Anda di halaman 1dari 20

[Jurnal Hukum

[UNIVERSITAS MATARAM]
JJAATTIISSW
WAAR
RAA]

KAJIAN NORMATIF PERENCANAAN PENATAAN RUANG


DAN PENATAGUNAAN TANAH

Arba1
L. Syapruddin.
Diangsa Wagian
Fakultas Hukum Universitas Mataram

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis secara normatif tentang
kewajiban negara/pemerintah untuk melakukan perencanaan penataan ruang dan penata-
gunaan tanah; dan untuk mengkaji dan menganalisis konsepsi hukum tentang perencanaan
penataan ruang dan penatagunaan tanah menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku
di Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian hukum
mengkaji asas-asas/prinsip-prinsip hukum, mengkaji norma-norma dan konsep-konsep
hukum, yang mengatur penataan ruang dan penatagunaan tanah. Metode pendekatannya
adalah pendekatan normatif, yaitu pendekatan perundang-undangan (statute approach),
pendekatan konseptual (conceptual approach), dan pendekatan komparatif (compartive
approach). Sumber bahan hukumnya adalah kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum
primer, sekunder, dan tertier. Hasil penelitian setelah dianalisis menunjukan bahwa
negara/pemerintah diwajibkan melakukan perencanaan penataan ruang dan penatagunaan
tanah atas dasar landasan filosofis, yuridis, dan empirik. Adapun konsepsi hukum
Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang
yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Sedangkan konsepsi hukum
penatagunaan tanah adalah pola pengelolaan tata guna tanah yang meliputi penguasaan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah yang berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah melalui
pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem
untuk kepentingan masyarakat secara adil. Penataan ruang dan penatagunaan tanah
merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, karena penatagunaan tanah merupakan bagian
penataan ruang, sehingga landasan hukumnya sama. Untuk itu hendaknya perencanaan
penataan ruang dan penatagunaan tanah harus betul-betul dilakukan untuk mewujudkan
pemanfaatan ruang dan tanah beserta sumber daya alam yang terkandung di dalamnya secara
efektif dan efisien.
Kata kunci: Tata ruang & Tataguna Tanah

ABSTRACT

NORMATIVE STUDY ON THE SPATIAL PLANNING


AND LAND USE MANAGEMENT
This research aims to normatively study and analyze the government’s obligation to
make spatial planning and land use management; and also to review and analyze the legal
conception of spatial planning and land use management in accordance with the legislations

1 Dosen tetap Fakultas Hukum Universitas Mataram


[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 1
[Jurnal Hukum
[FAKULTAS HUKUM]
JJA
ATTIISSW
WAAR
RAA]
existing in Indonesia. This study is normative, i.e. a research which examines the
fundamentals/principles of law, review the norms and legal concepts regulating spatial
planning and land use management. This research applies normative approach; there are
statute approach, conceptual approach, and comparative approach. It uses library resources
which consist of primary, secondary, and tertiary legal materials. The research discovers that
government is required to establish spatial planning and land use management on the basis of
philosophical, juridical, and empirical foundations. Furthermore, spatial planning is a process
to determine the spatial structure and pattern which covers the arrangement and establishment
of the spatial plan. While the land use management is a pattern of the land use management
which covers possession, use and utilization of land which constitute land use consolidation
through institutional arrangements associated with the use of land as an integrated system for
the benefit of a fair society. Spatial planning and land use management is an integral and
inseparable, as land use management is part of the spatial plan, so that they are actually under
the same legal basis. This research recommends that spatial planning and land use
management should fully be committed to create the spatial and land utilization and also
natural resources effectively and efficiently.

Key Word: Spatial Planning and Land Use Management

Pokok Muatan
KAJIAN NORMATIF PERENCANAAN PENATAAN RUANG
DAN PENATAGUNAAN TANAH .......................................................................................... 1
A. PENDAHULUAN............................................................................................................... 3
1. Latar Belakang ............................................................................................................. 3
2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
B. KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................................... 4
1. Fungsi dan Tujuan Hukum........................................................................................... 4
2. Asas-asas hukum.......................................................................................................... 5
3. Kerangka Teoritik dan Konseptual. ............................................................................. 5
C. METODE PENELITIAN.................................................................................................... 6
1. Jenis Penelitian............................................................................................................. 6
2. Metode Pendekatan ...................................................................................................... 7
3. Sumber dan Jenis bahan hukum................................................................................... 7
4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum. .......................................................................... 7
5. Teknik Analisis Bahan hukum..................................................................................... 7
D. HASIL PENELITIAN DAN PEM-BAHASAN ................................................................. 7
1. Kewajiban Negara/Pemerintah Me-lakukan Perencanaan Penataan Ruang dan
Penatagunaan Tanah .................................................................................................... 7
2. Konsepsi Hukum Pengaturan Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah ................. 10
E. PENUTUP......................................................................................................................... 17
1. Kesimpulan ................................................................................................................ 17
2. Saran-saran................................................................................................................. 18
2 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]
[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JJAATTIISSW
WAAR
RAA]

A. PENDAHULUAN maka negara sebagai organisasi kekuasaan


dari bangsa Indonesia itu, untuk pada
1. Latar Belakang
tingkatan yang tertinggi:
Undang Undang Dasar Negara 1. mengatur dan menyelenggarakan per-
Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun untukkan, penggunaan, persediaan dan
1945, Pasal 33 ayat (3) mengamanatkan pemeliharaan bumi, air dan ruang
bahwa bumi, dan air, dan kekayaan alam angkasa tersebut;
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara, dan dipergunakan untuk sebesar- 2. menentukan dan mengatur hubungan-
besarnya kemakmuran rakyat. Atas dasar hubungan hukum antara orang-orang
amanat inilah maka pemerintah dengan bumi, air dan ruang angkasa;
membentuk Undang-Undang Nomor 5 3. menentukan dan mengatur hubungan-
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar hubungan hukum antara orang-orang
Pokok-pokok Agraria (dikenal dengan dan perbuatan-perbuatan hukum yang
sebutan UUPA). mengenai bumi, air dan ruang angkasa;
Berlakuknya UUPA memberikan 4. Segala sesuatu dengan tujuan untuk
perubahan alur politik agraria, dari politik mencapai sebesar-besarnya kemak-
agraria kolonial ke politik agraria muran rakyat dalam rangka masyarakat
nasional1. UUPA dibentuk dengan tujuan yang adil dan makmur (Pasal 2 ayat (2
pokok untuk:2 dan 3).”
1. Meletakkan dasar-dasar bagi penyu- Atas dasar kewenangan tersebut,
sunan hukum agraria nasional, yang maka Negara berkewajiban untuk meng-
akan merupakan alat untuk membawa atur penyediaan, peruntukkan dan
kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan penggunanan bumi, air, ruang angkasa
bagi negara dan rakyat, terutama rakyat dengan sebaik-baiknya dengan memper-
tani dalam rangka masyarakat yang adil timbangkan prinsip keadilan, kepastian,
dan makmur; dan kemanfaatannya, Untuk itu maka di
2. Meletakkan dasar-dasar untuk meng- dalam Pasal 14 ditentukan bahwa
adakan kesatuan dan kesederhanaan Pemerintah dalam rangka Sosialisme
dalam hukum pertanahan; Indonesia, membuat suatu rencana umum
mengenai persediaan, peruntukkan dan
3. Meletakkan dasar-dasar untuk mem- penggunaan bumi, air dan ruang angkasa
berikan kepastian hukum mengenai hak- serta kekayaan alam yang terkandung di
hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya.” dalamnya:
Untuk mewujudkan tujuan bangsa 1. untuk keperluan Negara;
Indonesia dan tujuan terbentuknya UUPA
tersebut, maka pemerintah sebagai 2. untuk keperluan peribadatan dan
organisasi kekuasaan yang tertinggi keperluan-keperluan suci lainnya, sesuai
diberikan kewenangan dan tanggungjawab dengan dasar Ketuhanan Yang Maha
sebagai-mana diamanatkan dalam Pasal 2 Esa;
UUPA. Negara diberikan kewenangan 3. untuk keperluan pusat-pusat kehidupan
menguasai, dan selaku Badan Penguasa masyarakat, sosial, kebudayaan, dan
lain-lain kesejahteraan;
1
Imam Soetikno, Politik Agraria Nasional,
Yogyakarta, Gadjah Mada Press, 1994, hlm.1-3.
2
Ibid.
[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 3
[Jurnal Hukum
[FAKULTAS HUKUM]
JJA
ATTIISSW
WAAR
RAA]
4. untuk keperluan memperkembangkan a. Mengapa negara/pemerintah diwajibkan
produksi pertanian, peternakan dan melakukan perencanaan penataan ruang
perikanan serta sejalan dengan itu; dan penatagunaan tanah ?
5. untuk keperluan memperkembangkan b. Bagaimanakah konsepsi hukum tentang
industri, transmigrasi dan per- perencanaan penataan ruang dan
tambangan. penatagunaan tanah menurut hukum di
Berdasarkan ketentuan Pasal 14 Indonesia ?
tersebut maka, pemerintah membuat suatu B. KAJIAN PUSTAKA
Rencana Umum mengenai persediaan, per-
1. Fungsi dan Tujuan Hukum
untukkan dan penggunaan bumi, air, ruang
angkasa dan kekayaan alam untuk Hukum merupakan pedoman atau
kepentingan-kepentingan:3 patokan sikap tindak atau prikelakuan yang
pantas atau diharapkan, tetapi apabila
a. Kepentingan yang bersifat politis, hukum itu dipandang dari sudut ilmu
misalnya: kepentingan pemerintah pengetahuan, maka hukum itu merupakan
seperti perkantoran, pertahanan, dan pengetahuan yang tersusun secara
lain-lain. sistematis atas dasar kekuatan pemikiran,
b. Kepentingan yang bersifat ekonomis, dan apabila orang itu memandang hukum
misalnya: tanah untuk pengembangan itu sebagai suatu keputusan penguasa,
pertanian, peternakan, perikanan, per- maka hukum dikatakan sebagai hasil
kebunan, industri, pertambangan, proses deskresi, dan seterusnnya.
transmigrasi, kehutanan, dan lain-lain. Mochtar Kusumaatmadja mengata-
c. Kepentingan sosial dan keagamaan, kan:4”Di Indonesia fungsi hukum di dalam
misalnya: tanah untuk keperluan per- pembangunan adalah sebagai sarana
ibadatan, kuburan-kuburan, pusat-pusat pembaharuan masyarakat. Hal ini
pemukiman, kesehatan, pendidikan, didasarkan anggapan bahwa adanya
rekreasi, dan lain sebagainya. ketertiban di dalam pembangunan
Pelaksanaan dari ketentuan Pasal 14 merupakan sesuatu yang dipandang
tersebut pemerintah membentuk Undang- penting dan sangat diperlukan”. Mochtar
Undang Nomor 24 tahun 1992 tentang Kusumaatmadja dan B. Arief Sidharta
Penataan Ruang yang diganti dengan mengatakan:5 “bahwa antara fungsi &
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tujuan hukum itu berbeda. Fungsi hukum
tentang Penataan Ruang, dan diikuti pula adalah menjamin keteraturan (kepastian)
dengan dibentuknya Peraturan Pemerintah dan ketertiban dalam masyarakat,
Nomor 15 tahun 2010 tentang pelaksanaan sedangkan tujuan hukum tidak lepas
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 dengan tujuan akhir dari bermasyarakat
tersebut, serta Peraturan Pemerintah yang tidak dapat dilepaskan dengan nilai-
Nomor 16 Tahun 2004 tentang nilai falsafah hidup yang menjadi dasar
Penatagunaan Tanah. hidup masyarakat itu, yang akhirnya
bermuara pada keadilan.”
2. Rumusan Masalah
Bertolak dari uraian tersebut di atas, 4
.Mochtar Kusumaatmadja, Hukum,
maka dapat dirumuskan permasalahan Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, Bandung,,
penelitian sebagai berikut: Bina Cipta 1976, hal.9
5
.Mochtar Kusumaatmadja dan B. Arief Sidharta,
Pengantar Ilmu Hukum, Suatu Pengenalan Pertama
3
. Sudikno Mertokusumo, Hukum dan Politik Ruang Lingkup Berlakunya Ilmu Hukum, Buku I,
Agraria, Jakarta, Karunika, 1988, hlm. 6.25-6.26. Bandung, Alumni, 2000, hlm. 52.
4 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]
[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JJAATTIISSW
WAAR
RAA]

Aristoteles penganut teori etis social engineering”.12 Asas-asas hukum


mengatakan bahwa pada asasnya tujuan tersebut antara lain: Lex superior derogot
hukum adalah semata-mata untuk legi inferiori (hukum yang tinggi
mencapai keadilan.6 Jeremy Bentham diutamakan pelaksanaannya daripada
penganut teori utilitis mengatakan: ”tujuan hukum yang rendah); Lex specyalist
hukum adalah semata-mata untuk derogot legi generali (hukum yang khusus
menciptakan kemanfaatan atau kebaha- diutamakan dari pada hukum yang umum);
giaan warga masyarakat.”7 Lex posteriori derogot legi priori
(peraturan yang baru didahulukan dari
2. Asas-asas hukum
pada peraturan yang lama).
Asas hukum adalah “aturan dasar
dan prinsip-prinsip hukum yang abstrak Selain asas-asas hukum umum
yang pada umumnya melatarbelakangi tersebut di atas terdapat pula asas-asas
peraturan konkrit dan pelaksanaannya khusus yang terdapat dalam Hukum
hukum”.8 Dalam Kamus Besar Bahasa Agraria Nasional (UUPA), yaitu antara
Indonesia asas ada 3 pengertian yaitu: lain:
“hokum dasar, dasar (sesuatu yg menjadi a. asas religiusitas tercermin dalam
tumpuan berpikir dan berpendapat), dan ketentuan Pasal 1 ayat (2);
dasar cita-cita”.9 b. asas kebangsaan tercermin dalam
Paton mengatakan: “asas hukum ketentuan Pasal 1 ayat (3), dan pasal 2
tidak akan pernah habis kekuatannya hanya ayat (3));
karena telah melahirkan suatu aturan atau c. asas demokrasi tercermin dalam
hukum, melainkan tetap saja ada dan akan ketentuan Pasal 9 ayat (2);
mampu terus melahirkan aturan dan
peraturan seterusnya”.10 Satjipto Rrahardjo d. asas kemasyarakatan, pemerataan dan
mengatakan: “asas hukum mengandung keadilan sosial tercermin dalam
nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan etis. Bila ketentuan Pasal 6, 7, 10 ayat (1), 11 dan
membaca aturan atau peraturan hukum 13;
mungkin akan menemukan pertimbangan e. asas penggunaan dan pemeliharaan
etis”.11 tanah secara berencana tercermin
“Fungsi asas hukum adalah “menjaga dalam ketentuan Pasal 14 dan 15;
ketaatan asas atau konsistensi, penye- f. asas pemisahan horizontal tanah
lesaikan konflik yang terjadi dalam sistem dengan bangunan dan tanaman yang ada
hukum, dan sebagai rekayasa sosial, baik di atasnya.
dalam sistem hukum maupun dalam sistem
sosial. Asas hukum sebagai “a tool of 3. Kerangka Teoritik dan Konseptual.
Satjipto Rahardjo mengatakan:13
6
“Dalam dunia ilmu, teori menempati
.Aristoteles, dalam Van Apeldorn, Pengantar
Ilmu Hukum, Jakarta, Pradnya Paramita, 1985,hlm. 24
kedudukan yang penting. Ia memberikan
7
.Jeremy Bentham, 1748 hlm. 183, dalam Lili sarana kepada kita untuk bisa merangkum
Rasjidi dan Ira Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori serta memahami masalah yang kita
Hukum, Bandung, Aditya Bakti, 2001, hlm.64.
8
.Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum,
bicarakan secara lebih baik. Radbruch:14
Indonesia, Ghalia, 2004, hlm. 95.
9 12
.Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Ibid. hlm. 96
13
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung, Citra
2003, hlm.70. Aditya Bakti, 2000, hlm. 253
10 14
.Marwan Mas, Loc. Cit., hlm. 95. Rudbruch, dalam W. Freidmann, Legal
11
Ibid. hlm. 95 Theory, London, Steven & Sons, 1958. hlm. 3.
[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 5
[Jurnal Hukum
[FAKULTAS HUKUM]
JJA
ATTIISSW
WAAR
RAA]
“bahwa tugas teori hukum adalah d. Peraturan Pemerintah;
membikin jelas nilai-nilai oleh postulat- e. Peraturan Presiden;
postulat hukum sampai kepada landasan
filosofisnya yang tertinggi”. Fungsi teori f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
dalam mengkaji dan menganalisis hasil g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
penelitian adalah sebagai pisau analisis.
Teori-teori hukum yang dijadikan pisau (2) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-
analisis dalam penulisan laporan penelitian undangan sesuai dengan hierarki
ini adalah sebagai berikut: sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
a. Stufenbou Theory (Teori Hierarki dari a. Teori Kedaulatan Negara (van
Hans Kelsen) Vollenhoven) yang dikutip dari
Notonegoro mengatakan:16
Hans Kelsen mengatakan bahwa per- ”negara sebagai organisasi
aturan perundang-undangan tersusun tertinggi dari bangsa yang diberi
dalam suatu tingkatan, dari yang paling kekuasaan untuk mengatur segala-
tinggi sampai ke yang paling rendah.15 galanya dan negara berdasarkan
Teori tersebut menghendaki bahwa di kedudukannya memiliki kewe-
dalam pembentukan peraturan perundang- nangan untuk membuat peraturan
undangan wajib berpedoman pada hukum”.
konstitusi (UUD), demikian pula
pembentukan peraturan perundang- b. Teori Negara Hukum Kesejah-
undangan di bawah undang-undang harus teraan
mengacu pada undang-undang yang lebih Bagir Manan mengatakan:17 ”negara
tinggi. atau pemerintah tidak semata-mata sebagai
Hukum nasional negara Indonesia penjaga keamanan atau ketertiban
dalam perkembangnya juga mengenal masyarakat, tetapi pemikul utama
adanya hierarki peraturan perundang- tanggung jawab mewujudkan keadilan
undangan sebagaimana diatur dalam sosial, kesejahteraan umum dan sebesar-
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 besarnya kemakmuran rakyat”.
tentang Pembentukan Peraturan C. METODE PENELITIAN
Perundang-undangan Pasal 7 menentukan
sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian

(1) Jenis dan hierarki Peraturan Perun- Penelitian hukum ini adalah
dang-undangan terdiri atas: penelitian hukum normatif. Ilmu hukum
normatif dipahami sebagai ilmu tentang
a. Undang-Undang Dasar Negara kaidah (norma), merupakan ilmu yang
Republik Indonesia Tahun 1945; menelaah hukum sebagai kaidah atau
b. Ketetapan Majelis Permusyawarat- sistem kaidah-kaidah, dengan dogmatik
an Rakyat; hukum atau sistematik hukum. Mukti Fajar
dan Yulianto Achmad mengatakan18
c. Undang-Undang/Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang- 16
Undang; Van Vollenhoven, dalam Notonegoro,
dikutip dalam Abrar Saleng, Hukum
Pertambangan, UII Pres, Yogyakarta, 2004, hal. 7.
17
Bagir Manan, dikutip dalam Abrar Saleng,
15
Hans Kelsen, Introduction To The Problem of Ibid. hal. 9
18
The Legal Theory, Translated by Bonnie Litschewski .Mukti Fajar ND. dan Yulianto Achmad,
Paulson and Stanlay L Paulson, Clandon Press, Oxford, Dualisme Penelitian Hukum, Normatif dan Empiris,
h. 63-68. (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, Cet. I, 2010), hlm. 34.
6 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]
[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JJAATTIISSW
WAAR
RAA]

“penelitian hukum yang meletakkan jutnya mencari prinsip-prinsip hukum,


hukum sebagai sebuah bangunan sistem hubungan-hubungan antara prinsip hukum
norma. Sistem norma yang dimaksud yang satu dengan prinsip hukum lainnya,
adalah mengenai asas-asas, norma-norma, kemudian disimpulkan dengan mengguna-
kaidah-kaidah dari peraturan perundang- kan penalaran deduktif-induktif.
undangan, putusan pengadilan, perjanjian
D. HASIL PENELITIAN DAN PEM-
serta doktrin (ajaran)”.
BAHASAN
2. Metode Pendekatan 1. Kewajiban Negara/Pemerintah Me-
Adapun metode pendekatan yang lakukan Perencanaan Penataan
digunakan dalam penelitian hukum Ruang dan Penatagunaan Tanah
normatif ini adalah pendekatan perundang- Setiap kegiatan dalam rangka
undangan (statute approach), pendekatan mengisi kemerdekan Bangsa Indonesia dan
konsep (conceptual approach), dan pelaksanaan pembangunan di segala
pendekatan komparatif (compartive bidang, harus mempunyai landasan hukum
approach). sebagai pijakannya, baik dasar filosofis-
3. Sumber dan Jenis bahan hukum nya, konstitusionalnya, maupun sosio-
Sumber bahan hukum adalah bahan logis/empiriknya. Landasan Filosofis;
kepustakaan (liberary reseach), terdiri dari dipakai untuk memaknai hakekat dan arti
bahan hukum primer berupa Peraturan dibalik pelaksanaan kegiatan perencanaan
perundang-undangan, dan bahan hukum dan pelaksanaan pemanfaatan ruang dan
sekunder berupa: konsep-konsep teori dan sumber daya alam. Landasan Yuridis;
pendapat para ahli hukum, serta bahan dipakai untuk mengkaji segala aktivitas di
hukum tertier berupa kamus-kamus bahasa dalam Negara Hukum RI, baik itu berupa
dan kamus hukum.19 kegiatan pembentukan peraturan
perundang-undangan, pengambilan suatu
4. Teknik Pengumpulan Bahan kebijakan, maupun kegiatan pelaksanaan
Hukum. dan pengawasan serta evaluasinya.
Pengumpulan bahan hukum Landasan Sosiologis/Empirik; dipakai
dilakukan dengan mengkaji dan meng- untuk mengkaji bahwa ruang adalah
analisis peraturan perundang-undangan dan hamparan wilayah yang meliputi wilayah
pendapat-pendapat para ahli hukum yang darat, air dan udara di seluruh wilayah
berkaitan dengan penelitian ini. Selain itu Negara RI, yang di dalamnya terdapat
juga mengkaji dokumen-dokumen resmi sumber daya alam yang menguasai hajat
negara, hasil-hasil penelitian hukum hidup orang banyak, maka negara
sebelumnya, kamus hukum dan bertanggungjawab mengatur penyediaan,
ensiklopedia hukum. peruntukan, dan pemanfaatan, serta
penggunaannya.
5. Teknik Analisis Bahan hukum
a. Dasar-dasar Filsafati Pengaturan
Untuk mengkaji hukum dari aspek Penataan Ruang dan Penatagunaan
normatif (law in book), maka metode Tanah
normatif analitislah yang dijadikan acuan
dalam mengkaji dan menganalis sesuatu Dasar filsafati dan fundamental bagi
permasalahan. Dari hasil analisis selan- bangsa Indonesia adalah Pancasila. Bagi
bangsa Indonesia falsafah hidup Pancasila
merupakan asas kerohanian Negara, norma
19
. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian dasar, cita hukum, dan sumber dari segala
Hukum, Jakarta, UI Press, 1986. hal. 12
[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 7
[Jurnal Hukum
[FAKULTAS HUKUM]
JJA
ATTIISSW
WAAR
RAA]
sumber hukum.20 Hamid S Attamimi d. memperkuat nilai-nilai sovereinitas
mengatakan bahwa:21 “Kelima sila dalam kerakyatan melalui sila kerakyatan yang
Pancasila dalam kedudukannya sebagai dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
cita hukum rakyat Indonesia dalam dalam permusyawaratan/ perwakilan;
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan e. melembagakan upaya untuk mem-
bernegara secara positif merupakan bangun sosialitas yang berkeadilan
“bintang pemandu” yang memberikan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
pedoman dan bimbingan dalam semua Dalam teori hukum Stuffenbau The
kegiatan, memberi isi kepada setiap Teory (teori jenjang) menempatkan
peraturan perundang-undangan, dan secara grundnorm sebagai dasar fundamental
negatif merupakan kerangka yang yang utama dalam pembentukan suatu
membatasi ruang gerak isi peraturan aturan hukum. Sehubungan dengan itu,
perundang-undangan tersebut. maka dalam pembentukan peraturan per-
Pancasila selain sebagai cita hukum, undang-undangan Negara Indonesia
juga merupakan Norma Fundamental menempatkan Pancasila sebagai
Negara (Staats fundamental norm), karena grundnormnya, sebagai-mana yang diatur
itu sila-sila Pancasila baik secara sendiri- di dalam Pasal 2 Un-dang-undang Nomor
sendiri maupun bersama-sama merupakan 12 Tahun 2011 tentang Tatacara
norma dasar atau norma yang tertinggi Pembentukan Peraturan Perundang-
bagi berlakunya semua norma hukum. undangan menentukan bahwa sumber dari
Dengan demikian hukum yang dibangun segala sumber hukum adalah Pancasila.
adalah hukum yang berparadigma Undang-Undang Penataan Ruang
Pancasila yang berdasarkan pada UUD dibentuk berdasarkan nilai-nilai
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pancasilais, yakni bahwa penataan ruang
yaitu:22 dan pemanfaatan sumber daya alam harus
a. mencerminkan religiusitas ketuhanan betul-betul memperhatikan nilai-nilai yang
segenap warga Negara melalui tertuang di dalam Pancasila,
keyakinan segenap bangsa warga
b. Dasar Yuridis Konstitusional
terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
Penataan Ruang dan Penatagunaan
b. mencerminkan prinsip-prinsip huma-
Tanah
nitas yang berkeadilan dan berkeadaban
atau sila kemanusiaan yang adil dan Penjelasan UUD 1945 mengatakan
beradab; bahwa pembukaan merupakan pokok-
c. menjamin dan memperkuat prinsip pokok pikiran yang terkandung dalam
nasionalitas kebangsaan Indonesia Pasal-pasal UUD 1945. Artinya Pasal-
melalui sila persatuan Indonesia; pasal pada Batang Tubuh UUD 1945
merupakan penjabaran normatif tentang
20
.M. Noor Syam, Penjabaran Filsafat Pancasila pokok-pokok pikiran yang terkandung di
dalam Filsafat Hukum (Sebagai Landasan Pembinaan dalam Pembukaan UUD 1945. Pokok-
Sistem Hukum Nasiona), (Laboratorium Pancasila IKIP pokok pikiran itu merupakan suasana
Malang, 2000), hlm. Vi.
21
. Hamid S. Attamimi, Teori Perundang- kebatinan UUD dan merupakan cita hukum
Undangan Indonesia (Suatu Sisi Ilmu Pengetahuan yang menguasai konstitusi (baik yang
Perundang-undangan Indonesia yang Menjelaskan dan tertulis maupun yang tidak tertulis).
Menjernihkan Pemahaman) Pidato Pengukuhan Guru
Besar Tetap pada Fakultas Hukum UI, Jakrta 25 April Dengan demikian semua produk
1992.. Hlm. 333 hukum dan penegakkannya di Indonesia
22
.Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-undang di
Indonesia, Sekretarial Jenderal dan Kepanitraan haruslah didasarkan pada pokok pikiran
Mahkamah Konstitusi RI, (Jakarta, 2006), hlm. 206-207.
8 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]
[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JJAATTIISSW
WAAR
RAA]

yang ada di dalam UUD 1945 termasuk bahwa cita hukum bangsa Indonesia harus
Pancasila. Pancasila itu merupakan cita mencerminkan nilai-nilai Ketuhanan, nilai
hukum. Pancasila dapat merupakan penguji Kemanusiaan, nilai Persatuan, nilai
kebenaran hukum positif sekaligus menjadi Kerakyatan dan Permusyawaratan, serta
arah hukum positif tersebut untuk nilai Keadilan sosial.
dikristalisasikan dalam bentuk norma yang Hans Kelsen dalam teori hirarki
imperatif untuk mencapai tujuan negara. peraturan perundang-undangan mengata-
Dari sini dapat dimengerti bahwa cita kan bahwa peraturan perundang-undangan
hukum harus dibedakan dari konsep tetang yang lebih rendah tidak boleh bertentangan
hukum: yang pertama terletak di dalam ide dengan peraturan perundang-undangan
dan cita, sedangkan yang kedua merupakan yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan
suatu kenyataan yang harus bersumber dari asas hukum (adagium) yang mengatakan
cita tersebut.23 “Lex superior derogat legi inferiori”.
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar Dengan demikian, maka jelas bahwa pem-
filsafat Negara Indonesia pada hakekatnya bentukan Undang-undang Penataan Ruang
merupakan sumber dari hukum dasar harus mencerminkan nilai-nilai funda-
Negara Indonesia. Sebagai sumber hukum mental Pancasila dan UUD 1945 sebagai
dasar, maka Pancasila merupakan suatu norma dasar (grundnorm).
hukum dasar dan cita-cita hukum serta
c. Dasar Sosiologis/empirik penataan
cita-cita moral yang luhur yang oleh
ruang dan penatagunaan tanah.
pendiri negara yang mewakili seluruh
bangsa Indonesia pada tanggal 18 Agustus Konsideran UUPR bagian menim-
1945 dinyatakan secara yuridis formal bang mengatakan bahwa NKRI yang
sebagai dasar Negara, yang selanjutnya merupakan negara kepulauan berciri
ditetapkan lagi di dalam Ketetapan MPR Nusantara, baik sebagai kesatuan wadah
Nomor XX/MPRS/1966. yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam
Moh. Mahfud MD, Pancasila dengan bumi, maupun sebagai sumber daya, perlu
fungsi konstitutifnya menentukan dasar di-tingkatkan upaya pengelolaannya secara
suatu tatanan hukum yang memberi arti bijaksana, berdaya guna, dan berhasil guna
dan makna bagi hukum itu sendiri dengan berpedoman pada kaidah penataan
sehingga tanpa dasar yang diberikan oleh ruang sehingga kualitas ruang wilayah
Pancasila itu hukum akan kehilangan arti nasional dapat terjaga keberlanjutannya
dan makna sebagai hukum. Sedangkan demi terwujudnya kesejahteraan umum
dengan fungsi regulatifnya Pancasila dan keadilan sosial sesuai dengan landasan
menentukan apakah hukum positif sebagai konstitusional Undang-Undang Dasar
produk itu adil ataukah tidak adil.24 Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dengan demikian rumusan cita Selanjutnya penjelasan umum UUPR
hukum Negara Indonesia yang ber- mengatakan pada dasarnya ruang sebagai
dasarkan Pancasila dan UUD 1945 harus sumber daya tidak mengenal batas
berorientasi pada nilai-nilai luhur yang wilayah. Namun, untuk mewujudkan ruang
tercermin dalam Pancasila dan UUD 1945 wilayah nasional yang aman, nyaman,
sebagai dasar konstitusionalnya. Ini berarti produktif, dan berkelanjutan berlandaskan
Wawasan Nusantara dan Ketahanan
23
.Moh. Mahfud MD, Membangun Politik Nasional, serta sejalan dengan kebijakan
Hukum, Menegakkan Konstitusi, (Rajawali Pers, Jakarta,
2011), hlm. 52. otonomi daerah yang nyata, luas, dan
24
. Moh. Mahfud MD, Op. Cit. hlm 54. bertanggungjawab, penataan ruang
[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 9
[Jurnal Hukum
[FAKULTAS HUKUM]
JJA
ATTIISSW
WAAR
RAA]
menuntut kejelasan pendekatan dalam 6. Mewujudkan keadilan termasuk
proses perencanaannya demi menjaga kesetaraan gender dalam pengusaan
keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan pemilikan, penggunaan, peman-
dan keterpaduan antardaerah, antarpusat faatan, dan pemeliharaan sumber daya
dan daerah, antarsektor, dan antar agraria/sumber daya alam;
pemangku kepentingan. Oleh karena itu 7. Memelihara keberlanjutan yang mem-
penataan ruang didasarkan pada beri manfaatan yang optimal, baik
pendekatan sistem, fungsi utama kawasan, untuk generasi sekarang maupun
wilayah administratif, kegiatan kawasan, generasi yang akan datang;
dan nilai strategis kawasan.
8. Melaksanakan fungsi sosial, keles-
Penataan ruang merupakan kegiatan tarian, dan fungsi ekologis sesuai
yang terstruktur dan sistematis dalam dengan kondisi sosial budaya setempat;
rangka upaya menata dan merencanakan
persediaan, peruntukkan, penggunaan dan 9. Menciptakan keterpaduan dan koordi-
pemanfaatan sumber daya alam. Dengan nasi antar sektor pembangunan dan
adanya penataan ruang, maka persediaan, antara daerah dalam pelaksanaan
peruntukkan, penggunaan dan pemanfaat- pembaharuan agraria dan pengelolaan
an sumber daya alam (darat, laut/air, dan sumber daya alam.
udara, serta kekayaan alam yang ter- 10. Mengakui, menghormati, dan melin-
kandung di dalamnya) dapat direncanakan dungi hak masyarakat hukum adat, dan
dengan baik dan benar. keragaman budaya bangsa atas sumber
Memperhatikan prinsip-prinsip dasar daya agraria/ sumber daya alam;
filsafati, dasar yuridis, dan dasar empiris 11. Mengupayakan keseimbangan hak dan
penataan ruang tersebut di atas tampaknya kewajiban negara, pemerintah (Pusat,
sejalan dengan prinsip-prinsip dasar daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, dan
pembaharuan agraria dan pengelolaan Desa atau yang setingkat, berkaitan
sumber daya alam sebagaimana yang dengan alokasi dan pengelolaan sumber
diamanatkan dalam Ketetapan MPR daya agraria/sumber daya alam.
IX/MPR/2001 sebagai berikut: 25
2. Konsepsi Hukum Pengaturan
1. Memelihara dan mempertahankan Penataan Ruang dan Penatagunaan
keutuhan Negara Kesatuan Republik Tanah
Indonesia;
a. Konsepsi-konsepsi Hukum Penataan
2. Menghormati dan menjunjung tinggi Ruang
hak asasi manusia;
Teori Negara Hukum Modern
3. Menghormati supremasi hukum; mengatakan bahwa tugas negara bukan
4. Mensejahterakan rakyat, umum hanya sebagai penjaga keamanan dan
mengenai peningakatan kualitas ketertiban masyarakat semata, akan tetapi
sumber daya manusia Indonesia; berkewajiban mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Sejalan dengan teori tersebut,
5. Mengembangkan demokratis, kepa- Pembukaan UUD 1945 alinea ke IV
tuhan hukum, transparansi, dan mengatakan: ”Negara memajukan kesejah-
optimalisasi partisipasi rakyat; teraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa...” Guna mewujudkan cita-cita
25
.Ketetapan MPR RI Nomor IX/MPR/2001 hukum negara tersebut, maka di dalam
tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumber Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 diatur: Bumi,
Daya ALam.
10 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]
[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JJAATTIISSW
WAAR
RAA]

dan air, dan kekayaan alam yang a. Ruang adalah wadah yang meliputi
terkandung di dalamnya dikuasai oleh ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya termasuk ruang di dalam bumi sebagai
kemakmuran rakyat”. Penjelasan Pasal 33 satu kesatuan wilayah, tempat manusia
ayat (3) ini mengatakan: “Bumi dan air dan dan makhluk lain hidup, melakukan
kekayaan alam yang terkandung dalam kegiatan, dan memelihara kelangsungan
bumi adalah pokok-pokok kemakmuran hidupnya.
rakyat”. b. Tata ruang adalah wujud struktur ruang
Untuk mewujudkan konsepsi hukum dan pola ruang.
yang demikian itu, maka pemerintah c. Penataan ruang adalah suatu sistem
membentuk UUPA. Di dalam Pasal 2 proses perencanaan tata ruang,
mengatur dan memberikan kewenangan pemanfaatan ruang, dan pengendalian
kepada negara sebagai organisasi kekuasa- pemanfaatan ruang.
an untuk menguasai, mengatur dan
menyelenggarakan, mengelola dan d. Penyelenggaraan penataan ruang adalah
mengawasi penyediaan, peruntukan, kegiatan yang meliputi pengaturan,
penggunaan, dan pemanfaatan bumi, air, pembinaan, pelaksanaan, dan peng-
ruang angkasa dan kekayaan alam yang awasan penataan ruang.
terkandung di dalamnya untuk sebesar- e. Pembinaan penataan ruang adalah upaya
besarnya kemakmuran rakyat.26 untuk meningkatkan kinerja penataan
Selanjutnya Pasal 14 UUPA yang ruang yang diselenggarakan oleh
mewajibkan kepada pemerintah untuk Pemerintah, pemerintah daerah, dan
melakukan perencanaan penyediaan, masyarakat.
peruntukan, penggunaan, dan pemanfaatan f. Pelaksanaan penataan ruang adalah
bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan upaya pencapaian tujuan penataan ruang
alam yang terkandung di dalamnya, untuk melalui pelaksanaan perencanaan tata
kepentingan bangsa dan negara dan ruang, pemanfaatan ruang, dan
kepentingan masyarakat bangsa Indonesia. pengendalian pemanfaatan ruang.
Atas dasar perintah Pasal 14 UUPA
tersebut maka pemerintah membentuk g. Pengawasan penataan ruang adalah
Undang-Undang Penataan Ruang. upaya agar penyelenggaraan penataan
ruang dapat diwujudkan sesuai dengan
Konsepsi-konsepsi dasar yang ketentuan peraturan perundang-
tertuang di dalam peraturan perundang- undangan.
undangan tersebut selanjutnya dijabarkan
lebih lanjut dengan Undang-undang h. Perencanaan tata ruang adalah suatu
sektoral yang mengatur Penataan Ruang. proses untuk menentukan struktur ruang
Adapun konsepsi-konsepsi hukum yang dan pola ruang yang meliputi
penting dalam Undang-Undang Nomor 26 penyusunan dan penetapan rencana tata
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang ruang.
diatur di dalam Pasal 1 antara lain sebagai i. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah
berikut: upaya untuk mewujudkan tertib tata
ruang.

26
j. Ruang terbuka hijau adalah area
Baca pula buku tulisan Juniarso Ridwan dan
Achmad Sodik, Hukum Tata Ruang Dalam Konsep
memanjang/jalur dan/atau menge-
Kebijakan Otonomi Daerah, Bandung, Penerbit Nuansa, lompok, yang penggunaannya lebih
2008; hlm. 28.
[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 11
[Jurnal Hukum
[FAKULTAS HUKUM]
JJA
ATTIISSW
WAAR
RAA]
bersifat terbuka, tempat tumbuh f. Asas kebersamaan dan kemitraan,
tanaman, baik yang tumbuh secara bahwa penataan ruang diselenggarakan
alamiah maupun yang sengaja ditanam. dengan melibatkan seluruh pemangku
Di dalam UUPR terdapat prinsip- kepentingan;
prinsip hukum penting sebagaimana diatur g. Asas perlindungan kepentingan umum,
dalam Pasal 2 dan penjelasannya adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan
sebagai berikut: dengan mengutamakan kepentingan
a. Asas keterpaduan, bahwa dalam masyarakat;
penataan ruang diselenggarakan dengan h. Asas kepastian hukum dan keadilan,
mengintegrasikan berbagai kepentingan bahwa penataan ruang diselenggarakan
yang bersifat sektoral, lintas wilayah dengan melandaskan hukum/ketentuan
dan lintas pemangku kepentingan. peraturan perundang-undangan dan
Pemangku kepentigan antara lain bahwa penataan ruang dilaksanakan
pemerintah, pemerintah daerah dan dengan mempertimbangkan rasa
masyarakat; keadilan masyarakat serta melindungi
b. Asas keserasian, keselarasan dan hak dan kewajiban semua pihak secara
keseimbangan, bahwa penataan ruang adil dengan jaminan kepastian hukum;
diselenggarakan dengan mewujudkan dan
keserasian antara struktur ruang dan i. Asas akuntabilitas, bahwa penyeleng-
pola ruang, keselarasan antara garaan penataan ruang dapat
kehidupan manusia dengan lingkungan- dipertanggungjawabkan baik prosesnya,
nya, keseimbangan antara pertumbuhan pembiayaannya maupun hasilnya.
dan perkembangan antardaerah dan Prinsip-prinsip dasar tersebut
antar kawasan perekonomian serta antar merupakan nilai-nilai dasar yang
kawasan perkotaan dengan kawasan mengandung makna filsafati yang menjadi
pedesaan; acuan dalam perumusan pasal-pasal dalam
c. Asas keberlanjutan, artinya bahwa peraturan perundang-undangan penataan
penataan ruang diselenggarakan dengan ruang. Prinsip-prinsip hukum, tujuan dan
menjamin kelestarian dan daya dukung klasifikasi penataan ruang tersebut harus
dan daya tampung lingkungan dengan menjadi pedoman utama bagi pemerintah
memperhatikan generasi mendatang; pusat dan daerah dalam rangka menyusun
d. Asas keberdayagunaan dan keber- rencana tata ruang nasional dan tata ruang
hasilgunaan, adalah bahwa penataan daerah.
ruang diselenggarakan dengan meng- Apabila penyusunan suatu rencana
optimalkan manfaat ruang dan sumber tata ruang di daerah-daerah dan pelaksana-
daya yang terkandung di dalamnya serta annya bertentangan dengan asas-asas
menjamin terwujudnya tata ruang yang hukum yang tertuang di dalam Undang-
berkualitas; Undang Penataan Ruang, maka
e. Asas keterbukaan, bahwa penataan mengakibatkan rencana tata ruang tersebut
ruang diselenggarakan dengan mem- batal demi hukum atau dapat dibatalkan.
berikan akses yang seluas-luasnya Asas tersebut menghendaki adanya
kepada masyarakat untuk mendapatkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
dari berbagai subsistem dalam peren-
informasi yang berkaitan dengan
penataan ruang; canaan, pemanfaatan dan pengelolaan
ruang, sehingga akan dapat meningkatkan

12 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]


[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JJAATTIISSW
WAAR
RAA]

kualitas ruang wilayah yang ada. ini bukan hanya milik kita sekarang saja
Di dalam penjelasan umum angka 5 akan tetapi juga milik anak cucu dan umat
alinea kedua dijelaskan sebagai berikut:27 manusia yang akan datang.

“Nilai keserasian, keselarasan dan Sedangkan asas kepastian dan


keseimbangan ini penting diwujudkan keadilan adalah bahwa penataan ruang
dalam penataan ruang karena mengingat diselenggarakan dengan berlandaskan
bahwa ruang (darat, laut dan udara, serta hukum dan dilaksanakan dengan
ruang bawah tanah) adalah merupakan mempertimbangkan rasa keadilan
wadah manusia dan makhluk hidup lainnya masyarakat serta melindungi hak dan
untuk tempat tinggal, mengembangkan kewajiban semua pihak secara adil dengan
keturunannya, tempat mencari nafkah, jaminan kepastian hukum. Kepastian
tempat memenuhi berbagai kebutuhan hukum dan keadilan ibarat dua mata
hidupnya baik kebutuhan fisik maupun pedang, yang kadang-kadang selalu
rohaninya, serta tempat melakukan dipersoalakan di kalangan ilmuan hukum,
berbagai macam aktivitas untuk sebab seringkali mengutamakan kepastian
keberlanjutan kehidupannya, dan pada hukum mengabaikan keadilan, dan
tanahlah manusia akan dikembalikan sebaliknya mengejar keadilan meng-
(dikuburkan) jika sudah meninggal. Di lain abaikan kepastian hukum.
pihak ketersediaan dan kemampuan ruang Gustav Radbruch mengatakan:29
pada dasarnya terbatas”. bahwa berbicara tentang kepastian hukum
Prinsip harmonisasi dan kese- adalah berbicara tentang bagian dari cita
imbangan sejalan dengan tujuan hukum hukum (Idee des Rechts). Beliau mengata-
menurut teori hukum timur. Teori hukum kan, “cita hukum ditopang oleh kehadiran
timur tidak menempatkan “kepastian” tiga nilai dasar (Grunwerten), yaitu:
tetapi hanya menekankan pada tujuan keadilan (Gerech-tigkeit), kemanfaatan
hukum yaitu:”keadilan adalah kehar- (Zweckmaeszigkeit) dan kepastian hukum
monisan, dan keharmonisan adalah (Rechtssickerkeit).”
kedamaian”.28 Menurut teori hukum timur Pembentukan UUPR mempunyai
ini, bahwa hukum tidak bertujuan untuk maksud dan tujuan yang ingin dicapai.
mencapai kepastian hukum, akan tetapi Tujuan penataan ruang tersebut diatur
keadilan, yaitu keharmonisan dan dalam Pasal 3 yang menentukan sebagai
kedamaian. berikut: “Penyelenggaraan penataan ruang
Asas “keberlanjutan” adalah bahwa bertujuan untuk mewujudkan ruang
penataan ruang diselenggarakan dengan wilayah nasional yang aman, nyaman,
menjamin kelestarian dan kelangsungan produktif, berkelanjutan berlandaskan
daya dukung dan daya tampung Wawasan Nusantara dan Ketahanan
lingkungan dengan memperhatikan Nasional dengan:
kepentingan generasi mendatang. Prinsip a. terwujudnya keharmonisan antara
utamanya adalah bahwa sumber daya alam lingkungan alam dan lingkungan
dan lingkungan hidup yang ada sekarang buatan;
b. terwujudnya keterpaduan dalam
27
Penjelasan Umum angka 5 UUPR. penggunaan sumber daya alam dan
28
. Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal
Theory) dan Teori Peradilan (Judicalprundence)
29
termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence), Gustav Radbruch, 1961, dalam Satjipto
(Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. Rahardjo, Hukum dalam Jagat Ketertiban, (Jakarta, UKI
212. Press, 2006), hlm. 135.
[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 13
[Jurnal Hukum
[FAKULTAS HUKUM]
JJA
ATTIISSW
WAAR
RAA]
sumber daya buatan dengan a. kondisi fisik Negara Kesatuan
memperhatikan sumber daya manusia; Republik Indonesia yang rentan
dan terhadap bencana;
c. terwujudnya perlindungan fungsi ruang b. potensi sumber daya alam, sumber
dan pencegahan dampak negatif ter- daya manusia, dan sumber daya
hadap lingkungan akibat pemanfaatan buatan; kondisi ekonomi, kondisi
ruang.” sosial, budaya, politik, hukum,
Sesuai dengan asas dan tujuan di pertahanan keamanan, lingkungan
atas, maka penataan ruang diklasikasikan hidup serta ilmu pengetahuan dan
lagi sebagaimana diatur dalam Pasal 4 dan teknologi sebagai satu kesatuan; dan
5. Pasal 4 menentukan sebagai berikut: c. geostrategi, geopolitik, dan
“Penataan ruang diklasifikasikan ber- geoekonomi.
dasarkan sistem, fungsi utama kawasan, 2. Penataan ruang wilayah nasional,
wilayah administratif, kegiatan kawasan, penataan ruang wilayah provinsi,
dan nilai strategis kawasan.” Pasal 5 penataan ruang wilayah kabupaten/kota
menentukan sebagai berikut: dilakukan secara berjenjang dan
1. Penataan ruang berdasarkan sistem komplementer.
terdiri atas sistem wilayah dan sistem 3. Penataan ruang wilayah nasional
internal perkotaan; meliputi wilayah yuridiksi dan
2. Penataan ruang berdasarkan fungsi wilayah kedaulatan nasional yang
utama kawasan terdiri atas kawasan mesncakup ruang darat, ruang laut dan
lindung dan kawasan budi daya; ruang udara, termasuk ruang di dalam
3. Penataan ruang berdasarkan wilayah bumi sebagai satu kesatuan.
administrasi terdiri atas penataan ruang 4. Penataan ruang wilayah provinsi dan
wilayah nasional, penataan ruang kabupaten/kota meliputi ruang darat,
wilayah provinsi, penataan ruang ruang laut dan ruang udara termasuk
wilayah kabupaten/kota; ruang di dalam bumi sesuai dengan
4. Penataan ruang berdasarkan kegiatan ketentuan peraturan perundang-
kawasan terdiri atas penataan ruang undangan.
kawasan perkotaan dan penataan ruang 5. Ruang laut dan ruang udara
kawasan pedesaan; pengelolaannya diatur dengan undang-
5. Penataan ruang berdasarkan nilai undang tersendiri”.
strategis kawasan terdiri atas penataan Penataan ruang dilakukan dengan
ruang kawasan strategis nasional, pe- pendekatan kegiatan utama kawasan yang
nataan ruang kawasan strategis provinsi, terdiri atas penataan ruang kawasan
dan penataan ruang kawasan strategis perkotaan dan penataan ruang kawasan
kabupaten/kota. perdesaan. Penataan ruang kawasan
Agar prinsip-prinsip, tujuan dan perdesaan diselenggarakan pada kawasan
klasifikasi penataan ruang terselenggara perdesaan yang merupakan bagian wilayah
dengan baik, maka di dalam Pasal 6 kabupaten atau pada kawasan yang secara
ditentukan penyelenggaraan penataan fungsional berciri perdesaan yang
ruang sebagai berikut: mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah
kabupaten pada 1 (satu) atau lebih wilayah
1. Penataan ruang diselenggarakan dengan provinsi.
memperhatikan:
14 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]
[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JJAATTIISSW
WAAR
RAA]

Kawasan perdesaan yang merupakan sebagai berikut:30


bagian wilayah kabupaten dapat berupa a. Politik; RTGT tidak boleh bertentangan
kawasan agropolitan. Penataan kawasan dengan kebijakasanaan pembangunan,
agropolitan mengutamakan penggunaan bahkan harus sedemikian rupa sehingga
dan pemanfaatan tanah dan kawasan pembangunan berjalan sesuai dengan
dengan berorientasi pada kawasan GBHN, Krida Kabinet, Trilogi Pem-
pertanian, peternakan, perkebunan, bangunan, dan UU No. 23 Tahun 1997.
kehutanan, dan industri pertanian.
b. Hukum; RTGT mempertimbangkan
b. Konsepsi-konsepsi Hukum Penata- benar-benar adanya hak-hak yang
gunaan Tanah melekat di atas tanah sehingga tidak
Konsepsi-konsepsi hukum penata- menimbulkan konflik-konflik peng-
gunaan tanah menurut Peraturan gunaan tanah.
Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang c. Organisastoris; bahwa penyusunan dan
Penatagunaan Tanah, dalam Pasal 1 pelaksanaan RTGT harus mengikuti
sebagai berikut: Dalam Peraturan prosedur pemerintah dan pembangunan
Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
tidak memihak pada sesuatu sektor,
1. Penatagunaan tanah adalah sama RTGT harus mengakomodasi semua
dengan pola pengelolaan tata guna sektor yang memerlukan tanah sesuai
tanah yang meliputi penguasaan, prioritasnya.
penggunaan dan pemanfaatan tanah Teknis; RTGT disusun berdasarkan
yang berwujud konsolidasi pemanfaatan pada kriteria-kriteria teknis untuk
tanah melalui pengaturan kelembagaan perencanaan, pelaksanaan dan pengen-
yang terkait dengan pemanfaatan tanah dalian yang secara konsisten dipedomani.
sebagai satu kesatuan sistem untuk
kepentingan masyarakat secara adil. Prinsip-prinsip penatagunaan tanah
(tata guna agraria) berdasarkan hasil
2. Penguasaan tanah adalah hubungan seminar tata guna sumber-sumber alam ke
hukum antara orang perorang, kelom- I Tahun 1967 dikemukakan bahwa
pok orang, atau badan hukum dengan perencanaan tata agraria didasarkan pada 3
tanah sebagaimana dimaksud da-lam prinsip, yaitu:31
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok a. Prinsip penggunaan aneka (prinsciple of
Agraria. multipele use), prinsip ini menghendaki
agar rencana tata agraria (tanah) harus
3. Penggunaan tanah adalah wujud tutupan dapat memenuhi beberapa kepentingan
permukaan bumi baik yang merupakan sekaligus pada satu kesatuan tanah
bentukan alami maupun buatan tertentu. Prinsip ini mempunyai peranan
manusia. penting untuk mengatasi keterbatasan
4. Pemanfaatan tanah adalah kegiatan areal, terutama di wilayah yang jumlah
untuk mendapatkan nilai tambah tanpa penduduknya sudah sangat padat;
mengubah wujud fisik penggunaan b. Prinsip peggunaan maksimum (prinsci-
tanahnya. ple of maximum production) Prinsip ini
Penyusunan Rencana Tata Guna 30
Tanah harus berpegang pada hal-hal . Soetikno, Imam, Politik Agraria Nasional,
Yogyakarta, Gadjah Mada Press, 1994, hlm. 46
31
.Mertokusumo, R.M., Sudikno, Hukum dan
Politik Agraria, Jakarta, Karunika, Universitas Terbuka,
1988, hlm. 6.6.
[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 15
[Jurnal Hukum
[FAKULTAS HUKUM]
JJA
ATTIISSW
WAAR
RAA]
dimaksudkan agar penggunaan suatu percepat pemulihan ekonomi yang
bidang agraria termasuk tanah difokuskan pada penanggulangan
diarahkan untuk memperoleh hasil fisik kemiskinan, sistem ekonomi.
yang setinggi-tingginya untuk meme- kerakyatan, pembangunan.Stabilitas
nuhi kebutuhan rakyat yang mendesak. ekonomi nasional dan pelestarian
Yang dimaksud hasil fisik adalah lingkungan.
sesuatu yang dihasilkan dari tanah, 4. Kebijakan pertanahan merupakan dasar
misalnya sawah menghasilkan padi atau dan pedoman bagi pelaksanaan pem-
bahan pangan lainnya; bangunan sektoral yang memiliki kaitan
c. Prinsip penggunaan optimal (prinsciple baik secara langsung maupun tidak
of optimum usu). Prinsip ini dimaksud- dengan pertanahan.
kan agar penggunaan suatu bidang 5. Kebijakan pertanahan dibangun atas
agraria termasuk tanah dapat mem- dasar partisipasi seluruh kelompok
berikan keuntungan ekonomis yang masyarakat sebagai upaya mewujudkan
sebesar-besarnya kepada orang yang prinsip good governance dalam penge-
menggunakan / mengusahakan tanpa lolaan tanah
merusak sumber alam itu sendiri”.
6. Kebijakan pertanahan didasarkan
Dalam perencanaan tata guna tanah kepada upaya menjalankan Ketetapan
pada umumnya harus membedakan antara MPR IX/2001 tentang Pembaharuan
prinsip tata guna tanah perkotaan dan tata Agraria dan Sumber Daya alam (Pasal 5
guna tanah pedesaan. Prinsip tanah guna ayat (1))
tanah perkotaan harus berdasarkan asas
Aman, Tertib, Lancar, dan Sehat 7. Kebijakan pertanahan merupakan
(ATLAS), sedangkan asas tata guna tanah pedoman bagi pemerintah untuk menge-
pedesaan harus berdasarkan asas Lestari, lola pertanahan secara berkeadilan.
Optimal, Serasi dan seimbang (LOSS). Sedangkan asas-asas penatagunaan
Adapun prinsip-prinsip dasar peng- tanah yang tertuang di dalam Peraturan
gunaan tanah adalah sebagai berikut:32 Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan tanah adalah sebagai
1. Tanah adalah aset bangsa Indonesia
berikut: Penatagunaan tanah berasaskan
yang merupakan modal dasar keterpaduan, berdayaguna dan ber-
pembangunan menuju masyarakat yang hasilguna, serasi, selaras, seimbang,
adil dan makmur, karena itu peman- berkelanjutan, keterbukaan, persamaan,
faatannya harus didasarkan pada keadilan dan perlindungan hukum. Di
prinsip-prinsip yang tumbuh dan dalam penjelasan Pasal 2 PP tersebut
berkembang dalam masyarakat dijelaskan sebagai berikut:33
Indonesia.
1. Asas keterpaduan adalah bahwa
2. Kebijakan pertanahan didasarkan penatagunaan tanah dilakukan untuk
kepada upaya konsisten untuk mengharmonisasikan penguasaan, peng-
menjalan-kan amanat Pasal 33 ayat (3) gunaan dan pemanfaatan tanah.
UUD 1945.
2. Asas berdayaguna dan berhasilguna
3. Kebijaksanaan pertanahan diletakan adalah bahwa penatagunaan tanah harus
sebagai dasar baig pelaksanaan program
pembanggunan dalam upaya mem-
33
. Penjelasan Pasal 2 Peraturan Pemerintah
32
. Tap. MPR No. IX/MPR/ 2001, Pasal 2. Nomor 16 Tahun 2004.
16 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]
[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JJAATTIISSW
WAAR
RAA]

dapat mewujudkan peningkatan nilai 4. menjamin kepastian hukum untuk


tanah yang sesuai dengan fungsi ruang. menguasai, menggunakan dan
3. Asas serasi, selaras dan seimbang memanfaatkan tanah bagi masyarakat
adalah bahwa penatagunaan tanah yang mempunyai hubungan hukum
menjamin terwujudnya keserasian, dengan tanah sesuai dengan Rencana
keselarasan dan keseimbangan antara Tata Ruang Wilayah yang telah
hak dan kewajiban masing-masing ditetapkan.
pemegang hak atas tanah atau kuasanya Penatagunaan tanah adalah merupa-
sehingga meminimalkan benturan kan suatu kegiatan yang dilakukan oleh
kepentingan antar penggunaan atau pemerintah dalam hal ini Badan
pemanfaatan tanah. Pertanahan Nasional bersama pemerintah
4. Asas berkelanjutan adalah bahwa daerah untuk menata penyediaan,
penatagunaan tanah menjamin peruntukkan, penggunaan dan pemanfaatan
kelestarian fungsi tanah demi tanah yang diakhiri dengan kegiatan
memperhatikan kepentingan antar konsolidasi tanah, baik berupa konsolidasi
generasi. tanah pemukiman maupun konsolidasi
tanah pertanian.
5. Asas keterbukaan adalah bahwa penata-
gunaan tanah dapat diketahui seluruh E. PENUTUP
lapisan masyarakat. 1. Kesimpulan
6. Asas persamaan, keadilan dan Berdasarkan hasil kajian dan analisis
perlindungan hukum adalah bahwa peneliti terhadap hasil penelitian ini maka,
dalam penyelenggaraan penatagunaan dapat disimpulkan sebagai berikut:
tanah tidak mengakibatkan diskriminasi 1. Negara/pemerintah diwajibkan mela-
antar pemilik tanah sehingga ada per- kukan perencanaan penataan ruang dan
lindungan hukum dalam menggunakan penatagunaan tanah atas dasar landasan
dan memanfaatkan tanah. filosofis, yuridis, dan empirik. Landasan
Tujuan penatagunaan tanah menurut filosofis dimaksudkan untuk memaknai
ketentuan Pasal 3 PP tersebut adalah hakekat dan arti dibalik pelaksanaan
sebagai berikut: Penatagunaan tanah kegiatan perencanaan dan pelaksanaan
bertujuan untuk: pemanfaatan ruang dan sumber daya
1. mengatur penguasaan, penggunaan dan alam tanah Landasan yuridis
pemanfaatan tanah bagi berbagai dimaksudkan untuk mengkaji
kebutuhan kegiatan pembangunan yang pembentukan peraturan perundang-
sesuai dengan Rencana Tata Ruang undangan, pengambilan suatu kebijakan
Wilayah; perencanaan penataan ruang dan
penatagunaan tanah, dilaksanakan
2. mewujudkan penguasaan, penggunaan secara konstitusional sehingga
dan pemanfaatan tanah agar sesuai mempunyai jaminan kepastian hukum
dengan arahan fungsi kawasan dalam dan keadilan. Sedangkan dasar empiris
Rencana Tata Ruang Wilayah; dimaksudkan untuk mengkaji bahwa
3. mewujudkan tertib pertanahan yang ruang sebagai hamparan wilayah yang
meliputi penguasaan, penggunaan dan meliputi wilayah darat, air dan udara di
pemanfaatan tanah termasuk peme- seluruh wilayah Negara Republik
liharaan tanah serta pengendalian Indonesia memerlukan suatu peng-
pemanfaatan tanah; aturan, penataan dan perencanaan yang
[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 17
[Jurnal Hukum
[FAKULTAS HUKUM]
JJA
ATTIISSW
WAAR
RAA]
baik dan benar sehingga bermanfaat Fakultas Hukum UI, Jakrta 25 April
untuk mencapai kemakmuran rakyat. 1992.
2. Adapun konsepsi hukum Perencanaan Hasni, Hukum Penataan Ruang dan
tata ruang adalah suatu proses untuk Penatagunaan Tanah, Jakarta,
menentukan struktur ruang dan pola Rajawali Pers, 2008.
ruang yang meliputi penyusunan dan Hans Kelsen, Introduction To The Problem
penetapan rencana tata ruang. of The Legal Theory, Translated by
Sedangkan konsepsi hukum penata- Bonnie Litschewski Paulson and
gunaan tanah adalah pola pengelolaan Stanlay L Paulson, Clandon Press,
tata guna tanah yang meliputi Oxford.
penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah yang berwujud Imam Soetikno, Politik Agraria Nasional,
konsolidasi pemanfaatan tanah melalui Yogyakarta, Gadjah Mada Press,
pengaturan kelembagaan yang terkait 1994.
dengan pemanfaatan tanah sebagai satu Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-
kesatuan sistem untuk kepentingan undang di Indonesia, Sekretarial
masyarakat secara adil. Jenderal dan Kepanitraan Mah-
2. Saran-saran kamah Konstitusi RI, (Jakarta, 2006).
Penataan ruang dan penatagunaan Juniarto Ridwan dan Ahmad Sodiki,
tanah merupakan satu kesatuan yang tak Hukum Tata Ruang Dalam Konsep
terpisahkan, karena penatagunaan tanah Otonomi Daerah, Nuansa, Bandung,
merupakan bagian penataan uang, sehingga 2008.
landasan hukumnya sama. Untuk itu Lili Rasjidi dan Ira Rasjidi, Dasar-Dasar
hendaknya perencanaan penataan ruang Filsafat dan Teori Hukum, Bandung,
dan penatagunaan tanah yang dilakukan Aditya Bakti, 2001.
oleh pemerintah harus betul-betul
dilakukan untuk mewujudkan pemanfaatan M. Noor Syam, Penjabaran Filsafat
ruang dan tanah beserta sumber daya alam Pancasila dalam Filsafat Hukum
yang terkandung di dalamnya secara (Sebagai Landasan Pembinaan
efektif dan efisien, sehingga pemanfaatan Sistem Hukum Nasiona), (Labora-
dan penggunaannya dapat mewujudkan torium Pancasila IKIP Malang,
kesejahteraan bagi sebesar-besarnya 2000).
kesejahteraan rakyat. Moh. Mahfud MD, Membangun Politik
Hukum, Menegakkan Konstitusi,
(Rajawali Pers, Jakarta, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum,
Buku-buku: Indonesia, Ghalia, 2004.
Abrar Saleng, Hukum Pertambangan, UII Maria S.W. Soemardjono, Tanah Dalam
Pres, Yogyakarta, 2004. Perspektif Hak Ekonomi, Sosial dan
Hamid S. Attamimi, Teori Perundang- Budaya, Jakarta Penerbit Buku
Undangan Indonesia (Suatu Sisi Ilmu Kompas, 2008.
Pengetahuan Perundang-undangan Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masya-
Indonesia yang Menjelaskan dan rakat dan Pembinaan Hukum
Menjernihkan Pemahaman) Pidato Nasional, Bandung, Bina Cipta 1976.
Pengukuhan Guru Besar Tetap pada

18 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]


[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JJAATTIISSW
WAAR
RAA]

Mochtar Kusumaatmadja dan B. Arief Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun


Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum, 2010 tentang Pelaksanaan Undang-
Suatu Pengenalan Pertama Ruang Undang Nomor 26 tahun 2007
Lingkup Berlakunya Ilmu Hukum, Tentang Penataan Ruang
Buku I, Bandung, Alumni, 2000.
Mukti Fajar ND. dan Yulianto Achmad,
Dualisme Penelitian Hukum, Nor-
matif dan Empiris, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar, Cet. I, 2010.
Parlindungan, A.P., Komentar Atas
Undang-Undang Pokok Agraria,
Bandung, Alumni, 1988.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung,
Citra Aditya Bakti, 2000.
Sudikno Mertokusumo, Hukum dan Politik
Agraria, Jakarta, Karunika, 1988.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
Hukum, Jakarta, UI Press, 1986
Van Apeldorn, Pengantar Ilmu Hukum,
Jakarta, Pradnya Paramita, 1985.

Kamus-Kamus:
Poerwardarminta, W.J.S., 1991, Kamus
Umum Bahasa Indonesia, diolah
kembali oleh Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI,
Yakarta, Balai Pustaka.
Yan Pramudya Pulpa, Kamus Hukum,
Penerbit Aneka Ilmu Indonesia.
Peraturan Perundang-Undangan:
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang
telah diamandemen
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Ketentuan Dasar Pokok-
pokok Araria.
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007
Tentang Penataan Ruang
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 19
[Jurnal Hukum
[FAKULTAS HUKUM]
JJA
ATTIISSW
WAAR
RAA]

20 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

Anda mungkin juga menyukai