Anda di halaman 1dari 11

Analisis Butler Lumber Company

Nama : Marcell Ririhena


NIM : 13200073
A. Latar Belakang Perusahaan

The Butler Lumber Company didirikan pada tahun 1981 sebagai kemitraan oleh Mark Butler dan

saudara iparnya, Henry Stark. Pada tahun 1988 Butler membeli saham Stark seharga $ 105.000 dan

memasukkan bisnis tersebut. Stark telah mengambil uang sebesar $ 105.000, yang akan dilunasi pada

tahun 1989, memberi Butler waktu untuk mengatur pembiayaan yang diperlukan untuk melakukan

pembayaran sebesar $105.000 kepadanya. Bisnis tersebut berlokasi di pinggiran kota yang sedang

berkembang di sebuah kota besar di Pacific Northwest. Perusahaan memiliki tanah dengan akses ke

dinding rel kereta api, dan dua bangunan penyimpanan besar telah didirikan di atas tanah ini. Operasi

perusahaan terbatas pada distribusi eceran produk kayu di wilayah setempat. Produk khas termasuk

kayu lapis, cetakan, dan produk selempang dan pintu. Diskon kuantitas dan persyaratan kredit 30 hari

bersih pada akun terbuka biasanya ditawarkan kepada pelanggan.Volume penjualan telah dibangun

sebagian besar atas dasar persaingan harga yang sukses, dimungkinkan oleh pengendalian biaya

operasi yang cermat dan oleh kuantitas pembelian bahan dengan harga yang substansial. diskon.

Sebagian besar produk moulding dan selempang serta pintu, yang merupakan item penjualan yang

signifikan, digunakan untuk pekerjaan perbaikan. Sekitar 55% dari total penjualan dilakukan dalam

enam bulan dari April hingga September. Mark Butler adalah seorang pria energik, 39 tahun, yang

bekerja berjam-jam di tempat kerja. Dia dibantu oleh seorang asisten yang, dalam kata-kata

penyelidik Bank Nasional Northrop, "telah melakukan dan dapat melakukan segala sesuatu yang

dilakukan Butler dalam organisasi." Karyawan lainnya berjumlah 10 pada awal tahun 1991, 5 di

antaranya bekerja di halaman dan mengemudikan truk serta 5 di antaranya membantu di kantor dan

penjualan.
A.1 Profil Perusahaan
Nama Perusahaan : Butler Lumber Company
Tahun Berdiri : 1981
Nama Pendiri : Mark Butler dan Henry Stark
Lokasi Perusahaan : Pacific Northwest
Jumlah Karyawan : 10 orang

A.2 Analisis Industri


1. Faktor Ekonomi. Dengan adanya kemerosotan ekonomi yang terjadi di awal tahun 1991,
diperkirakan akan mendorong terjadinya penurunan tingkat pembelian pelanggan meskipun sedang
terjadi pembangunan.
2. Faktor Demografi. Adanya pembangunan perumahan baru, dan letak perusahaan Butler di
pinggiran kota yang sedang berkembang.
3. Faktor Sosial. Sosok Mark Butler yang terkenal pekerja keras dan professional, membuat banyak
rekanan perusahaan dan pelanggan senang bekerja sama dan berbelanja di Butler. Citra perusahaan
ikut meningkat di mata masyarakat.

A.3 Analisis 4P

a. Product

Perusahaan terbatas pada distribusi eceran produk kayu di wilayah setempat. Produk khas

termasuk kayu lapis, cetakan, dan produk selempang dan pintu. Diskon kuantitas dan

persyaratan kredit 30 hari bersih pada akun terbuka biasanya ditawarkan kepada pelanggan.

b. Price

Butler Lumber Company memberikan diskon kuantitas dan syarat kredit 30 hari pada

pelanggan.

c. Place
Bisnis tersebut berlokasi di pinggiran kota yang sedang berkembang di sebuah kota besar di

Pacific Northwest. Perusahaan memiliki tanah dengan akses ke dinding rel kereta api, dan

dua bangunan penyimpanan besar telah didirikan di atas tanah ini.

d. Promotions

. Ketentuan pembelian yang biasa dalam perdagangan memberikan diskon 2% untuk

pembayaran yang dilakukan dalam waktu 10 hari sejak tanggal faktur. Akun jatuh tempo

dalam 30 hari pada harga faktur, tetapi pemasok biasanya tidak keberatan jika pembayaran

agak terlambat di belakang tanggal jatuh tempo. Selama dua tahun terakhir, Butler hanya

mengambil sedikit diskon pembelian karena kekurangan dana yang timbul dari pembelian

saham Stark dalam bisnis dan tambahan investasi dalam modal kerja terkait dengan

peningkatan volume penjualan perusahaan.

A.4 SWOT Analysis

a. Strength

Bisnis tersebut berlokasi di pinggiran kota yang sedang berkembang di sebuah kota besar di

Pacific Northwest. Perusahaan memiliki tanah dengan akses ke dinding rel kereta api, dan

dua bangunan penyimpanan besar telah didirikan di atas tanah ini. Produk khas termasuk

kayu lapis, cetakan, dan produk selempang dan pintu.

b. Weakness

Kelemahan Butler Lumber Company adalah distribusi produk-produknya hanya sebatas

wilayah setempat. Belum ada perluasan lebih lanjut walaupun menurut sejumlah perusahaan

yang bekerja sama dengan Butler Lumber Company, perusahaan ini mempunyai kualitas

penjualan yang baik dan biaya operasionalnya yang cenderung minim. Selain itu, pemesanan

barang pun hanya melalui telepon saja. Ketakutan akan kemerosotan ekonomi tahun 1991

juga menjadi salah satu factor Butler Lumber Company sangat berhati-hati dalam

produktifitas perusahaannnya.
c. Opportunity

- Perusahaan dapat meningkatkan sttrategi pemasaran dengan membuka cabang lebih

banyak dan memperluas wilayah distribusi barang.

- Tidak menerima pesanan melalui telepon saja, tetapi memperbanyak karyawan dan

menerima pesanan barang secara langsung ataupun online.

- Memberikan brosur atau kupon diskon kepada perusahaan langganan, agar

meningkatkan loyalitas dan kerjasama.

d. Threats

- Adanya ketakutan mengenai kemerosotan ekonomi di tahun 1991 yang dikhawatirkan

akan berdampak pada kenaikan harga kayu dan bahan baku lainnya.

- Perusahaan mengalami kekurangan uang tunai

B. Key Issues

Bagaimana Butler Lumber mengatasi kekurangan uang tunai dan meyakinkan Northrop National Bank

untuk menyetujui pinjamannya ?

C. Analisis Kinerja Perusahaan

C.1 Operating Statement Analysis

1. Net Operating Working Capital

 TAHUN 1988
NOCW = (58 + 171 + 239 ) – (124 + 24 )
= 468 – 148
NOCW = 320

 TAHUN 1989
NOCW = (48 + 222 + 239) – ( 192 -30)
= 596 – 962
NOCW = 320

 TAHUN 1990
NOCW = (41 +317 + 326) - (192 + 30)
= 776 – 217
NOCW = 559

 TAHUN 1991
NOCW = (31 + 345 +556) – (243 + 36)
= 932 – 207
= 725
Jadi, bila dilihat dari tahun 1988 sampai tahun 1991 terjadi peningkatan operational bersih modal kerja .
Hal ini dikarenakan perusahaan harus secara berkesinambungan membiayai supplier dari hasil penjualan
yang meningkat setiap tahunnya.

2. TOTAL OPERATING CAPITAL = NOCW + Net Fixed Assets

 Tahun 1988:
Operating Capital = 320 + 126 = 446

 Tahun 1989:
Operating Capital = 434 + 140 = 574

 Tahun 1990:
Operating Capital = 559 + 157 = 716

 Tahun 1991 :
Operating Capital = 725 + 162 = 887
Jadi, dapat dianalisa bahwa dari tahun 1988 sampai tahun 1991 seiring meningkatnya volume penjualan
maka perusahaan juga akan semakin meningkat aktivitas produksinya . Semakin besar penjualan, semakin
besar penjualan semakin besar juga modal operasionalnya.

3. Net Operating Profit after Taxes (NOPAT) = EBIT x (1 – tax rate)

 TAHUN 1988
EBIT = 1,697 – 1,222 – 425
= 50
NOPAT = 50 x (1 – 5%)
= 42,5

 TAHUN 1989

EBIT = 2,013 -1,437 -515


= 61
NOPAT = 61 x (1 – 5%)
= 51.85

 TAHUN 1990
EBIT = 2,694 – 1,950 – 658
= 86
NOPAT = 86 x (1 – 5%)
= 73,1

 TAHUN 1991
EBIT = 718 – 522 – 175
= 21
NOPAT = 21 x (1 – 5%)
= 17,85
NOPAT adalah Laba bersih operasional setelah pajak. Dari tahun 1988 hingga tahun 1991, laba bersih
operasional setelah pajak Butler Lumber Company menunjukkan peningkatan hingga tahun 1991
mengalami penurunan. Artinya, kemampuan perusahaan untuk membagikan keuntungan pada pemegang
saham dan kewajiban hutang mengalami penurunan pada tahun 1991.
4. ROIC = NOPAT / OPERATING CAPITAL

 Tahun 1988

42,5/ 446 = 0,095 kali atau 9,52%

 Tahun 1989

51,85/ 574 = 0,090 kali atau 9,033%

 Tahun 1990

73,1/ 716 = 0,102 kali atau 10,20%

 Tahun 1991

17,85/ 887 = 0,020 kali atau 2,01%


Jadi, pada tahun 1988, kemampuan Butler Lumber Company dalam memberdayakan modalnya adalah
sebesar 9,52%. Tahun 1989, kemampuan Butler Lumber Company memberdayakan modalnya adalah
sebesar 9,033%, sedangkan tahun 1990 dan 1991, Butler Lumber Company mampu memberdayakan
modalnya sebesar 10,20% dan 2,01%.

5. Operating Profit Margin after Taxes = NOPAT/sales

 Tahun 1988
42.5 / 1,697 = 0.025 atau 2.50%

 Tahun 1989
51.85 / 2,013 = 0.0257 atau 2.57%

 Tahun 1990
73.1 / 2,694 = 0.0271 atau 2.71%

 Tahun 1991
17.85 / 718 = 0.024 atau 2.48%
Analisisnya, Butler Lumber Company memperoleh laba bersih dalam satu siklus perusahaan 2,50% pada
tahun 1988, dan pada tahun 1989 mengalami peningkatan laba bersih menjadi 2,57%, pada tahun 1990
laba bersih meningkat menjadi 2,71% dan tahun 1991 menjadi 2,48%.

C.3 Analisis ROE dan ROTC

1. ROE
31.000
 Tahun 1988 :
270.000 = 1.14

34.000
 Tahun 1989 :
304.000 = 11.1

44.000
 Tahun 1990 :
348.000 = 12.6

9.000
 Tahun 1991 :
357.000 = 2.52

Berdasarkan perhitungan ROE diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan Butler dalam menghasilkan
laba bersih menggunakan modal sendiri dapat dibilang kurang baik, terutama pada tahun 1991. Hal ini
disebabkan oleh adanya pembelian saham yang menyebabkan meningkatnya utang, sehingga modal yang
seharusnya digunakan untuk produksi dan penjualan, menjadi tidak teralokasi secara tepat.
2. ROTC

31.000
 Tahun 1988 :
(1.222.000+425.000)
x 100 = 7.27%

34.000
 Tahun 1989 :
(1.437.000+515.000)
x 100 = 6.58%

44.000
 Tahun 1990 :
(1.950.000+658.000
x 100 = 6.66%

9.000
 Tahun 1991 :
522.000+175.000
x 100 = 1.29%

Berdasarkan perhitungan ROTC, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengembalian laba atas investasi yang
dihasilkan perusahaan Butler melalui penggunaan struktur modalnya dari tahun ke tahun kian menurun.
Artinya, keputusan Butler untuk membeli modal saham saudara iparnya terlalu terburu-buru, sehingga
menyebabkan kekurangan uang untuk melakukan kegiatan produksi.

C.4 Analisis Incremental Cash Flows

- Incremental produksi tahun 1991-1990 : 3.600.000 – 2.694.000 = 906.000


- Selisih HPP tahun 1990 dan 1991 : 1.950.000 – 522.000 = 1.428.000 (HPP turun 73%)
- Incremental cash flows = 1.428.000 + 906.000 = $ 2.334.000

Dengan incremental cash flow sebesar $2.334.000, perusahaan Butler tidak perlu mengambil

pinjaman sebesar 465.000 dengan jangka waktu yang panjang.pembayaran angsuran pembelian

saham selama 10 tahun sebesar 647,1. Untuk pinjaman di Suburban National Bank sebesar

247.000, jika diasumsikan tenor pinjamannya 10 tahun dan bunga sebesar 11%, maka angsuran

yang harus dibayarkan sebesar $226,41 . Jika dijumlahkan, total angsuran Butler adalah sebesar

$873.51. dengan demikian , Butler tidak perlu mengambil pinjaman yang besar dengan jangka

waktu yang panjang, karena itu hanya akan menambah utang dan jika penggunaan pinjamannya

tidak tepat, maka Butler akan mengalami kerugian.

C.5. Analisis Proyeksi Operating Statements dan Balance Sheet


Berdasarkan perhitungan operating statements dan balance sheet, dapat disimpulkan bahwa Net

Operating Working Capital Butler Lumber dari tahun 1988 hingga 1990 meningkat dan kemudian

mengalami penurunan di tahun 1991. Penurunan ini dapat disebabkan oleh kekurangan uang tunai

yang dialami Butler, hingga membuat kegiatan penjualan ikut menurun. Selain nilai NOWC

yang menurun, nilai keuntungan atau Net profit margin Butler Lumber pada tahun 1991 juga

menurun. Penurunan ini disebabkan oleh kurangnya penjualan di awal tahun 1991, namun

diharapkan penjualan akan meningkat di akhir tahun dan diproyeksikan akan mencapai 3.6 juta.

Dengan bantuan pinjaman dari Suburban National Bank diharapkan akan membantunya untuk

membeli suplai barang, Butler Lumber diproyeksikan dapat memproduksi dan menjual lebih

banyak produk hingga akhir tahun 1991. Mengingat di saat itu belum ada perusahaan sejenis yang

dapat menjadi saingan , Butler dapat dengan mudah memaksimalkan perusahaannya. Mark Butler

harus bisa mengelola investasinya, dan dalam waktu dekat tidak melakukan pembelian saham

atau menambah asset tetap untuk pribadinya, hingga dipastikan laju pertumbuhan perusahaan

Butler Lumber menjadi stabil di tahun ke 5.

C.6 Sensivity Analysis

Penjualan Butler Lumber Company triwulan I tahun 1991 menurun 27% dibandingkan tahun

1990. Selain kekurangan uang tunai, ada piutang belum tertagih yang membuat Butler tidak dapat

secara maksimal melakukan kaegiatan produksi. Butler mengharapkan kenaikan penjualan

sebesar 3.6 juta diakhir tahun. Namun Butler perlu mengambil keputusan yang tapat, dengan

tidak mengambil pinjaman yang terlalu besar, agar mengurangi utang dan membuat perusahaan

stabil. Butler juga harus mengantisipasi adanya perusahaan pesaing yang akan muncul di tahun-

tahun mendatang. Dengan kondisi ekonomi di tahun 1991 belum bisa diprediksi, segala

kemungkinan bisa terjadi. Perubahan hukum di tahun 1991 tentang pengaturan usaha akibat

adanya kemerosotan ekonomi bisa mengakibatkan penurunan penjualan, dan juga keterlambatan
atau perubahan jadwal pembangunan konstruksi perumahan baru yang direncanakan bisa

mengakibatkan pembatalan pembelian oleh pelanggan.

D. Alternatif Solusi

Alternatif solusi yang dapat diambil adalah, butler mengurangi diskon dan tenor faktur piutangnya, agar

perputaran piutang menjadi lebih cepat. Dengan demikian, Butler dapat meningkatkan stok uang

tunainya.

E. Rekomendasi

Rekomendasi yang dapat diberikan adalah, Butler mengurangi jumlah permohonan pinjaman yang akan

diajukan ke Northrop National Bank. Dan mengurangi pembelian asset pribadi. Dan tidak melakukan

pembelian saham dalam waktu dekat, hingga usahanya stabil.

Anda mungkin juga menyukai