KAJIAN PUSTAKA
14
15
3
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, perencanaan, Implementasi, dan
Pengendalian, Erlangga, Jakarta, 1988, hlm. 44.
4
Devi Puspita sari dan Mefrina Yusniar, Prinsip-prinsip Bisnis, CV Rizeva Utama, Bogor,
2014, hlm.59.
16
2. Tingkatan Strategi
Hirarki pengambilan keputusan dari suatu perusahaan
umumnya terdiri atas tiga tingkatan yaitu: tingkat korporat, tingkat
bisnis, dan tingkat fungsional.5
a) Tingkat korporat
Merupakan manajemen puncak yang terdiri dari dewan
komisaris, eksekutif puncak dan dewan direksi harus
merumuskan strategi korporat sebagai keputusan rencana
jangka panjang. Keputusan eksekutif tingkat korporat
bertanggung jawab atas pencapaian kinerja keuangan dan non
keuangan seperti menciptakan nilai perusahaan dan memenuhi
tanggung jawab sosial sebagai refleksi pandangan pemegang
saham dan masyarakat luas pada perusahaan multi bisnis,
harus ditentukan jenis bisnis yang akan dimasuki, arah dan
maksud didirikannya perusahaan.
b) Tingkat bisnis
Pengambilan keputusan biasanya diambil oleh manajer bisnis
dan korporat dengan menerjemahkan arah dan maksud pada
tingkat korporat menjadi strategi bersaing pada tingkat bisnis
yang telah dipilih. Pada tingkat ini harus ditentukan segmen
dari keseluruhan pasar yang akan diperoleh dan dipertahankan
sebagai keunggulan kompetitif.
c) Tingkat fungsional
Terdiri dari manajer produk, geografis, fungsional, harus
mengembangkan strategi jangka pendek pada bidang produksi,
pemasaran, operasi, penelitian dan pengembangan, keuangan
dan akuntasi serta personalia. Pada tingkat korporat dan bisnis
memusatkan perhatian pada efektifitas yaitu melakukan hal
yang benar. Sedangkan tingkat fungsional memusatkan
perhatiannya pada efisiensi yaitu melakukan dengan benar.
5
M. Husni, Manajemen Strategi, DIPA STAIN Kudus, Kudus, 2009, hlm. 16-17.
17
3. Pengembangan usaha
a) Strategi pengembangan pasar
Strategi pengembangan pasar merupakan strategi yang
memasarkan produk atau jasa saat ini kepada konsumen di
segmen pasar yang baru maupun wilayah area geografis pasar
yang baru
b) Strategi pengembangan produk
Perusahaan berusaha bertahan, memperkuat posisi, dan
memperluas pangsa pasar yang lebih besar dengan
menggunakan tambahan pilihan produk atau jasa baru.
c) Startegi inovasi
Startegi inovasi merupakan strategi untuk meraih margin
premium berkaitan dengan penciptaan dan penerimaan
pelanggan atau produk atau jasa baru.6
Melihat dari pernyataan diatas, maka dapat dipahami bahwa
pada dasarnya untuk melakukan pengambilan keputusan dalam
pengembangan perlu adanya strategi. Oleh karena itu, strategi
pengembangan yang tepat yaitu dengan adanya analisis SWOT
yang merupakan akronim dari strength, yang berarti kekuatan,
Weaknes yang berarti kelemahan yang dimiliki perusahaan,
opportunities yang berarti peluang dan theart yang berarti ancaman
lingkungan yang dihadapinya. Analisis SWOT merupakan
penilaian terhadap hasil identifikasi situasi strategi perusahaan,
untuk menentukan apakah suatu konidisi dikategoriakan sebagai
kekuatan, kelemahan, peluang, atau ancaman.7
6
Ibid, hlm. 37-39.
7
Ibid, hlm. 55.
18
4. Analisis SWOT
a. Definisi Analisis SWOT
SWOT adalah singkatan dari strengths (kekuatan),
weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang), dan threats
(ancaman). Dimana SWOT ini dijadikan sebagai suatu model
dalam menganalisis suatu organisasi yang berorientasi profit
dan non profit dengan tujuan utama untuk mengetahui keadaan
organisasi tersebut secara lebih komprehensif.8
Sedangkan analisis SWOT adalah penilaian / assasment
terhadap hasil identifikasi situasi, untuk menentukan apakah
suatu dikategorikan sebagai kekuatan, kelemahan, peluang atau
ancaman. 9
Tujuan dari penerapan SWOT pada suatu perusahaan
adalah untuk memeberikan suatu panduan agar perusahaan
menjadi lebih fokus, sehingga dengan penempatan analisis
SWOT tersebt nantinya dapat dijadikan sebagai bandingan
pikir dari berbagai sudut pandang, baik dari segi kekuatan dan
kelemahan serta peluang dan ancaman yang mungkin bisa
terjadi dimasa-masa yang akan datang.10
Untuk memiliki suatu model analisis SWOT yang baik
maka perlu adanya dukungan data yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif. Kualitatif bersifat teori-teori dan kuantitatif yaitu
dengan menempatkan angka-angka sebagai ukuran pembobotan
nilai dilakukan agar tingkat keakuratan dapat diperoleh secara
lebih baik.
Karena memang secara awal bahwa penggunaan dari
analisis SWOT dimaksudkan untuk memperjelas semua
8
Irham Fahmi, Manajemen Strategi Teori dan Aplikasi, ALFABETA, Bandung, 2013, hlm.
252.
9
Tedjo Tripomo dan Udan, Manajemen Strategi, Rekayasa Sains, bandung, 2005, hlm.
118
10
Irham Fahmi, Op. Cit, hlm. 254.
19
3. Peluang (opportunity)
Peluang (opportunity) merupakan situasi penting yang
menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.
4. Ancaman (threats)
Ancaman (threats) adalah situasi penting yang tidak
menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.
Dalam prakteknya, komponen strategis bisnis
dikerjakan sesuai dengan urutan fungsi pokok manajemen,
yakni perencanaan, implementasi, dan pengawasan. Oleh
karena itu, secara metodologis, stretegi bisnis terdiri dari tiga
proses yang saling kait mengkait dan tidak terputus, yakni
proses perumusan (formulasi), proses implementasi (eksekusi),
dan proses pengawasan (pengendalian) strategi. Proses yang
terakhir diperlukan untuk memberikan masukan (feedback)
bagi proses perencanaan beikutnya. Langkah perencanaan dan
evaluasi juga berlaku untuk komponen misi dan profil
perusahaan. Proses manajemen tersebut tidak berlaku untuk
komponen lingkungan bisnis, karena berada diluar kendali
perusahaan. Sedangkan komponen pokok manajemen strategic
adalah:
(1) Analisis lingkungan bisnis yang diperlukan untuk
mendeteksi peluang dan ancaman bisnis
(2) Analisis profil perusahaan untuk mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan perusahaan
(3) Strategi bisnis yang diperlukan untuk mencapai tujuan
perusahaan dengan memperhatikan.
(4) Misi perusahaan.
Hubungan antara lingkungan bisnis dan profil
perusahaan memberikan indikasi pada apa yang mungkin dapat
dikerjakan (what is possible). Dari sini posisi perusahaan di
pasar dapat diketahui. Sedangkan keterkaitan antara analisis
21
11
Suwarsono, Manajemen Strategik Konsep dan Kasus, UPP AMP YKPN, Yogyakarta,
1994, hlm. 6.
12
Irham Fahmi, Op. Cit, hlm. 261
13
Ibid, hlm. 262.
22
SN = BN x RN
Keterangan:
SN = Skor nilai
BN = Bobot nilai
RN = Rating nilai
Tabel 2.1
Format Analisis SWOT Faktor Internal Dan Eksternal
Uraian Bobot Rating Skor
I. Strenght (Kekuatan)
1. Item dari stenghts Nilai Nilai Nilai
2. Item dari stenghts Nilai Nilai Nilai
II. Weaknesses (kelemahan)
1. Item dari weaknesses Nilai Nilai Nilai
2. Item dari weaknesses Nilai Nilai Nilai
III. Opportunitis (peluang)
1. Item dari opportunitis Nilai Nilai Nilai
2. Item dari opportunitis Nilai Nilai Nilai
IV. Threats (ancaman)
1. Item dari threats Nilai Nilai Nilai
2. Item dari threats Nilai Nilai Nilai
14
Ibid, hlm. 265.
23
a) Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan,
yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
b) Strategi ST
Stategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan
yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman
c) Strategi WO
Stategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang
yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d) Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat
defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada
serta menghindari ancaman.
Tabel 2.2
Matrik Analisis SWOT
STRENGHT(S) WEAKNESS(W)
IFAS
Daftar semua Daftar semua
kekuatan yang kelemahan yang
EFAS dimiliki dimiliki
OPPORTUNITIES Strategi SO Strategi WO
(O) Gunakan semua Atasi semua
Daftar semua kekuatan yang kelemahan
peluang yang dapat dimiliki utnuk dengan
diidentifikasi memanfaatkan memanfaatkan
peluang yang semua peluang
ada. yang ada.
THREATS(T) Strategi ST Strategi WT
Daftar semua Gunakan semua Tekan semua
ancaman yang kekuatan untuk kelemahan dan
dapat diidentifikasi menhindari dari cegah semua
semua ancaman ancaman.
24
B. Ekonomi kreatif
1. Pengertian Ekonomi
Ekonomi adalah pengetahuan tentang peristiwa dan
persoalan yang berkaitan dengan upaya manusia secara
perseorangan (pribadi), kelompok (keluarga, suku bangsa,
organisasi) dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas yang
dihadapkan pada sumber yang terbatas. Para ahli menafsirkan
gejala ini sebagai sumber-sumber yang tersedia untuk masyarakat
mana pun pada suatu waktu. Misalnya bumi, tenaga kerja, maupun
peralatan-peralatan senantiasa tidak mencukupi meskipun sumber-
sumber tersebut secara sempurna dan efektif telah dipergunakan
untuk menghasilkan kebutuhan-kebutuhan bagi masyarakat untuk
memperoleh kepuasan dalam hidupnya.
Adam Smith memberi definisi bahwa ilmu ekonomi adalah
“ilmu kekayaan” atau ilmu yang khusus mempelajari sarana-sarana
kekayaan bangsa dengan memusatkan perhatian secara khusus
terhadap sebab-sebab material dari kemakmuran, seperti hasil-hasil
industri, pertanian, dan sebagainya.15 Tak dapat diragukan, bahwa
cita-cita tiap sistem ekonomi adalah memenuhui kepentingan bagi
pengikut-pengikutnya. Akan tetapi kepentingan ini kadang-kadang
ada yang bersifat khusus, ada yang bersifat umum. Adapun dalam
lingkungan ekonomi islam, sudah tentu lain ketentuannya karena
bila kegiatan ekonomi hanya bertujuan mendapatkan keuntungan
material saja, sesungguhnya ia tidak mempunyai tujuan sebagai
cita-cita yang sebenarnya. Keuntungan material itu hanyalah
sebagai perantara bagi tujuan yang lebih besar dan cita-cita yang
lebih luhur, yaitu memakmurkan bumi Allah, karena percaya
bahwa manusia pasti akan berdiri di hadapan penciptanya untuk
15
Imam Saefudin, Sistem, Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam, CV Pustaka Setia, Bandung,
1999, hlm. 9-10 .
25
16
Ibid, hlm. 32.
17
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah, CV. Diponegoro, Bandung, 2000, hlm.
17.
18
Maryunani dan Sutikno, Ekonomi Sumberdaya Alam, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Brawijaya, Malang, 2006, hlm. 24
26
19
Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 6.
20
Suripin, Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, Andi Offset, Yogyakarta, 2002, hlm.
1.
27
22
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, PT Sygma Examedia Arkanleema,
Bandung, 2009, hlm. 501.
23
Isnaini Harahap, dkk, Hadis-Hadis Ekonomi, Jakarta, KENCANA, 2014, hlm. 248-249.
29
24
Suryana, Ekonomi Kreatif, Ekonomi Baru Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang,
Salemba Empat, Jakarta, 2013, hlm. 35-36.
31
25
Ibid, hlm. 4.
32
dan mengajar. Oleh sebab itu, belum ada definisi yang singkat dan
final tentang kreativitas, karena masing-masing ahli memiliki
definisi yang berbeda dan bergantung pada sudut pandang,
fenomen, dan konteks yang terjadi.26
Fakta menunjukakan bahwa kontribusi sektor pertanian
(agribisnis), baik terhadap penyerapan tenaga kerja maupun produk
domestic bruto (PDB), cenderung menurun dan jenuh (leveling-
off). Meskipun bagi beberapa daerah masih menjadi sektor andalan,
tetapi secara nasioanal posisi ekonominya sudah tergeser oleh
sektor industri manufaktur dan jasa. Bagi kolektivitas pelaku
kebijakan, transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri
diyakini sebagai sebuah kesuksesan untuk melangkah menuju
Negara maju.27
Agribisnis kreatif ditawarkan bukan hanya dimaksudkan
untuk meraup keuntungan yang bersifat angka-angka, memperbaiki
nasib kaum tani dan mereduksi ketimpangan pembangunan, tetapi
juga ditujukan untuk mengoreksi paradigma, konsep, pendekatan,
dan praktik agribisnis itu sendiri.28
Ekonomi kreatif (creative economy) didefinisikan oleh
New England Foundation of The Art (NEVA, 2008) sebagai
"represented by cultural core" termasuk didalamnya pekerjaan dan
industri yang fokus pada produksi dan distribusi barang budaya,
jasa dan kekayaan intelekual. dikecualikan adalah produk atau jasa
yang merupakan hasil dari inovasi non-budaya berbasis atau
teknologi. sementara gagasan yang lebih luas dari ekonomi kreatif
berharga untuk memeriksa, kita berkonsentrasi pada apa yang bisa
dianggap komponen budaya ekonomi kreatif.
26
Ibid, hlm. 22.
27
Iwan Setiawan, Agribisnis Kreatif Pilar Wirausaha Masa Depan, Kekuatan Dunia Baru
Menuju Kemakmura Hijau, Penebar Swadaya, Jakarta, 2012, hlm. 32.
28
Ibid, hlm. 14.
33
Kontribusi ekonomi
- PDB
- Menciptakan
Pekerjaan Iklim bisnis
Dampak sosial - ekspor - Penciptaan lapangan
- Kualitas hidup usaha
- Peningktan - Peningktan toleransi
toleransi soaial sosial
Ekonomi - Pemasaran
Kretaif
Inovasi & kreativitas Citra & identitas bangsa
- Ide dan gagasan - Turisme
- Penciptaan nilai - Ikon nasioanal
- Membanun budaya,
Sumber daya warisan, & nilai lokal
terbarukan
- Berbasis
pengetahuan,
kreativitas
- Green Community
29
Ibid, hlm. 100-102.
36
C. Agrowisata
1. Konsep Agrowisata
Isilah tentang agrowisata menurut kamus besar bahasa
Indonesia adalah wisata yang sasarnanya adalah pertanian
(perkebunan, perhutanan, dsb), cocok dikembangkan di daerah
berhawa sejuk, pengembangan dan dapat dikaitkan dengan
komoditas.31
Dalam upaya pengembangan wisata alam tersebut maka
perlu dilakukan identifikasi produk wisata alam. Dari segi
lingkungan, menciptakan ekosistem mikro bagi mahluk hidup
terutama binatang dalam bentuk mata rantai makanan yang khas.
Disamping itu, pengembangan produk wisata kebumian akan
menghindarkan cara-cara eksploitasi yang berlebihan maupun hal-
hal lain yang menyangkut perusakan lingkungan. Dari segi
ekonomi, selain memberikan nilai kenyamanan, keindahan ataupun
pengetahuan, atraksi wisata juga dapat mendatangkan pendapatan
bagi petani serta masyarakat di sekitarnya. Wisatawan yang
berkunjung akan menjadi konsumen produk pertanian yang
dihasilkan, sehingga pemasaran hasil menjadi lebih efisien. Selain
itu, dengan adanya kesadaran petani akan arti pentingnya
kelestarian sumber daya, maka kelanggengan produksi menjadi
lebih terjaga yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan
petani. Bagi masyarakat sekitar, dengan banyaknya kunjungan
wisatawan, mereka dapat memperoleh kesempatan berusaha
30
Suryana, Op. Cit, hlm.6.
31
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Op. Cit, hlm. 12.
37
32
Misran Safar, Pengembangan Prospek Geowisata dan Agrowisata Dari Potensi Sumber
Daya Alam Di Kabupaten Konawe Selatan, Jurnal SELAMI IPS Edisi Nomor 34, Volume. 1.
Tahun xvI. Desember 2011.
38
33
Bustanul Arifin, Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia, Kompas Media Nusantara,
Jakrta, 2004, hlm. 152-154.
34
James J. Spillane, Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan,
KANISUS, Yogyakarta, 1994, hlm. 36.
39
35
Ibid, hlm. 37.
36
Nina Nuraini, Daya Saing Agribisnis Aspek Hukum dan Strategi Pengembangan,
NUANSA, Bandung, 2007, hlm. 174-175.
40
37
James J. Spillane, Op. Cit, hlm. 90.
42
38
Ibid, hlm. 92-93.
43
41
Departemen Agama RI, Op. Cit, hlm. 143.
42
E. Gumbira-sa’id dan A. Harizt , Op.Cit, hlm. 144-145.
45
43
Ibid, hlm. 146-147
46
44
I Ketut Sumantra, dkk, Pengembangan Model Agrowisata Salak Berbasis Masyarakat Di
Desa Sibetan, Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.02.September 2015.
47
45
Elok Zubaidah dan Khotibul Umam Al Awwaly, Peningkatan Daya Saing Minuman
Minuman Fungsional Instan (Sari Apel Celup dan Sari Pokak), Sebagai Produk Khas Agrowisata
Batu, Journal Of Innovation and Applied Technology, Vol.2.No.1. Juni 2016.
46
Roni Setiawan dan Broto Sunaryo, Pengembangan Agrowisata Kawasan Rambat-Waduk
Kedungombo, Kabupaten Grobogan, Jurnal Teknik PWK Volume 2 Nomor 1 2013.
48
E. Kerangka Berpikir
Rumusan permasalahan pada penelitian ini didasarkan pada
fenomena yang menunjukkam bahwa semakin banyak
bermunculan obyek wisata yang berada di Desa Gubug. Hal ini
yang menyebabkan obyek wisata tengah sawah untuk tetap
berusaha mengembangkan usahanya sehingga mampu bersaing
dengan obyek wisata yang lainnya, maka obyek wisata tengah
sawah melakukan perencanaan strategi pengembangan usaha untuk
mengetahui potensi agrowisata di desa Gubug. Perlu dilakukan
adanya strategi pengembangan oleh karena itu, strategi dalam
pengembangan tak lepas dari adanya analisis SWOT yang
merupakan akronim dari strength yang berarti kekuatan, weakness
yang berarti kelemahan yang dimiliki perusahan, opportunities
yang berarti peluang, dan threat yang berarti ancaman. Adapun
bentuk kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
48
Anas Rizki Bachtiar, dkk, Presepsi Masyarakat dan Strategi Pengembangan Agrowisata
Salak di Desa Sibetan Kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem Bali, Jurnal Manajemen
Agribisnis, Vol. 4, No. 1, Mei 2016.
50
Agrowisata
Hasil
Peningkatan
Dampak Perekonomian
Masyarakat