1 PB
1 PB
gustiwandi@gmail.com
ABSTRAK
Keselamatan kerja sangat penting dalam pelaksanaan proyek konstruksi karena
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan program yang dibuat pekerja
maupun penguasaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja dengan
cara mengenali hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja. Tujuannya adalah
untuk menciptakan tempat kerja yang aman serta menekan serendah mungkin risiko
kecelakaan kerja. Tingkat keselamatan kerja pada Program Pekerjaan Jalan Kota
Pontianak tahun 2014 masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih
adanya kecelakaan kerja yang terjadi, tentunya hal ini berdampak pada kinerja proyek
itu sendiri. Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan masalah pada penelitian ini
mengenai “Kajian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Konstruksi Jalan”.
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori-teori Manajemen
Sumber Daya Manusia yang tentunya berkaitan dengan keselamatan kerja terutama pada
proyek konsturksi jalan. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode pengumpulan data dengan survey langsung ke lapangan, wawancara dengan
pihak ahli serta mengadakan kuesioner dan diolah dengan metode Weighted Average
Approximation
Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kecelakaan kerja pada proyek
pekerjaan jalan tergolong besar, artinya prosedur keselamatan kerja tidak dilaksanakan
dengan baik, terlebih lingkungan kerja yang berdekatan langsung dengan kepadatan lalu
lintas menyebabkan kecelakaan dapat terjadi kepada pekerja maupun pengguna jalan.
Maka dari itu pihak penyedia jasa harus menegaskan prosedur keselamatan kerja kepada
setiap pekerjanya.
2
kerja yang baik pula, karena semakin dan mendisiplinkan pekerja agar risiko
banyak peekerjaan yang dijalani, maka kecelakaan kerja terminimalisisr dengan
perlu pengarahan yang terus baik dan pekerjaan menjadi baik dan
ditingkatkan. teratur.
Prosedur keselamatan kerja yang Berikut untuk contoh pencegahan
diberlakukan dalam suatu perusahaan keselamatan kerja yang terdiri dari
terdiri dari hal-hal berikut : beberapa faktor penentu seperti
a. Adanya peraturan yang mengatur konstruksi, penggunaan alat, bahan dan
tentang keselamatan kerja. faktor lingkungan.
b. Adanya ketetapan dan peraturan a. Pencegahan kecelakaan akibat
tentang standarisasi terhadap angkutan, alat kerja dan lalu
penggunaan alat, mesin, alat lintas.
perlindungan dan semua yang b. Pencegahan penyakit kerja yang
berkaitan dengan pekerjaan disebabkan bahan panas, debu
tersebut. dan zat berbahaya lainnya
c. Pekerja diwajibkan
menggunakan alat pelindung 2.5. Unit Penanganan Risiko
tubuh. Kecelakaan Kerja Jalan
d. Harus adanya pengawasan yang Setiap perusahaan menyadari
intensif guna memantau bahwa risiko kecelakaan kerja sangatlah
keselamatan dan kesehatan para besar, dan tidak tahu kapan terjadinya,
pekerja selama melakukan maka dari itu perusahaan perlu
pekerjaan. memikirkan upaya pencegahan dan
e. Operator mesin haruslah orang penanganan risiko dengan baik. Upaya
terlatih, dan harus dengan tersebut dapat dilakukan dengan
bidangnya masing-masing. manajemen risiko. Begitu juga dengan
f. Semua mesin dan alat berat industry konstruksi, angka risiko
haruslah dilengkapi pengaman, kecelakaan kerja sangat tinggi dan
harus ada perawatan dalam terkadang akibatnya sangat fatal.
jangka waktu yang ditentukan, Komitmen manajemen puncak
dan segera dilakukan perbaikan dalam menangani risiko ini ditunjukkan
jika terjadi kerusakan sekecil dengan membuat suatu unit atau tim
apapun. dalam organisasi yang mengurusi
g. Melarang siapapun yang tidak masalah risiko kecelakaan kerja.
berkepentingan masuk ke areal Terdapat 2 cara yang bias dilakukan
proyek, agar mencegah risiko antara lain :
terjadinya kecelakaan yang a. Membuat badan atau unit
disebabkan oleh orang non manajemen khusus menangani
pekerja. risiko kecelakaan kerja
b. Membentuk satu satuan kerja
Dilakukan cek kesehatan dan (Team / Komite) manajemen
psikologis semua pekerja, terutama pada risiko.
pekerja operator yang mengendalikan
alat-alat berat. 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Umum
2.4. Upaya Pencegahan Kecelakaan Metodologi penelitian merupakan
Kerja prosedur untuk mengetahui sesuatu
Pada penjelasan diatas telah dengan langkah-langkah yang sistematis.
diuraikan penyebab kecelakaan kerja Untuk menentukan metode penelitian
datang dari berbagai faktor, dan prosedur harus dipilih metode yang sesuai dengan
pengawasan adalah untuk menertibkan masalah dan tujuan yang dirumuskan,
3
Pemeliharaan Jl. Sei. Rabat
agar dapat diperoleh pelaksanaan Sahang Beton
P= 480 CV. RATU ASYIFA
penelitian yang efektif dan efisien serta Pemeliharaan Jl. Sei. Rabat P= 229 L=
CV. DUTA KARYA PERSADA
hasil yang optimal. Selamat B Beton 6
Pemeliharaan Jl. Sultan Rabat P= 385 L=
PT. MULTI KARYA ADLI
Abdurrahman Beton 16
Rekomendasi tindakan
Kesimpulan
Saran
Selesai
4
4. DATA PENELITIAN DAN Konsultan Pengawas
PEMBAHASAN Konsultan Perencana
4.1. Pola Arus Lalu Lintas Existing Kontraktor Pelaksana
Untuk bab ini dilakukan
identifikasi kecelakaan kerja pada
pekerjaan pemeliharaan jalan, dilakukan
terhadap penyebab terjadinya kecelakaan
kerja, serta data-data yang mendukung
untuk menganalisa kecelakaan kerja yang
terjadi. Data yang dikumpulkan bertujuan
untuk mengetahui pekerjaan apa saja
yang memiliki risiko paling tinggi terjadi
kecelakaan dan probabilitas terjadinya
kecelakaan berdasarkan pendapat dan
perkiraan orang-orang yang
berpengalaman dalam bidang pekerjaan
jalan dalam bentuk kuisioner.
5
4.6. Pengukuran Risiko c. Terluka akibat alat manual
Pengukuran risiko adalah tahap (vibro)
dalam analisis risiko untuk mengetahui d. Kecelakaan akibat operasional
seberapa besar kemungkinan terjadinya alat berat
suatu risiko dan besar kerugian yang e. Risiko kecelakaan lalu lintas
ditimbulkannya. (tidak dipasang rambu, kelalaian
Dalam melakukan pengukuran pekerja)
risiko penulis menggunakan metode 5. Pekerjaan perkerasan material berbutir
Weighted Average Approximation. dan aspal
Metode ini adalah salah satu dari a. Terluka akibat material (aspal
beberapa metode yang biasa digunakan panas, api pembakaran aspal)
untuk mengukur risiko yang b. Terluka akibat alat manual
menggunakan data dari pendapat orang- (Pengaduk aspal panas)
orang yang ahli dalam pelaksanaaan c. Kecelakaan akibat operasional
proyek konstruksi seperti pengawas, alat berat
perencana dan pelaksana terutama di d. Risiko kecelakaan lalu lintas
bidang jalan. (tidak dipasang rambu, kelalaian
Metode ini digunakan untuk pekerja)
mendapatkan nilai probabilitas masing- 6. Pekerjaan Struktur dan Pekerjaan
masing risiko pada tiap item pekerjaan. Minor
Risiko yang diukur berdasarkan metode a. Terluka akibat material (serpihan
diatas adalah sebagai berikut : batu besar)
1. Tahap Mobilisasi b. Terluka akibat alat manual
a. Kecelakaan akibat operasional (Pemecah batu, alat tajam
alat berat lainnya)
b. Risiko kecelakaan lalu lintas c. Kecelakaan akibat operasional
(tidak ada rambu) alat berat
2. Pekerjaan Drainase d. Terluka akibat alat manual
a. Terluka akibat material (pecahan (Pengaduk aspal panas)
batu besar, cerucuk) 7. Pasca Konstruksi
b. Terluka akibat alat manual a. Terluka akibat material (pasir,
(penggali, parang dan alat tajam batu, sisa bekisting)
lainnya) b. Terluka akibat alat manual
c. Kecelakaan akibat operasional (penggali, parang, pemecah batu
alat berat dan alat lainnya)
d. Risiko kecelakaan lalu lintas c. Kecelakaan akibat operasional
(tidak dipasang rambu, kelalaian alat berat
pekerja)
3. Pekerjaan Tanah Data yang digunakan adalah hasil
a. Terluka akibat material (cerucuk) kuisioner yang diberikan kepada 50
b. Terluka akibat alat manual responden, yaitu pengawas, perencana
(penggali, parang dan alat tajam serta pelaksana yang dibagi dalam semua
lainnya) lokasi pekerjaan Pemeliharaan Periodik
c. Kecelakaan akibat operasional Jalan Kota Pontianak tahun 2014.
alat berat Pengambilan data kuisioner dilakukan
d. Risiko kecelakaan lalu lintas pada bulan Juni – Juli 2015. Dari 50
(tidak dipasang rambu, kelalaian responden di bagi dalam 3 kelompok data
pekerja) dengan rimcian sebagai berikut.
a. Pekerjaan Bahu Jalan Kelompok M (Mendekati) adalah
b. Gangguan pernafasan akibat orang - orang yang menganggap
debu material bahwa setiap pekerjaan jalan
6
pasti memungkinkan untuk 5.1 Perhitungan Besar
terjadinya risiko kecelakaan Kemungkinan Risiko
kerja. Menghitung besar kemungkinan risiko
Kelompok O (Optimis) adalah kecelakaan kerja yang pada tiap item
orang – orang yang menganggap pekerjaan berdasarkan hasil pengamatan
bahwa risiko yang mungkin langsung dan wawancara terhadap tim
terjadi sangatlah kecil. Nilai ahli
kelompok O memiliki persentase Tabel 2. Analisa Hasil Pengamatan
kecelakaan kerja lebih kecil dari Kecelakaan Kerja
No Pekerjaan Risiko yang Analisa terhadap
kelompik M. mungkin terjadi risiko
Kelompik P (Pesimis) adalah 1 Tahap Kecelakaan akibat Jarang Terjadi
Mobilisasi operasional alat (40%)
orang – orang yang sangat yakin berat
bahwa risiko dalam suatu Risiko kecelakaan Sangat Jarang
lalu lintas (tidak Terjadi (20%)
pekerjaan proyek sangat ada rambu)
mungkin terjadi. Nilai kelompok 2 Pekerjaan Terluka akibat Kemungkinan
Drainase material (pecahan Terjadinya Kecil
P memiliki persentase yang batu besar, (60%)
tinggi dibanding nilai dari cerucuk)
Terluka akibat alat Jarang Terjadi
kelompok O. manual (penggali, (40%)
parang dan alat
tajam lainnya)
Selanjutnya dari hasil data tersebut Kecelakaan akibat Jarang Terjadi
operasional alat (40%)
dapat ditentukan probabilitas atau besar berat
kemungkinan pada tiap risiko dengan Risiko kecelakaan Jarang Terjadi
lalu lintas (tidak (40%)
rumus sebagai berikut : dipasang rambu,
Probabilitas : kelalaian pekerja)
3 Pekerjaan Terluka akibat Sangat Jarang
O 4M p Tanah material (cerucuk) Terjadi (20%)
Terluka akibat alat Kemungkinan
6 manual (penggali, Terjadinya Kecil
parang dan alat (60%)
tajam lainnya)
Probabilitas : Besarnya kemungkinan Kecelakaan akibat Kemungkinan
operasional alat Terjadinya Kecil
suatu risiko berat (60%)
M : Besar nilai yang mendekati Risiko kecelakaan Sangat Jarang
lalu lintas (tidak Terjadi (20%)
(nilai yang dijadikan acuan) dipasang rambu,
: Besar nilai rata-rata kelompok kelalaian pekerja)
4 Pekerjaan Gangguan Jarang Terjadi
optimis (nilai yang lebih rendah Bahu Jalan pernafasan akibat (40%)
debu material
dari nilai M Terluka akibat alat Jarang Terjadi
P : Besar nilai rata-rata kelompok manual (vibro) (40%)
Kecelakaan akibat Jarang Terjadi
Pesimis (nilai yang lebih tinggi operasional alat (60%)
dari nilai M) berat
Risiko kecelakaan Kemungkinan
lalu lintas (tidak Terjadinya Kecil
dipasang rambu, (60%)
kelalaian pekerja)
5 Pekerjaan Terluka akibat Kemungkinan
perkerasan material (aspal Terjadinya Kecil
material panas, api (60%)
berbutir dan pembakaran aspal)
aspal Terluka akibat alat Jarang Terjadi
manual (Pengaduk (40%)
aspal panas)
Kecelakaan akibat Jarang Terjadi
operasional alat (40%)
berat
Risiko kecelakaan Jarang Terjadi
lalu lintas (tidak (40%)
dipasang rambu,
kelalaian pekerja)
6 Pekerjaan Terluka akibat Jarang Terjadi
Struktur dan material (serpihan (40%)
Pekerjaan batu besar)
7
Minor Terluka akibat alat Sangat Jarang Tabel 4. Kecelakaan yang Terjadi tiap
manual (Pemecah Terjadi (20%)
batu, alat tajam tahap item pekerjaan
lainnya) No Pekerjaan Risiko yang Pernah terjadi /
Kecelakaan akibat Sangat Jarang mungkin terjadi tidak pernah
operasional alat Terjadi (20%) terjadi
berat 3 Pekerjaan Terluka akibat Tidak Pernah
Terluka akibat alat Sangat Jarang Tanah material (cerucuk) Terjadi
manual (Pengaduk Terjadi (20%) Terluka akibat alat Tidak Pernah
aspal panas) manual (penggali, Terjadi
7 Pasca Terluka akibat Sangat Jarang parang dan alat
Konstruksi material (pasir, Terjadi (20%) tajam lainnya)
batu, sisa Kecelakaan akibat Tidak Pernah
bekisting) operasional alat Terjadi
Terluka akibat alat Jarang Terjadi berat
manual (penggali, (40%) Risiko kecelakaan Tidak Pernah
parang, pemecah lalu lintas (tidak Terjadi
batu dan alat dipasang rambu,
lainnya) kelalaian pekerja)
4 Pekerjaan Gangguan Tidak Pernah
Bahu Jalan pernafasan akibat Terjadi
Berdasarkan hasil analisa yang debu material
diambil dari pengamatan secara langsung Terluka akibat alat Tidak Pernah
manual (vibro) Terjadi
di lapangan serta wawancara terhadap Kecelakaan akibat Pernah Terjadi
operasional alat (alat berat
tim ahli didapat bahwa item pekerjaan berat ringsek
yang paling berisiko didapat dari rata- kedalam tanah)
Risiko kecelakaan Pernah Terjadi
rata risiko tiap-tiap item pekerjaan lalu lintas (tidak (Pengendara
ditampilkan dalam tabel berikut : dipasang rambu, motor
kelalaian pekerja) menabrak
trotoar)
Tabel 3. Penilaian Risiko Pada Masing- 5 Pekerjaan Terluka akibat Pernah Terjadi
perkerasan material (aspal (Pekerja
Masing tahap pekerjaan material panas, api Terkena Aspal
No Item pekerjaan Besarnya risiko berbutir dan pembakaran aspal) Panas)
aspal Terluka akibat alat Tidak Pernah
1 Tahap Mobilisasi 30%
manual (Pengaduk Terjadi
2 Pekerjaan Drainase 45% aspal panas)
3 Pekerjaan Tanah 40% Kecelakaan akibat Tidak Pernah
operasional alat Terjadi
4 Pekerjaan Bahu Jalan 50% berat
5 Pekerjaan perkerasan material 45% Risiko kecelakaan Tidak Pernah
berbutir dan aspal lalu lintas (tidak Terjadi
dipasang rambu,
6 Pekerjaan Struktur dan 25% kelalaian pekerja)
Pekerjaan Minor 6 Pekerjaan Terluka akibat Tidak Pernah
Struktur dan material (serpihan Terjadi
7 Pasca Konstruksi 30% Pekerjaan batu besar)
Minor Terluka akibat alat Tidak Pernah
manual (Pemecah Terjadi
batu, alat tajam
Dari hasil pengamatn per item lainnya)
pekerjaan, didapat item pekerjaan paling Kecelakaan akibat Tidak Pernah
operasional alat Terjadi
berisiko terjadi kecelakaan kerja adalah berat
pekerjaan bahu jalan sebesar 50% Terluka akibat alat Tidak Pernah
manual (Pengaduk Terjadi
mengingat pekerjaan bahu jalan aspal panas)
berbatasan langsung dengan badan jalan 7 Pasca Terluka akibat Tidak Pernah
Konstruksi material (pasir, Terjadi
yang sangat padat lalu lintas, jadi risiko batu, sisa bekisting)
kecelakaan kerja sangat mungkin terjadi Terluka akibat alat Tidak Pernah
manual (penggali, Terjadi
terutama kecelakaan lalu lintas. parang, pemecah
batu dan alat
Dari hasil pengamatan langsung lainnya)
dilapangan serta hasil wawancara
terhadap pekerja di lapangan di Dari hasil tabel pengamatan
tampilkan dalam tabel kecelakaan yang kecelekaan kerja pada pekerjaan jalan,
pernah terjadi untuk semua lokasi dilakukan identifikasi mengenai
pekerjaan Pemeliharaan Jalan di Kota penyebab kecelakaan yang terjadi tiap
Pontianak Tahun 2014. item pekerjaan yang ditampilkan dalam
tabel berikut.
8
Tabel 5. Faktor Penyebab Kecelakaan mengikuti
prosedur kerja
yang Terjadi tiap tahap item pekerjaan yang aman,
N Item Jenis risiko Faktor penyebab terjadinya tidak ada teknik
o Pekerjaan yang risiko baku dalam
terjadi melaksanakan
1 Pekerjaan Terluka - Tata Cara Kerja pekerjaan yang
Drainase akibat : Prosedur kerja berulang
material yang tidak - Lingkungan
(pecahan aman, sikap Kerja : tata
batu besar, kerja yang tidak ruang kerja
cerucuk) baik, tidak yang tidak
mengikuti sesuai dan tidak
prosedur kerja terncana dengan
yang aman baik
Terluka - Pekerja : Sikap
akibat alat kerja yang tidak
manual baik sehingga Untuk menentukan hasil dari nilai
(penggali, menyebabkan kelompok M,O dan P adalah sebagai
parang dan kejenuhan,
alat tajam kelelahan, dan berikut :
lainnya) kelainan fisik,
kurangnya
pengetahuan Tabel 6. Probabilitas Pada Masing -
dan ketermpilan
dalam bekerja Masing Risiko
- Tata Cara Kerja No. Risiko Probabilitas
: Prosedur kerja 1.A Kecelakaan akibat operasional alat 52,12%
yang tidak berat
aman, sikap 1.B Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak 39,05%
kerja yang tidak ada rambu)
baik, tidak 2.A Terluka akibat material (pecahan batu 41,78%
mengikuti besar, cerucuk)
prosedur kerja
2.B Terluka akibat alat manual (penggali, 52,37%
yang aman,
parang dan benda tajam lainnya)
tidak ada teknik
baku dalam 2.C Kecelakaan akibat operasional alat 53,37%
melaksanakan berat
pekerjaan yang 2.D Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak 54,76%
berulang dipasang rambu)
- Lingkungan 3.A Terluka akibat material (cerucuk) 39,51%
Kerja : tata 3.B Terluka akibat alat manual (penggali, 43,19%
ruang kerja parang dan alat tajam lainnya)
yang tidak 3.C Kecelakaan akibat operasional alat 44,42%
sesuai dan tidak berat
terncana dengan 3.D Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak 43,26%
baik dipasang rambu, kelalaian pekerja)
2 Pekerjaan Kecelakaa - Lingkungan 4.A Gangguan pernafasan akibat debu 48,19%
Bahu n akibat Kerja : tata material
Jalan operasiona ruang kerja
4.B Terluka akibat alat manual (vibro) 44,69%
l alat berat yang tidak
sesuai dan tidak 4.C Kecelakaan akibat operasional alat 49,88%
terncana dengan berat
baik 4.D Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak 38,49%
Risiko - Tata Cara Kerja dipasang rambu, kelalaian pekerja)
kecelakaan : Prosedur kerja 5.A Terluka akibat material (aspal panas, 48,59%
lalu lintas yang tidak api pembakaran aspal)
(tidak aman, sikap 5.B Terluka akibat alat manual 37,86%
dipasang kerja yang tidak (Pengaduk aspal panas)
rambu, baik, tidak 5.C Kecelakaan akibat operasional alat 40,76%
kelalaian mengikuti berat
pekerja) prosedur kerja
5.D Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak 56%
yang aman
dipasang rambu, kelalaian pekerja)
3 Pekerjaan Terluka - Pekerja : Sikap
6.A Terluka akibat material (serpihan 39,54%
perkerasa akibat kerja yang tidak
batu besar)
n material material baik sehingga
berbutir (aspal menyebabkan 6.B Terluka akibat alat manual (Pemecah 44,22%
dan aspal panas, api kejenuhan, batu, alat tajam lainnya)
pembakara kelelahan, dan 6.C Kecelakaan akibat operasional alat 48,19%
n aspal) kelainan fisik, berat
kurangnya 6.D Terluka akibat alat manual 42%
pengetahuan (Pengaduk aspal panas)
dan ketermpilan 7.A Terluka akibat material (pasir, batu, 44,7%
dalam bekerja sisa bekisting)
- Tata Cara Kerja 7.B Terluka akibat alat manual (penggali, 41,81%
: Prosedur kerja parang, pemecah batu dan alat
yang tidak lainnya)
aman, sikap 7.C Kecelakaan akibat operasional alat 40,93%
kerja yang tidak berat
baik, tidak
9
Dari semua hasil perhitungan yang akibat jarak antar penggali
diperoleh, dapat disimpulkan bahwa terlalu dekat,
kecelkaan kerja pada proyek pekerjaan Bahaya akibat lereng galian
jalan mencapai 40-50%, ini berarti risiko longsor.
yang mungkin terjadi cukup besar, pada
pekerjaan proyek jalan, perlu antisipasi Pekerjaan Pemasangan pada
dan penanganan terhadap risiko yang Pekerjaan Pasangan Batu dengan
mungkin terjadi. Menurut Ronny Mortar untuk Selokan dan Saluran Air
Kountur, D.M.S, Ph.D dalam strategi mempunyai potensi bahaya terhadap
penanganan risiko kecelakaan kerja, tenaga kerja yaitu:
diambil tiga strategi penanganan yaitu Luka terkena mortar dan batu
menghindar, mencegah, dan mengurangi jatuh,
kerugian. Luka terkena pecahan batu,
Kecelakaan akibat
5.2. Analisa Risiko Kecelakaan penempatan stok material
Kerja Tiap Tahap Pekerjaan dan terutama batu yang tidak
Antisipasinya tepat.
5.2.1. Tahap Mobilisasi
Pekerjaan Mobilisasi dan Antisipasi pencegahan terhadap
Demobilisasi mempunyai potensi bahaya yang ditimbulkan akibat
bahaya terhadap tenaga kerja yaitu : Pekerjaan Pemasangan pada Pekerjaan
a. Kecelakaan dan gangguan Pasangan Batu dengan Mortar untuk
kesehatan tenaga kerja akibat Selokan dan Saluran Air yaitu :
tempat kerja kurang memenuhi Metode pelaksanaan harus
syarat, sesuai dengan persyaratan,
b. Kecelakaan dan gangguan Tidak dengan sengaja
kesehatan pekerja akibat melakukan kontak langsung
penyimpanan peralatan dan dengan mortar,
bahan atau material kurang Menempatkan batu pada jarak
memenuhi syarat, yang sesuai untuk kerja,
c. Kecelakaan dan gangguan
Metode pemecahan dan
kesehatan pekerja akibat
pembentukan permukaan batu
penyimpanan peralatan dan
sesuai dengan persyaratan,
bahan atau material kurang
memenuhi syarat kecelakaan
Stok material harus ditempatkan
atau gangguan kesehatan
pada tempat yang aman dan tidak
akibat kegiatan pembongkaran
mengganggu lalu lintas kerja.
tempat kerja, instalasi listrik,
peralatan dan perlengkapan, 5.2.3. Pekerjaan Tanah
pembersihan dan Pekerjaan Penggalian pada
pengembalian kondisi yang Pekerjaan Galian Biasa mempunyai
kurang baik. potensi bahaya terhadap tenaga kerja
yaitu :
5.2.2. Pekerjaan Drainase
Kecelakaan terkena alat gali
Pekerjaan Penggalian pada
(cangkul, balencong dll.)
Pekerjaan Pasangan Batu dengan
akibat jarak antar penggali
Mortar untuk Selokan dan Saluran Air
terlalu dekat,
mempunyai potensi bahaya terhadap
Bahaya akibat lereng galian
tenaga kerja yaitu:
longsor,
Kecelakaan terkena alat gali
(cangkul, balencong dll.)
10
Kecelakaan akibat operasional Pekerjaan Pengecoran pada
alat berat baik di tempat lokasi Pekerjaan Perkerasan Beton
galian, transportasi maupun mempunyai potensi bahaya
ditempat pembuangan. terhadaptenagakerjayaitu :
Terjadi gangguan fisik akibat
5.2.4. Pekerjaan Bahu Jalan pekerja tidak memakai
Pekerjaan Pemadatan pada pakaian dan peralatan yang
Pekerjaan Perbaikan pada Bahu Jalan dan sesuai dengan standar,
Pekerjaan Minor Lainnya mempunyai Terjadi iritasi padakulit dan
potensi bahaya terhadap tenaga kerja mata akibat percikan adukan
yaitu: yang mengandung semen,
Terjadi iritasi pada mata,kulit Terluka atau kecelakaan
dan paru-paru akibat uapdan akibat papan acuan
panas dari aspal, pengecoran tidak kuat atau
Terjadi gangguan lalu lintas rusak,
kendaraan, Terluka akibat terkena
Terjadi kecelakaan oleh percikan beton pada saat
robohnya tanah dipinggir bahu penuangan beton dari bak
akibat tanah tidak stabil, muatan,
Terluka oleh Mesin pemadat Kecelakaan oleh ambruknya
aspal ( Tandem roller/ beton yang sedang mengeras
Pneumatic Tire Roller, akibat getaran, bahan kimia
Tamperdll). atau pembebanan,
Terjadi kerusakan sarana dan Terjadi kecelakaan atau
prasarana Utilitas Jalan, terluka oleh mesin penggetar
Kecelakaan oleh karena jarak ketika pengecoran dilakukan,
antar pekerja yang merapikan Kecelakaan ataupun terluka
hasil pemadatan terlalu dekat, oleh mesin pemompa beton,
Terjadi gangguan lalu lintas Terjadi kecelakaan oleh mesin
penduduk sekitar. penghampar dan pengaduk
beton,
Terluka oleh mesin Water
5.2.5. Pekerjaan Perkerasan Tanker,
Pekerjaan Persiapan Pengecoran Terjadi kecelakaan pada orang
pada Pekerjaan Perkerasan Beton luar /bukan pekerja dan
mempunyai potensi bahaya terhadap penduduk yang sedang
tenaga kerja yaitu : melintas,
Terjadi iritasi pada kulit, mata Terjadi kecelakaan pekerja
dan paru-paru akibat debu yang melakukan pekerjaan
semen yang terhisap oleh para pada kondisi gelap atau
pekerja yang mengerjakan malam hari,
semen dan beton, Kecelakaan akibat papan
Terluka oleh alat-alat lantai kerja sementara roboh,
pengecoran (kerekan, Kecelakaan akibat pipa
peluncur muatan, dll), penyalur beton terlepas,
Kecelakaan atau terluka akibat Kecelakaan akibat
jarak antara pekerja yang satu pembersihan pipa pemompa
dan lainnya tidak dalam jarak beton.
yang aman.
11
Antisipasi pencegahan terhadap Operator mesin pompa beton
bahaya yang ditimbulkan akibat harus sudah berpengalaman
Pekerjaan Pengecoran pada Pekerjaan dan ahli dibidangnya serta
Perkerasan Beton yaitu : senantiasa menjaga agar tidak
Pekerja harus memakai baju ada orang luar maupun
kerja, sarung tangan, helm, pekerja lain yang tidak ahli
topi baja, kaca mata berada ditempat
pengaman dan sepatu yang dimanadilakukanpengecoran,
sesuai dengan standar, bila Pengadukan dan
perlu untuk mencegah bahaya penghamparan beton harus
terhadap gangguan paru-paru dilakukan oleh tenaga yang
maka pekerja harus memakai berpengalaman dan ahli
alat pengatur pernafasan dibidangnya serta selalu
(respirator) tutup mulut menjaga agar tidak ada orang
(masker), luar maupun pekerja lain yang
Pencampuran bahan-bahan tidak ahli berada ditempat
kering dari beton harus dimanadilakukanpengecoran,
dilakukan pada ruang yang Operator Water Tankerharus
tertutup, debu yang berpengalaman dan ahli
ditimbulkan harus dapat dibidangnya serta selalu
terbuang keluar, bila debu menjaga agar tidak ada orang
tidak dapat terbuang keluar, luar maupun pekerja lain yang
maka para pekerja harus tidak ahli berada di tempat
menggunakan alat pernapasan dimana dilakukan pengecoran,
yang sesuai dengan standar,
Selama pengecoran papan Bila pipa pemompa beton sedang
acuan dan penumpunya harus dibersihkan dengan air atau udara
kuat dan dicegah dari bertekanan tinggi, tidak boleh disambung
kerusakan, atau dalam keadaan terlepas. Bila pipa
Bila beton sedang dituang dari pemompa sedang disemprot dengan
bak muatan, maka pekerja udara bertekanan tinggi maka pekerja-
harus berada pada jarak yang pekerja yang tidak berkepentingan harus
aman terhadap setiap percikan berada ditempat yang aman.
beton,
Bila beton mulai mengeras 5.2.6. Pekerjaan Minor
maka harus dilindungi Pekerjaan Penyiraman pada
terhadap arus air yang Pekerjaan Perbaikan pada Bahu Jalan
mengalirkan bahan-bahan dan Pekerjaan Minor Lainnya
kimia, dan getaran serta tidak mempunyai potensi bahaya terhadap
boleh meletakkan beban di tenaga kerja yaitu:
atas beton yang sedang Terjadi iritasi pada kulit dan
mengeras, paru-paru akibat penyiraman
Pelaksanaan penggetaran yang berbau,
adukan beton harus dilakukan Terluka oleh pengoperasian
oleh pekerja yang ahli mesin water tanker,
dibidangnya serta menjaga Terjadi gangguan lalu lintas
agar tidak ada orang luar kendaraan.
maupun pekerja lain yang Antisipasi pencegahan terhadap
tidak ahli berada ditempat bahaya yang ditimbulkan akibat
dimanadilakukanpengecoran, Pekerjaan Penyiraman pada Pekerjaan
12
Perbaikan pada Bahu Jalan dan 5.4.2. Maksud dan Tujuan
Pekerjaan Minor Lainnya yaitu : Pertolongan Pertama Pada
Petugas harus mengenakan Kecelakaan (PPPK) diselenggarakan
pakaian dan perlengkapan untuk memberikan pertolongan
seperti, sepatu boot, sarung permulaan yang diperlukan sebelum
tangan, helm, masker, penderita dibawa ke Rumah
kacamata dan lain-lain yang Sakit/Poliklinik terdekat. Pertolongan
sesuai dengan standar, pertama ini memegang peranan yang
Operator mesin penyiram penting, karena tanpa pertolongan
harus dilakukan oleh tenaga pertama yang baik, korban mungkin
yang terampil dan tidak akan tertolong lagi kalau harus
berpengalaman dibidangnya menunggu pengangkutan kerumah
dan menjaga agar tidak ada sakit.
orang luar maupun pekerja
lain berada ditempat 5.5. Pedoman Umum Untuk
penyiraman ketika mesin Penolong
penyiram sedang bekerja, Menilai Situasi
Mengamankan Tempat Kejadian
Memasang rambu-rambu pada Memberi Pertolongan
lokasi pekerjaan untuk melindungi
personel yang bekerja dari kendaraan 6.1. Kesimpulan
yang melintasi proyek dan menempatkan Kesimpulan yang didapat dari hasil
petugas bendera disemua tempat kegiatan analisis dan pembahasan yang dilakukan
pelaksanaan serta mengatur lalu lintas adalah sebagai berikut.
agar tetap berjalan dengan lancar dengan a. Dari hasil pengamatan langsung
cara mengerjakan pekerjaan ½ bagian dilapangan dan hasil wawancara
terlebih dahulu. didapat item pekerjaan yang
paling sering terjadi risiko
5.3. Jenis-Jenis Cedera Pada kecelakaan adalah pekerjaan
Pekerjaan Jalan bahu jalan yaitu :
Koma Kecelakaan akibat
Shock (Gugat) operasional alat berat sebesar
Pingsan 60%
Pendarahan Risiko kecelekaan lalu lintas
Luka – Luka sebesar 60%
5.4. Pertolongan Pertama pada b. Faktor – faktor penyebab
Kecelakaan (P3K) kecelakaan kerja berdasarkan
5.4.1. Umum risiko yang telah terjadi :
Suatu kecelakaan kerja dapat Lingkungan Kerja : tata
saja terjadi menimpa operator atau ruang kerja yang tidak sesuai
orang sekitarnya pada saat dan tidak terncana dengan
pengoperasian peralatan dan tindakan baik
pertama adalah memberikan Tata Cara Kerja : Prosedur
pertolongan sesegera mungkin kerja yang tidak aman, sikap
sebelum penderita mendapat kerja yang tidak baik, tidak
perawatan medis lebih lanjut dari mengikuti prosedur kerja
ahlinya (rumah sakit, poliklinik). yang aman
13
c. Untuk Pekerjaan yang paling Frick, Ir Heinz. 1983. Mencegah
berisiko terjadinya kecelakaan Kecelakaan Kerja Pekerja Dalam
kerja adalah pekerjaan Pekerjaan Pembangunan terbitan Pertama.
bahu jalan sebesar 50% dan Yogyakarta : Yayasan Kanisius.
pekerjaan yang paling kecil
risiko kecelakaannya adalah Ketut Sucita, I., dan Budi Broto, A. 2010.
pekerjaan struktur dan pekerjaan Identifikasi dan Penanganan
minor sebesar 25% Risiko K3 Pada Proyek
Pembangunan Konstruksi
6.2. Saran Gedung (Studi Kasus Proyek
Untuk mencegah dan mengurangi Gedung Centro City Residence).
tingkat risiko kecelakaan kerja, Jakarta: Jurusan Teknik Sipil
disarankan untuk mempertimbangkan Politeknik Negeri. (Online).
beberapa hal berikut :
a. Alat harus dalam keadaan yang S, Dewi. “Peningkatan Jalan
baik saat digunakan, dilengkapi Lingkungan”. 16 Desember 2014.
dengan untilitas penunjang, http://bappeda.pontianakkota.go.i
serta alat keamanan yang baik. d/index.php/peningkatan-jalan-
b. Keterampilan operator untuk lingkungan
berbagai jenis alat berat,
menggunakan alat pelindung, Soeharto, Imam. 2001. Manajemen
perlengkapan kerja dan lain Proyek Jilid 2. Jakarta : Erlangga
sebagainya.
c. Gunakan sepatu kerja yang Umar, Husein. 2000. Manajemen Resiko
berstandar khusus, sarung Bisnis. Jakarta : PT Gramedia
tangan , pakaian dan helm yang Pustaka Utama
standar saat bekerja.
d. Posisi dan sikap kerja yang baik
dan sesuai aturan.
e. Jalan dan pijakan kaki harus
tetap terjaga agar tidak
tergelincir.
f. Menggunakan masker untuk
melindungi pernafasan dari
daebu dan zat berbahaya yang
dapat menimbulkan penyakit
dan mengganggu pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawi, Drs Herman. 2002.
Manajemen Resiko Edisi 1
Cetakan ke 7. Jakarta : Bumi
Aksara
14