Baru 11
Baru 11
No : 010/J.FAR-FMIPA/UNUD/VI/2017
Hal : Letter of Acceptance
Lampiran : -
Kepada Yth
Laksana, K.P., Oktavillariantika, A.A.I.A.S., Pratiwi, N.L.P.A., Wijayanti, N.P.A.D.,
Yustiantara, P.S
di
Tempat
Dengan hormat,
Berdasarkan hasil editing dan review yang dilakukan oleh Tim Dewan Redaksi Jurnal Farmasi
Udayana, kami memutuskan bahwa artikel Anda dengan:
Judul : OPTIMASI KONSENTRASI HPMC TERHADAP MUTU FISIK SEDIAAN
SABUN CAIR MENTHOL
Dinyatakan diterima untuk dipublikasikan pada Jurnal Farmasi Udayana Volume VI No. 1
Demikianlah hal ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima
kasih.
Ni Made Pitri Susanti, S.Farm., M.Si.,Apt. Cok. Istri Sri Arisanti,S.Farm.,M.Si., Apt.
NIP. 198302132006022001 NIP. 198011222006042023
DAFTAR ISI
hal
Halaman Judul …………………………………………………………………………........... i
Petunjuk Penulisan .............................................................................................................. ii
Daftar Isi …………………………………………………………………………………........ viii
1 Formulasi Lotion Ekstrak Buah Raspberry(Rubus rosifolius) dengan Variasi Konsentrasi
Trietanolamin sebagai Emulgator serta Uji Hedonik terhadap Lotion .............................. 1
2 Karakteristik Nanoemulsi Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) ....... 6
3 Optimasi Konsentrasi Cocamid DEA dalam Pembuatan Sabun Cair terhadap Busa yang
Dihasilkan dan Uji Hedonik .......................................................................................... 11
4 Optimasi Konsentrasi HPMC terhadap Mutu Fisik Sediaan Sabun Cair Menthol ........... 15
5 Penentuan Profil Kandungan Kimia Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera scandens (L.)
Moq.) ............................................................................................................................ 23
6 Pengaruh Kadar SGOT SGPT dan Morfologi Hepar Tikus Putih Betina Wistar pada
Pemberian Isolat Andrografolid ..................................................................................... 34
7 Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera scandens (L.) Moq.) terhadap
Histopatologi Hati Mencit Jantan Galur Balb/C yang Diinduksi dengan Karbon Tertraklorida
........................................................................................................................................ 39
8 Potensi Penangkapan Radikal Bebas DPPH dari Ekstrak Mengkudu (Morinda citrifolia L),
Kelor (Moringa oleifera) dan Kedondong Hutan (Spondias pinnata (l.f) kurz) ....................... 43
9 Potensi Toksisitas Andrografolid dari Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
pada kulit dan mata secara In Silico ............................................................................... 47
10 Skrining Potensi Andrografolid dari Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm F.) Ness.)
sebagai Antikanker Payudara secara In Silico ................................................................ 50
11 Uji Penangkapan Radikal 2,2-Difenil-1-Pikrihidrazil dan Profil Bioautografi Ekstrak Etanol
Kulit Batang Bidara (Ziziphus mauritiana Auct. Non Lamk.) ......................................... 55
12 Uji Hedonik Produk Foot Scrub Menggunakan Kulit Buah Naga Merah danAir Rebusan
Daun Pepaya ................................................................................................................. 62
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Laboratorium Teknologi Universitas Udayana
Abstrak
Sabun cair adalah sediaan kosmetika berbentuk cair yang digunakan untuk membersihkan kulit,
dibuat dari bahan dasar sabun dengan penambahan surfaktan, penstabil busa, pengawet, pewarna dan
pewangi yang diijinkan dan digunakan untuk mandi tanpa menimbulkan iritasi pada kulit. Sabun cair
dibuat melalui reaksi saponifikasi dari minyak dan lemak dengan KOH. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh konsentrasi HPMC terhadap mutu fisik sediaan sabun cair menthol serta
mengetahui uji hedonik dari sediaan ini. Formulasi sabun cair terdiri dari Oleum Menthae, Na Lauril
Sulfat, Metil Paraben, Propil Paraben, KOH, Sukrosa, Asam Stearat, Olive Oil, Vitamin E, Cocoamide
DEA, Hidroksi Propil Metil Selulosa, Asam Sitrat, Etanol, dan Akuades. Dalam optimasi formulasi
digunakan variasi konsentrasi Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) 0,1%; 0,2%; dan 0,3%. Sebelum
dilakukan uji hedonik, sifat fisika sediaan di evaluasi terlebih dahulu. Hasil evaluasi sifat fisika
menunjukkan sabun cair formula II dengan konsentrasi HPMC 0,2% mengashilkan warna kuning
transparan dan aroma khas mint, bobot jenis 1,047 g/mL, serta busa yang dihasilkan terhadap air suling
tinggi 30 mL dan terhadap air sadah 10 mL, sedangkan viskositas mengalami penurunan dari hari ke
hari, uji sifat kimiawi dihasilkan pH sediaan sebesar 13,16. Dari hasil uji viskositas menunjukkan bahwa
konsentrasi HPMC mempengaruhi tekstur (kekentalan) dan organoleptis sabun cair. Uji hedonik juga
menunjukan adanya perbedaan kesukaan dari tiap formula berdasarkan parameter warna, aroma,
kekentalan, banyaknya busa, dan secara umum. Dimana formula yang paling banyak disukai secara
umum adalah formula II dengan konsentrasi HPMC 0,2%.
1
lemak dengan logam natrium atau kalium yang porselen, magnetic stirrer, piknometer, kaca
menghasilkan garam alkali. Selain itu, proses objek, plastik mika, viskometer Brookfield tipe
saponifikasi yang terjadi dapat menghasilkan DV-E, Gelas arloji, Mortir, Stamper.
produk sampingan yang disebut gliserol.
2.3 Formulasi Sabun Cair
Komponen yang dimiliki sabun selain garam C16
Pada penelitian ini dimulai dengan
dan C18, juga terdiri dari beberapa bobot atom
menyusun 3 formula sediaan sabun mandi cair
karboksilat yang lebih rendah (Barel et al.,
yang berbahan aktif Oleum Menthae
2009). Istilah yang dikenal dalam
(Pappermint oil) konsentrasi 0,3%. Namun,
pembentukkan sabun disebut dengan reaksi
pada penelitian ini dilakukan variasi terhadap
saponifikasi. Umumnya, dalam proses
konsentrasi penggunaan HPMC seperti yang
penyabunan (saponifikasi) digunakan alkali
tercantum dalam tabel berikut.
berupa kaustik (NaOH) maupun soda kalium
(KOH) (Levenspiel, 1972). Sehingga bentuk Tabel 1. Formulasi Sediaan Sabun Cair dengan
sabun tidak hanya dalam padatan, tetapi sabun Oleum Menthae.
juga memiliki bentuk dengan konsistensi yang Bahan F I (%) F II (%) F III
cair. (%)
Produk sabun cair yang semakin marak di
pasaran merupakan salah satu sediaan sabun Oleum 0,3 0,3 0,3
dengan konsistensi cair dengan tujuan Menthae
penggunaan untuk membersihkan kulit wajah
Minyak 25 25 25
atau tubuh. Menurut Mitzui (1997) sabun cair
dibentuk melalui reaksi saponifikasi antara zaitun
KOH dan minyak atau lemak. Komponen KOH 10 10 10
pendukung yang penting dalam pembuatan
sabun meliputi penggunaan surfaktan, penstabil
busa, pengawet, pewarna dan pewangi yang HPMC 0,1 0,2 0,3
sudah memiliki ijin sehingga dapat digunakan Asam 2 2 2
untuk mandi tanpa menyebabkan resiko iritasi
pada kulit (SNI,1996). Penggunaan sabun cair stearat
yang praktis dengan bentuk yang cenderung Asam sitrat 0,3 0,3 0,3
lebih baik dibandingkan dengan sabun lain Etanol 15 15 15
menjadi pemicu produksi dalam skala besar.
Selain itu kelebihan sabun cair dibandingkan Na Lauril 2 2 2
dengan sabun padat dapat dilihat dari proses Sulfat
pembuatannya yang relatif lebih mudah dan Gula 7 7 7
biaya produksinya relatif lebih murah
dibandingkan proses pembuatan sabun padat Cocoamide 3 3 3
(Barel et al., 2009). DEA
Pada penelitian ini akan dilakukan
Metil 0,18 0,18 0,18
penelitian mengenai pengaruh konsentrasi
HPMC terhadap sifat fisik sediaan sabun cair paraben
menthol. Propil 0,02 0,02 0,02
2. BAHAN DAN METODE paraben
2.1 Bahan Vitamin E 0,05 0,05 0,05
Bahan yang digunakan pada penelitian ini
meliputi Asam sitrat, Asam stearat, KOH, Aquadest ad 100 ad 100 ad 100
Cocamide DEA, HPMC, Minyak zaitun, Etanol,
Natrium lauril sulfat, Sukrosa, Gliserin, Metil Keterangan :
paraben, Propil paraben Vitamin E, Aquadest. FI = Formula I
F II = Formula II
2.2 Alat F III = Formula III
Alat yang digunakan pada penelitian ini
meliputi timbangan elektrik, batang pengaduk,
beaker glass, termometer, sendok tanduk, pipet
tetes, gelas ukur, penangas, pH meter, cawan 2.4 Prosedur Penelitian
16
Ditimbang semua bahan sesuai dengan sabun dilarutan ke dalam sebanyak 50 mL
bobot pada tabel penimbangan. HPMC air dimasukkan ke dalam gelas ukur 100
dikembangkan dalam sejumlah air suling mL kemudian dilakukan pengukuran tinggi
bersuhu 60-70°C. Di ayak dengan ayakan busa. Kemudian larutan yang sama
No.100 dan dikembangkan natrium lauril sulfat sebanyak 200 mL diteteskan dengan
dalam air suling. Dimasukkan minyak zaitun bantuan buret 50 mL, dengan ketinggian 90
sebanyak 82 mL ke dalam gelas beaker, cm di atas sabun. Ukur tinggi busa yang
kemudian ditambahkan dengan kalium terbentuk. Tunggu lima menit kemudian
hidroksida sebanyak 30 g sedikit demi sedikit tinggi busa diukur kembali (Febriyenti
sambil diaduk dan terus dipanaskan pada suhu dkk., 2014).
50°C hingga mendapatkan sabun dengan Uji daya busa terhadap air sadah
konsistensi pasta. Dimasukkan asam stearat dilakukan dengan pembuatan air sadah
yang telah dilelehkan diatas penangas air diaduk dengan melarutkan 0,3 gram CaCO3 dan
hingga homogen ke dalam campuran minyak 0,15 gram MgCO3 dalam air suling 500 mL
zaitun. Dimasukkan HPMC yang telah sambil dipanaskan dan ditambahkan HCl
dikembangkan ke dalam campuran minyak pekat setetes demi setetes hingga larut.
zaitun dan diaduk hingga homogen (terbentuk Selanjutnya dilakukan uji sama seperti uji
Campuran A). Ditambahkan gliserin sebanyak daya busa seperti air suling (Febriyenti
31,2 mL. Ditambahkan gula atau sukrosa yang dkk., 2014).
telah dilarutkan dengan air sebelumnya ke
d) Pengujian Viskositas
dalam campuran A sedikit demi sedikit sambil
Viskositas formula sabun cair diukur
diaduk hingga sukrosa larut sempurna.
dengan menggunakan viskometer
Cocamide DEA ditambahkan dengan natrium
Brookfield tipe DV-E menggunakan
lauril sulfat yang telah dikembangkan
spindle no. 2 pada kecepatan 100 rpm dan
sebelumnya pada beaker glass berbeda
shear rates yang sama dan dilakukan
(campuran B). Metil paraben, propil paraben
pengulangan sebanyak 3 kali. Untuk
dan Vitamin E dilarutkan dalam etanol pada
menentukan tipe aliran viskositas
beaker glass berbeda (campuran C).
dilakukan pengukuran selama 14 hari.
Ditambahkan asam sitrat yang telah dilarutkan
dengan air suling. Dimasukkan campuran B dan e) Pengujian Bobot jenis
C secara bertahap ke dalam campuran A dan Dilakukan dengan memasukan sedian
diaduk hingga homogen. Ditambahkan aquadest ke dalam piknometer sampai di atas garis
hingga tanda batas. Diaduk sampai homogen tera. Ditutup, kemudian dimasukan
dan dimasukkan ke dalam wadah. piknometer ke dalam rendaman air es
sampai suhu 25ºC. Permukan air es harus
2.5 Evaluasi Sediaan Sabun Cair
lebih tingi dari pada permukan contoh
Dilakukan beberapa uji fisik dan kimiawi
dalam piknometer, sehinga semua isi
untuk evaluasi, meliputi: uji organoleptis,
piknometer terendam. Piknometer
homogenitas, daya membusa, viskositas dan
dibiarkan terendam selama 30 menit
rheologi, bobot jenis, dan pH. Kemudian
selanjutnya, tutup piknometer dibuka dan
dilakukan uji tambahan seperti hedonic test
bagian luar piknometer dibersihkan dengan
(kesukaan). Evaluasi ini juga didasarkan atas
gulungan kertas saring hingga tanda garis
kesesuaian dengan persyaratan SNI 06-4085-
(SNI, 1996).
1996.
f) Pengujian pH
a) Uji organoleptis
Alat pH meter dikalibrasi
Dilakukan dengan mengamati
mengunakanlarutan pH= 7 (dapar basa )
langsung bentuk fisik, seperti bau, warna,
dan pH= 4 (dapar asam). Satu gram sediaan
dan tekstur.
yang akan diperiksa diencerkan dengan air
b) Uji homogenitas suling hinga 10 mL. Elektroda pH meter
Dilakukan dengan mengamati dicelupkan ke dalam larutan yang
partikel-partikel yang terdapat dalam diperiksa, jarum pH meter dibiarkan
sediaan dalam wadah yang transparan. bergerak sampai menunjukkan posisi tetap,
pH yang ditunjukan jarum pH meter dicatat
c) Uji Daya busa
(Depkes RI, 1995).
Uji daya busa terhadap air suling
dilakukan dengan cara: sebanyak 1 gram g) Hedonic Test (Uji Kesukaan)
17
Uji hedonik pada produk sabun mandi
cair dilakukan untuk mengetahui tingkat Kurva Viskositas Sabun
kesukaan panelis terhadap penampilan Cair
(warna), bau (aroma), kekentalan, banyak
10000
busa, penilaian umum, meliputi:
Viskositas (Cps)
9500
kelembutan maupun kesan kesat pada kulit.
9000
Uji ini dilakukan dengan menggunakan Formula I
8500
panelis sebanyak 30 orang. Formula II
8000
7500
3. HASIL Formula III
0 10 20
3.1 Hasil Uji Organoleptis
Diperoleh warna kuning transparan, bau Hari ke-
(aroma) khas mint, bentuk sediaan sabun adalah
cair. Hasil pengujian organoleptis sabun mandi
cair dilakukan selama periode pengujian 1, 3, 5, 3.5 Hasil Pengujian Bobot Jenis
7, 12, dan 14 hari. Dalam penyimpanan Tabel 3. Pengujian bobot jenis sabun cair.
ditemukan sedikit perubahan pada ketiga Bobot Jenis Hasil
formula yang dibuat. Hal ini dapat disebabkan Formula I 1,044 gram/mL
oleh pengaruh suhu pada ruang penyimpanan.
Hasil ini masih sesuai ketentuan dalam Formula II 1,047 gram/mL
persyaratan SNI. Formula III 1,052 gram/mL
3.2 Hasil Uji Homogenitas
Secara umum, selama 14 hari ketiga
3.6 Hasil Pengujian pH
formula berada dalam berbentuk cair dan
Tabel 4. Pengujian pH sabun cair.
cenderung homogen (tidak mengalami
pemisahan dua fase). Pada formula I dan II tidak pH Hasil
ditemukan partikel yang melayang pada sediaan
sabun cair. Sedangkan pada formula III hari ke- Formula 1 13,44
7 ditemukan partikel (butiran) kecil yang halus.
Formula 2 13,16
3.3 Hasil Uji Daya Busa
Pada uji daya busa terhadap air suling Formula 3 12,02
dihasilkan tinggi busa pada F I = 30 mL; F II =
30 mL; F III = 31 mL. Sedangkan uji daya busa
terhadap air sadah dihasilkan tinggi busa pada F 3.7 Hasil Uji Hedonik (Kesukaan)
I = 15 mL; F II = 10 mL; F III = 10 mL. Hasil Gambar 2. Grafik pemilihan warna sabun
tersebut menunjukkan adanya kecenderungan mandi cair yang disukai panelis.
lebih tinggi busa yang dihasilkan pada air suling
dibandingkan dengan air sadah. Warna
3.4 Hasil Uji Viskositas 20
Tabel 2. Hasil pengukuran viskositas sabun 15
cair selama 14 hari.
Hari ke- Formula Formula Formula 10
I II III 5 Warna
19
permukaan, maka semakin luas area permukaan penyimpanan juga dapat menyebabkan
baru untuk menghasilkan busa, begitu pula viskositas menurun (Rashati dan Eryani, 2016).
sebaliknya. Disisi lain, penanda terbentuknya Menurut SNI (1996) untuk penentuan
busa dipengaruhi adanya tegangan permukaan. bobot jenis suatu sediaan cair dilakukan dengan
Semakin rendah tegangan permukaan, semakin membandingkan antara bobot yang di ukur
luas area permukaan baru untuk menghasilkan (sabun cair) dengan bobot kontrol (air) pada
busa, sehingga semakin banyak busa yang suhu dan volume yang sama. Adapun tujuan
dihasilkan. Dalam hal ini juga diketahui yang dimaksudkan dalam uji bobot jenis yakni
stabilitas busa yang lebih baik yakni pada air untuk mengetahui adanya pengaruh bahan-
suling (aquadest). Hal ini juga disebabkan oleh bahan dalam formulasi terhadap bobot jenis
konsentrasi cocoamide DEA sebagai penstabil sabun yang dihasilkan. Berikut ini merupakan
busa, yang digunakan dalam kosentrasi 3%. rumus dalam penetapan bobot jenis dengan
Cocamide DEA akan menjadi reaktif dan sabun cair.
terhidrolisis pada konsentrasi asam yang tinggi W2 - W0
(Fiume, 1996). Bobot jenis (ρ) =
W1 -W0
Uji evaluasi viskositas dilakukan dengan
menggunakan Viskometer Brookfield tipe DV- Dalam penetapan bobot jenis penimbangan
E yang dilengkapi dengan spindle yang akan piknometer W2 (piknometer dengan sabun cair),
berputar sesuai dengan kecepatan rpm yang W1 (piknometer dengan aquadest), dan W0
telah diatur. Uji dilakukan hanya pada satu titik (piknometer kosong) dilakukan pengulangan
dan satu kecepatan saja karena merupakan sebanyak 3 kali. Sehingga diperoleh hasil
pengukuran viskositas. Dilakukan pengukuran pengukuran dan perhitungan bobot jenis sabun
sebanyak 3 kali berfungsi sebagai presisi untuk cair berturut-turut: Formula I= 1,044 g/mL;
reprodusibilitas pengukuran. Ketiga formula Formula II= 1,047 g/mL; Formula III= 1,052
sabun cair memiliki tekstur yang cukup cair g/mL. Hal tersebut membuktikan bahwa bobot
sehingga digunakan spindle No.2. Viskosimeter jenis ketiga formula sabun cair mendekati
Brookfield juga digunakan untuk mengukur karakteristik sabun yang siap dipasarkan
viskositas sediaan yang bersifat Non Newton (komersial) sesuai persyaratan SNI yang
dan Newton (Martin, 1993). Pengukuran berkisar antara 1,010-1,100 g/mL. Nilai bobot
viskositas menunjukkan bahwa sediaan sabun jenis suatu bahan dipengaruhi oleh bahan
cair memiliki konsistensi cukup cair sehingga penyusunnya dan sifat fisiknya. Perubahan
viskositas menjadi rendah. Berikut ini densitas dapat terjadi apabila suatu bahan
merupakan grafik aliran viskositas dari sediaan dilarutkan ke dalam air dan membentuk suatu
sabun cair selama 14 hari. larutan. Beberapa bahan seperti gula dan garam
Gambar 7. Kurva viskositas sabun cair dapat meningkatkan densitas, tetapi ada juga
selama 14 hari. bahan seperti lemak dan etanol yang dapat
menurunkan densitas (Gaman dan Sherington,
Kurva Viskositas Sabun 1990).
Cair 4.2 Evaluasi Sifat Kimiwai Sabun Cair
10000 Secara umum, produk sabun cair memiliki
Viskositas (Cps)
22