Anda di halaman 1dari 55

Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

UKL-UPL
REANCANA KEGIATAN
PEMBERSIHAAN DAN PEMERATAAN LAHAN

A. IDENTITAS PEMRAKARSA
A1. IDENTITAS PERUSAHAAN
Identitas Pemrakarsa Kegiatan :
Nama Pemrakarsa : Mariam Robo
NIK : 8271014204600001
Pekerjaan : Swata
TempatTanggal Lahir : Ternate 02 April 1960
Alamat : Kelurahan Ngade RT 004/ RW 002 Ke. Ternate Selatan
NPWP : 07.745.719.0-942.000

A2. IDENTITAS PENYUSUN


No NAMA JABATAN
1 Fachri R. Ichsan Ketua tim Penyusun
Anggota Tim Penyusun
Sarjana Universitas 45 Makassar
Sertifakat Amdal Penysusn Universitas Hassanudin
Makassar
Serifikasi Ketrampilan Juru Ukur dan Teknik
Pemetaan LPJKD Maluku Utara
2 Ir. Hadisusanto Anggota Tim penyusun
S1 Teknik Sipil
Sertifikat AMDAL Penyusun Pusat Studi
Lingkungan Hidup UGM Yogyakarta
Sertifikasi Keahlian (SKA) Madya Ahli Sumber Daya
Air LPJK Maluku Utara
Sertifikasi Ketrampilan Juru Ukur/Teknik Survey
Tabel 1 Tim Penyusun UKL-UPL Pembersihan dan Pemerataan Lahan

1|
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

B. RENCANA USAHA DAN ATAU KEGIATAN


1. Nama Rencana Usaha Atau Kegiatan
Rencana Usaha/kegiatan adalah Pembersihan dan Pemerataan Lahan
2. Lokasi Rencana Kegiatan
Lokasi rencana kegiatan Pembersihan dan Pemerataan Lahan berada di Kelurahan
Kalumata Kecamatan Ternate Selatan, Kota Ternate - Provinsi Maluku Utara dengan
koordinat Long 1270 21’ 13.4784” E, Lat : 00 46’ 5.4876” N. Lahan Rencana
Pembersihan dan Pemerataan Lahan berstatus di sewakan kepada Pemrakarsa
sesuai dengan perjanjin kedua belah pihak. Adapun batas-batas sebagai berikut:
Bagian Utara : Berbatasan dengan Hj Fitria
Bagian Selatan : Berbatasan dengan Hj Fitria
Bagian Timur : Berbatasan dengan Kali mati
Bagian Barat : Berbatsan dengan Tanah Negara

Gambar 1. Areal Rencana Kegiatan Pembersihan dan Pemerataan lahan

2|
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

Gambar 2 Peta Lokasi Kegiatan Pembersihan dan Pemerataan Lahan Dengan Citra Satelit

3|
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

3. Skala Rencana Usaha/Kegiatan


Rencana Pembersihan dan Pemerataan Lahan, akan dilakukan pada kelurahan
kalumata yang telah menjadi objek kegiatan. Secara umum, kegiatan pembersihan
dan Pemerataan Lahan terdiri dari; galian Material Urug pada lokasi dan
Pengangkutan Material ke lokasi Penampungan. Di perkirakan total luas lahan yang
akan digunakan dlam rencana Pembersihan dan Pemerataan Lahan adalah ± 10.000
M2 dengan Ketebalan galian = 4-5 meter
a. Rencana Waktu Operasional Kegiatan
Kegiatan Pembersihan dan pemerataan lahan direncanakan dalam waktu 3 (tiga)
tahun, sesuai dengan asumsi perhitungan pada skala besaran lahan yang di
bersihakan, dengan waktu pekerjaan di mulai dari pukul 09.00 – 17.00 WIT.
Adapun asumsi diatas menggunakan perhitungan pekerjaan 6 (enam) hari kerja,
dan sewaktu-waktu bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pekerjaan di lapangan.
b. Rencana Pembangunan Pos Jaga
Pembangunan pos jaga dibuat dalam areal kegiatan, dengan menggunakan kayu
sebagai tiang penyangga dan papan sebagai dinding.
c. Rencana Penggunaan Alat Berat
Dalam proses pemerataan dan pembersihan lahan digunakan excavator 1 unit,
sedangkan untuk penggangkutan akan di gunakan dumtruck dengan kapasitas 4 m3.

Gambar 3. Contoh Excavator yang digunakan pada Pembersihan dan Pemerataan


lahan

4|
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

Gambar 4. Contoh Dumtruck kapasitas 4 m3 yang digunakan pada Pembersihan dan


Pemerataan lahan

d. Sistem Pekerjaan
Sistem pekerjaan dilakukan secara terbuka, dimana pekerjaan dilaksanakan secara
berjenjang dan bertahap mengikuti pola kontur untuk menghindari terjadinya
longsor.
e. Tenaga Kerja
Table 2 Rencana Penggunaan Tenaga Kerja
No Jenis Tenaga Kerja Jumlah
1 Operator Excavator 2
2 Supir Truck 15
3 Administrasi 2
4 Kebersihan Jalan 2
Jumlah 21

4. GARIS BESAR KOMPONEN RENCANA KEGIATAN


a. Kesesuaian Tata Ruang
Secara geografi wilayah Kota Ternate merupakan daerah dengan kemiringan
tinggi pada bagian tengah, sehingga pemanfaatannya hanya terbatas untuk

5|
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

kegiatan fungsi lindung dan perkebunan serta hutan produksi terbatas, kalaupun
difungsikan untuk permukiman, maka diperlukan pengendalian yang ketat
mengenai kepadatan bangunan dan penduduknya. Secara geografis (RTRW Kota
Ternate Tahun 2012-2032), terdapat ruang-ruang dengan fungsi dan kegiatan
sebagai berikut :
 Ruang Kawasan Terbangun (Ruang perumahan, perkantoran, terminal-
terminal, pusat-pusat pertokoan/ perdagangan, kawasan industri)
 Ruang Kawasan Terbangun dengan pengendalian Kepadatan (Ruang
pemukiman dengan kelerengan agak tinggi, dan kawasan pesisir)
 Ruang Kawasan Lindung (Hutan lindung, kawasan dengan kelerengan tinggi)
 Ruang Kawasan Permukiman (kawasan kegiatan pemukiman, termasuk
pendidikan, rekreasi, dll)
 Ruang Kawasan Budidaya Pertanian Tanaman Perkebunan (kawasan potensial
untuk kegiatan pertanian/ perkebunan)
Secara administrasi lokasi Kegiatan Pembersihan dan Pemerataan lahan di
Kelurahan kalumata Kecamatan Ternate Selatan, Kota Ternate – Provinsi Maluku
Utara, berdasarkan buku induk Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Ternate dan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Ternate menyebutkan bahwa penataan ruang bertujuan
untuk mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman dan produktif melalui
pengembangan sektor pertanian, pertambangan, kelautan, industri dan
kepariwisataan sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan.

6|
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

Gambar 5. Peta Struktur Ruang Kota Ternate Sumber RTRW Kota Ternate

7|
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

b. Komponen Rencana Kegiatan Yang Dapat Menimbulkan Dampak


Lingkungan.
Rencana Kegiatan Pembersihan dan Pemerataan lahan, akan memberikan
dampak lingkungan, secara tahap dapat dibagi atas 3 (tiga) tahapan yaitu Pra
Operasi, Operasi maupun pasca Operasi. Rencana kegiatan tersebut berdampak
terhadap komponen lingkungan terutama Perubahan Bentang Alam, Peningkatan
Aliran Permukaan, Peningkatan Erosi Dan Sedimentasi, Tanah Longsor,
Penurunan Kualitas Udara, Peningkatan Kebisingan, Kemacetan Lalulintas,
Kerusakan Jalan, Tuntutan Ganti Rugi, dan Kecemasan Masyarakat (sikap dan
persepsi). Berikut uraian komponen rencana kegiatan yang memberikan dampak
:
1. Tahap Pra Operasi
 Perizinan
 Pembebasan Lahan
2. Tahap Operasi
 Dampak Pada Kecemasan Masyarakat
 Dampak Pada Perubahan Bentang Alam
 Dampak Pada Penurunan Kualitas Udara
 Dampak Pada Peningkatan Kebisingan
 Dampak Pada Berkurangnya Vegetasi
 Dampak Pada Peningkatan Aliran Permukaan
 Dampak Pada Erosi dan Sedimentasi
 Dampak Pada Terjadinya Longsor
 Dampak Pada Kerusakan Jalan
 Dampak Pada Kemacetan Lalulintas
3. Tahap Pasca Operasi
 Demobilisasi peralatan
 Dampak Pada Perbaikan Lahan

8|
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

1. Tahap Pra Operasi


1. Dampak Pada Kecemasan Masyarakat
a. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak
Salah satu sumber dampak kegiatan pra operasi adalah Pembebasan dan/atau
Penggunaan Lahan sebagai sumber material. Dalam proses ini dapat saja terjadi
kecemasan masyarakat berupa sikap menolak dan adanya persepsi yang berbeda
- beda baik positif maupun negatif dari masyarakat terhadap rencana kegiatan.
b. Jenis Dampak Lingkungan Yang Terjadi
Jenis dampak lingkungan yang terjadi adalah dampak sosial ekonomi dan budaya
berupa Kecemasan Masyarakat (sikap dan persepsi).
c. Ukuran Yang Menyatakan Besaran Dampak
Sikap dan persepsi masyarakat sekitar, baik yang menolak maupun
menerima/mendukung rencana kegiatan tersebut.
d. Keterangan
Dalam hal ini karena terkait dengan kegiatan pembebasan dan/atau penggunaan
lahan, umumnya kondisi lahan tersebut masih dimanfaatkan untuk kegiatan
perkebunan masyarakat sekitar. Pada beberapa lokasi, telah dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar sebagai sumber mata pencaharian dengan melakukan
penambangan terhadap material baik dilakukan perorangan maupun secara
kelompok. Sementara, bila digunakan sebagai sumber material untuk kegiatan
Pembangunan fisik di Kota Ternate, dimana membutuhkan sejumlah material yang
relatif banyak dan melakukan penambangan/galian menggunakan alat berat,
maka sejumlah tanaman yang bernilai ekonomi akan hilang, hilangnya sumber
mata pencaharian.
Kemungkinan kecelakaan lalulintas, akibat peningkatan lalu-lalang kendaraan
pengangkut material, serta rusaknya jalan yang dilalui kendaraan juga
meresahkan masyarakat sekitarnya. Dampak tersebut berlanjut pada tahapan
operasi, sehingga pengelolaannya harus dilakukan pada sumber dampak yaitu
memberikan nilai ganti rugi yang sesuai kesepakatan, dan pemanfaatan dan
penggunaan lahan sesuai dengan peruntukan.

9|
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

2. Dampak Pada Tuntutan Ganti Rugi


a. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak
Sumber dampak kegiatan pra operasi adalah Pembebasan dan/atau Penggunaan
Lahan sebagai sumber material. Dalam proses ini dapat saja terjadi tuntutan
ganti rugi berupa sikap menolak sebagian masyarakat yang lahannya dijadikan
sebagai lahan untuk Pembangunan fisik di kota Ternate dengan meminta ganti
rugi yang berbeda - beda untuk setiap masyarakat terhadap pemrakarsa
kegiatan.
b. Jenis Dampak Lingkungan Yang Terjadi
Jenis dampak lingkungan yang terjadi adalah dampak sosial ekonomi berupa
Tuntutan Ganti Rugi dari masyarakat sekitar kegiatan.
c. Ukuran Yang Menyatakan Besaran Dampak
Besarnya jumlah ganti rugi yang dimintas masyarakat sekitar kegiatan yang
lahannya kena dampak rencana kegiatan.
d. Keterangan
Baik lokasi kegiatan , maupun disekitarnya yang terseber pada beberapa tempat di
kota Ternate, pada umumnya kondisi lahan tersebut masih dimanfaatkan untuk
kegiatan perkebunan masyarakat. Pada beberapa lokasi kegiatan pemerataan dan
pembersihan, telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai sumber mata
pencaharian dengan melakukan penambangan terhadap material baik dilakukan
perorangan maupun secara kelompok. Sementara, bila digunakan sebagai sumber
material untuk kegiatan Pembangunan fisik di kota Ternate, dimana membutuhkan
sejumlah material yang relatif banyak dan melakukan penambangan/galian
menggunakan alat berat, maka sejumlah tanaman yang bernilai ekonomi akan
hilang, hilangnya sumber mata pencaharian.
Sehingga pengelolaannya harus dilakukan pada sumber dampak yaitu memberikan
nilai ganti rugi yang sesuai kesepakatan, dan pemanfaatan dan penggunaan lahan
mestinya sesuai rencana kerja.

10 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

2. Tahap Operasi
1. Dampak Pada Kecemasan Masyarakat
a. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak
Sumber dampak kecemasan masyarakat pada kegiatan operasi adalah kegiatan
mobilisasi peralaran dan tenaga kerja.
b. Jenis Dampak Lingkungan Yang Terjadi
Jenis dampak lingkungan yang terjadi adalah dampak sosial ekonomi dan budaya
berupa Kecemasan Masyarakat (sikap dan persepsi).
c. Ukuran Yang Menyatakan Besaran Dampak
Sikap dan persepsi masyarakat sekitar, baik yang menolak maupun
menerima/mendukung rencana kegiatan tersebut.
d. Keterangan
Kemungkinan kecelakaan lalulintas, akibat peningkatan lalu-lalang kendaraan
pengangkut material, rusaknya jalan yang dilalui kendaraan, tenaga kerja lokal
yang tidak terpakai dapat meresahkan masyarakat sekitarnya.
2. Dampak Pada Perubahan Bentang Alam

a. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak


Sumber dampak perubahan bentang alam pada kegiatan operasi adalah kegiatan
penambangan/pengambilan material di lokasi Pembersihan dan Pemerataan lahan.
b. Jenis Dampak Lingkungan Yang Terjadi
Jenis dampak lingkungan yang terjadi adalah dampak fisik berupa Perubahan
Bentang Alam.
c. Ukuran Yang Menyatakan Besaran Dampak
Ukuran dampak adalah total luas lahan yang akan dilakukan pembersihan dan
pemerataan, berdasarkan kriteria kerusakan lingkungan pada Kepmen LH Nomor:
KEP-43/MENLH/X/1996. terdiri dari Topografi; lubang galian, dasar galian, dan
dinding galian. Tanah; tanah yang dikembalikan sebagai penutup untuk
mengembalikan fungsi awal tataguna dan peruntukan lahan sesuai RTRW Kota
Ternate Tahun 2012-2032.

11 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

d. Keterangan
Dampak lain yang muncul adalah perubahan estetika lingkungan menjadi jelek,
perubahan arah aliran permukaan, munculnya genangan air pada lokasi quarry
dan berpotensi sebagai tempat berkembang-biaknya berbagai kuman penyakit dan
juga berdampak pada gangguan kesehatan masyarakat sekitarnya.

Gambar 6. Perubahan Bentangan Alam Di Lokasi Kegiatan

3. Dampak Pada Penurunan Kualitas Udara


a. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap penurunan kualitas udara pada tahap operasi adalah
kegiatan Mobilisasi Peralatan, Penambangan Material, dan Pengangkutan Material.
b. Jenis Dampak Lingkungan Yang Terjadi
Jenis dampak lingkungan yang terjadi adalah dampak fisik-kimia berupa
Penurunan Kualitas Udara berdasarkan baku mutu udara ambient (peningkatan
kadar debu, peningkatan kadar polutan gas oksida sulfur, oksida nitrogen,
hidrokarbon dan partikulat).
c. Ukuran Yang Menyatakan Besaran Dampak
Berdasarkan jenis dampak dan Indikator dampak terjadinya penurunan kualitas
udara, maka ukuran besaran dampak adalah Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun
1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
d. Keterangan
Dampak lain yang muncul adalah kesehatan dengan indikator tingkat gangguan
kesehatan pekerja dan penduduk di sekitarnya akibat debu serta gas buangan alat

12 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

berat dan kendaraan proyek dan dampak gangguan lalu lintas yang lalu lalang
dengan indikator jumlah kecelakaan meningkat dan jumlah serta jenis kerusakan
jalan meningkat.
4. Dampak Pada Peningkatan Kebisingan
a. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap peningkatan kebisingan pada tahap operasi adalah
kegiatan Mobilisasi Peralatan, Penambangan Material, dan Pengangkutan Material.
b. Jenis Dampak Lingkungan Yang Terjadi
Jenis dampak lingkungan yang terjadi adalah dampak fisik – kimia berupa
Peningkatan Kebisingan.
c. Ukuran Yang Menyatakan Besaran Dampak
Ukuran besaran dampak adalah Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI
Nomor 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.
d. Keterangan
Dampak lain yang muncul adalah gangguan kesehatan dengan indikator tingkat
gangguan kesehatan pekerja dan penduduk di sekitarnya akibat tingkat kebisingan
dari kendaraan proyek yang lalu-lalang dan peralatan proyek.
5. Dampak Pada Berkurangnya Vegetasi
a. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak
Sumber dampak berkuranya vegetasi pada kegiatan operasi adalah kegiatan
Pembukaan Lahan.
b. Jenis Dampak Lingkungan Yang Terjadi
Jenis dampak lingkungan yang terjadi adalah dampak biologi dan fisik-kimia
berupa berkurangnya vegetasi.
c. Ukuran Yang Menyatakan Besaran Dampak
Ukuran dampak adalah Luas lahan, jumlah dan jenis tanaman yang ada pada
lokasi kegiatan.
d. Keterangan
Pada beberapa lokasi kegiatan, terdapat tanaman tahunan berupa Pala, Cengkeh
dan Kelapa yang dimiliki dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai

13 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

sumber mata pencaharian utama dari hasil pertanian tahunan tersebut. Bila
digunakan sebagai lahan untuk Pembersihan dan Pemerataan lahan, maka
seluruh tanaman dan vegetasi tersebut akan hilang yang juga berakibat pada
hilangnya sumber mata pencaharian sebagian masyarakat sekitar rencana
kegiatan.
6. Dampak Pada Peningkatan Aliran Permukaan
a. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap peningkatan aliran permukaan pada tahap operasi
adalah kegiatan Pembukaan Lahan dan Penambangan Material.
b. Jenis Dampak Lingkungan Yang Terjadi
Jenis dampak lingkungan yang terjadi adalah dampak fisik-kimia khususnya
kondisi hidrologi berupa peningkatan aliran permukaan.
c. Ukuran Yang Menyatakan Besaran Dampak
Ukuran dampak adalah debit air larian dari luas lahan yang digunakan, topografi,
dan tataguna lahan (jenis dan kerapatan vegetasi) pada lokasi rencana kegiatan
Pembersihan dan Pemerataan lahan. Serta total debit aliran permukaan pada
Blok H dan I di Kelurahan Kalumata Kecmatan Kota Ternate Selatan berdasarkan
hasil perkiraan debit aliran permukaan kala ulang 10 tahun pada daerah
tangkapan air (catchment area) Pulau Ternate (RTRW Kota Ternate Tahun 2012-
2032).
d. Keterangan
Dampak lain yang akan muncul adalah terjadinya banjir dan genangan pada
musim hujan baik pada lokasi kegiatan maupun daerah sekitarnya terutama pada
bagian yang paling rendah dari kegiatan Pembersihan dan Pemerataan lahan.

14 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

Gambar 7. Penampang Pemanenan Air Hujan di Lokasi Pegunungan/Kelerengan


Curam. Sumber: Pacey dan Cullis (1989) dalam Asdak (2004)

7. Dampak Pada Erosi dan Sedimentasi


a. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap erosi dan sedimentasi pada tahap operasi adalah
kegiatan Pembukaan Lahan dan Penambangan Material.
b. Jenis Dampak Lingkungan Yang Terjadi
Jenis dampak lingkungan yang terjadi adalah dampak fisik-kimia khususnya
kondisi hidrologi berupa peningkatan erosi dan sedimentasi.
c. Ukuran Yang Menyatakan Besaran Dampak
Ukuran dampak adalah tingkat/laju erosi dan sedimentasi dari luas lahan yang
digunakan, topografi (panjang dan kemiringan lereng), pengelolaan tanaman

15 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

dan konservasi tanah serta tataguna lahan (jenis dan kerapatan vegetasi) pada
lokasi rencana kegiatan Pembersihan dan Pemerataan lahan.
d. Keterangan
Erosi dan sedimentasi menjadi penyebab utama berkurangnya produktivitas lahan
pertanian, dan berkuranya kapasitas saluran atau sungai akibat pengendapan
material hasil erosi. Dengan berjalannya waktu, aliran air terkonsentrasi ke dalam
suatu lintasan-lintasan yang agak dalam, dan mengangkut partikel tanah dan
diendapkan ke daerah dibawahnya yang berupa; sungai saluran drainase, dan
ataupun area permukiman penduduk.
8. Dampak Pada Terjadinya Longsor
a. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap longsor pada tahap operasi adalah kegiatan Pembukaan
Lahan dan Penambangan Material.
b. Jenis Dampak Lingkungan Yang Terjadi
Jenis dampak lingkungan yang terjadi adalah dampak fisik-kimia khususnya
kondisi tanah berupa terjadinya longsor.
c. Ukuran Yang Menyatakan Besaran Dampak
Ukuran dampak adalah adanya longsor di sekitar lokasi quarry dan luas serta
batas longsoran.
d. Keterangan
Gerakan massa (mass movement) tanah atau sering disebut tanah longsor
berdampak langsung berupa; kerusakan fasilitas umum, lahan pertanian maupun
adanya korban jiwa manusia. Sedangkan secara tidak langsung berupa;
melumpuhkan kegiatan pembangunan dan aktivitas ekonomi terganggu terutama
di daerah bencana dan sekitarnya. Peningkatan terjadinya longsor juga
diakibatkan oleh meningkatnya aktivitas manusia.
Banyak faktor penyebab terjadinya longsor, diantaranya; kondisi geologi dan
hidrologi, topografi, iklim dan perubahan cuaca dapat mempengaruhi stabilitas
lereng yang mengakibatkan terjadinya longsoran. Hardiyatmo H.C (2006) menulis
sebeb-sebeb terjadinya longsoran, diantaranya:

16 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

1. Penambahan beban pada lereng; Tambahan beban pada lereng dapat berupa
bangunan baru, tambahan beban oleh air yang masuk ke pori-pori tanah
maupun yang menggenang di permukaan tanah, dan beban dinamis oleh
tumbuh-tumbuhan yang tertiup angin.
2. Penggalian atau pemotongan tanah pada kaki lereng.
3. Penggalian atau mempertajam kemiringan lereng.
4. Perubahan posisi muka air secara cepat pada bendungan, sungai dan lain-lain.
5. Penurunan tahanan geser tanah pembentuk lereng oleh akibat kenaikan kadar
air, kenaikan tekanan air pori, tekanan rembesan oleh genangan air di dalam
tanah, tanah pada lereng mengandung lempung yang mudah kembang susut.
6. Getaran atau Gempa Bumi.
9. Dampak Pada Kerusakan Jalan
a. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap kerusakan jalan pada tahap operasi adalah kegiatan
Pengangkutan Material.
b. Jenis Dampak Lingkungan Yang Terjadi
Jenis dampak lingkungan yang terjadi adalah dampak fisik dan sosial ekonomi
berupa kerusakan jalan.
c. Ukuran Yang Menyatakan Besaran Dampak
Ukuran dampak adalah adanya kerusakan jalan pada jalan-jalan yang dilalui
kendaraan pengangkut material.
d. Keterangan
Dampak Kerusakan jalan juga berdampak lanjut pada kecemasan serta keresahan
masyarakat sekitar lokasi kegiatan dan masyarakat umumnya. Akibatnya terjadi
penolakan terhadap kegiatan dari masyarakat sekitar. Juga berdampak pada
peningkatan biaya perawatan parasaran dan sarana.
10. Dampak Pada Kemacetan Lalulintas
a. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap kemacetan lalulintas pada tahap operasi adalah
kegiatan Pengangkutan Material.

17 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

b. Jenis Dampak Lingkungan Yang Terjadi


Jenis dampak lingkungan yang terjadi adalah dampak sosial ekonomi berupa
kemacetan lalulintas.
c. Ukuran Yang Menyatakan Besaran Dampak
Ukuran dampak adalah peningkatan jumlah kendaraan pengangkut material dan
jalur/jalan yang digunakan dari lokasi kegiatan ke lokasi Pembangunan di kota
ternate.
d. Keterangan
Dampak kemacetan lalulintas juga berdampak lanjut pada kecemasan serta
keresahan masyarakat sekitar jalan yang dilalui kendaraan pengangut material
dan masyarakat umumnya. Juga berdampak pada penurunan kualitas udara
terutama kadar debu, Akibatnya terjadi penolakan terhadap kegiatan dari
masyarakat sekitar.
3. Tahap Pasca Operasi
1. Dampak Pada Perbaikan Lahan
a. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap perbaikan lahan pada tahap pasca operasi adalah
kegiatan reklamasi dan rehabilitas lahan.
b. Jenis Dampak Lingkungan Yang Terjadi
Jenis dampak lingkungan yang terjadi adalah dampak fisik berupa perbaikan lahan
bekas Pembersihan dan Pemerataan lahan.
c. Ukuran Yang Menyatakan Besaran Dampak
Ukuran dampak adalah adanya perbaikan lahan bekas quarry berdasarkan kriteria
kerusakan lingkungan pada Kepmen LH Nomor: KEP-43/MENLH/X/1996. terdiri
dari Topografi; lubang galian, dasar galian, dan dinding galian. Tanah; tanah yang
dikembalikan sebagai penutup untuk mengembalikan fungsi awal tataguna dan
peruntukan lahan sesuai RTRW Kota Ternate Tahun 2012-2032.
d. Keterangan
Dampak lain yang akan muncul adalah perbaikan kesuburan tanah dengan adanya
revegetasi, terceganya erosi, sedimentasi dan tanah longsor, peningkatan estetika

18 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

lingkungan. Lahan bekas quarry dapat juga dialih fungsikan sesuai peruntukan
lahan yang tertuang dalam RTRW Kota Ternate Tahun 2012-2032. Atau dapat
pula dengan mengalih-fungsikan lahan bekas galian untuk pemanfaatan tertentu
(yang secara ekonomi dan sosial dinilai dan disepakati lebih baik), seperti: menjadi
kawasan pengembangan pemukiman atau kawasan pengembangan objek
pariwisata alam.

C. RONA LINGKUNGAN AWAL WILAYAH STUDI


Ronal lingkungan awal dibutuhkan untuk sebuah studi kelayakan lingkungan untuk
dapat digunakan sebagai pembanding maupun parameter dampak pada rencana
kegiatan Pembersihan dan Pemerataan lahan di Kelurahan Kalumata Kecamatan
Ternate Selatan. Untuk digunakan pada pelaporan per enam bulan sekali sesuai
undang-undang yang berlaku.
1. Komponen Fisik – Kimia

a. Kualitas Udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau
biologi diatmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan mahkluk
hidup, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke
dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan,
gangguan pada kesehatanmanusia secara umum serta menurunkan kualitas
lingkungan (PP. N0. 41 Tahun 1999). Berikut ini uraian parameter kualitas udara
ambien :
 Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida (CO) secara fisik adalah suatu komponen udara yang tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk
gas pada suhu di atas 192 oC. Komponen ini mempunyai berat sebesar 96,5%
dari berat air dan tidak larut di dalam air. Karbon monoksida terdapat di alam
terbentuk dari salah satu proses berikut (Fardiaz, 1992) :

19 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

 Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang


mengandung karbon.
 Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon
pada suhu tinggi.
 Pada suhu tinggi, karbon monoksida terurai menjadi karbon monoksida dan
Oksigen.
 Nitrogen Dioksida (NO2)
Berdasarkan hasil pengukuran kualitas udara ambien, nilai nitrogen dioksida tidak
terdeteksi dan/atau sebesar sebesar 0.00 µg/Nm3 baik pada Lokasi 1 maupun
Lokasi 2. Nilai tersebut masih jauh di bawah dan/atau memenuhi standar baku
mutu kualitas udara ambien untuk karbon monoksida, yaitu sebesar 400 µg/Nm3
(0,21 mg/liter).
Nitrogen dioksida adalah salah satu dari kelompok gas yang terdapat di atmosfer
yang disebut nitrogen oksida (NOx). Selain nitrik oksida (NO) pada kelompok gas
tersebut yang mempunyai sifat fisik tidak berwarna dan tidak berbau, sebaliknya
nitrogen dioksida mempunyai warna coklat kemerahan dan berbau tajam (Fardiaz,
1992). Sifat fisik nitrogen dioksida tersebut, di beberapa kota besar di Indonesia
secara visual dijadikan indikator bahwa kualitas udara sangat buruk.
 Sulfur Dioksida (SO2)
Berdasarkan hasil pengukuran kualitas udara ambien, nilai sulfur dioksida juga
tidak terdeteksi dan/atau sebesar 0,00 µg/Nm3 baik pada Lokasi 1 maupun Lokasi
2. Nilai tersebut masih jauh di bawah dan/atau memenuhi standar baku mutu
kualitas udara ambien untuk sulfur dioksida, yaitu sebesar 900 µg/Nm3 (0,00
mg/liter).
Sulfur dioksida (SO2) adalah salah satu dari kelompok gas yang terdapat di
atmosfer yang disebut sulfur oksida (SOx). Selain sulfur trioksida (SO3) pada
kelompok gas tersebut yang mempunyai sifat fisik tidak berwarna dan sifat kimia
yang tidak reaktif, sulfur dioksida juga secara fisik tidak berwarna tetapi memiliki
karekteristik bau yang tajam dan tidak terbakar di udara (Fardiaz, 1992).

20 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

Selanjutnya, Fardiaz (1992) menulis bahwa kerusakan tanaman oleh SO2


dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu konsentrasi SO2 dan waktu kontak. Kerusakan
tiba-tiba (akut) terjadi .jika terjadi kontak dengan SO2 pada konsentrasi tinggi
dalam waktu sebentar, dengan gejala beberapa bagian daun menjadi kering
dan mati, dan biasanya warnanya memucat. Kontak dengan SO2 pada
konsentrasi rendah dalam waktu lama menyebabkan kerusakan kronis, yang
ditandai dengan menguningnya warna daun karena terhambatnya mekanisme
pembentukan khlorofil. Kerusakan akut pada tanaman disebabkan
kemampuan tanaman untuk mengubah SO2 yang diabsorbsi menjadi H 2 SO 4,
kemudian menjadi sulfat. Garam-garam tersebut terkumpul pada ujung atau
tepi daun. Sulfat yang terbentuk pada daun berkumpul dengan sulfat yang
diabsorbsi melalui akar, dan jika akumulasi cukup tinggi, terjadi gejala khronis
yang disertai dengan gugurnya daun.
Tanaman bervariasi dari spesies ke spesies dalam sensitivitasnya terhadap
kerusakan SO2. Meskipun dalam satu spesies, terjadi perbedaan sensitivitas
yang disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti suhu, air tanah, konsentrasi
nutrien, dan sebagainya. SO2 mungkin juga dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan dan yield tanaman tanpa menyebabkan kerusakan yang terlihat
dengan mata. Uap asam sulfat, yang merupakan bentuk lain polusi SO2 juga
dapat merusak tanaman. Bintik-bintik pada daun dapat terjadi jika droplet
asam kontak dengan daun yang telah basah karena embun.
Polutan SO2 juga mempunyai pengaruh terhadap manusia dan hewan.
Fardiaz (1992) menulis bahwa pada konsentrasi jauh lebih tinggi daripada
yang diperlukan untuk merusak tanaman. Kerusakan pada tanaman terjadi
pada konsentrasi sebesar 0.5 ppm, sedangkan konsentrasi yang ber pengaruh
terhadap manusia dapat dilihat pada Tabel 5.4. Pengaruh utama polutan SO2
terhadap manusia adalah iritasi sistem pernafasan. Selanjutnya, Fardiaz
(1992) melaporkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa iritasi
tenggorokan terjadi pada konsentrasi SO2 sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan
pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada konsentrasi 1 - 2

21 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

ppm. SO2 dianggap polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama


terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada
sistem pernafasan dan kardio vaskular. Individu dengan gejala tersebut sangat
sensitif terhadap kontak dengan SO2 meskipun dengan konsentrasi yang relatif
rendah, misalnya 0.2 ppm atau lebih.
Tabel 3. Pengaruh SO2 Terhadap Manusia
Konsentrasi
Pengaruh
(ppm)
3-5 Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya
Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi
8-12
tenggorokan
20 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi mata
20 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan batuk
Maksimum yang diperbolehkan untuk kontak dalam waktu
20
lama
Maksimum yang diperbolehkan untuk kontak dalam waktu
50-100
singkat (30 menit)
400 -500 Berbahaya meskipun kontak secara singkat
Sumber: Kirk dan Othmer (1969) dalam Fardiaz (1992)

 Partikulat/Debu
Dari hasil pengukuran kualitas udara ambien, diperoleh nilai TSP (debu) sebesar
0,077 µg/Nm3, PM10 sebesar 0,045 µg/Nm3 dan PM2,5 sebesar 0,032 µg/Nm3
(Lokasi 1), dan 0,79 µg/Nm3, PM10 sebesar 0,003 µg/Nm3 dan PM2,5 sebesar 0,76
µg/Nm3 (Lokasi 2). Ketiga nilai tersebut masih jauh di bawah dan/atau memenuhi
standar baku mutu kualitas udara ambien untuk kadar partikulat/debu di udara,
yaitu untuk TSP sebesar 230 µg/Nm3, PM10 sebesar 150 µg/Nm3 dan PM2,5
sebesar 65 µg/Nm3.
Sumber utama debu di atmosfer adalah tanah, kebakaran semak belukar,
pembakaran rumah tangga, kendaraan bermotor, proses industri dan debu organik
dari bahan tanaman. Debu atau TSP (total suspended particulate) dianggap
sebagai partikel bahan padat yang terbagi secara halus dengan ukuran berkisar dari
0,1 hingga 100 mikron (μ) dan yang menjadi keprihatinan utama adalah debu yang
dihasilkan oleh pengolahan atau penanganan bahan padat dalam industri. Partikel-

22 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

partikel debu yang kurang dari 10 μ sangat memprihatinkan karena memiliki


kemampuan yang lebih besar untuk menembus ke dalam paru-paru (1 μ = 0,001
milimeter). Partikel yang berukuran < 10 μ (mikron) disebut PM10 (partikel sub 10
μ) dan Partikel yang berukuran < 10 μ (mikron) disebut PM 2,5 (partikel-partikel
sub 2,5 μ).
b. Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dan dapat secara kontinyu maupun
impulsive. Pada pemaparan kebisingan secara terus-menerus pada intensitas tinggi
dapat menyebabkan ketulian baik tuli sementara maupun ketulian
menetap/permanen. Pengaruh kebisingan tersebut di atas, terutama di lokasi
kegiatan kurang berpengaruh terhadap lingkungan sekitar disebabkan lahan
disekitar lokasi dikelilingi oleh semak-semak dan perkebunan kelapa, pala, cengkeh
milik masyarakat. Sementara pada pekerja, kemungkinan pengaruh akibat
kebisingan dari kendaraan alat berat dapat saja terjadi.
c. Ruang, Lahan, Tanah
Kegiatan pembangunan harus sejalan dan/atau sesuai peruntukan dalam Rencana
Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) setempat. Dalam rencana tata ruang suatu
wilayah, dilakukan pengwilayahan (zoning) yang mengalokasikan ruang menurut
kebutuhan pembangunan yang menganut prinsip daya dukung lahan dan fungsi
lahan untuk tujuan pembangunan tanpa melampaui daya dukung lahan dan tidak
mengganggu fungsi lahan sebagai salah satu komponen ekosistim.
Pada prinsipnya, pembangunan yang mengacu pada konsep tata ruang tidak akan
secara signifikan mengganggu daya dukung dan fungsi tanah dan lahan. Alokasi
kawasan lindung dalam suatu wilayah akan menjamin berlangsungnya fungsi
ekologis kawasan tersebut dalam rangka melindungi dan menjamin keberlanjutan
aktivitas kawasan budidaya.
Berlangsungnya fungsi lindung dari komponen lahan dan tanah dalam kawasan
lindung akan menjamin tersedianya air untuk kebutuhan kawasan budidaya (irigasi,
air baku untuk kebutuhan industri dan domestik), mencegah terjadinya banjir pada
musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau, mencegah terjadinya erosi,

23 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

sedimentasi dan pendangkalan waduk, sungai, dan danau). Sebaliknya


keberlanjutan aktivitas budidaya (pertanian, perikanan, industri, pariwisata,
permukiman) bergantung pada berlangsung tidaknya fungsi lindung. Pada keadaan
tertentu, terdapat kawasan penyangga yang letaknya di antara kawasan lindung
dan kawasan budidaya. Tujuannya untuk mencegah pergeseran garis batas
kawasan budidaya ke dalam kawasan lindung dan memberikan ruang peralihan
antara kawasan budidaya dan lindung.
Pengertian Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan
ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat menusia dan makhluk lainnya
hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya. Tata
ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan
maupun tidak. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Rencana tata ruang
adalah hasil perencanaan tata ruang yang membagi ruang atas kawasan lindung
dan kawasan budidaya. Termasuk dalam kawasan lindung adalah hutan lindung,
kawasan bergambut, kawasan resapan air, sempadan pantai, sempadan sungai,
kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, kawasan suaka alam,
kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai berhutan bakau,
taman nasional, taman hutan raya dan wisata alam, kawasan cagar budaya dan
ilmu pengetahuan, serta kawasan rawan bencana. Sementara, yang termasuk
kedalam kawasan budidaya meliputi, antara lain, kawasan hutan produksi, kawasan
pertanian, kawasan permukiman, kawasan industri, dan kawasan pariwisata.
Pengertian tanah bergantung pada kepentingan orang terhadap tanah. Seorang ahli
tambang mengganggap tanah adalah bagian kulit bumi yang menutupi mineral
tambang yang dicarinya. Bagi ahli konstruksi jalan, tanah dianggap sebagai lapisan
lembek di permukaan bumi yang harus dilapisi batu agar menjadi kuat. Dalam
bidang pertanian tanah diartikan lebih khusus, yaitu sebagai media tumbuhnya
tanaman atau tumbuhan darat. Dari aspek hidrologi tanah dianggap sebagai salah
satu mata rantai daur air (hydrologic cycle), sedangka dari aspek lingkungan tanah
dapat dianggap sebagai sebuah reaktor raksasa dimana terjadi berbagai proses

24 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

reaksi kimia, fisik, biologi dan gabungannya. Bahan penyususn tanah terdiri atas
bahan mineral (45%), bahan organik (5%), air (20-30%), dan udara (20-30%).
Lahan adalah sebuah sistim alami yang saling tindak (interactive) dan terdiri atas
tanah–tanaman–atmosfer. Jika tanah adalah bagian dari sistim lahan maka kajian-
kajian lingkungan tentang tanah tidak dapat dipisahkan dari sub sistim tanaman
dan atmosfir.
d. Kondisi Ruang dan Lahan
Berdasarkan RTRW Kota Ternate Tahun 2012-2032, dari segi pemanfaatan
ruang/lahan Pulau Ternate, konsentrasi ruang-ruang permukiman berada lebih
banyak di lahan dengan kelandaian sampai sekitar 15 %, khususnya di wilayah
Kecamatan Ternate Selatan dan Ternate Utara. Di kawasan pesisir di Kecamatan
Ternate Selatan dan Kecamatan Ternate Utara praktis lahannya telah dipadati
dengan fungsi permukiman, jasa / perdagangan dan kawasan Pelabuhan. Namun
begitu, di wilayah Kecamatan Pulau Ternate, khususnya di Pulau Ternate, di salah
satu spot pesisir, terdapat penggunaan lahan untuk hutan konservasi.
Fungsi Pertanian / perkebunan terdapat di bagian pedalaman dengan kelerengan
sekitar 10% s/d sekitar 25% hingga pada beberapa spot lokasi pada kelerengan
40%. Sedangkan pada lahan dengan kelerengan sekitar 25% keatas, dan
khususnya diatas 40% didominasi oleh fungsi hutan lindung dan hutan konservasi.
Fungsi kawasan zona bahaya gunung berapi hanya terdapat di Pulau Ternate,
sebagai bentuk antisipasi penyediaan ruang untuk aliran lava dan lahar dingin
campur batuan akibat letusan Gunung Gamalama. Zona bahaya gunung berapi ini
paling banyak menempati areal di Kecamatan Ternate Utara dan Kecamatan Pulau
Ternate, serta di lingkaran Gunung Gamalama sampai pada radius sekitar 4 KM dari
pusat puncak gunung.
Ruang-ruang yang saat ini terpakai untuk fungsi pertanian dan alang-alang dalam
kecenderungannya akan berubah menjadi ruang-ruang permukiman, terutama di
areal dengan kelandaian sampai sekitar 15%. Kecenderungan tersebut akan terjadi
karena ruang kegiatan pertanian dan fungsi alang-alang, berada tepat di bagian
belakang dari area permukiman.

25 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

Kesimpulan berikut merupakan hasil analisis pemanfaatan ruang Pulau Ternate


(RTRW Kota Ternate Tahun 20012-2032):
 Pada umumnya pemanfaatan ruang untuk kegiatan permukiman, berada pada
kawasan yang memenuhi syarat-syarat fisik seperti kelandaian, dan berada
pada jarak aman dari zona bahaya gunung berapi.
 Kawasan kini fungsi pertanian pada beberapa lokasi akan mengalami konversi
penggunaan lahan karena tekanan pertumbuhan permukiman di masa
mendatang. Hal tersebut, perlu dikendalikan, dimana areal hijau tersebut masih
diperlukan, khsususnya sebagai buffer dari ring zona rawan bahaya gunung
berapi.
 Kawasan fungsi alang-alang akan berubah menjadi fungsi kegiatan permukiman
dan penunjangnya.
 Diperlukan strategi penyebaran pusat-pusat pertumbuhan baru untuk
membantu mengendalikan percepatan pertumbuhan okupasi ruang kegiatan
permukiman.
 Tata guna Hutan Konservasi dan Hutan Lindung akan tetap sebagaimana
keadaan awal, dan tidak akan berubah secara alami menjadi ruang-ruang
kegiatan permukiman, karena kondisi topografinya dan karena adanya
peraturan tertentu mengenai kawasan lindung yang melarang perubahan fungsi
hutan lindung menjadi fungsi budidaya.
 Dalam tatanan penggunaan ruang, belum nampak adanya kawasan khusus
untuk pengembangan industri. Mengingat peran strategis Kota Ternate di
Maluku Utara maupun di wilayah Indonesia Bagian Timur, serta untuk
memenuhi kebutuhan barang hasil industri di Kota Ternate dan sekitarnya,
maka alokasi ruang kegiatan Industri dan pergudangan perlu dipertimbangkan.
Secara geografi wilayah Kota Ternate merupakan daerah dengan kemiringan tinggi
pada bagian tengah, sehingga pemanfaatannya hanya terbatas untuk kegiatan
fungsi lindung dan perkebunan serta hutan produksi terbatas, kalaupun difungsikan
untuk permukiman, maka diperlukan pengendalian yang ketat mengenai kepadatan

26 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

bangunan dan penduduknya. Secara geografis (RTRW Kota Ternate Tahun 2012-
2032), terdapat ruang-ruang dengan fungsi dan kegiatan sebagai berikut :
 Ruang Kawasan Terbangun (Ruang perumahan, perkantoran, terminal-terminal,
pusat-pusat pertokoan/ perdagangan, kawasan industri)
 Ruang Kawasan Terbangun dengan pengendalian Kepadatan (Ruang
pemukiman dengan kelerengan agak tinggi, dan kawasan pesisir)
 Ruang Kawasan Lindung (Hutan lindung, kawasan dengan kelerengan tinggi)
 Ruang Kawasan Permukiman (kawasan kegiatan pemukiman, termasuk
pendidikan, rekreasi, dll)
 Ruang Kawasan Budidaya Pertanian Tanaman Perkebunan (kawasan potensial
untuk kegiatan pertanian/ perkebunan)
 Ruang Kawasan Bahaya bencana Gunung Berapi (diperlakukan sebagai
kawasan non terbangun, atau sebagai kawasan lindung.

27 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

Gambar 8. Peta Pemanfatan Lahan, Sumber RDTR, Kota Ternate

e. Jenis Tanah, Struktur Geologi Pulau Ternate


Berdasarkan RTRW Provinsi Maluku Utara Tahun 2007 dan RTRW Kota Ternate
Tahun 2012-2032, Pulau Ternate didominasi jenis tanah regosol yang merupakan
ciri tanah pulau vulkanis dan pulau karang.
Kondisi tanah di lokasi studi, berdasarkan hasil pengujian laboratorium bahan
timbunan tanah Kalumata mempunyai nilai: Indeks Plastis (Plasticity Index, PI)
15,70%, Batas Cair (Liquit Limit, LL) 29,44%, dan Batas Plastis (Plasticity Limit, PL)
13,74%. Menurut klasifikasi AASHTO tanah timbunan quarry FITU termasuk jenis
tanah lempung A-6 dengan tingkat umum cukup sebagai bahan tanah dasar
(Archicons, 2006). Uraian secara lengkap karakeristik tanah pada quarry dapat
dilihat pada Lampiran.

28 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

Secara geologi, daerah studi dan pulau Ternate umumnya merupakan satu tubuh
gunungapi, yang terdiri atas endapan-endapan hasil letusan Gunungapi Gamalama
selama masa Kuarter. Hanya sekitar 15 persen dari seluruh daerah penelitian
merupakan endapan permukaan, yaitu terutama tersebar dibagian Timur dan
sebagian kecil di bagian Barat dan Selatan. Sesuai dengan generasi Gunungapi
Gamalama yang terdiri atas 3 perioda letusan, yaitu Perioda Letusan Gunungapi
Gamalama Tua (Gt), Gamalama Dewasa (Gd) dan Gamalama Muda (Gm) (S. Bronto
at al, 1982).
Dari penampang geologi yang dibuat S. Bronto, at al (1982) menunjukkan
terdapatnya perulangan antara endapan-endapan piroklastik, aliran lava dan
endapan lahar. Endapan piroklastik generasi Gamalama Muda (Gmpm dan Gmpt)
dan Gamalama dewasa (Gdp) yang tersebar dibagian puncak hingga ke lereng,
demikian pula halnya dengan endapan permukaan (pr dan al) yang tersebar pada
kaki gunungapi terutama dibagian Timur daerah Pulau Ternate.

29 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

Gambar 9. Peta Geoologi Kota Ternate, Sumber RTRW, Kota Ternate

30 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

f. Topografi
Topografi di daerah studi dan sekitarnya serta Pulau Ternate berdasarkan RTRW
Kota Ternate Tahun 2012-2032, umumnya merupakan daerah dengan kemiringan 2
– 8% (relatif datar bergelombang). Kemiringan 15 – 25% (berbukit) terletak pada
bagian utara (ke arah Gunung Gamalama) batas lokasi kegiatan, batas bagian
selatan dengan kemiringan 0 – 2% (datar) dan 2 – 8%, bagian timur dengan
kemiringan 0 – 2% dan 8 – 15% (bergelombang/berombak) dan bagian barat
dengan kemiringan 2 – 8% dan >40% (curam/Danau Ngade).

Gambar 10. Peta Kemiringin Lereng Kota Ternate, Sumber RTRW, Kota Ternate

31 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

Gambar 11. Peta Topografi Kota Ternate, Sumber RTRW, Kota Ternate

32 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

g. Hidrologi
Kondisi hidrologi pada lokasi studi dan sekitarnya, serta kondisi hidrologi Pulau
Ternate mencakup daerah resapan air dan aliran permukaan, erosi dan
sedimentasi, serta arah aliran. Berikut uraian setiap parameter hidrologi tersebut:

 Daerah Resapan Air, Aliran Permukaan dan Drainase Kota Ternate


Pada daerah yang mempunyai banyak sungai, fungsi sungai-sungainya merupakan
sungai influen, yang artinya peran air tanah sebagai pemasok utama air sungai di
bagian hulu, dan berkembang menjadi sungai efluen dimana air tanah dipasok
oleh air sungai dibagian hilirnya, membentuk pola aliran radier. Daerah imbuhan
atau recharge area adalah daerah yang mempunyai daya infiltrasi tinggi dan
tingkat run off yang kecil. Semakin bergesernya penggunaan tataguna lahan dan
fungsi lahan sebagai konsekwensi dari pembangunan fisik akan merubah kondisi
daerah ini yang sebelumnya merupakan recharge area menjadi daerah yang
runoff yang sangat tinggi yang merupakan faktor kehilangan air yang sangat besar
(Asdak, 2004; Hardiyatmo, 2006).
Pergerakan dan potensi air tanah sangat dikontrol oleh kemampuan air
permukaan yang terinfiltrasi kedalam tanah, sehingga dari perubahan zona-zona
imbuhan akibat dari perubahan fungsi lahan sangat berpengaruh pada pergerakan
air tanah dan potensi air tanah dikemudian hari (Asdak, 2004).
Berdasarkan perhitungan debit outlet dengan kala ulang 10 tahun, bila ditinjau
pada dimensi outlet eksisting teknisnya dapat menampung debit banjir tersebut.
Akan tetapi pada kondisi aktualnya masih saja terjadi genangan pada beberapa
daerah di kota ternate yaitu pada pasar gamalama, toboko, mangga dua, tafure
dan bastiong. Berdasarkan survey yang telah dilakukan, sistem drainase kota
ternate mengalami permasalahan seperti rusaknya sebagian saluran drainase,
penyumbatan saluran air oleh sedimentasi berupa endapan lumpur, tanah, rumput
dan sampah sehingga mengakibatkan saluran tidak mampu menampung debit dari
lokasi sekitar pada waktu hujan, kemiringan saluran yang tidak sesuai, dan lain-

33 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

lain. Akibat dari permasalahan tersebut, terjadi genangan air disaat hujan pada
beberapa tempat (RTRW Kota Ternate Tahun 20012-2032).

58 Ha
2 83 Ha

364.8 Ha 8
8

538.5 Ha J
300.4 Ha 221.4 Ha
15 79.9 Ha

25 I 2
350.9 Ha 72 Ha 243.5 Ha 98.9 Ha
79.4 Ha
15 59.4 Ha H
A
192.7 Ha 180.8 Ha
273.7 Ha 23.1 Ha 238.5 Ha
15 132.4 Ha 8.57 Ha
16.8 Ha
96.9 Ha 41 Ha
15 8
25 25 G
B 307.7 Ha 40 157.1 Ha
298.3 Ha
529.1 Ha 221.8 Ha
F
100.6 Ha
124.2 Ha
290.3 Ha 222.6 Ha 56.4 Ha
15 144.3 Ha
69.6 Ha 200.7 Ha
98.9 Ha 2
C 25 59.2 Ha 191.9 Ha 102.8 Ha
386 Ha D 15 E
170.8 Ha 8
161.0 Ha
163.3 Ha
384.4 Ha 2
249.7 Ha
15
8 13.1 Ha 13.5 Ha

Gambar 12. Daerah Tangkapan Air Pulau Ternate berdasarkan Metode Isohet,
Sumber: RTRW Kota Ternate Tahun 2012 -2032.

h. Erosi
Upaya pelestarian lingkungan hidup secara fungsional salah satunya adalah melalui
pengendalian erosi tanah di setiap tipe penggunaan lahan. Erosi tanah merupakan
salah satu indikator penting kualitas lingkungan. Erosi didefinisikan sebagai suatu
peristiwa hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat
yang terangkut dari suatu tempat ke tempat lain (Rahim,2003). Istilah erosi dalam
bidang geologi untuk menggambarkan proses pembentukan alur-alur atau parit-
parit dan penghanyutan bahan-bahan padat oleh aliran air (Hardiyatmo, 2006).
Rahim (2003) menyatakan bahwa erosi dipengaruhi oleh hujan, angin,limpasan
permukaan, jenis tanah, kemiringan lereng, penutupan tanah, dan tindakan
konservasi. Menurut Hardiyatmo (2006), faktor-faktor penyebab erosi tanah adalah
iklim, kondisi tanah, topografi, tanaman penutup permukaan tanah dan pengaruh

34 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

gangguan tanah oleh aktifitas manusia. Keberhasilan pengendalian erosi tanah


tergantung pada pemilihan strategi yang tepat untuk konservasi tanah. Strategi ini
membutuhkan pengertian yang mendalam tentang proses erosi.
Mekanisme terjadinya erosi, tanah yang terkikis pertama-tama adalah lapisan atas
yang merupakan media tumbuhnya tanaman. Dengan hilangnya lapisan atas tanah
maka terjadi pula kehilangan unsur hara, yang merupakan nutrisi tanaman (Rahim,
2003). Menurut Asdak (2004) proses erosi terdiri atas tiga bagian yang berurutan
yaitu pengelupasan (detachement), pengangkutan (transportation) dan
pengendapan (sedimentation). Beberapa erosi permukaan yang umum dijumpai di
daerah tropis adalah :
Erosi percikan (splash erosion) adalah proses terkelupasnya partikel-partikel
tanah bagian atas oleh tenaga kinetik air hujan bebas atau sebagai air lolos.
Erosi kulit (sheet erosion) adalah erosi yang terjadi ketika lapisan tipis
permukaan tanah di daerah berlereng terkikis oleh kombinasi air hujan dan air
larian (runoff). Tipe erosi ini disebabkan oleh kombinasi air hujan dan air larian
yang mengalir ke tempat yang lebi rendah.
Erosi alur (rill erosion) adalah pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan
partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam
saluran-saluran air. Hal ini terjadi ketika air larian masuk ke dalam cekungan
permukaan tanah, kecepatan air larian meningkat dan akhirnya terjadilah
transpor sedimen.
Erosi parit (gully erosion) membentuk jaringan parit yang lebih dalam dan lebar
dan merupakan tingkat lanjutan dari erosi alur.
Erosi tebing sungai (streambak erosion) adalah pengikisan tanah pada
tebingtebing sungai dan penggerusan dasar sungai oleh aliran air sungai.
Suripin (2002) menyatakan bahwa berat ringannya erosi tergantung pada kuantitas
suplai material yang terlepas dan kapasitas media pengangkut. Jika media
pengangkut mempunyai kapasitas lebih besar dari suplai material yang terlepas,
proses erosi dibatasi oleh pelepasan (detachement limited). Sebaliknya, jika

35 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

kuantitas suplai material melebihi kapasitas, proses erosi dibatasi oleh kapasitas
(capacity limited).
Berbagai macam jenis tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda.
Kepekaan erosi tanah tergantung pada interaksi sifat-sifat fisik dan kimia tanah.
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organic,
kedalaman, sifat lapisan bawah, dan tingkat kesuburan tanah.
Persamaan USLE (Universal Soil Loss Equation) digunakan untuk menentukan
perkiraan berat tanah hilang akibat erosi. Smith dan Wischmeier dalam Hardiyatmo
(2006) menyatakan bahwa besarnya tanah yang hilang dipengaruhi oleh 6 faktor
yaitu : panjang lereng, kemiringan lereng, penutup permukaan tanah, pengelolaan
tanah, tipe tanah, dan curah hujan. Dari beberapa metode untuk memperkirakan
besarnya erosi permukaan, metode Universal Soil Loss Equation (USLE) yang
dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1978) adalah metode yang paling
umum digunakan untuk memperkirakan besarnya erosi. Setiap jenis tanah,
kemiringan lereng, vegetasi dan aktivitas manusia mempunyai peranan penting
untuk berlangsungnya proses erosi-sedimentasi.
Masing-masing faktor memberikan pengaruhnya masing-masing untuk terjadinya
erosi. Jenis tanah alluvial, lithosol, regosol, andosol, podsol, hidromorfik kelabu
umumnya rentan terhadap erosi. Tingkat bahaya erosi menjadi lebih besar apabila
jenis tanah tersebut mempunyai formasi kemiringan lereng besar. Struktur vegetasi
penutup tanah yang bertingkat-tingkat dapat menurunkan bahayanya erosi
daripada lahan dengan dominasi vegetasi pohon yang tidak atau kurang disertai
seresah dan tumbuhan bawah. Tenaga pendorong yang menyebabkan terkelupas
dan terangkutnya partikel-partikel tanah ke tempat yang lebih rendah dikenal
dengan istilah erosivitas hujan. Erosivitas hujan merupakan fungsi dari energi
kinetik total hujan dengan intensitas hujan maksimum selam 30 menit. Kemudahan
tererosi dinyatakan dalam istilah erodibilitas. Erodibilitas tanah tergantung pada
kandungan bahan organik, tekstur tanah, kadar air, angka pori, dan permeabilitas
tanah ( Hardiyatmo, 2006).

36 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

Menurut Wischmeier dan Smith dalam Asdak (2004 ), untuk menentukan besarnya
erosi mengggunakan rumus :
A = R. K. LS. C. P

Keterangan :
A = banyaknya tanah tererosi per satuan luas per satuan waktu (ton/ha/tahun)
R = faktor erosivitas hujan dan aliran permukaan (KJ/ha)
K = faktor erodibilitas tanah, (ton/KJ)
LS = faktor panjang dan kemiringan lereng (m dan %)
C = faktor tanaman penutup lahan dan manajemen tanaman
P = faktor tindakan konservasi praktis
Permasalahan erosi sangat erat kaitannya dengan permasalahan lahan kritis. Lahan
menjadi kritis salah satunya adalah akibat kesalahan dalam pengelolaannya. Lahan
yang salah kelola mengalami pengikisan tanah. Hal ini sering terjadi pada kegiatan
penambangan. Tanah yang subur sekalipun bila mengalami erosi akan berkurang
kesuburannya, apalagi lahan yang sejak semula tidak subur. Penggunaan lahan
secara tepat guna dan berhasil guna dapat terjadi apabila berdasarkan kemampuan
alami lahan. Suripin (2002) menyatakan bahwa akhir-akhir ini sudah tersebar
tanah-tanah kritis yang menyebabkan lahan-lahan tidak produktif lagi dengan
luasan yang cenderung meningkat. Hal ini merupakan indikasi bahwa masyarakat
belum menghayati bahaya yang dapat ditimbulkan oleh erosi dan pelumpuran
sungai dengan segala dampak sosial ekonominya yang buruk.
Erosi mempunyai dampak yang sangat luas. Kerusakan dan kerugian akan dialami
di daerah di mana erosi terjadi (daerah hulu) serta daerah yang dilewati aliran
endapan dan di bagian hilir. Pendugaan erosi perlu dilakukan, yaitu untuk
mengetahui besarnya erosi yang telah, sedang dan akan terjadi pada suatu lahan.
Selain itu juga untuk merencanakan dan menentukan penggunaan lahan sehingga
produktivitas tanah tetap tinggi dan berkelanjutan. Pendugaan erosi dapat
dilakukan di laboratorium atau di lapangan.
Akibat yang ditimbulkan erosi beragam dan dampaknya sangat luas Untuk itu perlu
adanya pengendalian erosi. Proses degradasi tanah banyak terjadi di pegunungan

37 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

dan daerah yang berbukit-bukit, di mana pada lokasi-lokasi ini degradasi


permukaan tanah umumnya berupa erosi permukaan dan gerakan massa. Bagi
lahan yang tingkat erosinya sudah tinggi maka yang dilakukan adalah upaya
pemulihan atau rehabilitasi lahan. Pengendalian erosi memerlukan strategi yang
tepat. Untuk mengendalikan erosi diperlukan pemahaman proses degradasi
permukaan tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pengendalian erosi
dapat dilakukan dengan cara mekanis, vegetatif dan kimiawi (Hardiyatmo, 2006).
Tabel 4 Klasifikasi Laju Erosi
No Laju Erosi (ton/ha/th) Kelas Erosi
1 < 15 Normal
2 15 – 60 Erosi Ringan
3 60 – 180 Moderat
4 180 – 480 Berat
5 > 480 Sangat Besar

Sumber : Keputusan Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi Departemen Kehutanan


No. 041/Kpts/V/1998

Berdasarkan luas catchment area pada Gambar 3.12 dan Tabel 3.7 (Blok H3 dan
H4) serta kondisi topografi dan faktor pengelolaan lahan dan tanaman, selanjutnya
tingkat Erosi dan total erosi pada lokasi studi diperkirakan dengan metode Universal
Soil Loss Equation (USLE) (Wischmeir & Smith, 1978 dalam Chay Asdak, 2004).
i. Sedimentasi
Hasil sedimentasi atau produksi sedimen umumnya mengacu pada besarnya laju
sedimen yang mengalir melewati suatu titik pengamatan dalam sistem DAS.
Pengukuran produksi sedimen yang memadai adalah melalui pengukuran secara
langsung. Oleh karena pengukuran langsung membutuhkan periode pengamatan
yang panjang dan data tersebut tidak tersedia, maka penghitungan produksi
sedimen dilakukan dengan cara perhitungan Nisbah pelepasan sedimen (Sedimen
Delivery Ratio) atau sering disingkat sebagai SDR.

38 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

Berdasarkan luas catchment area pada Gambar 3.12 dan Tabel 3.7 (Blok H3 dan
H4), Yil Sedimen/Volume sedimentasi lokasi studi dapat diprakirakan dengan
persamaan regresi. Fournier (1960) dalam Slaymaker (1977) menurunkan
persamaan empiris untuk memprediksi Yil Sedimen (Hardiyatmo, H.C, 2006),
berikut:
Log SY = 0,56 Log (Phm2/Pmh) + 0,46 Log H Tan S – 1,56
Dimana :
SY : Yil Sedimen (Ton/Ha/Tahun)
Phm2 : Hujan rata-rata bulanan tertinggi (mm)
Pmh : Hujan tahunan rata-rata (mm)
H : Ketinggian rata-rata (m)
S : Kemiringan rata-rata (derajat)
j. Limba B3 (Oli)
Rencana kegiatan Pembersihan dan Pemerataan Lahan akan menghasilkan
limbah B3 katagori oli, mengingat pemakaian alat berat berupa excavator dan
dumtruck menggunakan BBM Solar dan oli, selain itu ada juga mesin pembangkit
listrik tenagga disel yang juga menghasilkan limbah B3 oli. Kapasitas maximal oli
dalam sebulan mencapai 2 – 5 drum.
2. KOMPONEN BIOLOGI
a. Flora
Lokasi kegiatan berada dilokasi yang masih alamia, sehingga vegetasi yang
ditemukan beragam dari jenis yang ada pada rencana kegiatan yang paling banyak
adalah jenis tanaman liar (semak). Pengukuran vegetasi menggunakan pola 1x1 m
dan diamatai. Observasi pada rencana kegiatan pembersihan dan Pemerataan dari
inventarisasi flora yang dilakukan di lokasi kegiatan tidak ditemukan tanaman yang
dilindungi oleh peraturan yang berlaku di Indonesia.

39 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

No Nama Lokal Nama Latin Keberadaan


1 Mangga Mangifera Indica +
2 Kelapa Cocos Nucifera +++
3 Teki Cyperus Rotundus ++
4 Pakis Kelembang Nrmaeprolepis Malacorpe +
5 Semak-Semak Frutices +++
6 Paku-pakuas Pteriodphyta ++
7 Balaroa Kleinhovia Hospital L +
8 Medang Litsea Sp +
9 Kaili Dracontomelon Magniferum +
10 Alang-alang Imperata cylindica +++
11 Pisang Musa ++
Tabel 5. Flora Dilokasi rencana Kegiatan
sumber: Hasil Pengamatan di Lapangan (Primer)
Keterangan
+ : Sedikit < 10
++ : Banyak < 20
+++ : Dominan < 30

Berdasarkan jumlah jenis flora yang ditemukan yaitu dibawah 15 Jenis maka lingkungan
vegetasi dapat digolongkan sedang (skala 2) (Probosunu, 2004).

b. Fauna
Kegiatan rencana Rencana Kegiatan Pembersihan dan Pemerataan Lahan berlokasi
Kelurahan Kalumata yang mana daerahnya masih banyak tumbuhan yang hidup
secara alami sehingga ada bermacam-macam fauna yang menempati wilaya studi.
Pada hasil observasi untuk fauna di temukan ada beberapa jenis, Dapat dilihat pada
tabel 8. Berikut ini.
Tabel 6. Jenis Fauna disekitar Lokasi Kegiatan
NO Nama Lokal Nama Latin
1 Burung Terkukur Spilopelia Chinensis
2 Semut Hitam Dolichoderus Sp
3 Semut Merah Dolichoderus Thoracicus
4 Burung Tekukur Spreptopalia Chiniensis SP
5 Capung Onodonta sp

40 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

6 Burung Baikole -
7 Kelelawar/Paniki Dobsonia sp
8 Elang Bondol/Sakobulo Haliastur Indus
9 Gagak Hutan/Kooka Corvus Enca
10 Layang-layang/Jamlane Hirundo Rustica
11 Lebah Trichograma SPP
12 Merpati Hutan Columba Vitiensis
13 Belalang Braciotola sp
14 Kupu-Kupu Papilionidae
Sumber: Hasil Observasi lokasi kegiatan
Dari penemuan fauna diatas lokasi kegiatan ditinjau lebih dalam tidak terdapat
fauna-fauna yang dilindungi Undang-undang, penemuan fauna pada saat
pematangan lahan tidak akan dilakukan pemusnahan (dibunuh) tetapi dipindahakan
untuk menjaga jaringan rantai makanan pada ekosostem setempat.

41 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

D. DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN


LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Upaya pengelolaan dan upaya pemantauan lingkungan perlu dilakukan untuk


meminimalisir dampak-dampak yang muncul dari rencana kegiatan Pembersihaan
dan Pemerataan Lahan yang berada di Kelurahan Kalumata Kecamatan Ternate
Selatan, Provinsi Maluku Utara. Pengelolaan dan pemantauan yang dikaji
berdasarkan aturan dan pedoman pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI
Nomor 16 Tahun 2012 tentang pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup,
Perumusan upaya pengelolaan lingkungan untuk setiap tahap kegiatan terdiri atas:
 Sumber Dampak
 Jenis Dampak
 Besaran Dampak
 Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Pelaksana Pengelolaan Lingkungan
Dan untuk pemantauan pemantauan lingkungan hidup dirumuskan untuk setiap
tahap kegiatan terdiri atas :
 Tahap Kegiatan
 Bentuk Upaya Pemantauan
 Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
 Periode Pemantauan Lingkungan Hidup
 Pelaksana Pemantauan
 Pengawas Pemantauan

Berikut kajian pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup pada rencana


kegiatan Pembersihaan dan Pemerataan Lahan yang berada di Kelurahan Kalumata
Kecamatan Ternate Selatan, Provinsi Maluku Utara.

42 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI KETERANGAN
SUMBER DAMPAK JENIS DAMPAK BESARAN DAMPAK BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE PENGELOLA DAN
PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP LINGKUNGAN HIDUP LINGKUNGAN HIDUP LINGKUNGAN HIDUP LINGKUNGAN HIDUP LINGKUNGAN HIDUP LINGKUNGAN
HIDUP
1. Pembebasan  Kecemasan  Sikap dan  Menyampaikan  Wilayah studi dan Pengelolaan  Metode pemantauan Wilayah studi dan Pemantauan Pelaksana :
dan/atau Masyarakat persepsi informasi yang jelas Sekitar lokasi lingkungan hidup Melakukan Sekitar lokasi lingkungan hidup
Penggunaan (sikap dan masyarakat kepada masyarakat kegiatan yang Kena dilakukan sekali pengamatan langsung kegiatan yang Kena dilakukan sekali pada Pengawas :
Lahan persepsi). sekitar, baik yang sekitar lokasi dampak pada tahap awal pra dan pencatatan dampak tahap awal pra  Dinas
2. Dampak Pada  Jenis dampak menolak maupun rencana kegiatan  Wilayah studi dan Operasi, sekali pada dengan metode Operasi, sekali pada Kebersihan Dan
Tuntutan Ganti lingkungan menerima/mendu  Memberi ganti rugi Sekitar lokasi awal Operasi dan wawancara langsung awal Operasi dan Lingkungan
Rugi yang terjadi kung rencana yang sesuai, kegiatan yang Kena sekali pada awal maupun memalui sekali pada awal pasca Hidup Kota
adalah kegiatan tersebut. berdasarkan dampak pasca operasi kuisoner kemudian operasi Ternate Kota
dampak  Besarnya Jumlah kesepakatan yang dianlisis secara Ternate
sosial ganti rugi yang telah dibuat deskriptif.  Pemerintah
ekonomi diminta bersama dan/atau  Memantau/memeriksa Kecamatan
berupa masyarakat berdasarkan nilai surat atau bukti Ternate Selatan
Tuntutan sekitar kegiatan ganti rugi dalam kepemilikan lahan dan Kelurahan
Ganti Rugi yang lahannya peraturan yang dikuasai oleh setempat.
dari kena dampak perundang- pemilik lahan dan  LSM
masyarakat kegiatan undangan bukti perijinan Instansi yang
sekitar pemrakarsa kegiatan Dilapori :
kegiatan.  Dinas
Kebersihan Dan
Lingkungan
Hidup Kota
Ternate Kota
Ternate

Jenis dampak Ukuran dampak Membuat Wilayah studi dan Periode Pengelolaan Metode pemantauan Wilayah studi dan Periode pemantuan di Pelaksana :
3. Dampak Pada lingkungan adalah total luas perencanaan teknik Sekitar lokasi perubahan Melakukan pengamatan Sekitar lokasi lakukan 6 bulan sekali
Perubahan yang terjadi lahan yang akan kegiatan pemerataan kegiatan yang Kena bentangan alam langsung pelaksanaan kegiatan yang Kena selama tahap operasi Pengawas :
Bentang Alam adalah dialakukan quarry pada lahan dampak. dilakukan setiap hari kegiatan Pembersihan dampak sekali selama sekali  Dinas
dampak fisik pemerataan, yang telah dikuasai selama periode dan Pemerataan Lahan pada awal pasca Kebersihan Dan
berupa berdasarkan kriteria berdasarkan tataguna operasi dilakukan operasi. Lingkungan
Perubahan kerusakan lahan dan fungsi sekali selama sekali Hidup Kota
Bentang Alam lingkungan pada lahan serta pada awal pasca Ternate Kota
Kepmen LH Nomor: pemanfaatan ruang. operasi. Ternate
KEP- Atau disesuaikan  Pemerintah
43/MENLH/X/1996. dengan kondisi fisik Kecamatan
terdiri dari lahan sekitarnya. Ternate Selatan
Topografi; lubang Melaksanakan dan Kelurahan
galian, dasar Kepmen LH Nomor: setempat.
galian, dan dinding KEP-  LSM

43 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

galian. 43/MENLH/X/1996 Instansi yang


tentang Kriteria Dilapori :
Kerusakan  Dinas
Lingkungan Kebersihan Dan
Dalam hal perubahan Lingkungan
fungsi lahan, maka Hidup Kota
secara keruangan Ternate Kota
harus disesuaikan Ternate
dengan Tataguna
Lahan, dan Fungsi
Lahan dan
Pemanfaatan Lahan
pada RTRW Kota
Ternate Tahun 2012-
2032.
Mengalih-fungsikan
lahan bekas galian
untuk pemanfaatan
tertentu (yang secara
ekonomi dan sosial
dinilai dan disepakati
lebih baik), seperti:
menjadi kawasan
pengembangan
pemukiman atau
kawasan
pengembangan objek
pariwisata alam
4. Dampak Jenis dampak Besaran dampak Melakukan Wilayah studi dan Periode Pengelolaan Metode pemantauan Wilayah studi dan Periode pemantuan di Pelaksana :
Pada lingkungan adalah Luas lahan, penghijauan segera Sekitar lokasi berkurangnya Melakukan pengamatan Sekitar lokasi lakukan 6 bulan sekali
Berkuranya yang terjadi jumlah dan jenis setelah berakhirnya kegiatan yang Kena vegetasi dilakukan langsung pelaksanaan kegiatan yang Kena selama tahap operasi Pengawas :
Vegetasi adalah tanaman yang ada kegiatan berdasarkan dampak. sekali selama periode kegiatan penghijauan dampak sekali selama sekali  Dinas
dampak biologi pada lokasi Kepmen LH Nomor: operasi dan awal pada awal pasca Kebersihan Dan
dan fisik-kimia kegiatan KEP- pasca operasi. operasi. Lingkungan
berupa 43/MENLH/X/1996 Hidup Kota
berkurangnya tentang Kriteria Ternate Kota
vegetasi. Kerusakan Ternate
Lingkungan  Pemerintah
Kecamatan
Ternate Selatan
dan Kelurahan
setempat.
 LSM
Instansi yang
Dilapori :
 Dinas
Kebersihan Dan

44 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

Lingkungan
Hidup Kota
Ternate Kota
Ternate

5. Dampak Pada Jenis dampak Ukuran dampak 1. Untuk mencegah Wilayah studi dan Periode Pengelolaan Memantau pelaksanaan Wilayah studi dan Periode pemantuan di Pelaksana :
Peningkatan lingkungan adalah debit air kelangkaan air Sekitar lokasi lingkungan hidup kegiatan pencegahan Sekitar lokasi lakukan 6 bulan sekali
Aliran yang terjadi larian dari luas minum di Pulau kegiatan yang Kena dilakukan sekali aliran permukaan. kegiatan yang Kena selama tahap operasi Pengawas :
Permukaan adalah lahan yang Ternate, maka perlu dampak. pada tahap Operasi dampak sekali selama sekali  Dinas
dampak fisik- digunakan, dipertimbangkan dan pasca operasi pada awal pasca Kebersihan Dan
kimia topografi, dan alternatif teknik operasi. Lingkungan
khususnya tataguna lahan penangkapan air Hidup Kota
kondisi (jenis dan hujan yang Ternate Kota
hidrologi kerapatan vegetasi) berpotensi Ternate
berupa pada lokasi rencana meningkatkan aliran  Pemerintah
peningkatan kegiatan. Serta permukaan. Yaitu; Kecamatan
aliran total debit aliran melakukan Ternate Selatan
permukaan. permukaan di pemanenan air dan Kelurahan
Kelurahan hujan dengan setempat.
Kalumata Kecmatan membuat fasilitas  LSM
Kota Ternate drainase dan bak Instansi yang
Selatan penyimpan air pada Dilapori :
berdasarkan hasil bekas lokasi studi,  Dinas
perkiraan debit sehingga air hujan Kebersihan Dan
aliran permukaan hasil panen dapat Lingkungan
kala ulang 10 tahun dimanfaatkan Hidup Kota
pada daerah sebagai air baku air Ternate Kota
tangkapan air minum. Ternate
(catchment area) 2. Mempertimbangkan
Pulau Ternate pembuatan sumur
(RTRW Kota resapan bila bekas
Ternate Tahun quarry diperuntukan
2012-2032) untuk perumahan
dan permukiman.
3. Membuat biopori
pada setiap lahan
bekas galian setelah
dilakukan penataan
kembali bekas
quarry untuk
meresapkan air
hujan ke dalam
tanah.

Jenis dampak Ukuran dampak Melakukan langkah- Wilayah studi dan Periode Pengelolaan Memantau pelaksanaan Wilayah studi dan Periode pemantuan di Pelaksana : Erosi dan
lingkungan adalah tingkat/laju langkah dan Sekitar lokasi lingkungan hidup kegiatan pencegahan Sekitar lokasi lakukan 6 bulan sekali sedimentasi
yang terjadi erosi dan pengelolaan kegiatan yang Kena dilakukan pada tahap erosi dan sedimentasi kegiatan yang Kena selama tahap operasi Pengawas : menjadi

45 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

6. Dampak Pada adalah sedimentasi dari lingkungan untuk dampak. Operasi dan pasca dampak sekali selama sekali  Dinas penyebab
Peningkatan dampak fisik- luas lahan yang mencegah operasi pada awal pasca Kebersihan Dan utama
Erosi dan kimia digunakan, peningkatan aliran operasi. Lingkungan berkurangnya
Sedimentasi khususnya topografi (panjang permukaan dengan Hidup Kota produktivitas
kondisi dan kemiringan cara, baik mekanis Ternate Kota lahan
hidrologi lereng), maupun cara vegetasi Ternate pertanian, dan
berupa pengelolaan  Pemerintah berkuranya
peningkatan tanaman dan Kecamatan kapasitas
erosi dan konservasi tanah Ternate Selatan saluran atau
sedimentasi serta tataguna dan Kelurahan sungai akibat
lahan (jenis dan setempat. pengendapan
kerapatan vegetasi)  LSM material hasil
pada lokasi rencana Instansi yang erosi. Dengan
kegiatan Dilapori : berjalannya
 Dinas waktu, aliran
Kebersihan Dan air
Lingkungan terkonsentrasi
Hidup Kota ke dalam
Ternate Kota suatu lintasan-
Ternate lintasan yang
agak dalam,
dan
mengangkut
partikel tanah
dan
diendapkan ke
daerah
dibawahnya
yang berupa;
sungai saluran
drainase, dan
ataupun area
permukiman
penduduk.
Jenis dampak Berdasarkan jenis 1. Menggunakan Wilayah studi dan Periode Pengelolaan 1. Memantau parameter Wilayah studi dan Periode pemantuan di  Dinas
lingkungan dampak dan jalan yang tidak Sekitar lokasi lingkungan hidup kualitas udara Sekitar lokasi lakukan 6 bulan sekali Kebersihan Dan
7. Dampak Pada yang terjadi Indikator dampak padat lalu lintas kegiatan yang Kena dilakukan 6 bulan ambien pada jalur kegiatan yang Kena selama tahap operasi Lingkungan
Penurunan adalah terjadinya saat mobilisasi dampak. sekali pada tahap padat lalulintas yang dampak sekali selama sekali Hidup Kota
Kualitas Udara dampak fisik- penurunan kualitas peralatan dan Operasi dan sekali dilalui kendraan pada awal pasca Ternate Kota
kimia berupa udara, maka material. pada tahap pasca pengangkut material. operasi. Ternate
Penurunan ukuran besaran 2. Pengangkutan operasi 2. Memantau keluhan  Pemerintah
Kualitas Udara dampak adalah material tidak dari masyarakat Kecamatan
berdasarkan Peraturan melebihi kapasitas sekitar lokasi Ternate Selatan
baku mutu Pemerintah No. 41 kendaraan kegiatan. dan Kelurahan
udara ambient Tahun 1999 pengakut material. 3. Memantau jenis setempat.
(peningkatan tentang 3. Setiap kendaraan penyakit yang  LSM
kadar debu, Pengendalian pengangkut muncul dan jumlah Instansi yang

46 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

peningkatan Pencemaran Udara material dilengkapi penduduk yang Dilapori :


kadar polutan dengan penutup menderita sakit.  Dinas
gas oksida terpal, dan 4. Memantau Kebersihan Dan
sulfur, oksida menutup material pelaksanaan kegiatan Lingkungan
nitrogen, saat proses pencegahan Hidup Kota
hidrokarbon pengangkutan menurunkan kualitas Ternate Kota
dan untuk mencegah udara ambien. Ternate
partikulat). tercecernya
material akibat
tiupan angin.
4. Melakukan
penyiraman saat
musim kemarau
baik pada lahan
yang telah dibuka
maupun jalan yang
dilalui kendaraan
saat mobilisasi
peralatan dan
material.

8. Dampak Pada Jenis dampak Ukuran besaran 1. Menggunakan alat Wilayah studi dan Periode Pengelolaan 1. Memantau tingkat Wilayah studi dan Periode pemantuan di Pelaksana :
Peningkatan lingkungan dampak adalah peredam suara saat Sekitar lokasi lingkungan hidup kebisingan. Sekitar lokasi lakukan 6 bulan sekali
Kebisingan yang terjadi Keputusan Menteri melakukan kegiatan yang Kena dilakukan 6 bulan 2. Memantau keluhan kegiatan yang Kena selama tahap operasi Pengawas :
adalah Negara Lingkungan pekerjaan pada dampak. sekali pada tahap dari warga dampak sekali selama sekali  Dinas
dampak fisik – Hidup RI Nomor sumber bising. Operasi dan sekali masyarakat sekitar. pada awal pasca Kebersihan Dan
kimia berupa 48/MENLH/11/1996 2. Melakukan pada tahap pasca 3. Memantau jenis operasi. Lingkungan
Peningkatan tentang Baku perawatan secara operasi penyakit yang Hidup Kota
Kebisingan Tingkat Kebisingan berkala terhadap muncul dan jumlah Ternate Kota
peralatan dan penduduk yang Ternate
kendaraan menderita sakit.  Pemerintah
pengangkut material 4. Memantau Kecamatan
terutama saat pelaksanaan Ternate Selatan
operasi. kegiatan pencegahan dan Kelurahan
3. Melakukan peningkatan setempat.
sosialisasi kepada kebisingan.  LSM
pekerja saat Instansi yang
kegiatan tahap Dilapori :
operasi dan kepada  Dinas
warga masyarakat Kebersihan Dan
sekitar lokasi Lingkungan
kegiatan tentang Hidup Kota
bahaya/pengaruh Ternate Kota
negatif kebisingan Ternate
terhadap kesehatan
Jenis dampak Ukuran dampak  Melaksanakan Disekitar Wilayah Periode Pengelolaan 1. Memantau kegiatan Disekitar Wilayah Periode pemantuan di Pelaksana :
lingkungan adalah adanya Kepmen LH Nomor: studi lingkungan hidup pengambilan studi lakukan 3 bulan sekali

47 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

9. Dampak Pada yang terjadi longsor di sekitar KEP- dilakukan 3 bulan material pada selama tahap operasi Pengawas :
Terjadinya adalah lokasi quarry dan 43/MENLH/X/1996 sekali pada tahap quarry. sekali selama sekali  Dinas
Longsor dampak fisik- luas serta batas tentang Kriteria Operasi dan sekali 2. Memantau pada awal pasca Kebersihan Dan
kimia longsoran Kerusakan pada tahap pasca pelaksanaan operasi. Lingkungan
khususnya Lingkungan Bagi operasi kegiatan pencegahan Hidup Kota
kondisi tanah Usaha Atau aliran permukaan Ternate Kota
berupa Kegiatan Ternate
terjadinya Penambangan  Pemerintah
longsor Bahan Galian Kecamatan
Golongan C Jenis Ternate Selatan
Lepas Di Dataran. dan Kelurahan
 Melakukan kegiatan setempat.
pengambilan  LSM
material dengan Instansi yang
mempertimbangkan Dilapori :
faktor-faktor  Dinas
penyebab Kebersihan Dan
terjadinya longsor, Lingkungan
diantaranya; Hidup Kota
kondisi geologi dan Ternate Kota
hidrologi, topografi, Ternate
iklim dan
perubahan cuaca
dapat
mempengaruhi
stabilitas lereng
yang
mengakibatkan
terjadinya
longsoran.
Hardiyatmo H.C
(2006) menulis
sebeb-sebeb
terjadinya
longsoran,
diantaranya:
1. Penambahan
beban pada lereng;
Tambahan beban
pada lereng dapat
berupa bangunan
baru, tambahan
beban oleh air
yang masuk ke
pori-pori tanah
maupun yang
menggenang di

48 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

permukaan tanah,
dan beban dinamis
oleh tumbuh-
tumbuhan yang
tertiup angin.
2. Penggalian atau
pemotongan tanah
pada kaki lereng.
3. Penggalian atau
mempertajam
kemiringan lereng.
4. Perubahan posisi
muka air secara
cepat pada
bendungan, sungai
dan lain-lain.
5. Penurunan tahanan
geser tanah
pembentuk lereng
oleh akibat
kenaikan kadar air,
kenaikan tekanan
air pori, tekanan
rembesan oleh
genangan air di
dalam tanah, tanah
pada lereng
mengandung
lempung yang
mudah kembang
susut.
6. Getaran atau
Gempa Bumi.

10. Dampak Jenis dampak Ukuran dampak 1. Mengangkut Wilayah studi dan Periode Pengelolaan 1. Memantau kapasitas Wilayah studi dan Periode pemantuan di Pelaksana :
Pada Kerusakan lingkungan adalah adanya material tidak Sekitar lokasi lingkungan hidup kendaraan Sekitar lokasi lakukan 3 bulan sekali
Jalan yang terjadi kerusakan jalan melebihi kapasitas kegiatan yang Kena dilakukan 3 bulan pengangkut material. kegiatan yang Kena selama tahap operasi Pengawas :
adalah pada jalan-jalan kendaraan. dampak. sekali pada tahap 2. Mencocokkan kondisi dampak sekali selama sekali  Dinas
dampak fisik yang dilalui 2. Melakukan Operasi dan sekali kerusakan jalan pada awal pasca Kebersihan Dan
dan sosial kendaraan perbaikan segera pada tahap pasca dengan kriteria operasi. Lingkungan
ekonomi pengangkut setelah kegiatan operasi tingkat kerusakan Hidup Kota
berupa material berakhir pada dan jenis tindakan Ternate Kota
kerusakan bagian-bagian jalan perbaikan. Ternate
jalan yang rusak. 3. Memantau  Pemerintah
Terutama jalan pelaksanaan kegiatan Kecamatan
primer/utama Desa perbaikan jalan Ternate Selatan
atau Kelurahan. dan Kelurahan

49 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

setempat.
 LSM
Instansi yang
Dilapori :
 Dinas Pekerjaan
Umum Kota
Ternate
 Dinas
Kebersihan Dan
Lingkungan
Hidup Kota
Ternate Kota
Ternate

11.Dampak Pada Jenis dampak Ukuran dampak 1. Menghindari jalur- Wilayah studi dan Periode Pengelolaan Memantau kondisi Wilayah studi dan Periode pemantuan di Pelaksana :
Kemacetan lingkungan adalah peningkatan jalur padat Sekitar lokasi lingkungan hidup lalulintas terutama Sekitar lokasi lakukan 3 bulan sekali
Lalulintas yang terjadi jumlah kendaraan lalulintas. kegiatan yang Kena dilakukan 3 bulan volume arus lalulintas kegiatan yang Kena selama tahap operasi Pengawas :
adalah pengangkut 2. Menempatkan dampak. sekali pada tahap berbagai jenis dampak sekali selama sekali  Dinas
dampak sosial material dan petugas lalulintas Operasi dan sekali kendaraan pada jalur- pada awal pasca Kebersihan Dan
ekonomi jalur/jalan yang pada jalur padat pada tahap pasca jalur yang dilalui operasi. Lingkungan
berupa digunakan dari dan lalulintas saat operasi kendaraan pengangkut Hidup Kota
kemacetan menuju lokasi proses material Ternate Kota
lalulintas kegiatan pengangkutan Ternate
material.  Pemerintah
3. Mencatat volume Kecamatan
arus lalulintas Ternate Selatan
berbagai jenis dan Kelurahan
kendaraan untuk setempat.
masing-masing  LSM
arah pada ruas Instansi yang
jalan dan simpang Dilapori :
yang dilalui  Dinas Pekerjaan
kendaraan Umum Kota
pengangkut Ternate
material  Dinas
Kebersihan Dan
Lingkungan
Hidup Kota
Ternate Kota
Ternate

Jenis dampak Ukuran dampak 1. Dalam hal Wilayah studi dan Periode Pengelolaan 1. Memantau langkah- Wilayah studi dan Periode pemantuan di Pelaksana :
lingkungan yang adalah adanya perubahan fungsi Sekitarnya lingkungan hidup langkah perbaikan Sekitar lokasi lakukan pada pasca
12. Dampak Pada terjadi adalah perbaikan lahan lahan, maka secara dilakukan pada tahap lahan. kegiatan yang Kena operasi Pengawas :
Perbaikan dampak fisik bekas quarry keruangan harus pasca operasi 2. Memantau dampak  Dinas
Lahan berupa berdasarkan kriteria disesuaikan dengan perubahan fungsi Kebersihan Dan
perbaikan lahan kerusakan Tataguna Lahan, lahan Lingkungan

50 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

lingkungan pada dan Fungsi Lahan Hidup Kota


Kepmen LH Nomor: dan Pemanfaatan Ternate Kota
KEP- Lahan pada RTRW Ternate
43/MENLH/X/1996. Kota Ternate Tahun  Pemerintah
terdiri dari 2012-2032. Kecamatan
Topografi; lubang Terutama, lokasi Ternate Selatan
galian, dasar kegiatan yang dan Kelurahan
galian, dan dinding masuk dalam setempat.
galian. Tanah; daerah rawan  LSM
tanah yang letusan Instansi yang
dikembalikan gunungberapi Dilapori :
sebagai penutup Gamalama.  Dinas Pekerjaan
untuk 2. Mengalih-fungsikan Umum Kota
mengembalikan lahan bekas galian Ternate
fungsi awal untuk pemanfaatan  Dinas
tataguna dan tertentu (yang Kebersihan Dan
peruntukan lahan secara ekonomi dan Lingkungan
sesuai RTRW Kota sosial dinilai dan Hidup Kota
Ternate Tahun disepakati lebih Ternate Kota
2012-2032 baik), seperti: Ternate
menjadi kawasan
pengembangan
pemukiman atau
kawasan
pengembangan
objek pariwisata
alam

51 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

E. JUMLAH DAN JENIS IJIN PPLH YANG DIBUTUHKAN


Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya sistematis
dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pengawasan dan penegakan hukum. Dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tersebut maka setiap rencana usaha
dan/atau kegiatan wajib memiliki izin lingkungan sebagai prasyarat untuk memperoleh
izin usaha dan/atau kegiatan. Selain itu berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan dan berdasarkan Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup, dalam hal usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan oleh
Pengembang dan/atau pemrakarsa, wajib memiliki izin Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PPLH). Izin PPLH Wajib dimiliki setelah diterbitkannya surat Izin
Lingkungan. Izin Lingkungan harus mencantumkan jumlah dan jenis izin perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup.
Jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dibutuhkan oleh
pemrakarsa terkait kegiatan “Pembersihan dan Pemerataan lahan di Kelurahan
Kalumata Kecamatan Ternate Selatan, Kota Ternate” berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 yaitu:
1. Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. Izin Lingkungan
3. Izin Penyimpanan Sementara Limbah B3 (Oli)

52 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Mariam Robo
NIK : 8271014204600001
Pekerjaan : Swata
TempatTanggal Lahir : Ternate 02 April 1960
Alamat : Kelurahan Ngade RT 004/ RW 002 Ke. Ternate Selatan
NPWP : 07.745.719.0-942.000
Selanjutnya orang yang bertanggung jawab atas kegiatan usaha termasuk Pengelolaan
dan Pemantauan Lingkungan dari kegiatan Pembersihan dan Pemertaan Lahan di
Keurahan Kalumata Kecamatan Ternate selatan, Kota Ternate - Provinsi Maluku Utara,
sebagaimana tercantum dalam dokumen UKL dan UPL.
Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Kami bersedia melakukan pengelolaan lingkungan akibat dari kegiatan kami,


sebagaimana tercantum dalam dokumen UKL dan UPL “Pembersihan dan
Pemerataan Lahan”. Dan Kami juga bersedia, bahwa dampak lingkungan tersebut
dipantau oleh instansi yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Kami bersedia memperbaharui formulir Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) ini apabila terjadi perubahan dalam
kegiatan kami, peningkatan kapasitas kegiatan, mengubah desain konstruksi dan
lainnya.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Ternate, Januari 2019

Materai
6000
6000
Maryam Robo

53 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

DAFTAR PUSTAKA

1. Perda Nomor 2 Tahun 2012. ”Rencana Tata Ruang Wilayah 2012 - 2021” Kota
Ternate.
2. BPS Kota Ternate 2015”,
3. APHA. 1975. Standard Method for The Examination of Water and Waste Water.
APHA. IWWA, Washington.
4. Alikodra, H.S. 1980. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid I. Fakultas Kehutanan IPB.
Bogor.
5. Asisten Deputi Urusan Pengkajian Dampak Lingkungan, 2007,Panduan Penilaian
AMDAL atau UKL/UPL untuk Kegiatan Pembangunan Perumahan. Deputi MENLH
Bidang Tata Lingkungan.
6. Bahan Ajar Pelatihan Penilai AMDAL, 2009. Aspek Sosial dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
7. Bahan Ajar Pelatihan Penilai AMDAL, 2009. Pemantauan Lingkungan.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
8. Bahan Ajar Pelatihan Penilai AMDAL, 2009. Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam
Amdal. Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
9. Bahan Ajar Pelatihan Penilai AMDAL, 2009. Dampak Pada Kualitas Udara.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
10. Bahan Ajar Pelatihan Penilai AMDAL, 2009. Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
11. Bahan Ajar Pelatihan Penilai AMDAL, 2009. Dasar-Dasar Ekologi. Kementerian
Negara Lingkungan Hidup.
12. Bahan Ajar Pelatihan Penilai AMDAL, 2009. Ekonomi Lingkungan. Kementerian
Negara Lingkungan Hidup.
13. Bahan Ajar Pelatihan Penilai AMDAL, 2009. Dampak Pada Kualitas Udara.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
14. Bahan Ajar Pelatihan Penilai AMDAL, 2009. Dampak Pada Tanah Pengunaan
Lahan dan tata Ruang. Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

54 |
Dokumen UKL UPL Rencana Kegiatan Pembersihaan Dan Pemerataan Lahan 2019

15. Bahan Ajar Pelatihan Penilai AMDAL, 2009. Dampak Pada Fauna dan Flora darat.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
16. Buckman, Harry O. 1982. “Ilmu Tanah”. Bhatara Karya Aksara, Jakarta
17. Bahan Ajar Pelatihan Penilai AMDAL, 2009. Kesehatan Masyarakat. Kementerian
Negara Lingkungan Hidup.
18. Canter, L.W. 1998. ”Environmental Impact Assesment”, McGraw and Hill Book
Company, New York.
19. Fardiaz, S., 1992. “PolusiAir dan Udara”. PenerbitKanisius. Yogyakarta.
20. Fandeli, C. 1992. Analisis Mengenai Dampak, Prinsip Dasar dan Pemapanannya
dalam Pembangunan. Liberty, Yogyakarta.
21. Soemarwoto, Otto., 2003. “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan”.
22. Cet. 10, Gajah Mada University Press.
23. Raharji, M. 2007. ”Memahami AMDAL”. Graha Imu, Yogyakarta.
24. Soemarwoto, Otto., 2001. “Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan”. Cet. 9,
Penerbit Djambatan, Jakarta.
25. Suripin, 2004. “Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air”. Ed. II. Penerbit Andi,
Yogyakarta.
26. Sajogyo dan P. Sajogyo. 1983. Sosiologi PeKelurahanan. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
27. Sudharto P. Hadi, 2002. Aspek Sosial Amdal – Sejarah, Teori, Dan Metode.
Gadjah Mada University Press Yogyakarta.

55 |

Anda mungkin juga menyukai