PROPOSAL
Oleh:
WINDY
NPM. ……………..
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2020/2021
2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya berupa penulisan laporan
proposal penelitian ini. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi sebagian
persyaratan Mata Kuliah Metodologi Penelitian di Universitas Muhammadiyah
Metro Fakultas Hukum.
Proposal ini dapat terselesaikan karena petunjuk dan hidayah Allah SWT
dan bantuan dari semua pihak baik moril maupun spiritual, oleh karena itu penulis
menyampaikan rasa hormat dan terimakasih serta penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dan ikut andil dalam
penyelesaian proposal penelitian ini.
Kritikan dan saran sangat peneliti harapkan dan akan diterima dengan
lapang dada demi perbaikan proposal ini, akhirnya semoga penelitian yang
sederhana ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu pendidikan serta dapat
menjadi referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Windy
NPM.
ii
3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 8
E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep ..................................... 9
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 17
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
hal ini rakyat diberi kekuasaan untuk turut serta menentukan pemerintahaan
yakni kewenangan yang dimiliki oleh penguasa berasal dari legitimasi rakyat.1
umum. Secara umum pemilu merupakan media dan alat perwujudan kedaulatan
rakyat baik secara langsung (direct democracy) atau tidak langsung (indirect
pada tingkat desa. Hal ini merujuk pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
1 Janedri M Gaffar, Demokrasi Dan Pemilu Di Indonesia, Jakarta: Konstitusi Press, 2013,
hlm. 1
1
2
(tiga) kali dalam jangka waktu 6 (enam) tahun. Dalam hal terjadi kekosongan
Tahun 2004 yang digantikan dengan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
upaya penataan desa. Salah satu isu penting dalam melakukan penataan desa
adalah pengisian jabatan kepala desa yang tidak dapat dilepaskan dari desain
Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa. Pemerintah desa adalah Kepala Desa
hanya karena kepentingan dan ego segelintir orang. Panitia pelaksana Pilkades
Berbeda dengan Pemilu yang panitianya dibentuk KPUD yang secara struktural
2 Wasistiono, Sadu dan M. Irwan Tahir, Prosfek Pengembangan Desa, Bandung; Fokus
Media, 2006, hlm. 162
4
menghindari tersentralnya masa akan berpotensi konflik batin dan fisik, serta
berdasarkan hati nurani. Pasca Pilkades dan pembuat peraturan mungkin terlalu
berpikir positif bahwa nilai musyawarah dianggap masih sangat melekat dalam
musyawarah.
waktu serta tenaga. Sedangkan efektifitas akan berkenaan dengan bahwa proses
potensi konflik yang selama ini terjadi seperti perjudian dan aspek negatif
lainnya yang selalu mengikuti proses pemilihan kepala kampung. Oleh karena
itu perlu dicermati dengan baik bahwa proses perubahan sistem, yang dalam hal
transisional.
kepala desa secara serentak adalah bahwa berakhirnya masa jabatan kepala desa
5
pada umum tidak sama. Sehubungan dengan hal tersebut, sesuai dengan
ketentuan Pasal 40 ayat (3) Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014, apabila
terjadi kekosongan jabatan kepala desa dalam pemilihan kepala desa secara
serentak maka bupati menunjuk penjabat kepala desa yang berasal dari pegawai
paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 6 (enam) tahun dengan interval
waktu paling lama 2 (dua) tahun sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Perda lama yang sudah tidak sesuai lagi dengan standar norma dari pemerintah
Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa, Kabupaten Lampung
Menteri Dalam Negeri No. 112 Tahun 2014. Dalam ketentuan normatif
bersifat langsung umum, bebas, rahasia, jujur dan adil telah dipahami sebagai
calon kepala desa yang secara tatap muka saling memperjuangkan kemenangan
dan melunturkan nilai etika yang selama ini tertanam dalam masyarakat desa.
calon terpilih akan adanya kecurangan dan manipulasi sebagai akibat dari
perolehan suara yang sangat ketat, dan reaksi sejumlah pihak yang
menghargai atas keunggulan lawan adalah sikap-sikap tidak terpuji yang pada
B. Perumusan Masalah
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Lampung Tengah?
Tentang Desa.
8
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Kegunaan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Hasil peneltian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian ilmu pengetahuan
2. Kegunaan Praktis
mahasiswa yang ingin mengetahui dan meneliti lebih jauh tentang masalah
ini.
d. Bagi penulis, salah satu bentuk pembelajaran teoritis dan praktis yang
1. Kerangka Teori
No. 12 Tahun 2011, UU No. 23 Tahun 2014 dan UU No. 6 Tahun 2014 serta
tersebut akan sangat menentukan materi muatan dan arah pengaturan peraturan
sosial masyarakat. Peraturan yang dimaksud hal ini tidak hanya dipandang
otonomi daerah dan tugas pembantuan; dan b) penjabaran lebih lanjut ketentuan
namun harus juga memperhatikan asas pembentukan dan materi muatannya. Hal
ini terdapat dalam Pasal 237 UU No 23 Tahun 2014 menyebutkan tentang asas
undangan dan asas hukum yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat
dibentuknya perda tersebut, dalam hal ini perda yang dibentuk adalah Peraturan
yang berkenan dengan desa. UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagai
besar menggambarkan pada pengaturan yang ada pada desa. Pasal 34 ayat (2)
12
UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, menyebutkan bahwa pemilihan kepala desa
bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Lebih lanjut harus
desa dalam rangka memilih kepala desa yang bersifat langsung, umum, bebas,
bebas, rahasia, jujur, dan adil. Berikut adalah penjabaran dari sifat-sifat
Pemilihan Kepala Desa, pada akhirnya merupakan sebuah landasan yang sangat
5 Wasistiono, Sadu dan M. Irwan Tahir, Prosfek Pengembangan Desa, Fokus Media,
Bandung, 2006, hlm. 36
13
kampung yang ada tidak hanya memenuhi kebutuhan secara yuridis saja namun
Indonesia tinggal di Desa. Salah satu bentuk nyata demokrasi di desa adalah
pemilihan kepala desa. Dalam pesta demokrasi ini, masyarakat desa dilibatkan
adalah para calon di desa tidak diusung oleh partai politik melainkan
perseorangan, hal ini memberikan ruang yang lebih bebas bagi para calon untuk
2. Kerangka Konsep
Untuk itu kabupaten sebagai pelaksana juga dituntut untuk mampu mengawasi
jalannya pilkades dari berbagai faktor yang mempengaruhi, baik yang sifatnya
Pasal 49 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 yang dibuat
oleh pejabat daerah atau pejabat publik, dimana didalam sistem demokrasi
14
publik dibuat oleh pemerintah bukan organisasi swasta dan (2) kebijakan publik
menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan
pemerintah.
adalah bagaimana kemudian masyarakat terlibat aktif dalam pemilihan baik itu
efektif dan berhasil tidaknya penegakan hukum tergantung tiga unsur sistem
the law) dan budaya hukum (legal culture). Struktur hukum menyangkut aparat
budaya hukum merupakan hukum yang hidup (living law) yang dianut dalam
suatu masyarakat. Dengan melihat pengertian dari teori M. Friedmen kita dapat
bersama agar hukum yang dibuat untuk menegakan keadilan itu dapat berjalan
efektif, dan keadilan yang dirasakan oleh masyarakat yang diatur oleh hukum
itu sendiri.
pemerintahan desa oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah yang ada pada
2014 dengan ditinjau melalui teori sistem hukum dari Lawrence Meir Friedman.
Teori sistem hukum dari Lawrence Meir Friedman menyatakan bahwa sebagai
suatu sistem hukum dari sistem kemasyarakatan, maka hukum harus mencakup
tiga komponen, antara lain subtansi hukum, struktur hukum, dan budaya
hukum.
a. Subtansi Hukum
perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu, termasuk produk yang
dihasilkan oleh orang yang berada di dalam sistem hukum itu, mencakup
b. Struktur Hukum
atau lembaga yang diciptakan oleh sistem hukum itu sendiri dengan
c. Budaya Hukum
Budaya hukum adalah apa yang masyarakat rasakan terhadap hukum dan
lagi bahwa budaya hukum bukan sekedar pemikiran saja, tetapi juga cara
dilihat dari faktor inisiatif dari lingkungan yang ada di masyarakat, serta melalui
aturan dalam pemilihan kepala desa sebagaimana yang telah diatur dalam
lingkungan yang ada di masyarakat desa untuk saling memberitahu dan bertukar
masing-masing.
17
F. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
2. Bab II: Tinjauan pustaka, pada bab ini akan dibahas masalah-masalah yang
3. Bab III: Metodologi penelitian, pada bab ini akan membahas hubungan
antara hal yang bersifat teoritis dan penelitian yang dilakukan di lapangan,
maka dibuatlah metode penelitian yang berisi jenis penelitian, sifat dan
lokasi penelitian yang digunakan untuk penulisan laporan, subjek dan objek
4. Bab IV: Hasil penelitian dan pembahasan, bab ini merupakan laporan hasil
yang diteliti sesuai dengan kondisi objek dilokasi penelitian dalam bentuk
5. Bab V: Penutup, pada bab ini penulis membuat kesimpulan atas hasil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
administratif di suatu daerah yang lebih kecil dari sebuah negara dimana negara
daerah Provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah kabupaten dan
daerah kota. Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota
18
19
oleh kepala daerah yang dipilih secara demokratis. Gubernur, bupati, dan
dan kota. Kepala daerah dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah, untuk
provinsi disebut wakil gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati dan
untuk kota disebut wakil wali kota. Kepala dan wakil kepala daerah memiliki
tugas, wewenang dan kewajiban serta larangan. Kepala daerah juga mempunyai
daerah sepenuhnya. Dalam hal ini sepenuhnya diserahkan ke daerah, baik yang
pembiayaan, demikian juga perangkat daerah itu sendiri, yaitu terutama dinas-
Presiden.
perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah. Pemerintah
daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi. Salah satu tugas DPRD dalam
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang
21
bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih
tuntunan yuridis dan sistematis dari demokrasi Pancasila dan sistem politik
panjang tahap kedua secara khusus. Ketiga, demokrasi kita tak juga lepas dari
isu yang sekarang menjadi trend di dunia internasional. Perihal demokrasi yang
bagaimana yang paling dibutuhkan dewasa ini, tentu saja yang dibicarakan
dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas
10J. Riwu Kaho, Analisa Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah, Bina Aksara, Jakarta,
2004, hlm.21
23
struktural terbagi atas pemerintah pusat disatu sisi dan pemerintahan daerah di
sisi lainnya. Pemerintah daerah diberi hak dan wewenang untuk mengurus
rumah tangga sendiri (local self government), hak dan kewenangan ini dikenal
dengan istilah otonomi daerah. Pemerintah daerah yang memiliki hak dan
Menurut Hanif Nurcholis bahwa “Local goverment bagian negara maka konsep
Konsep local goverment berasal dari barat untuk itu, konsep ini harus
untuk keutuhan negara kesatuan sebagai mana yang terdapat dalam Undang-
11 Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Grasindo,
Jakarta, 2007, hlm. 27
24
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Pasal 1 ayat (6)
Indonesia”.
daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah. Pemerintah daerah dengan kepala
mengurus rumah tangga sendiri (local self government), hak dan kewenangan
2001 telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah
dalam pelaksanaan otonomi daerah, yang meletakkan otonomi penuh, luas dan
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur
daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
tidak terlepas dari pengertian otonomi yang dalam konteks politik dan
berasal dari kata “otonom” yang mempunyai dua pengertian. Pertama, berdiri
sosial yang memiliki hak dan kekuasaan menentukan arah tindakannya sendiri.
otonomi atau otonomi daerah. Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“autos” yang artinya sendiri dan “nomos” yang artinya peraturan. Sehingga
26
Otonomi daerah adalah hak penduduk yang tinggal dalam suatu daerah
Republik Indonesia”.
dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional dan berkeadilan, jauh dari
12 Dharma Setyawan Salam, Otonomi Daerah Dalam Perspektif Lingkungan Nilai dan
berikut:14
otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan antar daerah dengan
tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah juga harus mampu menjamin
hubungan yang serasi antar daerah dengan pemerintah, artinya harus mampu
14Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara
Langsung, PT Raja Grasindo, Jakarta, 2007, hlm. 5
28
memelihara dan menjaga keutuhan wilayah negara dan tetap tegaknya Negara
bantuan dan dorongan kepada daerah agar dalam melaksanakan otonomi dapat
undangan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, ada 3 asas otonomi daerah, yaitu asas
desentralisasi, asas dekonsentrasi dan asas tugas pembantuan. Berikut ini adalah
a. Asas Desentralisasi
15 Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi Hukum, UII,
Yogyakarta, 2005, hlm. 24
29
16 Affan Gaffar, Paradigma Baru Otonomi Daerah dan Implikasinya, Citra Aditya Bakti,
Jakarta, 2006, hlm.79
30
b. Asas Dekonsentrasi
kegiatan yang dipegang sendiri, seperti politik luar negeri, pertahanan dan
otonomi daerah secara garis besar sama dengan tujuan dilaksanakannya asas
pemerintah daerah dan desa serya dari daerah ke desa untuk melaksanakan
17Philipus M Hadjon, Hubungan Kewenangan Pusat dan Daerah di Era Otonomi, 2005,
Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm.75-76
31
otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur
terutama pada bidang politik dengan memegang prinsip bahwa otonomi sendiri
diintervensi oleh pihak lain dengan kata lain apabila dikaitkan dengan kata
C. Demokrasi
bagi rakyat menimbulkan konflik yang berakhir dengan perang untuk membela
kedudukan, harkat dan martabat manusia yang pada hakikatnya sama bagi
semua makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Secara harfiah kata demokrasi tidak
asing lagi sebagian besar umat manusia di mana-mana. Demokrasi berasal dari
kekuasaan/berkuasa.18
yang tebentuk dari dua pokok kata yunani di atas, maknanya adalah cara
18 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Poltik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010,
hlm. 105
19 Ni’matul Huda, Ilmu Negara, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hlm. 200
33
demokrasi memiliki nilai (values) yang menjamin hak dan kewajiban warga
yang ada di dalam pikiran seseorang, dengan hal ini, membuat manusia berada
atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar
demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik
negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis
lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat
yang sejajar satu sama lain. Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya
prinsip trias politica) dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga
yaitu:
demokrasi soviet, dan demokrasi nasional. Tetapi diantara sekian banyak aliran
demokrasi dikenal dua kelompok aliran yang paling penting, yaitu demokrasi
satu kelompok aliran lain yang menamakan dirinya demokrasi, tetapi pada
terhadap negara).
35
dalam memahami demokrasi Desa, kita tidak boleh terjebak pada seremonial,
memang sangat penting, tetapi tidak mencukupi, yang lebih penting dalam
demokrasi adalah proses dan hubungan antara rakyat secara substantik. Ada tiga
desa, yaitu:
konteks kebutuhan dan aspirasi masyarakal. Dengan kalimat lain, perdes yang
sekaligus melindungi rakyat yang lemah. Paling tidak, peraturan desa harus
kepemimpinan yang transformatif. Yaitu pemimpin desa yang tidak hanya rajin
Jika pandangan yang berpusat pada negara memahami demokrasi dari sisi
melihat demokratisasi bukan sekedar sebagai suatu periode transisi terbatas dari
satu set aturan-aturan rezim formal ke satu set lainnya, tetapi lebih sebagai
yang terus berulang. Proses inilah yang menjadi domain masyarakat sipil.
secara parsial, otonom dari negara dan terikat oleh suatu tatanan legal atau
secara umum dan dalam hal ini ia melihatkan warga yang bertindak secara
baik dan aspiratif secara langsung sebagai pengakuan keanekaragaman serta sikap
politik partisipasif dari masyarakat dalam bingkai demokratisasi pada tingkat desa.
38
penataan desa yang beragam bentuk dan budayanya. Sebagai kosekuensi pilihan
dapat lebih peka dalam memahami aspirasi dan permasalahan yang dihadapi
yaitu:21
desa dipimpin oleh kepala desa atau disebut dengan nama lain. Proses pengisian
kepala desa dapat dilakukan secara pemilihan langsung atau musyawarah warga
secara berjenjang sesuai dengan adat istiadat dan tradisi setempat. Kepala desa
yang dipilih secara langsung memiliki masa jabatan selama 6 tahun dan dapat
dipilih kembali.kepala desa hanya bisa menjabat 2 kali masa jabatan. UU Desa
mengatur secara jelas hak dan kewajiban kepala desa. Selain itu juga
persyaratan menjadi kepala desa, pemberhentian kepala desa serta masa jabatan
kepala desa 6 tahun. Pemilihan kepala desa merupakan salah satu agenda
(deliberative democracy).
strategis di desa. Pemilihan kepala desa merupakan salah satu bentuk masalah
strategis baik bagi desa itu sendiri yang diawali dari proses musyawarah desa di
pemilihan kepala desa. Dengan kata lain bahwa keberadaan BPD dan laporan
budaya maupun ranah politik dan kelembagaan. Pada ranah sosial budaya,
dalam pemilihan kepala desa dan BPD, tetapi juga partisipasi dalam kehidupan
Keterlibatan berarti memberi ruang bagi siapa saja untuk terlibat dalam proses
Desa) atau semacam wadah yang cair seperti forum warga. Yang terpenting
yang sudah lama diamanatkan dalam konstitusi. Demokrasi juga menjadi arena
untuk mendidik mental dan kepribadian rakyat agar mereka lebih mampu,
Kepala desa dipilih secara langsung oleh dan dari penduduk desa Warga
(enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan. kepala desa dapat menjabat
paling banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara
berturut-turut. sedangkan pengisian jabatan dan masa jabatan kepala desa adat
berlaku ketentuan hukum adat di desa adat sepanjang masih hidup dan sesuai
bentuk penataan desa dan alokasi dana desa selayaknya diikuti dengan
43
kepala kampung dapat diisi oleh sumber daya yang baik dan mumpuni. Oleh
sebab itu, peraturan daerah ini menjadi sangat strategis karena akan mengisi 70
tersebar di 28 kecamatan.
tersebut dapat dibagi maksimal dalam 3 (tiga) gelombang selam kurun waktu 6
jabatan kepala kampung. Sehubungan dengan hal tersebut satuan kerja yang
yang cukup besar. Anggaran tersebut tidak hanya berkaitan dengan pelaksanaan
pemilihan saja tetapi juga pada aspek pengamanan dan pengawasan serta
distibusi, dan lain-lain). Selain itu juga ketersediaan honor panitia baik di
pemerintah daerah dan pemerintah desa akan menumpuk menjadi satu jumlah
angka yang sangat besar. Oleh karenanya hal ini perlu dipertimbangkan dalam
kaitannya dengan ketersediaan dana yang harus dialokasikan dalam APBD dan
ABP Kampung.
Permendagri No. 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa. Secara garis
kepala desa, yang mana nantinya akan berimplikasi terhadap proses pemilihan
tugas yang harus dilaksanakan oleh kepanitiaan dapat dilihat dalam Pasal 9
45
Permendagri No. 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa sebagai
berikut:
Dua hal yang perlu digarisbawahi yaitu kepanitiaan dan jangka waktu
kepala desa harus memberikan arahan-arahan yang dianggap perlu agar panitia
yang siap dan kompeten dapat memenuhi target sesuai jenjang hari yang
yang tersedia cukup lama akan tetapi dengan adanya desa yang tidak memiliki
46
Proses dari tahapan pencalonan kepala desa yang diatur dalam Peraturan
dalam hal seseorang sebagai pemuka desa yang dianggap layak untuk
munculnya seorang calon dari kepala desa dan tidak memenuhi syarat
calon kepala desa sebanyak dua (2) orang. Akibat dari keadaan diatas kembali
mengulur waktu akan pemilihan yang harusnya dijadwalkan serentak, dalam hal
ini perlunya kesiapan panitia untuk serta membantu para calon yang dianggap
pencalonan.
sifat demokrasi secara substantif yaitu pada pasal 30 ayat (2) Permendagri No.
kepala RT dan kepala urusan desa. Ketika kepala desa berjalan mencalonkan
kembali dirinya menjadi kepala desa, kedekatan emosional kepala desa dengan
calon yang berasal dari kepala desa berjalan. Maka perlunya pengawasan secara
ketat oleh pihak pengawas pemilihan kepala desa dan segenap masyarakat agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sebagai implikasi dari pemilihan
Selain itu, banyak aspek yang tidak diatur dan/atau belum diatur secara
norma yang diterbitkan oleh pemerintah. Kondisi riil yang sering terjadi di
2. Independensi panitia;
3. Konflik kepentingan;
kampung pada dasar telah diatur dalam Permendagri No. 112 Tahun 2014,
namun banyak aspek yang tidak diatur dan/atau belum diatur secara konkrit,
dimaksud adalah:
diatur dalam Pasal 32 UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang dalam
ketentuan ini peran BPD dan kepala desa yang sedang menjabat saling
49
dimulai, BPD akan memberitahukan secara tertulis kepada kepala desa yang
sedang menjabat bahwa akan ada pemilihan kepala desa baru, pemberitahuan
pemilihan yang terdiri atas unsur perangkat desa, lembaga kemasyarakatan, dan
dalam pemerintahan desa yang ikut berperan aktif dalam pembangunan desa
berjalan dengan koordinatif. Telah disebutkan pada tahapan awal dari pemilihan
diri sebagai kepala desa. Pasal 33 UU No. 6 Tahun 2014, khusus pada huruf (m)
ditetapkan dalam peraturan daerah. Persyaratan tersebut dalam hal ini harus
dan berperan serta dalam urusan pemerintahan desa dalam bidang pemilihan
kepala desa.
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode adalah suatu yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
tujuan atau tata cara yang tersistem untuk memudahkan pelaksana suatu
kegiatan guna mencapai suatu tujuan. Penelitian merupakan suatu proses dan
adalah suatu cara yang digunakan untuk program dan kegiatan penelitian.
metode sebagai jalan, alat, cara dan pendekatanya pun bermacam-macam. Jadi
ilmiah sebagai cari kerja yang digunakan dalam kegiatan penelitian untuk
pengetahuan.
empiris.
50
51
gambaran dari data yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.
dokumen atau literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti yaitu
desa.
1. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara studi kepustakaan
a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat terdiri dari:
referensi, literatur atau karya tulis yang terkait dengan materi penelitian
terhadap hukum primer dan sekunder seperti kamus Bahasa Inggris dan
2. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara penelitian langsung
2) Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui kegiatan
melakukan koreksi ulang ke sumber data yang bersangkutan. Selain itu juga
E. Analisis Data
yang telah diperoleh untuk mendapatkan kualitas data yang berupa uraian
dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
membangun suatu gambaran yang utuh atau holistik yang kompleks, dimana
gejala-gejala yang tercakup dalam kajian itu dilihat sebagai sesuatu yang terkait
sistem.
22 Hadari Nawawi, Metode Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hlm. 122
55
DAFTAR PUSTAKA
Affan Gaffar, Paradigma Baru Otonomi Daerah dan Implikasinya, Citra Aditya
Bakti, Jakarta, 2006
Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi Hukum, UII,
Yogyakarta, 2005
Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Grasindo,
Jakarta, 2007
Wasistiono, Sadu dan M. Irwan Tahir, Prosfek Pengembangan Desa, Fokus Media,
Bandung, 2006