Anda di halaman 1dari 9

RESUME HASIL DISKUSI PENGELOLAAN BARANG

Hari : Jum’at
Tanggal : 10 Desember 2020
Pemateri : apt. Melinda Dewi M, S.Farm

Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai (BMHP)
di Apotek Pakem meliputi: tahapan perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan dan penarikan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan. Tahap perencaan
diapotek Pakem yaitu melakukan persiapan dan pengumpulan data dengan cara melakukan
pemilihan obat, alkes atau BMPH menggunakan metode kombinasi antara konsumsi dan
epidemiologi, kemudian melakukan penetapan jenis dan jumlah barang yang akan dipesan
berdasarkan perhitunagan kebutuhan. Tujuan perencanaan adalah untuk memperkirakan jenis
dan jumlah barang yang akan dipesan, untuk menjamin ketersediaan barang agar tidak terjadi
kekosongan barang, untuk menjamin agar sediaan farmasi, alkes dan BMPH stoknya tidak
berlebih.
Tahap pengadaan yaitu kegiatan untuk merealisasikan perencanaan yang sudah
dilakukan dan harus melalui jalur resmi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Apotek Pakem melakukan pengadaan berdsarkan buku defecta yang berisi daftar
barang yang akan dipesan, kemudian dituliskan di Surat Pesanan (SP) yang ditanda tangani
oleh Apoteker. Untuk obat reguler (Obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras) Surat
pesanannya dibuat 2 rangkap, satu rangkap diberikan ke PBF dan satu rangkap lagi disimpan
sebagai arsip sedangkan untuk obat narkotika, psikotropika, dan prekursor surat pesanannya
dibuat 3 rangkap. Surat pesanan narkotika hanya boleh memuat satu jenis narkotika dan
pemesanannya ke PBF Kimia Farma, sedangkan surat pesanan psikotropika dan prekursor
dapat digunakan lebih dari satu jenis obat. Untuk kriteria pemilihan PBF yaitu yang pertama,
PBF harus memiliki legalitas, kecepatan dan ketepatan dalam pengiriman barang, penawaran
diskon, sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP lengkap sesuai perencanaan, barang yang
rusak dan ED dapat dikembalikan. Pengadaan di apotek pakem menggunakan metode
pengadaan rutin, pengadaan mendesak dan pengadaan konsinyiasi. Pengadaan rutin yaitu
pengadaan yang sering dilakukan, biasanya dilakukan 3 kali dalam seminggu, pengadaan
mendesak yaitu pengadaan yang dilakukan jika ada barang yang tiba tiba kosong dan
pengadaan konsinyiasi dimana apotek bekerjasama dengan PBF , kemudian PBF akan
menitipkan barangnya di apotek, jika barang yang dititipkan tidak laku, kadaluarsa, ataupun
rusak maka dapat dikembalikan terhadap PBF yang bersangkutan.
Tahap selanjutnya yaitu penerimaan dimana ketika barang datang, harus di periksa
kesesuaian antara surat pesanan dengan faktur, kemudian dicocokkan antara faktur dengan
barang yang datang dan dilakukan pemeriksaan barang yang datang meliputi nama barang,
jumlah barang, nomor batch, tanggal kadaluarsa, dan kondisi fisik barang. Kemudian jika
barang yang datang telah sesuai, maka apoteker harus menandatangani faktur dan diberi cap
apotek. Kemudian satu faktur disimpan sebagai arsip di apotek dan sisanya dikembalikan ke
pengirim barang. Setelah itu masukkan jumlah barang yang datang di kartu stok dan buku
barang datang, lalu dilakukan penentuan harga jual obat apotek (HJA) dengan persentase
margin yang telah ditentukan di Apotek Pakem yaitu untuk obat bebas atau obat depan
sebanyak 5%, Alkes dan komoditi lain 20%, obat keras atau obat belakang sebanyak 30%.
Setelah menentukan harga maka obat/alkes/BMHP diberi label yang berisi nama PBF,
tanggal faktur, HJA, dan tuslah obat (jika ada).
Tahap penyimpanan dilakukan setelah penerimaan barang yang bertujuan untuk
menjaga mutu dan kestabilan sediaan, menjaga keamanan, ketersediaan, dan menghindari
penggunaan obat yang tidak bertanggung jawab. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam penyimpanan obat, yang pertama obat harus disimpan dalam wadah asli pabrik, tetapi
jika obat dipindahkan kewadah lain, harus dicegah agar tidak terkontaminasi serta ditulis
informasi yang jelas yang memuat nama obat, nomor batch, tanggal kadaluarsa dan nama
PBF jika perlu, disimpan pada kondisi yang sesuai, obat tidak boleh bersinggungan langsung
dengan lantai, untuk obat yang termasuk LASA ( Look Alike Sound Alike), tidak boleh di
letakkan berdampingan, harus diberi penandaan stiker lasa dan di beri batas dengan obat lain.
Untuk obat yang merupakan produk rantai dingin (Cold Chain Product) tempat penyimpanan
minimal chiller untuk produk dengan persyaratan suhu 2-8oC dan freezer untuk produk
dengan persyaratan penyimpanan -25 sampai -15oC, tempat penyimpanan harus disertai
dengan alat pengukur suhu yang sudah terkalibrasi dan dilakukan pengecekkan suhu 3 kali
sehari. Untuk penyimpanan sediaa khusus yaitu narkotika dan psikotropika, harus disimpan
dalam lemari yang kuat, tidak mudah dipindahkan dan mempunyai dua kunci yang berbeda,
harus diletakkan dalam ruangan khusus dan aman dan tidak terlihat oleh umum, kunci lemari
dipegang oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek, dan lemari harus menempel pada
tembok atau lantai dengan cara dipaku. Sistem penyimpanan dilakukan berdasarkan kelas
terapi, bentuk sediaan, stabilitas obat seperti suhu, cahaya dan kelembaban, berdasarkan
alfabetis ataupun kombinasi. Untuk pengeluaran obat, menggunakan sistem FIFO (First In
First Out) dimana obat yang pertama masuk, pertama dikeluarkan dan FEFO (First Expired
First Out) dimana obat yang lebih duluan mendekati masa kadaluarsa, dikeluarkan terlebih
dahulu.
Pemusnahan dilakukan ketika terdapat obat yang kadaluwarsa atau rusak, harus
dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Jika obat yang akan dimusnahkan
mengandung narkotika atau psikotropika, harus dilakukan oleh Apoteker yang disaksikan
langsung oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan untuk obat-obatan reguler seperti
obat keras, obat bebas, obat bebas terbatas dan jamu bisa dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin kerja kemudian dibuatkan
berita acara yang akan dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, BPOM, dan Dinas
Kesehatan Provinsi. Untuk pemusanahan berkas berkas yang ada di apotek seperti Resep,
faktur yang sudah disimpan lebih dari 5 tahun pemusnahannya dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh petugas lain di Apotek dengan cara pertama resep dikelompokkan
berdasarkan tahunya, kemudian baik resep maupun faktur ditimbang terlebih dahulu lalu
dibakar, dilarutkan dalam air atau ditimbun serta di dokumentasikan yang dibuktikan dengan
berita acara pemusnahan resep lalu dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pemusnahan sediaan padat seperti tablet, kapsul, kaplet harus dikeluarkan dari kemasannya
terlebih dahulu, lalu di gerus sampai halus dan dilaurkan kedalam air, kemasan obatnya dapat
dibakar. Untuk sediaan semi padat dimusnahkan dengan cara dikeluarkan isinya dan
dilarutkan air kemudian kemasannya dibakar. Untuk sediaan cair, pemusnahannya dilakukan
dengan cara mencampurnya dengan air, lalu dituang ke saluran air yang mengalir dan
kemasannya dihancurkan.
Pengendalian sedian farmasi, alat kesehatan dan BMHP di apotek bertujuan untuk
menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa dan
kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian barang dilakukan dengan melihat kartu
stok yang memuat nama obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran
dan sisa persediaan. Pengendalian untuk barang yang mendekati kadaluwarsa yaitu bisa
dilakukan pada saat pelayanan, seperti obat-obat yang termasuk slow moving, jadi barang
yang slow moving dan waktu kadaluwarsa sekitar 3- 5 bulan lagi, maka diusahakan harus
terjual terlebih dahulu, jika ada barang yang sudah terlanjur kadaluwarsa, maka akan
dituliskan di buku barang kadaluwarsa, dan semua obat jumlah dan harganya akan dihitung
kemudian dilaporkan.
Untuk melakukan Pencatatan dan Pelaporan dalam melakukan pengelolaan barang
maka dibutuhkan dokumen administrasi. Apotek Pakem memiliki beberapa dokumen
administrasi seperti : Buku register OWA (Obat Wajib Apotek), Buku daftar resep, Buku
barang datang, Incaso, Buku konsinasi, Buku kas, Buku laporan, Map penyimpanan resep,
Daftar obat ED, Buku defekta, blanko copy resep, Etiket biru dan putih, Surat pesanan
berdasarkan masing-masing golongan obat, Nota, Kwitansi dan kartu pelanggan. Kegiatan
yang ada di apotek pakem selain pengelolaan barang yaitu pelayanan resep, pelayanan obat
wajib apotek, obat bebas terbatas, obat bebas, dan mini lab ( pemeriksaan tekanan darah, gula
darah, asam urat, kolesterol) yang hasilnya akan di tuliskan di kartu pelanggan untuk
mengetahui hasil terapi pasien.

Paraf Preseptor :
II. FARMASI KLINIS
A. DISKUSI FARMASI KLINIS
Hari : Jumat
Tanggal : 10 Desember 2020
Pemateri : apt. Melinda Dewi M, S.Farm

Resep merukapan permintaan tertulis dari seorang dokter yang ditujukan kepada
apoteker untuk menyiapkan, meracik dan menyerahkan obat kepada pasien. Ketika seorang
apoteker menerima resep, hal yang pertama dilakukan yaitu harus salam dan
memperkenalkan diri terlebih dahulu, kemudian meminta waktu pasien sekitar 5 – 10 menit
untuk melengkapi data terkait resep yang diterima. Melakukan pengkajian resep terlebih
dahulu yaitu kajian administratif yang meliputi: identitas pasien (nama, umur, jenis
kelamin, berat badan), identitas dokter (nomor surat izin praktek (SIP), alamat, nomor telpon,
paraf dokter) serta tanggal penulisan resep, kajian farmasetis yang meiputi: bentuk sediaan,
kekuatan sediaan, stabilitas serta kompatibilitas dan kajian klinis meliputi: ketepatan
indikasi obat dan dosis obat, frekuensi penggunaan obat, ada atau tidaknya polifarmasi pada
resep dan adanya interaksi obat. sedangakan jika pada kajian farmasetis dan kajianklinis
terjadi tidak sesuaian, maka bisa langsung menghubungi dan mengkonfirmasi langsung
terkait permaslahan yang didapatkan kepada dokter dengan memberi bukti literatur yang jelas
dan yang bisa dipertanggungjawabkan dan menyipkan alternatif untuk permaslahan tersebut.
Setelah itu, menyampaikan kepada pasien untuk menunggu sebentar. Apoteker harus
mengecek ketersediaan obat, jika obatnya ada maka dihargai terlebih dahulu, lalu
dikonfirmasikan kepada pasien berapa jumlah yang harus dibayar untuk menebus obat,
kemudian jika pasien setuju, maka dapat dilanjutkan ketahap compounding dan dispensing.
Dengan cara menyiapkan obat sesuai dengan resep, lalu di beri etiket untuk sediaan oral
menggunakan etiket warna putih dan untuk sediaan topikal warna biru. Untuk sediaan tablet,
puyer yang sudah dibungkus menggunakan kertas perkamen langsung dimasukkan dalam
plastik embalase bersama etiket, untuk sediaan syrup, tetes mata, tetes telinga bisa dilepas
kemasan sekundernya dan penempelan etiket langsung pada wadah primernya sedangakan
untuk sediaan salep atau cream bisa langsung dimasukkan di plastik embalase bersama etiket
biru. Etiket harus berisi tanggal resep, nama pasien, umur, nama obat, indikasi obat dan cara
penggunaan obat yang diberikan.
Jika penyiapan sudah selesai, selanjutnya dilakukan penyerahan obat kepada pasien,
penyerahan resep dilakukan dengan memanggil nama pasien, jika yang menerima resep
berbeda dengan yang menyerahkan resep, maka harus salam dan memperkenalkan diri
terlebih dahulu, kemudian meminta waktu 5 sampai 10 menit untuk menjelaskan tentang obat
yang diberikan, jika pasien setuju, maka hal yang perlu ditanyakan selanjutnay yaitu keluhan
yang dirasakan pasien, riwayat penyakit terdahulu, riwayat keluarga, alergi obat lain,
kemudian tanyakan apakah pasien sudah pernah mendapatkan resep ini sebelumnya, jika baru
pertama kali atau resep baru, maka lanjutkan pertanyaan menggunakan “Tri Prime
Questions” seperti pasien ditanyakan tentang apa yang dokter jelaskan mengenai obat ini, apa
yang dokter sampaikan tentang cara penggunaan obat ini dan apa yang dokter katakan
tentang harapan setelah mengkonsumsi obat ini, jika pasien menjawab belum dijelskan oleh
dokter, maka apoteker harus menjelaskan terkait nama obat, indikasi, cara penggunnaan dan
jika pasien sudah dijelaskan oleh dokter sebelumnya terkait resep ini, maka pasien diminta
untuk menjelaskan kembali cara penggunan obat yang diberikan. Sedangkan jika pasien
sudah pernah mendapatkan resep ini sebelumnya, berarti termasuk resep lama atau resep
ulangan maka dilanjutkan dengan pertanyaan “ Show And Tell” seperti pasien ditanyakan apa
yang dokter katakan tentang obat ini, bagaimana cara penggunaan obat ini, apa saja keluhan
yang dirasakan setelah mengkonsumsi obat ini, dan apa yang dokter katakan tentang harapan
setelah mengkonsumsi obat ini. Jika pasien sudah menjawab dan ada yang keliru, maka
apoteker harus membenarkannya, dan jika sudah benar, apoteker menambahkan penjelasan
tentang efek samping yang sering terjadi dan terapi non farmakologinya. Selama berbicara
dengan pasien, sebaiknya melihat mata pasien, agar terkesan lebih menghargai pasien saat
bebicara.
Setelah semua penjelasan terkait resep sudah kita berikan, apoteker harus meminta
pasien mengulai apa yang sudah dijllaskan untuk memastikan bahwa informasi yang kita
sampaikan sudah dipahami oleh pasien. Jika sudah sesuai, tanyakan kepada pasien, apakah
ada yang perlu ditanyakan lagi, jika sudah tidak ada berikan obatnya dan jangan lupa ucapkan
trimakasih.

Paraf Preseptor :
III. MANAJEMEN PENDUKUNG
A. DISKUSI PENGELOLAAN ORGANISASI & SDM
Hari : Jumat
Tanggal : 15 Januari 2021
Pemateri : apt. Melinda Dewi M, S.Farm

Sebuah Oganisasi harus memiliki tujuan yang akan dicapai melalui kerjasama antar
individu yang baik, stabil dan kontinyu. Organisasi hendaknya terdapat kesatuan pimpinan,
serta pembagian kerja dan penugasan yang sama antar karyawan antar tugas, tanggung jawab
dan hak, serta menunjukkan tanggung jawab dan wewenang secara baik dan benar.
Perencanaan Sumber Daya Manusia hendaknya memiliki kualitas yang diinginkan sesuai
dengan persyaratan jabatan yang ada, melingkupi gambaran umum jabatan, syarat serta
tanggung jawab masing-masing, serta jumlah karyawan harus disesuaikan dengan beban
kerja, jenis pelayanan dan jam kerja serta pengaturan shift.
Penyeleksin SDM dilakukan guna mendeskripsikan jabatan, spesifikasi, penyebaran
informasi serta teknik seleksi seperti menskrining surat lamaran dan referensi, tes,
pemeriksaan kesehatan, kemampuan dalam bidang, dan lain-lain. Sumber Daya Manusia
hendaknya selalu diupgrade pengembangannya untuk memperbaiki serta meningkatkan
efektivitas dan efisiensi kerja atau kualitas karyawan terhadap pelaksanaan dan ketercapaian
tujuan dari suatu organisasi atau perusahaan, dengan cara mengembangkan pengetahuan,
kemampuan, keterampilan serta pengembangan sikap karyawan.
Manajemen organisasi memiliki berbagai macam bagian, seperti staffing yakni
dengan menetapkan komposisi SDM perusahaan/apotek diantaranya terdapat apoteker
penanggung jawab ataupun pendamping, asisten apoteker/ Tenaga Teknis Kefarmasian
(TTK), serta bagian staff pendukung seperti petugas administrasi, kasir, petugas gudang, dan
lain sebagainya. Penerapan skill atau kemampuan pegawai menjadi faktor keberhasilan
pegawai dan apotek, dengan mempersiapkan kemampuan yang matang dan terampil maka
akan menghasilkan yang baik serta memberikan nilat yang baik dari pelanggan, baik dari
segi sikap ataupun tanggung jawab tiap profesi. Kompensasi yang diberikan harus
diperhitungkan secara matang, agar tidak merugikan pegawai serta tidak menguras laba dari
perusahaan atau apotek.

Paraf Preseptor :
B. DISKUSI PENGELOLAAN KEUANGAN DAN PAJAK
Hari : Jumat
Tanggal : 15 Januari 2021
Pemateri : apt. Melinda Dewi M, S.Farm

Pengelolaan keuangan sangat diperlukan analisis untuk mengetahui laba serta rugi
dari suatu usaha, mengukur liquiditas apotek serta kefektifan dalm penggunaan dana.
Analisis perlu dilakukan perhatian meliputi modal minimal yang ada, sumber modal serta
analisis impas. Modal minimal adalah modal yang dibutuhkan untuk mendirikan suatu
apotek serta melengkapi sarana dan prasarana sebagai syarat untuk memperoleh izin
apotek.
Pengumpulan modal dalam membentuk suatu apotek sering kali menjadi
permasalahan dalam pendirian apotek, oleh karena itu apoteker hendaknya mempunyai
keberanian dan mau bekerja keras untuk mengusahakan modal dari berbagai sumber,
bisa berasal dari modal sendiri ataupun kredit. Modal sendiri merupakan modal yang
tidak mempunyai jangka waktu pengembalian seperti misalnya uang sendiri ataupun
keluarga. Sedangkan modal kredit memiliki jangka waktu dalam pembayarannya seperti
bank, PBF yang umumnya tiap bulan harus dibayar berdasarkan jumlah pemesanan
produk dari PBF tersebut. Pembagian modal dibagi yakni modal tetap (aktiva tetap)
yakni modal dengan keadaan relatif tetap seperti gedung, tanah, dan lain-lain. Sedangkan
modal lancar (aktiva lancar) merupakan modal yang sewaktu-waktu dapat berubah
misalnya uang tunai, piutang, perbekalan kesehatan.
Penentuan harga jual harus dilakukan strategi seperti dengan mempertimbangkan
biaya bahan/ produk, waktu yang dihabiskan, omset yang diinginkan dan lain sebagainya
agar penghasilan dari suatu usaha berjalan baik sehingga harus memiliki nilai ppn serta
margin yang diinginkan tergantung dari tiap masing-masing apotek dan juga hendaknya
keuangan yang didapat dilakukan pelaporan agar terstruktur sehingga bisa mengetahui
detail transaksi, kemampuan mendapatkan pendapatan, kondisi usaha, kemampuan
mendapat profit serta membayar hutang. Rasio profitabilitas yakni dengan mengukur
kemampuan usaha dalam memperoleh laba terkait dengan nilain penjualan, aktiva dan
modal sendiri, semakin tinggi persentase makan usaha semakin baik, dengan cara
menganalisa nilai persentase hasil dari suatu periode investasi tertentu dalam keseluruhan
aktiva untuk menghasilkan pendapatan bersih (ROI), kuantitas penjualan yang harus
dicapai pada tingkat laba yang diinginkan (BEP) yakni keadaan impas dimana apotek
atau perusahaan tidak mendapatkan untung dan rugi sehingga penghasilan sama dengan
total biaya yang dikeluarkan, sedangkan Net Profit Margin adalah rasio untuk mengukur
kemampuan usaha dalam mendapatkan laba bersih dari penjualan.
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh pribadi
ataupun badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak PPh 21 merupakan pajak penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan orang pribadi sedangkan Pph 25
merupakan pajak hasil usaha yang dikenakan 0,5% dari omset jika ≤4,8 M sedangkan
jika lebih akan mendapatkan fasilitas pengurangan pajak. Pembayaran pajak bisa
dilakukan cicilan tiap bulan seperti yang disebut Pph 23, setelah akhir periode maka
ditentukan akan adanya kelebihan (PPh 28) atau kekurangan bayar (PPh 29) pajak.

Paraf Preseptor :
C. DISKUSI PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN
Hari : Jum’at
Tanggal : 15 Januari 2021
Pemateri : apt. Melinda Dewi M, S.Farm
Studi kelayakan apotek adalah suatu rancangan secara komprehensif mengenai
rencana pendirian suatu apotek baru guna mengamati kelayakan usaha baik dari pengabdian
profesi maupun dilihat dari sisi ekonomi. Studi kelayakan dilakukan untuk menghindari
penanaman modal yang tidak efektif dan untuk mengetahui apakah apotek yang didirikan
cukup layak untuk bertahan dan memberi keuntungan, dalam studi kelayakan diperlukan
perhitungan yang matang sehingga apotek yang akan didirikan nanti tidak mengalami
kerugian, namun sebelum melakukan pembukaan apotek, maka harus dilakukan perencanaan
terlebih dahulu, seperti lokasi dan banyaknya sarana penunjang baik dokter, rumah sakit,
klinik dan lain-lain. Beberapa faktor yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
menentukan lokasi suatu usaha harus diperhatikan, ada tidaknya apotek lain, letak apotek
yang didirikan, mudah tidaknya pasien untuk parkir, jumlah penduduk, jumlah dokter,
keadaan sosial ekonomi rakyat setempat, serta tempat-tempat seperti rumah sakit, puskesmas,
poliklinik yang biasanya langsung memberi obat kepada pasien.
Secara umum terdapat beberapa aspek penilaian berupa aspek manajemen di mana
apotek perlu mendapatkan dukungan tenaga manajemen yang berpengalaman untuk
mengembangkan apotek, sehingga aspek tersebut jelas memiliki strategi, SOP, visi, misi,
kebutuhan tenaga kerja serta program kerja. Aspek yang kedua yakni aspek teknis di mana
kondisi fisik dan peralatan yang dibutuhkan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di
apotek, seperti peta lokasi, lingkungan, tata letak bangunan, interior dan peralatan teknis.
Ketiga aspek pasar dengan memperhatikan jenis produk yang akan dijual, sumber produk,
potensi pasar. Potensi pasar bisa dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT yakni
mencakup upaya untuk mengenali kekuatan, kelemahan, peluamh dan ancaman yang
menentukan kinerja perusahaan. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan, dengan memaksimalkan kekuatan dan
peluang serta secara bersamaan meminimalkan kelemahan dan ancaman.
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan
faktor internal kekuatan dan kelemahan. Aspek SDM seperti apoteker, Tenaga Teknis
Kefarmasian, Kasir, office boy dan lain-lain. Aspek keuangan merupakan aspek terakhir di
mana ditujukan untuk memperkirakan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk
membangun dan kemudian mengoperasikan apotek. Sumber yang didapatkan bisa dari modal
sendiri ataupun pinjaman bank maupun non bank.
Pendirian apotek memiliki tata cara di mana apoteker harus memiliki Surat Izin
Apotek yang dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan kepada Kepala Dinas/Kota. Selanjutnya
kepala dinas wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin apotek sekali setahun kepasa
Kepala Dinas Provinsi. Pendirian apotek juga harus memiliki Surat Izin Praktik Apoteker
serta perizinan membangun bangunan, sertifikat fungsi bangunan serta izin pengelolaan
lingkungan.

Paraf Preseptor :

Anda mungkin juga menyukai