(2.1)
(2.2)
h=
Dimana : h : koefisien perpindahan panas (kJ/detoC)
ky : koefisien perpindahan massa (mol/detik)
MB : massa jenis udara (gr/mol)
H : humidity
Hw : humidity air
𝜆w : panas latent pada wet bulb temperature (kj/kg)
(Geankoplis.1997)
Humidity secara umum mampu mewakili pengertian kelembaban.
Kelembaban merupakan keadaan lingkungan dengan tingkat kejenuhan udara
basah yang disebabkan oleh adanya uap air. Tingkat kejenuhan sangat
dipengaruhi oleh temperatur. Relative Humidity merupakan persentase rasio dari
tekanan uap air atau jumlah uap air yang terkandung dalam volume saat dilakukan
pengukuran dan dibandingkan dengan jumlah uap air maksimal yang terkandung
dalam volume tekanan uap air saat mengalami saturasi (Sunardi,2017).
Humidifikasi adalah proses perpindahan air dari fase cair (A) ke dalam
campuran gas yang terdiri dari udara (B) dan uap air (A) karena adanya kontak
antara cairan yang temperaturnya lebih tinggi dengan campurannya. Parameter
Humidifikasi:
1. Kelembaban (humidity)
H merupakan fungsi tekanan parsial uap air dalam udara (P A) dan tekanan
udara total P, dimana P diasumsi=101,325 kPa= 1 atm= 760 mmHg. Jika Bm
air =18,02 udara=28,97 maka H dalam kg H2O/kg udara kering (SI) atau Ib
H2O/Ib udara kering adalah:
18,02 PA
H= (2.3)
28,97 (P PA )
Dimana : PA = tekanan partial uap
P = tekanan total
Udara jenuh dalam campuran ini tekanan parsial dari uap air dalam campuran
udara air adalah sama dengan tekanan uap air (P AS) murni pada suhu tertentu.
Sehingga humidity jenuh (Hs) adalah:
18,02
HS = . (2.4)
PAS
28,97 (P PAS )
Dimana : PAS = tekanan uap air
HS = kelembaban jenuh
2. Persentage Humidity (Hp)
Percentage Humidity adalah rasio Actual Humidity (H)/Saturation Humidity
(Hs) pada suhu dan tekanan yang sama dikali 100, sehingga:
HP = 100 H
(2.5)
HS
Dimana: H = Actual Humidity
Hs = Saturation Humidity
3. Percentage Relative Humidity (HR)
HR adalah rasio tekanan parsial uap air dalam udara (PA) dan tekanan uap
murni (PAS) dikali 100, sehingga:
PA
HR = 100 '
. (2.6)
PAS
(Geankoplis,1997).
4. Humid Volum (VH)
Humid Volum (VH) adalah volume total satu satuan massa gas bebas uap
beserta segala uap yang dikandungnya, pada tekanan 1 atm dan suhu gas.
Sesuai dengan hukum gas maka diperoleh persamaan :
(2.7)
Wet Bulb Temperature (Temperatur bola basah), yaitu suhu bola basah.
Sesuai dengan namanya “wet bulb”, suhu ini diukur dengan menggunakan
termometer yang bulbnya (bagian bawah termometer) dilapisi dengan kain yang
telah basah kemudian dialiri udara yang ingin diukur suhunya ( Wayan, 2017 )
Gambar 2.1 Humidity chart for misture air and water vapor at a total
pressure of 101,325 kPa (760 mmHg)
Grafik campuran di gambar 2.1 pada tekanan 1,0 atm. Dalam gambar ini
kelembaban (H) dengan suhu dari campuran uap air udara. Kurva ditandai 100%
berjalan ke atas ke kanan memberikan kelembaban jenuh Hs sebagai fungsi
temperatur. Misalnya, untuk suhu 26,7 oC Hs dihitung sebagai 0,02226 kg
H2O/udara kg. Merencanakan dari suhu 26,7 oC (80 F) dan Hs = 0,02226 pada
gambar 2.1 jatuh pada jenuh garis 100%. Setiap titik di bawah garis saturasi
mewakili air udara campuran uap umpan tak jenuh. Garis lengkung di bawah
garis saturasi 100% dan berjalan ke atas Hp tepat mewakili campuran tak jenuh
dari persentase kelembaban Hp. Ke bawah secara vertikal dari garis saturasi
pada suhu tertentu, garis antara kejenuhan 100% dan nol kelembaban H (garis
horizontal bawah) dibagi merata ke 100 penambahan sebesar 10%. Semua garis
kelembaban persentase Hp disebutkan dan garis saturasi kelembaban Hs dapat
dihitung dari data tekanan uap air (Geankoplis,1997).
Tabel 2.4. Perhitungan laju alir uap (tekanan variabel tetap) Kondisi
awal kolom bawah
Tekanan Td1
Bukaan BM
udara P PA BM air H
valve udara
(kg/cm2) F o
2.7 Grafik
Grafik 2.1. Hubungan laju alir air (Q) dengan koefisien perpindahan massa (Kg)
Grafik 2.2. hubungan laju alir udara (v) dengan koefisien perpindahan massa (Kg)
Grafik 2.3. perbandingan laju alir air (Q) dengan koefisien perpindahan panas
(Hg)
Grafik 2.4. Perbandingan laju alir udara (v) dengan koefisien perpindahan panas
(Hg)
Pada persamaan : KG = ky
1 L
Pudar
a
Dimana : ky NA
YA1 YA LM
YA2 YA1
1 Y
A2 A1
Q x ρ x 1 YA1
v u BM
udara
Berdasarkan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa laju alir (Q) memiliki
hubungan terhadap nilai koefisien perpindahan massa (KG) dalam fase gas. Nilai
dari laju alir (Q) berbanding lurus dengan koefisien perpindahan massa (K G),
sehingga jika nilai laju alir besar (Q), maka koefisien perpindahan massa semakin
besar (KG).
Dari teori tersebut dapat dibuktikan dengan hasil pengamatan pada grafik 2.1 dan
grafik 2.2 yang mana laju alir udara maupun air menunjukan bahwa terjadi
kenaikan nilai koefisien perpindahan massa seiring meningkatnya laju alir baik laju
alir udara maupun laju alir air.
Pada grafik 2.3 dan 2.4 menunjukan terjadinya peningkatan nilai koefisien
perpindahan panas (HG) apabila laju alir air maupun udara dinaikan. Dengan
demikian bahwa laju alir memiliki hubungan dengan nilai koefisien perpindahan
panas (HG). Hal tersebut juga sesuai dengan persamaan untuk menghitung koefisien
perpindahan panas (HG).
BM udara λw k y (H Hw )
HG (Td' Tw' )LM
Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar nilai laju alir suatu
fluida maka nilai koefisien perpindahan panas (HG) akan meningkat. Sehingga
dapat dikatakan hubungan antara laju alir dengan koefisien perpindahan panas (H G)
berbanding lurus.
Grafik 2.5 dan 2.6 menunjukan grafik hubungan laju alir terhadap bilangan
Reynold. Dari angka tersebut aliran fluida baik udara maupun air memiliki aliran
bersifat laminer.
Bilangan Sherwood dipengaruhi oleh bilangan Reynold. Semakin besar nilai Re,
nilai Sh yang diperoleh akan meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa bilangan Sh
dipengaruhi oleh bilangan Re. Laju alir yang semakin besar akan menimbulkan
turbulensi di dalam kolom sehingga perpindahan massa yang terjadi semakin besar
Kesimpulan
Dari hasil praktikum terkait dengan proses dan nilai koefisien perpindahan massa
(KG) dan koefisien perpindahan panas (HG) sangat dipengaruhi oleh besarnya laju
alir suatu fluida baik fluida air maupun panas. Semakin besar peningkatan nilai laju
alir maka terjadi kenaikan nilai koefisien perpindahan massa (KG) dan koefisien
perpindahan panas (HG). Sehingga pada pembacaan grafik terjadi kenaikan kurva.
DAFTAR PUSTAKA
tav =
= 10,75 detik
Q =
=
= 46,5116 cm3/detik
b. Bukaan 2
tav =
= 9,25 detik
Q =
=
= 54,054 cm3/detik
hav =
= 1,25 cm
tav =
= 1,25 detik
v = =
= 1 cm/detik
b. Tekanan udara 2 kg/cm2
hav =
= 2,1 cm
tav =
= 1,85 detik
v =
=
= 1,135 cm/detik
3. Menghitung Laju Volumetrik Udara
Diketahui :
Diameter kolom (d) = 0,06 = 6 cm
Panjang kolom (h) = 0,65 = 65 cm
A = Luas selimut tabung
= 2πr x t = 2 x 3,14 x 3 x 65
= 1224,6 cm2
a. Pada Tekanan 1 kg/cm2
Q = v x A = 1 x 1224,6
= 1224,6 cm3/detik
b. Pada Tekanan 2 kg/cm2
Q = v x A = 1,135 x 1224,6
= 1389,921 cm3/detik
526)
= 0,0194 kg H2O/kg udara
Bukaan valve 2
YA1 = =
= 0,0273 mol
=
YA2 =
= 0,0752 mol
Bukaan valve 2
=
YA2 =
= 0,0302 mol
NA = Vu’ [ ]
= 0,9479 [ ]
NA = Vu’ [ ]
= 0,9247 [ ]
= 1,104 [ ]
NA = Vu’ [ ]
= 1,1007 [ ]
(YA1
- YA)LM
=
=0,3625 mol
Maka nilai Ky :
Ky =
=
= 0,00056 gmol/detik cm2
Menghitung nilai Kg
(1 - YA1)L
M
=
= 0,970
(1 - YA2)L
M
=
= 0,95680
(1 - YA)LM = (1 - YA2)LM - (1 - YA1)LM
= 0,970 - 0,9680
= 0,002
Maka nilai Kg :
Kg =
=
= 0,00228 gmol/detik cm3
b. Tekanan 2 kg/cm2 kondisi awal kolom bawah
Diketahui : YA1 = 0,0273 mol
YA2 = 0,0302 mol
YA12 = 0,00743 mol
YA22 = 0,00825 mol
NA = 0,00339 gmol/detik cm2
Menghitung nilai Ky
(YA1
- YA)LM
=
=0,5858 mol
Maka nilai Ky :
Ky =
=
= 0,000472 gmol/detik cm2
Menghitung nilai Kg
(1 - YA1)L
M
=
= 0,9826
(1 - YA2)L
M
=
= 0,9806
(1 - YA)LM = (1 - YA2)LM - (1 - YA1)LM
= 0,9826 - 0,9806
= 0,002
Maka nilai Kg :
Kg =
=
= 0,00192 gmol/detik cm3
c. Tekanan 1 kg/cm2 kondisi akhir kolom atas
Diketahui : YA1 = 0,0521 mol
YA2 = 0,0752 mol
YA11 = 0,0070 mol
YA21 = 0,0102 mol
NA = 0,0243 gmol/detik cm2
Menghitung nilai Ky
(YA1
- YA)LM
=
=0,3625 mol
Maka nilai Ky :
Ky =
=
= 0,00054 gmol/detik cm2
Menghitung nilai Kg
(1 - YA1)L
M
=
= 0,970
(1 - YA2)L
M
=
= 0,95680
(1 - YA)LM = (1 - YA2)LM - (1 - YA1)LM
= 0,970 - 0,9680
= 0,002
Maka nilai Kg :
Kg =
=
= 0,00230 gmol/detik cm3
d. Tekanan 2 kg/cm2 kondisi akhir kolom atas
Diketahui : YA1 = 0,0273 mol
YA2 = 0,0302 mol
YA12 = 0,00743 mol
YA22 = 0,00825 mol
NA = 0,00383 gmol/detik cm2
Menghitung nilai Ky
(YA1
- YA)LM
=
=0,5858 mol
Maka nilai Ky :
Ky =
=
= 0,000533 gmol/detik cm2
Menghitung nilai Kg
(1 - YA1)L
M
=
= 0,9826
(1 - YA2)L
M
=
=
= 0,9806
(1 - YA)LM = (1 - YA2)LM - (1 - YA1)LM
= 0,9826 - 0,9806
= 0,002
Maka nilai Kg :
Kg =
=
= 0,00217 gmol/detik cm3
HW = = - 0,77
=
(Td’ – Tw’)LM
=
= 4,0
HG = –
(pers 2.4 geankoplis)
=
= 33,85 W/m2.K
b. Tekanan 2 kg/cm2 kondisi awal bukaan bawah
diketahui : Td1 = 92 oF = 33,34oC λ1 = 2562,312 KJ/kg
Td2 = 93,5oF = 34,17oC λ2 = 2563,806 KJ/kg
TW1 = 105 oF = 40,5 oC
TW2 = 97 oF = 36,1 oC
(A. 2-9 Geankoplis. Steamtable)
o
Maka Td rata – rata = = = 33,75 C
HW = = - 0,77
=
(Td’ – Tw’)LM
=
= 4,0
HG = –
(pers 2.4 geankoplis)
=
= 28,51 W/m2.K
c. Tekanan 1 kg/cm2 kondisi akhir bukaan atas
diketahui : Td1 = 92 oF = 33,34oC
Td2 = 93,5oF = 34,17oC
TW1 = 105 oF = 40,5 oC λ1 = 2575,19 KJ/kg
TW2 = 97 oF = 36,1 oC λ2 = 2567,1 KJ/kg
(A. 2-9 Geankoplis. Steamtable)
o
Maka Td rata – rata = = = 33,75 C
HW = = - 0,77
=
(Td’ – Tw’)LM
=
= 4,0
HG = –
(pers 2.4 geankoplis)
=
2
= 34,26 W/m .K
d. Tekanan 2 kg/cm2 kondisi awal bukaan bawah
diketahui : Td1 = 92 oF = 33,34oC
Td2 = 93,5oF = 34,17oC
TW1 = 105 oF = 40,5 oC λ1 = 2575,19 KJ/kg
TW2 = 97 oF = 36,1 oC λ2 = 2567,1 KJ/kg
(A. 2-9 Geankoplis. Steamtable)
o
Maka Td rata – rata = = = 33,75 C
HW = = - 0,77
=
(Td’ – Tw’)LM
=
= 4,0
HG = –
(pers 2.4 geankoplis)
=
= 32,32 W/m2.K
437)
= 3,792 aliran laminer
b. Pada tekanan udara 2 kg/cm2
Diketahui : D = 0,06 m = 6 cm
v = 1,135 cm/s
=1,2 kg/m3 = 1,225 10-3 g/cm3
μ 1,938 × 10-3 Pa.s
Maka N
Re
= 4,304 aliran laminer
12. Menghitung bilangan sheerwood
L
Nsh K'C
D AB
438)
L 0,65
Nsh = K' 0,00232
= C D 0,01
AB
= 0,1508
b. Tekanan 2 kg/cm2 bawah kondisi awal bukaan kolom
Diketahui : K’c = 0,00188 kW/m2.K
L = 0,65 m
μ = 0,01 kg/m.s
DAB = ρ 1 0,01
μ 0,01
L 0,65
Nsh = K' = 0,00188
C
D AB 0,01
= 0,1222
c. Tekanan 1 kg/cm2 bukaan kolom atas kondisi akhir
Diketahui : K’c = 0,00206 kW/m2.K
L = 0,65 m
μ = 0,01 kg/m.s
DAB = ρ 1 0,01
μ 0,01
L 0,65
Nsh = K' = 0,00206
C
D AB 0,01
= 0,1339
d. Tekanan 2 kg/cm2 bukaan kolom atas kondisi akhir
Diketahui : K’c = 0,000433 kW/m2.K
L = 0,65 m
μ = 0,01 kg/m.s
DAB = ρ 1 0,01
μ 0,01
L 0,65
Nsh = K' = 0,00433
C
D AB 0,01
= 0,28145