Pembersihan Lahan Maryam OK222
Pembersihan Lahan Maryam OK222
UKL-UPL
REANCANA KEGIATAN
PEMBERSIHAAN DAN PEMERATAAN LAHAN
A. IDENTITAS PEMRAKARSA
A1. IDENTITAS PERUSAHAAN
Identitas Pemrakarsa Kegiatan :
Nama Pemrakarsa : Mariam Robo
NIK : 8271014204600001
Pekerjaan : Swata
TempatTanggal Lahir : Ternate 02 April 1960
Alamat : Kelurahan Ngade RT 004/ RW 002 Ke. Ternate Selatan
NPWP : 07.745.719.0-942.000
1|
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
2|
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
Gambar 2 Peta Lokasi Kegiatan Pembersihan dan Pemerataan Lahan Dengan Citra Satelit
3|
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
4|
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
d. Sistem Pekerjaan
Sistem pekerjaan dilakukan secara terbuka, dimana pekerjaan dilaksanakan secara
berjenjang dan bertahap mengikuti pola kontur untuk menghindari terjadinya
longsor.
e. Tenaga Kerja
Table 2 Rencana Penggunaan Tenaga Kerja
No Jenis Tenaga Kerja Jumlah
1 Operator Excavator 2
2 Supir Truck 15
3 Administrasi 2
4 Kebersihan Jalan 2
Jumlah 21
5|
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
kegiatan fungsi lindung dan perkebunan serta hutan produksi terbatas, kalaupun
difungsikan untuk permukiman, maka diperlukan pengendalian yang ketat
mengenai kepadatan bangunan dan penduduknya. Secara geografis (RTRW Kota
Ternate Tahun 2012-2032), terdapat ruang-ruang dengan fungsi dan kegiatan
sebagai berikut :
Ruang Kawasan Terbangun (Ruang perumahan, perkantoran, terminal-
terminal, pusat-pusat pertokoan/ perdagangan, kawasan industri)
Ruang Kawasan Terbangun dengan pengendalian Kepadatan (Ruang
pemukiman dengan kelerengan agak tinggi, dan kawasan pesisir)
Ruang Kawasan Lindung (Hutan lindung, kawasan dengan kelerengan tinggi)
Ruang Kawasan Permukiman (kawasan kegiatan pemukiman, termasuk
pendidikan, rekreasi, dll)
Ruang Kawasan Budidaya Pertanian Tanaman Perkebunan (kawasan potensial
untuk kegiatan pertanian/ perkebunan)
Secara administrasi lokasi Kegiatan Pembersihan dan Pemerataan lahan di
Kelurahan kalumata Kecamatan Ternate Selatan, Kota Ternate – Provinsi Maluku
Utara, berdasarkan buku induk Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Ternate dan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Ternate menyebutkan bahwa penataan ruang bertujuan
untuk mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman dan produktif melalui
pengembangan sektor pertanian, pertambangan, kelautan, industri dan
kepariwisataan sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan.
6|
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
Gambar 5. Peta Struktur Ruang Kota Ternate Sumber RTRW Kota Ternate
7|
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
8|
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
9|
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
10 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
2. Tahap Operasi
1. Dampak Pada Kecemasan Masyarakat
a. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak
Sumber dampak kecemasan masyarakat pada kegiatan operasi adalah kegiatan
mobilisasi peralaran dan tenaga kerja.
b. Jenis Dampak Lingkungan Yang Terjadi
Jenis dampak lingkungan yang terjadi adalah dampak sosial ekonomi dan budaya
berupa Kecemasan Masyarakat (sikap dan persepsi).
c. Ukuran Yang Menyatakan Besaran Dampak
Sikap dan persepsi masyarakat sekitar, baik yang menolak maupun
menerima/mendukung rencana kegiatan tersebut.
d. Keterangan
Kemungkinan kecelakaan lalulintas, akibat peningkatan lalu-lalang kendaraan
pengangkut material, rusaknya jalan yang dilalui kendaraan, tenaga kerja lokal
yang tidak terpakai dapat meresahkan masyarakat sekitarnya.
2. Dampak Pada Perubahan Bentang Alam
11 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
d. Keterangan
Dampak lain yang muncul adalah perubahan estetika lingkungan menjadi jelek,
perubahan arah aliran permukaan, munculnya genangan air pada lokasi quarry
dan berpotensi sebagai tempat berkembang-biaknya berbagai kuman penyakit dan
juga berdampak pada gangguan kesehatan masyarakat sekitarnya.
12 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
berat dan kendaraan proyek dan dampak gangguan lalu lintas yang lalu lalang
dengan indikator jumlah kecelakaan meningkat dan jumlah serta jenis kerusakan
jalan meningkat.
4. Dampak Pada Peningkatan Kebisingan
a. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap peningkatan kebisingan pada tahap operasi adalah
kegiatan Mobilisasi Peralatan, Penambangan Material, dan Pengangkutan Material.
b. Jenis Dampak Lingkungan Yang Terjadi
Jenis dampak lingkungan yang terjadi adalah dampak fisik – kimia berupa
Peningkatan Kebisingan.
c. Ukuran Yang Menyatakan Besaran Dampak
Ukuran besaran dampak adalah Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI
Nomor 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.
d. Keterangan
Dampak lain yang muncul adalah gangguan kesehatan dengan indikator tingkat
gangguan kesehatan pekerja dan penduduk di sekitarnya akibat tingkat kebisingan
dari kendaraan proyek yang lalu-lalang dan peralatan proyek.
5. Dampak Pada Berkurangnya Vegetasi
a. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak
Sumber dampak berkuranya vegetasi pada kegiatan operasi adalah kegiatan
Pembukaan Lahan.
b. Jenis Dampak Lingkungan Yang Terjadi
Jenis dampak lingkungan yang terjadi adalah dampak biologi dan fisik-kimia
berupa berkurangnya vegetasi.
c. Ukuran Yang Menyatakan Besaran Dampak
Ukuran dampak adalah Luas lahan, jumlah dan jenis tanaman yang ada pada
lokasi kegiatan.
d. Keterangan
Pada beberapa lokasi kegiatan, terdapat tanaman tahunan berupa Pala, Cengkeh
dan Kelapa yang dimiliki dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai
13 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
sumber mata pencaharian utama dari hasil pertanian tahunan tersebut. Bila
digunakan sebagai lahan untuk Pembersihan dan Pemerataan lahan, maka
seluruh tanaman dan vegetasi tersebut akan hilang yang juga berakibat pada
hilangnya sumber mata pencaharian sebagian masyarakat sekitar rencana
kegiatan.
6. Dampak Pada Peningkatan Aliran Permukaan
a. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap peningkatan aliran permukaan pada tahap operasi
adalah kegiatan Pembukaan Lahan dan Penambangan Material.
b. Jenis Dampak Lingkungan Yang Terjadi
Jenis dampak lingkungan yang terjadi adalah dampak fisik-kimia khususnya
kondisi hidrologi berupa peningkatan aliran permukaan.
c. Ukuran Yang Menyatakan Besaran Dampak
Ukuran dampak adalah debit air larian dari luas lahan yang digunakan, topografi,
dan tataguna lahan (jenis dan kerapatan vegetasi) pada lokasi rencana kegiatan
Pembersihan dan Pemerataan lahan. Serta total debit aliran permukaan pada
Blok H dan I di Kelurahan Kalumata Kecmatan Kota Ternate Selatan berdasarkan
hasil perkiraan debit aliran permukaan kala ulang 10 tahun pada daerah
tangkapan air (catchment area) Pulau Ternate (RTRW Kota Ternate Tahun 2012-
2032).
d. Keterangan
Dampak lain yang akan muncul adalah terjadinya banjir dan genangan pada
musim hujan baik pada lokasi kegiatan maupun daerah sekitarnya terutama pada
bagian yang paling rendah dari kegiatan Pembersihan dan Pemerataan lahan.
14 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
15 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
dan konservasi tanah serta tataguna lahan (jenis dan kerapatan vegetasi) pada
lokasi rencana kegiatan Pembersihan dan Pemerataan lahan.
d. Keterangan
Erosi dan sedimentasi menjadi penyebab utama berkurangnya produktivitas lahan
pertanian, dan berkuranya kapasitas saluran atau sungai akibat pengendapan
material hasil erosi. Dengan berjalannya waktu, aliran air terkonsentrasi ke dalam
suatu lintasan-lintasan yang agak dalam, dan mengangkut partikel tanah dan
diendapkan ke daerah dibawahnya yang berupa; sungai saluran drainase, dan
ataupun area permukiman penduduk.
8. Dampak Pada Terjadinya Longsor
a. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap longsor pada tahap operasi adalah kegiatan Pembukaan
Lahan dan Penambangan Material.
b. Jenis Dampak Lingkungan Yang Terjadi
Jenis dampak lingkungan yang terjadi adalah dampak fisik-kimia khususnya
kondisi tanah berupa terjadinya longsor.
c. Ukuran Yang Menyatakan Besaran Dampak
Ukuran dampak adalah adanya longsor di sekitar lokasi quarry dan luas serta
batas longsoran.
d. Keterangan
Gerakan massa (mass movement) tanah atau sering disebut tanah longsor
berdampak langsung berupa; kerusakan fasilitas umum, lahan pertanian maupun
adanya korban jiwa manusia. Sedangkan secara tidak langsung berupa;
melumpuhkan kegiatan pembangunan dan aktivitas ekonomi terganggu terutama
di daerah bencana dan sekitarnya. Peningkatan terjadinya longsor juga
diakibatkan oleh meningkatnya aktivitas manusia.
Banyak faktor penyebab terjadinya longsor, diantaranya; kondisi geologi dan
hidrologi, topografi, iklim dan perubahan cuaca dapat mempengaruhi stabilitas
lereng yang mengakibatkan terjadinya longsoran. Hardiyatmo H.C (2006) menulis
sebeb-sebeb terjadinya longsoran, diantaranya:
16 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
1. Penambahan beban pada lereng; Tambahan beban pada lereng dapat berupa
bangunan baru, tambahan beban oleh air yang masuk ke pori-pori tanah
maupun yang menggenang di permukaan tanah, dan beban dinamis oleh
tumbuh-tumbuhan yang tertiup angin.
2. Penggalian atau pemotongan tanah pada kaki lereng.
3. Penggalian atau mempertajam kemiringan lereng.
4. Perubahan posisi muka air secara cepat pada bendungan, sungai dan lain-lain.
5. Penurunan tahanan geser tanah pembentuk lereng oleh akibat kenaikan kadar
air, kenaikan tekanan air pori, tekanan rembesan oleh genangan air di dalam
tanah, tanah pada lereng mengandung lempung yang mudah kembang susut.
6. Getaran atau Gempa Bumi.
9. Dampak Pada Kerusakan Jalan
a. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap kerusakan jalan pada tahap operasi adalah kegiatan
Pengangkutan Material.
b. Jenis Dampak Lingkungan Yang Terjadi
Jenis dampak lingkungan yang terjadi adalah dampak fisik dan sosial ekonomi
berupa kerusakan jalan.
c. Ukuran Yang Menyatakan Besaran Dampak
Ukuran dampak adalah adanya kerusakan jalan pada jalan-jalan yang dilalui
kendaraan pengangkut material.
d. Keterangan
Dampak Kerusakan jalan juga berdampak lanjut pada kecemasan serta keresahan
masyarakat sekitar lokasi kegiatan dan masyarakat umumnya. Akibatnya terjadi
penolakan terhadap kegiatan dari masyarakat sekitar. Juga berdampak pada
peningkatan biaya perawatan parasaran dan sarana.
10. Dampak Pada Kemacetan Lalulintas
a. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap kemacetan lalulintas pada tahap operasi adalah
kegiatan Pengangkutan Material.
17 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
18 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
lingkungan. Lahan bekas quarry dapat juga dialih fungsikan sesuai peruntukan
lahan yang tertuang dalam RTRW Kota Ternate Tahun 2012-2032. Atau dapat
pula dengan mengalih-fungsikan lahan bekas galian untuk pemanfaatan tertentu
(yang secara ekonomi dan sosial dinilai dan disepakati lebih baik), seperti: menjadi
kawasan pengembangan pemukiman atau kawasan pengembangan objek
pariwisata alam.
a. Kualitas Udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau
biologi diatmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan mahkluk
hidup, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke
dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan,
gangguan pada kesehatanmanusia secara umum serta menurunkan kualitas
lingkungan (PP. N0. 41 Tahun 1999). Berikut ini uraian parameter kualitas udara
ambien :
Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida (CO) secara fisik adalah suatu komponen udara yang tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk
gas pada suhu di atas 192 oC. Komponen ini mempunyai berat sebesar 96,5%
dari berat air dan tidak larut di dalam air. Karbon monoksida terdapat di alam
terbentuk dari salah satu proses berikut (Fardiaz, 1992) :
19 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
20 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
21 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
Partikulat/Debu
Dari hasil pengukuran kualitas udara ambien, diperoleh nilai TSP (debu) sebesar
0,077 µg/Nm3, PM10 sebesar 0,045 µg/Nm3 dan PM2,5 sebesar 0,032 µg/Nm3
(Lokasi 1), dan 0,79 µg/Nm3, PM10 sebesar 0,003 µg/Nm3 dan PM2,5 sebesar 0,76
µg/Nm3 (Lokasi 2). Ketiga nilai tersebut masih jauh di bawah dan/atau memenuhi
standar baku mutu kualitas udara ambien untuk kadar partikulat/debu di udara,
yaitu untuk TSP sebesar 230 µg/Nm3, PM10 sebesar 150 µg/Nm3 dan PM2,5
sebesar 65 µg/Nm3.
Sumber utama debu di atmosfer adalah tanah, kebakaran semak belukar,
pembakaran rumah tangga, kendaraan bermotor, proses industri dan debu organik
dari bahan tanaman. Debu atau TSP (total suspended particulate) dianggap
sebagai partikel bahan padat yang terbagi secara halus dengan ukuran berkisar dari
0,1 hingga 100 mikron (μ) dan yang menjadi keprihatinan utama adalah debu yang
dihasilkan oleh pengolahan atau penanganan bahan padat dalam industri. Partikel-
22 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
23 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
24 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
reaksi kimia, fisik, biologi dan gabungannya. Bahan penyususn tanah terdiri atas
bahan mineral (45%), bahan organik (5%), air (20-30%), dan udara (20-30%).
Lahan adalah sebuah sistim alami yang saling tindak (interactive) dan terdiri atas
tanah–tanaman–atmosfer. Jika tanah adalah bagian dari sistim lahan maka kajian-
kajian lingkungan tentang tanah tidak dapat dipisahkan dari sub sistim tanaman
dan atmosfir.
d. Kondisi Ruang dan Lahan
Berdasarkan RTRW Kota Ternate Tahun 2012-2032, dari segi pemanfaatan
ruang/lahan Pulau Ternate, konsentrasi ruang-ruang permukiman berada lebih
banyak di lahan dengan kelandaian sampai sekitar 15 %, khususnya di wilayah
Kecamatan Ternate Selatan dan Ternate Utara. Di kawasan pesisir di Kecamatan
Ternate Selatan dan Kecamatan Ternate Utara praktis lahannya telah dipadati
dengan fungsi permukiman, jasa / perdagangan dan kawasan Pelabuhan. Namun
begitu, di wilayah Kecamatan Pulau Ternate, khususnya di Pulau Ternate, di salah
satu spot pesisir, terdapat penggunaan lahan untuk hutan konservasi.
Fungsi Pertanian / perkebunan terdapat di bagian pedalaman dengan kelerengan
sekitar 10% s/d sekitar 25% hingga pada beberapa spot lokasi pada kelerengan
40%. Sedangkan pada lahan dengan kelerengan sekitar 25% keatas, dan
khususnya diatas 40% didominasi oleh fungsi hutan lindung dan hutan konservasi.
Fungsi kawasan zona bahaya gunung berapi hanya terdapat di Pulau Ternate,
sebagai bentuk antisipasi penyediaan ruang untuk aliran lava dan lahar dingin
campur batuan akibat letusan Gunung Gamalama. Zona bahaya gunung berapi ini
paling banyak menempati areal di Kecamatan Ternate Utara dan Kecamatan Pulau
Ternate, serta di lingkaran Gunung Gamalama sampai pada radius sekitar 4 KM dari
pusat puncak gunung.
Ruang-ruang yang saat ini terpakai untuk fungsi pertanian dan alang-alang dalam
kecenderungannya akan berubah menjadi ruang-ruang permukiman, terutama di
areal dengan kelandaian sampai sekitar 15%. Kecenderungan tersebut akan terjadi
karena ruang kegiatan pertanian dan fungsi alang-alang, berada tepat di bagian
belakang dari area permukiman.
25 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
26 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
bangunan dan penduduknya. Secara geografis (RTRW Kota Ternate Tahun 2012-
2032), terdapat ruang-ruang dengan fungsi dan kegiatan sebagai berikut :
Ruang Kawasan Terbangun (Ruang perumahan, perkantoran, terminal-terminal,
pusat-pusat pertokoan/ perdagangan, kawasan industri)
Ruang Kawasan Terbangun dengan pengendalian Kepadatan (Ruang
pemukiman dengan kelerengan agak tinggi, dan kawasan pesisir)
Ruang Kawasan Lindung (Hutan lindung, kawasan dengan kelerengan tinggi)
Ruang Kawasan Permukiman (kawasan kegiatan pemukiman, termasuk
pendidikan, rekreasi, dll)
Ruang Kawasan Budidaya Pertanian Tanaman Perkebunan (kawasan potensial
untuk kegiatan pertanian/ perkebunan)
Ruang Kawasan Bahaya bencana Gunung Berapi (diperlakukan sebagai
kawasan non terbangun, atau sebagai kawasan lindung.
27 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
28 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
Secara geologi, daerah studi dan pulau Ternate umumnya merupakan satu tubuh
gunungapi, yang terdiri atas endapan-endapan hasil letusan Gunungapi Gamalama
selama masa Kuarter. Hanya sekitar 15 persen dari seluruh daerah penelitian
merupakan endapan permukaan, yaitu terutama tersebar dibagian Timur dan
sebagian kecil di bagian Barat dan Selatan. Sesuai dengan generasi Gunungapi
Gamalama yang terdiri atas 3 perioda letusan, yaitu Perioda Letusan Gunungapi
Gamalama Tua (Gt), Gamalama Dewasa (Gd) dan Gamalama Muda (Gm) (S. Bronto
at al, 1982).
Dari penampang geologi yang dibuat S. Bronto, at al (1982) menunjukkan
terdapatnya perulangan antara endapan-endapan piroklastik, aliran lava dan
endapan lahar. Endapan piroklastik generasi Gamalama Muda (Gmpm dan Gmpt)
dan Gamalama dewasa (Gdp) yang tersebar dibagian puncak hingga ke lereng,
demikian pula halnya dengan endapan permukaan (pr dan al) yang tersebar pada
kaki gunungapi terutama dibagian Timur daerah Pulau Ternate.
29 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
30 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
f. Topografi
Topografi di daerah studi dan sekitarnya serta Pulau Ternate berdasarkan RTRW
Kota Ternate Tahun 2012-2032, umumnya merupakan daerah dengan kemiringan 2
– 8% (relatif datar bergelombang). Kemiringan 15 – 25% (berbukit) terletak pada
bagian utara (ke arah Gunung Gamalama) batas lokasi kegiatan, batas bagian
selatan dengan kemiringan 0 – 2% (datar) dan 2 – 8%, bagian timur dengan
kemiringan 0 – 2% dan 8 – 15% (bergelombang/berombak) dan bagian barat
dengan kemiringan 2 – 8% dan >40% (curam/Danau Ngade).
Gambar 10. Peta Kemiringin Lereng Kota Ternate, Sumber RTRW, Kota Ternate
31 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
Gambar 11. Peta Topografi Kota Ternate, Sumber RTRW, Kota Ternate
32 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
g. Hidrologi
Kondisi hidrologi pada lokasi studi dan sekitarnya, serta kondisi hidrologi Pulau
Ternate mencakup daerah resapan air dan aliran permukaan, erosi dan
sedimentasi, serta arah aliran. Berikut uraian setiap parameter hidrologi tersebut:
33 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
lain. Akibat dari permasalahan tersebut, terjadi genangan air disaat hujan pada
beberapa tempat (RTRW Kota Ternate Tahun 20012-2032).
58 Ha
2 83 Ha
364.8 Ha 8
8
538.5 Ha J
300.4 Ha 221.4 Ha
15 79.9 Ha
25 I 2
350.9 Ha 72 Ha 243.5 Ha 98.9 Ha
79.4 Ha
15 59.4 Ha H
A
192.7 Ha 180.8 Ha
273.7 Ha 23.1 Ha 238.5 Ha
15 132.4 Ha 8.57 Ha
16.8 Ha
96.9 Ha 41 Ha
15 8
25 25 G
B 307.7 Ha 40 157.1 Ha
298.3 Ha
529.1 Ha 221.8 Ha
F
100.6 Ha
124.2 Ha
290.3 Ha 222.6 Ha 56.4 Ha
15 144.3 Ha
69.6 Ha 200.7 Ha
98.9 Ha 2
C 25 59.2 Ha 191.9 Ha 102.8 Ha
386 Ha D 15 E
170.8 Ha 8
161.0 Ha
163.3 Ha
384.4 Ha 2
249.7 Ha
15
8 13.1 Ha 13.5 Ha
Gambar 12. Daerah Tangkapan Air Pulau Ternate berdasarkan Metode Isohet,
Sumber: RTRW Kota Ternate Tahun 2012 -2032.
h. Erosi
Upaya pelestarian lingkungan hidup secara fungsional salah satunya adalah melalui
pengendalian erosi tanah di setiap tipe penggunaan lahan. Erosi tanah merupakan
salah satu indikator penting kualitas lingkungan. Erosi didefinisikan sebagai suatu
peristiwa hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat
yang terangkut dari suatu tempat ke tempat lain (Rahim,2003). Istilah erosi dalam
bidang geologi untuk menggambarkan proses pembentukan alur-alur atau parit-
parit dan penghanyutan bahan-bahan padat oleh aliran air (Hardiyatmo, 2006).
Rahim (2003) menyatakan bahwa erosi dipengaruhi oleh hujan, angin,limpasan
permukaan, jenis tanah, kemiringan lereng, penutupan tanah, dan tindakan
konservasi. Menurut Hardiyatmo (2006), faktor-faktor penyebab erosi tanah adalah
iklim, kondisi tanah, topografi, tanaman penutup permukaan tanah dan pengaruh
34 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
35 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
kuantitas suplai material melebihi kapasitas, proses erosi dibatasi oleh kapasitas
(capacity limited).
Berbagai macam jenis tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda.
Kepekaan erosi tanah tergantung pada interaksi sifat-sifat fisik dan kimia tanah.
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organic,
kedalaman, sifat lapisan bawah, dan tingkat kesuburan tanah.
Persamaan USLE (Universal Soil Loss Equation) digunakan untuk menentukan
perkiraan berat tanah hilang akibat erosi. Smith dan Wischmeier dalam Hardiyatmo
(2006) menyatakan bahwa besarnya tanah yang hilang dipengaruhi oleh 6 faktor
yaitu : panjang lereng, kemiringan lereng, penutup permukaan tanah, pengelolaan
tanah, tipe tanah, dan curah hujan. Dari beberapa metode untuk memperkirakan
besarnya erosi permukaan, metode Universal Soil Loss Equation (USLE) yang
dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1978) adalah metode yang paling
umum digunakan untuk memperkirakan besarnya erosi. Setiap jenis tanah,
kemiringan lereng, vegetasi dan aktivitas manusia mempunyai peranan penting
untuk berlangsungnya proses erosi-sedimentasi.
Masing-masing faktor memberikan pengaruhnya masing-masing untuk terjadinya
erosi. Jenis tanah alluvial, lithosol, regosol, andosol, podsol, hidromorfik kelabu
umumnya rentan terhadap erosi. Tingkat bahaya erosi menjadi lebih besar apabila
jenis tanah tersebut mempunyai formasi kemiringan lereng besar. Struktur vegetasi
penutup tanah yang bertingkat-tingkat dapat menurunkan bahayanya erosi
daripada lahan dengan dominasi vegetasi pohon yang tidak atau kurang disertai
seresah dan tumbuhan bawah. Tenaga pendorong yang menyebabkan terkelupas
dan terangkutnya partikel-partikel tanah ke tempat yang lebih rendah dikenal
dengan istilah erosivitas hujan. Erosivitas hujan merupakan fungsi dari energi
kinetik total hujan dengan intensitas hujan maksimum selam 30 menit. Kemudahan
tererosi dinyatakan dalam istilah erodibilitas. Erodibilitas tanah tergantung pada
kandungan bahan organik, tekstur tanah, kadar air, angka pori, dan permeabilitas
tanah ( Hardiyatmo, 2006).
36 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
Menurut Wischmeier dan Smith dalam Asdak (2004 ), untuk menentukan besarnya
erosi mengggunakan rumus :
A = R. K. LS. C. P
Keterangan :
A = banyaknya tanah tererosi per satuan luas per satuan waktu (ton/ha/tahun)
R = faktor erosivitas hujan dan aliran permukaan (KJ/ha)
K = faktor erodibilitas tanah, (ton/KJ)
LS = faktor panjang dan kemiringan lereng (m dan %)
C = faktor tanaman penutup lahan dan manajemen tanaman
P = faktor tindakan konservasi praktis
Permasalahan erosi sangat erat kaitannya dengan permasalahan lahan kritis. Lahan
menjadi kritis salah satunya adalah akibat kesalahan dalam pengelolaannya. Lahan
yang salah kelola mengalami pengikisan tanah. Hal ini sering terjadi pada kegiatan
penambangan. Tanah yang subur sekalipun bila mengalami erosi akan berkurang
kesuburannya, apalagi lahan yang sejak semula tidak subur. Penggunaan lahan
secara tepat guna dan berhasil guna dapat terjadi apabila berdasarkan kemampuan
alami lahan. Suripin (2002) menyatakan bahwa akhir-akhir ini sudah tersebar
tanah-tanah kritis yang menyebabkan lahan-lahan tidak produktif lagi dengan
luasan yang cenderung meningkat. Hal ini merupakan indikasi bahwa masyarakat
belum menghayati bahaya yang dapat ditimbulkan oleh erosi dan pelumpuran
sungai dengan segala dampak sosial ekonominya yang buruk.
Erosi mempunyai dampak yang sangat luas. Kerusakan dan kerugian akan dialami
di daerah di mana erosi terjadi (daerah hulu) serta daerah yang dilewati aliran
endapan dan di bagian hilir. Pendugaan erosi perlu dilakukan, yaitu untuk
mengetahui besarnya erosi yang telah, sedang dan akan terjadi pada suatu lahan.
Selain itu juga untuk merencanakan dan menentukan penggunaan lahan sehingga
produktivitas tanah tetap tinggi dan berkelanjutan. Pendugaan erosi dapat
dilakukan di laboratorium atau di lapangan.
Akibat yang ditimbulkan erosi beragam dan dampaknya sangat luas Untuk itu perlu
adanya pengendalian erosi. Proses degradasi tanah banyak terjadi di pegunungan
37 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
Berdasarkan luas catchment area pada Gambar 3.12 dan Tabel 3.7 (Blok H3 dan
H4) serta kondisi topografi dan faktor pengelolaan lahan dan tanaman, selanjutnya
tingkat Erosi dan total erosi pada lokasi studi diperkirakan dengan metode Universal
Soil Loss Equation (USLE) (Wischmeir & Smith, 1978 dalam Chay Asdak, 2004).
i. Sedimentasi
Hasil sedimentasi atau produksi sedimen umumnya mengacu pada besarnya laju
sedimen yang mengalir melewati suatu titik pengamatan dalam sistem DAS.
Pengukuran produksi sedimen yang memadai adalah melalui pengukuran secara
langsung. Oleh karena pengukuran langsung membutuhkan periode pengamatan
yang panjang dan data tersebut tidak tersedia, maka penghitungan produksi
sedimen dilakukan dengan cara perhitungan Nisbah pelepasan sedimen (Sedimen
Delivery Ratio) atau sering disingkat sebagai SDR.
38 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
Berdasarkan luas catchment area pada Gambar 3.12 dan Tabel 3.7 (Blok H3 dan
H4), Yil Sedimen/Volume sedimentasi lokasi studi dapat diprakirakan dengan
persamaan regresi. Fournier (1960) dalam Slaymaker (1977) menurunkan
persamaan empiris untuk memprediksi Yil Sedimen (Hardiyatmo, H.C, 2006),
berikut:
Log SY = 0,56 Log (Phm2/Pmh) + 0,46 Log H Tan S – 1,56
Dimana :
SY : Yil Sedimen (Ton/Ha/Tahun)
Phm2 : Hujan rata-rata bulanan tertinggi (mm)
Pmh : Hujan tahunan rata-rata (mm)
H : Ketinggian rata-rata (m)
S : Kemiringan rata-rata (derajat)
j. Limba B3 (Oli)
Rencana kegiatan Pembersihan dan Pemerataan Lahan akan menghasilkan
limbah B3 katagori oli, mengingat pemakaian alat berat berupa excavator dan
dumtruck menggunakan BBM Solar dan oli, selain itu ada juga mesin pembangkit
listrik tenagga disel yang juga menghasilkan limbah B3 oli. Kapasitas maximal oli
dalam sebulan mencapai 2 – 5 drum.
2. KOMPONEN BIOLOGI
a. Flora
Lokasi kegiatan berada dilokasi yang masih alamia, sehingga vegetasi yang
ditemukan beragam dari jenis yang ada pada rencana kegiatan yang paling banyak
adalah jenis tanaman liar (semak). Pengukuran vegetasi menggunakan pola 1x1 m
dan diamatai. Observasi pada rencana kegiatan pembersihan dan Pemerataan dari
inventarisasi flora yang dilakukan di lokasi kegiatan tidak ditemukan tanaman yang
dilindungi oleh peraturan yang berlaku di Indonesia.
39 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
Berdasarkan jumlah jenis flora yang ditemukan yaitu dibawah 15 Jenis maka lingkungan
vegetasi dapat digolongkan sedang (skala 2) (Probosunu, 2004).
b. Fauna
Kegiatan rencana Rencana Kegiatan Pembersihan dan Pemerataan Lahan berlokasi
Kelurahan Kalumata yang mana daerahnya masih banyak tumbuhan yang hidup
secara alami sehingga ada bermacam-macam fauna yang menempati wilaya studi.
Pada hasil observasi untuk fauna di temukan ada beberapa jenis, Dapat dilihat pada
tabel 8. Berikut ini.
Tabel 6. Jenis Fauna disekitar Lokasi Kegiatan
NO Nama Lokal Nama Latin
1 Burung Terkukur Spilopelia Chinensis
2 Semut Hitam Dolichoderus Sp
3 Semut Merah Dolichoderus Thoracicus
4 Burung Tekukur Spreptopalia Chiniensis SP
5 Capung Onodonta sp
40 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
6 Burung Baikole -
7 Kelelawar/Paniki Dobsonia sp
8 Elang Bondol/Sakobulo Haliastur Indus
9 Gagak Hutan/Kooka Corvus Enca
10 Layang-layang/Jamlane Hirundo Rustica
11 Lebah Trichograma SPP
12 Merpati Hutan Columba Vitiensis
13 Belalang Braciotola sp
14 Kupu-Kupu Papilionidae
Sumber: Hasil Observasi lokasi kegiatan
Dari penemuan fauna diatas lokasi kegiatan ditinjau lebih dalam tidak terdapat
fauna-fauna yang dilindungi Undang-undang, penemuan fauna pada saat
pematangan lahan tidak akan dilakukan pemusnahan (dibunuh) tetapi dipindahakan
untuk menjaga jaringan rantai makanan pada ekosostem setempat.
41 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
42 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI KETERANGAN
SUMBER DAMPAK JENIS DAMPAK BESARAN DAMPAK BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE PENGELOLA DAN
PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP LINGKUNGAN HIDUP LINGKUNGAN HIDUP LINGKUNGAN HIDUP LINGKUNGAN HIDUP LINGKUNGAN HIDUP LINGKUNGAN
HIDUP
1. Pembebasan Kecemasan Sikap dan Menyampaikan Wilayah studi dan Pengelolaan Metode pemantauan Wilayah studi dan Pemantauan Pelaksana :
dan/atau Masyarakat persepsi informasi yang jelas Sekitar lokasi lingkungan hidup Melakukan Sekitar lokasi lingkungan hidup
Penggunaan (sikap dan masyarakat kepada masyarakat kegiatan yang Kena dilakukan sekali pengamatan langsung kegiatan yang Kena dilakukan sekali pada Pengawas :
Lahan persepsi). sekitar, baik yang sekitar lokasi dampak pada tahap awal pra dan pencatatan dampak tahap awal pra Dinas
2. Dampak Pada Jenis dampak menolak maupun rencana kegiatan Wilayah studi dan Operasi, sekali pada dengan metode Operasi, sekali pada Kebersihan Dan
Tuntutan Ganti lingkungan menerima/mendu Memberi ganti rugi Sekitar lokasi awal Operasi dan wawancara langsung awal Operasi dan Lingkungan
Rugi yang terjadi kung rencana yang sesuai, kegiatan yang Kena sekali pada awal maupun memalui sekali pada awal pasca Hidup Kota
adalah kegiatan tersebut. berdasarkan dampak pasca operasi kuisoner kemudian operasi Ternate Kota
dampak Besarnya Jumlah kesepakatan yang dianlisis secara Ternate
sosial ganti rugi yang telah dibuat deskriptif. Pemerintah
ekonomi diminta bersama dan/atau Memantau/memeriksa Kecamatan
berupa masyarakat berdasarkan nilai surat atau bukti Ternate Selatan
Tuntutan sekitar kegiatan ganti rugi dalam kepemilikan lahan dan Kelurahan
Ganti Rugi yang lahannya peraturan yang dikuasai oleh setempat.
dari kena dampak perundang- pemilik lahan dan LSM
masyarakat kegiatan undangan bukti perijinan Instansi yang
sekitar pemrakarsa kegiatan Dilapori :
kegiatan. Dinas
Kebersihan Dan
Lingkungan
Hidup Kota
Ternate Kota
Ternate
Jenis dampak Ukuran dampak Membuat Wilayah studi dan Periode Pengelolaan Metode pemantauan Wilayah studi dan Periode pemantuan di Pelaksana :
3. Dampak Pada lingkungan adalah total luas perencanaan teknik Sekitar lokasi perubahan Melakukan pengamatan Sekitar lokasi lakukan 6 bulan sekali
Perubahan yang terjadi lahan yang akan kegiatan pemerataan kegiatan yang Kena bentangan alam langsung pelaksanaan kegiatan yang Kena selama tahap operasi Pengawas :
Bentang Alam adalah dialakukan quarry pada lahan dampak. dilakukan setiap hari kegiatan Pembersihan dampak sekali selama sekali Dinas
dampak fisik pemerataan, yang telah dikuasai selama periode dan Pemerataan Lahan pada awal pasca Kebersihan Dan
berupa berdasarkan kriteria berdasarkan tataguna operasi dilakukan operasi. Lingkungan
Perubahan kerusakan lahan dan fungsi sekali selama sekali Hidup Kota
Bentang Alam lingkungan pada lahan serta pada awal pasca Ternate Kota
Kepmen LH Nomor: pemanfaatan ruang. operasi. Ternate
KEP- Atau disesuaikan Pemerintah
43/MENLH/X/1996. dengan kondisi fisik Kecamatan
terdiri dari lahan sekitarnya. Ternate Selatan
Topografi; lubang Melaksanakan dan Kelurahan
galian, dasar Kepmen LH Nomor: setempat.
galian, dan dinding KEP- LSM
43 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
44 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
Lingkungan
Hidup Kota
Ternate Kota
Ternate
5. Dampak Pada Jenis dampak Ukuran dampak 1. Untuk mencegah Wilayah studi dan Periode Pengelolaan Memantau pelaksanaan Wilayah studi dan Periode pemantuan di Pelaksana :
Peningkatan lingkungan adalah debit air kelangkaan air Sekitar lokasi lingkungan hidup kegiatan pencegahan Sekitar lokasi lakukan 6 bulan sekali
Aliran yang terjadi larian dari luas minum di Pulau kegiatan yang Kena dilakukan sekali aliran permukaan. kegiatan yang Kena selama tahap operasi Pengawas :
Permukaan adalah lahan yang Ternate, maka perlu dampak. pada tahap Operasi dampak sekali selama sekali Dinas
dampak fisik- digunakan, dipertimbangkan dan pasca operasi pada awal pasca Kebersihan Dan
kimia topografi, dan alternatif teknik operasi. Lingkungan
khususnya tataguna lahan penangkapan air Hidup Kota
kondisi (jenis dan hujan yang Ternate Kota
hidrologi kerapatan vegetasi) berpotensi Ternate
berupa pada lokasi rencana meningkatkan aliran Pemerintah
peningkatan kegiatan. Serta permukaan. Yaitu; Kecamatan
aliran total debit aliran melakukan Ternate Selatan
permukaan. permukaan di pemanenan air dan Kelurahan
Kelurahan hujan dengan setempat.
Kalumata Kecmatan membuat fasilitas LSM
Kota Ternate drainase dan bak Instansi yang
Selatan penyimpan air pada Dilapori :
berdasarkan hasil bekas lokasi studi, Dinas
perkiraan debit sehingga air hujan Kebersihan Dan
aliran permukaan hasil panen dapat Lingkungan
kala ulang 10 tahun dimanfaatkan Hidup Kota
pada daerah sebagai air baku air Ternate Kota
tangkapan air minum. Ternate
(catchment area) 2. Mempertimbangkan
Pulau Ternate pembuatan sumur
(RTRW Kota resapan bila bekas
Ternate Tahun quarry diperuntukan
2012-2032) untuk perumahan
dan permukiman.
3. Membuat biopori
pada setiap lahan
bekas galian setelah
dilakukan penataan
kembali bekas
quarry untuk
meresapkan air
hujan ke dalam
tanah.
Jenis dampak Ukuran dampak Melakukan langkah- Wilayah studi dan Periode Pengelolaan Memantau pelaksanaan Wilayah studi dan Periode pemantuan di Pelaksana : Erosi dan
lingkungan adalah tingkat/laju langkah dan Sekitar lokasi lingkungan hidup kegiatan pencegahan Sekitar lokasi lakukan 6 bulan sekali sedimentasi
yang terjadi erosi dan pengelolaan kegiatan yang Kena dilakukan pada tahap erosi dan sedimentasi kegiatan yang Kena selama tahap operasi Pengawas : menjadi
45 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
6. Dampak Pada adalah sedimentasi dari lingkungan untuk dampak. Operasi dan pasca dampak sekali selama sekali Dinas penyebab
Peningkatan dampak fisik- luas lahan yang mencegah operasi pada awal pasca Kebersihan Dan utama
Erosi dan kimia digunakan, peningkatan aliran operasi. Lingkungan berkurangnya
Sedimentasi khususnya topografi (panjang permukaan dengan Hidup Kota produktivitas
kondisi dan kemiringan cara, baik mekanis Ternate Kota lahan
hidrologi lereng), maupun cara vegetasi Ternate pertanian, dan
berupa pengelolaan Pemerintah berkuranya
peningkatan tanaman dan Kecamatan kapasitas
erosi dan konservasi tanah Ternate Selatan saluran atau
sedimentasi serta tataguna dan Kelurahan sungai akibat
lahan (jenis dan setempat. pengendapan
kerapatan vegetasi) LSM material hasil
pada lokasi rencana Instansi yang erosi. Dengan
kegiatan Dilapori : berjalannya
Dinas waktu, aliran
Kebersihan Dan air
Lingkungan terkonsentrasi
Hidup Kota ke dalam
Ternate Kota suatu lintasan-
Ternate lintasan yang
agak dalam,
dan
mengangkut
partikel tanah
dan
diendapkan ke
daerah
dibawahnya
yang berupa;
sungai saluran
drainase, dan
ataupun area
permukiman
penduduk.
Jenis dampak Berdasarkan jenis 1. Menggunakan Wilayah studi dan Periode Pengelolaan 1. Memantau parameter Wilayah studi dan Periode pemantuan di Dinas
lingkungan dampak dan jalan yang tidak Sekitar lokasi lingkungan hidup kualitas udara Sekitar lokasi lakukan 6 bulan sekali Kebersihan Dan
7. Dampak Pada yang terjadi Indikator dampak padat lalu lintas kegiatan yang Kena dilakukan 6 bulan ambien pada jalur kegiatan yang Kena selama tahap operasi Lingkungan
Penurunan adalah terjadinya saat mobilisasi dampak. sekali pada tahap padat lalulintas yang dampak sekali selama sekali Hidup Kota
Kualitas Udara dampak fisik- penurunan kualitas peralatan dan Operasi dan sekali dilalui kendraan pada awal pasca Ternate Kota
kimia berupa udara, maka material. pada tahap pasca pengangkut material. operasi. Ternate
Penurunan ukuran besaran 2. Pengangkutan operasi 2. Memantau keluhan Pemerintah
Kualitas Udara dampak adalah material tidak dari masyarakat Kecamatan
berdasarkan Peraturan melebihi kapasitas sekitar lokasi Ternate Selatan
baku mutu Pemerintah No. 41 kendaraan kegiatan. dan Kelurahan
udara ambient Tahun 1999 pengakut material. 3. Memantau jenis setempat.
(peningkatan tentang 3. Setiap kendaraan penyakit yang LSM
kadar debu, Pengendalian pengangkut muncul dan jumlah Instansi yang
46 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
8. Dampak Pada Jenis dampak Ukuran besaran 1. Menggunakan alat Wilayah studi dan Periode Pengelolaan 1. Memantau tingkat Wilayah studi dan Periode pemantuan di Pelaksana :
Peningkatan lingkungan dampak adalah peredam suara saat Sekitar lokasi lingkungan hidup kebisingan. Sekitar lokasi lakukan 6 bulan sekali
Kebisingan yang terjadi Keputusan Menteri melakukan kegiatan yang Kena dilakukan 6 bulan 2. Memantau keluhan kegiatan yang Kena selama tahap operasi Pengawas :
adalah Negara Lingkungan pekerjaan pada dampak. sekali pada tahap dari warga dampak sekali selama sekali Dinas
dampak fisik – Hidup RI Nomor sumber bising. Operasi dan sekali masyarakat sekitar. pada awal pasca Kebersihan Dan
kimia berupa 48/MENLH/11/1996 2. Melakukan pada tahap pasca 3. Memantau jenis operasi. Lingkungan
Peningkatan tentang Baku perawatan secara operasi penyakit yang Hidup Kota
Kebisingan Tingkat Kebisingan berkala terhadap muncul dan jumlah Ternate Kota
peralatan dan penduduk yang Ternate
kendaraan menderita sakit. Pemerintah
pengangkut material 4. Memantau Kecamatan
terutama saat pelaksanaan Ternate Selatan
operasi. kegiatan pencegahan dan Kelurahan
3. Melakukan peningkatan setempat.
sosialisasi kepada kebisingan. LSM
pekerja saat Instansi yang
kegiatan tahap Dilapori :
operasi dan kepada Dinas
warga masyarakat Kebersihan Dan
sekitar lokasi Lingkungan
kegiatan tentang Hidup Kota
bahaya/pengaruh Ternate Kota
negatif kebisingan Ternate
terhadap kesehatan
Jenis dampak Ukuran dampak Melaksanakan Disekitar Wilayah Periode Pengelolaan 1. Memantau kegiatan Disekitar Wilayah Periode pemantuan di Pelaksana :
lingkungan adalah adanya Kepmen LH Nomor: studi lingkungan hidup pengambilan studi lakukan 3 bulan sekali
47 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
9. Dampak Pada yang terjadi longsor di sekitar KEP- dilakukan 3 bulan material pada selama tahap operasi Pengawas :
Terjadinya adalah lokasi quarry dan 43/MENLH/X/1996 sekali pada tahap quarry. sekali selama sekali Dinas
Longsor dampak fisik- luas serta batas tentang Kriteria Operasi dan sekali 2. Memantau pada awal pasca Kebersihan Dan
kimia longsoran Kerusakan pada tahap pasca pelaksanaan operasi. Lingkungan
khususnya Lingkungan Bagi operasi kegiatan pencegahan Hidup Kota
kondisi tanah Usaha Atau aliran permukaan Ternate Kota
berupa Kegiatan Ternate
terjadinya Penambangan Pemerintah
longsor Bahan Galian Kecamatan
Golongan C Jenis Ternate Selatan
Lepas Di Dataran. dan Kelurahan
Melakukan kegiatan setempat.
pengambilan LSM
material dengan Instansi yang
mempertimbangkan Dilapori :
faktor-faktor Dinas
penyebab Kebersihan Dan
terjadinya longsor, Lingkungan
diantaranya; Hidup Kota
kondisi geologi dan Ternate Kota
hidrologi, topografi, Ternate
iklim dan
perubahan cuaca
dapat
mempengaruhi
stabilitas lereng
yang
mengakibatkan
terjadinya
longsoran.
Hardiyatmo H.C
(2006) menulis
sebeb-sebeb
terjadinya
longsoran,
diantaranya:
1. Penambahan
beban pada lereng;
Tambahan beban
pada lereng dapat
berupa bangunan
baru, tambahan
beban oleh air
yang masuk ke
pori-pori tanah
maupun yang
menggenang di
48 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
permukaan tanah,
dan beban dinamis
oleh tumbuh-
tumbuhan yang
tertiup angin.
2. Penggalian atau
pemotongan tanah
pada kaki lereng.
3. Penggalian atau
mempertajam
kemiringan lereng.
4. Perubahan posisi
muka air secara
cepat pada
bendungan, sungai
dan lain-lain.
5. Penurunan tahanan
geser tanah
pembentuk lereng
oleh akibat
kenaikan kadar air,
kenaikan tekanan
air pori, tekanan
rembesan oleh
genangan air di
dalam tanah, tanah
pada lereng
mengandung
lempung yang
mudah kembang
susut.
6. Getaran atau
Gempa Bumi.
10. Dampak Jenis dampak Ukuran dampak 1. Mengangkut Wilayah studi dan Periode Pengelolaan 1. Memantau kapasitas Wilayah studi dan Periode pemantuan di Pelaksana :
Pada Kerusakan lingkungan adalah adanya material tidak Sekitar lokasi lingkungan hidup kendaraan Sekitar lokasi lakukan 3 bulan sekali
Jalan yang terjadi kerusakan jalan melebihi kapasitas kegiatan yang Kena dilakukan 3 bulan pengangkut material. kegiatan yang Kena selama tahap operasi Pengawas :
adalah pada jalan-jalan kendaraan. dampak. sekali pada tahap 2. Mencocokkan kondisi dampak sekali selama sekali Dinas
dampak fisik yang dilalui 2. Melakukan Operasi dan sekali kerusakan jalan pada awal pasca Kebersihan Dan
dan sosial kendaraan perbaikan segera pada tahap pasca dengan kriteria operasi. Lingkungan
ekonomi pengangkut setelah kegiatan operasi tingkat kerusakan Hidup Kota
berupa material berakhir pada dan jenis tindakan Ternate Kota
kerusakan bagian-bagian jalan perbaikan. Ternate
jalan yang rusak. 3. Memantau Pemerintah
Terutama jalan pelaksanaan kegiatan Kecamatan
primer/utama Desa perbaikan jalan Ternate Selatan
atau Kelurahan. dan Kelurahan
49 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
setempat.
LSM
Instansi yang
Dilapori :
Dinas Pekerjaan
Umum Kota
Ternate
Dinas
Kebersihan Dan
Lingkungan
Hidup Kota
Ternate Kota
Ternate
11.Dampak Pada Jenis dampak Ukuran dampak 1. Menghindari jalur- Wilayah studi dan Periode Pengelolaan Memantau kondisi Wilayah studi dan Periode pemantuan di Pelaksana :
Kemacetan lingkungan adalah peningkatan jalur padat Sekitar lokasi lingkungan hidup lalulintas terutama Sekitar lokasi lakukan 3 bulan sekali
Lalulintas yang terjadi jumlah kendaraan lalulintas. kegiatan yang Kena dilakukan 3 bulan volume arus lalulintas kegiatan yang Kena selama tahap operasi Pengawas :
adalah pengangkut 2. Menempatkan dampak. sekali pada tahap berbagai jenis dampak sekali selama sekali Dinas
dampak sosial material dan petugas lalulintas Operasi dan sekali kendaraan pada jalur- pada awal pasca Kebersihan Dan
ekonomi jalur/jalan yang pada jalur padat pada tahap pasca jalur yang dilalui operasi. Lingkungan
berupa digunakan dari dan lalulintas saat operasi kendaraan pengangkut Hidup Kota
kemacetan menuju lokasi proses material Ternate Kota
lalulintas kegiatan pengangkutan Ternate
material. Pemerintah
3. Mencatat volume Kecamatan
arus lalulintas Ternate Selatan
berbagai jenis dan Kelurahan
kendaraan untuk setempat.
masing-masing LSM
arah pada ruas Instansi yang
jalan dan simpang Dilapori :
yang dilalui Dinas Pekerjaan
kendaraan Umum Kota
pengangkut Ternate
material Dinas
Kebersihan Dan
Lingkungan
Hidup Kota
Ternate Kota
Ternate
Jenis dampak Ukuran dampak 1. Dalam hal Wilayah studi dan Periode Pengelolaan 1. Memantau langkah- Wilayah studi dan Periode pemantuan di Pelaksana :
lingkungan yang adalah adanya perubahan fungsi Sekitarnya lingkungan hidup langkah perbaikan Sekitar lokasi lakukan pada pasca
12. Dampak Pada terjadi adalah perbaikan lahan lahan, maka secara dilakukan pada tahap lahan. kegiatan yang Kena operasi Pengawas :
Perbaikan dampak fisik bekas quarry keruangan harus pasca operasi 2. Memantau dampak Dinas
Lahan berupa berdasarkan kriteria disesuaikan dengan perubahan fungsi Kebersihan Dan
perbaikan lahan kerusakan Tataguna Lahan, lahan Lingkungan
50 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
51 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
52 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
Materai
6000
6000
Maryam Robo
53 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
DAFTAR PUSTAKA
1. Perda Nomor 2 Tahun 2012. ”Rencana Tata Ruang Wilayah 2012 - 2021” Kota
Ternate.
2. BPS Kota Ternate 2015”,
3. APHA. 1975. Standard Method for The Examination of Water and Waste Water.
APHA. IWWA, Washington.
4. Alikodra, H.S. 1980. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid I. Fakultas Kehutanan IPB.
Bogor.
5. Asisten Deputi Urusan Pengkajian Dampak Lingkungan, 2007,Panduan Penilaian
AMDAL atau UKL/UPL untuk Kegiatan Pembangunan Perumahan. Deputi MENLH
Bidang Tata Lingkungan.
6. Bahan Ajar Pelatihan Penilai AMDAL, 2009. Aspek Sosial dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
7. Bahan Ajar Pelatihan Penilai AMDAL, 2009. Pemantauan Lingkungan.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
8. Bahan Ajar Pelatihan Penilai AMDAL, 2009. Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam
Amdal. Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
9. Bahan Ajar Pelatihan Penilai AMDAL, 2009. Dampak Pada Kualitas Udara.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
10. Bahan Ajar Pelatihan Penilai AMDAL, 2009. Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
11. Bahan Ajar Pelatihan Penilai AMDAL, 2009. Dasar-Dasar Ekologi. Kementerian
Negara Lingkungan Hidup.
12. Bahan Ajar Pelatihan Penilai AMDAL, 2009. Ekonomi Lingkungan. Kementerian
Negara Lingkungan Hidup.
13. Bahan Ajar Pelatihan Penilai AMDAL, 2009. Dampak Pada Kualitas Udara.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
14. Bahan Ajar Pelatihan Penilai AMDAL, 2009. Dampak Pada Tanah Pengunaan
Lahan dan tata Ruang. Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
54 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019
15. Bahan Ajar Pelatihan Penilai AMDAL, 2009. Dampak Pada Fauna dan Flora darat.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
16. Buckman, Harry O. 1982. “Ilmu Tanah”. Bhatara Karya Aksara, Jakarta
17. Bahan Ajar Pelatihan Penilai AMDAL, 2009. Kesehatan Masyarakat. Kementerian
Negara Lingkungan Hidup.
18. Canter, L.W. 1998. ”Environmental Impact Assesment”, McGraw and Hill Book
Company, New York.
19. Fardiaz, S., 1992. “PolusiAir dan Udara”. PenerbitKanisius. Yogyakarta.
20. Fandeli, C. 1992. Analisis Mengenai Dampak, Prinsip Dasar dan Pemapanannya
dalam Pembangunan. Liberty, Yogyakarta.
21. Soemarwoto, Otto., 2003. “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan”.
22. Cet. 10, Gajah Mada University Press.
23. Raharji, M. 2007. ”Memahami AMDAL”. Graha Imu, Yogyakarta.
24. Soemarwoto, Otto., 2001. “Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan”. Cet. 9,
Penerbit Djambatan, Jakarta.
25. Suripin, 2004. “Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air”. Ed. II. Penerbit Andi,
Yogyakarta.
26. Sajogyo dan P. Sajogyo. 1983. Sosiologi PeKelurahanan. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
27. Sudharto P. Hadi, 2002. Aspek Sosial Amdal – Sejarah, Teori, Dan Metode.
Gadjah Mada University Press Yogyakarta.
55 |