Anda di halaman 1dari 20

BAB I

TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan umum dari percobaan ini adalah untuk mengetahui prinsip dasar dan istilah
pada proses humidifikasi. Sedangkan tujuan khusus dari percobaan ini antara lain:
1. Memahami prinsip dasar peningkatan kandungan uap air didalam udara.
2. Dapat menentukan nilai RH, Y’ , TG , dan TL dan mempelajari kecenderungannya
disepanjang kolom humidifikasi
3. Menentukan nilai HTU teoritis dan nilai NTU pada proses humidifikasi.
4. Dapat mementukan koefisiensi perpindahan massa dan panas pada fasa uap.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Humidifikasi

Humidifikasi adalah proses perpindahan air dari fase cair (A) ke dalam campuran gas
yang terdiri dari udara (B) dan uap air (A) karena adanya kontak antara cairan (A) yang
temperaturnya lebih tinggi daripada dengan campurannya sehingga jumlah uap air dalam
campuran tersebut akan meningkat. Proses ini dapat terjadi dengan syarat gas tidak melarut
dalam cairan (Treybal, 1981: 220). Dehumidifikasi adalah proses perpindahan uap air dari
campuran uap air (A) dan udara (B) ke dalam air pada fase cair (A) karena kontak antara
campuran tersebut dengan cairan yang lebih rendah temperaturnya sehingga jumlah uap air
dalam campuran akan turun. (Geankoplis, 1993: 525).

Dalam operasi humidifikasi, terutama yang diterapkan pada sistem udara - uap air,
sejumlah definisi yang agak khusus digunakan secara umum. Dasar umum untuk kalkulasi
teknik adalah satuan massa gas bebas uap, di mana uap berarti berbentuk gas dari komponen
yang juga ada sebagai cairan. Sedangkan gas adalah komponen yang hanya ada dalam
bentuk gas. Dalam pembahasan ini digunakan dasar satuan massa gas bebas uap. Dalam fase
gas, uap air akan disebut sebagai komponen A dan gas atau udara tetap sebagai komponen
B. Karena sifat campuran gas-uap air yang bervariasi dengan tekanan total, maka tekanan
total harus ditetapkan sehingga diasumsikan tekanan total sebesar 1 atm dan juga
diasumsikan bahwa campuran gas dan uap air mengikuti hukum gas ideal (McCabe et al.,
1993: 738).

Kelembaban dari suatu aliran atau massa gas dapat ditentukan dengan mengukur dew
point atau temperatur wet bulb-nya atau dengan metode penyerapan atau absorpsi secara
langsung. Dengan menggunakan metode dew point dilakukan dengan cara mendidinginkan
dan memoles disk, kemudian disk dimasukkan ke dalam gas dengan kelembaban yang tidak
diketahui dan suhu disk secara bertahap diturunkan, disk mencapai suhu di mana kabut
mengembun pada permukaan yang dipoles. Suhu di mana kabut ini baru terbentuk adalah
suhu kesetimbangan antara uap dalam gas dan fase cair dan ini disebut sebagai dew point.
Pemeriksaan pembacaan diperoleh dengan menaikkan suhu disk secara perlahan dan
mencatat suhu di mana kabut menghilang begitu saja. Dari suhu rata-rata pembentukan dan
hilangnya kabut, kelembaban dapat dibaca dari grafik kelembaban.

Metode psikometri yaitu metode yang paling umum untuk mengukur kelembaban
adalah dengan menentukan suhu bola basah dan bola kering secara bersamaan. Dari
pembacaan ini kelembaban ditemukan dengan menempatkan garis psikrometrik yang
memotong garis saturasi pada suhu bola basah yang diamati dan mengikuti garis psikrometri
ke persimpangannya dengan ordinat suhu bola kering yang diamati.

Gambar 2.1 Pembacaan Diagram Psychrometric Chart (Perry et al., 2008)

Selain itu kelembaban dapat ditentukan secara langsung, dengan menganalisis kandungan
uap gas, di mana volume gas yang diketahui ditentukan melalui perangkat analisis yang
sesuai (McCabe, 1993:751).

Berikut merupakan beberapa istilah dalam humidifikasi :

1. Absolute Humidity

Humidity dalam campuran uap air-udara didefinisikan sebagai kg uap air yang terkandung
dalam 1 kg udara kering. Kelembaban yang ditentukan hanya bergantung pada tekanan
parsial PA uap air di udara dan tekanan total P yang diasumsikan sebesar 1 atm serta dengan
menggunakan berat molekul air (A) sebesar 18,02 dan udara sebesar 28,97, humiditas (H)
dalam kg H2O / kg udara kering adalah sebagai berikut :
𝑀𝐴 . 𝑃𝐴
𝐻= … (1)
𝑀𝐵 (𝑃 − 𝑃𝐴 )

dimana MA dan MB masing-masing adalah berat molekul dari komponen A dan B.

𝐾𝑔 𝐻2 𝑂
𝐻=
𝐾𝑔 𝑑𝑟𝑦 𝑎𝑖𝑟
𝑃𝐴 𝐾𝑔 𝑚𝑜𝑙 𝐻2 𝑂 18,02 𝑘𝑔 𝐻2 𝑂 1
= 𝑥 𝑥 … (2)
𝑃 − 𝑃𝐴 𝐾𝑔 𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟 𝐾𝑔 𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟 28,97 𝐾𝑔 𝑎𝑖𝑟/𝐾𝑔 𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟

18,02 𝑃𝐴
𝐻= … (3)
29,97 (1 − 𝑃𝐴 )

(Geankoplis, 1993: 526)

Kelembaban dikaitkan dengan fraksi mol dalam fasa gas dengan persamaan :

𝐻/𝑀𝐴
𝑦= … (4)
1/𝑀𝐵 + 𝐻/𝑀𝐴

Karena H/MA biasanya lebih kecil dibandingkan dengan 1/MB, y sering dianggap berbanding
lurus dengan H (McCabe, 1993:739).

2. Saturated Gas atau Saturated Air

Saturated gas atau saturated air adalah gas atau udara di mana uap airnya berada dalam
kesetimbangan dengan cairan pada kondisi tekanan dan suhu tertentu. Dalam campuran ini
tekanan parsial uap air dalam campuran udara-air sama dengan tekanan uap (PAS) air murni
pada suhu tertentu. Oleh karena itu, kelembaban saturasi Hs adalah (Geankoplis, 1993: 526).

𝑀𝐴 . 𝑃𝐴𝑆
𝐻𝑠 = … (5)
𝑀𝐵 (𝑃 − 𝑃𝐴𝑆 )

18,02 𝑃𝐴𝑆
𝐻𝑠 = … (6)
28,97 1 − 𝑃𝐴𝑆

(McCabe, 1993:739)

3. Relative Humidity

Relative humidity HR didefinisikan sebagai rasio tekanan parsial uap terhadap tekanan uap
cairan pada suhu gas. Biasanya dinyatakan dalam persentase, jadi 100 persen kelembapan
berarti gas jenuh dan 0 persen kelembapan berarti gas bebas uap. Menurut definisi :
𝑃𝐴
𝐻𝑅 = 100 … (7)
𝑃𝐴𝑆

(McCabe, 1993:739)

4. Percentage Humidity

Percentage humidity adalah rasio kelembapan aktual terhadap kelembaban saturasi pada
suhu gas, juga berdasarkan persentase, atau

𝐻 𝑃𝐴 /(1 − 𝑃𝐴 ) 1 − 𝑃𝐴𝑆
𝐻𝐴 = 100 = 100 = 𝐻𝑅 … (8)
𝐻𝑆 𝑃𝐴𝑆 /(1 − 𝑃𝐴𝑆 ) 1 − 𝑃𝐴

Pada semua kelembapan selain 0 atau 100 persen, percentage humidity-nya kurang dari
relative humidity. (McCabe, 1993:739)

5. Humid Heat

Humid heat Cs adalah energi panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu satuan massa
gas ditambah uap apa pun yang mungkin dikandungnya sebesar 1 oC atau 1oF pada tekanan
konstan. Kapasitas kalor udara dan uap air dapat diasumsikan konstan pada rentang
temperatur dan biasanya dijumpai pada 1,005 kJ / kg udara kering dan 1,88 kJ / kg uap air
dalam K. rumus untuk Humid Heat adalah sebagai berikut :

𝐶𝑆 = 𝐶𝑃𝐵 + 𝐶𝑃𝐴 . 𝐻 … (9)

𝐾𝐽
𝐶𝑆 𝑑𝑟𝑦 𝑎𝑖𝑟. 𝐾 = 1,005 + 1,88 . 𝐻 … (10)
𝐾𝑔

𝐵𝑡𝑢
𝐶𝑆 𝑑𝑟𝑦 𝑎𝑖𝑟. ℉ = 0,24 + 0,45 . 𝐻 … (11)
𝑙𝑏𝑚

(McCabe, 1993:739, Geankoplis, 1993: 527)

6. Humid Volume

Humid volume VH adalah volume total dari satu satuan massa gas bebas uap ditambah uap
apa pun yang mungkin dikandungnya pada tekanan absolut atau 1 atm dan pada suhu atau
temperatur gas tertentu (Geankoplis, 1993: 527). Dengan hukum gas ideal, VH dalam unit
ft3/lbm uk dikaitkan dengan kelembaban dan suhu didapat persamaan :

359𝑇 1 𝐻
𝑉𝐻 = ( + ) … (12)
492 𝑀𝐵 𝑀𝐴
dengan T adalah suhu absolut dalam derajat Rankine. Dalam satuan Sl persamaannya adalah

22,41𝑇 1 𝐻
𝑉𝐻 = ( + ) … (13)
273 𝑀𝐵 𝑀𝐴

dengan VH dalam meter kubik per gram dan T dalam Kelvin. Untuk gas bebas uap H = 0,
dan VH adalah volume spesifik dari gas tetap. Untuk saturated gas H = H S dan VH menjadi
saturated volume. (McCabe, 1993:739-740)

7. Dew Point

Dew point, merupakan temperatur di mana suatu campuran harus didinginkan dengan
humiditas konstan untuk mulai terkondensasi (mulai terbentuk setetes embun) (McCabe,
1993:740)

8. Total Entalpy

Entalpi total adalah entalpi dari satuan massa gas ditambah uap apapun yang dikandungnya.
Untuk menghitung Hy, dua status referensi harus dipilih, satu untuk gas dan satu untuk uap.
Entalpi total adalah Jumlah dari tiga item; panas sensibel dari uap, panas laten cairan di To,
dan panas sensibel dari gas bebas uap (McCabe, 1993:740).

Berikut persamaan entalpi total :

𝐻𝑦 = 𝐶𝑃𝐵 (𝑇 − 𝑇0 ) + 𝐻. λ0 + 𝐶𝑃𝐴. 𝐻(𝑇 − 𝑇0) … (14)

𝜆0 adalah latent heat cairan pada suhu T0, sehingga persamaannya menjadi

𝐻𝑦 = 𝐶𝑆 (𝑇 − 𝑇0 ) + 𝐻. λ0 … (15)

9. Dry-bulb Temperature

Temperatur bola kering (dry bulb temperature), merupakan temperatur yang terukur oleh
termometer saat bulb pada kondisi kering. (McCabe, 1993:748).

10. Wet-bulb Temperature

Temperatur bola basah adalah suhu stabil, suhu non-kesetimbangan yang dicapai oleh
sejumlah kecil cairan yang direndam dalam kondisi adiabatik dalam aliran gas yang kontinu.

Massa zat cair sangat kecil dibandingkan dengan fasa gas sehingga hanya ada perubahan
sifat-sifat gas yang dapat diabaikan, dan efek prosesnya terbatas pada zat cair. Metode
pengukuran temperatur wet bulb ditunjukkan pada Gambar 2.2 yaitu dengan Termometer,
atau alat pengukur suhu yang setara seperti termokopel, ditutupi oleh sumbu, yang
dijenuhkan dengan cairan murni dan direndam dalam aliran gas yang memiliki suhu T dan
kelembaban H tertentu.

Gambar 2.2 Pengukuran Wet-bulb Temperature (McCabe, 1993:747).

Asumsikan bahwa awalnya suhu cairan kira-kira sama dengan suhu gas. Karena gas tidak
jenuh, cairan menguap, dan karena prosesnya adiabatik, panas laten disuplai pada awalnya
dengan mendinginkan cairan. Ketika suhu cairan menurun di bawah suhu gas, panas sensibel
ditransfer ke cairan. Pada akhirnya, kondisi tunak dicapai pada suhu cairan sehingga panas
yang dibutuhkan untuk menguapkan cairan dan memanaskan uap menjadi suhu gas persis
diimbangi oleh panas sensibel yang mengalir dari gas ke cairan. (McCabe, 1993:747-748).

Atau dengan kata lain pada saat kondisi steady-state, air menguap ke aliran gas dan saat air
didinginkan hingga suhu tertentu dan tetap pada hingga suhu menjadi konstan, suhu kondisi
tunak inilah yang dilambangkan dengan Tw, yang disebut temperatur bola basah dan
merupakan fungsi dari T dan H. Panas laten penguapan sama dengan panas konvektif yang
mengalir dari aliran gas di suhu tertentu ke suhu yang lebih rendah. (Geankoplis, 1993: 531)

Hubungan antara temperature bola basah dan tempeartur penjenuhan adiabatis untuk sistem
air-udara ditunjukkan dengan rasio psychrometric, Hal ini dijelaskan lebih detail melalui
gambar berikut:
Gambar 2.3 Wet-bulb Temperature (Treybal, 1981:238)

(Treybal, 1981:238-239)

Melalui gambar diatas ditunjukkan setetes cairan dalam kondisi tunak dan massa gas yang
sangat besar melalui tetesan cairan terebut sehingga kelembaban tidak terpengaruh oleh
penguapan. Pada fenomena ini terjadi perpindahan panas dan massa secara simultan, yang
dinyatakan dengan persamaan dibawah dan berlaku qt = 0 karena tidak ada kalor yang
melalui interface cairan-gas dan NB = 0. Sehingga,

𝑞𝑡 = 𝑞𝑠 + λ𝐴 𝑁𝐴 + λ𝐵 𝑁𝐵 … (16)

𝑁𝐴 𝑀𝐴 𝐶𝐴
𝑞𝑠 = 𝑁 𝑀 𝐶
(𝑡𝐺 − 𝑡𝑊 ) ≈ ℎ𝐺 (𝑡𝐺 − 𝑡𝑊 ) … (17)
− 𝐴 𝐴 𝐴
1− 𝑒 ℎ𝐺

Persamaan untuk perpindahan massanya adalah

1 − 𝑝𝐴,𝑤 /𝑝𝑡
𝑁𝐴 = 𝐹 ln ≈ 𝑘𝐺 (𝑝̌ 𝐴,𝐺 − 𝑝𝐴,𝑤 ) … (18)
1 − 𝑝̌ 𝐴,𝐺 /𝑝𝑡

Dengan subtitusi persamaan (17) dan (18) ke persamaan (16) akan didapat persamaan
berikut:

ℎ𝐺 (𝑡𝐺 − 𝑡𝑊 ) + λ𝑊 𝑀𝐴 𝑘𝐺 (𝑝̌ 𝐴,𝐺 − 𝑝𝐴,𝑤 ) = 0 … (19)


𝜆𝑤 merupakan kalor laten pada saat temperature bola basah per unit massa. Dari persamaan
(19) disusun menjadi

λ𝑊 𝑀𝐴 𝑘𝐺 (𝑝̌ 𝐴,𝐺 − 𝑝𝐴,𝑤 ) λ𝑊 𝑀𝐵 𝑝̌ 𝐵,𝑀 𝑘𝐺 (𝑌′𝑊 − 𝑌′)


𝑡𝐺 − 𝑡𝑊 = = … (20)
ℎ𝐺 ℎ𝐺

Dimana 𝑝̌ 𝐵,𝑀 merupakan tekanan parsial gas rata-rata, dengan 𝑘𝑌 = 𝑀𝐵 𝑝̌ 𝐵,𝑀 𝑘𝐺 disubtitusi
ke persamaan (20) maka didapat persamaan berikut:

λ𝑊 (𝑌 ′ 𝑊 − 𝑌 ′ )
𝑡𝐺 − 𝑡𝑊 = … (21)
ℎ𝐺
𝑘𝑌

Persamaan (21) menyatakan persamaan temperature wet bulb dengan data eksperimental
nilai hG/Ky yang disebut rasio psikrometrik, menunjukkan bahwa untuk campuran uap air-
udara nilainya kurang lebih 0,96-1,005. Karena nilai ini mendekati nilai Cs yaitu lebih
tepatnya sebesar 1,005. Hubungan nilai tersebut disebut juga sebagai hubungan Lewis yaitu
hG/ky.Cs ≈ 1. Hal Ini menandakan bahwa adiabatic saturation lines juga dapat digunakan
untuk wet-bulb lines dengan akurasi yang memadai. (Perhatikan bahwa hal ini hanya berlaku
untuk uap air dan tidak untuk uap air lainnya, seperti benzena.) Oleh karena itu, penentuan
wet-bulb temperature sering kali digunakan untuk menentukan kelembapan campuran uap
air-udara. (Geankoplis, 1993: 532)

2.2 Penjenuhan Adiabatis

Gambar 2.4 Kontak Gas-Cairan Adiabatis (Treybal, 1981:236)

Penjenuhan adiabatis terjadi ketika gas yang masuk dikontakkan dengan cairan, misalnya
dengan spray, sehingga terjadi difusi dan terjadi perpindahan panas antara gas dengan cairan
yang menyebabkan gas keluar dengan kondisi kelembaban dan temperatur yang berbeda
dengan keadaan awalnya. Operasi berlangsung secara adiabatic sehingga tidak ada kalor
yang masuk ke sistem ataupun keluar ke lingkungan. Neraca massanya dinyatakan dengan
persamaan :

𝐿′ = 𝐺 ′𝑆 (𝑌2′ − 𝑌1′ ) … (22)

Sedangkan, neraca entalpinya yaitu:

𝐺𝑠′ 𝐻1′ + 𝐿′ 𝐻𝐿 = 𝐺𝑠′ 𝐻2′ … (23)

Dengan subtitusi persamaan (22) ke (23) didapat:

𝐻1′ + (𝑌2′ − 𝑌1′ )𝐻𝐿 = 𝐻2′ … (24)

Dengan definisi H’ sebagai berikut:

𝐻1′ = 𝐶𝐵 (𝑡𝐺1 − 𝑡0 ) + 𝑌1′ 𝐶𝐴 (𝑡𝐺1 − 𝑡0 ) + 𝑌1′ λ0 … (25)

𝐻2′ = 𝐶𝐵 (𝑡𝐺2 − 𝑡0 ) + 𝑌2′ 𝐶𝐴 (𝑡𝐺2 − 𝑡0 ) + 𝑌2′ λ0 … (26)

𝐻𝐿 = 𝐶𝐴,𝐿 (𝑡𝐿 − 𝑡0 ) … (27)

Kondisi campuran uap air-gas pada outlet sedang dalam kondisi jenuh (kondisi tas, Y’as, H’as)
dan cairan masuk pada saat kondisi tas. Maka, persamaan (24) dapat dijabarkan menjadi

𝐶𝐵 (𝑡𝐺1 − 𝑡0 ) + 𝑌1′ 𝐶𝐴 (𝑡𝐺1 − 𝑡0 ) + 𝑌1′ λ0 + (𝑌𝑎𝑠



− 𝑌1′ )𝐶𝐴,𝐿 (𝑡𝑎𝑠 − 𝑡0 )
′ ′
= 𝐶𝐵 (𝑡𝑎𝑠 − 𝑡0 ) + 𝑌𝑎𝑠 𝐶𝐴 (𝑡𝑎𝑠 − 𝑡0 ) + 𝑌𝑎𝑠 λ0 … (28)

Penyederhanaan persamaan (28) akan didapat persamaan:

(𝐶𝐵 + 𝑌1′ 𝐶𝐴 )( 𝑡𝐺1 − 𝑡𝑎𝑠 ) = 𝐶𝑠1 ( 𝑡𝐺1 − 𝑡𝑎𝑠 )



= (𝑌𝑎𝑠 − 𝑌1′ )[𝐶𝐴 (𝑡𝑎𝑠 − 𝑡0 ) + λ0 − 𝐶𝐴,𝐿 (𝑡𝑎𝑠 − 𝑡0 )] … (29)

Dengan λ𝑎𝑠 =[𝐶𝐴 (𝑡𝑎𝑠 − 𝑡0 ) + λ0 − 𝐶𝐴,𝐿 (𝑡𝑎𝑠 − 𝑡0 )] , maka


𝐶𝑠1 ( 𝑡𝐺1 − 𝑡𝑎𝑠 ) = (𝑌𝑎𝑠 − 𝑌1′ ) λ𝑎𝑠 … (30)

λ𝑎𝑠

𝑡𝐺1 − 𝑡𝑎𝑠 = (𝑌𝑎𝑠 − 𝑌1′ ) … (31)
𝐶𝑠1

(Treybal, 1981:236-237)
2.3 Humidifikasi pada Cooling Tower

Gambar 2.5 Continuous Countercurrent Adiabatic Gas-Liquid Contact (Treybal,


1981:243)

Persamaan neraca massa pada bagian bawah tower yang terdapat dari gambar diatas adalah

𝐿′ − 𝐿′1 = 𝐺𝑠′(𝑌 ′ − 𝑌1′ ) … (32)

Persamaan neraca energi yang didapat :

𝐿′ 𝐻𝐿′ + 𝐺𝑠′ 𝐻1′ = 𝐿′1 𝐻𝐿1 + 𝐺𝑠′ 𝐻 ′ … (33)

Laju massa per luas area menara:

𝑃̅
1 − 𝑃𝐴,𝑖
𝑖
𝑁𝐴 𝑀𝐴 𝑎𝑀 𝑑𝑍 = −𝐺𝑆′ 𝑑𝑌 ′ = 𝑀𝐴 𝐹𝐺 ln 𝑎𝑀 𝑑𝑍 … (34)
𝑃𝐴,𝐺
1− 𝑃
( 𝑖 )

Panas sensible, sebagai laju energi per luas area menara:

𝑁𝐴 𝑀𝐴 𝐶𝐴
Untuk gas: 𝑞𝑠𝐺 𝑎𝐻 𝑑𝑍 = 𝑁 𝑀 𝐶 (𝑡𝐺 − 𝑡𝑖 )𝑎𝐻 𝑑𝑍 = ℎ𝐺′ 𝑎𝐻 (𝑡𝐺 − 𝑡𝑖 )𝑑𝑍 … (35)
− 𝐴 𝐴 𝐴
1− 𝑒 ℎ𝐺

Untuk cairan: 𝑞𝑠𝐺 𝑎𝐻 𝑑𝑍 = ℎ𝐿 𝑎𝐻 (𝑡𝑖 − 𝑡𝐿 )𝑑𝑍 … (36)


Persamaan yang berlaku untuk operasi adiabatik :

𝐿′ 𝐶𝐴,𝐿 𝑑𝑡𝐿 = 𝐺𝑠′ {𝐶𝑠 𝑑𝑡𝐺 + [𝐶𝐴 (𝑡𝐺 − 𝑡0 ) − 𝐶𝐴,𝐿 (𝑡𝐿 − 𝑡0 ) + λ0 ]𝑑𝑌 ′ } … (37)

jika panas sensibel dari persamaan diatas diabaikan dibandingkan dengan panas laten, maka:

𝐿′ 𝐶𝐴,𝐿 𝑑𝑡𝐿 = 𝐺𝑠′𝐶𝑠 𝑑𝑡𝐺 + 𝐺𝑠′ λ0 𝑑𝑌 ′ ≈ 𝐺𝑠′𝑑𝐻 … (38)

𝐿′ 𝐶𝐴,𝐿 (𝑡𝐿2 − 𝑡𝐿1) = 𝐺𝑠′(𝐻2′ − 𝐻1′ ) … (39)

(Treybal, 1981:243-245)

Perhitungan ketinggian teoritis cooling tower dilakukan dengan menggunakan 2 interpretasi


yaitu NTU (number of transfer unit) dan HTU (height transfer unit). NTU merupakan
perhitungan yang menunjukkan tingkat kesulitan transfer entalpi yang dapat diperoleh
dengan cara grafik yaitu dengan menggunakan garis operasi dan garis kesetimbangan yang
ada pada gambar dibawah, sedangkan HTU menunjukkan efektivitas atau performa dari
suatu packing yang tidak bergantung pada laju aliran dan memiliki dimensi panjang yang
sederhana. (Treybal, 1981:247).

Persamaan NTU dan HTU dinyatakan sebagai berikut :



𝐺𝑠′ 𝐻2 𝑑𝐻 ′
𝐻= ∫ … (40)
𝑘𝑦𝑎 𝐻1′ 𝐻𝑖′ − 𝐻′

Gambar 2.6 Kurva Kesetimbangan dan Kurva Operasi Pada Cooling Tower (Treybal,
1981:246)
Berikut merupakan langkah-langkah perhitungan tinggi teoritis cooling tower:

1. Membuat kurva kesetimbangan (TL vs. Hi’)

2. Menghitung laju operasi minimum

3. Membuat garis operasi nyata ( GS’ = …… x GS’min )

4. Membuat Hi’ vs. H’

5. Menghitung NTU dengan rumus (40)

NTU dapat diselesaikan dengan menghitung luas di bawah kurva 1/H1'-H' vs H’.
Penyelesaiannya dapat menggunakan metode trapesium.

6. Menghitung HTU = Gs' / kya

7. Menghitung tinggi cooling tower dengan ℎ = 𝐻𝑇𝑈 × 𝑁𝑇𝑈

2.4 Transistor Inverter, Anemometer, dan Rotameter

• Transistor Inverter

Inverter adalah alat yang berfungsi untuk mengubah dari arus searah (DC) menjadi arus
bolakbalik (AC) dengan frekuensi tertentu menggunakan metode switching. Switching itu
sendiri adalah proses perpindahan antara kondisi ON dan OFF ataupun sebaliknya.
Pencacahan arus DC dengan proses switching ini dimaksudkan agar terbentuk gelombang
AC yang dapat diterima oleh peralatan/beban listrik AC.

Komponen utama yang digunakan haruslah sangat cepat dalam proses switching sebuah
inverter, sehingga tidak memungkinkan bila digunakan saklar ON-OFF, relay, kontaktor dan
sejenisnya. Akhirnya dipilihlah peralatan-peralatan semi-konduktor yang mampu berfungsi
sebagai saklar/ pencacah tegangan, selain itu juga mampu melakukan proses switching
dalam tempo yang sangat cepat. Contoh semi-konduktor diantaranya seperti transistor, BJT,
IGBT, dan sejenisnya. (Rahayu, 2018 : 120)

Transistor merupakan salah satu jenis komponen aktif yang banyak digunakan, baik dalam
rangkaian analog maupun rangkaian digital. Komponen ini terbuat dari bahan
semikonduktor yang merupakan dua pertemuan antara jenis p dan jenis n. Transistor
digunakan didalam rangkaian untuk memperkuat sinyal, artinya sinyal lemah pada masukan
diubah menjadi sinyal yang kuat pada keluaran. (Suwarno, 2009: 23)
• Anemometer

Anemometer adalah alat pengukur kecepatan angin yang banyak digunakan dalam bidang
meteorologi dan geofisika atau stasiun prakiraan cuaca. Selain mengukur kecepatan angin,
Anemometer juga dapat mengukur besarnya tekanan angin itu (Azwar, 2013: 2).

Cara kerja dari alat ini sangat simple dan hampir sama dengan kincir angin belanda.
Anemometer harus diletakkan di tempat luar ruangan. Lalu alat ini akan bergerak saat tertiup
angin. Bagian baling – baling / mangkok akan berputar sesuai dengan arah mata angin.

Jika putaran dari baling – baling semakin besar, berarti angin sangat kencang. Sebaliknya
jika anemometer tidak bergerak, maka tidak ada angin sama sekali. Di bagian
bawah anemometer terdapat suatu alat yang berfungsi untuk menghitung tingkat kecepatan
angin dalam 1 detik. (Achmadi, 2019)

• Flowmeter

Flow meter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur laju aliran atau Jumlah
suatu fluida yeng bergerak mengalir dalam suatu pipa tertutup atau saluran terbuka seperti
channel atau sungai atau parit atau gorong-gorong. Jenis fluida yang melalui atau diukur
oleh flow meter bisa berupa cairan, gas maupun solid. Dalam Aplikasinya penggunaan flow
meter untuk mengukur aliran baik berupa kecepatan aliran, kapasitas aliran maupun
volumenya atau beratnya fluida mempunyai aplikasi yang bermacam macam (kumar,2016 :
549).
2.5 Rangkaian Alat

Gambar 2.7 Rangkaian Alat Modul 2.07 Humidifikasi


BAB III
CARA KERJA
3.1 Start Up

Pengisian bak air


Air 3
(± 4 volume bak, pipa bypass tercelup)

Kabel Thermostats
dihubungkan ke stopkontak

Thermostats dinyalakan lalu diatur


(Temperature penugasan)

Penghubungan Kabel
(Blower, transitor inverter, dan pompa)

Bypass ditutup
(mencapai batas yang sudah ditandai)

Penutupan kerangan Drainase


(Bagian bawah kolom)

3.2 Kalibrasi Thermometer

Air Pemanasan hingga mendidih


(Gelas Kimia, Koil pemanas)

Pengukuran Temperature T air


(thermometer, Air mendidih) mendidih
Pengukuran Temperature T air es
Es batu (thermometer, Air Es mencair) mencair

3.3 Pembuatan Kurva Standar Transistor Inverter

Penyalaan alat
(Transistor Inverter)

Pengaturan alat
(Transistor Inverter,sesuai penugasan untuk Blower)

Pembacaan kecepatan aliran udara


(Bagian atas kolom anemometer)

Apakah kecepatan
Aliran telah konstan ?
Tidak

Ya

Pengulangan pengukuran Kecepatan


(Duplo, 8 variasi frekuensi) aliran udara

3.4 Pengukuran Dimensi kolom

Pengukuran keliling kolom Keliling


(meteran) kolom

Pengukuran diameter lubang atas kolom Diameter lubang


(Jangka sorong) bagian atas kolom

Pengukuran tinggi kolom


Tinggi kolom
(meteran)
3.5 Run Utama

Pemanasan hingga T penugasan


(bak air, Thermostat, koil)

Pengukuran temperature
𝑇𝐿 𝑖𝑛
(Suction pompa, termometer)

Apakah temperature
Telah sama dengan temperature -
Tidak - penugasan??

Ya
Penyalaan pompa

Pengaturan rotameter
Laju alir air
(sesuai dengan penugasan)

Pengaturan Transistor inverter Frekuensi


(sesuai penugasan) (FTI)

Pengontakan air dengan udara


(kolom, ± 30 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

Pengukuran kecepatan udara keluaran kolom Laju alir


(anemometer, setiap 10 menit) udara

Pengukuran temperature keluaran kolom


𝑇𝐿 𝑜𝑢𝑡
(thermometer)
Pengukuran %RH dan TG %RH
(RH meter, lubang 1-7, setiap 30 detik) dan TG

Apakah data
Tidak telah konstan sebanyak 5x?

Ya
Pengukuran ∆ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
∆ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
(manometer)

Pematian pompa

Apakah semua run


Telah didapatkan semua data?
Tidak

Ya

Shut Down

3.6 Shut Down

Pematian pompa

Pematian Thermostat
(skala setpoint 0)

Pembukaan kerangan
Drainase
Pengaturan frekuensi
transistor inverter
(34 Hz, hingga kering)

Pengeringan kolom

Pengosongan dan pengeringan


(Bak air)

Pengembalian transistor
Inverter pada keadaan awal

Pematian rotameter
(skala 0)

Pembukaan kerangan
(Bypass terbuka penuh)

Pencabutan dan
penggulungan kabel

Anda mungkin juga menyukai