Puji dan syukur sudah selayaknya kita panjatkan pada Tuhan yang Maha Esa, Sholawat dan
Salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Masa Bimbingan atau Mabim merupakan program lanjutan dari pendidikan dan Lathan dasar
(PLD). Pada masa ini seluruh anggota lulusan PLD tahun terbaru wajib mengikuti materi
pembelajaran mengenai Krida dan pencapaian SKK.
Seluruh peserta dibagi kedalam empat Krida yang disesuaikan dengan minat dan bakat
masing-masing peserta. Setelah peserta mengikuti masa bimbingan selanjutnya baru akan dilantik
menjadi anggota dan berhak mendapatkan Tanda Kecakapan Khusus apabila telah memenuhi
SKK.
Demikian panduan ini dibuat semoga dapat dijadikan sebagai bahan dalam pelaksanaan
Masa BImbingan.
PENGANTAR.................................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI..................................................................................................................................... 2
22 ANGKATAN DI SAKA WANABAKTI KAWALI..........................................................................3
SUSUNAN KEPENGURUSAN DEWAN SAKA...............................................................................4
TIME LINE PROGRAM ANGGOTA BARU.....................................................................................5
TARGET CAPAIAN SKK................................................................................................................. 6
MATERI DASAR KRIDA DAN SKK................................................................................................7
DAFTAR KEHADIRAN MABIM.....................................................................................................30
CATATAN ANGGOTA................................................................................................................... 32
Berikut adalah daftar nama angkatan Saka Wanabakti Kwartir Ranting Kawali.
Angatan Ke 1. Nama Angkatan (Nama Latin) Tahun 1998
Angatan Ke 2. Nama Angkatan (Nama Latin) Tahun 1999
Angatan Ke 3. Nama Angkatan (Nama Latin) Tahun 2000
Angatan Ke 4. Nama Angkatan (Nama Latin) Tahun 2001
Angatan Ke 5. Nama Angkatan (Nama Latin) Tahun 2002
Angatan Ke 6. Nama Angkatan (Nama Latin) Tahun 2003
Angatan Ke 7. Nama Angkatan (Nama Latin) Tahun 2004
Angatan Ke 8. Nama Angkatan (Nama Latin) Tahun 2005
Angatan Ke 9. Nama Angkatan (Nama Latin) Tahun 2006
Angatan Ke 10. Nama Angkatan (Nama Latin) Tahun 2007
Angatan Ke 11. Nama Angkatan (Nama Latin) Tahun 2008
Angatan Ke 12. Nama Angkatan (Nama Latin) Tahun 2009
Angatan Ke 13. Nama Angkatan (Nama Latin) Tahun 2010
Angatan Ke 14. Nama Angkatan (Nama Latin) Tahun 2011
Angatan Ke 15. Pohon Jengkol (Arcidendron Faluci Florum) Tahun 2012
Angatan Ke 16. Nama Angkatan (Nama Latin) Tahun 2013
Angatan Ke 17. Nama Angkatan (Nama Latin) Tahun 2014
Angatan Ke 18. Nama Angkatan (Nama Latin) Tahun 2015
Angatan Ke 19. Nama Angkatan (Nama Latin) Tahun 2016
Angatan Ke 20. Cantigi Gunung (Vaciniun Varingi Folium) Tahun 2017
Angatan Ke 21. Nama Angkatan (Nama Latin) Tahun 2018
Angatan Ke 22. Pohon Waru (Hibiscus Tiliaceus) Tahun 2019
Pimpinan Saka :
Pamong Saka :
Dll…
Masa BImbingan
Pendidikan Kekhususan
Berikut adalah target SKK yang akan dicapai dari setiap Krida di Saka Wanabakti Kawali.
1. Krida Binawana
a. SKK Konservasi Tanah
b. SKK Pembenihan
c. SKK Pembibitan
2. Krida Tata Wana
a. SKK Perisalah Hutan
3. Krida Guna Wana
a. SKK Pengenalan Jenis Pohon
b. SKK Pengukuran Kayu
c. SKK Kerajinan Hasil Hutan
4. Krida Reksa Wana
a. SKK Keragaman Hayati
b. SKK Konservasi Kawasan
c. SKK Pendakian
Pendahuluan
Satuan Karya Pramuka (Saka) Wanabakti adalah wadah bagi Pramuka Penegak dan
Pramuka Pandega untuk melaksanakan kegiatan nyata, produktif dan bermanfaat dalam rangka
menanamkan rasa tanggungjawab terhadap pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
Tujuan dibentuknya Saka Wanabakti adalah untuk memberi wadah pendidikan di bidang
kehutanan kepada anggota Gerakan Pramuka, terutama Pramuka Penegak dan Pramuka
Pandega agar mereka dapat membantu membina dan mengembangkan kegiatan pelestarian
sumberdaya alam dan lingkungan hidup, melaksanakan secara nyata, produktif dan berguna bagi
Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega sebagai baktinya terhadap pembangunan masyarakat,
bangsa dan negara.
Krida Bina Wana adalah salah satu krida Saka Wanabakti. Bina Wana terdiri dari atas
kata Bina yang berarti membina/mengelola/merawat sedangkan Wana berarti hutan.
Sumber daya alam hutan memegang peran penting bagi kelangsungan makhluk hidup,
karena disamping mempunyai fungsi produksi (kayu dan non kayu) juga berfungsi sebagai
pengatur tata air, pencegah kerusakan tanah, pengatur sirkulasi oksigen, dan sumber daya
alam genetika.
Secara khusus, pada tahap ini, krida bina wana yang terdahulu hanya 2 kecakapan
khusus terdiri dari konservasi tanah dan reboisasi kini telah disempurnakan SKK dan TKK
terdiri dari:
Tanah adalah tubuh ala bebas sebagai hasil pelapukan batuan, yang menduduki
sebagian besar permukaan bumi dan berfungsi sebagai habitat tumbuh-tumbuhan,
pengaturan tata air, serta tempat melangsungkan kehidupan bagi makhluk lainnya.
Pembentukan tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu iklim, bahan induk, makhluk
hidup, topografi, dan waktu.kelima faktor tersebut berkerjasama melalui proses pelapukan
dan perkembangan tanah, berlangsung sangat lambat berkisar 0,2 – 1 mm dalam
setahun.
Kerusakan tanah terjadi akibat factor manusia dan alam. Kerusakan tanah
mengakibatkan turunnya produktifitas tanah, dan kekeringan.
Erosi adalah peristiwa pindah atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah
dari satu tempat ke tempat lain oleh media alami yaitu air dan angin. Ada dua macam
erosi yang utama, yaitu erosi normal dan erosi dipercepat. Sedangkan menurut bentuknya,
erosi dibedakan menjadi erosi percikan, erosi permukaan, erosi alur, dan erosi parit.
2. KK Perbenihan
3. SKK Pembibitan
Bibit adalah bahan tanaman yang dapat berupa benih sehat atau seedling/anakan
baik berupa stek, anakan siap tanam, cangkokan maupun anakan yang dapat ditanam.
Pembibitan adalah proses penumbuhan benih menjadi bibit siap tanam, sebanyak
yang direncanakan (sesuai dengan areal tanam) bermutu baik, dan tersedia tepat pada
musim tanam.
a. Pembersihan lapangan
b. Persiapan lapangan
c. Pengadaan sarana dan prasarana
d. Penyediaan media
e. Penyiapan media dan peralatan persemaian
f. Penyemaian
g. Penyapihan bibit
h. Pemeliharaan semai
4. SKK Penanaman dan Pemeliharaan
a. Pembersihan lahan,
b. Pengolahan tanah (gebrus I dan II)
c. Pemasangan ajir
d. Pembuatan lubang tanaman
e. Pengisian pupuk dasar ( kompos )
f. Penanaman
g. Pemupukan
a. Penyulaman
b. Penyiangan
c. Pendangiran
5. SKK Perlebahan
Lebah madu adalah serangga sosial, yang hidup bergerombol dalam keluarga
lebah (koloni). Dalam satu koloni berisi satu lebah ratu yang berkelamin betina sempurna
yang menjadi induk, puluhan lebah jantan yang bertugas mengawini lebah ratu, dan ribuan
lebah pekerja berkelamin betina tidak sempurna yang bertugas merawat, membersihkan,
dan membangun sarang, serta menjaga keamanan dan mencari air, nektar, dan polen.
a. Manfaat langsung
Jamur termasuk golongan fungi atau cendawan. Menurut masyarakat awam, jamur
adalah tubuh buah yang dapat dimakan. Sedangkan menurut ahli mikrobiologi, jamur atau
mashroom ialah fungsi yang mempunyai bentuk tubuh buah seperti payung. Struktur
reproduksi berbentuk bilah yang terletak pada permukaan bawah dan payung/tudung.
Sebagai organisasi yang tidak berklorofil, jamur tidak dapat melakukan proses
fotosintesis seperti halnya tumbuh-tumbuhan. Jamur mendapat makanan dalam bentuk
seperti selulose, glucose, protein, dan senyawa pati. Tidak semua jamur bisa dimakan,
dan beberapa jamur diketahui sebagai jamur beracun. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk membantu dalam menghindarkan keracunan jamur, yaitu :
a. Hindari pengumpulan jamur dalam stadia kancing, karena pada stadia tersebut sulit
untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain (pertumbuhan awal).
b. Hindari jamur yang tumbuh pada kotoran binatang yang bilahnya berwarna coklat
dan kehitaman
c. Hindari jamur yang bila dipotong mengeluarkan cairan putih seperti susu
d. Jangan memakan jamur dalam stadia lanjut/hampir busuk
e. Jamur yang menampakkan bekas gigitan kelinci/binatang tidak merupakan jaminan
bahwa jamur tersebut dapat dimakan
f. Jangan memakan jamur mentah/belum dimasak
Persuteraan alam adalah salah satu kegiatan usaha tani dalam rangka upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan budidaya tanaman murbei
Tanaman murbei (Morus sp) dikembangbiakkan dengan cara stek batang. Ada
beberapa jenis yang umumnya ditanam di Indonesia, yaitu Morus Alba, Morus
Cathayana, Morus Multicaulis, Morus Kanva II, Morus Nigra.
Ulat Sutera ( Bombyx mori L) adalah serangga yang berguna sebagai penghasil
benang sutera. Dalam siklus hidupnya mempunyai metamorfosis sempurna mulai
dari telur, larva (ulat), pupa, dan kupu-kupu. Ulat sutera dalam pertumbuhannya
mengalami lima tingkat pertumbuhan (instar), yaitu :
1) Instar 1, 2, dan 3 disebut instar kecil dengan masa tumbuh sekitar 12 hari
2) Instar 4 dan 5 disebut ulat besar dengan masa tumbuh sekitar 13 hari.
3) Setiap menjelang pindah instar didahului oleh masa istirahat/tidur selama 1 – 2
hari.
Setelah instar 5, maka ulat akan mengkokon. Pemanenan kokon dilakukan 5 – 6 hari
setelah mengkokon, dengan mengambil kokon dari tempat pengkokonan.
c. Penanganan kokon
Kokon adalah bahan dasar untuk pembuatan benang sutera melalui proses
pemintalan
Urutan pengolahan kokon, yaitu pengeringan kokon, pemintalan, dan pengemasan
benang.
Mengajak Pramuka dan generasi Muda untuk memiliki pengetahuan dan ketrampilan
dalam melakukan kegiatan di bidang inventarisasi hutan, pengukuhan, dan penataan
hutan serta pengukuran dan pemetaan hutan.
Asal kata :
Sumberdaya Hutan : segala sesuatu yang dapat diambil nilai manfaat dari hutan meliputi
aspek ekonomi, ekologi dan sosial
a. Mendapatkan data yang akan diolah menjadi informasi yang dipergunakan sebagai
bahan perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategik jangka panjang, jangka
Panduan Mabim Saka Wanabakti Kawali | 17
menengah dan operasional jangka pendek sesuai dengan tingkatan dan kedalaman
inventarisasi yang dilaksanakan.
Meliputi jenis tanah, kondisi fisik, biologi dan kimia tanah, kondisi iklim, serta kondisi
topografi. Faktor- faktor inilah yang telah, sedang dan akan terus mempengaruhi
kondisi pertumbuhan / perkembangan vegetasi (khususnya pohon-pohon) yang ada
pada suatu lahan hutan.
b. Keadaan tegakan,
Antara lain meliputi : luas areal (yang produktif dan tidak produktif), struktur tegakan
dan komposisi jenis, penyebaran kelas umur, penyebaran ukuran pohon, keadaan
pertumbuhan, keadaan permudaan, kerapatan tegakan, penyebaran kelas bonita,
dan keadaan tempat tumbuh.
a. Inventarisasi terestris
Survei Terestris adalah salah satu teknik untuk mendapatkan informasi sumber daya
hutan dan lingkungannya melalui pengumpulan data di lapangan.
a. Pekerjaan dapat lebih cepat terselesaikan karena hanya sejumlah kecil saja dari
seluruh populasi yang perlu diukur dan dicatat
b. Biaya yang diperlukan lebih murah
c. Angka-angka dalam sample jauh lebih sederhana dan volume pekerjaan jauh lebih
kecil, maka mempermudah dalam penarikan kesimpulan
d. Pengamatan dapat dilakukan dengan tujuan-tujuan lain.
Intensitas Sampling (IS) yaitu persentase perbandingan antara luas petak ukur
(sampling) dengan luas seluruh areal . data yang dikur/dicatat adalah diameter, tinggi
pohon, jumlah pohon, kelerengan, keadaan fisik lapangan, struktur tanah, dan
sebagainya.
Pengukuran hutan yang pertama dilakukan pada masa Belanda masih menjajah
Indonesia, kemudian setiap 10 tahun dilakukan pengukuran hutan berkala yang disebut
dengan rekonstruksi batas. Kegiatan ini dilakukan untuk memastikan keadaan luas hutan
masih tetap. Dalam kegiatan pengukuran hutan, ilmu yang digunakan adalah ilmu jarak dan
sudut. Pengukuran jarak menggunakan koreksi kemiringan (trigonometri), karena keadaan
lapangan di hutan tidak datar, sedangkan pengukur memetakan hutan tersebut di bidang
datar. Setelah dilakukan pengukuran, di titik-titik tertentu dipasang tanda (pal) sesuai
fungsinya.
Peta hutan biasanya menggunakan skala 1:10.000 dan 1:25.000. pengukuran luas
area bisa digunakan kertas millimeter kalkir. Di perkembangan zaman, sekarang kegiatan
pengukuran dan pemetaan hutan menggunakan alat GPS ( Global Positioning System).
Adalah kegiatan mendapatkan data tentang suatu obyek dengan cara tanpa
menyentuh obyeknya. Pada umunya melalui media foto udara, citra landsat, citra Spot, dan
lain-lain. Penginderaan jauh juga berarti suatu seni dan teknik untuk mendapatkan informasi
mengenai suatu obyek, wilayah, atau fenomena melalui data yang diperoleh dengan
menggunakan peralatan yang tidak langsung mengenai obyek, atau mendapatkan informasi
atas suatu obyek dari suatu jarak tertentu. Ada beberapa wahana penginderaan jauh yang
dipergunakan antara lain helikopter, pesawat udara, balon stratosfer, roket, dan satelit.
a. Stereoskop cermin dan stereoskop saku, (TOP CON) yaitu alat yang digunakan untuk
pengamatan tiga dimensi (stereoskopis) atas pasangan potret udara yang
bertampalan.
b. Paralax bar, yaitu alat pengukur tinggi obyek pada potret udara
c. Planimeter, yaitu alat untuk suatu luasan pada peta hasil penafsiran potret udara atau
citra satelit
Sketmaster, yaitu alat untuk memindahkan data hasil interpretasi potret udara ke peta
dasar
Krida Guna Wana adalah salah satu krida Saka Wanabakti. Guna Wana terdiri dari
atas kata Guna yang berarti manfaat dan kegiatan sedangkan Wana berarti hutan dan hasil
hutan. Guna Wana adalah penyempurnaan dari istilah maupun kegiatan pengusahaan Hutan,
yang menurut UU No. 5 tahun 1976 tentang ketentuan pokok Kehutanan telah disebutkan
secara jelas terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut : Penanaman, pemeliharaan,
Penebangan, Pengolahan, dan Pemasaran. Dengan demikian kegiatan-kegiatan di dalam
Guna Wana tidak hanya meliputi kegiatan pemanfaatan hutan saja, melainkan juga kegiatan-
kegiatan yang mendukung atau terselenggaranya pemanfaatan hutan tersebut secara lestari
dan berdaya guna.
PRODUK/HASIL HUTAN
Alat yang digunakan kegiatan pencacahan pohon antara lain peta skala 1:10.000,
buku lapangan, kompas, cristenmeter/haga, phi band, tambang ukur, tallysheet, dan cat.
Sedangkan metode yang digunakan adalah metode sampling.
Pengukuran kayu adalah proses penentuan dimensi kayu yang meliputi panjang,
diameter bagi kayu bulat ataupun panjang, lebar, maupun tinggi bagi kayu yang sudah
dalam bentuk sortimen/kayu olahan dalam rangka penghitungan volume kayu tersebut.
Ada beberapa alat ukur kayu yang dapat digunakan dalam pengukuran kayu
bulat, antara lain Caliper, Garpu pohon, Pita diameter (phi-band), Tongkat ukur. Dilingkup
kementerian kehutanan alat-alat ukur yang guna untuk pengukuran kayu ditetapkan dan
distandarisasi oleh Pusat Standarisasi. Artinya ukuran atau arsiran untuk jarak tiap 1 cm
pada alat ukur tertentu sudah diterima oleh Pusat Kalibrasi Indonesia dengan
berdasarkan Standar Ukuran Internasional.
Cara penentuan isi kayu bulat, dengan mengukur diameter dan panjang kayu.
Adapun rumus yang digunakan adalah:
Keterangan :
Untuk pengukuran diameter jati, permukaan yang diukur adalah brontos atas kayu
dengan menggunakan alat pengukur diameter (phi band). Sedangkan untuk kayu rimba
digunakan alat meteran biasa dengan rata-rata diameter terpanjang dan terpendek pada
brontos atas dan brontos bawah. Untuk penentuan volume/isi kayu bulat sekarang sudah
ada buku table volume, baik jati maupun rimba.
Kerajinan hasil hutan adalah hasil proses pengolahan hasil hutan yang dapat
memberikan nilai tambah.
Bentuk kerajinannya pun beraneka ragam tergantung dari bahan baku yang
digunakan di tempat asalnya. Umumnya bentuk ukiran dan anyaman banyak ditemukan
dengan motif yang mencerminkan budaya daerah setempat. Untuk bentuk anyaman
bahan baku yang digunakan adalah bambu dan rotan.
Pengolahan hasil hutan adalah suatu kegiatan / usaha untuk meningkatkan nilai
tambah kayu, serta memanfaatkan limbah kayu. Hasil hutan terdiri dari kayu dan non
a. Rotan, digunakan untuk bahan pembuatan meja, kursi, tempat tidur, keranjang, dll
b. Madu, digunakan untuk bahan kosmetik, permen karet, obat-obatan,dll
c. Getah jeluntung, digunakan untuk bahan kosmetik, permen karet, obat-obatan, dll
d. Biji tengkawang untuk minyak kosmetik
e. Getah pinus, untuk minyak terpentin dan gondorukem
f. Getah pohon kamfer, untuk kapur barus
g. Getah agathis, untuk lilin batik, bahan kosmetik
h. Kayu gaharu, untuk pengharum ruangan dan obat
i. Bambu, untuk kerajinan
Hasil kayu gergajian, kayu lapis, dan limbah kayu antara lain kayu papan, kayu
balok, kayu galar, kayu tiang, kayu kaso, kayu reng, kayu lis, serbuk kayu, arang kayu,
kayu gelondongan, gambol kau, kayu lapis, partikelbord.
Salah satu hasil hutan non kayu yang cukup potensial adalah minyak atsiri.
Minyak atsiri adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan pemerasan dan ekstraksi
dari bagian-bagian pohon (daun, ranting, akar, kulit, getah, dan bunga). Sekitar 3 minyak
atsiri yang dihasilkan di Indonesia antara lain, seperti minyak nilam, minyak sereh wangi,
minyak kayu putih, minyak akar wangi, minyak daun cengkeh, minyak pala, minyak
cendana, dan minyak jahe.
Sifat atsiri yang menonjol antara lain mudah menguap pada suhu kamar,
mempunyai rasa getir, berbau khas sesuai aroma tanaman bahan, dan umumnya larut
dalam pelarut organik.
Reksa Wana berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua suku kata
yaitu : Reksa dan Wana. Reksa berarti menjaga/melindungi dan Wana berarti hutan. Dengan
demikian Reksa Wana berarti segala bentuk kegiatan dalam rangka menjaga dan melindungi
hutan.
Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat, dan/atau
di air, dan/atau di udara.
a. Keanekaragaman ekosistem
Indonesia memiliki sekitar 47 jenis ekosistem alam yang khas seperti lapangan es dan
padang rumput salju di Irian Jaya, bermacam hutan basah dataran rendah, dari danau
yang dalam hingga rawa yang dangkal, dari terumbu karang hingga rumput laut dan
rawa bakau.
b. Keanekaragaman spesies
Indonesia merupakan Negara yang sangat kaya spesies, mencapai 17 % dari jumlah
spesies di dunia, dengan cakupan diperkirakan minimal memiliki 11 % spesies
tumbuhan berbunga yang sudah diketahui, 12 % binatang menyusui, 15 % amfibi dan
reptilia, 17 % jenis burung, dan 37 % jenis ikan.
c. Keanekaragaman genetiK
Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan cirri khas tertentu baik di darat
maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
Kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam dan suaka margasatwa.
a. Cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai
kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu
dilindungi dan perkembangannya secara alami.
b. Suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai cirri khas berupa
keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya
dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.
Kawsaan pelestarian alam adalah kawasan dengan cirri khas tertentu baik di darat
maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan system penyangga kehisupan,
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatannya secara
lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Kawasan pelestarian alam terdiri dari Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan
Taman Wisata Alam.
a. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli,
dikelola dengan system zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budaya, pariwisata, dan rekreasi.
b. Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi
tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan/atau bukan asli
yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budaya, pariwisata, dan rekreasi.
c. Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan
untuk pariwisata dan rekreasi alam.
Dalam jangka panjang perlu dilakukan pengamanan hutan dengan melibatkan peran
serta masyarakat secara langsung melalui pendekatan kemakmuran guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitarnya. Dengan demikian
masyarakat akan secara sadar memelihara hutan karena mereka memperoleh
manfaat dari hutan yang ada. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam
rangka mengentaskan kemiskinan.
Konservasi jenis satwa adalah upaya-upaya yang dilakukan baik dalam bentuk
perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan satwa sehingga terhindar dari bahaya
kepunahan.
Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat, dan
atau di air, dan atau di udara.
Jalak bali, pecuk ular, bangau tong-tong, cendrawasih, kuntul kerbau, elang laut, dll
Gajah, harimau, kus-kus, tapir, beruang madu, babi rusa, badak sumatera, dll
Belida, peyang irian, pari sentani, sesulur jawa, wader goa, dll
Penyu sisik, buaya muara, buaya air tawar, biawak timor, biawak komodo, sanca
timor, dll
Pada tahun 1993 sebagai tahun lingkungan, melalui Keputusan Presiden Nomor 4
Tahun 1993 telah ditetapkan Tumbuhan dan Satwa Nasional sebagai berikut :
Insitu adalah konservasi jenis tumbuhan didalam habitat alaminya. Contoh : Taman
Nasional, Taman Hutan Raya, Suaka Alam, Hutan Lindung.
Exsitu adalah konservasi jenis tumbuhan diluar habitat alamnya atau habitat buatan.
Contoh : Kebun Raya, Taman Botani seperti Taman Bunga, Taman Anggrek,
Taman Buah, dan Arboretum.
Jenis tumbuhan yang dilindungi dan penyebarannya antara lain jelutung ( Jambi ),
Durian ( Jambi ), Damar ( Bengkulu ), Kayu Manis ( NTB&NTT ), Kenari
( Jabar,NTT,NTB ), Enow ( Jabar, Jatim, Jateng ).
6. SKK Pemanduan
Fungsi gua :
a. Gua horizontal
b. Gua vertical
a. Gua lava
b. Gua batu gamping/karst
c. Gua laut
Berdasarkan tingkat intensitas sinar matahari yang masuk, gua dibagi dalam 3
zona, yaitu :
8. SKK Pendakian
a. Pencegahan
1) Pemantauan dan patrol secara terus-menerus, terutama pada musim kemarau
2) Pemantauan keadaan suhu dan kelembaban
3) Pembuatan papan peringatan/larangan pembakaran dan bahaya kebakaran
4) Penyiapan tenaga trampil dalam mendeteksi kebakaran
5) Penyuluhan kepada masyarakat
b. Penanggulangan
1) Pembuatan ilaran api/jalur pemadaman kebakaran hutan dan lahan.
2) Pembuatan ilaran api/jalur pemadaman kebakaran terbalik
3) Pemadaman api secara langsung
c. Pengendalian asap
1) Pengendalian asap hanya bisa dicegah dengan pengaturan waktu dan tempat
pembakaran
2) Serasah , semak, rumput harus dalam keadaan kering.
3) Diawasi Pamong Praja
Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat dan atau di air dan atau di
udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang
dipelihara manusia.
Penyebaran satwa liar di Indonesia terdiri dari 3 zona, yaitu zona Asia, zona
Peralihan, dan Zona Australia.
a. Penyebaran kelas umur (Ukuran badan satwa, warna kulit, tanduk, tingkah laku
satwa dalam komposisi kelompok)
b. Penentuan jenis kelamin (Tanduk, taring, gading, warna kulit, ukuran badan, bagian
badan bawah, tangkap dan periksa langsung jenis kelaminnya, suara panggilannya,
bentuk dan ukuran jejak kaki, kotoran)
Usaha pengankaran satwa liar dapat dilakukan oleh perorangan, badan usaha,
dan lembaga ilmiah dengan perijinan terlebih dahulu dari kementerian kehutanan.
Berdasarkan PP nomor 13 tahun 1994 tentang perburuan satwa buru, jenis satwa
buru digolongkan menjadi burung, satwa kecil, dan satwa besar. Satwa yang dapat diburu
pada dasarnya adalah satwa liar yang tidak dilindungi.
Pemburu harus memiliki akta buru, izin berburu, dan surat perintah buru dari
Kantor Kementerian Kehutanan.
Paraf
No Materi Tanggal Keterangan
Pemateri
Catatan :
………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
Panduan Mabim Saka Wanabakti Kawali | 38
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………..