Sulitnya akses untuk mendapat pendidikan yang layak dan pekerjaan.
c. Perasaan terbiasa dengan kemiskinan (karena hidup di lingkungan
miskin) sehingga menganggap kemiskinan sebagai bagian dari kehidupan sehari-
hari.
d. Kemiskinan sebagai akibat dari permasalahan struktural, yaitu orang-
orang miskin terjebak dalam kemiskinannya sebagai korban permasalahan struktur
sosial.
Walaupun kini pemerintah mengklaim bahwa angka kemiskinan berhasil ditekan,
beberapa pihak tetap skeptis karena belum ada program yang tepat dan efektif untuk
mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Beberapa usaha pemerintah mengentaskan
masalah sosial ini adalah melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat atau
PNPM Mandiri, berbagai pelatihan kerja cuma-cuma, hingga BLT atau Bantuan
Langsung Tunai.
Akan tetapi rupanya itu semua belum cukup. Kemiskinan di negeri ini bukan
sebuah permasalahan solitaire yang ada dengan sendirinya. Kemiskinan adalah sebuah
efek domino dari sulitnya mendapat pendidikan layak yang berujung pada sulitnya
mendapatkan pekerjaan.
Pembangunan di daerah-daerah juga menjadi akar permasalahan kemiskinan.
Pembangunan yang tidak jelas dan tidak merata (karena banyaknya dana yang dikorupsi)
menyebabkan masyarakat mengadu nasib di ibu kota. Kebanyakan dari mereka hanya
tidak berhasil dan hidup terlunta-lunta di tengah kerasnya kehidupan Jakarta.

2. Pengangguran
Pengangguran terkait dengan tidak seimbangnya jumlah pencari kerja dan jumlah
lapangan kerja yang tersedia. Orang yang disebut pengangguran adalah mereka yang

11
tidak memiliki sumber penghasilan sama sekali dan tengah mencari kerja. Tingkat
pengangguran di Indonesia konon menurun sebanyak 6%, dari 8,12 juta orang menjadi
7,61 juta orang.
Ada beberapa jenis pengangguran, yaitu:
a. Pengangguran terbuka; yaitu mereka yang secara terang-terangan baru kehilangan
pekerjaannya dan sedang berusaha mencari pekerjaan lain.
b. Pengangguran musiman; yaitu mereka yang sewaktu-waktu menganggur tetapi
dalam waktu lain memiliki pekerjaan.
c. Pengangguran terselubung; yaitu mereka yang jam kerjanya kurang dari 35
jam/minggu.
d. Pengangguran struktural; yaitu mereka yang tidak mendapatkan pekerjaan karena
tidak memenuhi kriteria yang dibutuhkan.
e. Pengangguran sukarela; yaitu mereka yang tidak memiliki pekerjaan dan tidak
berusaha mencari pekerjaan.
Untuk mengatasi pengangguran, pemerintah banyak mengupayakan berbagai cara.
Di antaranya adalah dengan menyediakan kursus pelatihan kerja di dinas tenaga kerja
daerah, memacu anak muda (dan pengangguran) untuk berwiraswasta dan meminjamkan
dana dengan bunga rendah (bahkan tanpa bunga), dan sebagainya.
Pengangguran, selain menimbulkan efek ekonomis bagi para pelakunya, juga
menimbulkan efek psikologis. Menjadi pengangguran sering kali dianggap aib, walaupun
pelaku terpaksa menjadi pengangguran karena memang tidak ada perusahaan yang
menerimanya bekerja.

3. Kesenjangan sosial
Masalah sosial ini juga bisa menimbulkan efek yang lain. Misalnya terdapat
perbedaan yang sangat mencolok antara orang yang mampu dan kelebihan harta serta
orang yang hidupnya selalu dalam kondisi yang pas-pasan saja. Hal ini bisa menimbulkan
rasa kecemburuan yang tinggi sehingga menghilangkan rasa persaudaraan di masyarakat.
Ini juga dapat memacu terjadinya tindakan kriminal.

4. Kemacetan lalu lintas

12
Masalah sosial yang satu ini lebih sering terjadi terutama di kota-kota besar.
Padahal efek dari kemacetan ini juga bisa menimbulkan kerugian yang cukup besar.
Misalnya karena harus antri di keramaian lalu lintas orang akan kehilangan waktu untuk
bekerja atau kegiatan lain yang bersifat produktif. Kemacetan lalu lintas bisa dianggap
sebagai masalah sosial karena akar permasalahan kemacetan adalah sikap pengguna jalan
raya yang tidak disiplin mematuhi rambu dan bertingkah seenaknya saja.

5. Disiplin yang kurang


Hal ini menjadi masalah sosial yang paling punya pengaruh terhadap kemajuan
suatu wilayah atau negara. Namun untuk menangani masalah yang satu ini memang
dibutuhkan kerja keras dan waktu yang cukup lama. Karena untuk menghilangkan
problem yang kadangkala sudah menjadi budaya ini butuh pemahaman yang cukup dalam
warga.

6. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme


KKN adalah masalah sosial yang relatif terjadi merata di berbagai lapisan
masyarakat, mulai dari pejabat pemerintahan hingga pegawai kecil di daerah pernah
melakukan KKN, sebesar apa pun jumlahnya. KKN harus segera diberantas jika ingin
masyarakat hidup sejahtera dan negara ini semakin maju.

2.5 Upaya-upaya Mengatasi Permasalahan Sosial


Berbagai cara yang dapat dilakukan oleh berbagai pihak dalam membantu
mengatasi masalah sosial antara lain:
a. Tokoh agama memberikan penyuluhan tentang keimanan dan moral dalam
menghadapi persoalan sosial.
b. Para pengusaha dan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan lain ikut memberikan
beasiswa.
c. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) membantu
dalam berbagai bidang dimulai dengan penyuluhan sampai bantuan berupa materi.
d. Lembaga-lembaga dari PBB seperti UNESCO, UNICEF, dan WHO memberikan
bantuan kepada pemerintah Indonesia untuk mengatasi masalah sosial.

13
e. Para dermawan yang secara pribadi banyak memberi bantuan kepada masyarakat
sekitarnya berupa materi.
f. Organisasi pemuda seperti karang taruna yang mendidik dan mengarahkan para
remaja putus sekolah dan pemuda untuk berkarya dan berusaha mengatasi
pengangguran.
g. Perguruan tinggi melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan
berbagai penyuluhan.
h. Pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) BLT diberikan kepada masyarakat
miskin yang tidak berpenghasilan sebagai dana kompensasi kenaikan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM).
i. Pemberian Kartu Askes. Bagi keluarga miskin pemerintah memberikan kartu Askes
untuk berobat ke puskesmas atau rumah sakit yang ditunjuk dengan biaya ringan atau
gratis.
j. Pemberian Beras Untuk Masyarakat Miskin (Raskin). Pemberian bantuan pangan
dari pemerintah berupa beras dengan harga yang sangat murah.
k. Pemberian Sembako. Bantuan pangan lainnya berupa sembako, dengan harga murah.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masalah-masalah sosial di Indonesia sangat beragam ini disebabkan karena
pendududk Indonesia yang beragam pula, seperti masalah kemiskinana, penganguran,
narkotika dan juga masih banyak lagi lainnya. Seperti biasanya semua akan berjalan
seimbang, setiap ada massalah pasti ada pula jalan keluar untuk menyelesaikannya. Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan yakni melaluli aspek pendidikan, hukum, ham,
keluarga dan lingkungan. Semuanya bertujuan demi menuntaskan masalah-masalah sosial
tersebut. Dan kami juga berharap adanya berubahan demi lebih baiknya bangsa kita
kedepan dengan berkurangnya bahwa dengan tuntasnya semua permasalahan sosial ini.

15
DAFTAR PUSTAKA
http://renaldinp.blogspot.com/2016/12/masalah-sosial-di-kota-besar-dan-cara.html?m=1

16

Anda mungkin juga menyukai