Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN HASIL TUTORIAL

BLOK I MODUL 1

“KOMUNIKASI DAN KETERAMPILAN BELAJAR”

Tutor : drg. Reni Nofika, Sp KG

Ketua : Arifa Zahrani Elka Putri

Sekretaris Meja : Aqila Vebiana

Sekretaris Papan : Alifa Azanisya Azzahra

Anggota :

• Azzurha
• Diva Annisa
• Erji Fahdila Rizky
• Fahira Naila Ramadhanti
• Khairu Isnaini
• Nuridha Wafiq
• Zahrotus Shobah Isnaini
• Zalfa Munadhillah

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2020/2021
MODUL 1

Komunikasi dan Keterampilan Belajar

SKENARIO

Diskusi Yuk

Pagi ini hari pertama belajar bagi mahasiswa baru angkatan 2020. Kordinator blok
menjelaskan sistem pembelajaran di FKG menggunakan Student Centre Learning dengan Metode
Problem Based Learning. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan melalui tutorial, skills lab, diskusi
pleno dan belajar mandiri.

Tutorial dilaksanakan dengan seven jumps dalam dua kali pertemuan. Tutorial pertama
pagi ini dimulai dengan membaca skenario. Masalah dalam skenario digunakan untuk memicu
diskusi dengan menggunakan Prior knowledge. Setiap peserta diminta aktif menyampaikan
pendapat dalam tutorial. Dalam berkomunikasi mahasiswa harus memperhatikan kearifan lokal.

Bagimana saudara menjelaskan hal ini?


Langkah Seven Jumps

1. Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal yang dapat
menimbulkan kesalahan interpretasi.
2. Menentukan masalah.
3. Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior knowledge.
4. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan dan mencari
korelasi dan interaksi antar masingmasing komponen untuk membuat solusi secara
terintegrasi.
5. Memformulasikan tujuan pembelajaran.
6. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain.
7. Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh.

Langkah 1 : Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan


hal-hal yang dapat menimbulkan kesalahan interpretasi.

1. Student Center Learning


Pembelajaran yang memusatkan mahasiswa dan dosen sebagai fasilitator agar
mahasiswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Prior knowledge
Dasar pengetahuan umum mahasiswa sebelum mendapatkan informasi atau membaca
suatu sumber.
3. Problem based learning
Metode pembelajaran dengan memberikan suatu permasalahan kepada mahasiswa
untuk mencari penyelesaian, tujuannya agar mahasiswa dapat berpikir lebih kritis.

Langkah 2 : Menentukan masalah.


1. Mengapa sistem pembelajaran di FKG menggunakan metode Student Center
Learning?
2. Apa yang melatarbelakangi metode Problem Based Learning?
3. Mengapa pembelajaran di FKG dilakukan dengan 4 tahap (Tutorial, Skills Labs,
Diskusi Pleno dan Belajar Mandiri)?
4. Kenapa dalam berkomunikasi mahasiswa harus memperhatikan kearifan lokal?
5. Mengapa Tutorial harus dilakukan dengan metode Seven Jumps?

Langkah 3 : Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan


prior knowledge.

1. Mengapa sistem pembelajaran di FKG menggunakan metode Student Center


Learning?
Metode ini dipercaya mampu meningkatkan pembelajaran agar lebiih efektif,
berkualitas dan dapat mengajak mahasiswa lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam
menyelesaikan suatu pokok bahasan serta dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi mahasiswa.

2. Apa yang melatarbelakangi metode Problem Based Learning?


Yang melatarbelakangi metode ini adalah karena kurangnya minat baca mahasiswa
sehingga diberi suatu skenario agar mahasiswa dapat berpikir secara kritis dengan
cepat, tepat dan mandiri agar lebih mudah untuk mengingat apa yang dipelajari. Selain
itu juga dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa karena menuntut penalan dan
komunikasi yang efektif, supaya tercapainya tujuan pembelajaran Student Center
Learning.

3. Mengapa pembelajaran di FKG dilakukan dengan 4 tahap (Tutorial, Skills Labs,


Diskusi Pleno dan Belajar Mandiri)?
• Tutorial : Untuk mengarahkan mahasiswa agar lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan melatih berpikir kritis.
• Skills Lab : Untuk mengasah kemampuan mahasiswa.
• Diskusi Pleno : Menyatukan presepsi atau mencapai kesepakatan agar
semua mahasiswa dapat memahami pembelajaran dengan baik.
• Belajar Mandiri : Mencari informasi secara individu dengan berpedoman
kepada sumber yang valid, tujuannya agar informasi yang diperoleh bisa
dipertanggung jawabkan kebenarannya.

4. Kenapa dalam berkomunikasi mahasiswa harus memperhatikan kearifan lokal?


Dalam berkomunikasi mahasiswa harus memperhatikan kearifan local karena
kearifan lokal merupakan suatu peraturan yang terdapat dalam suatu daerah yang
dimana kita tuntut untuk memperhatikan norma, aturan dan adat istiadat dari daerah
tersebut, bertujuan agar maksud dan tujuan pembicaraan tercapai.
5. Mengapa Tutorial harus dilakukan dengan metode Seven Jumps?
Tutorial dilakukan dengan metode Seven Jumps bertujuan agar mahasiswa lebih
terorganisir supaya mencapai tujuan yang jelas.

Langkah 4 : Membuat skema atau diagram dari komponen – komponen


permasalahan dan mencari korelasi dan interaksi antar masing -
masing komponen untuk membuat solusi secara terintegrasi.

Mahasiswa Baru FKG


UNAND

Metode Pembelajaran
Student Center Learning
Problem Based
Learning

Tutorial Skills Lab Diskusi Pleno Belajar Mandiri

Sumber yang Valid


Metode Budaya Komunikasi
Seven Jumps

Prior Brain Stroming


Knowladge
Langkah 5 : Memformulasikan tujuan pembelajaran.

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Student Center Learning (Definisi, tujuan, dan
manfaat).
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang metode Seven Jumps pada proses Tutorial.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan peranan metode Problem Center Learning pada
pembelajaran.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh kearifan lokal terhadap komunikasi.

Langkah 6 : Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain.

Langkah 7 : Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh.

• Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Student Center Learning (Definisi,


tujuan, dan manfaat).
Student Centered Learning (SCL) adalah salah satu metode pembelajaran
yang berpusat pada mahasiswa. Pendekatan ini cukup efektif karena memberikan
ruang kebebasan dan kesempatan kepada peserta didik untuk menggali sendiri
ilmupengetahuannya dengan banyak sumber referensi yang dapat ia akses
sehingga nantinya mahasiswa akan mendapat pengetahuan yang jauh lebih
mendalam (deep learning) dan mampu meningkatkan kualitas mahasiswa. Hal ini
di dukung oleh adanya teori konstruktivisme Vigotsky (dalam Santrock, 2015)
yang menjadi dasar bahwa mahasiswa memperoleh pengetahuan karena keaktifan
mahasiswa itu sendiri.

Selain Student Centered Learning ada metode pembelajaran Teacher


Centered Learning (TCL). Teacher Centered Learning adalah metode
pembelajaran yang bersifat satu arah selama proses belajar, yaitu model
pembelajaran dengan lebih banyak mendengarkan materi oleh dosen yang ada
dalam kelas. Pada model pembelajaran TCL ini, seorang pengajar lebih banyak
menjelaskan ilmu pengetahuan dari sudut pandangnya melalui bentuk ceramah
(lecturing), sedangkan mahasiswa lebih banyak diam, mendengarkan atau
merekam materi dengan membuat catatan di kelas.

Tujuan Student Center Learning

1. Mengasah pengetahuan yang dimiliki mahasiswa sehinnga mendapatkan


pembelajaran yang mendalam dan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas
mahasiswa itu sendiri.
2. Mendorong mahasiswa agar dapat berpartisipasi secara aktif, memiliki daya kritis,
mampu menganalisa dan dapat memecahkan permasalahan.
3. Mendorong mahasiswa untuk memiliki motivasi dalam diri mereka sendiri
kemudian berupaya keras mencapai kompentensi yang diinginkan
4. Meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk beradaptasi ketika memasuki dunia
kerja setelah lulus nanti
5. Menjadikan mahasiswa lebih memahami manfaat belajar, lebih dapat menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari, dan lebih percaya diri.
6. Melatih mental untuk menerima konsep-konsep baru yang terbentuk bersamaan
dengan usaha pemecahan masalah.

Manfaat Student Center Learning

Secara operasional, di dalam Student Centered Learning para mahasiswa


akan memiliki keleluasaan untuk mengembangkan segenap potensinya (cipta, karsa
dan rasa), mengeksplorasi bidang/ilmu yang diminatinya, membangun
pengetahuan serta kemudian mencapai kompetensinya melalui proses
pembelajaran aktif, interaktif, kolaboratif, kooperatif, kontekstual dan mandiri.

Kelebihan dan Kekurangan SCL dengan TCL

Kelebihan SCL dibandingkan TCL :


1. Mahasiswa dapat termotivasi untuk mencari informasi baru.
2. Mahasiswa dapat melatih diri mereka untuk berani berpendapat dikelompok.
3. Dosen dapat menambah wawasan dari hal yang tidak diketahui dan dialami
sebelumnya.
4. Mahasiswa dapat membangun pengetahuan baik secara individu maupun
kelompok.
5. Dosen lebih berperan sebagai FEE (Facilitating, Empowering, Enabling) dan
guides on the sides daripada sebagai mentor in the centered.
Kekurangan SCL dibandingkan dengan TCL :
1. Dosen tidak dapat memberikan banyak materi karena hanya sebagai fasilitator.
2. SCL memerlukan kondisi ruangan yang tenang, sedangkan strategi SCL relatif
ramai dan gaduh karena diskusi.
3. SCL memerlukan ruangan khusus yang terpisah dengan kelompok lain.
4. SCL memerlukan banyak media untuk menggali informasi dari luar seperti
internet.

• Mahasiswa mampu menjelaskan tentang metode Seven Jumps pada proses


Tutorial.
The seven jumps merupakan proses tutorial diskusi kelompok kecil yang
diperkenalkan pertama kali di Kanada pada akhir dekade 1960. Kegiatan ini terdiri
dari tujuh tahap, yaitu identifikasi dan klarifikasi kata-kata sulit yang ada di dalam
skenario, penentuan masalah yang disepakati bersama, brainstorming dan
identifikasi area pengetahuan yang kurang, menyusun penjelasan masalah dalam
bentuk penjelasan sementara, penentuan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
belajar mandiri, selanjutnya setiap anggota kelompok menjelaskan hasil belajar
mandiri mereka dan saling berdiskusi (Wood, 2003).

Metode ini dikembangkan oleh Schmidt dan Bouhuijs (2007) yaitu


menggunakan tujuh langkah (seven jumps) yang pada hakikatnya menempatkan
peran dan tanggung jawab pembelajar (mahasiswa) lebih besar dan sangat
penting.

Langkah-langkah tersebut adalah:

1. Klarifikasi terminologi dan konsep yang belum dipahami.

2. Mendefinisikan permasalahan.
3. Menganalisis permasalahan dan menawarkan penjelasan sementara.

4. Menginventarisir berbagai penjelasanan yang dibutuhkan.

5. Menformulasi tujuan belajar.

6. Mengumpulkan informasi melalui belajar mandiri.

7. Mensintesis informasi baru dan menguji serta mengevaluasinya untuk


permasalahan yang sedang dikemukakan dan melakukan refleksi penguatan
hasil belajar.

Didalam pembelajaran menggunakan teknik seven jumps para pengajar


tidak lagi sekedar berdiri ditengah sebagai expert (teacher-centered) yang siap
memberi kuliah. Fungsi dosen berubah lebih berfungsi sebagai fasilitator atau tutor,
sedangkan peran mahasiswa didalam teknik ini tidak lagi sebagai “anak didik” (stu-
dent) melainkan sebagai peserta didik (learner). Mahasiswa bersama-sama tutor
sebagai subjek di dalam proses pembelajaran, yang menjadi objek adalah skenario
yang dibuat sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai pemicu bagi mahasiswa
untuk mencapai tujuan belajar (Harsonodan Dwiyanto, 2005:4).

• Mahasiswa mampu menjelaskan peranan metode Problem Based Learning


pada pembelajaran.
Istilah Problem Based Learning, disinyalir telah dikenal pada masa John
Dewey. Pembelajaran ini didasarkan pada kajian Dewey yang menekankan
pentingnya pembelajaran melalui pengalaman. Menurut Dewey belajar
berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon yang merupakan
hubungan antara dua arah, belajar dan lingkungan. Lingkungan menyajikan
masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan masalah itu,
menyelidiki, menganalisis, dan mencari pemecahannya dengan baik.
Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan cara penyajian
bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk
dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh
mahasiswa. Permasalahan itu dapat diajukan atau diberikan dosen kepada
mahasiswa, dari mahasiswa bersama dosen, atau dari mahasiswa sendiri, yang
kemudian dijadikan pembahasan dan dicari pemecahannya sebagai kegiatan-
kegiatan belajar mahasiswa.

Problem Based Learning (PBL) diperkenalkan di Fakultas Kedokteran


Universitas Mcmaster Kanada pada tahun 1969. Selanjutnya banyak Fakultas
Kedokteran lain diseluruh dunia mengikuti metode PBL dengan berbagai variasi
sesuai kebutuhan. Lalu yang menjadi pedoman atau acuan PBL di dunia salah
satunya adalah Fakultas Kedokteran Newcastle Australia.
Dalam Problem Based Learning pastinya mahasiswa diberi suatu masalah
atau dikenal dengan scenario, dimana skenario tersebut memenuhi beberapa
karakteristik. Karakteristiknya adalah skenario tersebut berisi tentang masalah yang
harus mengarah pada isu-isu pembelajaran yang hendak dipelajari, mendorong
ketertarikan dan keingintahuan mahasiswa, serta disajikan dalam format yg wajar.
PBL itu sendiri memberi pengalaman nyata bagi mahasiswa.
Kelebihan Problem Based Learning:
1. membuat siswa mahir dalam memecahkan masalah.
2. memiliki strategi belajar tersendiri.
3. membuat siswa lebih berpartisipasi dalam tim.
4. meningkatkan rasa keingintahuan siswa serta kemampuan analitis dan inisiatif
atas materi pelajaran.

• Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh kearifan lokal terhadap


komunikasi.
Komunikasi pada umumnya didefinisikan sebagai kegiatan saling bertukar
pendapat, atau hubungan antara manusia, baik individu maupun kelompok.
Komunikasi manusia merupakan proses pembentukan makna di antara dua orang
atau lebih. Dari pernyataan ini maka komunikasi berhubungan dengan makna yang
dapat diperoleh diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
Menurut A.W. Wijaya (2000: 15) komunikasi adalah penyampaian
informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. komunikasi akan dapat
berhasil apabila sekiranya timbul saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak,
si pengirim dan si penerima informasi dapat memahaminya. Hal ini tidak berarti
bahwa kedua belah pihak harus menyetujui sesuatu gagasan tersebut, tetapi yang
penting adalah kedua belah pihak sama-sama memahami gagasan tersebut. Dalam
keadaan seperti inilah baru dapat dikatakan komunikasi telah berhasil baik
(komunikatif).

Komunikasi akan dapat berjalan dengan efektif manakala ada beberapa


aturan dan kaidah yang diikuti, yaitu:

1. Komunikator menghargai setiap individu, orang maupun kelompok yang


dijadikan sasaran komunikasi.
Hal ini mensyaratkan bahwa seseorang yang melakukan komunikasi bisa
menempatkan diri, tidak menganggap dirinya sebagai orang yang paling tahu dan
paling benar.
2. Komunikator harus mampu menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang
dihadapi orang lain.
Setiap orang yang melakukan komunikasi harus mampu mendengar dan dan siap
menerima masukan apapun dengan sikap yang positif. Hal ini akan sangat sulit
dilakukan manakala orang tersebut tidak dapat dikritik atau tidak siap menerima
kritik. Menerima kritik memang tidak mudah. Tetapi kemampuan untuk menerima
apapun masukan dengan sikap baik akan membawa pengaruh positif pada orang
tersebut.
3. Pesan diterima oleh penerima pesan dan dapat didengarkan dengan baik.
Hal ini berkaitan dengan media yang digunakan. Seringkali orang melakukan
komunikasi dengan individu maupun kelompok, tetapi pesan tidak dapat dipahami
karena media atau alat yang digunakan tidak mendukung.
4. Kejelasan pesan sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi.
Hampir mirip efeknya dengan permasalahan media yang rusak, maka bagian ini
berkaitan dengan kejelasan isi pesan itu sendiri. Demikian juga bila pemberi pesan
tidak jelas dalam menyampaikan pesan akibat penggunaan bahasa yang tidak sesuai
dengan latar belakang penerima pesan, maka akan muncul berbagai interpretasi.
Akhirnya isi pesan akan bergeser, dan komunikasi tidak dapat mencapai tujuannya.
5. Berkaitan dengan sikap rendah hati dan mau mendengarkan orang lain.
Hal ini berkaitan dengan karakter dan sikap individu masing-masing, baik pemberi
maupun penerima pesan. Termasuk di dalam sikap dan sifat ini adalah kerelaan
untuk rendah hati, menghargai, dan mau mendengarkan orang lain.

Dalam berkomunikasi kita juga harus memperhatikan kearifan lokal .


Karena kearifan lokal merupakan suatu yang berkaitan secara spesifik dengan
budaya tertentu dan mencerminkan cara hidup suatu masyarakat tertentu. Kearifan
lokal merupakan cara-cara dan praktik-praktik yang dikembangkan oleh
sekelompok masyarakat yang berasal dari pemahaman mendalam mereka akan
lingkungan setempat yang terbentuk dari tinggal di tempat tersebut secara turun
temurun.

Kearifan lokal didefinisikan sebagai kebijaksanaan atau nilai-nilai luhur


yang terkandung dalam kekayaan-kekayaan budaya lokal berupa tradisi, petatah-
petitih dan semboyan hidup. Kearifan lokal boleh jadi merupakan salah satu wujud
nyata slogan “kembali ke alam” (back to nature) yang sering didengungkan di
mana-mana. Pengertian Kearifan Lokal dilihat dari kamus Inggris Indonesia, terdiri
dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (lokal). Lokal berarti setempat dan
wisdom sama dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain maka lokal wisdom dapat
dipahami sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilainilai, pandangan-pandangan
setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang
tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.

Kearifan lokal berasal dari dalam masyarakat sendiri, disebarluaskan secara


non-formal, dimiliki secara kolektif oleh masyarakat bersangkutan, dikembangkan
selama beberapa generasi dan mudah diadaptasi, dan tertanam di dalam cara hidup
masyarakat sebagai sarana untuk bertahan hidup.Kearifan lokal dapat menjadi
kekuatan ketika pengetahuan dan praktik-praktiknya digunakan secara selaras
dengan usaha pembangunan masyarakat. Dengan demikian, pengaruhnya tidak
hanya terbatas pada proses pembangunan itu sendiri, tetapi juga pada keberlanjutan
proses dalam jangka panjang.

Maka kita sebagai mahasiswa Universitas Andalas wajib untuk memahami


bagaimana kearifan lokal di daerah tersebut. Agar komunikasi antar sesama
mahasiswa, kepada dosen, dan kepada orang-orang yang berada di daerah tersebut
dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Di Minangkabau cara berkomunikasi ini disebut dengan “Kato Nan


Ampek”.

1. Kato manurun adalah kato (bahasa) yang digunakan oleh atasan kepada
bawahan. Secara formal kato manurun digunakan dengan batanggo turun
(berurutan) dari Kepala SKB sampai kepada pejabat yang paling rendah.
Secara informal kato manurun adalah kato (bahasa) yang digunakan oleh
yang lebih tua kepada yang lebih muda. Ciri-ciri kato manurun adalah dari
yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah kedudukannya, baik dalam situasi
formal atau informal, penggunaan tata bahasa rapi, kalimat pendek-pendek
dan tegas, sering didominasi oleh yang ditinggikan. Bentuk komunikasi
dalam kato manurun adalah komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok,
dan komunikasi dengan menggunakan kato manurun yang mandaki.
Komunikasi antarpribadi berlangsung secara tatap muka, simultan dalam
hubungan yang akrab, rileks, dan spontan. Komunikasi antarpribadi
digunakan untuk memberi informasi, mengajar, memberi nasihat, memberi
perintah, memuji, menghibur, dan mengatasi konflik. Komunikasi kelompok
dalam kato manurun berupa pidato dan ceramah, agak kaku karena sering
berlangsung satu arah. Komunikasi kelompok dalam kato manurun digunakan
untuk menyampaikan wejangan dan harapan, pengarahan, bimbingan,
perintah, dan penyampaian ide-ide baru.
2. Kato mandata adalah kato (bahasa) yang digunakan oleh orang yang samo
gadang (sebaya). Ciricirinya adalah berlangsung antara yang setara, akrab,
sering digunakan oleh “remaja”, sering menggunakan bahasa pasaran, kata-
kata tidak lengkap dan kalimat pendek-pendek, dan sering menggunakan
bahasa slang. Kato mandata dapat digunakan dalam komunikasi antarpribadi,
komunikasi kelompok, dan gabungan antara keduanya. Komunikasi
antarpribadi dengan menggunakan kato mandata berlangsung secara tatap
muka, dapat berlangsung secara simultan dalam hubungan yang akrab, rileks,
dan spontan. Kato mandata dapat digunakan untuk beruding, mendiskusikan
pekerjaan, menyampaikan unek-unek dan keluh-kesah, mendamaikan,
memberi nasihat, dan bagarah (bercanda).
3. Kato malereng adalah kato (bahasa) yang digunakan oleh mereka yang samo
gadang dan saling menyegani. Di Minangkabau orang dituntut untuk dapat
memahami kata yang tidak memiliki makna kamus atau kiasan (kato
malereng). Kato malereng dapat digunakan dalam konteks kato manurun,
kato mandaki, dan kato mandata. Ciri-ciri kato malereng adalah digunakan
urang samo gadang dan saling menyegani, biasanya untuk menghindari saling
menyakiti, kesan marah, dan konflik langsung, tata bahasa rapi, kalimat dan
kata-kata bersayap, dan dipahami setelah dipikirkan. Kato malereng biasanya
digunakan untuk menyampaikan kekecewaan secara halus dan tidak
langsung, mengajar tanpa mengajar, memerintah tanpa memerintah, meminta
tanpa meminta, memerbaiki kinerja, memberi informasi, berdiskusi, dan
bagarah (bercanda).
4. Kato mandaki secara umum adalah kato (bahasa) yang digunakan bawahan
kepada atasan. Secara formal, kato mandaki digunakan secara bajanjang naiak
dari tingkat paling rendah (warga belajar) kepada tingkat yang paling tinggi
di SKB (kepala). Secara informal kato mandaki digunakan kepada mitra
komunikasi yang tinggi sosialnya. Ciri-ciri kato mandaki adalah dari bawahan
kepada atasan, tata bahasa rapi, ungkapan jelas, penggunaan kata lengkap,
dan hubungan komunikator dengan komunikan akrab. Bentuk komunikasi
dalam kato mandaki adalah komunikasi antarpribadi dan komunikasi
kelompok. Komunikasi antarpribadi berlangsung secara tatap muka,
hubungan yang akrab, rileks, dan spontan. Komunikasi antarpribadi dengan
kato mandaki dapat digunakan untuk memberikan informasi, mengusulkan,
memohon, minta petunjuk, melapor, dan menyampaikan keluh kesah.
Komunikasi kelompok dalam kato mandaki dapat berlangsung di waktu
berlangsungnya ceramah dan pidato. Meskipun jarang terjadi, kato mandaki
dalam komunikasi kelompok dapat digunakan untuk mengemukakan
pendapat, bantahan, memohon, minta petunjuk, dan melapor.
DAFTAR PUSTAKA

http://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/persona/article/download/1302/1102

https://journal.uny.ac.id/index.php/jptk/article/view/7843

https://luk.staff.ugm.ac.id/mmp/Harsono/SCLdiPT.pdf

Ramadhani, Hetti Sari. 2017. “ Efektivitas Metode Pembelajaran SCL (Student Centered
Learning) dan TCL (Teacher Centered Learning) pada Motivasi Instrinsik dan Ekstrinsik
Mahasiswa Psikologi UNTAG Surabaya Angkatan Tahun 2014 – 2015 “. Jurnal Psikologi
Indonesia. Volume 6 (66 – 74).

http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/viewFile/1560/1444

https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/1484

https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/didaktika/article/viewFile/497/415

http://repository.unpas.ac.id/12753/4/BAB%20II.pdf

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/09e48d77d10d4d5fadd60dce65ce
f048.pdf
Jurnal Universitas Lampung

Jurnal UNY

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/muslikhah-dwihartanti-
mpd/komunikasi-yang-efektif.pdf

file:///C:/Users/USER/Downloads/84-323-1-PB%20(1).pdf (STRATEGI KOMUNIKASI


BERBASIS KEARIFAN LOKAL DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN)

http://journal.um.ac.id/index.php/jip/article/downloadSuppFile/4385/82

Anda mungkin juga menyukai