Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN

JENIS-JENIS SKALA PENGUKURAN DAN TEKNIK PENGUMPULAN


DATA

DOSEN PENGAMPU:

DWI AGUS KURNIAWAN, S.Pd, M.Pd.

Drs. MAISON M.Si. Ph.D

KELOMPOK 5:

1. WINDA ANANDA (A1C318039)

2. ALVIN PERMANDA (A1C318041)

3. SHELLA MARYANI (A1C318065)

4. TIARA SANDARI M (A1C318068)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITASJAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada allah swt. Yang telah memberikan
banyak nikmat, taufik dan hidayah. sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “ Jenis-Jenis Skala Pengukuran Dan Teknik Pengumpulan Data”
dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.
Makalah ini telah kami selesaikan berkat kerja sama dan bantuan dari
berbagai pihak. oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada
segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian
makalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa
masih kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa,
susunan kalimat, maupun isi. oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati, kami
selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun daripembaca.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
menambah khazanah ilmu pengetahun dan memberikan manfaatnyata.
Jambi, 02 September 2020

Penulis

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Kajian Teori.................................................................................................................3
2.1.1 Jenis – Jenis Skala Pengukuran.............................................................................3
2.1.1.1 Skala Likert....................................................................................................4
2.1.1.2 Skala Guttman................................................................................................9
2.1.1.3 Skala Borgadus.............................................................................................12
2.1.1.4 Skala Thurstone............................................................................................13
2.1.1.5 Skala Sosiometrik.........................................................................................16
2.1.1.6 Skala Perbedaan Semantik (Sematic Differensial)........................................17
2.1.1.7 Skala Penilaian (Rating Scales)....................................................................18
2.1.1.8 Skala Ranking..............................................................................................20
2.1.2 Teknik Pengumpulan Data..................................................................................20
2.1.2.1 Obseravasi....................................................................................................20
2.1.2.2 Wawancara...................................................................................................26
2.1.2.3 Angket..........................................................................................................30
2.1.2.4 Dokumentasi.................................................................................................31
2.2 Analisis Kritis............................................................................................................33
2.2.1 Jenis-Jenis Skala Pengukuran..............................................................................33
2.2.2 Teknik Pengumpulan Data..................................................................................33
BAB III............................................................................................................................35
PENUTUP.......................................................................................................................35
3.1 Kesimpulan................................................................................................................35
3.2 Saran..........................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hakekat penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek
yang mendorong penelitian untuk melakukan penelitian. Setiap orang
mempunyai motivasi yan berbeda, diantaranya dipengaruhi oleh tujuan dan
profesi masing- masing. Motivasi dan tujun penelitian secara umum pada
dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian merupakan refleksi dari keinginan
manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan penelitian, semakin
pesatnya dan berkembangnya penelitian ilmiah akan semakin meningkatkan
derajat kehidupan manusia.
Indikator keberhasilan sekolah dalam menjalankan programnya dilihat
dari kesesuaian proses dengan apa yang direncanakan, kesesuaian dalam
pencapaian tujuan, penggunaan dan pemanfaatan sumberdaya yang efektif dan
efisien, serta kemampuan dalam memberikan jaminan terhadap kesesuaian proses
dan pencapaian tujuan melalui satu mekanisme kendali yang harmonis dan
melekat utuh dalam sistem.
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data merupakan langkah yang
amat penting dalam metode ilmiah. Data yang dikumpulkan haruslah cukup
valid untuk digunakan. Validitas data dapat ditingkatkan jika alat pengukur serta
kualitas dari pengambilan data cukup valid. dapat dilakukan dalam berbagai
pengaturan, berbagai sumber dan berbagai cara.
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan factor penting
demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara
mengumpulkan

Hakekat penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek


yang mendorong penelitian untuk melakukan penelitian. Setiap orang
mempunyai motivasi yan berbeda, diantaranya dipengaruhi oleh tujuan dan
profesi masing- masing. Motivasi dan tujun penelitian secara umum pada
dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian merupakan refleksi dari keinginan

1
manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan penelitian, semakin
pesatnya dan berkembangnya penelitian ilmiah akan semakin meningkatkan
derajat kehidupan manusia.
Indikator keberhasilan sekolah dalam menjalankan programnya dilihat
dari kesesuaian proses dengan apa yang direncanakan, kesesuaian dalam
pencapaian tujuan, penggunaan dan pemanfaatan sumberdaya yang efektif dan
efisien, serta kemampuan dalam memberikan jaminan terhadap kesesuaian proses
dan pencapaian tujuan melalui satu mekanisme kendali yang harmonis dan
melekat utuh dalam sistem.
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data merupakan langkah yang
amat penting dalam metode ilmiah. Data yang dikumpulkan haruslah cukup
valid untuk digunakan. Validitas data dapat ditingkatkan jika alat pengukur serta
kualitas dari pengambilan data cukup valid. dapat dilakukan dalam berbagai
pengaturan, berbagai sumber dan berbagaicara.

Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan factor penting


demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara
mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Jenis
sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh
dari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak
langsung (data sekunder).
Ada berbagai macam metode pengumpulan data dalam penelitian
kualitatif. Ini termasuk observasi, analisis tekstual atau visual dari buku atau
video dan juga wawancara yang melibatkan satu responden atau sekelompok
responden. Namun metode yang paling sering digunakan adalah wawancara, baik
wawancara mendalam maupun diskusi kelompok terfokus. Mereka adalah dua
metode terpisah dalam penelitian kualitatif yang melibatkan serangkaian
wawancara yang dilakukan hingga titik jenuh tercapai.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah:
a. Dapat mengetahui apa saja jenis jenis skala pengukuran
b. Dapat menegetahui apa saja teknik pengumpulan data

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teori


According to Creswell (2012:19)Another similarity exists in the data
collection procedures. Both quantitative and qualitative data collection may
employ similar approaches, such as interviews or observa-tions. However,
quantitative approaches use more closed-ended approaches in which
theresearcher identifi es set response categories (e.g., strongly agree, strongly
disagree, and so forth), whereas qualitative approaches use more open-ended
approaches in which the inquirer asks general questions of participants, and the
participants shape the response possibilities (e.g., in an interview with a teacher,
a qualitative researcher might ask: What does professional development mean to
you

2.1.1 Jenis – Jenis Skala Pengukuran


According to Anderson (1998:127) Qualitative research is multi-method
in focus, involving an interpretive, naturalistic approach to its subject matter.
This means that qualitative researchers study things in their natural settings,
attempting to make sense of, or interpret, phenomena in terms of themeanings
people bring to them. Qualitative research involves the studied use and
collection of a variety of empirical materials—case study, personal experience,
introspective, life story, interview, observational, historical, interactional, and
visual texts— that describe routine and problematic moments and meanings in
individuals’lives.
Menurut Budiharto (2008:87) Skala penilaian adalah daftar yang memuat
ciri-ciri perilaku yang dicatat berdasarkan kriteria yang dibuat secara bertingkat
atau rangking. Misalnya, untuk menilai perilaku kesehatan gigi dengan skala
penilaian 1 sampai 5, dengan ketentuan nilai 1 lebih jelek dari 2 dan seterusnya,
sedang nilai 5 adalah nilai terbaik.
Skala penilaian ini dapat dibagi menjadi:

3
1. Skala penilaian yang menggunakan angka. Contohnya, skala penilaian

untuk mengukur perilaku kesehatangigi.

2. Skala penilaian yang menggunakan penjelasan atau deskripsi.


Contohnya, ibu dalam menjaga kesehatan gigi anakbalita.

3. Skala penilaian berbentuk garis. Contohnya, sikap mengenai


pemakaian protesa cekat.

2.1.1.1 Skala Likert


Menurut Kinner (1988) dalam buku Umar (2003: 98) Skala likert
berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap
sesuatu.Alternatif pernyataannya,misalnya adalah dari setuju dampai tidak
setuju,seanag sampai tidak senang,puas sampai tidak puas atau baik sampai tidak
baik.respondedn diminta mengisi pernyataan dalam skla interval berbentuk
verbal dalam jumlah kategori tertentu,bisa 5,7 dan seterusnya .
According to Azzara (2010:100) Likert scale use a seven digit scale and
can greatly improve the diffrentiationo scores. These seven point scale are

4
enchored at thebend points with descriptors and have no descriptive tables on
the reaming five points the scale. The advantages of seven-point scale are
important to consider when selecting for B to B questionnaire
Menurut Maryuliana (2016:2). Skala likert adalah skala pengukuran
Pengukuran yang dikembangkan oleh likert. Skla likert mempunyai empat atau
lebih butir-butir pertanyaan yang dikombinasikan sehingga membentuk sebuah
skor/nilai yang mempersentasikan sifat individu, misalkan pengetahuan,
sikap,dan perilaku. Dalam proses analisis data, komposit skor, biasa nya jumlah
atau rataan ,dari semua butir pertanyaan dapat digunakan.skala likert adalah
suatu skla psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner dan skala yang
paling banyak digunaka dalam riset berupa survey. Nama skala ini di ambil dari
nama rensis likert yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan
penggunaannya.
According to Joshi (2015:397) Likert scale was devise dinorder to
measure ‘attitude’ in a scientifically accepted and validated manner in 1932 An
attitude can be defined as preferential ways of behaving/reacting in a specific
circumstance rooted in relatively enduring organization of belief and ideas
(around an object, a subject or a concept) acquired through social interactions.
This is clear from this discourse mentioned above that thinking (cognition),
feeling (affective) and action (psychomotor) all together in various
combination/permutation constitute delivery of attitude in a specified condition.
The issue is how to quantify these subjective preferential thinking, feeling and
action in a validated and reliable manner: a help is offered by Likertscale
Menurut Likert dalam Budiaji (2013:128) Ada beberapa skala
pengukuran yang dapat digunakan dalam merancang skala pengukuran pada
penelitian perilaku misalnya skala thurstone, guttman, dan likert. Skala yang
paling mudah digunakan adalah skala likert. Skala likert menggunakan beberapa
butir pertanyaan untuk meng-ukur perilaku individu dengan merespon 5 titik
pilihan pada setiap butir perta-nyaan, sangat setuju, setuju, tidak memutuskan,
tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
According to Balasubramanian (2012:66) However, Likert scales
areanon‐ comparative scaling technique andareuni-dimensional (only measurea

5
single trait) in nature. Respondents are asked to indicate their level of
agreement with a given statement by way of anordinal scale. The Likert-
typescale is the most widely used method of scale construction because of its
relative ease of construction, its use of fewer statistical assumptions, and the fact
that, in contrast to other scaling techniques, no judges are required.
Menurut Retnawati (2015:158-159) Angket dengan Skala Likert biasanya
menyajikan pernyataan yang disertai dengan pilihan. Pilihan pada skala Likert
berupa frekuensi (selalu, sering, jarang, tidak pernah) atau persetujuan (sangat
setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju). Pilihan jawaban dengan
skala ini diskor secara berjenjang (ordinal). Instrumen model Likert ini relative
mudah membuatnya, dan responden juga mudah meresponnya. Namun
kelemahan dari instrumen ini adalah adanya kecenderungan responden untuk
mengisi instrument sesuai dengan harapan masyarakat (desireabilitybias)
Instrumen dengan skala ini merupakan bentuk yang sering digunakan peneliti
untuk melakukan pengukuran.
According to Harwel (2001) in journal Subedi (2016: 38) The practice of
employing statistical techniques with ordinal-level data appears to be common
in educational and psychological research. Issues such as control of Type I error
and subsequent interpretation problems can arise when ordinal data are
employed in statistical analyses that require interval scale variables .Such kinds
of challenges occur while using Likert type data. It is necessary to plow out the
entire problem whileusingLikerttypedataandalsonecessary to search the common
solution. For this, rigorous study of its development and uses is essential. Let me
provide permission to explore itsinception.
Menurut Bahru (2018) dalam jurnal Pranatawijaya (2019:129) Skala
Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap atau
pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena
sosial. Terdapat dua bentuk pertanyaan dalam skala likert, yaitu bentuk
pertanyaan positif untuk mengukur skala positif, dan bentuk pertanyaan negatif
untuk mengukur Skala negatif. Pertanyaan positif diberi skor 5, 4, 3, 2, dan 1;
sedangkan bentuk pertanyaan negatif diberi skor 1, 2, 3, 4, dan 5.

6
According to Mciver (1981:22) No scaling model has more
intuitiveappeal than the likert scale. Very generally,any scale obtained by
adding together the response of it is consitiuent items is refered to as a likert or
“summative” scale . Alternatively the term linear composite is used to design a
tesuch a scale. in briefest outline likert scaling may be described in the
following manner.
Menurut Syofian (2015:2) Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala
Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu
pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Biasanya
disediakan lima pilihan skala dengan format seperti:
1) Sangatsetuju
2) Setuju
3) Netral
4) Tidaksetuju
5) Sangat tidaksetuju
Menurut Usman (2009:65-66) Skala Likert dikembangkan oleh
Rensis Likert (1932) yang paling sering digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi responden terhadap sesuatu objek. Karena
pembuatannya relative mudah dan tingkat reliabilitasnya tinggi. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun pertanyaan atau pernyataan
dengan Skala Likert adalah sebagai berikut.
a) Bentuk standar Skala Likert adalah I sampai 5.
b) Sebaiknya, jumlah item dibuat berkisar 25 sampai 30 pertanyaan atau
pernyataan untuk mengukur sebuah variabel, sehingga reliabilitasnya
cenderung tinggi.
c) Buatlah item dalam bentuk positifdan negatifdalam proporsi yang
seimbang serta ditempatkan secara acak. Persyaratan Iainnya seperti
petunjuk-petunjuk menyusun angket.
Menurut Usman (2009:65-66) Skala Likert dikembangkan oleh
Rensis Likert (1932) yang paling sering digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi responden terhadap sesuatu objek. Karena
pembuatannya relatifmudah dan tingkat reliabilitasnya tinggi. Beberapa

7
hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun pertanyaan atau pernyataan
dengan Skala Likert adalah sebagai berikut.
a) Bentuk standar Skala Likert adalah I sampai 5.
b) Sebaiknya, jumlah item dibuat berkisar 25 sampai 30 pertanyaan atau
pernyataan untuk mengukur sebuah variabel, sehingga reliabilitasnya
cenderung tinggi.
c) Buatlah item dalam bentuk positifdan negatifdalam proporsi yang
seimbang serta ditempatkan secara acak. Persyaratan Iainnya seperti
petunjuk-petunjuk menyusun angket
Contoh 1
Petunjuk: Berilah tanda centang (d) pada kolom yang disediakan!
5- Sangat Setuju
4- Setuju
3- Ragu-Ragu
2- Tidak Setuju
1- Sangat Tidak Setuju

Pernyataan/pertanyaan 1 2 3 4 5
1. Pengawasan sdah berjalan dengan baik
2. Dan seterusnya
Variasi lain dari bentuk di ataş, angka-angka dalam kolom boleh
saja diganti dengan bunyi petunjuknya. Misalnya, untuk kolom I boleh
saja langsung dituliskan sangat tidak setuju, demikian seterusnya.
Contoh 2
Petunjuk: Berilah tanda silang (x) pada salah satujawaban yang paling
cocok menurut Anda!
Pengawasan sudah berjalan dengan baik
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju

8
2.1.1.2 Skala Guttman
Menurut Riyanto (2020:26) Skala guttman adalah bentuk skala
pengukurandalam bentuk pilihan ganda atau dalam bentuk cheklis. Skala
guttman menuntut jawaban yang tegas dari rersponden yang mengisinya.bentuk
jawaban dari skala guttman dapat berupa pilihan jawban benar atau salah,ya atau
tidak. Untuk jumlah pilihan jawaban dari skala guttman lebih baik menggunakan
dua pilihan, agar jawaban yang di berikan lebih tegas dan pasti.
According to Kline (2005:42) A Guttman scale is another way of
determining how the items are behaving in relation the one another/ in the early
history of experimental psychology,where psychophysical measure abounded,
guttman scaling mode some sense. In a guttman scale, stimuli are presented in
order of increasing extremenest. Knowing where the participants fallon the
extreme scale allows one to know what their Responses were to all of the items
not just to most extreme one.
Menurut Djali (2008:28) Skala guttman yaitu skala yang menginginkan
tipe jawaban tegas, seperti jawaban benar-salah, ya-tidak, pernah-tidak pernah,
positif- negatif, tinggi-rendah, baik-buruk, dan seterusnya. pada skala guttman
hanya ada dua interval yaitu setuju dan tidak setuju. Pengukuran skala guttman
billa orang yang melakukan pengukran menginginkan jawaban tegas atas
pertanyaan yang diajukan. Selain dapat dibuat dalam bentuk pertanyaan pilihan
ganda, skala guttman juga dapat dibuat dalam bentuk daftar ceklis.
Menurut Isnainy (2017:4) Skala guttman dikembangkan oleh Louis
Guttman. Skala ini memiliki ciri penting, yaitu merupakan skala kumulatif dan
skala ini digunakan untuk mengukur satu dimensi saja dari satu variable yang
multi dimensi, sehingga skala ini termasuk mempunyai sifat undimensional.
Jadi skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas
(tegas dan konsisten. Misalnya yakin-tidak yakin; ya – tidak; benar-salah; positif
– negative; pernah-belum pernah; setuju – tidak setuju; dan sebagainya.
Penelitian dengan menggunakan skala Guttman apabila ingin mendapatkan
jawaban jelas (tegas) dan konsisten terhadap suatu permasalahan yang
ditanyakan.
According To Vimalrajkumar (2016:196) Guttman scaling was
developed by Louis Guttman (1944,1950) . Guttman scaling is applied to a set

9
of binary questions answered by a set of subjects. This is otherwise called as
Scalogram analysis or Cumulative scale. This is the simplest technique and it is
used if the variable is unidimensional in nature. When the variable under study
hasmany dimensions the nitis divided into several unidimensional and
scalogram technique can be applied. A set pattern of response is usually
employed. Two point responseviz., Yesor Nootherwise Agree or Disagree is
expected. When there is variation in the expecte dpattern in the obtained
respons esthen that is being called as the‘Error’. Cornell Technique was
adopted to find out the error by following two rulesviz.
Menurut Gothwal ( 2009) dalam jurnal Yulianto (2020:40) Skala
Guttman memiliki kelebihan adalah bahwa dengan hanya melihat satu respons
dapat digunakan untuk memprediksi respons terhadap seluruh pernyataan pada
skala serta membuat kuesioner yang singkat dengan kemampuan diskriminasi
yang baik . Apabila pernyataan-pernyataan dalam skala dapat diletakkan dalam
suatu kontinum, maka aspek kumulatif terpenuhi. Dengan aspek kumulatif,
pernyataan- pernyataan skala dapat diurutkan berdasarkan skor total serta dapat
mengurutkan partisipan dimana partisipan yang setuju pada pernyataan ‘sulit’
akan juga setuju pada pernyataan-pernyataan yang ‘kurangsulit’.
According to Guttman (1954) to journal Uhlaner (2016:45) By contrast,
the scale produced by the Guttman scaling technique is an example of a
“cumulative” scale. Presumably, the items on such a scale measure only a
single dimension, and thus if the individual agrees with a given item he or she
will also agree with all the other items that representa less (or more)
extremeattitude
Menurut Dian (2018:175) Skala Guttman merupakan skala kumulatif
yang digunakan untuk mendapatkan jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan
konsisten Skala pengukuran digunakan sebagai acuan untuk menentukan
panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapatkan jawaban yang tegas.
diantaranya: „ya-tidak‟, „benar-salah‟,dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat
berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Skala Guttman selain

10
dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk
checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol. Misalnya
untuk jawaban ya diberi skor 1 dan tidak diberi skor 0.
According to Secaran in journal Aini (2018:48)The Guttman scale is a
cumulative scale. The Guttman scale measures only a dimension of a
multidimensional variable. The Guttman scale is also called the scalogram
scale which is very good for convincing researchers about the unity of
dimensions ofthe attitudes or traits studied, which are often called universal
attributes. On the Guttman scale there are several questions that are
hierarchically sorted to see a person's particular attitude. If someone states no
to certain attitude questions from a series of statements, he will state more than
nothing to the nextstatement
Menurut Triana (2013:185) Skala Guttman ialah skalapengukuran
dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas yaitu “ya-tidak”, “benar-salah”;
“pernah- tidak pernah”; “positif-negatif”; dan lain- lain. Data yang diperoleh
dapat berupa data interval atau rasio dikotomi (dua alternative) . Jadi kalau pada
skala Likert terdapat 3, 4, 5, 6, 7 interval, dari kata “sangatsetuju” sampai
“sangattidaksetuju”, maka pada dalam skala Guttman hanya ada dua interval
yaitu “setuju” atau “tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman
dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yangditanyakan.
Menurut Usman (2009:66-67) Skala Guttman skala ini dikembangkan
oleh Louis Guttman (1944). Skala ini disebut juga dengan istilah scalogram,
scale analysis, dan reproducibility. Skala ini sebenamya merupakan
pengembangan dari bentuk skala Borgadus. Karena skala Borgadus mempunyai
kelemahan adanya bias dalam mengisi. Hal ini disebabkan urutan pertanyaan
atau pernyataannya jelas dari sukar ke mudah, atau sebaliknya. Guttman
memperbaiki cara ini dengan penyusunan secara acak sehingga responden perlu
berhati-hati dalam mengisinya.
Contoh: Berilah tanda centang (4) pada salah satu pertanyaan
yangpaling disetujui

11
l. Bolehkah eks Tapol berpidato
2. di depan umum? Perlukah
3. eks Tapol yang dekat rumah
4. Anda dipindahkan?
Perlukah buku karangan
5 eks Tapol dibuang?
Perlukah eks Tapol yang
bekerja di kantor Anda
dipecat?
Perlukah eks Tapol dipindahkan
dari daerah Anda ke daerah
lainnya?

2.1.1.3 Skala Borgadus


Menurut Usman (2009:61-62) Skala Borgadus adalah salah satu
bentuk skala untuk mengukurjarak sosial yang dikembangkan oleh Emory
S. Borgadus. Jarak sosial ialah derajat pengertian atau keintiman yang
merupakan Ciri hubungan sosial secara umum, dengan kontinum sangat
intim, intim, netral, benci, dan sangat benci. Atau bentuk yang sejenis
kata-kata tersebut. Penyusunan pertanyaan harusjelas urutan kualitasnya.
Kualitas dapat dimulai dari yang rendah ke tinggi, atau sebaliknya.
Jawaban dari pertanyaan diberi skor menurut konsep yang dianut.
Misalnya, konsep yang dianut mendukung kesetujuan kita terhadap
sesuatu hal, maka semakin tinggi kualitas, semakin tinggi skornya. Dan
kualitas jawaban terendah diberi skor 1 , demikian sebaliknya.
Contoh
Petunjuk pengisian:
Berikut dapat dikembangkan lebih teliti lagi menurut kualitasnya. Asumsi
skala ini adalah setiap j arak sosial memiliki kontinum yang sama; tidak
ada skor nol, skor terendah sama dengan satu.
Uji reliabilitas Yang cocok ialah teknik test retest. Sedangkan uji
validitas menggunakan kelompok lainnya. Skala ini digunakan untuk

12
penelitian yang singkat waktunya dan tidak memerlukan tingkat presisi
yang tinggi.
Contoh
Petunjuk pengisian: berilah tanda centang (J) pada salah satu pertanyaan
pada kolom yang tersedia.
a. Maukah Anda menerima orang yang
lebih bodoh duduk disebelah anda?
b. Maukah Anda menerima orang
bodoh sebagai sahabat kental Anda?
c. Maukah Anda menerima orang
bodoh menasihati Anda?

2.1.1.4 Skala Thurstone


Menurut Djaali (2000:43) dalam jurnal Triana (2006:2) Skala thurstone
ialah skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval.
Setiap butir memiliki kunci skor dan jika diurut, kunci skor menghasilkan nilai
yang berjarak sama. Skala Thuerstone dibuat dalam bentuk sejumlah (40 – 50)
pernyataan yang relevan dengan variable yang hendak diukur kemudian
sejumlah ahli (20 – 40) orang menilai relevan pernyataan itu dengan konten
dankonstruk variable yang hendakdiukur.
Menurut Mawardi (2019:295) Skala Thurstone, menurut skala ini,
umumnya menerapkan metode perbandingan pasangan (paired comparison)
untuk mengukur sikap sieseorang. Namun ternyata prosedur ini tidak cocok jika
jumlah item bertambah banyak, sehingga ia kemudian mengembangkan metode
interval tampak-setara (equal-appearing interval method). Walaupun kedua
metode ini cenderung menghasilkan nilai skala yang mirip, namun Thurstone
mencatan lemahnya hubungan antara item dengan skala yang nilai yang terletak
diujung kontinum psikologis. Metode interval berurutan (successive interval
method) kemudian dikembangkan untuk mengatasi kelemahan tersebut. Sebegitu
jauh yang penting popular dan paling banyak digunakan adalah metode interval
tampak setara. Dalam praktek skala Thurstone ini jarang dipergunakan

13
mengingat prosedur penyusunannya amat memakan waktu dan tenaga. Di
samping itu karena item- itemnya harus dinilai terlebih dahulu oleh suatu “tim
ahli”, maka skala yang sudah tersusun dapat berubah dan perlu ditinjau kembali
dari waktu kewaktu, sebab penilaian para ahli sangat tergantung pada
pengetahuan mereka tentang konsep sikap yang hendak diuku
Menurut Lipovetsky (2004:93) Thurstone scaling is widely used for the
estimation of preferences among objects by the observed frequencies of their
paired comparisons [35–37]. This technique is applied in various fields of
applied psychology, including marketing and advertising research [6, 10, 13, 17,
38]. Statistical features of the Thurstone scale were considered by Daniels and
Mosteller [11,29], so this model is also known as the Thurstone–Mosteller–
Daniels (TMD) model. Additional modifications of this model have been made
as well [12,14,16,20,21,23, 26,30,32]. The positioning of items on a TMD scale
can be reduced to the averaging of the percentiles of the standard normal
distribution corresponding to the proportions of the respondents preferring one
item over each of theothers
According to Erwin (2001:50) Thurstone scales (Thurstone and Chave,
1929) are similar to Guttman scales in that respondents give a dichotomous
"agree disagree' or 'yes'/'no' response to each item. However, the Thurstone
scale differs from both the Likert and the Guttman scales in providing an
interval (or quasi- interval) scale. It is known as a differential scale, in that
respondents differentiate them selves by agreeing with only those items t
correspond approximately to their own attitude and disagreeing with those that
are more extreme in either direction (Moser and Kalton, 1971). Thurstone items
differ, therefore, from Likert items, which are designed so that a respondent who
disagrees with an item does so in one direction only (Procter, 1993a).
According to Sim (2000:255) One of Thurstone and Chave (1929) main
concerns was to estab lish an attitude scale in which the items were at equally
appearing intervals, from an extreme negative point through to an
extremepositive point. That is, that to the respondent each item appeared to be
anequalamount more positive than the previous item and an equal amount more
negative than the next item. Not unsurpris ingly, this method of attitude scaling

14
has been termed the method of equal appearing intervals. In appearance, a
typical Thurstone scale consists of a series of attitude statements, and the
respondent's task is simply to indicate agreement or agreement with each item.
According to Jhon (1981:21-22)Thurstone scaling represented a major
advancement in the scaling of psychological stimuli. Building on his Law of
Comparative Judgment, Thurstone introduced three methods of scaling paired
comparisons, successive intervals, and equal-appearing intervals. The
underlying logic and basic procedures involved in constructing a scale based on
the method of equal-appearing intervals have been discussed in this chapter.
While Thurstone scaling techniques were quite popular during the 1920s and
1930s, they are not employed widely today because of a number of limitations
discussed earlier. Both Likert and Guttman scaling methods overcome these
limitations of Thurstone scaling. Likert was especially interested in simplifying
the procedures for constructing attitude scales and in using intensity-scaled
responses for each item. Guttman, in turn, focused directly on the fundamental
problem of assessing the degree of unidimensionality found among a set of scale
items.
Menurut Usman (2009:63-64) Skala ThurstoneSkala ini
dikembangkan oleh Thurstonc pada tahun 1920-an, yang bertujuan untuk
mengurutkan responden berdasarkan ciri-ciri tertcntu. Prosedur menyusun
skala ini adalah sebagai bcrikut.
a) Peneliti mengumpulkan beratus-ratus pertanyaan yang relevan dengan
masalah.
b) Selanjutnya, pertanyaan yang beratus-ratus tacli diajukan kepada 50—
300 responden yang independen untuk memberikan pengelompokan
pertanyaan tadi.
c) Jumlah kelompok pertanyaan selalu ganjil, biasanya 5 sampai 9 dan
mempunyai nilai netral di tengahnya.
d) Pertanyaan yang nilainya menyebar dibuang, sedangkan nilai yang
hampir mendekati digunakan untuk membuat skala.
Prosedur di atas agak sulcar dilaksanakan peneliti dan memerlukan
waktu yang relatifbanyak, karena itu skala inijarang digunakan. Contoh dari

15
skala ini adalah sebagai berikut.
Petunjuk: Berilah tanda silang (x) pada hurufyang tersedia pada setiappertanyaan
atau pernyataan!
1 2 3 4 5 6 7 8 9 saya menyenangi cara berdagang orang cina
1 2 3 4 5 6 7 8 9 saya ingin mengetahui kelebihan –kelebihan
berdagang lainnya dari orang cina

2.1.1.5 Skala Sosiometrik


Menurut Usman (2009:661-62) Skala ini seperti halnya dengan
bentuk di ataş, yaitu untuk mengukur jarak hubungan sosial. Skala ini
dikembangkan oleh LI. Moreno & Helen H. Jennings. Skala ini lebih tepat
untuk mengukur penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu dalam
lingkungan atau kelompok tertentu. Misalnya, di lingkungan kantor,
sekolah, dan sebagainya.
Contohnya:
Di dalam perkumpulan organisasi yang anggotanya 15 orang akan
memilih pimpinan sebanyak tiga orang menurut ranking, dan hanıs dipilih
oleh seluruh anggotanya (15).
Kontinum skala j arak ialah nama anggota pilihan pertama, nama
anggota pilihan kedua, dan nama anggota pilihan ketiga. Setiap anggota
menuliskan tiga orang anggota lainnya yang dipilih. Kelima belas anggota
itli, misalnya A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, dan O.
Misalnya si A, memilih H calon penama, B calon kedua, dan C
calon ketiga, demikian seterusnya. Sehingga didapat matriks sosiometrik
seperti Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Matriks Sosiometrik
X A B C D E F G H I J K L M N O
A 2 3 1
B 1 3 2
C 1 2 3
D 3 1 2
E 3 2
F 2 1 3
G 3 2 1
H 3 1 2

16
I 3 2 1
J 1 2 3
K 3 1 2
L 2 1
M 1 3
N 2 1 3
O 2 3 1 1
Pilihan 2 1 1 5 2 1 1 2
pertam
a
Pilihan 1 2 2 2 3 1 1 2 1 2
kedua
Pilihan 2 1 2 1 1 1 2 3 1 1
ketiga
Total 2 4 4 3 2 3 8 1 5 6 1 1 1 5

2.1.1.6 Skala Perbedaan Semantik (Sematic Differensial)


Menurut Triana (2013:186) Skala pengukuran ini berbentuk semantic
differensial dikembangkan oleh Os good. Skala ini juga digunakan untuk
mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi
tersusun dalam satu garis kontinu yang jawaban “sangat positifnya” terletak
dibagian kanan garis, dan jawaban yang“ sangat negatifnya” terletak dibagian
kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan
biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/ karakteristik tertentu yang
dipunyai olehseseorang.
Menurut Usman (2009:67-68) Skala ini dikembangkan oleh
Charles Osgood dan Tannenbaum pada tahun 1957. Responden diminta
untuk memberikan penilaiannya terhadap suatu konsep atau objek tertentu.
Misalnya, kepemimpinan, sikap wiraswasta, keadaan iklim organisasi,
prosedur kerja, dan sebagainya. Skala ini terdiri atas tujuh kolom dengan
bipolar yang saling bertentangan, Untuk menghindarkan bias, maka polar
positifdan negatifdisusun secara acak. Sifat bipolar dapat ditentukan
melalui pengalaman pribadi atau meminta pendapat pakarnya.
Contoh:
Petunjuk: berilah centang pada kolom yang disediakan
Kerjasama di kantor saya

17
Bersahabat ............ Bermusuhan
....
Dingin ............ Hangat
....
Terbuka ............ Tertutup
....
Membosankan ............ Menyenangkan
....
Baik ............ Buruk
....
Intim ............ Renggang
....
Dan ............
seterusnya ....

2.1.1.7 Skala Penilaian (Rating Scales)


Menurut Djaali (2008:105-106) skala penilaian mengukur penampilan
atau perilaku orang lain oleh seseorang melalui pernyataan perilaku individu
padasuatu rentang kontinum atau suatu kategori yang bernama nilai. Rentang
atau kategori tersebut diberi nilai secara kontinu mulai dari yang tertinggi
sampai yang terendah Rentang ini bisa dalam bentuk huruf (A, B, C, D), angka
(4, 3, 2, 1), atau 10, 9, 8, 7, 6, 5. Sedangkan rentang kategori dapat berupa
tinggi, sedang, rendah, atau baik, sedang,kurang.
Menurut Triana (2013:186) Dari ketiga skala pengukuran seperti
yang telah dikemukakan, data yang diperoleh semuanya adalah data
kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan rating-scale data
mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam
pengertian kualitatif. Responden menjawab senang tau tidak senang, setuju
atau tidak setuju, pernah atau tidak pernah adalah merupakan data kualitatif.
Dalam skala model rating scale, responden tidak akan menjawab salah satu
dari jawaban kualitatif yang telah tersedia, tetapi menjawab salah satu
jawaban kuantitatif yang telah tersedia. Oleh karena itu ratingscale ini lebih
fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur
persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk

18
mengukur status social ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan
proses kegiatan dan lainnya.Yang penting bagi penyusun instrument dengan
rating scale adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan
pada alternative jawaban pada setiap item instrument.

Hal yang penting untuk diperhatikan dalam skala penilaian adalah


kriteria skala nilai, yaitu penjelasan operasional untuk setiap alternatif jawaban
(A, B, C, D). Adanya kriteria yang jelas untuk setiap alternatif jawaban akan
mempermudah pemberian penilaian dan terhindar dari subjektivitas penilai.
Dalam hal ini tugas penilai hanyalah memberi tanda cek (V) dalam kolom
rentang nilai Skala nilai dapat pula menggunakan kategori baik, sedang, dan
kurang atau dengan angka 4, 3, 2, 1 bergantung pada keinginan penilai. Skala
penilaian dapat menghasil kan data interval dalamb entuk skor nilai melalui
jumlah skor yang diperoleh dari instrumen tersebut. Dalam skala kategori,
penilai bisa membuat rentang yang lebih rinci misalnya baik sekali, baik,
sedang, kurang, dan kurang sekali. Ada satu model skala penilaian lain, yaitu
skala penilaian komparatif. Dalam skala ini penilai diminta melakukan penilaian
dengan cara membandingkan subjek yang dinilai dengan posisi orang lain yang
sejenis sebagai ukuran bandingan.
Menurut Usman (2009:62-63) Skala ini digunakan jika diyakinibahwa
responden mengetahui bidang yang dinilai.
Contoh : Skala Penilaian
Petunjuk : berilah tanda centang pada batas yang tersedia menurut pertanyaan
berikut
Bentuk ini dapat pula dibuat variasi lainnya sebagai berikut.
Petunjuk: Berilah tanda silang (x) pada salah satujawaban yang tersedia
sesuai dengan kenyataan yang Anda alami!
a. Membuat keputusan dan mengumumkannya.
b. Menjual keputusan.
c. Memberikan ide dan mengundang pertanyaan
d. Memberikan keputusan sementara yang dapat diubah.
e. Memberikan persoalan, meminta saran-saran, dan

19
f. membuat keputusan.
Menunuskan batas-batasnya/meminta pada kelompok
untuk membuat keputusan.
g. Mengizinkan bawahan untuk melakukan fungsi dalam
batas batas yang dirumuskan atasan.

2.1.1.8 Skala Ranking

Contoh :
Petunjuk : Isilah Pertanyaan tersebut dengan singkat!
Ijazah sekolah formal tertinggi yang dimiliki :……….
Golongan/Pangkat :…………
Contoh lainnya:
Petunjuk : Berilah angka 1 sampai 10pada masing-masing anggota organisasi
yang aktif berbicara dalam rapat dibawah ini:
A. …….
B. …….
C. …….
D. …….
… …….

2.1.2 Teknik Pengumpulan Data


Menurut Sodak (2008:674) Penelitian kualitatif deksriptif
berlandaskan paradigma konstruktivisme yang berpandangan bahwa
pengetahuan itu bukan hanya merupakan hasil pengalaman terhadap fakta,
tetapi juga merupakan hasil konstruksi pemikiran subjek yang diteliti.
Paradigma konstrukvis yaitu, yaitu paradigma yang hampir merupakan
anitesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam
menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Menurut Patton (1987),
para peneliti konstruktivis mempelejari beragam realita yang terkonstruksi
oleh individu dan implikasi dari konstruksi tersebut bagi kehidupan mereka
dengan yang lain. Dalam konstruktivis, setiap individu memiliki
pengalaman yang unik.

20
Menurut Suryana (2010:108) teknik dalam pengumpulan data, yang
lebih dipakai dalam penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan
analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrumen penelitian, dapat
menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan
penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak.
Menurut Kunjojo (2009:36) Pengumpulan data penelitian dapat pula
dilakukan dengan teknik non tes,yaitu dengan tidak memberikan soal-soal
atau tugas-tugas kepada subjekyang diperlukan datanya. Dalam teknik non
tes, data dari subjek penelitian dikumpulkan dengan :
a. wawancara;
b. kuesioner;
c. observasi;
d. pencatatan dokumen.

2.1.2.1 Wawancara
Menurut Lincoln dan Guba, (1985:266) Wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Maksud mengadakan wawancara, seperti
ditegaskan oleh Lincoln dan Guba, (1985:266) antara lain: mengkonstruksi
mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian
dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai
yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang
diharapakan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi,
mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik
manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan
memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan
anggota.
Menurut Sugiyono dalam Kurniangtyas (2012:69) Dalam observasi
partisipasi “peneliti terlibat dengankegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian”. Observasi
partisipasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengikuti pembelajaran
dalam setiap siklus, untuk memperoleh data seputar pelaksanaan
pembelajaran,penggunaan teknik pembelajaran, kesesuaiannya dengan

21
rencana pembelajaran yang telah dirancang, serta berbagai perilaku siswa
yang muncul selama pembelajaran melalui pengamatan.
Menurut Moleong dalam Nugroho (2019: 106) Pengertian
wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.
Menurut Pritandhari (2018:103) Wawancara adalah teknik
pengumpulan data dengan melakukan percakapan atau dialog antara dua
pihak, sehingga diperoleh keterangan yang lebih mendalam yang termasuk
dalam kategori in-depth interview dimana pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara testruktur.
According to Hofisi (2014:63) Structured interviews also have their
own strengths and weaknesses. Their strength is that they provide reliable
data forquantitative methodologies while many respondents may be
engaged efficiently. Structured interviews are very useful forformative
assessments and they allow standardization and replication while they are
quick and easy to create and cod and interpret and many respondents can
be engaged easily.
According to Alshenqeeti (2014:41) Reporting an interview is a
major step that eventually has to be done; however, the nature of the
reporting issomewhat decided by the nature of the interviewing (Bell,
1987). For instance, a structured interview, which may yield numerical
data, can be reported succinctly in tables and graphs, whilst an open-ended
interview which would yield word-based accounts may take up considerably
more space (ibid). Kvale suggests several elements of an interview report:
1. an introduction that includes the main themes and contents;
2. an outline of the methodology and methods (from designing to
interviewing, transcription and analysis);
3. the results (the data analysis, interpretation and verification); and
4. a discussion.

22
According to Koskei (2015: 109) A structured interview is sometimes
called a standardized interview. The same questions are asked of all
respondents. Corbetta (2003) states structured interviews are interviews in
which all respondents are asked the same questions with the same wording
and in the same sequence. It would be ideal if questions can be read out in
the same tone of voice so that the respondents would not be influenced by
the tone of the interviewer (Gray, 2004). Bryman (2001) explains structured
interview entails the administration of an interview schedule by an
interviewer. The aim is for all interviewees to be given exactly the same
context of questioning. This means that each respondent receives exactly
the same interview stimulus as any other. The goal of this style of interview
is to ensure those interviewees’ replies can be aggregated. Questions are
usually very specific and very often the interviewee a fixed range of
answers (this type of question is often called closed, closed ended, pre-
coded, or fixed choice).
According to Minhat (2015:212) In any kind of interview, it may
take a while to develop the right questions for getting precisely the kind of
data you are interested in (Patton & Cochran, 2000). Here are some
guidance proposed by Patton and Cochran (2000):
1. Start with a general question to orientate interview to the topic
2. Gauge the level at which you need to express yourself, the type of
language that you should use so the respondents understand you and
do not feel intimidated by complex vocabulary or patronised by a
simplistic one either
3. Use everyday vocabulary, don‟t use technical words or overly
complicated ones
4. Put more sensitive questions towards the end
5. Ask open questions, i.e. requiring more than „yes‟ or ‟no‟ in answer
6. Ask neutral questions. For example do not ask: „why haven‟t you had
your children immunized‟ but rather „how did you decide whether or
not to immunise your children‟?

23
7. 7. Use concrete rather than abstract questions. For example „think
about last time you were pregnant. What did you like about services
then?‟, rather than „what do you think about ante-natal services?‟
8. Use concrete events to help people remember – eg „After your last
child was born‟ or „the day of the earthquake‟ rather than „January
the 3rd‟
According to Sandy (2011:239) Interviews provide a useful way for
researchers to learn about the world of others, although real understanding
may sometimes be elusive. Even when the interviewer and the interviewee
seem to be speaking the same language, their words may have completely
different cultural meanings. Thus, communicating becomes more difficult
when people have different worldviews. However, done with care, a well-
planned interview approach can provide a rich set of data.
Menurut Usman (2008:55), Wawancara ialah tanya jawab lisan
antara dua orang atau lebih secara langsung. Pewawancara disebut
interviewer, sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewee.

Contoh Pedoman Wawancara:


PEDOMAN INTERVIEW

1. Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru


a. Menurut Bapak, apa pengertian kinerja guru?
b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja guru?
c. Strategi apa yang Bapak lakukan untuk meningkatkan kinerja guru?
d. Bagaimana pelaksanaan strategi yang Bapak rencanakan?
e. Bagaimana kinerja guru MTsN Aryojeding Tulungagung?
f. Apa yang anda lakukan ketika kinerja guru belum maksimal?
g. Apa yang yang anda lakukan ketika kinerja guru sudah maksimal?
h. Bagaimana kepala sekolah mengukur kinerja guru?
i. Bagaimana dengan pengiriman guru untuk mengikuti seminar! Seminarnya
seperti apa? Apakah tidak mengganggu tugas guru sebagai pengajar? Apa
dampaknya terhadap guru dan pendidikan di MTsN Aryojeding Rejotangan
tulungagung?

24
j. Siapa yang membentuk musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) di MTsN
Aryojeding Rejotangan Tulungagung?
k. Apa dan tanggung jawab Bapak?
a) Sebagai administrator pendidikan
b) Sebagai supervisor
c) Sebagai pemimpin pendidikan
2. Tentang kinerja guru
a. Bagaimana pengalaman selama menjadi guru MTsN Aryojeding Rejotangan
Tulungagung?
b. Apa saja syarat menjadi guru MTsN Aryojeding Rejotangan Tulungagung?
c. Menurut anda, bagaimana untuk menjadi guru yang baik?
d. Bagaimana hubungan interaksi anda dengan siswa dalam proses pembelajaran
maupun diluar pembelajaran?
e. Apakah profesi anda sesuai yang anda lakukan?
f. Usaha apa yang anda lakukan untuk meningkatkan kompetensi anda sebagai
guru?
g. Apakah kepala sekolah menuntut kinerja guru yang tinggi terhadap para guru?
h. Apakah Bapak atau Ibu selalu membuat persiapan sebelum mengajar?

2.1.2.1.1 Petunjuk Untuk Mengadakan Wawancara

Menurut Usman (2008:56), Beberapa petunjuk yang harus diperhatikan


dalam mengadakan wawancara adalah sebagai berikut:

1) Interviewer harus mengenalkan dirinya kepada interviewee, baik langsung


maupun tidak langsung serta menyampaikan maksud penelitian untuk
kemajuan ilmu dan kepentingan bersama, serta sekaligus meminta
kesediaan kapan waktu wawancara boleh dimulai.
2) Interviewer harus menciptakan hubungan baik dengan interviewee dengan
cara saling menghormati, kerja sama, mempercayai, memberi, dan
menerima.
3) Ciptakan suasana santai dan tidak tergesa-gesa dalam mengajukan
pertanyaan.
4) Interviewer hendaklah menjadi pendengar yang baik dan tidalk memotong
ataupun menggiring interviewee kepada jawaban yang diharapkan.

25
5) Interviewer harus terampil dalam bertanya. Agar terampil, maka harus
mempertimbangkan hal-hal berikut. Adakanlah pembicaraan pembukaan;
gaya bicara jangan berbelit-belit; aturlah nada suara agar tidak
membosankan; sikap bertanya jangan seperti menghakimi atau menggurui;
mengadakan parafrasa; mengadakan prodding. yaitu penggalian yang lebih
dalam, mencatat, dan menilai jawaban aturlah waktu bertanya; jangan lupa
buatlah pedoman sebagai bimbingan untuk mengajukan pertanyaan.

2.1.2.1.2 Jenis-Jenis Wawancara

Menurut Usman (2008:56-57), Jenis wawancara ada dua, yaitu tidak


terpimpin dan terpimpin.

1. Wawancara tidak terpimpin ialah wawancara yang tidak terarah.


Kelemahannya ialah tidak efisien waktu, biaya, dan tenaga
Keuntungannya ialah cocok untuk penelitian pendahuluan,tidak memer
lukan keterampilan bertanya, dan dapat memelihara kewajaran suasana.
2. Wawancara terpimpin ialah tanya jawab yang terarah untuk
mengumpulkan data-data yang relevan saja. Kelemahan teknik ini adalan
kesan-kesan, seperti angket yang diucapkan serta suasana menjad kaku
dan formal. Sedangkan keuntungan teknik ini adalah pertanyaan sistematis
hingga mudah diolah kembali, pemecahan masalah lebih mudah,
memungkinkan analisis kuantitatif dan kualitatif, dan kesimpulan yang
diperoleh lebih reliabel.

2.1.2.1.3 Kesesatan dalam Wawancara

Menurut Usman (2008:57), Kesesatan wawancara bisa terjadi karena


adanya:

a. error of recognition, yaitu jika interviewer gagal memproduksi ingatannya


kembali;
b. error of omission, yaitu jika interviewer melewatkan sesuatu yang
seharusnya dilaporkan;
c. error of addition, yaitu jika interviewer melebih-lebihkan jawaban
interviewee;

26
d. error of transposition, yaitu jika interviewer tidak mampu mereproduksi
urutan jawaban dari interviewee.

2.1.2.1.4 Kelamahan Wawancara

Menurut Usman (2008:57), Kelemahan wawancara adalah harus


pandai bicara dengan jelas dar benar, orang bisu tidak dapat diwawancarai;
waktu, biaya, dan tenaga tidak efisien; sangat tergantung kepada kesediaan
interviewee; proses wawancara sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan;
untuk objek yang luas diperlukan interviewer yang banyak.

2.1.2.1.5 Keuntungan Wawancara

Menurut Usman (2008:57), Teknik pengumpulan data melalui


wawancara mempunyai keuntungan sebagai berikut salah satu teknik
terbaik untuk mendapatkan data pribadi; tidak terbatas pada tingkat
pendidikan, asalkan responden dapat berbicara dengan baik saja; dapat
dijadikan pelengkap teknik pengumpulan data lainnya; sebagai penguji
terhadap data-data yang didapat dengan teknik pengumpulan data lainnya.

2.1.2.2 Observasi

Menurut Sukardi dalam Nugroho (2019: 106) Mengatakan bahwa


observasi adalah instrumen lain yang sering dijumpai dalam penelitian
pendidikan. Dalam penelitian kuantitatif, instrument lebih sering digunakan
sebagai alat pelengkap instrument lain, termasuk kuesioner dan wawancara.
Dalam observasi ini peneliti lebih banyak menggunakan salah datu dari panca
indranya yaitu indra penglihatan. Instrument observasi akan lebih efektif jika
informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan
hasil kerja responden dalam situasi alami.
Menurut Usman (2008:52) Observasi ialah pengamatan dan pencatatan
yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah
satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian,

27
direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalan
(reliabilitas) dan kesahihannya (validitasnya).
According to Queoris ( 2017:376) Observation is a systematic
process of collecting information, in which researchers observe a given
phenomenon in their natural environment. This method is especially
indicated when a given topic is relatively unexplored and it becomes
important to understand in detail a given phenomenon, while maintaining
the environmental conditions in which it occurs. Observation is a good way
of collecting data simultaneously with the occurrence of the event, without
interfering with the occurrence of the event. It is an unobtrusive and very
flexible method, oriented to the discovery of knowledge. In some situation,
such as the analysis of the behavior of people and animals, is the is the
only way to obtain data in a reliable way. On the other side, it is a very time
consuming method, which requires prior preparation and the availability of
the researcher to visit the place where the event occurs. Moreover, the
method is quite sensitive to the independence of the researcher's analysis,
since the interpretation of the data is done exclusively by him/her European
Journal of Education Studies.
Menurut Sugiyono dalam Nugroho (2019:57) menyatakan bahwa,
observasi adalah dasar ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat
bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi. Menurut Arikunto (2013:199) Mengatakan
bahwa observasi disebut pula dengan pengamatan, meliputi pemuatan
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.
Dari segi proses pengumpulan data observasi dibedakan menjadi observasi
berperan serta dan observasi nonpartisipan. Dalam penelitian ini data
dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi nonpartisipan.
Menurut Suharsimi Arikunto dalam Fitriani (2013:9) Metode
pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi adalah pengumpulan
data dengan melakukan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Observasi
digunakan untuk mengetahui bagaimana kondisi dalam kelas serta

28
lingkungan sekolah, sikap dan antusias siswa, strategi guru dalam mengajar.
Menurut Usman (2008:53) Ada dua indra yang sangat vital di
dalam melakukan pengamatan, yaitu mata dan telinga. Oleh sebab itu,
kedua indra itu harus benar-benar sehat. Dalam melakukan pengamatan,
mata lebih dominan dibandingkan dengan telinga. Mata mempunyai
kelemahan-kelemahan, yaitu mudah letih. Untuk mengatasi kelemahan yang
bersifat biologis tersebut maka perlu melakukan hal-hal berikut.
a. Menggunakan kesempatan yang lebih banyak untuk melihat data- data.
b. Menggunakan orang lain untuk turut sebagai pengamat (observers)
c. Mengambil data-data sejenis lebih banyak.

Sedangkan usaha-usaha untuk mengatasi kelemahan yang bersifat


psikologis adalah

a. Meningkatkan daya penyesuaian (adaptasi)


b. Membiasakan diri.
c. Rasa ingin tahu.
d. Mengurangi prasangka.
e. Memiliki proyeksi.

Dalam observasi diperlukan ingatan terhadap observasi yang telah


dilakukan sebelumnya. Namun, manusia mempunyai sifat pelupa. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka diperlukan catatan-catatan (check-list); alat-
alat elektronik, seperti tustel, video, tape recorder, dan sebagainya lebih
banyak melibatkan pengamat; memusatkan perhatian pada data- data yang
relevan; mengklasifikasikan gejala dalam kelompok yang tepat; menambah
bahan persepsi tentang objek yang diamati.

Contoh Pedoman Observasi:


PEDOMAN OBSERVASI

1. Sejarah berdirinya MTsN Aryojeding Rejotangan Tulungagung


2. Letak geografis MTsN Aryojeding Rejotangan Tulungagung
3. Visi dan misi Aryojeding Rejotangan Tulungagung
4. Tujuan Aryojeding Rejotangan Tulungagung

29
5. Keadaan siswa Aryojeding Rejotangan Tulungagung
6. Keadaan guru dan karyawan Aryojeding Rejotangan Tulungagung
7. Keadaan sarana dan prasarana Aryojeding Rejotangan Tulungagung

2.1.2.2.1 Petunjuk-Petunjuk untuk Mengadakan Observasi

Menurut Usman (2008:53) Beberapa petunjuk untuk mengadakan


observasi adalah pelajari dulu apa observasi itu; pelajari tujuan penelitian; buat
cara mencatat yang sistematis; batasi tingkat kategori yang dipakai; lakukan
observasi secara cermat dan kritis; catat masing-masing gejala secara terpisah
menurut kategorinya; periksa alat bantunya; waktu yang tersedia; hubungan
dengan pihak yang diobservasi (observee); intensitas dan ekstensi partisipasi.

2.1.2.2.2 Jenis-Jenis Observasi

Menurut Usman (2008:54), Jenis-jenis teknik observasi adalah:

1) Partisipasi lawannya nonpartisipasi


2) Sistematis lawannya nonsistematis
3) Eksperimental lawannya noneksperimental

Observasi partisipasi (participant observation) ialah jika observer terlibat


langsung secara aktif dalam objek yang diteliti. Keadaan yang sebaliknya disebut
nonobservation partisipasi. Sedangkan kehadiran observer yang berpura-pura
disebut kuasi observasi partisipasi.

Observasi sistematis atau observasi berkerangka (structured


observation) ialah observasi yang sudah ditentukan terlebih dahulu
kerangkanya. Kerangka itu memuat faktor-faktor yang akan diobservasi
menurut kategorinya.

Observasi cksperimen ialah observasi yang dilakukan terhadap


situasi yang disiapkan sedemikian rupa untuk meneliti sesuatu yang
dicobakan.

2.1.2.2.3 Kesesatan dalam Observasi

30
Menurut Usman (2008:54), Kesesatan-kesesatan yang sering terjadi
selama melaksanakan observasi dapat berbentuk:

1. hallo effects, yaitu jika observer dalam melakukan observasi telah


terpengaruh atas hal-hal yang baik dari observasi;
2. gen- erosity effects, yaitu jika observer dalam keadaan tertentu cenderung
untuk memberikan penilaian yang menguntungkan
3. carryover effects, yaitu jika observer tidak mampu memisahkan gejala
yang satu dengan gejala lainnya. esesatan yang sering terjadi selama
melaksanakan observasi

2.1.2.2.4 Kecermatan Observasi

Menurut Usman (2008:54-55), Tingkat kecermatan observasi


sangatlah dipengaruhi oleh faktor prasangka dan keinginan observee,
terbatasnya kemampuan pancaindra dan ingatan; terbatasnya wilayah
pandang, yaitu kecenderungan observer menaruh perhatian dengan
membandingkatunya kepada kejadian lainnya: kemampuan observer dalam
menangkap hubungan sebab akibat; kemampuan menggunakan

2.1.2.2.5 Keuntungan Observasi

Keuntungan digunakannya teknik pengumpulan data dengan


observasi, yaitu sebagai alat langsung yang dapat meneliti gejala; observee
yang selalu sibuk lebih senang diteliti melalui observasi daripada diberi
angket atau mengadakan wawancara; memungkinkan pencatatan serempak
terhadap berbagai gejala, karena dibantu oleh observer lainnya atau dibantu
oleh alat lainnya, tidak tergantung pada self-report (Usman, 2008:55).

2.1.2.2.6 Kelemahan Observasi

Kelemahan penggunaan teknik pengumpulan data dengan observasi


adalah banyak kejadian langsung yang tidak dapat diobservasi, misalnya
rahasia pribadi observee; observee yang menyadari dirinya scbagai objek
penelitian cenderung untuk memberikan kesan-kesan yang menyenangkan

31
observer, kejadian tidak selamanya dapat diramalkan, sehingga
membutuhkan waktu yang relatif lama; tugas observer akan terganggu jika
terjadi peristiwa tidak terduga, seperti hujan, kebakaran, dan lain- lain:
terbatas kepada lamanya kejadian berlangsung (Usman, 2008:55).

2.1.2.3 Dokumentasi
Menurut Sugiyono dalam Nugroho (2019: 106) Dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya monumental dari seseorang.
Menurut Pritandhari (2018:103) Dokumentasi adalah metode
pengumpulan data yang bersumber pada hal-hal atau benda-benda yang
tertulis, seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen,
rapat, catatan harian dan sebagainya. sebagainya.
Menurut S. Margono dalam Fitriani (2013:9) Dokumentasi
merupakan metode pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, seperti
arsip-arsip, dan termasuk buku-buku tentang pendapat, teori dan lainnya
yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dokumentasi dilakukan
dengan mencari data berupa catatan maupun dokumen tertulis lainnya
According to Cohen (2007:97) Documentary data, Documentary
analysis and additional stored data, reporting the formal matters in the
school, will be examined for what they include and what theyexclude.
Menurut Sugiyono dalam Nugroho (2019:108) Dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bias berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Pengumpulan data
dengan teknik dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi data.
Menurut Admizal (2018:167) Dokumentasi ini bertujuan untuk
mempeoleh tambahan data dari data yang telah diperoleh. Dokumen ialah
setiap bahan tertulis ataupun film yang tidak dipersiapkan karena adanya
permintaan seorang penyidik. Pada penelitian ini dokumen dapat berbentuk
tulisan, yang meliputi catatan harian yang dimiliki guru mengenai perilaku
siswa, kebijakan sekolah, dan peraturan. Dokumen dalam bentuk gambar,
meliputi gambar kegiatan siswa saat kegiatan di kelas maupun di luar kelas.

32
Menurut Usman (2009:69) Teknik pengumpulan data dengan
dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh dari dokumen–
dokumen Keuntungan menggunakan dokumentasi ialah biayanya relative
murah, waktu dan tenaga lebih efisien. Sedangkan kelemahannya ialah data
yang diambil dari dokumen cenderung sudah lama, kalau ada yang salah
cetak, maka peneliti ikut alah pula mnegambil datanya.
Data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung
merupakan data sekunder, sedangkan data-data yang dikumpulkan dengan teknik
obserasi, wawancara, dan angket cenderung data primer atau data yang bersumber
dari pihak pertama.

Contoh Pedoman Dokumentasi:


PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Jumlah siswa MTsN Aryojeding Rejotangan Tulungagung


2. Jumlah guru MTsN Aryojeding Rejotangan Tulungagung
3. Struktur organisasi MTsN Aryojeding Rejotangan Tulungagung
4. Keadaan tenaga pendukung MTsN Aryojeding Rejotangan Tulungagung
5. Data wali kelas MTsN Aryojeding Rejotangan Tulungagung

2.1.2.4 Test Tertulis


Menurut Kurningtyas (2012:70) Angket atau kuesioner digunakan untuk
memperoleh data Keaktifan BelajarAkuntansi yang dapat diungkap dari diri
siswa. Teknik ini juga dapat digunakan untuk mendukung data yang diperoleh
dari observasi. Dengan digunakannya angket pada penelitian ini maka data
Keaktifan Belajar Akuntansi dapat diperoleh dari subjek penelitian secara
langsung, dalam hal ini adalah siswa.
According to Khan (2014:240) Earlier mentioned that the
researchers while conducting a‘grounded theory’ approach and for the first
round, they can distribute structured questionnaires to haveemployee’s
perception of the phenomenon of interest in an organization. If it exists in
the organization then theresearcher can conduct face-to-face, in-depth,
open ended and semi-structured interviews and focus groups interviews.

33
Menurut Siyoto (2015:76) Pengumpulan data melalui Kuesioner
atau Angket Sebagian besarpenelitian umumnya menggunakan kuesioner
sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Kuesioner atau
angket memang
mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpul data.
1. Prosedur penyusunan kuesioner:

a. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.


b. Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
c. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan
tunggal.
d. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk
menentukan teknik analisisnya.

According to Cohen (2007:97) Questionnaire surveys, use


commercially available instruments, each of which measures different
aspects of school’s culture, in particular: O The Organizational Culture
Questionnaire looks at overall cultures and provides a general picture in
terms of role, power, achievement and support cultures, and examines the
differences between existing and preferred cultures. The Organizational
Culture Inventory (Cooke and Lafferty 1989) provides a comprehensive and
reliable analysis of the presenting organizational cultures. Questionnaires,
using rating scales, will catch articulated, espoused, enacted, visible
aspects of organizational culture, and will measure, for example, the extent
of sharedness of culture, congruence between existing and ideal, strength
and intensity of culture.
According to Harris (2010:2) In the research methods literature,
questionnaires and interviews are seen as having differing and possibly
complementary strengths and weaknesses. While questionnaires are usually
viewed as a more objective research tool that can produce generalisable
results because of large sample sizes, results can be threatened by many
factors including: faulty questionnaire design; sampling and non-response
errors; biased questionnaire design and wording; respondent unreliability,

34
ignorance, misunderstanding, reticence, or bias; errors in coding,
processing, and statistical analysis; and faulty interpretation of results
Additionally, questionnaire research can be seen as over-reliant on
instruments and, thus, disconnected from everyday life, with measurement
processes creating a spurious or artificial sense of accuracy.
According to Kelley (2003:262) Postal questionnaires The research
produces data based on real-world.This method involves sending
questionnaires to a large sampleservations (empirical data). of people
covering a wide geographical area. Postal ques- The breadth of coverage
of many people or events quwtionnaires are usually received ‘cold’, without
any previous means that it is more likely than some other approaches
contact between researcher and respondent. The response to obtain data
based on a representative sample, and rate for this type of method is
usually low, >20%, depending can therefore be generalizable to a
population.on the content and length of the questionnaire.
As response:
Surveys can produce a large amount of data in a short rates are
low, a large sample is required when using postal time for a fairly low cost.
Researchers can therefore set questionnaires, for two main reasons: first, to
ensure that the a finite time-span for a project, which can assist in
demographic profile of survey respondents reflects that of planning and
delivering end results. the survey population; and secondly, to provide
asufficiently Disadvantages: large data set for analysianalysis
Contoh kisi kisi angket:
KISI-KISI INSTRUMEN VARIABEL MEDIA
PEMBELAJARAN
No.
No. Indikator Jumlah
Butir

1 Kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran. 1,2,3 3


2 Kesesuaian media dengan metode
Pembelajaran. 4,5 2
3 Kesesuaian media dengan karakteristik peserta didik. 6,7,8 3
4 Kesesuaian media dengan waktu yang

35
tersedia untuk pembelajaran. 9,10 2
5 Kesesuaian media dengan biaya yang diginakan untuk
pembelajaran. 11,12, 2
6 Kesesuaian media dengan kemampuan pengajar. 13,14 2
7 Kesesuaian media dengan tempat berlangsungnya
pembelajaran. 15 1

Jumlah 15

Contoh Angketnya:
Istrumen penelitian tentang media pembelajaran
Seberapa besar tercukupinya media pembelajaran terhadap kebutuhan anda?
Jawaban 1 telah tercukupi sampai dengan 25 %.
Jawaban 2 telah tercukupi sampai dengan 50 %.
Jawaban 3 telah tercukupi sampai dengan 75 %.
Jawaban 4 telah tercukupi sampai dengan 100 %.

Jawaban
No Pernyataan

1 Pengadaan media pembelajaran di sekolah saya sudah sesuai


dengan tujuan pembelajaran.
2 Gambar-gambar yang dipasang dikelas saya telah sesuai dengan
materi pada kelas tersebut.
3 Guru-guru diberi kesempatan untuk mengajukan media
pembelajaran yang dibutuhkan.
4 Sekolah saya menyediakan media pembelajaran secara beragam.
5 Sekolah saya menyediaka sumber belajar satu buku untuk satu
siswa pada tiap-tiap mata pelajaran.
6 Jumlah media yang ada disekolah saya mencukupi kebutuhan
pembelajaran.
7 Media pembelajaran yang ada di sekolah saya meningkatkan
konsentrasi siswa pada proses pembelajaran.
8 Sekolah saya memiliki KIT IPA dan alat peraga matematika untuk
pembelajaran praktek.
9 Sekolah saya memiliki LCD proyektor yang digunakan untuk
pembelajaran.
10 Sekolah saya memiliki tape rekorder untuk pembelajaran bahasa.

36
11 Sekolah memanfaatkan internet untuk sumber belajar.
12 Sekolah memiliki perpuskakaan.
13 Gambar-gambar yang dipasang di kelas saya, dirawat
kebersihannya.
14 Guru-guru di sekolah saya berusaha belajar menggunakan media
kepada teman sejawat
15 Sekolah saya memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai media
pembelajaran.

2.2 Analisis Kritis


2.2.1 Jenis-Jenis Skala Pengukuran
Ada beberapa skala pengukuran yang dapat digunakan dalam meran-cang
skala pengukuran pada penelitian perilaku misalnya skala thurstone, guttman, dan
likert. Skala yang paling mudah digunakan adalah skala likert. . Pilihan pada skala
Likert berupa frekuensi (selalu, sering, jarang, tidak pernah) atau persetujuan
(sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju).
Skala Guttman merupakan skala kumulatif yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten Skala
pengukuran digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang
pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut
bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Skala
Guttman memiliki kelebihan adalah bahwa dengan hanya melihat satu
respons dapat digunakan untuk memprediksi respons terhadap seluruh
pernyataan pada skala serta membuat kuesioner yang singkat dengan
kemampuan diskriminasi yang baik

2.2.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik dalam pengumpulan data diantaranya adalah observasi,
wawancara, dokumentasi dan tes tertulis ( kuisioner/angket) . Wawancara adalah
teknik pengumpulan data dengan melakukan percakapan atau dialog antara dua
pihak, sehingga diperoleh keterangan yang lebih mendalam yang termasuk dalam
kategori in-depth interview dimana pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan
dengan wawancara testruktur. Observasi disebut pula dengan pengamatan,
meliputi pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh
alat indra. Dari segi proses pengumpulan data observasi dibedakan menjadi

37
observasi berperan serta dan observasi nonpartisipan. Dalam penelitian ini data
dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi nonpartisipan. Dokumentasi
merupakan metode pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-
arsip, dan termasuk buku-buku tentang pendapat, teori dan lainnya yang
berhubungan dengan masalah penelitian. Dokumentasi dilakukan dengan mencari
data berupa catatan maupun dokumen tertulis lainnya. Pengumpulan data melalui
Kuesioner atau Angket Sebagian besarpenelitian umumnya menggunakan
kuesioner sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Kuesioner atau
angket memang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpul data.

38
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini ialah
1. Skala Penilaian adalah daftar yang memuat ciri-ciri perilaku yang dicatat
berdasarkan kriteria yang dibuat secara bertingkat atau rangking.
Misalnya, untuk menilai perilaku kesehatan gigi dengan skala penilaian 1
sampai 5, dengan ketentuan nilai 1 lebih jelek dari 2 dan seterusnya,
sedang nilai 5 adalah nilai terbaik. Skala likert adalah skala pengukuran
Pengukuran yang dikembangkan oleh likert.skla likert mempunyai empat
atau lebih butir-butir pertanyaan yang dikombinasikan sehingga
membentuksebuah skor/nilai yang mempersentasikan sifat
individu,misalkan pengetahuan,sikap,dan perilaku. Skala guttman adalah
bentuk skala pengukurandalam bentuk pilihan ganda atau dalam bentuk
cheklis. Skala guttman menuntut jawaban yang tegas dari rersponden yang
mengisinya.bentuk jawaban dari skala guttman dapat berupa pilihan
jawban benar atau salah,ya atau tidak. Skala thurstone ialah skala yang
disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval.

2. Teknik dalam Pengumpulan Data, yang lebih dipakai dalam penelitian


kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi.
Pengumpulan data penelitian dapat pula dilakukan dengan teknik non
tes,yaitu dengan tidak memberikan soal-soal atau tugas-tugas kepada
subjekyang diperlukan datanya. Dalam teknik non tes, data dari subjek
penelitian dikumpulkan dengan wawancara kuesioner,observasi, dan
pencatatan dokumen.

3.2 Saran
Adapun saran dari makalah ini ialah
1. Kepada pendidik, agar lebih fokus dalam menilai sikap peserta didik
(siswa) berdasarkan skala pengukuran yang telah tersedia, sehingga
pengukuran dapat bersifat objektif dan sebenarnya.

39
2. Kepada mahasiswa, diharapkan agar dapat melakukan pengumpulan data
penelitian dengan baik dalam proses penelitian, sehingga penelitian
menghasilkan data yang valid.

40
DAFTAR PUSTAKA

Admizal, Elmina Fitri. 2018.Pendidikan Nilai Kepedulian Sosial Pada Siswa


Kelas V Di Sekolah Dasar Jurnal Gentala Pendidikan Dasar . 3 (I) . Hal
167
Aini., Qurotul,Dkk. 2018. Management Measurement Scale As A Reference To
Determine Interval In A Variable.ATM. 2(1). Hal 48
Alshenqeeti,Hamza.2014. Interviewing As A Data Collection Method: A Critical
Review. English Linguistics Research. 3 (1). Hal 41
Anderson, G., Dan Arsenault, N., (1998), Fundamental Of Educational Research.
Philadelphia : The Falmer Press.
Azzara., Carey V.2010.Questionnaire Design For Business Research.USA:Tate
Publishing.
Balasubramain., N.2012. Likert Technique Of Attitude Scale Construction In
Nursing Research. Asian J. Nursing Edu. And Research. 2(2). Hal 66
Budiaji.,Weksi.2013. Skala Pengukuran Dan Jumlah Respon Skala Likert.Jurnal
Ilmu Pertanian Dan Perikanan.2(2). Hal 128
Budiarto, E. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC
Cohen, Louis.,Manion, Lawrence., Morrison, Keith. 2007. Research Methods In
Education. London And Newyork: Routledge.
Creswell, John W. 2012. Educational Research `Df34planning, Conducting, And
Evaluating Quantitative And Qualitative Research. Boston: Pearson.
Dian. Nasution.,Helfi.2018. Aplikasi Pengenalan Macam-Macam Profesi
(Mamapro) Pada Anak Usia Dini.Jurnal System Dan Teknologi Informasi.
6(4) . Hal 175
Djaali & Pudji Muljono. (2008). Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
PT. Grasindo
Djaali.,H Dkk.2008.Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan.Jakarta: Grasindo.
Erwin,Phil. 2001. Attitudes And Persuasion. East Sussex BN3 2 FA: Psychology
Press
Fitriani,Wiyatul.2013. Efektivitas Pembelajaran Mata Pelajaran Muatan Lokal
Bordir Pada Siswa Tata Busana Kelas Xi Di Smk Negeri 1 Kendal .Junal
FFE. 2(1) Hal 9
Harris, Lois R,,. T.L. Brown, Gavin T.L..2010.Mixing Interview And
Questionnairview And Questionnaire Methods: Pre Methods: Practical Pr
Actical Problems Oblems In Aligning Data . Journal Practical
Assessment, Resear Actical Assessment, Research, And Ech, And
Evvaluation . 1 (15). Hal 2
Hofisi, Costa.2014. Critiquing Interviewing As A Data Collection Method.
Mediterranean Journal Of Social Sciences. 5 (16). Hal 63
Isnainy ., Ade Ari. Alfota., Laili.2017. Perbedaan Coping Stress Penderita
Kanker Ditinjau Dari Jenis Kelamin Di RSUP H.Adam Malik Medan.
Jurnal Diversita. 3(1) . Hal 4
Jhon,P.Mciver.1981.Unidimensional Scale. California:SAGE Publications
Joshi.,Gandhi Dkk.2015. Likert Scale: Explored And Explained.Britsh Journal
Of Applied Science And Technology.7(4). Hal 397
Kelley, Kate Kate ,, Clark, Belinda.2003. Methodology Matters Good Practice In
The Conduct And Reporting Of Survey Research. International Journal
For Quality In Health Care. 15(3). Hal 262
Khan, Shahid N.2014. Qualitative Research Method: Grounded Theory.
International Journal Of Business And Management. 9 (11). Hal 240
Kline,. Theresa J.B. 2005.Psychological Testing. London:India Pvt.Ltd.
Koskei (Ph.D) Student And Dr. Catherine Simiyu . 2015. Observation, Pitfalls
And Ethical Issues In Qualitative Research Methods. Journal Of
Educational Policy And Entrepreneurial Research (JEPER).. 2 (3). Hal
109
Kunjojo.2009 .Metode Penelitian . Yogyakarta : Literasi Media Publishing.
Kurnianingtyas, Lorentya Y. 2012. Implementasi Strategi Pembelajaran
Kooperatif Teknik Jigsawuntuk Meningkatkan Keaktifan Belajar
Akuntansipada Siswa Kelas X Akuntansi 3 Smk Negeri 7
Yogyakartatahun Ajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Akuntansi
Indonesia. 10(1) . Hal 69
Lincoln, Guba. (1985). Naturalictic Inquiry. Beverly Sage: Hill Publications.
Livopetsky.,Stan.Conkli.,W Michael.2004. Thuerstone Scaling Via
Binaryresponse Regression.Official Journal Of The International Indian
Statisticalassociation.1(1) . Hal 34
Maryuliana, Dkk.2016.Sistem Informasi Angket Pengukuran Skala Kebutuhan
Materi Pembelajaran Tambahan Sebagai Pendukungpengambilan
Keputusan Di Sekolah Menengah Atas Menggunakan Skala Likert .Jurnal
Transistor Elektro Dan Informatika.1(20). Hal 2
Mawardi.2019.Rambu-Rambu Penyusunan Skala Sikap Model Likert Untuk
Mengukur Sikap Siswa. Jurnal Kependidikan Dan Kebudayaan.9(3). Hal
Mciver.,John P .1981.Unidimensional Scalling.California: Sage Publications.
Minhat, Hs. 2015. An Overview On The Methods Of Interviews In Qualitative
Research. International Journal Of Public Health And Clinical Sciences. 2
(1). Hal 212
Nugroho,Wahyu.2019.Pengaruh Layanan Mediasi Terhadap Perilaku Bullying
Pada Siswa Kelas Ix Smp Negeri 2 Gondangrejo Tahun Pelajaran 2015-
2016.Jurnal Medi Kons. 5 (2) . Hal 57, 105-106
Pranatawijaya., Viktor Handrianus .,Dkk.2019.Pengembanagn Aplikasi
Kuesioner Survey Berbasis Web Menggunakan Skala Likert Dan
Guttman.Jurnal Sains Dan Informatika.5(2). Hal 129
Pritandhari ,Meyta, Triani Ratnawuri.2014.Analisis Pembelajaran Monopoli
Ekonomi (Monokomi) Pada Siswa Boarding School . Jurnal Pendidikan
Ekonomi Um Metro . 5 (16). Hal 103
Queirós,André . 2017. Strengths And Limitations Of Qualitative And
Quantitative Research Methods . 3 (9) 376
Retnawati., Her,2015. Perbandingan Akurasi Penggunaan Skala Likert Dan
Pilihan Ganda Untuk Mengukur Self-Learning. Jurnal
Kependidikan.45(2). Hal 158-159
Riyanto., Slamet Dkk.2020.Metode Riset Penelitian Kuantitatip.Yogyakarta:CV
Budi Utama.
Sandy, Q. 2011. The Qualitative Research Interview. Journal Qualitative
Research In Accounting & Management . 8 ( 3). Hal 239
Sim,Julius. 2000. Research In Health Care. United Kingdom: Stanley Thomes
(Publisher)
Siyot.2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Literasi Media
Publishing
Sondak, Sandi,H..Rita N.20.Faktor-Faktor Loyalitas Pegawai Di Dinas
Pendidikan Daerah Provinsi Sulawesi Utara .Jurnal Emba. Issn 2303-1174
1 (7) . Hal 674
Subedi., Basu Prasad. 2016. Using Likert Type Data In Social Science Research:
Confusion, Issues And Challenges. International Journal Of
Contemporary Applied Sciences.3(2). Hal 38
Syofian., Suzuki.Setianingsih.,Timor.2015.Otomatisasi Metode Penelitian Skala
Likert Berbasis Web. Jurnalftumj. Hal 2
Triana., Dessy Dkk. 2013.Relevansi Kualifikasi Kontraktor Bidang Teknik Sipil
Terhadap Kualitas Pekerjaan Proyek Kontruksi Di Provinsi Banten.Jurnal
FONDASI.1(1). Hal 158
Triana.,Dinny Devi.2006. Skala Pengukuran Sebagai Alat Evaluasi Dalam
Menilai Tari Karya Mahasiswa.Harmonia Jurnal Pengetahuan Dan
Pemikiran Seni.7(2). Hal 2
Uhlaner., Lorraine M. 2016. The Use Of The Guttman Scale In Development Of
A Family Orientation Index For Small-To-Medium-Sized Firms.Family
Business Review.18(1). Hal 45
Umar.,Husein. 2003.Metode Riset Bisnis .Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Usman, Husaini., & Akbar, P.S.(2004).Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Vimalrajkumar.,N, Ddk. 2016. Developing A Guttman Scale For Measuring The
Degree Of Empowerment Of Rural Women.International Jurnal Of
Applied Research.2(3). Hal 35
Yulianto., Aries.2020. Pengujian Psikometrik Skala Guttman Untuk Mengukur
Perilaku Seksual Pada Remaja Berpacaran.Jurnal Psikologi.18(1). Hal 40

Anda mungkin juga menyukai