Anda di halaman 1dari 2

G.W.

Di sebuah ruang tunggu, aktor duduk di deretan depan, beberapa pasien di belakang,
ada yang menangis saja, marah marah ada yang khutbah, senyap seketika saat gelas
jatuh.

Beruntungnya saya adalah aktor, hingga bisa berpura pura jadi apa saja, seperti jadi
dokter yang bisa menyuntik siapa saja yang sakit, atau insiyur yang membuat
bangunan apa saja, jadi youtuber nah itu agak berat yahh, ruh ku entah dimana dia ga
mau menyatu dengan badan ini ketika ia menolak hari esok... aktor keren itu bisa
membuat lawan main jadi tangguh, nah yang dibelakang saya ini adalah aktor-aktor
tangguh, karena kadang mereka mengisi kehampaan saya dalam menjalani hidup
saya, haiii hallo apakah saya berakting?

Orang- orang dibelakang tepuk tangan

Kalian tau begitu terpuruknya saya... main saja belum,... sudah ditepuk tangani...

Koor: lemahh!!, katanya aktor hebat... bunga puja puji kau makan setiap bicara...tapi
oh kau tak renyah

Sssttttttt, ini monolog... nanti saya susah menjelaskan, apakah ini one man play, one
man show atau deramaaaaa... ssttt tolong diam.

Saudara saudara, Saya menghindari pelanggaran karena saya belum tau rambu
sebenarnya, pun kalau tahu belum tentu saya taati, hidup bukan tentang simpel,
tentang mudah hidup itu ketika aku merasa sadar dan ada, beberapa tahun kebelakang
orang bilang saya sakit, lupa tak ingat meracau tak menyambung, sementara dalam
pikir saat itu mereka kena racun kausalitas sebab akibat, hidup itu kadang acak, dunia
ini ada yang bersifat random... tau tau atau tiba tiba saya sakit begitulah.

Sampai saat ini saya selalu berkeyakinan teater yang memilih kita bukan kita yang
memilih teater, sejujurnya saya takut teater yang saya yakini menjadi barang langka
mati ditinggalkan penontonnya... bukan, bukan kalian yang salah... mungkin aku yang
tak bisa... aku pikir aku jadi aktor saat aku enak tertawa, saat aku lantang berteriak
atau menjerit drama agung telah dimainkan... ternyata... drama itu, saat penonton
tertawa atau menangis, ahhh get will soon “cepat sembuh” buat diri saya sendiri,
selalu merasa perlu untuk mencari sesuatu ‘diluar’ dirinya ‘menangkap’ momen dan
mengembalikan lagi kedalam guna mengisi kembali kehampaan eksistensinya
sayangnya baru sampai mencari belum menemukan, keseimbangan. Diantara sakit
dan sehat diantara hujan dan reda begitulah akhirnya saya memainkan gws tanpa mau
terlibat dalam naskah tersebut, saya takut dengan petatah petitih yang dimainkan
menjadi sangat semu palsu.
Saya biarkan tangan yang memang tangan saya memberi atau menerima apa yang
dimaui hati, tak sampai dan malu ngomongin moralitas, saya hanya ingin menonton
dan berdamai dengan penonton lain untuk bertoleransi pada peristiwa kesenian
bukankah itu yang dinamai pertemanan, mau memaklumi tapi tidak untuk dimaklumi,
apa yang telah diajari teater selama ini?, hingga berdiri saja sulit? Tubuh natural tubuh
budaya!, kita tak punya?! Kami perlu keluar dari diri, keluar dari keluarga, keluar dari
bumi sampai lelah sampai terhempas kembali ke awal.. kenapa harus keluar?, kenapa
tidak kedalam? Ya kembali ke tanah, bunga hidup dari tanah, putik tumbuh keatas
jatuh kebawah bukan kanan dan kiri, bukan salah dan benar bukan, bukan kalau
bukan semua yang dirasa kita perlu keseimbangan, kita perlu bahagia, bahkan
matipun harus bahagia, sayangnya bahagia tidak diperjualbelikan... cepat sembuh aku
kamu kami dan mereka

Saudara- saudara... pernah sakit?, konon rasa sakit adalah obat yang paling manjur
untuk menyembuhkan semacam keram yang didapat hari ini menjelma imun bagi
tungkai kaki berjalan diatas bara api esok hari. Orang bijak bersabda bahwa suka cita
bertahan selalu lebih sebentar sehingga dia selalu jadi nomer dua dalam pemilihan
kata kata sakti yang kita pepalkan dalam sajak sajak senja, lalu dimana letak syukur
pada semesta yang sementara di semesta ini, jika derita lebih bermartabat ketimbang
tawa kenapa kita mesti pergi mencari bahagia?

Sebulan yang lalu saya pergi ke orang pinter, benar saya bodoh...saya tanya dukun itu,
kenapa saya pikun?, dikasihlah saya obat sebesar biji tomat, kecil dan rapuh.. 500 ribu
katanya... apaaa?, setengah juta??, bukan , 500 ribu... iyaaa terbuat dari apa obat ini
hingga berharga setengah juta kataku agak berteriak, karena kaget dia bilang bukan
setengah juta tapi 500 ribu... oh... coba dulu satu rasakan kasiatnya, kalau enggak
mempan meredakan sakitmu,, uang kembali ucapnya... mana air mana air (ia ke
belakang ngambil air, diasongkan sama pasien lainyang hampir bicara), sstttt jangan
dialog (dia lalu menenggak air dan meminum obat) mata nya merem melek nafasnya
panjang panjang... gimana sembuh reda sakitnya?? Kata dukun itu... aku pukul
kepalaku... dukun itu memiting kakiku aku ambruk dan menjerit sakit...
ampunnnnnn...gimana kepalanya udah gak sakit kan... kata dukun itu... aku bersungut
sambil melempar uang dan pergi.

Saudara saudara aku kembali diruang tunggu ini untuk memastikan... apakah aku
aktor atau bukan... setelah tau mungkin aku bisa sembuh...
Seseorang memanggil namanya: hendriiii
Doakan saya saudara saudara, saya rasa doa adalah obat paling mujarab

Ab asmarandana
Agustus 2019

Anda mungkin juga menyukai