Skripsi Sampe Bab 3
Skripsi Sampe Bab 3
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran, Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Pendidikan Indonesia
Oleh:
Bandung,..................................
Pembimbing Akademik
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Pendidikan Manajemen Perkantoran
i
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi dengan
judul “Pengaruh Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dan Budaya
Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Guru di SMK PGRI 2 Cimahi”,
sepenuhnya merupakan karya saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan
dosen pembimbing. Tidak ada di dalamnya yang merupakan unsur plagiat dari
karya orang lain atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain,
kecuali secara tertulis dengan jelas di cantumkan sebagai acuan dalam naskah
dengan menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh dan apabila dikemudian
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
perguruan tinggi ini.
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia adalah elemen penting dalam setiap organisasi.
Keberadaan sumber daya manusia yang handal sangat diharapkan untuk
melaksanakan aktifitas organisasi. Sekolah sebagai suatu organisasi pendidikan
tidak terlepas dari keadaan di atas. Munculnya berbagai permasalahan
berhubungan dengan output pendidikan saat ini banyak sekali dihubungkan
dengan kualitas sumberdaya pendidikan kita yang kurang memadai. Menyangkut
sumberdaya manusia di sekolah, guru dan kepala sekolah adalah personil utama di
sekolah, sebagai ujung tombak pencapaian tujuan pendidikan di sekolah, selain
sumber lain seperti tenaga administrasi. Sumber daya manusia di dalam
pendidikan tersebut harus dikelola dengan benar agar tujuan bisa tercapai.
Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah membuat para guru merasa
puas dengan pekerjaan yang dilakukannya. Kepuasan kerja adalah suatu sikap
umum seseorang terhadap pekerjaanya. Kepuasan kerja berhubungan erat dengan
nilai yang melekat pada seseorang atas pekerjaanya.
Kepala sekolah menjadi kunci utama dan tokoh sentral untuk mewujudkan
perbaikan kinerja manajemen sekolah dan peningkatan kualitas pendidikan di
Indonesia. Hal ini seiring dengan diberikannya wewenang yang lebih besar
kepada sekolah untuk mengelola rumahtangganya sendiri. Diperlukan
keterampilan manajerial tertentu untuk melaksanakan tugas-tugas manajerial
kepala sekolah (Usman, 2013 hlm. 2)
Dari uraian diatas apabila ditarik pada lingkungan sekolah upaya-upaya
yang dilakukan manajer sekolah dalam hal ini adalah kepala sekolah dalam
meningkatkan kepuasan kerja guru sangat ditentukan oleh kompetensi manajerial
kepala sekolah dalam memotivasi, mendorong mereka untuk terlibat dalam semua
pekerjaan di sekolah, mendorong terciptanya perilaku organisasi yang baik,
membangun komitmen bersama yang selanjutnya akan meningkatkan kepuasan
kerja para tenaga pendidikan baik guru maupun tenaga edukatif lainnya. Sebagai
1
2
kontrol dari pimpinan kepada bawahannya, selain itu kurangnya dukungan dari
pimpinan membuat staf pengajar menjadi acuh terhadap pekerjaannya, kurangnya
pola komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan juga menjadi salah satu
indikator yang menyebabkan budaya-budaya yang tidak baik menjadi terus dijalanin.
Apabila permasalah tersebut terus terjadi dan tidak segera dicarikan solusinya, maka
dikhawatirkan akan menghambat pencapaian tujuan dari sekolah itu sendiri.
Tabel 1
Data Jumlah Guru SMK PGRI 2 Cimahi
Tahun Pelajaran 2014/2015-2016/2017
tersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor, ketidakpuasan menjadi salah satu
faktor guru tersebut memutuskan untuk berhenti.
Tahun KETIDAKHADIRAN (%) TERLAMBAT CEPAT
KEHADIRAN
MASUK (%) PULANG
(%)
(%)
2014/201 91% 0,5% 1% 1,2%
5
2015/201 89% 2,7% 1,9% 0,4%
6
2016/201 88% 2,5% 1,5% 1%
7
Tabel 2
Rekapitulasi Daftar Hadir Guru SMK PGRI 2 Cimahi
Sumber: Arsip Tata Usaha SMK PGRI 2 Cimahi
Berdasarkan pada tabel di atas diperoleh informasi bahwa daftar hadir guru
mengalami kenaikan dan penurunan. Data rekapitulasi diatas dapat
menggambarkan masih rendahnya tanggung jawab guru. Tingkat kehadiran guru
pada tahun 2014/2015 sebesar 91%. Kemudian pada tahun 2015/2016 mengalami
penurunan sebesar 2% dari 91% menjadi 89%. Kemudian pada tahun 2016/2017
mengalami penurunan sebesar 1% dari 91% menjadi 88%. Kehadiran guru tahun
2016/2017sebesar 88% yang merupakan angka terendah kehadiran guru pada data
rekapitulasi di atas. Selanjutnya tingkat ketidakhadiran pada tahun 2014/2015
sebesar 0,5%. Kemudian pada tahun 2015/2016 mengalami kenaikan sebesar
2,2% menjadi dari 0,5 menjadi 2,7%. Kemudian pada tahun 2016/2017
mengalami penurunan sebesar 0,2% dari 2,7 menjadi 2,5%. Ketidakhadiran guru
tahun 2015/2016sebesar 2,7% yang merupakan angka tertinggi ketidakhadiran
guru pada data rekapitulasi di atas. Selanjutnya tingkat keterlambatan masuk pada
tahun 2014/2015 sebesar 1%. Kemudian pada tahun 2015/2016 mengalami
kenaikan sebesar 0,9% dari 1% menjadi 1,9%. Kemudian pada tahun 2016/2017
mengalami penurunan sebesar 0,4% dari 1.9% menjadi 1,5%. Keterlambatan
guru tahun 2015/2016sebesar 1,9% yang merupakan angka tertinggi
ketidakhadiran guru pada data rekapitulasi di atas. Selanjutnya tingkat cepat
pulang guru pada tahun 2014/2015 sebesar1,2%. Kemudian pada tahun 2015/2016
5
mengalami penurunan sebesar 0,8% dari 1,2% menjadi 0,4%. Kemudian pada
tahun 2016/2017 mengalami kenaikan sebesar 0,6% dari 0,4% menjadi 1%.
Cepat pulang guru tahun 2014/2015 sebesar 1,2% yang merupakan angka
tertinggi ketidakhadiran guru pada data rekapitulasi di atas.
Dari data diatas, yang ditunjukkan masih ada guru yang tidak hadir, datang
terlambat, pulang cepat dan tanpa keterangan yang tidak jelas tiap tahunnya. Naik
turunnya daftar hadir guru menunjukkan bahwa masih rendahnya kedisiplinan.
Kejadian tersebut terjadi oleh beberapa faktor yaitu diantaranya, guru yang
memutuskan cepat pulang yaitu dengan karena ada urusan mendadak, urusan
keluarga, maupun urusan sekolah yang harus diselesaikan, hal tersebut juga bisa
terjadi karena ketidakpuasan guru terhadap pekerjaannya, yang mana budaya
organisasi di sekolah tersebut tidak menciptakan kenyamanan sehingga guru tidak
merasakan kepuasan. Guru yang terlambat masuk dipengaruhi oleh
ketidaksengajaan, tetapi seringkali memang di lakukan dengan sengaja
dipengaruhi oleh individunya sendiri, hal tersebut bisa saja dipengaruhi oleh guru
yang mempunyai ketidakpuasan dalam bekerja, yang mana budaya organisasi di
sekolah tersebut tidak menciptakan keharmonisan sehingga guru tidak merasakan
kepuasan.
Penulis menyadari bahwa masih kurangnya tanggung jawab yang dimiliki
guru di SMK PGRI 2 Cimahi terlihat ketika seringkali guru meninggalkan kelas
dengan alasan ada rapat dan hal lain, sehingga siswa hanya diberi tugas atau
mengerjakan soal. Terkadang guru tidak datang ke sekolah dikarenakan tidak ada
jadwal mengajar atau ada sesuatu hal yang tidak dapat ditinggalkan.
Berdasarkan masalahdi atas, tentunya jika masalah ini dibiarkan akan
mengganggu prosesjalannya tujuan sekolah,yang tentu hal ini harus diberi solusi
pemecahannya agar kepuasan kerja meningkat, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian di SMK PGRI 2 ini dengan judul “PENGARUH
KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA DAN BUDAYA ORGANISASI
SEKOLAH TERHADAP KEPUASAN KERJAGURU DI SMK PGRI 2
CIMAHI”
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA. KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Konsep Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah
2.1.1.1. Pengertian Kompetensi
Menurut E. Mulyasa (2002, hlm. 37) kompetensi merupakan perpaduan dari
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak.
Pendapat menurut Wibowo (2010, hlm. 324) kompetensi adalah suatu
kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan yang dilandasi
atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut
oleh pekerjaan tersebut.
Kompetensi menurut Spencer (1993, hlm. 9) berpendapat bahwa “a
competency is an underlying characteristic of individual that is causally related
to criterion refrenced effective and or superior performance in a job situation”.
(Kompetensi adalah karakteristik mendasar dari individu yang secara kausal
terkait dengan kriteria yang dapat mempertahankan kinerja efektif dan atau
superior dalam situasi pekerjaan).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi
adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan nilai dan sikap yang pada
hakikatnya merupakan gambaran tentang apa yang dapat dilakukan seseorang
dalam suatu pekerjaan berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang dapat
ditampilkan atau ditunjukkan. Agar dapat melakukan sesuatu dalam pekerjaanya,
orang harus mempunyai kemampuan dalam bentuk sikap, keterampilan (skill)
yang sesuai dengan bidang pekerjaanya.
Menurut Hasibuan (2007, hlm. 10) manajemen adalah ilmu dan seni
mangatur proses pemanfaatan, sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Nanang Fattah (2000, hlm. 1) berpendapat manajemen diartikan sebagai
proses perencanaan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikanupaya
organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisas tercapai secara efektif
dan efisien.
Sedangkan Menurut Robbins dan Coulter (2009, hlm. 13) mendefinisikan
manajemen sebagai proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan
sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan
melalui orang lain.
Manajemen seperti yang diungkapkan oleh G. R. Terry & Leslie W Rue
(2005, hlm. 5):
Para pendukung pendekatan ini memandang manajemen sebagai suatu
sistem interelasi budaya. Ia berorientasi secara sosiologis, berurusan
dengan berbagai kelompok sosial dan hubungan-hubungan budayanya
serta berusaha menyatukan kelompok-kelompok ini kedalam suatu
sistem sosial.
Selanjutnya Wilson Bangun (2012, hlm. 5) mengungkapkan bahwa jenis-
jenis manajemen yaitu sebagai berikut:
1. Manajemen Sumber Daya Manusia
2. Manajemen Produksi
3. Manajemen Keuangan
4. Manajemen Pemasaran
akan diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui prosedur serta
persyaratan-persyaratan tertentu seperti latar belakang pendidikan, pengalaman,
usia, pangkat dan intergritas.
2.1.1.5. Kepala sekolah sebagai Manager
Dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah yang dipimpinnya,
kepala sekolah memiliki peran-peran atau tugas yang harus dijalankannya.
Menurut Nurussalami (2015, hlm. 9) tugas-tugas kepala Sekolah itu meliputi
kegiatan merencanakan program kerja bersama guru, dan melaksanakan
program tersebut, mengatur dan mengorganisasikan kegiatan guru, mengerjakan
atau mengarahkan pelaksanaan kegiatan itu kearah pencapaian tujuan
organisasi, melibatkan guru-guru dalam pengambilan keputusan, memudahkan
terlaksananya program belajarmengajar, menciptakan iklim kerja yang kondusif,
menilai prestasi kerja guru dan menciptakan organisasi sekolah yang fungsional
dan tangguh.
Menurut Mulyasa (2004, hlm. 97-98). Peran kepala sekolah dapat
digolongkan menjadi tujuh pokok yakni sebagai pendidik (educator), sebagai
manajer, sebagai administrator, sebagai supervisor (penyelia), sebagai leader
(pemimpin), sebagai inovator, serta sebagai motivator.
Pada penjelasan disini akan dijelaskan kepala sekolah sebagai manajer yang
memmpunyai manajemen yang baik dalam melaksanakan tugasnya. Menurut
Winardi (1983, hlm. 4) manajemen adalah proses pengelolaan terhadap suatu
organisasi agar mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jadi
manajemen merupakan sebuah proses untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya
manusia serta sumber-sumber lain.
Sekolah merupakan sebuah organisasi, sehingga perlu dilakukan
pengelolaan atau kegiatan manajemen agar sumber daya yang ada di dalamnya
dapat didayagunakan secara efektif dan efisien sehingga dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dengan demikian maka kepala sekolah juga memiliki
peran sebagai manajer. Menurut Pidarta dalam (Mulyasa E. , 2004, hlm. 126-
15
127) terdapat minimal 3 keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang manajer,
yaitu:
Keterampilan konsep yaitu keterampilan untuk memahami dan
mengoperasikan organisasi, keterampilan manusiawi yaitu keterampilan
untuk bekerjasama, memotivasi, dan memimpin, serta keterampilan teknis
yaitu keterampilan dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik,
serta perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu.
Dalam peraturan pemerintah No 13 Tahun 2007 tentang Kepala Sekolah,
memberikan penjelasan mengenai kompetensi- kompetensi yang harus dimiliki
oleh kepala sekolah, salah satunya adalah kompetensi manajerial, yang
mengharuskan kepala sekolah memiliki kemampuan untuk: (1) menyusun
perencanaan sekolah/madrasah (2) mengembangkan organisasi
sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan (3) memimpin sekolah/madrasah (4)
mengelola perubahan dan pengembangan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional RI No 13 Tahun 2007 (5) menciptakan budaya dan iklim
sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif (6) mengelola sumber daya
sekolah (7) mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah (8) mengelola
sistem informasi sekolah/madrasah (9) memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi (10) melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan
program kegiatan sekolah/madrasah
Dapat disimpulkan fungsi budaya organisasi adalah suatu ciri khas dari
suatu organisasi yang dapat menjadi pembeda dengan organisasi lain, serta
sebagai kendali dalam memandu membentuk sikap dan perilaku.
(2) Norma-norma, (3) Nilai-nilai yang dominan, (4) Filosofi, (5) Aturan-aturan,
(6) Iklim Organisasi.
Menurut Robbins dan Judge (2011, hlm. 256) terdapat 7 karakteristik utama
yang secara keseluruhan merupakan hakikat budaya organisasi, yaitu: (1)
Innovation and risk taking (inovasi dan pengambilan resiko). (2) Attention to
detail (perhatian pada kerincian). (3) outcome orientation (orientasi hasil). (4)
People orientation (orientasi orang). (5) Team orientation (orientasi tim). (6)
Aggressiveness (keagresifan). (7) stability (kemantapan).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik budaya
adalah hakikat budaya organisasi. Setiap organisasi mempunyai karakteistik yang
berbeda dalam oganisasinya sendiri. Aturan dan norma-norma yang dibuat yang
disepakati oleh semua anggota organisasi untuk mencapai tujuan dengan baik.
perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam
bekerja”.
Pendapat menurut As’ad (2004, hlm. 104) “Kepuasan kerja berhubungan
erat dengan sikap pegawai terhadap pekerjaanya sendiri, situasi kerja, kerjasama
antara pimpinan dan sesama pegawai”.
Anwar Prabu mangkunegara (2011, hlm. 117) mengemukakan bahwa
“kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang menyongkong atau tidak
menyongkong diri pegawai berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan
kondisi dirinya”.
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2008, hlm. 202) mendefinisikan bahwa:
“Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan
mencintai pekerjaan. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan,
dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan, luar
pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan.”
Menurut Febri (Zakaria, 2014, hlm. 40) kepuasan kerja tidak hanya dilihat
dari segi status/jabatan, tetapi dapat dilihat dari segi lingkungan kerja.
Sedangkan menurut Setiyowati (Setiyowati & Baraba, hlm. 2) seorang karyawan
akan merasa puas dalam bekerja apabila aspek-aspek dalam pekerjaan dan dirinya
mendukung, dan sebaliknya jika aspek-aspek tersebut tidak mendukung, maka
karyawan akan merasa tidak puas. Kemudian Andre Bishay (1996, hlm. 147)
mengatakan “That true job satisfaction is derived from the gratification of higher order
needs, social relations, esteem, and actualization, rather than lower order needs.” Ini
berarti bahwa kepuasan kerja yang sebenarnya berasal dari pemuasan akan kebutuhan
yang lebih tinggi, hubungan sosial, harga diri, dan aktualisasi, bukan dari kebutuhan
yang lebih rendah.
Kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual, karena individu
memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai
yang berlaku pada dirinya. Ini disebabkan karena adanya perbedaan pada
masing-masing individu. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang
sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi kepuasan yang
dirasakan, dan sebaliknya. Hal ini sesuai yang dijelaskan oleh Herbert (dalam
22
Usman, 2008, hlm. 465) “kepuasan kerja adalah suatu reaksi personal dan
bersifat emosional”.
Sebaliknya jika kepuasan kerja itu tidak didapatkan maka akan muncul
ketidakpuasan Menurut Isnanda (2017, hlm. 31) karyawan tidak puas dalam
bekerja akan melakukan sabotase, membuat kesalahan dengan disengaja,
menentang atasan dan melakukan pemogokan kerja. Sedangkan jika karyawan
merasa puas dalam bekerja, produktivitas atau hasil kerja karyawan juga akan
meningkat. Kepuasan kerja yang tinggi akan berdampak pada prestasi kerja dan
kinerja yang baik.
Berdasarkan pengertian kepuasan kerja dari para ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa salah satu sasaran penting dalam manajemen sumber daya
manusia pada suatu organisasi adalah terciptanya kepuasan kerja anggota
organisasi yang bersangkutan. Kepuasan kerja bersifat individual dimana setiap
orang pasti memiliki tingkatan kepuasan yang berbeda-beda. Sehingga apabila
kepuasan kerja terjadi maka tercermin pada perasaan seseorang terhadap
pekerjaan. Apabila tidak terjadi kepuasan kerja maka seseorang akan
menunjukkan sikap negatif terhadap pekerjaannya.
2.1.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
Kepuasan kerja dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor itu sendiri
dalam perencanaanya memberikan kepuasan kerjakepada individu tergantung
pada pribadi masing-masing individu.
Hal ini sejalan dengan pendapat Moh. As’ad (2002, hlm. 103) yang
menyatakan bahwa:
Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan kerja yang berbeda-beda
sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Ini disebabkan
karena adanya perbedaan pada masing-masing individu, semakin banyak
aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu
terserbut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan, dan
sebaliknya.
besar dengan jumlah murid serta guru yang banyak akan membuat kepuasan
kerja guru menjadi berkurang. Hal tersebut disebabkan semakin besar organisasi
maka semakin banyak guru dan akan semakin rumit dalam mengelola organisasi
tersebut.
Menurut Sargent & Hanum (2005, hlm. 174-175) antara lain, (1) Faktor
komunitas: guru lebih puas berada dimasyarakat dengan sumber daya yang
lebih hebat secara ekonomi dan sosial, dan masyarakat yang tidak terlalu
terpencil. (2) Faktor lingkungan sekolah: guru lebih puas di sekolah dengan
sumber daya ekonomi yang lebih baik, di sekolah-sekolah yang lebih besar
(3) Karakteristik guru: guru muda, guru laki-laki, guru yang belum menikah,
dan guru dengan modal manusia lebih kurang puas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja guru menurut
Michaelowa (2002, hlm. 9) antara lain, (1) Lingkungan kelas dan fasilitas
sekolah. (2) Karakteristik guru (jeniskelamin, status keluarga, pengalaman
kerja, kualidikasi. (3) Kondisi kontrak guru, perspektif pekerjaan, pekerjaan
tambhan selain mengajar (4) Hubungan manusia, pengawasan dan tanggung
jawab guru.
Aspek-aspek kepuasan kerja guru ini merupakan indikator yang digunakan
dalam Teacher Job Satisfaction Questionare (TJSQ). Lester mengembangkan
TJSQ didasarkan pada teori Dua-Faktor Herzberg untuk mengukur tingkat
kepuasan atau ketidakpuasan terhadap pekerjaan seorang guru. Lester juga
mengembangkan TJSQ khusus untuk ruang ligkup pendidikan. (Hughes, 2006,
hlm. 72).
Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja guru, dapat
disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu lingkungan
sekolah, karakteristik guru dan hubungan rekan kerja. Teori Dua Faktor
Herzberg juga menurut Lester yang mengembang TJSQ bisa mengukur tingkat
kepuasan atau ketidakpuasan terhadap pekerjaan seorang guru.
2.1.3.5. Variabel-variabel kepuaan kerja
Menurut Mangkunegara (2011, hlm. 118-119), kepuasan kerja berhubungan
dengan variabel-variabel seperti turnover, tingkat absensi, umur, tingkat
pekerjaan, dan ukuran organisasi perusahaan.
Veithzal Rivai (2004, hlm. 479) berpendapat bahwa variabel kepuasan kerja
yang biasa digunakan untuk mengukur kepuasan kerja seseorang adalah Isi
pekerjaan, supervisi, organisasi dan manajemen, kesempatan dan
penegembangan karir, rekan kerja, kondisi pekerjaan.
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa kepuasan kerja seorang karyawan
dapat dilihat dari tingkat turnover, serta ketidakhadiran kerja. Jika tingkat
turnover dan ketidakhadiran kerja karyawan tinggi, maka ada indikasi bahwa
26
mereka kurang atau tidak puas. Sebaliknya, jika kedua variabel tersebut
tingkatnya rendah maka kepuasan kerjanya dapat dikatakan tinggi.
2.1.3.6. Indikator kepuasan kerja guru
Menurut Luthans (2011, hlm. 141), pengukuran kepuasan kerja dapat
dilakukan dengan lima indikator, yaitu:
1. The work it self (pekerjaan itu sendiri)
2. Pay (gaji)
3. Promotion oppoturnities (promosi)
4. Supervision (pengawasan)
5. Co-workers (rekan kerja)
Menurut Stephen Robbins (2006, hlm. 91) menyatakan bahwa indikator
kepuasan kerja adalah exit (keluar), voice (menyuarakan), loyality (kesetiaan)
dan neglace (mengabaikan).
Selanjutnya menurut Spector (dalam Yuwono 2005, hlm. 69)
mendefinisikan kepuasan sebagai cluster perasaan evaliatif tentang pekerjaan
dan ia dapat mengidentifikasikan indikator kepuasan kerja dari sembilan aspek
yaitu : (1) Upah (2) Promosi (3) Supervisi (4) Benefit (5) Congtingen rewards
(6) Operating Prosedures (7) Cowokers (Nature of work (9) Communication
Menurut Michaelowa dalam jurnal sage (2002, hlm. 11) yaitu pengukuran
kepuasan kerja dapat dilakukan :
Assuming that on average, teachers satisfied with their work would (dengan
asumsi bahwa rata-rata, guru puas dengan pekerjaan mereka akan):
1. Choose their profession again, (tidak akan berpindah profesi)
2. Be happy to stay in the same school, and (senang tinggal di
sekolah, dan)
3. Will be absent less often than other teachers, (tingkat absensi
rendah)
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa indikator yang
dapat dipakai untuk mengukur kepuasan kerja guru yaitu dari pemahaman yang
dikemukakan oleh Michaelowa
2.2. Pengaruh Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah terhadap Kepuasan
Kerja
Menurut Rian (2014, hlm. 255) dalam penelitiannya bahwa kompetensi
berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan. Semakin tinggi kompetensi
maka kepuasan kerja karyawan semakin tinggi.
27
menghambat pencapaian tujuan dari organisasi itu sendiri. Maka dari itu pengaruh
kompetensi manajerial yang baik akan menciptakan budaya organisasi yang baik
pula, sehingga hal tersebut otomatis akan menciptakan kepuasan kerja khususnya
guru.
Menurut Rian (2014, hlm. 255)terdapat hubungan yang positif antara budaya
organisasi dan kompetensi secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja
karyawan.
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara kompetensi
dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja. Maka bisa disimpulkan di dalam
dunia pendidikan hal tersebut bisa diteliti tentunya.
Kemudian menurut Budi Tetuko (2012, hlm. 129) budaya organisasi sekolah,
kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
kerja guru dan secara tidak langsung juga signifikan pengarunya terhadap kinerja
guru sehingga perlu adanya perbaikan dan peningkatan motivasi kerja, budaya
organisasi sekolah dan kepemimpinan sekolah. Pimpinan atau manajer perlu
memperluas informasi atau menceritakan peraturan-peraturan organisasi,
kepegawaian dan sanksi-sanksi kerja kepada bawahan agar mereka mampu
memahai dan mematuhinya.(Tsaqifah, hlm. 2)
Pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah
berpengaruh terhadap kepuasan kerja guru, sehingga perlu adanya perbaikan
budaya organisasi. Jadi, pemimpin harus bisa memperbaiki budaya organisasi
yang ada walaupun memang budaya organisasi tersebut sudah baik tetap saja
harus ada perubahan untuk lebih baik atau berkembang. Apalagi budaya
organisasi yang kurang baik harus segera diperbaiki. Hal tersebut akan
berpengaruh secara otomatis terhadap kepuasan kerja khususnya guru, sehingga
peran kepala sekolah terhadap meningkatnya faktor-faktor pendukung kepuasan
kerja sangat besar. Budaya organisasi di setiap sekolah akan berbeda dikarenakan
seorang pemimpinnya tidak sama.
Budaya organisasi memang merupakan seseuatu yang bersifat abstrak, akan
tetapi sekolah tanpa sebuah budaya organisasi akan mengalami hambatan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Walaupun setiap sekolah mempunyai
32
Penelitian oleh Dewa Made Alit Putra Laksana dan Ida Bagus Ketut
Suryadalam E-Jurnal Manajemen: Vol. 7 No. 2 tahun 2018 p. 584-613 yang
berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Tansfomasional dan Kepuasan Kerja
terhadap OCB pada guru SMA Negeri 1 Blahbatu ” Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional dan kepuasan
kerja terhadap organizational citizenship behavior (OCB). Penelitian ini
dilakukan di SMAN 1 Blahbatuh. Pengambilan sampel penelitian ini
menggunakan metode sampel jenuh dengan 83 guru SMAN 1 Blahbatuh
sebagai responden. Data dikumpulkan menggunakan metode wawancara dan
kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
analisis linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukan kepemimpinan
transformasional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap OCB.
Kepuasan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap OCB.
Penelitian oleh Budi Tetuko dalam Journal Educational Management:
Vol. 2 Juni 2012 p. 129-134 yang berjudul “Pengaruh Motivasi Kerja, Budaya
Organisasi, Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kepuasan Kerja dan
Kinerja Guru SMA Swasta di Kabupaten Grobogan” hasil penelitian dapat
dilihat variabel motivasi kerja, budaya organisasi kepemimpinan kepala
sekolah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kinerja dan
secara tidak langsung terhadap kinerja guru. Dengan demikian dapat diartikan
bahwa jika kinerja guru dapat meningkat maka kualitas pelayanan guru
kepada siswa dapat optimal sehingga sekolah memeiliki daya saing dengan
sekolah-sekolah lain.
Penelitian oleh Kodjo Ezane Joseph & Changjun dalam International
Journal Of Bussiness and Management: Vol 4 No.9 September 2009 p. 243-
250 yang berjudul “The Influence of Organizational Culture on
Organizational Learning, Worker Involvement and Worker Productivity”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki kemungkinan
korespondensi antara budaya organisasi, organisasi pembelajaran, dan
keterlibatan pekerja dan produktivitas pekerja. Penulis menginvestigasi 40
perusahaan dan 4 terstruktur kuesioner dibagikan di dalam perusahaan untuk
36
diisi. Hal ini menghasilkan 160 tanggapan. Ada 63 orang organisasi yang
dipilih untuk penelitian ini, namun hanya 40 yang menunjukkan minat dan
berpartisipasi dalam penelitian yang mewakili tentang. Tingkat respons
63,49% dari pengumpulan data yang kami temukan penting untuk ekonomi
berkembang seperti Pantai Gading. Sebuahdesain penelitian relasional dan
analisis deskriptif digunakan untuk menghargai korelasi antar variabel.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara
variabel yang berbeda.
Penelitian oleh Mashal Ahmed & Saima Shafiq dalamGlobal Journal of
Management and Business Research: A Administration and Management:
Vol. 14 Issue 3 Version 1.0 Year 2014 p. 20-29 yang berjudul “The Impact of
Organizational Culture on Organizational Performance: A Case Study of
Telecom Sector” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan dampak
budaya organisasi terhadap kinerja organisasi untuk mengetahui bagaimana
caranya budaya dari sebuah organisasi membantu dalam meningkatkan
organisasi kinerja. Skor saldo kartu digunakan untuk mengukur penampilan
organisasi. Pendekatan kuantitatif diadopsi di yang kuesioner digunakan untuk
mengumpulkan data. Kuesioner diadopsi dari yang sebelumnya belajar. 22
kuesioner telah didistribusikan ke penelitian peserta dari mana 15 kuesioner
dikembalikan ke peneliti dengan informasi lengkap. Temuan menunjukkan
bahwa semua dimensi budaya mempengaruhi perbedaan perspektif organisasi
kinerja.
Penelitian oleh Jagannath Mohanty dalam GlobalJournal Of Business
Research: Vol. 6 year 2012 p. 65-75 yang berjudul “Influence Of
Oganizational Culture On Oganizational Citizenship Behavior: AThree-
Sector Study”Studi ini meneliti dampak pilih variabel budaya pada Perilaku
Kewarganegaraan Organisasional pada tiga organisasi dominan mewakili tiga
sektor ekonomi yaitu, Manufaktur, dan Teknologi Informasi & Perbankan.
Makalah ini secara khusus bertujuan untuk menetapkan hubungan sebab
akibat antara dominan. Karakteristik budaya organisasi terhadap Perilaku
Kewarganegaraan Organisasional.
37
konsekuensinya (C) organisasi tertentu. Maka dari itu berdasarkan model teori
SOBC ini, diduga memberikan pengaruh terhadap hasil perilaku yang ditunjukkan
pegawai dalam bekerja yaitu kepuasan kerja guru.
Penelitian ini akan meneliti tiga variabel penting yaitu kompetensi manajerial
kepala sekolah sebagai variabel (X1), budaya organisasi sebagai variabel (X2) dan
kepuasan kerja guru sebagai variabel (Y) yang ketiga variabel tersebut berperan
dalam keberhasilan pencapaian tujuan organisasi sekolah.
Berdasarkan teori di atas, maka kepuasan kerja dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti kompetensi manajerial kepala sekolah dan budaya organisasi.
Kerangka konseptual penelitian ini dapat diliat yang digambarkan sebagai berikut:
43
Jenis-jenisManajemen
Pengembangan
Sumber Daya
Manusia
Budaya Organisasi (X2)
Pengintegrasian
Wilson Bangun
(2012, hlm. 8)
Indikator:
individual autonomy,
Kompetensi Manajerial structure, Kepuasan Kerja Guru
Kepala Sekolah (X1) support, (Variabel Y)
identity,
conflict, Indikator:
Indikator:
risk tolerance(Robbins Choose their profession
Conceptual Skills S. P., 1998, hlm. 245). again
Interpersonal Skills Be happy to stay in the
Administrative skills dan same school, and
Technicall Skills. Will be absent less
Hani Handoko (1997, hlm often than other
37) teachers,
Michaelowa (2002,
hlm. 11)
Gambar 2
Bagan Kerangka
44
X1
Y
X2
Gambar 3
Hubungan Kausalitas
Keterangan :
X1 = Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah
X2 = Budaya Orgnisasi
Y = Kepuasan kerja Guru
2.7. Hipotesis Penelitian
Selanjutnya A. Latief Wasis (2006, hlm. 40) menjelaskan bahwa hipotesis
berasal dari kata hypo dan thesis. Hypo berarti di bawah atau lemah, sedangkan
thesisberarti pernyataan atau dugaan. Jadi, hipotesis adalah pernyataan atau
dugaan yang masih lemah. Karena hipotesis sifatnya masih lemah, perlu
dilakukan pembuktian dengan data empiris untuk menguji kebenarannya.
Manfaat hipotesis, menurut Wasis (2006, hlm. 41) adalah:
1. Prediksi hubungan timbal-balik antara satu atau lebih faktor dan masalah
yang diteliti, yang dapat diuji secara empiris.
2. Mengarahkan penelitian.
3. Menunjukkan variabel bebas dan variabel terikat.
4. Memberi petunjuk tipe data yang harus dikumpulkan dan tipe analisis
yang harus dilakukan untuk mengu-kur hubungan yang ada.
5. Mengidentifikasi adanya populasi dan sampel (inference base).
45
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu variabel Kompetensi
Manajerial (X1), variabel Budaya Orgnisasi (X2), dan variabel Kepuasan Kerja
(Y), dimana variabel variabel Kompetensi Manajerial (X1) dan variabel Budaya
Organsasi (X2) merupakan variabel bebas (independent variable), sedangkan
variabel Kepuasan Kerja (Y) merupakan variabel terikat (dependent variable).
Penelitian ini dilakukan di SMK PGRI 2 Cimahi di Jalan Encep Kartawiria No.
153 Cimahi Utara.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji bagaimana pengaruh kompetensi
manajerial kepala sekola dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerjaguru
diSMK PGRI 2 Cimahi.
3.2. Desain Penelitian
3.2.1.Metode Penelitian
Pada hakikatnya sebuah penelitian adalah pencarian jawaban dari
pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya oleh peneliti. Selanjutnya hasil
penelitian akan berupa jawaban atas pertanyaan yang diajukan pada saat
dimulainya penelitian, untuk menghasilkan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan pada saat dimulainya penelitian, untuk menghasilkan jawaban tersebut
dilakukan pengumpulan, pengolahan dan analisis data dengan menggunakan
46
dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja guru yang didapatkan melalui
angket yang disebarkan kepada para guru di SMK PGRI 2 Cimahi.
3.2.2.Populasi
Penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh guru tetap SMK PGRI 2
Cimahi yang berjumlah 53 orang. Merujuk pada keterangan di atas, maka
mengingat populasi yang hanya berjumlah 53 orang, dalam penelitian ini semua
populasi dijadikan unit analisis. Berarti dalam peneliltian ini tidak ada proses
penarikan sample atau prosedur teknik penarikan sample dan tidak ada
penentuan ukuran sample. Sebagaimana yang dikemukakan oleh M. Burhan
Bungin di dalam (Bungin, 2010, hlm. 101),yaitu:
Tidak semua penelitian menggunakan sampel sebagai sasaran penelitian,
pada penelitian tertentu dengan skala kecil yang hanya memerlukan
beberapa orang sebagai objek penelitian, ataupun beberapa penelitian
kuantitatif yang dilakukan terhadap objek atau populasi kecil, biasanya
penggunaan sampel tidak diperlukan. Hal tersebut karena keseluruhan
objek penelitian dapat dijangkau oleh peneliti. Dalam istilah penelitian
kuantitatif, objek penelitian yang kecil ini disebut sebagai sampel total
atau sensus, yaitu keseluruhan populasi merangkap sebagai sampel
penelitian.
3.2.4.Operasional Variabel
Sambas Ali Muhidin (2010, hlm. 37) mengemukakan operasional variabel
adalah kegiatan menjabarkan konsep variabel menjadi konsep yang lebih
sederhana, yaitu indikator. Operasional variabel menjadi rujukan dalam
penyusunan instrumen penelitian, oleh karena itu operasional variabel harus
disusun dengan baik agar memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi.
Penelitian ini memiliki variabel-variabel yang satu sama lain berhubungan.
Berkaitan dengan hal ini variabel-variabel tersebut juga dapat disebut sebagai
objek penelitian. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 39) mengatakan bahwa, “variabel
penelitian suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya”.
Menurut Sugiyono (2012, hlm. 39) menyatakan bahwa Variabel bebas
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel terikat merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas.
Variabel yang terdapat dalam penelitian meliputitiga variabel, Kompetensi
Manajerial Kepala Sekolahsebagai variabel bebas pertama (Variabel X1), Budaya
Organisasi sebagai variabel bebas kedua (Variabel X2) dan kepuasan kerja guru
sebagai variabel terikat (Variabel Y). Maka bentuk operasionalisasinya dijabarkan
sebagai berikut:
49
sumbangan pemikiran
untuk sekolah
l. Persiapan memulai tahun
ajaran baru di sekolah
m. Melakukan perpindahan
ke beberapa sekolah lain
n. Kehadiran di kelas
o. Upaya mengganti
ketidakhadiran di kelas
p. Ketepatan waktu tiba di Interval
Tingkat sekolah
kehadiran (will q. Kehadiran dalam acara
be absent less sekolah selain mengajar
often than r. Kehadiran dalam upacara
other teachers) yang diselenggarakan
oleh sekolah
Interval
s. Kehadiran dalam upacara
yang diselenggarakan
oleh pemerintah
Sumber: Michaelowa (2002, hlm. 11)
Tabel 4
Tabel Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah
Tabel 5
Operasional Budaya Organisasi
d. Pengendalian Interval
Support e. Memberikan motivasi Interval
f. Bangga terhadap
organisasi
Identity Interval
g. Bangga terhadap
pekerjaan
sistim makna bersama h. Terbuka terhadap
yang dianut oleh Conflict Interval
konflik
anggota-anggota yang i. Terbuka terhadp kritik
membedakanorganisas j. Inovatif Interval
i itu dari organisasi- Risk k. Berani mengambil
organisasi lain” Tolerance Interval
[ CITATION Rob98 \l resiko
n∑ xy−(∑ x )(∑ y )
rxy =
√[n ∑ x2−( ∑ x2 )][n ∑ Y 2−( ∑ y 2 ) ]
[CITATION Muh10 \p 26 \l 1057 ]
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi antaravariabel X dan Y
54
2. Uji Reliabilitas
55
Keterangan:
r 11 : reliabilitas instrumen/koefisien korelasi/korelasi alpha
K : banyaknya bulir soal
∑ σ 2i : jumlah varians bulir
ó 2t : varians total
∑X : jumlah skor
N : jumlah responden
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya suatu
distribusi data. Hal ini penting karena diketahui berkaitan dengan ketepatan
pemilihan uji statistika yang akan dipergunakan.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji normalitas dengan Liliefors
Test. Kelebihan Liliefors Test adalah penggunaan/ perhitungan yang sederhana,
serta cukup kuat (power full) sekalipun dengan ukurann sampel kecil (Muhidin,
2010, hlm. 93). Proses pengujian Liliefors Test dapat mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Susunlah data dari yang kecil ke yang besar. Setiap data ditulis sekali,
meskipun ada beberapa data.
57
Dimana : X =
∑ X1
n
Kolom 6 : Theoritical Proportion (tabel z): Proporsi Kumulatif Luar
Kurva Normal Baku
58
2. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas adalah pengujian pengujian mengenai sama
tidaknya variansi-variansi dua distribusi atau lebih. Uji homogenitas
merupakan uji perbedaan antara dua kelompoknya, yaitu dengan melihat
perbedaan varians kelompoknya.
Pengujian homogenitas data yang akan dilakukan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan Uji Burlett. Dimana kriteria yang digunakan
adalah apabila nilai hitung X2˃ nilai tabel X2, maka H0 menyatakan varians
skornya homogen ditolak, namun dalam hal lainnya diterima.
Nilai hitung X2 diperoleh dengan rumus (Muhidin, 2010, hlm. 96) :
χ 2=(ln 10)¿
Dimana :
Si2 = Varians tiap kelompok data
dbi = n-1 = Derajat kebebasan tiap kelompok
B = Nilai Barlett ¿ ¿
2 ∑ db Si2
2
S gab = Varians gabungan ¿ S =
gab
∑ db
Langkah- langkah yang dapat dilakukan dalam pengujian homogenitas
varians ini (Muhidin, 2010, hlm. 97) adalah:
59
Tabel 7
Model Tabel Uji Barlett
∑ dbSi2
S 2gab = Varians gabungan = S 2gab = ∑ db
2. Menghitung log dari varians gabungan.
3. Menghitung nilai Barlett.
B = Nilai Barlett = (Log S2gab)(Σdb1)
dimana:
3. Uji Linieritas
Uji persyaratan regresi yang terakhir adalah uji linieritas. Uji linieritas
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel terkait dengan variabel
bebas bersifat linier. Menurut Sambas Ali Muhidin (2010, hlm. 99), langkah-
langkah yang dapat dilakukan dalam pengujian linieritas regresi adalah:
1. Menyusun tabel kelompok data variabel X dan variabel Y
2. Menghitung jumlah kuadrat regresi (JKReg[a]) dengan rumus:
Y 2
JKReg[a] = n
3. Menghitung jumlah kuadrat regresi (JKReg[b\a]) dengan rumus:
b.XY
X . Y
JKReg[b\a] = n
4. Menghitung jumlah kuadrat residu (JKres) dengan rumus:
Y 2 JK Re g [b \ a ] JK Re g[a]
JKres =
5. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi a (RJKReg[a]) dengan
rumus:
RJKReg[a] = JKReg[a]
6. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi b/a (RJKReg[b\a]) dengan
rumus:
RJKReg[b\a] = JKReg[b/a]
7. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKRes) dengan rumus:
JK Re s
RJKRes = n 2
8. Menghitung jumlah kuadrat error (JKE) dengan rumus:
2 Y 2
k Y n
JKE=
Untuk menghitung JKE urutkan data x mulai dari data yang paling
kecil sampai data yang paling besar berikut disertai pasangannya.
9. Menghitung jumlah kuadrat tuna cocok (JKTC) dengan rumus:
JKTC = JKRes –JKE
10. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJKTC) dengan
rumus:
JK TC
RJKTC = k 2
11. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat error (RJKE) dengan rumus:
61
JK E
E = n−k
RJK
12. Mencari nilai Fhitung dengan rumus:
RJK TC
Fhitung = RJK E
13. Mencari nilai Ftabel pada taraf signifikansi 95% atau = 5%
menggunakan rumus: Ftabel = F (1-α) (db TC, db) dimana db TC = k-2 dan db
E = n-k
14. Membandingkan nilai uji Fhitung dengan nilai Ftabel
15. Membuat kesimpulan.
Jika Fhitung< Ftabel maka data dinyatakan berpola linier.
Jika Fhitung≥ Ftabel maka data dinyatakan tidak berpola linear.
3.2.8.Teknik Analisis Data
Sugiyono (2012, hlm. 169) berpendapat bahwa “analisis data merupakan
kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber dat lain terkumpul.”
Selain itu, tujuan dilakukannya analisis data ialah mendeskripsikan data, dan
membuat kesimpulan tentang karakteristik populasi. Agar mencapai tujuan
analsisis data tersebut maka, langkah-langkah atau prosedur yang dapat dilakukan
yaitu sebagai berikut:
1. Tahap mengumpulkan data, dilakukan melalui instrumen pengumpulan
data;
2. Tahap editing, yaitu memeriksa kejelasan dan kelengkapan pengisian
instrumen pengumpulan data;
3. Tahap koding, yaitu proses identifikasi dan klasifikasi dari setiap
pertanyaan yang terdapat dalam instrumen pengumpulan data menurut
variabel-variabel yang diteliti. Diberikan pemberian skor dari setiap item
berdasarkan ketentuan yang ada. Kemudian terdapat pola pembobotan
untuk koding tersebut diantaranya:
Tabel 8
Pembobotan untuk Koding
Bobot
No Alternatif Jawaban
Positif Negatif
1 Sangat Setuju 5 1
62
2 Setuju 4 2
3 Ragu-ragu 3 3
4 Tidak Setuju 2 4
5 Sangat Tidak Setuju 1 5
Sumber: Somantri & Muhidin (2006, hlm. 38)
4. Tahap tabulasi data, ialah mencatat data entri ke dalam tabel induk
penelitian. Dalam hal ini hasil kodingdigunakan ke dalam tabel
rekapitulasi secara lengkap untuk seluruh bulir setiap variabel. Selain itu,
tabel rekapitulasi tersebut terpapar seperti berikut:
Tabel 9
Rekapitulasi Bulir setiap Variabel
skortertinggi−skorterendah
R=
5
3) Menentukan daerah kontinum sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah
dan sangat rendah dengan cara menambahkan selisih (R) dari
mulai kontinum sangat rendah ke kontinum sangat tinggi.
Tabel 10
Skala Penafsiran Skor Rata-Rata
64
Keterangan:
65
(∑ x 21 ) ( ∑ x 2 y ) −( ∑ x1 x 2)( ∑ x1 y )
b2 = 2
(∑ x 21)(∑ x 22)−( ∑ x1 x 2)
∑Y x1 x2
a=
n
– b1
n (∑ ) ( ∑ )
n
−b 2
Sumber: Somantri dan Muhidin (2006, hlm. 250)
∑ X , = ∑ X – (∑ X 1 )
2
1
2
1
n
2
∑x 22 = ∑x 22-
(∑ X 2 )
n
∑x1 y = ∑x1 y -
(∑ x 1 ) (∑ y )
n
∑x2 y = ∑x2 y -
(∑ x 2 ) (∑ y )
n
66
∑x1 x2 = ∑x1 x2 -
( ∑ x 1 )( ∑ x 2 )
n
Dalam analisis regresi ganda ini, variabel terikat yaitu kepuasan kerja (Y)
dan yang mempengaruhinya yaitu keterlibatan kerja (X1) dan komitmen organisasi
(X2). Persamaan regresi untuk dua variabel bebas adalah sebagai berikut:
Ŷ = a + b1X1 + b2X2
Keterangan:
Ŷ = variabel dependen yaitu kepuasan kerja
a = konstanta
b1 = koefisien regresi untuk keterlibatan kerja
b2 = koefisien regresi untuk komitmen organisasi
X1 = variabel independen yaitu keterlibatan kerja
X2 = variabel independen yaitu komitmen organisasi
69
2. Jika nilai r = -1 atau mendekati -1, maka korelasi antara kedua variabel
sangat kuat dan negatif.
3. Jika nilai r = 0, maka korelasi variabel yang diteliti tidak ada sama sekali
atau sangat lemah.
Sedangkan untuk mengetahui kadar pengaruh variabel X terhadap Y
maka dibuatlah klasifikasinya sebagai berikut :
Tabel 3. 1
Kriteria Interpretasi Koefisien Korelasi
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Arikunto, S. (2002). Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2004). Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktek. Bandung:
Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian:Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
As'ad, M. (2002). Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.
As'ad, M. (2004). Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.
Bangun, W. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga.
Bungin, B. (2010). Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan.
Jakarta: Kencana Prenama Media Group.
Danim, S. (2004). Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Penerbit
Rineka Cipta.
Ernawan, E. (2011). Organizational Culture, Budaya Organisasi dalam
Perspektif Ekonomi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Hasibuan, M. S. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia,. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hasibuan, S. P. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Kreitner, R. d. (2005). Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat.
Lazaruth, S. (1992). Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya. Yogyakarta:
Kanisus.
Luthans, F. (2006). Perilaku Organisasi . Yogyakarta : Andi.
Luthans, F. (2011). Organizatitonal Behaviour: an Evidence-Based Approach .
New York : The Mc Grow-Hill Companies, Inc.
Mangkunegara, A. (2011). Manajemen SUmber Daya Perusahaan . Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.
Muhidin, S. A. (2010). Statistika 1 pengantar untuk penelitian. Bandung: Karya
Adhika Utama.
Mulyasa. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: remaja Rosdakarya.
74
Jurnal:
Astina, I. G. (2016). Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Iklim Organisasi
Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan di PT. Billabong Indonesia. E-Jurnal
Manajemen Unud, 2918 - 2942.
Parimita, W. (2013). Pengaruh Lingkungan Kerja dan Budaya Organisasi
Terhadap Kepuasan Kerja Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan
pada Bank Btn (Persero) Karyawan pada Bank Btn (Persero) Cabang
Bekasi. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI), 257-275.
Nuruussalami. (2015). Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dalam
Meningkatkan Kinerja Guru di MTSN Tungkop. Jurnal Ilmiah CIRCUIT ,
7-19.
Bishay, A. (1996). Teacher Motivation and Job Satisfaction: A Study Employing.
J. Undergrad. Sci. 3, 147-154.
76
Literatur Perundang-undangan
Depdiknas. (2007). Peraturan Mentri Pendidikan Naional Republik Indonesia,
Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah. Jakarta.
78
Desertasi/Tesis
Hughes, V. M. (2006). Teacher Evaluation Practice and Teacher Job Satisfaction,
Columbia, A Dissertation presented to the faculty of the graduate School
University of Missouri.
LAMPIRAN 1
Angket Pra Penelitian
Nama :
Kelas :
PETUNJUK PENGISIAN
a. Sebelum saudara mengisi angket ini, bacalah terlebih dahulu setiap butir
pertanyaan di bawah ini dengan teliti
b. Jawablah pertanyaan secara jujur dengan memberi tanda checklist ()
c. Untuk alternatif jawaban adalah sebagai berikut:
1. Positif Tertinggi 5 (Selalu)
2. Positif Tinggi 4 (Sering)
3. Positif Sedang 3 (Kadang-kadang)
79
pembelajaran
2. Kesemptan memilih dan menggunakan
metode mengajar
3. Kesempatan menata ruang kelas
4. Kesempatan menjadi pembina kegiatan
ekstrakulikuler
5. Pelaksanaan supervisi guru rutin dan
terencana
6. Supervisi dilaksanakan dengan pola
bimbingan
7. Pencatatan dan pembukuan kinerja guru
sebagai bahan pelaksanaan supervisi
8. Tata tertib sekolah dibuat bersama antara
kepala sekolah yayasan, dan guru
9. Teguran kepada kepala sekolah dari
yayasan apabila melalaikan tugas
10. Teguran kepala sekolah kepada guru karena
melalaikan tugas
11. Fasilitas yang diberikan kepada guru
berprestasi
12. Kesempatan mengikuti lomba guru
berprestasi
13. Kebanggan terhadap organisasi sekolah
14. Penghargaan masyarakat terhadap sekolah
15. Komitmen stakeholder untuk
mengembangkan sekolah
16. Kebanggan terhadap pekerjaan saat ini
17. Penerapan sistem kekeluargaan dalam
penyelesaian konflik
18. Keterbukaan kepala sekolah dalam
memimpin sekolah
19. Sikap yayasan dalam menerima kritik
20. Sikap guru dalam menerima kritik
21. Penyelesaian masalah-masalah yang telah
terjadi
22. Sikap sekolah terhadap perkembangan
81
kurikulum
23. Kesempatan menciptakan alat peraga
edukatif
24. Sikap sekolah dalam mengembangkan
muatan kurikulum
25. Keberanian sekolah melaksanakan
kebijakan sesuai kondisi sekolah
evaluasi
15. Pola komunikasi jelas dan menyenangkan
dari pimpinan
16. Keharmonisan hubungan kerja dengan
teman sejawat
17. Kerjasama dengan semua unsur di sekolah
18. Sikap toleransi dan kesetiakawanan
19. Hubungan kekeluargaan dengan
masyarakat dilingkungan sekolah
20. Jarak tempuh anatara tempat tinggal saya
dengan sekolah
21. Ketersediaan peralatan untuk mendukung
kelancaran pelaksanaan tugas sebgai guru
22. Dukungan sarana transportasi
23. Keamanan pada saat melakukan perjalanan
dari rumah ke tempat bekerja
24. Keamanan pada waktu bekerja
25. Peran serta masyarakat daam upaya ikut
serta menjaga keamanan sekolah
83
84