Ima Mayasari
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia
Gedung Prof. Dr. Mr. Prajudi Atmosudirdjo, Kampus UI Depok 16424
Email: imamayasari@ui.ac.id
Naskah diterima: 27 Agustus 2019; revisi: 8 November 2019; disetujui: 8 November 2019
Abstrak
Kebijakan izin lokasi dan pertimbangan teknis pertanahan pasca penerapan Online Single Submission (OSS), mengalami
perubahan dalam tata kelola. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN)
menerbitkan Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 14 Tahun 2018 tentang Izin Lokasi dan Peraturan Menteri ATR/BPN
Nomor 15 Tahun 2018 tentang Pertimbangan Teknis Pertanahan. Penelitian ini terfokus pada evaluasi kebijakan izin lokasi
dan pertimbangan teknis pertanahan pasca OSS baik retrospective (ex post) untuk melihat apa yang terjadi, dan apa
perbedaannya dengan pengaturan sebelumnya maupun prospective (ex ante) untuk melihat apa yang akan terjadi dan
apa yang seharusnya dilakukan. Metode penelitian menggunakan metode yuridis normatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan dalam kewenangan pemberian izin lokasi, yang sebelumnya diterbitkan oleh Bupati/Walikota,
Gubernur, dan Menteri sesuai dengan kewenangannya menjadi diterbitkan oleh Lembaga OSS berdasarkan Komitmen
Pelaku Usaha (ex post) sementara itu secara prospective (ex ante) hal ini mendorong percepatan perizinan berusaha dan
sinkronisasi tata ruang serta pemanfaatan ruang, didukung oleh kebijakan satu peta dan Satu Data Indonesia.
Kata Kunci: izin lokasi, pertimbangan teknis pertanahan, evaluasi kebijakan
Abstract
The location permits policy and the technical considerations of the land after the implementation of Online Single Submission
(OSS), increase changes in governance. The Ministry of Agrarian Affairs and Spatial Planning/National Land Agency (ATR/
BPN) issued Ministerial Regulation Number 14 of 2018 concerning Location Permit and Ministerial Regulation Number 15
of 2018 concerning Land Technical Considerations. This research focuses on evaluating the location permit policy after the
implementation of OSS trying to be integrated electronically both retropectively (ex post) and prospective (ex ante). The
research method uses the normative juridical method. The results showed that there were differences in the authority to
grant location permits, which were previously issued by Regents/Mayors, Governors and Ministers in accordance with their
authority to be issued by OSS Institutions based on Commitment (ex post) while prospective (ex ante) matters encouraging
spatial synchronization.
Keywords: location permit, the technical considerations of the land, policy analysis
Evaluasi Kebijakan Izin Lokasi dan Pertimbangan Teknis Pertanahan Pasca Penerapan SS Ima Mayasari 403
Volume 8 Nomor 3, Desember 2019
1
OECD, ”Ringkasan Eksekutif Kajian OECD mengenai Reformasi Regulasi Indonesia Memperkuat Koordinasi dan
Menghubungkan Pasar”, https://www.oecd.org/gov/regulatorypolic, diakses 17 Agustus 2019.
2
The World Bank, ”Doing Business Measuring Business Regulations”, https://www.doingbusiness.org/, diakses 17
Agustus 2019.
3
Ibid.
4
Ibid.
5
Ibid.
6
Ibid.
7
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Izin Lokasi.
8
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 19 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun
2015 tentang Izin Lokasi.
Evaluasi Kebijakan Izin Lokasi dan Pertimbangan Teknis Pertanahan Pasca Penerapan SS Ima Mayasari 405
Volume 8 Nomor 3, Desember 2019
9
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman Pertimbangan Teknis
Pertanahan Dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah.
10
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pengaturan dan Pelayanan
Pertanahan.
11
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2017 tentang
Standar Pelayanan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
12
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 14 Tahun 2018 tentang
Izin Lokasi.
13
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 15 Tahun 2018 tentang
Pertimbangan Teknis Pertanahan.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Kepala post) untuk melihat apa yang terjadi, dan apa
Badan Pertanahan Nasional. perbedaanya dengan pengaturan sebelumnya
Transformasi kemajuan teknologi, maupun prospective (ex ante) untuk melihat
menjadikan Indonesia memasuki era disrupsi apa yang akan terjadi dan apa yang harus
(disruption era), di mana inovasi menjadi dilakukan.15
sangat penting. Perkembangan teknologi Prospective policy analysis melibatkan
ini berpengaruh pula dalam peraturan produksi dan transformasi pengetahuan
perundang-undangan yang mengatur sebelum preskripsi dibuat. Prospektif, atau
mengenai perizinan berusaha di Indonesia. analisis ex ante, menandakan gaya operasi
Dalam melakukan evaluasi kebijakan izin lokasi ekonom, sistem analisis, operasi peneliti,
dan pertimbangan teknis pertanahan pasca dan analisa pengambilan keputusan. Bentuk
penerapan pelayanan perizinan berusaha analisis prospektif disebut oleh William
terintegrasi secara elektronik, analisis N. Dunn, sebagai analisis kebijakan (policy
kebijakan yang digunakan menggunakan analysis). Analisis kebijakan mengandung
Teori Analisis Kebijakan yang dikemukakan pengertian analisa pengetahuan untuk
oleh William N. Dunn.14 Dua hal yang dilihat mengambil alternatif kebijakan dan preferensi
oleh William N. Dunn dalam melakukan yang comparable, kuantitatif, dan kualitatif.16
analisis kebijakan yaitu retrospective (ex Penelitian kebijakan digunakan dalam metode
14
William N. Dunn, Public Policy Analysis an Integrated Approach, (New York: Routledge, 2018), hlm. 10-15.
15
Ibid., hlm. 10.
16
Walter Williams, Social Policy Research and Analysis: The Experience in the Federal Social Agencies, (New York:
American Elsevier, 1971), hlm. 8, dalam William Dunn, ibid., hlm.10.
Evaluasi Kebijakan Izin Lokasi dan Pertimbangan Teknis Pertanahan Pasca Penerapan SS Ima Mayasari 407
Volume 8 Nomor 3, Desember 2019
ilmu sosial untuk menjelaskan fenomena. karena itu orientasinya bersifat umum, tidak
Namun, analisis prospektif sering datang dari khusus.19
kesenjangan antara pilihan solusi yang baik Ketiga, applications-oriented analysts.
dan usaha untuk mengimplementasikannya.17 Kelompok ketiga ini terdiri atas pakar
Sementara itu analisis kebijakan politik terapan, ekonom terapan, sosiologi
retrospective adalah solusi yang potensial. terapan dan psikologi terapan seperti public
Bentuk dari ex post analysis menandakan administration, social work dan evaluation
produksi dan transformasi pengetahuan research. Kelompok ini menjelaskan mengenai
setelah kebijakan telah diimplementasikan. penyebab dan konsekuensi dari kebijakan dan
Analisis retrospective mencirikan gaya operasi kurang perhatian terhadap pengembangan
beberapa kelompok analis: dan pengujian teori. Kelompok ini sejalan
Pertama, discipline-oriented analysts. dengan kelompok sebelumnya yang
Kelompok ini, sebagian besar terdiri dari mengidentifikasi variabel-variabel manipulasi
pakar politik, ekonomi dan sosiologi, yang kebijakan yang berpotensi dapat mencapai
mengembangkan dan menguji discipline- tujuan khusus yang dapat dipantau dan
based theories tentang penyebab dan dievaluasi dalam rangka mengevaluasi
konsekuensi kebijakan. Kelompok ini tidak keberhasilan kebijakan.20
berfokus pada identifikasi variabel kebijakan Selanjutnya berkaitan dengan descriptive
yang tunduk atau tidak pada manipulasi.18 dan normative analysis, dalam hal ini
Kedua, problem oriented analysts. analisis kebijakan deskriptif berhubungan
Kelompok ini, terdiri atas pakar politik, dengan descriptive decision theory, yang
ekonomi, dan sosiologi yang mendeskripsikan berkaitan dengan serangkaian proposisi
penyebab dan konsekuensi dari kebijakan. logis yang konsisten menggambarkan atau
Namun, problem oriented analysts menjelaskan tindakan.21 Tujuan utama
kurang peduli dengan perkembangan dan dari teori dan kerangka kerja ini adalah
pengujian teori yang penting untuk displin menjelaskan, memahami dan memperkirakan
ilmu sosial. Kelompok ini lebih fokus pada kebijakan dengan mengidentifikasi pola-pola
mengidentifikasi variabel-variabel yang kausalitas—causal mechanisms.22 Dalam
menjelaskan sebuah persoalan. Kelompok ini Gambar.1 dijelaskan bahwa descipriptive
tidak fokus kepada obyek yang spesifik, oleh policy analysis dapat ditampilkan sebagai
17
Graham T. Allison, Essence of Decision: Explaining the Cuban Missile Crisis, (Boston: MA: Little, Brown, 1971), hlm.
267-268, dalam William Dunn, ibid., hlm.10.
18
James C. Coleman, Problems of Conceptualization and Measurement in Studying Policy Impact, in Public Policy
Evaluation, ed. Kenneth M. Dolbeare, (Beverly Hills and London: Sage Publications, 1975), hlm. 25, dalam William
Dunn, ibid., hlm.11.
19
Ibid.
20
Joshua D. Angrist and Jorn-Steffen Pischke, The Credibility Revolution in Empirical Economics: How Better Research
Design Is Taking the Conout of Econometrics, Journal Of Economic Perspectives 24, 2 (Spring, 2010) hlm. 3-30,
dalam William Dunn, ibid., hlm.12.
21
Janet A. Weiss, Using Social Science for Social Policy, Policy Studies Journal 4 (Spring 1976): 237, dalam William
Dunn, ibid., hlm.12.
22
Bower, Descriptive Decision Theory, h. 204, dalam William Dunn, ibid., hlm.12.
sebuah sumbu yang bergerak dari lower menjelaskan permasalahan, tetapi tidak
left quadrant (monitoring) ke upper right mengidentifikasi solusi. Apa elemen utama
quadrant (forecasting). dari masalah? Apakah politik, ekonomi, sosial,
Normative policy analysis berkaitan etik atau kesemuanya? Bagaimana masalah
dengan normative decision theory, yang distrukturkan, diorganisasi pada konfigurasi
mengacu pada serangkaian proposisi yang elemen khusus, seperti linear sequence
kosensisten secara logis, serta mengevaluasi atau sebuah sistem yang kompleks? Siapa
atau menentukan tindakan.23 Dalam Gambar. pemangku kepentingan yang paling penting?
1, normative policy analysis ditampilkan Siapa yang mempengaruhi dan dipengaruhi
sebagai sumbu yang berjalan dari lower right oleh masalah? Apakah telah diindentifikasi
quadrant (prescription) ke upper left quadrant tujuan yang tepat? Alternatif apa yang
(evaluation). Perbedaan pengetahuan yang memungkinkan untuk mencapai tujuan?
dibutuhkan untuk menguji normative, Apakah terdapat peristiwa tidak pasti yang
dibedakan dari descriptive decision seyogyanya diperhitungkan? Apakah telah
theories. Metode untuk mengevaluasi dan memecahkan masalah secara benar?25
memperkirakan menyediakan pengetahuan Sebaliknya, problem solving methods
mengenai policy performance dan preferred ditempatkan pada siklus luar dalam Gambar
policies, atau kebijakan yang telah atau 1. Metode ini dirancang untuk menyelesaikan
akan efisien secara optimal, oleh karena dibandingkan dengan menstrukturkan
manfaatnya lebih besar daripada biaya, masalah. Metode seperti econometric
atau karena secara optimal adil dimana forecasting atau benefit-cost analysis
paling membutuhkan menjadi lebih baik. adalah problem solving methods. Metode
Satu hal yang paling penting dari normative ini menyusun pertanyaan tentang sejumlah
policy analysis adalah proposisi bersandar variasi dari luaran yang dijelaskan oleh
pada nilai-nilai seperti efisiensi, efektifitas, variabel independen. Berapa probabilitas
keadilan, responsif, kebebasan, pencerahan, untuk mendapatkan varian sebesar atau lebih
dan keamanan.24 besar dari yang diperoleh? Apa keuntungan
Adapun berkaitan dengan problem dari perbedaan kebijakan? Apa manfaat atau
structuring dan problem solving, siklus internal imbalan yang diharapkan?26
dan eksternal pada Gambar. 1, menyediakan Integrated policy analysis menghubung-
hal perbedaan penting lain. Siklus internal kan dua bagian pada Gambar. 1, keempat
merancang proses problem structuring. quadrant dan siklus internal dan eksternal.
Prosedur problem structuring dirancang Bentuk analisis retrospective dan prospective
untuk mengidentifikasi elemen-elemen untuk bergabung dalam satu proses berkelanjutan.
23
Thomas D. Cook and Donald T. Campbell, Quasi-Experimentation: Design and Analysis Issues for Field Settings,
(Boston, MA: Houghton Mifflin, 1979), Shadish, Cook, and Campbell, Experimental and Quasi Experimental
Designs for Generalized Causal Inference, dalam William Dunn, ibid., hlm.12.
24
Harold D. Lasswell and Abraham Kaplan, Power and Society: A Framework for Political Inquiry, (New Haven, CT:
Yale University Press, 1950), dalam William Dunn, ibid., hlm.14.
25
Ibid.
26
Ibid.
Evaluasi Kebijakan Izin Lokasi dan Pertimbangan Teknis Pertanahan Pasca Penerapan SS Ima Mayasari 409
Volume 8 Nomor 3, Desember 2019
Bentuk analisis descriptive dan normative hukum yang memberikan penjelasan lebih
juga dihubungkan, sebagai metode yang lanjut mengenai bahan hukum primer
dirancang untuk merumuskan masalah berupa literatur, artikel jurnal, dan juga hasil
dan memecahkannya.27 Integrated policy penelitian yang relevan. Pengambilan data
analysis menjembatani beberapa segmen dilakukan dengan studi pustaka terhadap
dari multidisiplin analisis kebijakan, termasuk buku, artikel, hasil penelitian dan peraturan
disiplin hukum. perundang-undangan. Analisis data dilaku-
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, kan secara deskriptif kualitatif dalam
penelitian ini terfokus pada evaluasi kebijakan melakukan pembahasan terhadap rumusan
izin lokasi dan pertimbangan teknis pertanahan permasalahan penelitian.
pasca penerapan pelayanan perizinan Analisis data secara dekriptif juga
berusaha terintegrasi secara elektronik atau dilakukan dengan menggunakan integrated
dikenal dengan Online Single Submission, policy analysis yang menghubungkan keempat
dengan perumusan masalah dalam penelitian quadrant sebagaimana tersaji dalam Gambar.
yaitu: Bagaimana evaluasi kebijakan izin lokasi 1 yaitu monitoring, evaluation, prescription
dan pertimbangan teknis pertanahan pasca dan forecasting. Bentuk analisis retrospective
penerapan pelayanan perizinan berusaha dan prospective bergabung dalam satu proses
terintegrasi secara elektronik, baik dengan berkelanjutan. Bentuk analisis descriptive dan
analisis retrospective (ex post) maupun normative juga dihubungkan, sebagai metode
analisis kebijakan prospective (ex ante)? yang dirancang untuk merumuskan masalah
dan memecahkannya. Integrated policy
B. Metode Penelitian analysis menjembatani beberapa segmen
Penelitian ini merupakan penelitian dari multidisiplin analisis kebijakan, terutama
hukum normatif (normative legal research) disiplin hukum.
dengan menggunakan pendekatan yuridis
normatif (normative legal research).28 Data- C. Pembahasan
data penelitian dikumpulkan melalui studi 1. Analisis Retrospective (Ex Post)
kepustakaan, dengan mengumpulkan dan terhadap Kebijakan Izin Lokasi dan
menganalisis berbagai bahan hukum primer,
Pertimbangan Teknis Pertanahan
Pasca Penerapan OSS
bahan hukum sekunder dan bahan hukum
tersier yang tersedia.29 Dalam rangka percepatan dan peningkatan
Bahan hukum primer yaitu norma dasar penanaman modal dan berusaha yang lebih
atau kaidah, ketentuan atau peraturan efektif dan efisien, Pemerintah menerbitkan
dasar serta peraturan perundang-undangan PP Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan
serta bahan hukum sekunder yaitu bahan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
27
Ibid.
28
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Cet. 8, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006).
29
Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia Publishing, 2006), hlm.
295.
Elektronik. Berdasarkan Pasal 43 ayat (1) Tahun 2015 tentang Izin Lokasi, juga Peraturan
PP Nomor 24 Tahun 2018, ketentuan lebih Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2
lanjut mengenai izin lokasi dan pertimbangan Tahun 2011 tentang Pedoman Pertimbangan
teknis pertanahan diatur dengan Peraturan Teknis Pertanahan Dalam Penerbitan Izin
Menteri yang menyelenggarakan urusan Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan
pemerintahan di bidang agraria. Lebih lanjut Penggunaan Tanah dan Peraturan Kepala
Pasal 43 ayat (2) menegaskan bahwa Peraturan Badan Pertanahan Nasional Nomor 1
Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Tahun 2010 tentang Standar Pengaturan
diterbitkan paling lama 15 (lima belas) hari dan Pelayanan Pertanahan dan Peraturan
sejak PP Nomor 24 Tahun 2018 diundangkan. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Dengan demikian 15 (lima belas) hari Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun
setelah tanggal 21 Juni 2018, yaitu tanggal 2017 tentang Standar Pelayanan Kementerian
13 Juli 2018, pemerintah wajib menerbitkan Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
peraturan pelaksanaan (Peraturan Menteri) Nasional.
yang diamanatkan oleh Pasal 43 PP Nomor 24 Pengaturan izin lokasi dan pertimbangan
Tahun 2018. teknis pertanahan yang diatur oleh Permen
Tepat di tanggal 13 Juli 2018, Pemerintah ATR/BPN Nomor 14 Tahun 2018 dan Permen
mengundangkan dua Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 15 Tahun 2018, dilakukan
sebagai pelaksanaan Pasal 43 PP Nomor 24 untuk mendukung percepatan perizinan
Tahun 2018, yaitu (1) Peraturan Menteri berusaha terintegrasi secara elektronik atau
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan OSS. Dalam kaitan dengan OSS, perizinan
Pertanahan Nasional Nomor 14 Tahun 2018 berusaha yang diterbitkan oleh lembaga OSS
tentang Izin Lokasi dan (2) Peraturan Menteri yang merupakan lembaga pemerintah non-
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan kementerian yang menyelenggarakan urusan
Pertanahan Nasional Nomor 15 Tahun 2018 kepemerintahan di bidang penanaman modal
tentang Pertimbangan Teknis Pertanahan. untuk dan atas nama Menteri, Gubenur,
Permen ATR/BPN Nomor 14 Tahun 2018 Bupati/Wali Kota kepada pelaku usaha melalui
dan Permen ATR/BPN Nomor 15 Tahun sistem elektronik yang terintegrasi.30 Terhadap
2018 sekaligus mencabut dan menyatakan pelaku usaha yang memerlukan prasarana
tidak berlaku lagi Peraturan Menteri Agraria tetapi belum memiliki atau menguasai
dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan prasarana, Izin Usaha terbit setelah lembaga
Nasional Nomor 5 Tahun 2015 tentang Izin OSS menerbitkan:
Lokasi sebagaimana telah diubah dengan (1) Izin Lokasi;
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ (2) Izin Lokasi Perairan;
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor (3) Izin Lingkungan;
19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas (4) Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Izin lokasi menurut Pasal 1 angka Permen
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 ATR/BPN Nomor 14 Tahun 2018 adalah izin
30
Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, PP
Nomor 24 Tahun 2018, Pasal 1 angka 4.
Evaluasi Kebijakan Izin Lokasi dan Pertimbangan Teknis Pertanahan Pasca Penerapan SS Ima Mayasari 411
Volume 8 Nomor 3, Desember 2019
yang diberikan kepada pelaku usaha untuk Izin lokasi dibedakan menjadi: (a) izin
memperoleh tanah yang diperlukan untuk lokasi berdasarkan komitmen dan (b) izin
usaha dan/atau kegiatannya dan berlaku lokasi tanpa komitmen. Pelaku usaha yang
pula sebagai izin pemindahan hak dan tidak memerlukan prasarana atau sudah
untuk menggunakan tanah tersebut untuk menguasai atau memiliki prasarana untuk
keperluan usaha dan/atau kegiatannya.31 kegiatan berusaha maka tidak memerlukan
Pelaku usaha yang dimaksud dalam hal ini izin lokasi, contoh: usaha bisnis online,
adalah perseorangan atau non perseorangan pedagang retail, usaha yang berlokasi di
yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pusat kegiatan komersial, dan seterusnya.33
pada bidang tertentu.32 Pelaku usaha Komitmen dalam hal ini adalah pernyataan
perseorangan merupakan orang perorangan pelaku usaha untuk memenuhi persyaratan
penduduk Indonesia yang cakap untuk izin usaha dan/atau izin komersial atau
bertindak dan melakukan perbuatan hukum. operasional. Komitmen yang wajib dipenuhi
Sementara pelaku usaha non perseorangan untuk izin lokasi berdasarkan komitmen
terdiri atas: perseroan terbatas, perusahaan adalah Pertimbangan Teknis Pertanahan (PTP)
umum, perusahaan umum daerah, badan dan persetujuan Pemerintah Daerah.
hukum lainnya yang dimiliki oleh negara, Adapun alur mekanisme penerbitan izin
badan layanan umum, lembaga penyiaran, usaha menurut PP Nomor 24 Tahun 2018
badan usaha yang didirikan oleh yayasan atau dapat digambarkan dalam Gambar. 2 Bagan
koperasi. Alur Mekanisme Penerbitan Izin Usaha
sebagai berikut:34
31
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 14 Tahun 2018 tentang
Izin Lokasi, Pasal 1 angka 1.
32
Ibid., Pasal 1 angka 2.
33
Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu usaha dan/atau
kegiatan seperti gedung, pabrik, unit pengolahan limbah, lahan/tanah. Pasal 1 angka 5 Peraturan Menteri Agraria
dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 14 Tahun 2018 tentang Izin Lokasi.
34
Direktorat Jenderal Penataan Agraria Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Agustus
2018.
Berdasarkan Gambar. 2 di atas, izin lokasi Selanjutnya Gambar. 3 Bagan Alur Mekanisme
berdasarkan komitmen dan tanpa komitmen Penerbitan Izin Lokasi Berdasarkan Komitmen
diproses berdasarkan Permen ATR/BPN dan Gambar. 4 Bagan Alur Mekanisme
Nomor 14 Tahun 2018 tentang Izin Lokasi Penerbitan Izin Lokasi Tanpa Komitmen,
dan Permen ATR/BPN Nomor 15 Tahun 2018 menjelaskan mengenai alur mekanisme
tentang Pertimbangan Teknis Pertanahan. penerbitan izin lokasi berdasarkan komitmen
dan tanpa komitmen sebagai berikut:35
Evaluasi Kebijakan Izin Lokasi dan Pertimbangan Teknis Pertanahan Pasca Penerapan SS Ima Mayasari 413
Volume 8 Nomor 3, Desember 2019
Gambar.3 mengisyaratkan bahwa izin lokasi diperpanjang apabila jangka waktu izin lokasi
berdasarkan Komitmen diterbitkan dengan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir
terlebih dahulu menyertakan Pernyataan dan perolehan tanah kurang dari 50% (lima
Pemenuhan Komitmen Izin Lokasi. Setelah puluh persen) dari luas tanah yang ditunjuk
diterbitkan Izin Lokasi Berdasarkan Komitmen, dalam izin lokasi. Dengan demikian pemegang
Pelaku usaha yang tidak menyerahkan izin lokasi wajib melaporkan secara berkala
persyaratan dalam waktu sepuluh hari maka setiap tiga bulan kepada Kepala Kantor
izin lokasi batal, sebaliknya dalam hal pelaku Pertanahan mengenai perolehan tanah yang
usaha memenuhi persyaratan dalam waktu sudah dilaksanakan berdasarkan izin lokasi
10 hari maka izin lokasi efektif berlaku. dan pelaksanaan penggunaan tanah tersebut.
Gambar. 4 di atas mengisyaratkan bahwa Tanah yang sudah diperoleh wajib didaftarkan
pelaku usaha yang tanah lokasi usaha pada Kantor Pertanahan setempat paling
memenuhi tujuh kriteria yaitu: sesuai RDTR, lambat satu tahun sejak berakhirnya masa
sudah terdapat izin lokasi, otoritas atau berlaku izin lokasi.
kawasan pengembangan tertentu, perluasan Adapun kegiatan monitoring dan evaluasi
usaha, batasan luasan dan proyek strategis dilakukan secara berjenjang oleh Kantor
nasional melalui lembaga OSS memperoleh Wilayah dan Kantor Pertanahan terhadap:
izin lokasi tanpa komitmen, sehingga izin (a) perolehan tanah; (b) penggunaan dan
lokasi efektif berlaku dan Kantor Pertanahan pemanfaatan tanah; dan (c) pengamanan
memberikan pertimbangan teknis pertanahan yang dilakukan oleh pelaku usaha terhadap
dalam waktu sepuluh hari, kemudian pelaku tanah yang sudah diperoleh. Hasil monitoring
usaha dapat menggunakan dan memanfaatkan dan evaluasi ini menjadi bahan pertimbangan
tanah. Dengan demikian terdapat perbedaan dalam pembatalan izin lokasi.
tata kelola antara izin lokasi berdasarkan Tabel. 2 Perbandingan Permen ATR/
komitmen dan tanpa komitmen. BPN Nomor 5 Tahun 2015 jo. Permen ATR/
Permen ATR/BPN Nomor 14 Tahun 2018 BPN Nomor 19 Tahun 2017 dengan Permen
menyebutkan bahwa izin lokasi diberikan ATR/BPN Nomor 14 Tahun 2018 tentang Izin
untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak izin Lokasi, memperlihatkan perbandingan antara
lokasi berlaku efektif. Perolehan tanah oleh peraturan saat ini dan peraturan sebelumnya
pemegang izin lokasi harus diselesaikan dalam bingkai analisis retrospective (ex
dalam jangka waktu izin lokasi. Apabila post):35
dalam jangka waktu izin lokasi perolehan
tanah belum selesai maka: (1) Izin lokasi
dapat diperpanjang jangka waktunya selama
1 (satu) tahun, apabila tanah yang sudah
diperoleh mencapai 50% (lima puluh persen)
atau lebih dari luas tanah yang ditunjuk
dalam izin lokasi; (2) Izin lokasi tidak dapat
35
Ibid.
Tabel. 2 Perbandingan Permen ATR/BPN Nomor 5 Tahun 2015 jo. Permen ATR/BPN Nomor 19
Tahun 2017 dengan Permen ATR/BPN Nomor 14 Tahun 2018 tentang Izin Lokasi
No. Uraian Permen ATR/BPN Permen ATR/BPN Nomor 14 Tahun 2018
Nomor 5 Tahun 2015
jo Permen ATR/BPN
Nomor 19 Tahun 2017
1 Persyaratan Tidak memerlukan Nomor Memerlukan NIB
subyek Induk Berusaha (NIB)
2 Mekanisme Pemohon datang langsung Melalui sistem OSS
permohonan ke kantor Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP)
3 Penunjukan lokasi Peta penunjuk lokasi • Melalui portal OSS: titik koordinat atau
yang dimohon onscreen
• Apabila sudah tersedia RDTR digital maka
izin lokasi diterbitkan secara otomatis.
• Apabila belum terdapat RDTR maka izin
lokasi diberikan dengan komitmen
4 Penerbit izin lokasi DPMPTSP/Bupati/Walikota Lembaga OSS
Sumber: Direktorat Jenderal Penataan Agraria Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Agustus
2018.
Selanjutnya berdasarkan Tabel. 2, melalui oleh Kantor Pertanahan dalam rangka: (1)
Permen ATR/BPN Nomor 15 Tahun 2018, persetujuan atau penolakan izin lokasi; (2)
Pertimbangan Teknis Pertanahan diterbitkan pemberian perpanjangan atau pembaharuan
Evaluasi Kebijakan Izin Lokasi dan Pertimbangan Teknis Pertanahan Pasca Penerapan SS Ima Mayasari 415
Volume 8 Nomor 3, Desember 2019
hak atas tanah; (3) penegasan status dan pengaturan saat ini dan sebelumnya, dapat
rekomendasi penguasaan tanah timbul; atau dilihat pada Tabel. 4 Perbandingan Perkaban
(4) perubahan penggunaan dan pemanfaatan Nomor 2 Tahun 2011 dengan Permen ATR/BPN
tanah. Adapun perbandingan pengaturan Nomor 15 Tahun 2018 tentang Pertimbangan
Pertimbangan Teknis Pertanahan berdasarkan Teknis Pertanahan, sebagai berikut:36
Tabel. 3 Perbandingan Perkaban Nomor 2 Tahun 2011 dengan Permen ATR/BPN Nomor 15 Tahun
2018 tentang Pertimbangan Teknis Pertanahan
No. Uraian PERKBPN Nomor 2 Tahun 2011 Permen ATR/BPN Nomor 15 Tahun 2018
1 Dasar PP Nomor 16 Tahun 2004 tentang • PP Nomor 16 Tahun 2004
Menimbang Penatagunaan Tanah • PP Nomor 24 Tahun 2018
2 Muatan Pertimbangan Teknis Pertanahan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka:
dalam rangka: • persetujuan atau penolakan izin lokasi;
• penerbitan izin lokasi • pemberian atau perpanjangan atau
• penetapan lokasi pembaharuan hak atas tanah;
• izin perubahan penggunaan • penegasan status dan rekomendasi
tanah penguasaan tanah timbul; atau
• perubahan penrggunaan dan pemanfaatan
tanah
3 Posisi • Terbit sebelum izin lokasi • Setelah izin lokasi diterbitkan oleh Lembaga
Pertimbangan diterbitkan oleh Kepala PTSP/ OSS
Teknis Bupati/Walikota • Sebagai dasar pertimbangan izin lokasi efektif
Pertanahan • Sebagai dasar pertimbangan berlaku
penerbitan izin lokasi
4 Tata Cara Pemohon datang langsung ke kantor Melalui sistem OSS bagi Pelaku Usaha
5 Jangka Waktu 14 (empat belas) hari 10 (sepuluh) hari
Penyelesaian
6 Subyek/ Perusahaan, instansi pemerintah, • BUMN/BUMD/BUM Desa;
Pemohon subyek pemohon lainnya yang sah • Perseroangan atau Badan Hukum atau
• Pelaku Usaha
7 Output Risalah dan Lampiran 7 Peta: Risalah, Pertimbangan Teknis Pertanahan, dan
• Petunjuk Letak Lokasi; satu Lampiran Peta
• Penggunaan Tanah;
• Gambaran Umum Penguasaan
Tanah;
• Kemampuan Tanah;
• Kesesuaian Penggunaan Tanah;
• Ketersediaan Tanah;
• Pertimbangan Teknis Pertanahan
8 Kewenangan Berjenjang Kantor Pertanahan- Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
Kantor Wilayah-Pusat
9 Pelaksana Struktural Struktural dan Fungsional
Sumber: Direktorat Jenderal Penataan Agraria Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Agustus
2018.
36
Ibid.
Gambar.5 Alur Proses Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Persetujuan atau Penolakan
Izin Lokasi Berdasarkan Komitmen
Sumber: Direktorat Jenderal Penataan Agraria Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Agustus
2018.
Evaluasi Kebijakan Izin Lokasi dan Pertimbangan Teknis Pertanahan Pasca Penerapan SS Ima Mayasari 417
Volume 8 Nomor 3, Desember 2019
Gambar.6 Alur Proses Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Persetujuan atau Penolakan
Izin Lokasi Tanpa Komitmen
Sumber: Direktorat Jenderal Penataan Agraria Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Agustus
2018.
140 kabupaten/kota dari jumlah sebanyak yang menerbitkan izin lokasi, yang sebelumnya
250 daerah tingkat II, di mana 80-90 persen diterbitkan oleh Bupati/Walikota, Gubernur,
investasi terkonsentrasi di dalamnya.37 dan Menteri sesuai dengan kewenangannya
Selanjutnya, perkembangan teknologi yang (ex post). Prosedur dalam penerbitannya pun
berbeda-beda antara daerah, menjadikan lebih mudah dengan waktu penyelesaian
penerapan izin lokasi dan pertimbangan yang lebih singkat serta menciptakan
teknis pertanahan agak sulit dilakukan pada kepastian hukum bagi pelaku usaha, oleh
daerah yang sulit memperoleh akses terhadap karena pelaku usaha dapat memanfaatkan
informasi teknologi. Tantangan lainnya adalah pelayanan OSS untuk memproses izin lokasi
belum diimplemetasikannya OSS di seluruh dan pertimbangan teknis pertanahan baik
daerah di Indonesia. dengan komitmen maupun tanpa komitmen.
Percepatan kebijakan satu peta (one map Sementara itu secara prospective (ex ante)
policy) dengan sinkronisasi peta di Indonesia, hal ini mendorong percepatan perizinan
menjadi kebijakan yang strategis manfaatnya, berusaha, dan sinkronisasi tata ruang dan
terutama jika Indonesia memasuki pemanfaatan ruang, didukung oleh kebijakan
e-Government dalam kegiatan pemerintahan. satu peta (one map policy) dan satu data
Lebih lanjut, melalui Peraturan Presiden Indonesia (one data).
Nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Rekomendasi atau arah kebijakan ke depan
Indonesia, diharapkan data spasial dapat yang direkomendasikan dalam penulisan ini
mempercepat pemberian izin lokasi dan adalah penting untuk melakukan koordinasi
pertimbangan teknis pertanahan tanpa antara berbagai kepentingan (stakeholders)
komitmen, yang dapat mempercepat bisnis dalam penerapan izin lokasi dan pertimbangan
proses perizinan berusaha di Indonesia, dalam teknis pertanahan pasca pelaksanaan OSS.
rangka peningkatan daya saing Indonesia. Tentunya hal ini dapat mendukung reformasi
pertanahan di Indonesia, dan tentunya
D. Penutup menciptakan kepastian hukum dan kepastian
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat investasi di Indonesia.
disimpulkan bahwa dengan adanya Permen
terdapat perbedaan antara pengaturan izin Daftar Pustaka
lokasi dan pertimbangan teknis pertanahan Buku
sebelum dan sesudah pelaksanaan OSS, Allison, Graham T, Essence of Decision: Explaining
melalui Permen ATR/BPN Nomor Nomor 14 the Cuban Missile Crisis, (Boston: MA: Little,
Brown, 1971).
Tahun 2018 tentang Izin Lokasi dan Peraturan
Coleman, James C, Problems of Conceptualization
Menteri ATR/BPN Nomor 15 Tahun 2018 and Measurement in Studying Policy Impact,
tentang Pertimbangan Teknis Pertanahan. in Public Policy Evaluation, ed. Kenneth M.
Dalam hal ini Lembaga OSS menjadi lembaga Dolbeare, (Beverly Hills and London: Sage
Publications, 1975).
37
CNN Indonesia, Izin Investasi Terpadu, Rencana Detail Tata Ruang Dikebut, https://www.cnnindonesia.com/
ekonomi/20180628212632-92-309920/izin-investasi-terpadu-rencana-detail-tata-ruang-dikebut, diakses 17
Agustus 2019.
Evaluasi Kebijakan Izin Lokasi dan Pertimbangan Teknis Pertanahan Pasca Penerapan SS Ima Mayasari 419
Volume 8 Nomor 3, Desember 2019