Anda di halaman 1dari 37

BAB II

WETTED WALL COLUMN

2.1 Tujuan Percobaan

- Menentukan koefisien perpindahan massa dan koefisien perpindahan panas


pada fase gas
- Mempelajari pengaruh variabel-variabel operasi seperti laju alir terhadap
koefisien perpindahan massa dan koefisien perpindahan panas dalam Wetted
Wall Column.

2.2 Tinjauan Pustaka

Wetted Wall Coloumn (WWC) merupakan alat yang digunakan untuk


transfer massa dan perpindahan panas anatara dua fase fluida (gas dan cair) yang
dilengkapi pengukuran perantara untuk mengukur koefisien gas dan sampel cair,
sehingga menimbulkan akurasi data yang tinggi. Prinsip falling film (Wetted Wall
Coloumn) digunakan dalam banyak aplikasi industri yang berbeda untuk
perpindahan massa antara cairan, misalnya sulfonasi produk organik dan
pembersihan gas buang (Nielsen, 1997).
Perpindahan panas adalah ilmu yang mempelajari proses perpindahan
panas atau panas dapat berpindah ke suatu benda ke benda lain dengan media
perambat. Dalam proses perpindahan panas dapat dibagi berdasarkan medium
perambatnya, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi (Burhani, 2014).
Dari Persamaan perpindahan panas baik konduksi, konveksi dan radiasi,
besar kecilnya nilai q (Perpindahan Panas) ini depengaruhi oleh suhu, dan luas
bidang permukaan panas. Semakin tinggi suhu dan semakin besar luas permukaan
panas semakin besar pula nilai q (Perpindahan panasnya) (Kern, 1997)
Perpindahan massa adalah perpindahan massa antara dua fase gas dan cair
yang memiliki konsentrasi yang berbeda. Perpindahan massa tersebut terjadi
antara fase gas oksigen dan fase cair adalah air. Proses perpindahan massa
memiliki koefisien perpindahan massa yang mempengaruhi kecepatan
perpindahan massa. Koefisien perpindahan massa dari gas atau oksigen diukur
dengan metode dinamik berdasarkan pada konsentrasi oksigen terlarut dalam
media cair dalam fungsi waktu (Widayat, 2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju perpindahan panas:
1. Tetapan Stefan Boltzmann
2. Luas permukaan A, makin besar luas permukaan makin cepat
perpindahan kalor.
3. Suhu, makin besar beda suhu makin cepat perpindahan kalor
4. Emisivitas (Indratama, 2016).
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perpindahan massa :
1. Elemen pertikel
2. Diameter tangki diameter pengaduk serta sifta-sifat fluida
3. Perbedaan berat jenis antara zat padat dan cairnya
Koefisien perpindahan massa didefinisikan sebagai laju perpindahan
massa per satuan luas per satuan beda konsentrasi dan biasanya didasarkan atas
aliran dalam mol dan koefisien perpindahan massa terhadap variabel yang
berpengaruh terhadap proses hidrolisa maka dapat dibuat suatu alat yang
mempunyai ukuran yang efisien dan sederhana yang dapat menghasilkan glukosa
yang optimal ( Luluk, 2010 ).
Laju perpindahan massa dapat dinyatakan dengan koefisien perpindahan
massa, luas, dan gaya dorong fraksi mol uap.

(2.1)

Dimana :ky = koefesien perpindahan massa, mol/satuan luas.satuan


fraksi mol
NA = laju perpindahan molal uap
Yi = fraksi mol uap pada antar muka
(1 – y)L = faktor difusi satu arah (Mc Cabe, 1993)
Koefisien Perpindahan Massa sangat dipengaruhi oleh diffusivitas dan
Wetted Wall Column normalnya digunakan untuk pembelajaran koefisien mass
transfer pada aliran laminar. (Kulkarni S J .2017)
Proses Absorbsi gas dan proses yang lain dimana proses tersebut
menggunakan tower dapat diatasi dengan menggunakan konsep diffusional
proses. Semua perhitungan perpindahan massa diperlukan pengetahuan tentang
kesetimbangan hubungan antar fase (Mc. Cabe, 1993)
Proses absorpsi merupakan proses pemisahan yang paling banyak dipakai
untuk menyerap gas Carbon Dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), SO2 gas
sulfur yang lainnya. Pada penelitiannya gas CO2 di absorpsi dengan larutan KOH
pada kondisi isothermal menghasilkan semakin besar laju alir pelarutnya (KOH)
akan membuat harga koefisien perpindahan massa overall fase gas (KG) semakin
besar. Dan apabila konsentrasi gas CO2 dalam campurannya dengan udara tinggi
menyebabkan harga koefisien perpindahan massa fase gasnya menjadi semakin
kecil. Konsentrasi pelarut yang tinggi juga meningkatkan koefisien mass transfer
fase gas. (Srihari .2007)
Koefisien perpindahan panas ini ditentukan secara eksperimental yang
dimana nilainya sangat tergantung pada variabel-variabel yang mempengaruhi
proses konveksi seperti geometri permukaan, kondisi aliran, sifat-sifat dari fluida
dan kecepatan dari fluida. Beberapa eksperimen memperlihatkan bahwa koefisien
perpindahan panas sangat tergantung sekali pada sifat-sifat fluida seperti
viskositas dinamik (), konduktifitas termal (k), kerapatan (), dan panas spesifik
(cp) ( Herman, 2017).
Koefisien perpindahan panas dapat diketahui dengan rumus :

(2.2)

h=
Dimana : h : koefisien perpindahan panas (kJ/detoC)
ky : koefisien perpindahan massa (mol/detik)
MB : massa jenis udara (gr/mol)
H : humidity
Hw : humidity air
𝜆w : panas latent pada wet bulb temperature (kj/kg)
(Geankoplis.1997)
Humidity secara umum mampu mewakili pengertian kelembaban.
Kelembaban merupakan keadaan lingkungan dengan tingkat kejenuhan udara
basah yang disebabkan oleh adanya uap air. Tingkat kejenuhan sangat
dipengaruhi oleh temperatur. Relative Humidity merupakan persentase rasio dari
tekanan uap air atau jumlah uap air yang terkandung dalam volume saat dilakukan
pengukuran dan dibandingkan dengan jumlah uap air maksimal yang terkandung
dalam volume tekanan uap air saat mengalami saturasi (Sunardi,2017).
Humidifikasi adalah proses perpindahan air dari fase cair (A) ke dalam
campuran gas yang terdiri dari udara (B) dan uap air (A) karena adanya kontak
antara cairan yang temperaturnya lebih tinggi dengan campurannya. Parameter
Humidifikasi:
1. Kelembaban (humidity)
H merupakan fungsi tekanan parsial uap air dalam udara (P A) dan tekanan
udara total P, dimana P diasumsi=101,325 kPa= 1 atm= 760 mmHg. Jika Bm
air =18,02 udara=28,97 maka H dalam kg H2O/kg udara kering (SI) atau Ib
H2O/Ib udara kering adalah:
18,02 PA
H= (2.3)
28,97 (P  PA )
Dimana : PA = tekanan partial uap
P = tekanan total
Udara jenuh dalam campuran ini tekanan parsial dari uap air dalam campuran
udara air adalah sama dengan tekanan uap air (P AS) murni pada suhu tertentu.
Sehingga humidity jenuh (Hs) adalah:
18,02
HS = . (2.4)
PAS
28,97 (P  PAS )
Dimana : PAS = tekanan uap air
HS = kelembaban jenuh
2. Persentage Humidity (Hp)
Percentage Humidity adalah rasio Actual Humidity (H)/Saturation Humidity
(Hs) pada suhu dan tekanan yang sama dikali 100, sehingga:
HP = 100 H
(2.5)
HS
Dimana: H = Actual Humidity
Hs = Saturation Humidity
3. Percentage Relative Humidity (HR)
HR adalah rasio tekanan parsial uap air dalam udara (PA) dan tekanan uap
murni (PAS) dikali 100, sehingga:
PA
HR = 100 '
. (2.6)
PAS
(Geankoplis,1997).
4. Humid Volum (VH)
Humid Volum (VH) adalah volume total satu satuan massa gas bebas uap
beserta segala uap yang dikandungnya, pada tekanan 1 atm dan suhu gas.
Sesuai dengan hukum gas maka diperoleh persamaan :
(2.7)

Dimana : VH = Humid Volum


H = Humidity
T = Temperatur (Mc. Cabe, 1993)

Temperatur Dew ialah temperatur yang terdapat pada udara lembab


jenuh dan berada pada tekanan dengan perbandingan kelembaban yang sama
seperti contoh udara lembab yang diberikan
Ws (p,td)=W (2.8)
(Muchammad,2006).
Dry Bulb Temperature (Temperatur bola kering), adalah temperatur
udara yang diukur menggunakan termometer yang terkena udara bebas namun
terjaga dari sinar matahari dan embun

Wet Bulb Temperature (Temperatur bola basah), yaitu suhu bola basah.
Sesuai dengan namanya “wet bulb”, suhu ini diukur dengan menggunakan
termometer yang bulbnya (bagian bawah termometer) dilapisi dengan kain yang
telah basah kemudian dialiri udara yang ingin diukur suhunya ( Wayan, 2017 )
Gambar 2.1 Humidity chart for misture air and water vapor at a total
pressure of 101,325 kPa (760 mmHg)
Grafik campuran di gambar 2.1 pada tekanan 1,0 atm. Dalam gambar ini
kelembaban (H) dengan suhu dari campuran uap air udara. Kurva ditandai 100%
berjalan ke atas ke kanan memberikan kelembaban jenuh Hs sebagai fungsi
temperatur. Misalnya, untuk suhu 26,7 oC Hs dihitung sebagai 0,02226 kg
H2O/udara kg. Merencanakan dari suhu 26,7 oC (80 F) dan Hs = 0,02226 pada
gambar 2.1 jatuh pada jenuh garis 100%. Setiap titik di bawah garis saturasi
mewakili air udara campuran uap umpan tak jenuh. Garis lengkung di bawah
garis saturasi 100% dan berjalan ke atas Hp tepat mewakili campuran tak jenuh
dari persentase kelembaban Hp. Ke bawah secara vertikal dari garis saturasi
pada suhu tertentu, garis antara kejenuhan 100% dan nol kelembaban H (garis
horizontal bawah) dibagi merata ke 100 penambahan sebesar 10%. Semua garis
kelembaban persentase Hp disebutkan dan garis saturasi kelembaban Hs dapat
dihitung dari data tekanan uap air (Geankoplis,1997).

Pengukuran humidity dapat dilakukan dengan tiga metode. Yaitu :


1. Metode titik embun.
Jika sebuah alat pengukur titik embun yang telah didinginkan kemudian
dimasukkan ke dalam suatu fase gas yang kelembabannya tidak diketahui
dan suhu alat tersebut berangsur-angsur diturunkan, alat ukur tersebut
akan mencapai suatu suhu dimana pada suhu tersebut terjadi kondensasi
kabut pada permukaan alat ukur. Pada waktu kabut itu pertama kali
terbentuk, terjadi kesetimbangan suhu antara uap didalam gas dengan
fase zat cair. Kesetimbangan tersebut menunjukan peristiwa terjadinya
titik embun. Pembacaan alat ukur dilakukan sambil menaikkan suhu itu
dengan perlahan-lahan dan mencatat suhu dimana kabut itu menghilang.
Kelembaban dapat diketahui dengan menggunakan grafik kelembaban
(humidity chart) pada suhu rata-rata dari suhu dimana kabut itu mulai
terbentuk dan suhu dim ana kabut itu menghilang
2. Metode Psikrometrik.
Metode Psikrometrik adalah metode perhitungan humidity berdasarkan
nilai tempratur dry bulb dan tempratur wet bulb yang terbaca pada
termometer. Dari kedua nilai tersebut dapat ditentukan garis psikrometrik
dengan memotong garis jenuh pada nilai tempratur wet bulb dan
mengikuti garis itu sampai memotong kordinat pada nilai tempratur dry
bulb. Pembacaan dilakukan pada grafik Humidity chart.
3. Metode langsung
Kandungan uap didalam gas dapat ditentukan secara langsung dengan
analisis dimana gas yang volumenya tertentu dilewatkan melalui suatu
perangkat instrumen analisis. Alat yang digunakan biasanya disebut
higrometer. (Mc Cabe,1993)

Dehumidifikasi proses untuk mengurangi kandungan uap air dari udara.


Kandungan uap air yang tinggi di dalam udara dapat menimbulkan berbagai
macam masalah baik bagi manusia maupun bagi material di sekelilingnya,
Wetted-Wall Column (WWC) merupakan alat yang digunakan untuk
mengetahui peristiwa perpindahan massa dan dari fase cair dalam aliran udara
yang bergolak. wetted wall column yaitu alat yang dibasahi dindindingnya berupa
sebuah tabung vertikal dimana air mengalir dari atas sehingga turun kebawah
melalui dinding pipa dengan pengaruh gaya gravitasi. sehingga berkontak dengan
udara yang mengalir secara berlawanan / counter current dari bawah pipa.
Perbedaan suhu antara gas dan cairan menyebabkan terjadinya transfer panas
sehingga terjadi perubahan fase dari cair menjadi gas. Peristiwa tersebut disebut
peristiwa penguapan. Penguapan dari cairan ke gas menunjukan terjadinya
perpindahan massa atau disebut koefisien perpindahan massa. Ketika suatu wetted
wall coloum di batasi dari kondisi lingkungan sehingga operasinya adalah
adiabatik dan cairan dialirkan kembali ke dasar kolom melalui reservoir ke bagian
atas kolom, maka operasi ini disebut kelembaban adiabatik. (Geankoplis,1997).
Bilangan Sherwood adalah bilangan tak berdimensi yang menyatakan nilai
dari koefisien perpindahan massa yang terjadi. Nilai dari bilangan Sherwood
dipengaruhi oleh bilangan Reynold. Semakin besar nilai Re, nilai Sh yang
diperoleh akan meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa bilangan Sh dipengaruhi
oleh bilangan Re.Laju alir yang semakin besar akan menimbulkan turbulensi di
dalam kolom sehingga perpindahan massa yang terjadi semakin besar
(Widayat,2011)
L
Nsh= K' (2.9)
C
D AB
Dimana:
Nsh : Sherwood Number DAB
: Massa Diffusivitas (kg)
K’C : Koefisien Diffusivitas (kg/m)
L : Panjang/tinggi (m)
Bilangan Reynold Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah
rasio antara gaya inersia (vsp) terhadap gaya viskos (µ/L) yang
mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran
tertentu. Bilangan ini digunakan untuk mengidentifikasikan jenis aliran yang
berbeda seperti laminar, turbulen dan transisi.
(2.10)
Dimana:
Re : Bilangan Reynold
p : Densitas fluida
v : Kecepatan fluida
d : Diameter
µ : Viskositas (Mc Cabe, 1993)
Terdapat beberapa alat industri yang memiliki prinsip humidifikasi seperti
wetted wall column. Diantaranya yaitu kondensor. Kondensor merupakan alat
untuk mendinginkan atau mengembunkan uap jenuh atau uap panas dengan
mengkontakkan langsung dengan air dingin. Selain itu dengan prinsip yang sama
yaitu alat cooling tower. Cooling tower berfungsi untuk mendinginkan air yang
memiliki suhu tinggi dengan mengkontakkan langsung dengan air secara counter
current. Air panas masuk melalui atas tower dan mengalir ke bawah melalui pack
– pack dan keluar dari bawah tower. Udara dialirkan dari bawah secara overflow
menuju atas. Pada pack pack cooling tower terjadi kontak antara air dan udara.
Alat – alat lain yang memiliki prinsip kerja yang sama yaitu alat absorber dan
kolom distilasi. (Geankoplis,1997).
2.3 Variabel Percobaan

A. Tekanan sebagai variabel tetap


- Variabel tetap
Tekanan udara : 1; 2; 3; 4 kg/cm2,
Suhu heater : 70 ˚C
- Variabel berubah
Bukaan valve : 1; 2; 3; 4 putaran
B. Bukaan valve sebagai variabel tetap
- Variabel tetap
Bukaan valve : 1; 2; 3; 4 putaran
Suhu heater : 70 ˚C
- Variabel berubah
Tekanan udara :1,2,3,4 kg/cm2

2.4 Prosedur Percobaan

1. Kalibrasi bukaan valve air


- Menyalakan pompa untuk mengisi tangki overflow kemudian mengatur
bukaan valve sesuai run, yaitu: 1; 2; 3; 4 putaran
- Mengalirkan air dari tangki overflow kemudian setelah aliran yang keluar
konstan, menampung air tersebut hingga volumenya 500 mL dalam
beakerglass. Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk mengisi air hingga 500
mL
- Melakukan 3 kali kalibrasi pada setiap bukaan valve.
2. Kalibrasi tekanan udara
- Menyalakan kompresor sampai mencapai tekanan yang ditentukan, yaitu1; 2;
3; 4 kg/cm2
- Mematikan kompresor setelah tekanan yang ditentukan tercapai, kemudian
membuka valve pada kompresor dan heater untuk mengalirkan udara kedalam
kolom bersamaan dengan menyalakan stopwatch
- Pada saat udara mengalir, membaca beda ketinggian air raksa pada manometer
pipa U
- Jika tekanan sudah kembali seperti semula, mematikan stopwatch, menutup
valve pada kompresor dan heater
- Melakukan 3 kali kalibrasi pada setiap variabel tekanan.
3. Prosedur percobaan
A. Tekanan sebagai variabel tetap
- Memanaskan heater sampai suhu 70 ˚C
- Mengisi tangki overflow sampai overflow
- Menyalakan kompresor hingga mencapai tekanan yang ditentukandan
mengatur bukaan valve sesuai dengan run yng ditentukan yairu: 1; 2; 3; 4
putaran
- Mengontakan udara dan air pada kolom dengan membuka valve untuk gas
dan valve untuk air bersamaan dengan itu menyalakan stopwatch
- Melakukan pencatatan wet bulb temperature dan dry bulb temperature saat
terjadi kontak antara udara dengan air untuk aliran masuk sebagai
temperatur awal, kemudian membaca beda ketinggian air raksa pada
manometer pipa U
- Jika tekanan telah kembali seperti semula, menutup valve kompresor, valve
heater dan valve air secara bersamaan kemudian membaca wet bulb
temperature dan dry bulb temperature untuk aliran keluar sebagai
temperatur akhir, mencatat waktu yang diperlukan
- Melakukan percobaan untuk tekanan udara yaitu: 1; 2; 3; 4 kg/cm2
B. Bukaan valve sebagai variabel tetap
- Memanaskan heater sampai suhu 70 ˚C
- Mengisi tangki overflow sampai overflow
- Mengatur bukaan valve sesuai dengan run yang ditentukan yaitu 1 putaran
dan menyalakan kompresor hingga mencapai tekanan yang ditentukan
yaitu:1; 2; 3; 4 kg/cm2
- Mengontakkan udara dan air pada kolom dengan membuka valve untuk gas
dan valve untuk air bersamaan dengan itu menyalakan stopwatch
- Melakukan pencatatan wet bulb temperature dan dry bulb temperature saat
terjadi kontak antara udara dengan air untuk aliran masuk sebagai
temperatur awal, kemudian membaca beda ketinggian air raksa pada
manometer pipa U
- Jika tekanan telah kembali seperti semula, menutup valve kompresor, valve
heater dan valve air secara bersamaan kemudian membaca wet bulb
temperature dan dry bulb temperature untuk aliran keluar sebagai
temperatur akhir, mencatat waktu yang diperlukan
- Melakukan percobaan untuk tekanan udara yaitu: 1; 2; 3; 4 putaran.

2.5 Gambar Alat

Gambar 2.1 Instrumen Wetted Wall Column


Keterangan gambar:
1. Kompressor
a. Valve kompresor
2. Dry bulb termometer bawah
3. Wet bulb termometer bawah
4. Manometer udara
5. Tabung kolom
6. Dry bulb termometer atas
7. Wet bulb termometer atas
8. Tangki oferflow
9. Tangki penampung
10. Pompa
11. a. Globe valve air
b. Globe valve air
12. Gate valve
13. Heater
a. Globe valve heater
14. Saklar kompresor
15. Saklar heater
16. Saklar pompa

2.6 Data Pengamatan

Tabel 2.1. Kalibrasi bukaan valve untuk air


Bukaan valve Volume Air Waktu (t) t rata – rata Q
(Putaran) (mL) t1 t2 (detik) (mL/detik)
1 500 10 11,5 10,75 46,511
2 500 9,5 9 9,25 54,054

Tabel 2.2. Kalibrasi tekanan udara


Tekanan Tinggi manometer
waktu h rata- t rata- v
udara (h)
rata rata
(kg/cm2) (cm) (Detik) (cm/detik)
1 1 1,5 1,2 1,3 1,25 1,25 1
2 2 2,2 2,5 1,2 2,1 1,85 1,135

Tabel 2.3. Data pengamatan dengan tekanan sebagai variabel tetap


Tekanan
h rata – rata t rata-rata v A Q
udara
(kg/cm2) (cm) (detik) (cm/detik) (cm2) (mL/detik)
1 1,25 1,25 1 1224,6 1224,6
2 2,1 1,85 1,135 1224,6 1389,9

Tabel 2.4. Perhitungan laju alir uap (tekanan variabel tetap) Kondisi
awal kolom bawah
Tekanan Td1
Bukaan BM
udara P PA BM air H
valve udara
(kg/cm2) F o

1 1 92 101,3 5,288 18,02 28,97 0,0342


2 2 93,5 202,6 5,548 18,02 28,97 0,0175
Kondisi akhir kolom atas
Tekanan Td1
Bukaan BM
udara P PA BM air H
valve udara
(kg/cm2) o
F
1 1 105 101,3 7,652 18,02 28,97 0,0506
2 2 97 202,6 6,156 18,02 28,97 0,0194

2.7 Grafik

Grafik 2.1. Hubungan laju alir air (Q) dengan koefisien perpindahan massa (Kg)
Grafik 2.2. hubungan laju alir udara (v) dengan koefisien perpindahan massa (Kg)

Grafik 2.3. perbandingan laju alir air (Q) dengan koefisien perpindahan panas
(Hg)
Grafik 2.4. Perbandingan laju alir udara (v) dengan koefisien perpindahan panas
(Hg)

Grafik 2.5. Perbandingan laju alir air (Q) dengan NRe


Grafik 2.6 Perbandingan laju alir udara (v) dengan NRe
BAB III
PEMBAHASAN
Hubungan antara laju alir volumetrik (Q) dengan koefisien perpindahan massa
dalam fase gas (KG)

Pada persamaan : KG = ky 
1   L
Pudar
a

Dimana : ky  NA
YA1  YA LM
 YA2 YA1 
 1 Y 
 A2 A1 
Q x ρ x 1 YA1 
v u BM
udara

Berdasarkan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa laju alir (Q) memiliki
hubungan terhadap nilai koefisien perpindahan massa (KG) dalam fase gas. Nilai
dari laju alir (Q) berbanding lurus dengan koefisien perpindahan massa (K G),
sehingga jika nilai laju alir besar (Q), maka koefisien perpindahan massa semakin
besar (KG).
Dari teori tersebut dapat dibuktikan dengan hasil pengamatan pada grafik 2.1 dan
grafik 2.2 yang mana laju alir udara maupun air menunjukan bahwa terjadi
kenaikan nilai koefisien perpindahan massa seiring meningkatnya laju alir baik laju
alir udara maupun laju alir air.
Pada grafik 2.3 dan 2.4 menunjukan terjadinya peningkatan nilai koefisien
perpindahan panas (HG) apabila laju alir air maupun udara dinaikan. Dengan
demikian bahwa laju alir memiliki hubungan dengan nilai koefisien perpindahan
panas (HG). Hal tersebut juga sesuai dengan persamaan untuk menghitung koefisien
perpindahan panas (HG).
BM udara  λw  k y  (H  Hw )
HG  (Td' Tw' )LM

Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar nilai laju alir suatu
fluida maka nilai koefisien perpindahan panas (HG) akan meningkat. Sehingga
dapat dikatakan hubungan antara laju alir dengan koefisien perpindahan panas (H G)
berbanding lurus.
Grafik 2.5 dan 2.6 menunjukan grafik hubungan laju alir terhadap bilangan
Reynold. Dari angka tersebut aliran fluida baik udara maupun air memiliki aliran
bersifat laminer.
Bilangan Sherwood dipengaruhi oleh bilangan Reynold. Semakin besar nilai Re,
nilai Sh yang diperoleh akan meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa bilangan Sh
dipengaruhi oleh bilangan Re. Laju alir yang semakin besar akan menimbulkan
turbulensi di dalam kolom sehingga perpindahan massa yang terjadi semakin besar
Kesimpulan
Dari hasil praktikum terkait dengan proses dan nilai koefisien perpindahan massa
(KG) dan koefisien perpindahan panas (HG) sangat dipengaruhi oleh besarnya laju
alir suatu fluida baik fluida air maupun panas. Semakin besar peningkatan nilai laju
alir maka terjadi kenaikan nilai koefisien perpindahan massa (KG) dan koefisien
perpindahan panas (HG). Sehingga pada pembacaan grafik terjadi kenaikan kurva.
DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis,Jhristie John.1997.Trasnport Processes and Separation Process Principles.


Burhani. 2014. Pengembangan Media Pembelajaran Perpindahan Panas Radiasi
dengan Variasi Beda Perlakuan Permukaan Spesimen Uji. Vol. 3. No. 2.
Semarang: Universitas Semarang
Widayat. 2011. Perpindahan Massa Gas-Cair dalam Proses Fermentasi Asam Sitrat
dengan Bioreaktor Bergelembung. Vol. 7. No. 2. Semarang: Universitas
Diponegoro
Nielsen,Cristian H.E.dkk.1997. Mass transfer in wetted-wall columns:Correlations at
high Reynolds numbers.Vol.53.No.3. Technical University of Denmark
Indratama. 2016. Analisa Perpindahan Panas dalam Rotary Klin Unit III PT. Antam,
TBK (PERSORO) UPBN SULTRA. Vol. 2. No. 2. Kendari. Universitas Halu Oleo
Mc. Cabe, Warren L., julian C Smith, and Peter Harriot. (1993). Unit operation of
Chemical Engineering, edisi V, Erlangga.
Muchammad.2006.Pengaruh Temperatur Regenerasi Terhadap Penurunan
Kelembaban Relatif dan Efektifitas Penyerapan Uap Air Pada Alat Uji
Dehumidifier dengan Desiccant Silica Gel. Vol. 2. No. 2. Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro
Edahwati, Luluk. 2010. Perpindahan Massa Karbohidrat menjadi Glukosa dari Buah
Kersen dengan Proses Hidrolisis. Vol. 10. No. 1. Surabaya: Teknik Kimia FTI-
UPNV Jawa Timur
Kulkarni SJ. 2017. Wetted Wall Column: Review on Studies and Investigations. E-
ISSN : 2349 – 9788.
Srihari et al. 2007. Absorpsi Gas CO2 Menggunakan KOH dalam Wetted-Wall Column
(WWC). ISSN : 1693 - 1750
Treybal, RE. 1980.Mass Transfer Operation. 3rd ec. Mc Graw Hill Book Co. Book of
Japan.
Wayan I Sadida. 2017. Analisa Properties Fluida Pengeringan pada Sistem Pengering
Ayaman Ata Berbahan Bakar Serbuk Kayu. Vol. 6. No. 2. Bali. Universitas
Undayana
DAFTAR NOTASI

A = Luas permukaan kolom (cm2)


BM = Berat molekul (gr/mol)
H = Humidity udara (kJ/kg)
h = Ketinggian manometer (cm)
hy = Koefisien perpindahan panas (kJ/det. 0C)
kG = Koefisien perpindahan massa dalam fase gas (mol/det.cm2.atm)
ky = Koefisien perpindahan massa (mol/detik)
MA = Berat molekul air (g/mol)
MB = Berat molekul udara (g/mol)
NA = Fluks massa (mol/detik)
P1 = Tekanan uap (mmHg)
Pudara = Tekanan udara (mmHg)
Q = Laju alir volumetrik (cm3/det)
R = 82,057 cm3.atm/mol . K
t = Waktu (detik)
Td = Dry bulb temperature (0C)
Tw = Wet bulb temperature (0C)
v = Laju alir udara (cm/det)
V = Volume (mL)
vu = Laju alir mol uap air (mol/det)
YA1 = Fraksi mol uap air dalam fase gas bagian bawah kolom
YA11 = Fraksi mol uap air dalam interface bagian bawah kolom
YA2 = Fraksi mol uap air dalam fase gas bagian atas kolom
YA21 = Fraksi mol uap air dalam interface bagian atas kolom
λw = Panas laten pada wet bulb temperatuer
ρ = Massa jenis (g/cm3)
APPENDIKS
WETTED WALL COLUMN

1. Menghitung debit air pada volume rata-rata


a. Bukaan 1

tav =

= 10,75 detik
Q =
=
= 46,5116 cm3/detik
b. Bukaan 2

tav =

= 9,25 detik
Q =
=
= 54,054 cm3/detik

2. Menghitung laju alir udara pada tekanan yang ditetapkan


a. Tekanan udara 1 kg/cm2

hav =

= 1,25 cm
tav =

= 1,25 detik

v = =
= 1 cm/detik
b. Tekanan udara 2 kg/cm2

hav =

= 2,1 cm
tav =

= 1,85 detik
v =
=
= 1,135 cm/detik
3. Menghitung Laju Volumetrik Udara
Diketahui :
Diameter kolom (d) = 0,06 = 6 cm
Panjang kolom (h) = 0,65 = 65 cm
A = Luas selimut tabung
= 2πr x t = 2 x 3,14 x 3 x 65
= 1224,6 cm2
a. Pada Tekanan 1 kg/cm2
Q = v x A = 1 x 1224,6
= 1224,6 cm3/detik
b. Pada Tekanan 2 kg/cm2
Q = v x A = 1,135 x 1224,6
= 1389,921 cm3/detik

4. Perhitungan laju uap air (tekanan variabel tetap)


a. Kondisi awal kolom bawah
 Bukaan valve 1
Diketahui : BM air (MA) = 18,02 g/mol
BM udara (MB) = 28,97 g/mol
P udara = 101,3 kPa = 760 mmHg
Td = 92 oF = 33,34 oC
PA = 5,288 kPa = 39,67 mmHg
(A.2-2 Geankoplis hal 854, Interpolasi)
Humidity

H = (pers 2.1 geankoplis hal


=
526)
= 0,0342 kg H2O/kg udara
 Bukaan valve 2
Diketahui : BM air (MA) = 18,02 g/mol
BM udara (MB) = 28,97 g/mol
P udara = 101,3 kPa = 760 mmHg
Td = 93,5 oF = 34,17 oC
PA = 5,548 kPa = 41,619 mmHg
(A.2-2 Geankoplis hal 854, Interpolasi)
Humidity

H = (pers 2.1 geankoplis hal


=
526)
= 0,01751 kg H2O/kg udara
b. Kondisi akhir kolom atas
 Bukaan valve 1
Diketahui : BM air (MA) = 18,02 g/mol
BM udara (MB) = 28,97 g/mol
P udara = 101,3 kPa = 760 mmHg
Td = 105 oF = 40,56 oC
PA = 7,652 kPa = 57,402 mmHg
(A.2-2 Geankoplis hal 854, Interpolasi)
Humidity

H = (pers 2.1 geankoplis hal


=
526)
= 0,0506 kg H2O/kg udara
 Bukaan valve 2
Diketahui : BM air (MA) = 18,02 g/mol
BM udara (MB) = 28,97 g/mol
P udara = 101,3 kPa = 760 mmHg
Td = 97 oF = 36,11 oC
PA = 6,156 kPa = 46,1785 mmHg
(A.2-2 Geankoplis hal 854, Interpolasi)
Humidity

H = (pers 2.1 geankoplis hal


=

526)
= 0,0194 kg H2O/kg udara

5. Menghitung fraksi YA (fraksi uap)


a. kondisi awal kolom bawah
 Bukaan valve 1

YA1 = (pers. 2.2 geankoplis hal


=
532)
= 0,0521 mol

 Bukaan valve 2

YA1 = =
= 0,0273 mol

b. kondisi akhir kolom atas


 Bukaan valve 1

=
YA2 =
= 0,0752 mol

 Bukaan valve 2
=
YA2 =
= 0,0302 mol

6. Menghitung laju difusi Vu’ (uap air)


a. Kondisi awal kolom bawah
 Tekanan 1 kg/cm2bukaan valve 1
Diketahui : v = 1 cm/detik
YA = 0,0521 mol
Vu’ = v x ( 1 - YA)
= 1 x (1 – 0,0521)
= 0,9479 gmol/detik
 Tekanan 2 kg/cm2 bukaan valve 2
Diketahui : v = 1,135 cm/detik
YA = 0,0273 mol
Vu’ = v x ( 1 - YA)
= 1,135 x (1 – 0,0273)
= 1,104 gmol/detik
b. Kondisi akhir kolom atas
 Tekanan 1 kg/cm2 bukaan valve
1 Diketahui : v = 1 cm/detik
YA = 0,07522 mol
Vu’ = v x ( 1 - YA)
= 1 x (1 – 0,07522)
= 0,9247 gmol/detik
 Tekanan 2 kg/cm2 bukaan valve 2
Diketahui : v = 1,135 cm/detik
YA = 0,0302 mol
Vu’ = v x ( 1 - YA)
= 1,135 x (1 – 0,0302)
= 1,1007 gmol/detik

7. Menghitung fluks massa (NA)


a. Tekanan 1 kg/cm2 bukaan valve 1
 Kondisi awal : Vu’ = 0,9479 gmol/detik
YA1 = 0,0521 mol
YA2 = 0,0752 mol

NA = Vu’ [ ]

= 0,9479 [ ]

= 0,0249 gmol/detik cm2


 Kondisi akhir : Vu’= 0,9247 gmol/detik
YA1 = 0,0521 mol
YA2 = 0,0752 mol

NA = Vu’ [ ]
= 0,9247 [ ]

= 0,0243 gmol/detik cm2


b. Tekanan 2 kg/cm2 bukaan valve 2
 Kondisi awal : Vu’ = 1,104 gmol/detik
YA1 = 0,0273mol
YA2 = 0,0302 mol
NA = Vu’ [ ]

= 1,104 [ ]

= 0,00339 gmol/detik cm2


 Kondisi akhir : Vu’= 1,1007 gmol/detik
YA1 = 0,0273mol
YA2 = 0,0302 mol

NA = Vu’ [ ]

= 1,1007 [ ]

= 0,00383 gmol/detik cm2


8. Menghitung mol uap air pada interface kolom atas dan kolom
bawah P1 didapat dari interpolasi berdasarkan Td (geankoplis hal
854)
a. interface pada kolom bawah
 Bukaan valve 1
YA11 =
=
= 0,0070
 Bukaan valve 2
YA12 =
=
= 0,00743 mol
b. interface pada kolom atas
 Bukaan valve 1
YA21 =
=
= 0,0102 mol
 Bukaan valve 2
YA22 =
=
= 0,00825mol
9. Menghitung koefisien perpindahaan massa
a. Tekanan 1 kg/cm2 kondisi awal kolom bawah
Diketahui : YA1 = 0,0521 mol
YA2 = 0,0752 mol
YA11 = 0,0070 mol
YA21 = 0,0102 mol
NA = 0,0249 gmol/detik cm2
Menghitung nilai Ky

(YA1
- YA)LM
=

=0,3625 mol
Maka nilai Ky :
Ky =
=
= 0,00056 gmol/detik cm2
Menghitung nilai Kg

(1 - YA1)L
M
=

= 0,970

(1 - YA2)L
M
=

= 0,95680
(1 - YA)LM = (1 - YA2)LM - (1 - YA1)LM
= 0,970 - 0,9680
= 0,002
Maka nilai Kg :
Kg =
=
= 0,00228 gmol/detik cm3
b. Tekanan 2 kg/cm2 kondisi awal kolom bawah
Diketahui : YA1 = 0,0273 mol
YA2 = 0,0302 mol
YA12 = 0,00743 mol
YA22 = 0,00825 mol
NA = 0,00339 gmol/detik cm2
Menghitung nilai Ky

(YA1
- YA)LM
=

=0,5858 mol
Maka nilai Ky :
Ky =
=
= 0,000472 gmol/detik cm2
Menghitung nilai Kg

(1 - YA1)L
M
=

= 0,9826

(1 - YA2)L
M
=

= 0,9806
(1 - YA)LM = (1 - YA2)LM - (1 - YA1)LM
= 0,9826 - 0,9806
= 0,002
Maka nilai Kg :
Kg =
=
= 0,00192 gmol/detik cm3
c. Tekanan 1 kg/cm2 kondisi akhir kolom atas
Diketahui : YA1 = 0,0521 mol
YA2 = 0,0752 mol
YA11 = 0,0070 mol
YA21 = 0,0102 mol
NA = 0,0243 gmol/detik cm2
Menghitung nilai Ky

(YA1
- YA)LM
=

=0,3625 mol
Maka nilai Ky :
Ky =
=
= 0,00054 gmol/detik cm2
Menghitung nilai Kg

(1 - YA1)L
M
=

= 0,970

(1 - YA2)L
M
=

= 0,95680
(1 - YA)LM = (1 - YA2)LM - (1 - YA1)LM
= 0,970 - 0,9680
= 0,002
Maka nilai Kg :
Kg =
=
= 0,00230 gmol/detik cm3
d. Tekanan 2 kg/cm2 kondisi akhir kolom atas
Diketahui : YA1 = 0,0273 mol
YA2 = 0,0302 mol
YA12 = 0,00743 mol
YA22 = 0,00825 mol
NA = 0,00383 gmol/detik cm2
Menghitung nilai Ky

(YA1
- YA)LM
=

=0,5858 mol
Maka nilai Ky :
Ky =
=
= 0,000533 gmol/detik cm2
Menghitung nilai Kg

(1 - YA1)L
M
=

= 0,9826

(1 - YA2)L
M
=

=
= 0,9806
(1 - YA)LM = (1 - YA2)LM - (1 - YA1)LM
= 0,9826 - 0,9806
= 0,002
Maka nilai Kg :
Kg =
=
= 0,00217 gmol/detik cm3

10 Menghitung koefisien perpindahan panas


a. Tekanan 1 kg/cm2 kondisi awal bukaan bawah
diketahui : Td1 = 92 oF = 33,34oC λ1 = 2562,312 KJ/kg
Td2 = 93,5oF = 34,17oC λ2 = 2563,806 KJ/kg
TW1 = 105 oF = 40,5 oC
TW2 = 97 oF = 36,1 oC
(A. 2-9 Geankoplis. Steamtable)
o
Maka Td rata – rata = = = 33,75 C

λ rata – rata = = = 2563,055KJ/kg


o
Tw rata – rata = = =38,3 C

Humidity (H) = 0,03 Dari grafik 9.3-2 geankoplis. Humidity


chart
Pressure (P) = 5,0 Dari steamtable A 2-9 Td
o
33 C

HW = = - 0,77
=

(Td’ – Tw’)LM
=

= 4,0

HG = –
(pers 2.4 geankoplis)
=
= 33,85 W/m2.K
b. Tekanan 2 kg/cm2 kondisi awal bukaan bawah
diketahui : Td1 = 92 oF = 33,34oC λ1 = 2562,312 KJ/kg
Td2 = 93,5oF = 34,17oC λ2 = 2563,806 KJ/kg
TW1 = 105 oF = 40,5 oC
TW2 = 97 oF = 36,1 oC
(A. 2-9 Geankoplis. Steamtable)
o
Maka Td rata – rata = = = 33,75 C

λ rata – rata = = = 2563,055KJ/kg


o
Tw rata – rata = = =38,3 C

Humidity (H) = 0,03 Dari grafik 9.3-2 geankoplis. Humidity


chart
Pressure (P) = 5,0 Dari steamtable A 2-9 Td
33 oC

HW = = - 0,77
=

(Td’ – Tw’)LM
=

= 4,0

HG = –
(pers 2.4 geankoplis)
=
= 28,51 W/m2.K
c. Tekanan 1 kg/cm2 kondisi akhir bukaan atas
diketahui : Td1 = 92 oF = 33,34oC
Td2 = 93,5oF = 34,17oC
TW1 = 105 oF = 40,5 oC λ1 = 2575,19 KJ/kg
TW2 = 97 oF = 36,1 oC λ2 = 2567,1 KJ/kg
(A. 2-9 Geankoplis. Steamtable)
o
Maka Td rata – rata = = = 33,75 C

λ rata – rata = = = 2571,145 KJ/kg


o
Tw rata – rata = = =38,3 C

Humidity (H) = 0,03 Dari grafik 9.3-2 geankoplis. Humidity


chart
Pressure (P) = 5,0 Dari steamtable A 2-9 Td
o
33 C

HW = = - 0,77
=

(Td’ – Tw’)LM
=

= 4,0

HG = –
(pers 2.4 geankoplis)

=
2
= 34,26 W/m .K
d. Tekanan 2 kg/cm2 kondisi awal bukaan bawah
diketahui : Td1 = 92 oF = 33,34oC
Td2 = 93,5oF = 34,17oC
TW1 = 105 oF = 40,5 oC λ1 = 2575,19 KJ/kg
TW2 = 97 oF = 36,1 oC λ2 = 2567,1 KJ/kg
(A. 2-9 Geankoplis. Steamtable)
o
Maka Td rata – rata = = = 33,75 C

λ rata – rata = = = 2571,145 KJ/kg


o
Tw rata – rata = = =38,3 C
Humidity (H) = 0,03 Dari grafik 9.3-2 geankoplis. Humidity
chart
Pressure (P) = 5,0 Dari steamtable A 2-9 Td
33 oC

HW = = - 0,77
=

(Td’ – Tw’)LM
=

= 4,0

HG = –
(pers 2.4 geankoplis)

=
= 32,32 W/m2.K

11. Menghitung NRe Udara


a. Pada tekanan udara 1 kg/cm2
Diketahui : D = 0,06 m = 6 cm
v = 1 cm/s
 =1,2 kg/m3 = 1,225 10-3 g/cm3

μ 1,938 × 10-3 Pa.s


Maka
N (pers. 2.5 geankoplis hal
Re
:

437)
= 3,792 aliran laminer
b. Pada tekanan udara 2 kg/cm2
Diketahui : D = 0,06 m = 6 cm
v = 1,135 cm/s
 =1,2 kg/m3 = 1,225 10-3 g/cm3
μ 1,938 × 10-3 Pa.s
Maka N
Re
= 4,304 aliran laminer
12. Menghitung bilangan sheerwood
L
Nsh  K'C
D AB

a. Tekanan 1 kg/cm2 kondisi awal bukaan kolom bawah


Diketahui : K’c = 0,00232 kW/m2.K
L = 0,65 m
μ = 0,01 kg/m.s (geankoplis hal 871)

DAB = ρ  1  0,01 (pers. 2.5 geankoplis hal


μ 0,01

438)
L 0,65
Nsh = K' 0,00232
= C D 0,01
AB

= 0,1508
b. Tekanan 2 kg/cm2 bawah kondisi awal bukaan kolom
Diketahui : K’c = 0,00188 kW/m2.K
L = 0,65 m
μ = 0,01 kg/m.s

DAB = ρ  1  0,01
μ 0,01

L 0,65
Nsh = K' = 0,00188
C
D AB 0,01
= 0,1222
c. Tekanan 1 kg/cm2 bukaan kolom atas kondisi akhir
Diketahui : K’c = 0,00206 kW/m2.K
L = 0,65 m
μ = 0,01 kg/m.s

DAB = ρ  1  0,01
μ 0,01

L 0,65
Nsh = K' = 0,00206
C
D AB 0,01
= 0,1339
d. Tekanan 2 kg/cm2 bukaan kolom atas kondisi akhir
Diketahui : K’c = 0,000433 kW/m2.K
L = 0,65 m
μ = 0,01 kg/m.s

DAB = ρ 1  0,01
μ  0,01

L 0,65
Nsh = K' = 0,00433
C
D AB 0,01
= 0,28145

Anda mungkin juga menyukai