Anda di halaman 1dari 36

Kalimat pasif merupakan kalimat yang subjeknya setelah predikat.

Kalimat pasif adalah kalimat


yang subjeknya dikenai suatu perbuatan atau aktivitas. Kalimat pasif biasanya diawali oleh
awalan ter- atau di-.

Adapun ciri-ciri dari kalimat pasif adalah:

1. Subjeknya sebagai penderita.


2. Predikatnya berimbuhan di-, ter-, atau ter-kan.
3. Predikatnya berupa predikat persona (kata ganti orang, disusul oleh kata kerja yang
kehilangan awalan).

Kalimat pasif terdiri dari dua:

1. Kalimat pasif transitif adalah kalimat pasif yang memiliki objek.


o Jambu dilempar Tono.
o Ikan mas dimasak Bu Susi.
o Ayam dipukul Udin.
o Novel dibaca Andi di kamar.
o Baju yang bersih telah disetrika Ibu.
o Pameran itu akan dibuka oleh Pak Bupati.
o Buku itu sudah kubeli.
o Soal-soal itu sedang mereka kerjakan.
o Makalah ini harus kami tulis kembali.
o Pak Lurah dimintai pertanggung jawaban oleh Pak Camat.
o Ali terkejut mendengar kematian sahabatnya.
o Bunga anggrek hitam itu terinjak si Anita.

1. Kalimat pasif intransitif adalah kalimat pasif yang tidak memiliki objek.
o Buku dibeli.
o Mobil sedang dicuci.
o Mobil itu kemarin tertabrak.
o Topi itu terlempar ke sungai.

Kalimat pasif merupakan kalimat yang subjeknya setelah predikat. Kalimat pasif adalah kalimat
yang subjeknya dikenai suatu perbuatan atau aktivitas. Kalimat pasif biasanya diawali oleh
awalan ter- atau di-.

Adapun ciri-ciri dari kalimat pasif adalah:

1. Subjeknya sebagai penderita.


2. Predikatnya berimbuhan di-, ter-, atau ter-kan.
3. Predikatnya berupa predikat persona (kata ganti orang, disusul oleh kata kerja yang
kehilangan awalan).

Kalimat pasif terdiri dari dua:


1. Kalimat pasif transitif adalah kalimat pasif yang memiliki objek.
o Jambu dilempar Tono.
o Ikan mas dimasak Bu Susi.
o Ayam dipukul Udin.
o Novel dibaca Andi di kamar.
o Baju yang bersih telah disetrika Ibu.
o Pameran itu akan dibuka oleh Pak Bupati.
o Buku itu sudah kubeli.
o Soal-soal itu sedang mereka kerjakan.
o Makalah ini harus kami tulis kembali.
o Pak Lurah dimintai pertanggung jawaban oleh Pak Camat.
o Ali terkejut mendengar kematian sahabatnya.
o Bunga anggrek hitam itu terinjak si Anita.

1. Kalimat pasif intransitif adalah kalimat pasif yang tidak memiliki objek.
o Buku dibeli.
o Mobil sedang dicuci.
o Mobil itu kemarin tertabrak.
o Topi itu terlempar ke sungai.

Kalimat pasif merupakan kalimat yang subjeknya setelah predikat. Kalimat pasif adalah kalimat
yang subjeknya dikenai suatu perbuatan atau aktivitas. Kalimat pasif biasanya diawali oleh
awalan ter- atau di-.

Adapun ciri-ciri dari kalimat pasif adalah:

1. Subjeknya sebagai penderita.


2. Predikatnya berimbuhan di-, ter-, atau ter-kan.
3. Predikatnya berupa predikat persona (kata ganti orang, disusul oleh kata kerja yang
kehilangan awalan).

Kalimat pasif terdiri dari dua:

1. Kalimat pasif transitif adalah kalimat pasif yang memiliki objek.


o Jambu dilempar Tono.
o Ikan mas dimasak Bu Susi.
o Ayam dipukul Udin.
o Novel dibaca Andi di kamar.
o Baju yang bersih telah disetrika Ibu.
o Pameran itu akan dibuka oleh Pak Bupati.
o Buku itu sudah kubeli.
o Soal-soal itu sedang mereka kerjakan.
o Makalah ini harus kami tulis kembali.
o Pak Lurah dimintai pertanggung jawaban oleh Pak Camat.
o Ali terkejut mendengar kematian sahabatnya.
o Bunga anggrek hitam itu terinjak si Anita.

1. Kalimat pasif intransitif adalah kalimat pasif yang tidak memiliki objek.
o Buku dibeli.
o Mobil sedang dicuci.
o Mobil itu kemarin tertabrak.
o Topi itu terlempar ke sungai.

Ciri-ciri Frasa
Frasa memiliki beberapa ciri yang dapat diketahui, yaitu :

1. Terbentuk atas dua kata atau lebih dalam pembentukannya.


2. Menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat.
3. Mengandung satu kesatuan makna gramatikal.
4. Bersifat Non-predikatif.

Jenis-jenis Frasa
Frasa berdasarkan jenis/kelas kata

 Frasa Nomina

Frasa Nomina adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah
kata benda. Frasa nominal dapat dibedakan lagi menjadi 3 jenis yaitu :

1. Frasa Nomina Modifikatif (mewatasi), misal : rumah mungil, hari senin, buku dua
buah, bulan pertama, dll.
2. Frasa Nomina Koordinatif (tidak saling menerangkan), misal : hak dan kewajiban,
sandang pangan, sayur mayur, lahir bathin, dll.
3. Frasa Nomina Apositif

Contoh frasa nominal apositif :


a). Jakarta, Ibukota Negara Indonesia, sudah berumur 485 tahun.
b). Melati, jenis tanaman perdu, sudah menjadi simbol bangsa Indonesia sejak lama.
c). Banjarmasin,Kota Seribu Sungai, memiliki banyak sajian kuliner yang enak.njadi
tempat

 Frasa Verbal

Frasa Verbal adalah kelompok kata yang terbentuk dari kata kata kerja. Kelompok kata
ini terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Frasa Verbal Modifikatif (pewatas), terdiri atas pewatas belakang, misal : a). Ia
bekerja keras sepanjang hari. b). Kami membaca buku itu sekali lagi. Pewatas depan,
misal : a). Kami yakin mendapatkan pekerjaan itu. b). Mereka pasti membuat karya yang
lebih baik lagi pada tahun mendatang.
2. Frasa Verbal Koordinatif adalah 2 verba yang digabungkan menjadi satu dengan
adanya penambahan kata hubung 'dan' atau 'atau', Contoh kalimat : a). Orang itu merusak
dan menghancurkan tempat tinggalnya sendiri. b). Kita pergi ke toko buku atau ke
perpustakaan.
3. Frasa Verbal Apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan.
Contoh kalimat : a). Pekerjaan Orang itu, berdagang kain, kini semakin maju. b). jorong,
tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah pertambangan batubara.

 Frasa Ajektifa

Frasa ajektifa ialah kelompok kata yang dibentuk oleh kata sifat atau keadaan sebagai inti
(diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan, seperti :
agak, dapat, harus, lebih, paling dan 'sangat. Kelompok kata ini terdiri dari 3 jenis,
yaitu  :

1. Frasa Adjektifa Modifikatif (membatasi), misal : cantik sekali, indah nian, hebat benar,
dll.
2. Frasa Adjektifa Koordinatif (menggabungkan), misal : tegap kekar, aman tentram,
makmur dan sejahtera, dll
3. Frasa Adjektifa Apositif, misal :

a). Srikandi cantik, ayu menawan, diperistri oleh Arjuna.


b). Desa Jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah pertambangan batubara.
Frasa Apositif bersifat memberikan keterangan tambahan. Frasa Srikandi cantik dan
Desa Jorong merupakan unsur utama kalimat, sedangkan frasa ayu menawan, dan tempat
tinggalku dulu, merupakan keterangan tambahan.

 Frasa Adverbial

Frasa Adverbial ialah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa
ini bersifat modifikasi (mewatasi), misal : sangat baik kata baik merupakan inti dan kata
sangat merupakan pewatas. Frasa yang bersifat modifikasi ini contohnya ialah agak
besar, kurang pandai, hampir baik, begitu kuat, pandai sekali, lebih kuat, dengan
bangga, dengan gelisah. Frasa Adverbial yang bersifat koordinatif (yang tidak
menerangkan), contoh frasanya ialah lebih kurang kata lebih tidak menerangkan kurang
dan kurang tidak menerangkan lebih.

 Frasa Pronominal

Frasa Pronominal ialah frasa yang dibentuk dengan kata ganti, frasa ini terdiri atas 3 jenis
yaitu :
1. Modifikatif, misal kalian semua, anda semua, mereka semua, mereka itu, mereka
berdua.
2. Koordinatif, misal engkau dan aku, kami dan mereka, saya dan dia.
3. Apositif, misal :

a). Kami, putra-putri Indonesia, menyatakan perang melawan narkotika.

 Frasa Numeralia

Frasa Numeralia ialah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa ini
terdiri atas :

1. Modifikatif, contoh : a). Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban. b). Kami
membeli setengah lusin buku tulis.
2. Koordinatif, contoh : a). Entah dua atau tiga sapi yang telah dikurbankan. b). Dua atau
tiga orang telah menyetujui kesepakatan itu.

 Frasa Interogativ Koordinatif ialah frasa yang berintikan pada kata tanya. contoh : a).
Jawaban dari apa atau siapa ciri dari subjek kalimat. b). Jawaban dari mengapa atau
bagaimana merupakan pertanda dari jawaban predikat.
 Frasa Demonstrativ Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh dua kata yang tidak
saling menerangkan. contoh : a). Saya tinggal di sana atau di sini sama saja. b). Kami
pergi kemari atau kesana tidak ada masalah.
 Frasa Preposisional Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh kata depan yang tidak
saling menerangkan. contoh : a). Petualangan kami dari dan ke Jawa memerlukan waktu
satu bulan. b). Perpustakaan ini dari, oleh, dan untuk masyarakat umum.

Frasa berdasarkan fungsi unsur pembentuknya

Berdasarkan fungsi dari unsur pembentuknya frasa terdiri dari beberapa macam, yaitu :

 Frasa Endosentris yaitu frasa yang unsur-unsurnya berfungsi untuk diterangkan dan
menerangkan (DM) atau menerangkan dan diterangkan (MD). contoh frasa : kuda hitam
(DM), dua orang (MD).

Ada beberapa jenis frasa endosentris, yaitu :

1. Frasa atributif yaitu frasa yang pola pembentuknya menggunakan pola DM atau
MD. contoh : Ibu kandung (DM), tiga ekor (MD).
2. Frasa apositif yaitu frasa yang salah satu unsurnya (pola menerangkan) dapat
menggantikan kedudukan unsur intinya (pola diterangkan). contoh : Farah si
penari ular sangat cantik., kata Farah posisinya sebagai diterangkan (D),
sedangkan si penari ular sebagai menerangkan (M).
3. Frasa koordinatif yaitu frasa yang unsur-unsur pembentuknya menduduki fungsi
inti (setara). contoh : ayah ibu, warta berita, dll.
 Frasa eksosentris yaitu frasa yang salah satu unsur pembentuknya menggunakan kata
tugas. contoh : dari Bandung, kepada teman, di kelurahan, dll.

Frasa Berdasarkan satuan makna yang dikandung/dimiliki unsur-unsur


pembentuknya

Untuk kategori frasa berdasarkan satuan makna yang dikandung atau yang dimiliki
unsur-unsur pembentuknya dapat dibagi menjadi beberapa frasa, yaitu :

1. Frasa biasa yaitu frasa yang hasil pembentukannya memiliki makna yang
sebenarnya (denotasi). contoh kalimat : a) Ayah membeli kambing hitam; b) Meja
hijau itu milik ayah.
2. Frasa idiomatik yaitu frasa yang hasil pembentukannya menimbulkan/memiliki
makna baru atau makna yang bukan sebenarnya (konotasi). contoh kalimat :
Orang tua Lintang baru kembali dari Jakarta.

PEMBAGIAN JENIS-JENIS WACANA (GENRE TEKS)


11

Oleh: Iqbal Nurul Azhar

http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com

A. PENDAHULUAN

Kita sering mendengar kata wacana. Tapi tahukah kita apa wacana itu sesungguhnya? Sampai
saat ini batasan atau definisi wacana yang dikemukakan para ahli masih beragam. Antara definisi
satu dan yang lainnya terdapat perbedaan. Hal ini semata-mata disebabkan karena sudut pandang
yang digunakan para ahli tersebut berbeda.

Untuk menghindari polemik dari munculnya beragam definisi ini, maka sudut pandang kita
dalam diskusi ini akan kita batasi dan hanya berpijak pada sudut pandang linguistik (ilmu tentang
bahasa) saja. Sayangnya, meskipun sudut pandang kita dalam menangkap fenomena wacana
telah kita batasi dalam skop yang lebih kecil yaitu linguistik, ternyata dalam ranah inipun, para
pakar juga berbeda dalam memerikan apa itu wacana. Karena itulah, pada diskusi kita kali ini
(dengan mempertimbangkan mata tutorial kita yaitu ketrampilan menulis), yang akan kita
jadikan pedoman dalam mendefinisikan wacana adalah definisi yang disampaikan oleh Badudu
dalam Eriyanto (2001:2), yaitu: (1) wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan, yang
menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, yang membentuk satu
kesatuan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat tersebut, dan (2)
wacana adalah kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi di atas kalimat atau klausa dengan
kohesi dan koherensi yang berkesinambungan, disampaikan secara lisan atau tulisan.
B. PEMBAHASAN

Setelah dapat memahami apa itu wacana, selanjutnya kita juga harus dapat mengetahui jenis-
jenis wacana dan perbedaan antara jenis wacana satu dengan wacana jenis lainnya. Dengan
pengetahuan ini, diharapkan kita menjadi sangat kreatif dalam memproduksi wacana baik itu
wacana lisan maupun tulisan.

Wacana secara kasat mata dapat dibedakan berdasarkan  struktur generik (generic structure) dan
fitur-fitur bahasanya (language features). Yang disebut struktur generik di sini adalah struktur
yang terbentuk dari perbedaan fungsi-fungsi paragraf dalam membangun sebuah wacana (seperti
tesis, argumen, klimaks, dst). Yang disebut fitur bahasa di sini adalah penggunaan atau
pemanfaatan bahasa (baik itu tata bahasa maupun diksinya) untuk membangun sebuah wacana.

Berdasarkan struktur generik dan fitur-fitur bahasanya, wacana-wacana yang sering kita jumpai
dapat kita kelompokkan dalam tiga kelompok wacana yaitu; (1) kelompok wacana Naratif, (2)
kelompok wacana Deskriptif dan (3) kelompok wacana Argumentatif.

Kelompok wacana Naratif dapat dibagi menjadi beberapa genre seperti; (a) Naratif itu sendiri,
(b) Rekon (recount), (c) Anekdot, (d) Spoof, (e) dan Item berita (news item). Tipe-tpe genre di
atas dibuat dengan tujuan untuk menginformasikan sesuatu dalam bentuk cerita.

Kelompok wacana Deskriptif dibagi menjadi beberapa genre seperti; (1) Deskriptif, (2) Report,
(3) Prosedur dan (4) Eksplanasi. Genre-genre jenis ini pada dasarnya dibuat untuk memerikan
(mendeskripsikan) sesuatu atau proses terjadinya sesuatu serta tidak dimaksudkan untuk
menceritakan sesuatu.

Kelompok wacana Argumentatif dibagi menjadi beberapa genre seperti; (1) Eksposisi Analitik,
(2) Eksposisi Hortatorik, (3) Diskusi serta (4) Argumentatif. Genre-genre tersebut dibuat dengan
tujuan untuk melakukan eksplorasi terhadap argumen-argumen yang ditujukan untuk menjawab
pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana.”

Selain dari pembagian wacana ke dalam tiga kelompok wacana seperti yang telah di sebutkan di
atas, beberapa pakar yang lain juga membagi wacana ke dalam tiga kelompok yang berbeda
yaitu (1) Naratif, (2) Non fiksi, dan (3) Sajak (poetry).

Berdasarkan pembagian yang kedua ini, yang termasuk dalam kategori wacana Naratif adalah
petualangan, misteri, fiksi ilmiah, fantasi, fiksi sejarah, cerita dilematis (roman), dialog, mitos,
legenda, cerita peri dan fabel. Untuk kategori wacana nonfiksi dalam hal ini adalah teks diskusi,
teks eksplanasi, teks instruksi, persuasi, Report yang tidak kronologis serta Rekon. Sedang yang
termasuk dalam kategori wacana sajak (poetry) adalah puisi bebas, puisi visual, dan puisi
berstruktur.

Dalam diskusi kita kali ini, yang akan kita gunakan sebagai bahan pijakan pembagian genre
adalah klasifikasi yang pertama yaitu Naratif, Deskriptif dan Argumentatif.
1. Kelompok Wacana Naratif.
a. Naratif.
Tujuan:

Untuk memikat atau menghibur pembaca/pendengar melalui cerita.

Struktur Generik:

1. Orientasi
2. Komplikasi
3. Klimaks
4. Resolusi
5. Reorientasi
6. Koda/Amanat (Boleh tersurat boleh tidak)

Fitur Bahasa yang Dominan:

1. Penggunaan kalimat pembuka “dahulu kala,” “suatu hari”


2. mungkinkan adanya kata-kata bersanjak serta arkais
3. Kata kerja aksi
4. Teratur dalam hal kronologisnya.

Contoh: 

CINDERELA

Jaman dahulu kala, hiduplah seorang gadis muda bernama Cinderella. Ia tinggal bersama dengan
ibu tiri serta dua orang saudari tirinya.

Ibu tiri dan dua saudari tiri Cinderela memiliki sifat mudah marah. Mereka memperlakukan
Cinderela dengan buruk. Ibu tiri Cinderela suka memerintah Cinderela melakukan pekerjaan
rumah yang tersulit seperti menyikat lantai, membersihkan tempayan dan dandang, serta
mempersiapkan masakan untuk keluarga. Berbeda dengan Cinderela, dua saudari tiri Cinderela
tidak melakukan apa-apa. Mereka hanya sibuk bersantai sepanjang hari. Ibu tiri merekapun
memberikan pakaian yang bagus-bagus buat mereka.

Suatu hari, dua saudari tiri Cinderela mendapat sebuah undangan pesta dari istana kerajaan. Pada
undangan tersebut juga dijelaskan bahwa pangeran kerajaan akan mengajak dansa wanita yang
disukainya yang hadir pada pesta tersebut. Mendengar berita ini, dua saudari tiri Cinderela
merasa senang dan berdebar-debar. Mereka kemudian sibuk menghabiskan waktu memilih-milih
baju mana yang akan mereka kenakan. Mereka berharap dapat menjadi wanita yang beruntung
yang diajak dansa oleh sang pangeran. Saat berangkat ke pestapun tiba. Ibu tiri dan saudari tiri
Cinderela berangkat ke istana serta meninggalkan Cinderela sendirian dirumah. Tanpa dapat
dibendung, air mata Cinderelapun tumpah. Iapun menangis sedih.

“Mengapa engkau menangis, Cinderela?” sebuah suara lembut bertanya. Dengan terkejut
Cinderela mendongakkan wajahnya yang semula tertunduk dan melihat sesosok ibu peri berdiri
di sampingnya. Dengan gugup ia berkata “karena saya ingin ke pesta, tapi saya ditinggal sendiri
di sini.” “Hmm, guman ibu peri. Meskipun kamu diberi pekerjaan yang berat oleh ibumu, kamu
selalu melakukannya dengan gembira. Kamu juga tidak pernah mengeluh dan selalu lapang
dada. Oleh karena itu, saya juga ingin melihat kamu dapat pergi ke pesta.”

Dengan ajaib, ibu peri merubah labu yang tumbuh di belakang rumah menjadi kereta. Ia juga
merubah beberapa tikus yang berlarian menjadi kuda penarik kereta beserta seorang sais kereta.
Ibu peri menepuk baju lusuh Cinderela dengan tanganya dan baju lusuh itupun berubah menjadi
gaun yang sangat indah. Ia juga memberi Cinderella sepatu kaca yang sangat cantik. “Sekarang
saatnya kamu pergi, Cinderela.” Ibu peri berkata. “Namun ingat, kamu harus pulang sebelum
tengah malam atau kamu akan kembali seperti semula.” Dengan gembira, Cinderela berangkat
ke pesta.

Malam itu benar-benar menjadi malam yang menakjubkan bagi Cinderela. Pangeran
mengajaknya berdansa. Ia berdansa lagi-dan lagi dengan sang pangeran. Tiba-tiba, jam dinding
di istana berdentang dua belas kali. Cinderellapun teringat pesan ibu peri dan segera berlari ke
luar istana, secepat yang ia mampu. Dalam ketergesa-gesaannya, salah satu sepatu kacanya
tertinggal.

Beberapa hari kemudian, pangeran kerajaan mengumumkan bahwa ia akan menikahi gadis yang
kakinya cocok dengan ukuran sepatu kaca. Saudari tirinya yang pertama mencobanya, tapi
kakinya terlalu besar untuk sepatu itu. Meskipun ia berusaha dengan keras memaksakan kakinya
masuk, tapi tetap saja sepatu itu tidak muat. Demikian juga saudarinya yang kedua. Ketika ia
mencoba sepatu kaca tersebut, kakinya terlalu kecil. Iapun gagal diboyong ke istana. Ketika
giliran Cinderela tiba, sepatu itu pas dengan kakinya.

Akhirnya, Cinderelapun diboyong ke istana. Sang pangeran merasa sangat bahagia melihat
Cinderella lagi. Mereka kemudian menikah dan hidup bahagia

b. Rekon

Tujuan:

Untuk menceritakan kejadian atau serangkaian kejadian yang terjadi di masa lampau,

Struktur Generik:

1. Orientasi
2. Kejadian (-kejadian)
3. Reorientasi

Fitur Bahasa yang Dominan:


1. Penggunaan keterangan waktu definit; kemarin, lusa, tahun lalu
2. Penggunaan partisipan personal; saya, kami, regu saya, dst
3. Penggunaan konektor kronologis seperti; pertama, kemudian, dst
4. Penggunaan kata kerja aksi
5. Penggunaan kata sifat

Contoh: 

GEMPA BUMI

Saya akan menceritakan pengalaman saya yang terjadi minggu kemarin yang berhubungan
dengan gempa bumi. Ketika gempa bumi terjadi, saya sedang mengendarai mobil. Waktu itu
saya berada dalam perjalanan pulang dari Bali.

Tiba-tiba saya merasakan adanya hentakan keras pada mobil saya. Saya pikir waktu itu ban
mobil saya meletus. Saya tidak sadar jika saat itu sedang terjadi gempa bumi. Saya baru sadar
ketika saya melihat tiang listrik dan telepon yang ada di kanan kiri saya ambruk, berjatuhan
seperti batang korek api yang ringan. Saya juga melihat batu-batu besar berserakan di sepanjang
jalan. Mobil saya terperangkap di tengah batu-batu yang berserakan tersebut. Saya tidak bisa
menggeser mobil saya ke depan maupun ke belakang karena batu-batu tersebut merintangi jalan
saya. Sepertinya tidak ada satupun yang dapat saya lakukan untuk meneruskan perjalanan.
Karena putus asa, saya tinggalkan mobil saya dan memilih berjalan kaki menuju rumah.

Sesampainya di kampung halaman saya, saya terkejut karena tidak ada satupun yang tersisa.
Semuanya rata dengan tanah. Gempa bumi tersebut ternyata membuat kerusakan yang demikian
besar pada kampung saya. Meskipun demikian, saya bersyiukur karena tidak ada satupun
keluarga maupun warga kampung saya yang terluka serius.

c. Spoof
Tujuan:

Untuk menceritakan peristiwa dengan cara melibatkan twist (pelintiran) humor, serta untuk
menghibur pembaca/pendengar

Struktur Generik:

1. Orientasi
2. Peristiwa (-peristiwa)
3. Twist (pelintiran)

Fitur Bahasa yang Dominan:

1. Penggunaan kalimat pembuka “dahulu kala,” “suatu hari”


2. Fokus pada orang, hewan, atau hal-hal tertentu lainnya
3. Dimungkinkan adanya kata-kata bersanjak serta arkais
4. Kata kerja aksi
5. Teratur dalam hal kronologisnya.

Contoh:

MALAS KE SEKOLAH

Suatu pagi, seorang ibu mengetuk pintu kamar anaknya keras-keras untuk membangunkan
anaknya yang semata wayang tersebut. Ia gemas sekali karena jam dinding telah pukul 06.00
tetapi sang anak belum juga bangun.

“Bangun Budi, Waktunya kamu ke sekolah! Sudah jam 06.00 lho”


“Males mami, Aku gak mau pergi.” Terdengar jawaban dari dalam kamar.
“Berikan dua alasan kenapa kamu malas dan tidak mau ke sekolah.” Si ibu bertanya gusar.
“Anak-anak di sekolah benci padaku mami, demikian juga guru-guru di sekolah, mereka juga
benci aku!”
“Alah, itu bukan alasan yang tepat Budi untuk memperbolehkan kamu bolos. Keluar sekarang
dan cepat mandi.”
“Kalau begitu mami, mami juga berikan alasan kepadaku kenapa aku harus ke sekolah.”
“Ya jelaslah, yang pertama, umurmu 52 tahun, dan yang kedua kamu adalah kepala sekolah di
sekolahmu. Cepetan Budi! Atau telingamu ibu jewer” si ibu berkata dengan tidak sabar.

d. Anecdote
Tujuan:

Berbagi dengan sesama pengalaman yang tidak biasa atau kecelakaan yang menggelitik

Struktur Generik:

1. Abstrak
2. Orientasi
3. Krisis
4. Reaksi
5. Koda.

Fitur Bahasa yang Dominan:

1. Penggunaan pertanyaan retorik.


2. Penggunaan proses material
3. Penggunaan Konjungsi temporal

Contoh: 

KECELAKAAN MEMBAWA BERKAH

Tahun 1879 adalah tahun terbaik bagi William Procter dan James Gamble. Pada tahun tersebut 
mereka sukses membangun sebuah bisnis. Bisnis lilin di kota Cincinnati yang mereka bangun
secara patungan meraih keuntungan yang sangat besar. Sayangnya, keuntungan besar yang
mereka raih dari bisnis ini tidak bertahan lama. Hal ini disebabkan oleh ditemukannya lampu
bohlam oleh Thomas Edison. Secara cepat, produk mereka tergusur oleh produk Edison. Bohlam
telah merubah masyarakat, demikian juga tingkat penjualan lilin mereka.

Digunakannya bohlam secara luas oleh masyarakat, jelas membawa dampak negatif bagi industri
lilin. Pasar lilin mulai berangsur-angsur menyempit karena lilin telah tergantikan oleh bohlam.
Lilin kini hanya digunakan untuk saat-saat tertentu saja. Dengan terjun bebasnya tingkat
penjualan lilin, performa dari pabrik lilin William Procter dan James Gamble menjadi sangat
menurun. Tidak hanya pabrik lilinnya saja yang mulai meredup, semangat Procter dan Gamble
untuk menekuni bisnis tersebut juga meredup.  Situasi ini semakin bertambah ketika beberapa
bulan kemudian, terjadi kecelakaan tak terduga yang disebabkan oleh kelalaian seorang
karyawan pabrik. Karyawan tersebut pergi makan siang dan lupa mematikan mesin pembuat
lilin. Karena mesin bekerja tanpa operator, udarapun masuk ke dalam adonan lilin. Adonan
lilinpun menjadi rusak.

Namun, setelah berdiskusi dengan supervisor pabrik, pemilik pabik memutuskan untuk tidak
membuang adonan rusak tersebut. Ia bahkan mengucurkan adonan tersebut dalam kotak-kotak
kecil. Sabunpun muncul dan mengeras. Dari proses di luar dugaan inilah, sabun “mengapung”
muncul. Harley Procter memutuskan untuk memberi nama sabun jenis ini dengan nama yang
mudah diingat masyarakat. Ia memberi nama sabun tersebut dengan IVORY (gading). Sabun
IVORY inilah yang kemudian menjadi  trademark dari perusahaan Procter dan Gamble
selanjutnya.

Secara mengejutkan, Procter dan Gamble menerima banyak surat dari pembeli yang menanyakan
produk hasil “kecelakaan” ini. Pembeli meminta lebih banyak lagi sabun yang bisa mengapung.
Sabun Ivorypun dipasarkan secara umum. Meskipun formula yang menarik ini merupakan
produk terbaik mereka, tapi mereka akan bingung jika diminta menerangkan bagaimana kejadian
ini dapat terjadi. Formula misterius ini menjadi terkuak ketika kronologis peristiwa kecelakaan
saat makan siang tersebut terungkap.

e. Item Berita

Tujuan:

Menginformasikan kepada pembaca/pendengar tentang even-even yang dianggap penting dan


layak dijadikan berita.

Struktur Generik:

1. Even (-even) utama


2. Elaborasi (latar belakang, paryisipan, waktu, tempat) even (-even)
3. Sumber-sumber informasi

Fitur Bahasa yang Dominan:


1. Penggunaan kalimat pendek, tentang kabar yang disajikan pada judul berita.
2. Penggunaan kata kerja aksi.
3. Penggunaan ungkapan-ungkapan
4. Penggunaan kata keterangan: waktu, tempat, dan tatacara.

Contoh:  

KLOTER I BERANGKAT JUM’AT

Sidoarjo. Calon Jemaah Haji (CJH) Sidoarjo dijadwalkan berangkat jumat (15/10). Total CJH
Sidoarjo sebanyak 2.450. Jumlah terebut terbagi menjadi enam kloter. Yakni, kloter 10, 11,15,
16, 17, dan 18. Mereka akan berangkat pada Jum’at (15/10), Minggu (17/10), dan senin (18/10)

Kepala seksi penyelenggara Haji dan Umrah Depag Kabupaten Sidoarjo Misbakhul Munir
menerangkan, jemaah haji akan diberangkatkan dari pendopo Surabaya. Setelah dikarentina
semalam, keesokan harinya mereka terbang ke Arab Saudi.

Untuk mengurangi kepadatan, Misbakhul menuturkan bahwa pihaknya akan membatasi jumlah
pengantar. “Hanya mobil berstiker yang boleh mengantar. Tapi pengantar dilarang masuk
pendopo,” ujarnya.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada saat keberangkatan jemaah haji, lalu lintas di sekitar
Alun-alun Sidoarjo akan padat. Karena itu, dia mengimbau para pengendara untuk melewati
jalur alternatif (Jawa Pos, Sabtu, 9/10/10)

2. Kelompok Wacana Deskriptif.

a. Deskriptif

Tujuan:

Untuk menjelaskan seseorang, tempat atau benda secara detail.

Struktur Generik:

1. Identifikasi
2. Dekripsi

Fitur Bahasa yang Dominan:

1. Penggunaan nomina dan pronomina


2. Penggunaan kata kerja aksi
3. Penggunaan kata sifat dan kata keterangan
4. Penggunaan terminologi-terminologi yang sifatnya teknis

Contoh: 
CANDI BOROBUDUR

Borobudur adalah candi Hindu-Budha. Candi ini dibangun pada abad ke-19 oleh dinasti
Sailendra yang berasal dari kerajaan Mataram kuno. Borobudur terletak di Magelang, Jawa
Tengah Indonesia.

Borobudur terkenal ke seluruh penjuru dunia. Konstruksinya mendapat pengauh oleh arsitektur
Gupta India. Candi ini dibangun di atas sebuah bukit setinggi 46 meter dan delapan tangga yang
berbentuk undakan batu. Lima tangga yang pertama berbentuk kotak, dikelilingi oleh tembok
yang penuh pahatan yang membentuk gambar Budha. Tiga tangga di atasnya berbentuk
melingkar. Pada tiap tangga melingkar tersebut terdapat stupa berbentuk lonceng. Keseluruhan
gedung ditutupi oleh stupa besar yang terletak di tengah-tengah lingkaran teratas. Jalan menuju
puncak borobudur yang berbentuk gang terbentang sejauh 4,8 kilometer. Desain Borobudur yang
menyimbolkan struktur alam semesta mempengaruhi gaya pembuatan candi Angkor di Kamboja.

Candi Borobudur yang diresmikan sebagai monumen nasional Indonesia pada tahun 1983 adalah
harta tak ternilai bagi bangsa Indonesia.

b. Prosedur

Tujuan:

Membantu pembaca atau pendengar untuk memahami bagaimana cara melakukan atau membuat
sesuatu dengan tepat.

Struktur Generik:

1. Tujuan
2. Bahan-bahan/perlengkapan
3. Langkah-langkah/metode

Fitur Bahasa yang Dominan:

1. Penggunaan kalimat imperatif


2. Penggunaan kata keterangan rangkaian seperti, pertama, kedua, selanjutnya, dst.
3. Penggunaan terminologi khusus.

Contoh:  

KARE TELUR SRI LANKA

Kare Telur Sri Lanka yang akan kita buat ini berbahan dasar telur dan santan. Dinamakan Kare
Sri Lanka karena kare ini mengadaptasi cara orang Sri Lanka dalam membuat kare yaitu dengan
menggunakan kelapa untuk mengentalkan kuahnya serta menambah lezat cita rasanya. Bahan
kuahnya adalah santan tanpa gula yang mengandung minyak kelapa alami. Santan jenis ini
mudah dijumpai di supermarket-supermarket sekitar kita. Selain telur dan santan, bahan-bahan
lain yang dibutuhkan adalah bawang merah, wortel, merica, jahe, seledri, garam, bawang putih,
jeruk nipis, tepung, turmeik, dan bubuk kare

Yang pertama kali dilakukan adalah merebus telur hingga masak. Telur yang akan kita rebus kita
masukkan ke dalam panci yang berisi air dingin. Angkat panci yang berisi telur dan letakan di
atas kompor. Rebus telur selama 7 menit. Setelah itu angkat serta dinginkan telur dengan cara
menyiramnya dengan air dingin.

Sambil menunggu telur menjadi dingin, panaskan mentega dan minyak pada wajan kecil.
Kemudian masukkan bawang merah, wortel, merica, dan seledri yang telah diiris-iris
sebelumnya. Aduk hingga merata. Setelah merata, tambahkan bawang putih dan jahe dan
lanjutkan lanjutkan masak sekitar lima menit. Setelah itu masukkan turmeik, bubuk kare dan
tepung. Aduk lagi hingga campuran tadi menjadi rata. Lanjutkan dengan menambahkan air
panas, kemudian aduk lagi agar kuah menjadi encer dan merata sempurna. Tambahkan penyedap
yaitu garam dan merica kemudian masukkan pada santan. Aduk terus sekitar 20 menit dan bau
harum kare tercium. Tambahkan jeruk nipis untuk penguat rasanya.

Terakhir, kupas telur dan potong telur-telur tersebut menjadi dua bagian. Letakkan di piring
secara teratur dan siram dengan kuah kari yang telah masak. Pastikan telur-telur tersebut tertutup
oleh kuah kare. Dinginkan selama satu menit dan Kare Telur Sri Lanka pun siap untuk dinikmati
bersama nasi.

c. Report
Tujuan:

Untuk mempresentasikan informasi tentang sesuatu apa adanya. Informasi ini merupakan hasil
pengamatan dan analisis yang sistematik

Struktur Generik:

1. Klasifikasi umum
2. Deskripsi

Fitur Bahasa yang Dominan:

1. Pengenalan kelompok atau aspek-aspek umum aspect


2. Penggunaan hubngan logis yang kondisional

Contoh: 

GAJAH

Gajah adalah hewan terbesar diantara hewan-hewan lain yang ada di dunia. Hewan ini memiliki
penampakan yang unik. Kakinya kekar, tubuhnya besar, punggungnya kuat, telinganya
menggantung, mata dan ekornya kecil, serta memiliki hidung yang panjang yang dikenal sebagai
belalai. Gajah biasanya dapat dilihat di kebun binatang. Sangat sukar sekali untuk melihat gajah
di habitat aslinya.

Belalai merupakan organ tubuh gajah yang sangat unik serta bermanfaat. Dengan belalai, gajah
dapat menyemprotkan air ke tubuhnya. Dengan be;lalai pula gajah dapat mengambil dedaunan
untuk kemudian dimasukkan ke mulutnya. Meskipun tubuh gajah besar, gajah dapat bergerak
dengan cepat.

Gajah adalah hewan yang pintar. Dengan kepintaran serta kekuatannya, membuat gajah memiliki
banyak manfaat bagi manusia. Gajah dapat dilatih untuk mengangkat barang yang berat,
memburu harimau bahkan untuk bertarung. Gajah adalah benar-benar binatang yang pintar.

d. Eksplanasi
Tujuan:

Untuk menjelaskan proses terciptaan sesuatu yang terjadi secara alamiah, atau proses bekerjanya
fenomena alam maupun sosial.

Struktur Generik:

1. Pernyataan umum
2. Penjelasam
3. Penutup

Fitur Bahasa yang Dominan:

1. Penggunaan kata kerja aksi


2. Penggunaan kalimat pasif
3. Penggunaan frasa nomina
4. Penggunaan frasa adverbia
5. Penggunaan terminologi teknis
6. Penggunaan nomina umum dan abstrak
7. Penggunaan konjungsi waktu serta sebab-akibat

Contoh: 

TSUNAMI

Kata “tsunami” berasal dari bahasa Jepang yang berarti pelabuhan (“tsu”) dan gelombang
(“nami”). Tsunami adalah rangkaian gelombang yang timbul akibat air yang ada di danau atau di
laut secara cepat bergerak dalam skala yang besar.

Tsunami terjadi ketika dasar laut mengalami kerusakan bentuk dan secara vertikal merubah
posisi air yang datar. Gerakan vertikal yang besar dari patahan bumi dapat terjadi pada lapisan
bumi.

Gempa bumi yang tejadi di dasar laut sangat berpotensi  menimbulkan tsunami. Patahan dasar
laut menyebabkan equalibrum air menjadi terganggu. Semakin besar daerah patahan yang
terjadi, semakin besar pula tenaga gelombang yang di hasilkan. Gelombang besar yang mengalir
deras ke daratan inilah yang sangat berbahaya bagi manusia.

Tsunami selalu membawa kerusakan besar bagi manusia. Kerusakan yang terbesar disebabkan
oleh gelombang besar yang membanjir daratan. Gelombang ini ketika mengenai pemukiman
manusia akan menyeret apa saja yang dilaluinya. Kadang, korban jiwa yang terjadi bukanlah
karena disebabkan oleh ombak besar tsunami yang mengalir, tapi karena benturan dengan benda-
benda yang dibawa gelombang tsunami. Selain itu lumpur yang ikut terseret gelombang tsunami
menyebabkan manusia menjadi sulit untuk menyelamatkan diri dengan cepat.

2. Kelompok Wacana Argumentatif.

a. Eksposisi Analitik

Tujuan:

Mengungkapkan pada pembaca bahwa suatu hal adalah hal yang penting

Struktur Generik:

1. Tesis
2. Argumen (-argumen)
3. Reiterasi/Simpulan

Fitur Bahasa yang Dominan:

1. Penggunaan modalitas
2. Penggunaan kata kerja aksi
3. Penggunaan kata kerja yang berhubungan dengan pikiran; merasa, berpikir, dst
4. Penggunaan nomina umum dan abstrak
5. Penggunaan konektor

Contoh: 

MASALAH-MASALAH YANG MUNCUL AKIBAT OBESITAS

Berat badan yang berlebihan dalam dunia kesehatan dikenal sebagai obesitas (kegemukan).
Obesitas dalam hal ini didefinisikan sebagai sebuah kondisi di mana tubuh manusia menyimpan
lemak yang berlebih. Obesitas sangat potensial menyebabkan gangguan pada kehidupan
manusia.
Dalam dunia kedokteran, obesitas dikenal sebagai faktor utama penyebab penyakit jantung.
Akibat dari kelebihan berat badan, jantung bekerja lebih keras. Jika jantung bekerja terlalu keras,
hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan. Serangan jantungpun dapat terjadi. Selain itu,
obesitas dapat pula meningkatkan kolesterol serta tekanan darah. Tingginya kolestorol dan
tekanan darah dapat menyebabkan pembuluh darah pecah sehingga apa yang disebut sebagai
stroke, dapat terjadi. Tidak hanya masalah serangan jantung dan stroke, obesitas dapat pula
meningkatkan jumlah gula dalam darah. Jumlah gula yang tidak terkontrol ini dapat
menyebabkan gangguan kesehatan yang kita kenal sebagai diabetes.

Selain masalah kesehatan di atas, obesitas juga dapat mengganggu kehidupan sehari-hari
manusia utamanya wanita. Kebanyakan kaum wanita seringkali berusaha keras menjaga tubuh
mereka agar terhindar dari obesitas. Bagi kebanyakan wanita, menjadi gemuk adalah sebuah
kekurangan. Dengan gemuk, kesempurnaan penampilan mereka menjadi berkurang dan ini tentu
saja dapat berpengaruh negatif terhadap kepercayaan diri mereka.

Penelitian-penelitian serius sangat diperlukan untuk meneliti pengaruh obesitas pada manusia.
Namun dari apa yang dipaparkan di atas, telah jelas bagi kita bahwa obesitas tidak baik bagi
kehidupan manusia.

b. Eksposisi Hortatorik
Tujuan:

Meyakinkan pembaca bahwa sesuatu harus atau tidak harus dilakukan

Struktur Generik:

1. Tesis
2. Argumen (-argumen)
3. Rekomendasi

Fitur Bahasa yang Dominan:

1. Penggunaan modalitas
2. Penggunaan kata klerja aksi
3. Penggunaan kata kerja yang berhubungan dengan pikiran; merasa, berpikir, dst
4. Penggunaan nomina umum dan abstrak
5. Penggunaan konektor

Contoh: 

TEMPAT SAMPAH BANYAK, SEKOLAH SEHAT

Sebagai seorang guru, saya meyakini bahwa kesehatan lingkungan sekolah kita dapat
mendukung prestasi anak didik kita. Untuk mewujudkan kesehatan sekolah ini, kita dapat
melakukan banyak hal, salah satunya yaitu dengan cara meningkatkan jumlah tempat sampah di
sekolah

Biasanya, ketika kita menengok kondisi kelas kita, koridor sekolah, halaman depan dan halaman
belakang sekolah, kita sering menjumpai kertas-kertas, gelas atau botol air mineral, sedotan,
plastik-plastik makanan ringan, berserakan di tempat tersebut. Benda-benda tersebut sebagian
besar berasal dari anak didik kita. Kondisi ini jelas dapat merusak pemandangan dan
mengganggu kesehatan sekolah. Kertas-kertas dan plastik-plastik yang berserakan dapat
menyumbat selokan sekolah ketika hujan tiba. Gelas dan botol minuman bekas yang berceceran
dapat menjadi sarang tempat berkembangnya nyamuk.

Saya melihat sebagian besar anak-anak kita telah memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi
untuk menjaga kebersihan sekolah. Mereka seringkali saya jumpai membuang sampah di tempat
sampah. Meskipun demikian, ada juga sebagian dari mereka yang saya jumpai malas untuk
membuang sampah di tempat sampah. Mereka lebih memilih membuang tempat sampah di
pojok kelas, atau bahkan di depan kelas. Ketika saya tanya mengapa mereka melakukan hal
tersebut, sebagian besar dari mereka menjawab bahwa mereka melakukan hal tersebut karena
tempat sampah yang ada, sangat jauh dari kelas mereka. Mendengar jawaban ini saya menjadi
sadar betapa sedikitnya jumlah tempat sampah di sekolah kita.

Sekolah seharusnya menyediakan tempat sampah yang cukup untuk sampah-sampah yang
dihasilkan anak didik kita. Sebuah tempat sampah seharusnya diletakkan tiap 10 meter di
sekolah kita. Dengan demikian, ketika anak-anak bermaksud membuang sampah mereka,
mereka dapat menemukan tempat sampah tersebut dengan mudah. Jadi, tidak ada alasan bagi
mereka untuk membuang sampah sembarangan.

Ketika sekolah telah dilengkapi dengan tempat sampah yang cukup, murid-murid tidak akan
malas lagi membuang sampah di tempat yang semestinya. Dengan demikian, kebersihan sekolah
kita menjadi terjaga. Oleh sebab itu saya menyarankan marilah kita tambah jumlah tempat
sampah di sekolah kita sehingga sekolah kita menjadi tempat yang bersih dan sehat bagi anak
didik kita.

c. Diskusi
Tujuan:

Menyediakan infomasi dan opini terhadap sebuah isu melalui dua kaca mata yang berimbang
(Pros isu dan Kontra isu)

Struktur Generik:

1. Isu
2. Argumen pro dan argumen kontra
3. Konklusi/Simpulan
Fitur Bahasa yang Dominan:

1. Penggunaan modalitas
2. Penggunaan kata klerja aksi
3. Penggunaan kata kerja yang berhubungan dengan pikiran; merasa, berpikir, dst
4. Penggunaan nomina umum dan abstrak
5. Penggunaan transisi/konektif

Contoh: 

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN TENAGA NUKLIR

Tenaga nuklir berasal dari uranium yaitu sejenis logam yang didapat dari tambang-tambang yang
ada di seluruh dunia. Stasiun nuklir skala besar yang pertama dibuka di Calder Hall in Cumbria,
Inggris pada tahun 1956.

Nuklir sangat bermanfaat bagi manusia. Beberapa kapal laut militer serta kapal selam
menggunakan nuklir sebagai sumber tenaga penggeraknya. Selain itu, nuklir dapat memproduksi
energi yang sangat besar serta mampu mensuplai 11% dari kebutuhan energi manusia di dunia.
Berbeda dengan bahan bakar fosil seperti batubara, nuklir tidak menyebabkan polusi.

Di lain pihak, nukir juga sangat berbahaya. Stasiun nuklir harus di bungkus rapat-rapat dan
diletakkan dalam tanah agar radioaktifnya tidak menyebar kemana-mana. Meskipun dapat
diandalkan, membangun pembangkit nuklir juga butuh dana yang besar. Dana ini dikeluarkan
untuk memastikan keamanan dari pembangkit ini. Sedikit saja salah, maka bahaya yang
dihasilkan tenaga nuklir sangatlah luar biasa.

Masyarakat internasional memiliki perhatian yang besar tentang hal ini. Pada tahun 1990 hingga
sekarang, pembangunan stasiun tenaga nuklir masih tetap menjadi hal yang problematik dan
ramai dibicarakan.

d. Argumentatif
Tujuan:

Menyajikan masalah yang kontradikif. Masalah tersebut didiskusikan melalui dua kacamata yang
berbeda (Pro atau Kontra). Penyaji wacana menentukan pada sisi mana ia berpihak.

Strukture Generik:

1. Isu
2. Argumen pro dan/atau argumen kontra
3. Stand (Posisi)
4. Argumen Stand
5. Konklusi/Simpulan (Opsional)

Fitur Bahasa yang Dominan:


1. Penggunaan modalitas
2. Penggunaan kata klerja aksi
3. Penggunaan kata kerja yang berhubungan dengan pikiran; merasa, berpikir, dst
4. Penggunaan nomina umum dan abstrak
5. Penggunaan transisi/konektif

Contoh: 

ALIEN: BENARKAH MEREKA ADA?

Kita telah banyak mendengar informasi tentang keberadaan alien. Kebanyakan informasi
tersebut ditemukan dalam film-film fiksi. Dalam banyak film-film fiksi, alien kadang
digambarkan sebagai makhluk hidup yang baik, kadang juga sebagai makhluk jahan nan
mengerikan yang bermaksud menguasai bumi. Sayangnya, kebanyakan informasi yang beredar
tentang alien ini hanyalah berdasarkan imajinasi saja, karangan popler manusia  abad ini.

Ada beberapa alasan logis mengapa keberadaan alien sangat sulit diyakini. Ada banyak planet di
dunia ini. Meskipun planet-planet tersebut memiliki matahari, tapi kondisi planet-planet tersebut
jelas sangat berbeda dengan bumi. Beberapa di antaranya terlalu banyak menerima radiasi dari
matahari sehingga planet tersebut sangat panas. Beberapa di antaranya juga sangat sedikit
menerima radiasi matahari sehingga sehingga sangat mustahil makhluk hidup tinggal di planet
tersebut.

Meskipun ada kemungkinan bahwa makhluk hidup dapat tinggal di planet-planet selain bumi,
tapi tak ada seorang ilmuwan pun yang yakin bahwa mereka memiliki kecerdasan seperti
manusia. Perlu diingat bahwa di bumi ada banyak makhluk hidup yang menghuninya, tapi hanya
satu yang memiliki kecerdasan yaitu manusia.

Selain itu, andaikata makhluk hidup dengan kecerdasan seperti manusia tinggal di planet
tersebut, lantas mengapa hingga kini kita belum menerima kontak satupun dari mereka. Manusia
telah mengirimkan banyak sinyal ke luar angkasa. Andaikata alien benar-benar ada, secara
logika mereka pastinya telah menerima sinyal-sinyal tersebut dan membalasnya.

C. PENUTUP

Ada banyak teori tentang pembagian genre-genre wacana. Teori pembagian genre di atas
merupakan salah satu dari teori-teori tersebut yang telah lama dikembangkan di Amerika. Teori-
teori ini mulai masuk dan dikembangkan di Indonesia sejak tahun 2000-an. Meskipun sederhana,
tapi teori pembagian ini sangat bermanfaat dalam mengklasifikasikan jenis-jenis wacana.

Sebenarnya, selain dari genre-genre di atas, masih ada beberapa genre lagi yang belum dibahas
dalam artikel ini, seperti Surat (baik itu dinas maupun pribadi), Pengumuman, Jargon, Iklan,
Lirik lagu, Puisi, Grafiti (Latrinal, tag, dst) dan banyak lagi. Genre-genre tersebut tidak
didiskusikan dalam artikel ini karena waktu yang terbatas. Mudah-mudahan dengan adanya
penjelasan sekilas ini dapat bermanfaat bagi kita untuk meningkatkan minat kita dalam mencipta
karya sastra.
SUMBER-SUMBER

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Teks Media. Yogyakarta: LKiS.

Jawa Pos edisi  Sabtu 9 November 2010

Contoh Modul Kelas 7 Kurikulum 13


5 Februari 2014

MODUL BAHASA INDONESIA

KELAS VII SEMESTER SATU

Tema                              : Cinta Lingkungan Hidup

Subtema                         : Cinta Lingkungan

Kompetensi Dasar dan Indikator

3.1 Memahami teks hasil observasi, tanggapan deskripsi, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek
baik secara lisan maupun tulisan

Indikator

1.Menjelaskan struktur teks hasil observasi

2.Menjelaskan ciri-ciri bahasa (fitur bahasa) teks hasil observasi

4.1 Menangkap makna  teks hasil observasi, tanggapan deskripsi, eksposisi, eksplanasi, dan
cerita pendek baik secara lisan maupun tulisan

1) Memaknai kata dan istilah dalam teks hasil observasi

2)  Memaknai isi teks hasil observasi

Mengamati beragam bentuk benda-benda bersejarah atau purbakala yang ada di sekitar
lingkungan kita sangat menarik. Kegiatan observasi atau pengamatan yang berkaitan dengan
lingkungan sekitar ini dapat menambah wawasan atau informasi. Namun kegiatan tersebut harus
disertai tindakan menjaga dan mencintai lingkungan.

Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa ,  kamu wajib menjaga dan melestarikan lingkungan
sekitar agar tetap terpelihara . Kamu harus menerapkan sikap bertanggung jawab, disiplin,
peduli, cinta terhadap lingkungan. Kamu harus memulainya sejak dini sehingga bumi tetap
nyaman dan bersih untuk ditempati.
Coba amatilah keadaan lingkungan di sekitar tempat tinggalmu! Dapatkah kamu menyebutkan
keindahan lingkungan apa saja yang telah kamu amati? Di sekitar rumah, kamu dapat melihat
keindahan taman, burung –burung kecil, seperti burung gereja, burung pipit,  atau rimbunnya
pepohonan. Keindahan lingkungan harus kita pelihara dengan baik agar tetap lestari dan
terpelihara.

Pada kegiatan belajar kali ini, kamu akan mempelajari observasi dan teks hasil observasi

1. Pengertian Observasi

Kegiatan pengamatan atau observasi pada dasarnya merupakan kegiatan sehari-hari yang sering
kamu lakukan. Akan tetapi, tidak semua yang kamu amati itu disebut observasi. Observasi
dilakukan secara sengaja, runtut, sesuai aspek tertentu, dan berdasarkan tujuan yang jelas. Pada
kegiatan belajar kali ini, kamu akan mengenal serta mempelajari observasi dan teks hasil
observasi. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, observasi adalah peninjauan secara cermat.
Observasi adalah kegiatan pengamatan terhadap objek, atau peristiwa yang akan diteliti. Hasil
observasi atau pengamatan ditulis dengan lengkap mengenail detail-detail objek pengamatan.

Observasi tidak berupa penggunaan mata saja, tetapi mendengarkan, mencium, dam meraba
termasuk salah satu bentuk dari observasi. Observer adalah orang yang melakukan observasi,
sedangkan observe adalah objek pengamatan yang diobservasi.

1. Ciri- Ciri Observasi

Observasi memiliki kriteria atau ciri-ciri tertentu seperti berikut.

1.Observasi dirancangkan secara urut

2.Data kegiatan observasi bersifat meyakinkan

3.Hasilnya dapat dicek dan dibuktikan kebenarannya

4.Hasil observasi disusun dengan bahasa yang jelas, tidak berbelit-belit, dan mudah dipahami.
Menggunakan bahasa baku. Kalimatnya efektif dan logis.

1. Ciri-Ciri Bahasa Teks Hasil Observasi

Dalam pembelajaran teks hasil obsevasi kamu juga akan mempelajari kata kerja aksi, kata sifat,
dan istilah teknik.

1. Kata Kerja Aksi

Ketika mempelajari bahasa, kita mengenal kata kerja seperti menyapu,


Menari, memakai, berdiri, dan berdandan. Dalam linguistik, kata kerja dikenal dengan istilah
verba. Menurut Kridalaksana dalam kamus linguistiknya verba adalah kelas kata yang biasa
berfungsi sebagai predikat.

Alwi, dkk dan Sugono sama-sama mengelompokkan verba dari segi semantiknya menjadi tiga
kelompok verba, yakni verba aksi, proses, dan keadaan.

Kata kerja aksi (perbuatan) adalah kata kerja yang biasanya dapat menjawab pertanyaan apa
yang dilakukan oleh subjek?

Contoh:

1.Pencuri itu lari.

2.Mereka sedang belajar di rumah.

Verba lari misalnya dapat menjawab atas pertanyaan apa yang dilakukan oleh pencuri itu?

1. Kata Sifat

Kata sifat atau kata adjetiva adalah kata yang menerangkan/mendeskripsikan keadaan atau sifat
sesuatu barang, orang, tempat dll. Kata sifat dapat disetai kata keterangan, amat, sangat, paling,
dan sebagainya yang bertugas untuk menguatkan.

Contohnya; sangat cantik, paling cantik.

1. Istilah Teknik

Pengertian istilah dalam Bahasa Indonesia ialah kata atau gabungan kata yang dengan cermat
mengungkapkan suatu makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang
tertentu.

Setiap bidang ilmu mempunyai istilah-istilah teknis yang berkaitan dengan bidangnya masing-
masing.  Bidang ilmu biologi, matematika, pertanian, dan lain-lain mempunyai istilah-istilah
khusus yang berkaitan dengan bidang ilmu yang bersangkutan.  Pemakaian istilah-istilah khas
yang berkaitan dengan ilmu tertentu itulah yang membedakannya dengan bentuk bahasa setiap
bidang ilmu.

Contoh:

1 . Benalu termasuk tumbuhan parasit.

2 . Sistem irigasi yang terdapat di Bali secara turun-temurun disebut subak.

1. Struktur Teks Hasil Observasi


Kamu dapat mengamati bahwa teks laporan hasil obsevasi disusun dengan struktur teks
pernyataan umum atau klasifikasi diikuti oleh anggota atau aspek yang dilaporkan. Pernyataan
umum yang menjadi bagian pembukaan, deskripsi bagian yang menjadi isi, sedang deskripsi
kegunaan atau manfaat yang menjadi bagian penutup.

 Lihatlah diagram di bawah ini

Contoh

DefinisiUmum

1. Kondisi tanah adalah keadaan dan struktur tanah di suatu tempat. Kebanyakan tanah di
Indonesia cocok untuk pertanian dan perkebunan karena sebagian besar tanah di Indonesia
mengandung humus.

DeskripsiBagian

2. Sebagian tanah di Pulau Jawa digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Tapi, juga terdapat
tanah yang tidak cocok ditanami tumbuhan, seperti tanah kapur di daerah Yogyakarta.
3. Selain itu, tanah di Pulau Jawa juga kaya akan bahan tambang, seperti pasir dan logam.
Banyaknya hasil tambang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri jika
digunakan dengan benar.

DeskripsiManfaat

4. Kesuburan tanah di Indonesia harus terus kita jaga dan lestarikan. Dengan cara membuang
sampah pada tempatnya dan melakukan penghijauan. Karena kesuburan tanah di Indondesia
berdampak positif bagi masyarakat Indonesia.

1. Tugas 1
2. Bacalah teks hasil obsevasi di bawah ini!
3. Setelah kamu membaca teks tersebut, tentukan bagian-bagian teks, dan masukkan ke dalam
tabel berikut dengan kalimat-kalimat yang termasuk bagian-bagian teks tersebut!

Hujan merupakan proses turunnya air dari langit menuju permukaan bumi yang terbentuk dari
berbagai tahapan yang sistematis dan merupakan suatu keadaan yang terjadi secara berulang.
Maksud berulang di sini yaitu air yang turun dari langit, akan kembali naik menuju langit melalui
proses penguapan.

Hujan banyak jenisnya. Di Indonesia ada tiga macam jenis hujan yakni hujan frontal, hujan
orografis, dan hujan zenit. Hujan frontal adalah hujan yang disebabkan oleh bertemunya angin
musim panas yang membawa uap air yang lembab dengan udara dingin bersuhu rendah   
menyebabkan pengembunan di udara yang pada akhirnya menurunkan hujan. Hujan orografis
adalah hujan yang diakibatkan oleh adanya uap air yang tertiup angin  hingga naik ke
pegunungan dan membentuk awan. Ketika awan sampai pada titik jenuh maka turun hujan.
Hujan zenit adalah hujan yang menyebabkan adalah suhu panas pada garis katulistiwa sehingga
memicu penguapan air ke atas langit bertemu dengan udara yang dingin menjadi hujan.

Biasanya, hujan di Indonesia terjadi pada bulan Oktober-April. Maka pada bulan-bulan ini petani
memanfaatkan untuk bertaman padi. Petani di Indonesia sebagian besar masih mengandalkan
sistem irigrasi tadah hujan. Tidak heran jika petani hidupnya bergantung pada hujan. Oleh karena
itu, kita harus menjaga lingkungan hidup kita agar tidak terjadi pemanasan global yang
menyebabkan hujan tidak menentu.

Struktur Teks                  Kalimat

Definisi Umum

Deskripsi Bagian

Deskripsi manfaat

1. Tugas 2 Memahami Kata dan Istilah Teknik dalam Teks

Kata/Istilah

1. bertanam Hujan ……adalah hujan yang menyebabkan adalah suhu


panas.
1. irigrasi
musim panas yang membawa uap air yang ……dengan
1. membentuk udara dingin bersuhu…….sehingga menyebabkan
pengembunan di udara.
1. lembab
Petani di Indonesia sebagian besar masih
1. renda mengandalkan sistem …… tadah hujan.
1. zenit uap air yang tertiup angin  hingga naik ke pegunungan
dan ….awan.

1. Tugas 3 Memahami Isi Teks Hasil Observasi

Untuk lebih mengetahui isi, kita harus memahami setiap paragraf. Perhatikan

bagian-bagian struktur laporan hasil observasi pada teks model di atas! Kemudian,

kamu perhatikan kalimat yang ditulis miring pada contoh bagian definisi umum

Di dalam kalimat tersebut terdapat gagasan utama. Sekarang coba kamu

garis bawahi kalimat yang di dalamnya terdapat gagasan utama pada deskripsi
bagian dan deskripsi manfaat.

1. Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang tepat!

1. Paragraf berikut yang merupakan teks laporan hasil observasi adalah . . . .

A. Perpustakaanku berukuran 30 meter persegi. Di dalamnya terdapat beberapa kelompok buku.


Kelompok buku tersebut adalah fiksi, nonfiksi, pengetahuan umum, dan referensi. Setiap hari
pengunjung perpustakaanku rata-rata 50 orang. Jumlah pengunjung yang begitu banyak bisa
dilayani oleh satu orang pustakawan.

B. Kegiatan diikuti oleh 1600 siswa dan guru. Selama kegiatan berlangsung, semua peserta
sehat-sehat saja, hanya ada satu peserta yang pingsan saat api unggun akan dinyalakan. Setelah
diperiksa dokter, ternyata siswa tersebut hanya ketakutan saja. Minggu pagi, esok harinya, semua
peserta bersiap-siap untuk pulang.

C . Mungkin tidak banyak orang menyadari bahwa sebenarnya sarapan adalah salah satu rahasia
untuk menjaga kesehatan. Tidak peduli seberapa sibuknya Anda, penting untuk mengisi bahan
bakar untuk tubuh Anda sehingga energi Anda terpenuhi sepanjang hari. Selain memberi energi
pada tubuh, sarapan juga memiliki manfaat lain yang tak kalah pentingnya.

1. D.  Kata “tsunami” berasal dari bahasa Jepang yang berarti pelabuhan (“tsu”) dan gelombang
(“nami”. Tsunami adalah rangkaian gelombang yang timbul akibat air yang ada di danau atau di
laut secara cepat bergerak dalam skala yang besar.

1. Bacalah kutipan teks berikut!

Perpustakaanku berukuran 30 meter persegi. Di dalamnya terdapat beberapa kelompok buku.


Kelompok buku tersebut adalah fiksi, nonfiksi, pengetahuan umum, dan referensi. Setiap hari
pengunjung perpustakaanku rata-rata 50 orang. Jumlah pengunjung yang begitu banyak bisa
dilayani oleh satu orang pustakawan.
Pertanyaan yang jawabannya terdapat dalam paragraf tersebut adalah . . . .

A . Berapa rata-rata pengunjung perpustakaan setiap harinya?


B. Berapa panjang dan lebar perpustakaan tersebut?
C . Berapa banyak jumlah buku fiksi dan nonfiksi?
D. Berapa banyak petugas perpustakaan yang melayani pengunjung?

Kutipan ini soal untuk no. 3- 5. Bacalah teks hasil observasi!

Prestasi belajar siswa yang mendapat perhatian dari orangtua lebih baik dibandingkan dengan
prestasi siswa yang kurang mendapat perhatian dari orangtua.

Peranan perhatian orang tua dalam lingkungan keluarga yang penting adalah memberi
pengalaman pertama  pada masa anak-anak. Hal ini dikarenakan pengalaman pertama merupakan
faktor penting dalam perkembangan pribadi dan menjamin kehidupan emosional anak. Siswa
yang mendapat perhatian baik dari orangtuanya mendapat prestasi belajar lebih baik dibanding
siswa yang kurang mendapat perhatian orangtua.

1. Bagian difinisi umum pada kutipan laporan observasi di atas adalah…


1. Kalimat pertama
2. Kalimat ketiga
3. Kalimat keempat
4. Kalimat kedua

1. Bagian deskripsi pada kutipan laporan observasi di atas adalah…


2. Kalimat pertama
3. Kalimat kedua
4. Kalimat ketiga
1. Kalimat keempat
5. Bagian penutup pada kutipan laporan observasi di atas adalah…
6. Kalimat  pertama
7. Kalimat ketiga
8. Kalimat kedua
9. Kalimat keempat

1. Bacalah kutipan di bawah ini!

Untuk melihat semua kebudayaan daerah Indonesia kalian tidak perlu menyusuri Nusantara Di
TMII semua kebudayaan  daerah Indonesia ditampilkan.  Untuk itulah, penulis melakukan
perjalanan wisata ke TMII.

Kalimat di atas merupakan kutipan …

1. Definisi umum
2. Deskripsi bagian
3. Penutup
4. Kesimpulan

1. Kalimat berikut yang menggunakan adjektiva adalah….


1. Gerombolan penyamun yang ditakuti di pantai initelah ditangkapi petugas.
2. Maestro karawitan itu meninggal kemarin.
3. Karyawan restoran tersebut ramah dan rajin.
4. Petugas apotek Laras terampil dalam melayani setiap resep dokter.

1. Kalimat berikut yang mengandung kata kerja aksi adalah ….


1. Tsunami selalu membawa kerusakan besar bagi manusia.
1. Kerusakan yang terbesar disebabkan oleh gelombang besar yang membanjir
daratan
2. Gelombang ini ketika mengenai pemukiman manusia akan menyeret apa saja
yang dilaluinya.
3.  Selain itu, lumpur yang ikut terseret gelombang tsunami menyebabkan manusia
menjadi sulit untuk menyelamatkan diri dengan cepat.
1. Kalimat berikut yang mengandung istilah teknis
2. Manusia  membutuhkan tempat tinggal yang disebut rumah
3. Dalam memenuhi kebutuhan air,ia membuat sumur
4. Petani di Indonesia masih mengandalkan irigrasi tadah hujan
5. Petani  membutuhkan air untuk berladang

1. Bacalah kutipan di bawah ini!

Harimau mudah menyesuaikan dengan lingkungan baru. Harimau dapat hidup di hutan, padang
rumput, dan daerah payau atau hutan bakau. Di Indonesia harimau dapat ditemukan di hutan dan
hutan bakau di Pulau Sumatera dan Jawa.

Kalimat utama paragraf di atas adalah…

1. Di Indonesia harimau dapat ditemukan di hutan.


2. Harimau dapat hidup di hutan, padang rumput, dan daerah payau.
3. Harimau dapat ditemukan di daerah payau atau hutan bakau.
4. Harimau mudah menyesuaikan dengan lingkungan baru.

Persona Makna
Tunggal Jamak
Netral Eksklusif Inklusif
Pertama saya, aku, -ku kami kita
Kedua engkau, kamu, kalian, kamu, anda
anda, dikau, sekalian, kamu
-mu sekalian
Ketiga dia, ia,
beliau,-nya

Pembahasan Nomina dan Pronomina

 Pertemuan kedua Morfologi Lanjut tanggal 1 Februari 2012


Nomina
                Nomina adalah kata yang merujuk pada nama seseorang, tempat, atau semua benda
dan segala yang dibendakan. Bagian-bagian nomina:
1.      Nomina Konkret
Adalah kata benda untuk benda yang nyata, dapat dikenal dan dilihat oleh panca indera.
Contoh: buku, air, garam, meja, kursi dan lain-lain.
2.      Nomina Abstrak
Adalah kata benda untuk benda yang menyatakan hal yang dapat dikenal dengan pemikiran atau
tidak nyata yang tidak dapat diamati oleh panca indera
Contoh: benci, cinta, cemburu dan lain-lain.
3.      Nomina Khusus
Adalah kata benda yang tidak berlaku untuk umum, dan hanya mewakili suatu secara khusus.
Contoh: Pekanbaru atau Dika.
4.      Nomina Umum
Adalah kata benda yang berlaku untuk umum dan menerangkan secara keseluruhan atau umum.
Contoh: kota atau orang
5.      Nomina Turunan
Adalah nomina yang diturunkan melalui proses afiksasi, perulangan, atau pemajemukan.

Pronomina
                Pronomina adalah kata yang dipakai untuk menggantikan orang atau benda. Bagian-
bagian pronomina:
1.       Pronomia Persona Tunggal
Pronomina persona tunggal dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1.       Pronomina pertama tunggal
Adalah kata ganti orang pertama tunggal.
Contoh: saya, aku
2.       Pronomina kedua tunggal
Adalah kata ganti orang kedua tunggal.
Contoh: kamu, engkau

3.       Pronomina ketiga tunggal


Adalah kata ganti orang ketiga tunggal.
Contoh: dia/ia, beliau

2.       Pronomina Persona Jamak


Pronomina persona jamak dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1.       Pronomina pertama jamak
Adalah kata ganti orang pertama jamak.
Contoh: kami, kita
2.       Pronomina kedua jamak
Adalah kata ganti orang kedua jamak.
Contoh: kalian
3.       Pronomina ketiga jamak
Contoh: mereka

Contoh Pronomina dalam Bahasa Daerah Minang:


No. Bahasa Indonesia Bahasa Daerah (Minang)
(Tunggal)
1. Saya, aku Aden, ambo
2. Kamu, engkau Waang
3. Dia/ia, beliau Inyo
Bahasa Indonesia Bahasa Daerah (Melayu)
(Jamak)
1. Kami, kita Awak
2. Kalian Kalian
3. Mereka Mereka
Diposkan oleh Asih Angreani di 06.07
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke
kata benda = meja , kursi , buku
kata sifat = keras , kasar , halus
kata kerja = berpikir , menulis , membaca
kata keterangan = pada sore hari , jam 05.00 , d taman dekat sekolah

Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI (Kamus
Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang
merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa. Dari
segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian terkecil dari
kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang memiliki makna dan
tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil.

7 Kelas Kata

Kata Benda (Nomina)


Kata benda (nomina) adalah kata-kata yang merujuk pada bentuk suatu benda, bentuk benda itu
sendiri dapat bersifat abstrak ataupun konkret.dalam bahasa Indonesia kata benda (nomina)
terdiri dari beberapa jenis, sedangkan dari proses pembentukannya kata benda terdiri dari 2 jenis,
yaitu :

1. Kata Benda (Nomina) Dasar: Kata benda dasar atau nomina dasar ialah kata-kata yang yang
secara konkret menunjukkan identitas suatu benda, sehingga kata ini sudah tidak bisa lagi
diuraikan ke bentuk lainnya. Contoh : buku, meja, kursi, radio, dll.
2. Kata Benda (Nomina) Turunan: Nomina turunan atau kata benda turunan ialah jenis kata benda
yang terbentuk karena proses afiksasi sebuah kata dengan kata atau afiks. Proses pembentukan
ini terdiri dari beberapa bentuk, yaitu :
1. Verba + (-an) contoh: Makanan.
2. (Pe-) + Verba contoh: Pelukis.
3. (Pe-) + Adjektiva contoh: Pemarah, Pembohong.
4. (Per-) + Nomina + (-an) contoh: Perbudakan.

Kata Kerja (Verba)


Kata kerja atau verba adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan. Kata kerja dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Kata Kerja Transitif: Kata kerja transitif merupakan kata kerja yang selalu diikuti oleh unsur
subjek, contoh : membeli, membunuh memotong, dll. Dilihat dari segi bentuknya kata kerja
transitif dapat dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu: Kata kerja transitif berimbuhan dan kata kerja
transitif tak berimbuhan.
2. Kata Kerja Intransitif: Kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak memerlukan pelengkap.
Seperti kata tidur untuk contoh kalimat berikut: saya tidur, pada kalimat tersebut kata tidur yang
berposisi sebagai predikat (P) tidak lagi diminta menerangkan untuk memperjelas kalimatnya,
karena kalimat itu sudah jelas.

Di dalam Bahasa Indonesia ada 2 dasar dalam pembentukan verba, yaitu dasar yang tanpa afiks
tetapi telah mandiri karena telah memiliki makna, dan bentuk dasar yang berafiks atau turunan.
dari bentuk verba ini dapat dibedakan menjadi :

1. Verba Dasar Bebas: ialah verba yang beruba morfem dasar bebas, misalnya: duduk, makan,
mandi, minum, dll.
2. Verba Turunan: ialah verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau
berupa paduan leksem.

Beberapa bentuk verba turunan :

1. Verba berafiks : berbuat, terpikirkan, dll.


2. Verba bereduplikasi : bangun-bangun, ingat-ingat, dll.
3. Verba berproses gabungan : bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, dll.
4. Verba majemuk : cuci mata, cuci tangan, dll.

Kata Sifat (Adjektifa)


Kata sifat ialah kelompok kata yang mampu menjelaskan atau mengubah kata benda atau kata
ganti menjadi lebih spesifik. Karena kata sifat mampu menerangkan kuantitas dan kualitas dari
kelompok kelas kata benda atau kata ganti.

Ciri-ciri Kata Sifat

1. Kata sifat terbentuk karena adanya penambahan imbuhan ter- yang mengandung makna paling.
2. Kata sifat dapat diterangkan atau didahului dengan kata lebih, agak, paling, sangat & cukup.
3. Kata sifat juga dapat diperluas dengan proses pembentukan seperti ini : se- + redupliasi
(pengulangan kata) + -nya, contoh : sehebat-hebatnya, setinggi-tingginya, dll.

Beberapa Proses Pembentukan Kata Sifat

1. Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar, misalnya: kuat, lemah, rajin, malas, dll.
2. Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian, misalnya: terjelek, terindah, terbodoh, dll.
3. Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang, misalnya: gelap-gulita, pontang-panting, dll:
4. Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan, misalnya: legal, kreatif, dll.
5. Kata sifat yang terbentuk dari kata atau kelompok kata, misalnya: lapang dada, keras kepala,baik
hati, dll.

Kata Ganti (Pronomina)


Kelompok kata ini dipakai untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan. Kelompok
kata ini dapat dibedakan menjadi 6 bentuk, yaitu:

1. Kata Ganti Orang: ialah jenis kata yang menggantikan nomina. Kata ganti orang dapat dibedakan
lagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:
1. Kata ganti orang pertama tunggal, misal: aku, saya.
2. Kata ganti orang pertama jamak, misal: kami, kita.
3. Kata ganti orang kedua tunggal, misal: kamu.
4. Kata ganti orang kedua jamak, misal: kamu, kalian, Anda, kau/engkau.
5. Kata ganti orang ketiga tunggal, misal: dia, ia.
6. Kata ganti orang ketiga jamak, misal: mereka, beliau.
2. Kata Ganti Kepemilikan: ialah kata ganti yang dipakai untuk menyatakan kepemilikan, misal:
“buku kamu/bukumu”, “buku aku/bukuku”, “buku dia/bukunya”,dsb.
3. Kata Ganti Penunjuk: ialah kata ganti yang dipakai untuk menunjuk suatu tempat atau benda
yang letaknya dekat ataupun jauh, misal: “di sini”, “di sana”, “ini”, “itu”, dsb.
4. Kata Ganti Penghubung: ialah kata ganti yang digunakan untuk menghubungkan anak kalimat
dan induk kalimat kata yang dipakai yaitu: “yang”, “tempat”,”waktu”.
5. Kata Ganti Tanya: ialah kata ganti yang dipakai untuk meminta informasi mengenai sesuatu hal,
kata Tanya yang dimaksud ialah “apa”, “siapa”, “mana”.
6. Kata Ganti Tak Tentu: ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau menggantikan
suatu benda atau orang yang jumlahnya tak menentu (banyak), misal: masing-masing, sesuatu,
para, dsb.

Kata Keterangan (Adverbia)


Kata keterangan adalah jenis kata yang memberikan keterangan pada kata kerja, kata sifat, dan
kata bilangan bahkan mampu memberikan keterangan pada seluruh kalimat. Kata keterangan
dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Kata Keterangan Tempat: ialah jenis kata yang memberikan informasi mengenai suatu lokasi,
misal: di sini, di situ, dll.
2. Kata Keterangan Waktu: ialah jenis keterangan yng menginformasikan berlangsungnya sesuatu
dalam waktu tertentu, misal: sekarang, nanti, lusa, dll
3. Kata Keterangan Alat: ialah jenis kata yang menjelaskan dengan cara apa sesuatu itu dilakukan
ataupun berlangsung, misal: “dengan tongkat”, “dengan motor”, dll.
4. Kata Keterangan Syarat: ialah kata keterangan yang dapat menerangkan terjadinya suatu proses
dengan adanya syarat-syarat tertentu, misal: jikalau, seandainya, dll.
5. Kata Keterangan Sebab: ialah jenis kata yang memberikan keterangan mengapa sesuatu itu
dapat terjadi, misal; sebab, karena, dsb.

Kata Bilangan (Numeralia)


Kata bilangan ialah jenis kelompok kata yang menyatakan jumlah, kumpulan, urutan sesuatu
yang dibendakan. Kata bilangan juga dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Kata bilangan tentu, contoh: satu, dua, tiga, dst.


2. Kata bilangan tak tentu, contoh: semua, beberapa, seluruh, dll.
3. Kata bilangan pisahan, contoh: setiap, masing-masing, tiap-tiap.
4. Kata bilangan himpunan, contoh: berpuluh-puluh, berjuta-juta.
5. Kata bilangan pecahan, contoh: separuh setengah, sebagian, dll.
6. Kata bilangan ordinal/giliran, contoh: pertama, kedua, ketiga, dst.

Kata Tugas
Kata tugas ialah kata yang memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Kata tugas
juga memiliki fungsi sebagai perubah kalimat yang minim hingga menjadi kalimat transformasi.
Dari segi bentuk umumnya, kata-kata tugas sukar mengalami perubahan bentuk. Kata-kata
seperti : dengan, telah, dan, tetapi dan sebagainya tidak bisa mengalami perubahan. Tapi, ada
sebagian yang bisa mengalami perubahan golongan kata ini jumlahnya sangat terbatas, misalnya:
tidak, sudah kedua kata itu dapat mengalami perubahan menjadi menidakkan & menyudahkan.

Ciri-ciri Kata Tugas

Ciri dari kata tugas ialah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasar untuk membentuk
kata lain. Jika verba datang dapat diturunkan menjadi mendatangi, mendatangkan &
kedatangan. Bentuk-bentuk seperti menyebabkan dan menyampaikan tidak diturunkan dari kata
tugas sebab & sampai tetapi dari nomina sebab dan verba sampai yang membentuknya sama tapi
kategorinya berbeda.

Jenis-jenis Kata Tugas

 Preposisi (kata depan): ialah jenis kata yang terdapat di depan nomina (kata benda), misalnya :
dari, ke & di. Ketiga kata depan ini dipakai untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan
tempat atau sesuatu yang dianggap tempat. Contoh : Di Jakarta, di rumah, ke pasar, dari kantor.
 Konjungsi (kata sambung): ialah jenis kata yang dapat menggabungkan 2 satuan bahasa yang
sederajat, misalnya : dan, atau & serta. Jenis kata tugas yang mampu menghubungkan kata
dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Konjungsi (kata sambung) dapat
dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Konjungsi Koordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 unsur atau lebih yang sama
pentingnya, atau memiliki status yang sama contoh: dan, atau & serta.
2. Konjungsi korelatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 kata, frasa atau klausa yang
memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif rerdiri atas dua bagian yang dipisahkan
oleh satu frasa, kata atau klausa yang dihubungkan oleh : baik .... maupun, tidak .... tetapi.
3. Konjungsi Antarkalimat: yaitu konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang
lainnya. Konjungsi jenis ini selalu membuat kalimat baru, tentu saja dengan huruf kapital di awal
kalimat. Contoh : Biapun begitu, akan tetapi ....
4. Konjungsi Subordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 klausa atau lebih dan klausa itu
merupakan anak kalimat. Konjungsi ini terbagi lagi menjadi 12 kelompok, yaitu:
1. Konjungsi subordinatif waktu : sejak, semenjak, sedari, sewaktu.
2. Konjungsi subordinatif syarat : jika, jikalau, bila, kalau.
3. Konjungsi subordinatif pengandaian : seandainya, seumpama.
4. Konjungsi subordinatif konsesif : biarpun, sekalipun.
5. Konjungsi subordinatif pembandingan : seakan-akan, seperti.
6. Konjungsi subordinatif sebab : sebab, karena, oleh sebab.
7. Konjungsi subordinatif hasil : sehingga, sampai.
8. Konjungsi subordinatif alat : dengan, tanpa.
9. Konjungsi subordinatif cara : dengan, tanpa.
10. Konjungsi subordinatif komplementasi : bahwa.
11. Konjungsi subodinatif atribut : yang
12. Konjungsi subordinatif perbandingan : sama ... dengan, lebih ... dari.

 Artikula (kata sandang): ialah jenis kata yang mendampingi kata benda atau yang membatasi
makna jumlah orang atau benda. Kata sandang tidak mengandung suatu arti tapi memiliki
fungsi. Fungsi kata sandang sendiri ialah untuk menentukan kata benda, mensubstansikan suatu
kata yang besar, yang jangkung, dan lain-lain. Kata-kata sandang umum yang terdapat dalam
Bahasa Indonesia ialah yang, itu, -nya, si, sang, hang, dang. Kata-kata sandang seperti sang,
hang, dang banyak ditemui dalam kesusastraan lama, sekarang sudah tidak terpakai lagi
terkecuali kata sandang sang. Kata sandang sang terkadang masih dipergunakan untuk
mengagungkan atau untuk menyatakan ejekan maupun ironi. Dalam Bahasa Indonesia terdapat
beberapa kelompok artikula, yaitu:

1. Artikula yang bersifat gelar ialah artikula yang bertalian dengan orang yang dianggap
bermartabat. Berikut ini jenis artikula yang bersifat gelar : sang, hang, dang, sri.
2. Artikula yang mengacu ke makna kelompok / makna korelatif ialah kata para. Karena
artikula ini bermakna ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak dinyatakan
dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru sebagai kesatuan
bentuk yang dipakai ialah para guru bukan para guru-guru.
3. Artikula yang menominalkan. Artikula si yang menominalkan dapat mengacu ke makna
tunggal atau genetik, tergantung pada konteks kalimat.

 Interjeksi (kata seru): ialah kata yang mengungungkapkan perasaan. Macam-macam kata seru
yang masih dipakai hingga sekarang ialah :

1. Kata seru asli, yaitu : ah, wah, yah, hai, o, oh, nah, dll.
2. Kata seru yang berasal dari kata-kata biasa, artinya kata seru yang berasal dari kata-kata benda
atau kata-kata lain yang digunakan, contoh : celaka, masa', kasihan, dll.
3. kata seru yang berasal dari beberapa ungkapan, baik yang berasal dari ungkapan Indonesia
maupun yang berasal dari ungkapan asing, yaitu : ya ampun, demi Allah, Insya Allah, dll.

 Partikel Penegas: ialah kategori yang meliputi kata yang tidak tunduk pada perubahan bentuk
dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam partikel penegas,
yaitu: -lah, -kah, -tah & pun.

Kategori:

 Bahasa Indonesia

Menu navigasi
 Buat akun baru
 Masuk

Anda mungkin juga menyukai