Anda di halaman 1dari 25

TUGAS FUNGSI DAN WEWENANG BAWASLU KOTA SUKABUMI

SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN POLITIK UANG DALAM


PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH
DI KOTA SUKABUMI

PENULISAN HUKUM
(SKRIPSI)

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Meraih Gelar


Sarjana Hukum

Oleh:
NASTI FISKA ARIANTI
010118168

Bagian Hukum Ketatanegaraan

Di Bawah Bimbingan:
R. M. MIHRADI, S.H., M.H.
NANDANG KUSNADI, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2023
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
ABSTRAK.........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian............................................................

B. Identifikasi Masalah.....................................................................

C. Maksud dan Tujuan Penelitian.....................................................

D. Kerangka Pemikiran....................................................................

E. Metode Penelitian........................................................................

F. Sistematika Penulisan..................................................................

BAB II TINJAUAN UMUM TERKAIT DEMOKRASI,

PENYELENGGARA PEMILU DAN PEMILIHAN KEPALA

DAERAH

A. Demokrasi..................................................................................

1. Pengertian dan Sejarah Demokrasi......................................

2. Ciri Demokrasi.....................................................................

3. Konsep Demokrasi Pancasila...............................................

B. Penyelenggara Pemilu................................................................

1. Fungsi, Tugas dan Wewenang..............................................

a. KPU dan KPUD..............................................................

b. Bawaslu dan Bawaslu Propinsi/Kota/Kabupaten ..........


2. Peran Bawaslu Propinsi/Kabupaten/Kota Dalam

Pemilihan Kepala Daerah.....................................................

C. Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia .....................................

1. Pengertian dan Sejarah Pemilihan Kepala Daerah di

Indonesia .............................................................................

2. Pengaturan Pemilihan Kepala Daerah .................................

3. Permasalahamn Pemilihan Kepala Daerah dan Politik

Uang Dalam Pemilihan Kepala Daerah...............................

BAB III FUNGSI DAN WEWENANG BAWASLU DALAM UPAYA

PENCEGAHAN POLITIK UANG DALAM PEMILIHAN

KEPALA DAERAH

A. Profil Bawaslu Kota Sukabumi..................................................

B. Perkara Politik Uang di Sukabumi dan alur penangananya.......

C. Penanganan Perkara Pemilihan Kepala Daerah Di Kota

Sukabumi Oleh Bawaslu

....................................................................................................

....................................................................................................

D. Efektivitas Pencegahan Oleh Bawaslu Kota Sukabumi Terkait

Politik Uang Dalam Pemilihan Kepala Daerah

....................................................................................................

....................................................................................................
E. Informan Penelitian ...................................................................

BAB IV ANALISIS TERHADAP TUGAS, FUNGSI DAN

WEWENANG BAWASLU KOTA SUKABUMI DALAM

MENCEGAH POLITIK UANG DALAM PEMILIHAN

KEPALA DAERAH

A. Permasalahan dan Tanggungjawab Dalam Menangani

Masalah Politik Uang Dalam Pemilihan Kepala Daerah Di

Kota Sukabumi

...................................................................................................

...................................................................................................

B. Gagasan Penyelesaian Permasalahan Masalah Politik Uang

Dalam Pemilihan Kepala Daerah Di Kota Sukabumi

...................................................................................................

C. Pembahasan ...............................................................................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................

B. Saran............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
LAMPIRAN
BAB III

FUNGSI DAN WEWENANG BAWASLU DALAM UPAYA PENCEGAHAN

POLITIKUANG DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH

A. Profil Bawaslu Kota Sukabumi

1. Sejarah Singkat Bawaslu Sukabumi

Badan Pengawas Pemilu atau Bawaslu dibentuk berdasarkan

perintah Undang – Undang no 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara

Pemilu.Sebelumnya, Pengawas Pemilu merupakan lembaga adhoc

yaitu Panitia Pengawas Pemilu atau Panwaslu.

Tepatnya tahun 1982 uu memerintahkan pembentukan Panitia

Pengawas Pelaksanaan Pemilu atau Panwaslak Pemilu, yang melekat

pada Lembaga Pemilihan Umum atau LPU. Baru pada tahun 2003,

Panwaslu dilepaskan dari struktur Komisi Pemilian Umum atau KPU.

Kewenangan utama Pengawas Pemilu adalah mengawasi

pelaksanaan tahapan Pemilu, menerima pengaduan, serta menangani

kasus-kasus pelanggaran administrasi, pidana Pemilu dan kode etik.

Rabu, 12 April Tahun 2017 Presiden Joko Widodo melantik Anggota

Bawaslu Periode 2017-2022 dan Rapat Pleno Bawaslu menetapkan

Ketua Bawaslu adalah Abhan.

2. Visi dan Misi

Visi
Terwujudnya Bawaslu sebagai Lembaga Pengawal

Terpercaya dalam Penyelenggaraan Pemilu Demokratis, Bermartabat,

dan Berkualitas.

Misi

a) Membangun aparatur dan kelembagaan pengawas pemilu yang

kuat, mandiri dan solid;

b) Mengembangkan pola dan metode pengawasan yang efektif dan

efisien;

c) Memperkuat sistem kontrol nasional dalam satu manajemen

pengawasan yang terstruktur, sistematis, dan integratif berbasis

teknologi;

d) Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan peserta pemilu, serta

meningkatkan sinergi kelembagaan dalam pengawasan pemilu

partisipatif;

e) Meningkatkan kepercayaan publik atas kualitas kinerja

pengawasan berupa pencegahan dan penindakan, serta

penyelesaian sengketa secara cepat, akurat dan transparan;

f) Membangun Bawaslu sebagai pusat pembelajaran pengawasan

pemilu baik bagi pihak dari dalam negeri maupun pihak dari luar

negeri.

3. Keanggotaan dari Baaslu Sukabumi

Ada beberapa profil bawaslu dari kota sukabumi antara lain :

Ketua Bawaslu Kota Sukabumi


M Aminuddin, S.Kom. Sumber daya manusia, organisasi, datin dan

diklat Bawaslu Kota Sukabumi

anggota Bawaslu Kota Sukabumi

H Ending Muhiddin, S.Sos Divisi : Hukum, Pencegahan, Permas, dan

Humas Bawasli Kota Sukabumi

Yasti Yustia, S.Ip., M.Kesos Divisi : Penindakan Pelanggaran dan

Penyelesaian Sengketa Bawaslu Kota Sukabumi

Teguh Hariyanto, S.Pd.I sebagai Ketua Divisi Pencegahan dan Hubal

Deden Taufiq SH. MH sebagai Koordinator Hukum dan Tindakan

Faisal Rifa’i, SH.I, MM sebagai Koordinator Divisi Sengketa

Nuryamah SE. I sebagai Koordinator Divisi SDM & Organisasi

Ari Hasniar, S.Ag sebagai Korrdinator Divisi Penindakan dan Tindak

Lanjut

Adapun staf yang terdapat di dalam Bawaslu Sukabumi Antara lain

1. Ian Agustian

2. Cepi Rizal

3. Yusuf Muzakar, S.Pd.I

4. Devi Erviana Muharam, SH

5. Annisa Nur Insani, SH

6. Idan Sutisna, SH

7. Fahmi Zainal Muttaqien, SH

8. Rifki Muhammad TA, SHIlfa Fauziah, S.Pd

9. Ilfa Fauzziah, S.Pd


10. Muidul Fitri Atoilah, S.Sy

11. Siti Maruyam, S.Kom

12. Dede Sumarna, S.Pd.I

13. Fevi Sheiri Syahminor

14. Yanuar Azhar Pratama, SH

15. Ulfa Puspita Maharani, SH.

16. Usep Adriana

17. Vera Veronica

18. Pian Sopyan, SE

19. Asepp Sunandar, SE

20. Faisal Salvian

21. Dede Rukmana

22. Aceng

23. Dadi Sutisna

B. Perkara Politik Uang di Sukabumi dan alur penangananya.

Perkara yang pertama yaitu di kutip dari Sukabumiupdate.com,

Ditengah masih dalam suasana pelantikan 70 Kepala Desa terpilih

hasil Pilkades serentak 2022 di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, hari ini

Jumat (20/5/2022), diterima kabar adanya kasus dugaan politik uang atau

money politic di salah satu Desa yang melakukan pemilihan. "Kami atas

nama tim pemenangan Nomor urut 4, beserta Panwas telah melaporkan

adanya money politic yang dilakukan oleh tim Nomor urut 3, ke

Polres Sukabumi. pada tanggal 10 Mei 2022," kata Ade bin Aneng (43
tahun) selaku pelapor sekaligus salah satu tim pemenangan Cakades

nomor urut 4 itu kepada sukabumiupdate.com, Jumat (20/5/2022). Saat

melapor ke pihak berwajib, Ade mengaku juga menyerahkan barang bukti

berupa 4 buah amplop berisi uang tunai Rp 50.000. dalam kasus ini cara

unutk penangananya itu dengan cara melaporan calon kepala desa itu

kepada pihak yang brwajib untuk di tindak lanjuti.

Di kutip dari sukabumiupdate.com bahwa, Badan Pengawas Pemilu

(Bawaslu) Kabupaten Sukabumi mengklaim tengah melakukan

penelusuran ihwal beredarnya foto pembagian sembako di tahapan

kampanye Pilkada 2020 Kabupaten Sukabumi.

"Sebagai bahan temuan kita telusuri informasi awal mengenai

informasi beredarnya foto pembagian sembako, kita masih penelusuran,"

kata Ketua Bawaslu Kabupaten Sukabumi Teguh Hariyanto

kepada sukabumiupdate.com, Senin (7/12/2020).

Selain temuan yang didapatnya, Teguh juga menyebut pihaknya

menerima laporan masyarakat dari Jampang Tangah terkait adanya

kendaraan yang diduga membawa sembako yang akan dibagikan.

Dari berita ini di dapatkan bahwa bawaslu sedang menelusuri adanya

politik uang yang berupa sembako. Jadi penangananya itu dengan

menyelidiki dengan sedalamnya apabila ini benar terjadi mungkin akan di

ambil tindak tegas.

Dikutip dari SukabumiUpdate.com, Tiga laporan dugaan

pelanggaran Pemilu 2019 di Bawaslu Kabupaten Sukabumi dinyatakan


selesai dan tidak akan dilanjut ke tahap penyidikan. Pengumuman hasil

keputusan tersebut juga dipampang di mading

kantor Bawaslu Kabupaten Sukabumi.

Tiga laporan tersebut diantaranya perkara caleg DPRD

Kabupaten Sukabumi atas nama Nendar, caleg DPR RI Partai Demokrat

Mohamad Muraz terkait dugaan politik uang dan laporan sejumlah

anggota PPK dan PPS. "Ketiga kasus tersebut tidak terbukti sudah

dihentikan. Tidak memenuhi apa yang disangkakan pelapor. Karena itu

dinyatakan selesai dan tidak akan dilanjutkan," sambung Teguh.

C. Penanganan Perkara Pemilihan Kepala Daerah di Kota Sukabumi

Oleh Bawaslu

Pada dasarnya, penanganan tindak pidana pemilihan dilakukan

melalui sistem peradilan pidana yang berlaku. Dalam sistem tersebut

penanganan dugaan tindak pidana pemilihan dilakukan dengan tahapan

penerimaan laporan atau temuan oleh Bawaslu Provinsi dan

Kabupaten/Kota; penyelidikan dan penyidikan oleh Kepolisian;

penuntutan oleh Kejaksaan; proses peradilan oleh Pengadilan Negeri.

Dibanding tindak pidana umum, penanganan tindak pidana pemilihan

memiliki beberapa kekhususan, seperti laporan terjadinya tindak pidana

pemilihan mesti melalui Bawaslu Provinsi atau Kabupaten/Kota;

penyelidikan, penyidikan dan penuntutan dilakukan secara terkoordinasi

dalam sentra penegakan hukum terpadu; dan waktu penanganan yang

sangat terbatas. Sehubungan dengan itu, terdapat empat tahapan pokok


penanganan tindak pidana pemilihan. Masingmasingnya akan dibahas

lebih lanjut.

Pertama, penerimaan laporan. Hal ini merupakan tahap awal

penanganan tindak pidana pemilihan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal

146 ayat (1) Undang-undang Pilkada. Norma tersebut menyatakan:

“Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia yang tergabung dalam

sentra penegakan hukum terpadu dapat melakukan penyelidikan setelah

adanya laporan pelanggaran Pemilihan yang diterima oleh Bawaslu

Provinsi maupun Panwas Kabupaten/Kota.”

Sesuai ketentuan di atas, penyelidikan tindak pidana pemilihan

dilakukan oleh Penyidik Polri. Penyelidikan dilakukan setelah adanya

laporan atau temuan pelanggaran pemilihan yang diterima Bawaslu

Provinsi maupun Bawaslu Kabupaten/Kota. Artinya, tidak ada tindak

pidana pemilihan yang langsung ditangani Kepolisian. Semuanya mesti

melalui pintu penyampaian laporan kepada Bawaslu

Provinsi/Kabupaten/Kota terkait dugaan terjadinya tindak pidana

pemilihan.

Kedua, penyelidikan dan penyidikan. Sesuai ketentuan di atas,

penyelidikan dan penyidikan dilakukan oleh Kepolisian yang tergabung

dalam sentra penegakan hukum terpadu. Dalam melakukan penyelidikan,

penyidik Kepolisian melakukan proses pengumpulan alat bukti,

penggeledahan dan penyitaan. Penyidikan dilakukan dalam waktu paling

lama 14 hari kerja sejak laporan diterima dari Bawaslu


Provinsi/Kabupaten/Kota. Apabila hasil penyidikan dinilai belum lengkap,

penyidik diberi waktu selama 3 hari kerja sejak tanggal penerimaan

pengembalian berkas dari penuntut umum untuk melengkapinya.

Ketiga, penuntutan. Penuntut umum melakukan pengkajian

terhadap berkas hasil penyidikan dan mengembalikan kepada penyidik

untuk dilengkapi dalam waktu 3 hari sejak berkas diterima dari penyidik.

Apabila sudah lengkap, penuntut umum melimpahkan berkas perkara

paling lama 5 hari kerja sejak berkas diterima dari penyidik.

Keempat, proses peradilan. Proses memeriksa, mengadili dan

memutus perkara tindak pidana pemilihan dilakukan oleh Pengadilan

Negeri (PN) dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah pelimpahan

berkas perkara. Banding terhadap putusan PN diajukan paling lama 3 hari

setelah putusan dibacakan. Pengadilan Tinggi memeriksa dan memutus

perkara banding paling lama 7 hari setelah permohonan banding diterima.

Putusan banding merupakan putusan terakhir, bersifat mengikat dan tidak

dapat lagi dilakukan upaya hukum.

Mekanisme dan kelembagaan untuk penanganan pelanggaran

pidana pemilihan tersebut diatur lebih jauh dalam Peraturan Bersama

Ketua Bawaslu, Kapolri dan Jaksa Agung Nomor 5, Nomor 1, Nomor 14

Tahun 2020 tentang Sentra Penegakan Hukum Terpada pada Pemilihan

Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota

dan Wakil Walikota (Peraturan Bersama). Dalam Peraturan Bersama,


kedudukan Gakkumdu dan pola hubungan dan tata kerja dalam

penanganan tindak pidana pemilihan diperkuat.

Pertama, kedudukan Sentra Gakkumdu. Dalam Undang-undang

Pilkada, Gakkumdu sebatas berkedudukan sebagai wadah bagi penegak

hukum pilkada untuk menyamakan pamahaman dan pola penanganan,

sedangkan dalam Peraturan Bersama Setra Gakkumdu bergeser menjadi

pusat aktivitas penegakan hukum tindak pidana pemilihan yang terdiri dari

unsur Bawaslu, Kepolisian dan Kejaksaan. Dengan demikian, Gakkumdu

tidak hanya sebatas sebagai wahana menyamakan pemahaman dan pola

penanganan saja melainkan juga menjadi pusat aktivitas penanganan

dugaan tindak pidana pemilihan. Penguatan kedudukan ini berkonsekuensi

terhadap struktur, keanggotaan dan pola hubungan kerja tiga lembaga yang

menjadi bagian dari Gakkumdu itu sendiri.

Kedua, pola hubungan dan tata kerja. Sesuai Undang-undang

Pilkada pola hubungan dan tata kerja adalah sesuai dengan tugas dan

fungsi masing-masing. Setiap lembaga menjalankan tugas dan fungsi

masing-masing sesuai batas wewenang yang ada, di mana Bawaslu

bertugas menerima laporan, kepolisian melaksanakan penyelidikan dan

penyidikan, dan kejaksaan melaksanakan penuntutan. Sedangkan dalam

Peraturan Bersama diatur bahwa proses penerimaan laporan oleh

pengawas pemilihan didampingi oleh penyidik dan jaksa yang tergabung

dalam Gakkumdu. terhadap laporan/temuan dugaan tindak pidana

pemilihan. Lebih jauh proses penerimaan laporan tidak hanya sebatas


menerima laporan melainkan dilakukan proses klarifikasi terhadap pelapor

dan saksi yang kemudian dituangkan dalam Berita Acara. Produk yang

dihasilkan Bawaslu adalah dokumen hasil kajian laporan/ temuan. Tugas

Bawaslu dalam penerimaan laporan tersebut secara materil tidak lagi

sebatas menerima laporan, melainkan sudah masuk dalam tahapan

penyelidikan. Dalam konteks ini, tugas penyelidikan Penyidik Polri

berjalan seiring dengan proses klarifikasi yang dilakukan Bawaslu.

Selain pernuataan di atas, penulsi juga melakukan wawancara

kepada M. Aminuddin S.Kom selaku Ketua Bawaslu Kota Seuabumi yaitu

“Dalam pemilihan Kepala Daerah, Bawaslu Kota Sukabumi melakukan

koordinasi dengan stakeholder terkait, dalam hal ini KPU Kota Sukabumi,

Disdukcapil, Kesbangpol, dan Polres Kota Sukabumi, dan ada juga

panwas kecamatan/panwas kelurahan dan DKPP (Dewan Kehormatan

Penyelenggaraan, bentuk bentuk pemantauan yang di lakukan Bawaslu

antara lain yaitu melakukan koordinasi antar Lembaga penyelenggaraan

pemilihan, mengeluarkan surat pencegahan tim/peserta kampanye serta

melakukan sosialisai terkait larangan kampanye. hal ini dilakukan oleh

bawaslu untuk menekan terjadinya pelanggaran disaat pelaksanaan

pemilihan kepala daerah berlangsung.”

Hal serupa disampaikan oleh H Ending Muhiddin, S.Sos selaku staf

teknis divisi Hukum, pencegahan, permas dan Humas Bawaslu Kota

Sukabumi. : "pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih seorang

pemimpin, demi teselenggaranya pemilihan yang jujur dan bersih, maka


pemerintah membentuk undang undang penyelenggaraan pemilu dan

peraturan untuk mengatur penyelenggaraan pemilu agar pelaksanaannya

dapat teratur, walaupun didalamnya terdapat pelanggaran maka ada aturan

yang mengatur tentang pelanggaran tersebut sehingga ada aturan yang kuat

dalam melakukan tindakan terhadap pelanggaran yang di temukan. adapun

pemantauan yang dilakukan itu bukan hanya proses pemilihan saja tetapi

pemilihan pasangan calon juga di pantai agar mengurangi pindak

pelanggaran

Menurut Yasti Yustia, S.Ip., M.Kesos selaku divisi Penindakan

Pelanggaran dan Penyelesaian Sengketa Bawaslu Kota Sukabumi: "sistem

hukum merupakan senjata untuk mencegah terjadinya atau melawan

pelanggaran/praktek politik uang dalam pesta demokrasi dan sistem

hukum ini terdiri dari 3 unsur, yakni struktur, substansi, dan kultur.

Struktur merupakan hal hal yang berkaitan dengan Lembaga

Penegak Hukum pelanggaran Pidana (Politik Uang) yaitu pengadilan.

kemudian substansi terkait dengan norma maupun peraturan Pemilu dan

atau Pilkada. namun disini Bawaslu hanya sebagai penegak Undang-

Undang (pelaksana substansi) sehingga tidak mungkin kita merubah

substansi terkait dengan aturan Politik Uang. dan yang paling penting

adalah Kultur yang merupakan nilai nilai, sikap-sikap, persepsi yang

mempengaruhi bekerjannya Hukum. Di ranah Kultur lah Bawaslu Kota

Sukabumi Lebih Mengoptimalkan, karena Bawaslu lebih leluasa untuk

membangun budaya hukum di tengah-tengah masyarakat dalam upaya


mecegah Politik Uang. dan dalam mencegah praktrk politik uang tentu

berbagai elemen harus turut serta baik dari Bawaslu, KPU, Pemerintah,

dan lembaga maupun intitusi lainnya termasuk elemen yang paling penting

adalah masyarakat itu sendiri harus 8f

D. Efektifitas Pencegahan Oleh Bawaslu Kota Sukabumi Terkait Politik

Uang Dalam Pemilihan Kepala Daerah

Dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu telah

memberikan kewenangan besar kepada Pengawas Pemilu dalam rangka

mengawasi pelaksanaan pemilu. Kewenangan penanganan pelanggaran itu

diberikan kepada pengawas Pemilu, dalam hal ini bawaslu sesuai dengan

tingkatannya tetapi ada proses yang harus dilewati, karena pelaksanaan

tugas dan kewenangan ini harus bertumpu pada tiga hal, yaitu wewenang,

prosedur dan substansi.

Bawaslu membutuhkan kerja sama dari kepolisian dan kejaksaan

agar ketiga lembaga ini saling mendukung satu sama lain dalam

melakukan penanganan pelanggaran. Hal ini karena penanganan

pelanggaran pidana Pemilu memiliki lex spesialis dalam penanganannya

terutama soal waktu. Singkatnya waktu untuk penyelesaian Pidana Pemilu

membutuhkan dukungan dan kesiapan sumber daya Manusia yang

mumpuni. Pdahal dilihat dari latar belakang komisioner yang duduk di

Bawaslu dari tingkat pusat sampaipaling bawah tidak semuanya berlatar

belakang hukum atau faham tentang aturan hukum. Bawaslu harus dapat

menyiapkan sumberdaya yang kualifikasinya sesuai dengan bidang


hukum, selain itu bimtek, pelatihan ataupun bentuk lainnya untuk

peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya Manusia yang dapat

bekerja secara professional dan berintegritas tinggi khususnya dalam

penanganan perkara tindak pidana Pemilu.

Dari segi hukum acara, terdapat perkembangan yakni

ditentukannya waktu penyelesaian yang singkat mulai dari penyidikan

hingga pemeriksaan di sidang pengadilan. Ketentuan waktu singkat ini

dapat dikatakan sudah sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai dari

pengaturan pidana pemilu itu sendiri. Tindak pidana pemilu dapat

dipandang sebagai sesuatu tindakan terlarang yang serius sifatnya. Karena

itu, tindak pidana pemilu harus diselesaikan dalam waktu singkat agar

tujuan mengadakan ketentuan pidana pemilu itu dapat tercapai, yakni

untuk melindungi proses demokrasi melalui pemilu. Meski demikian,

sebetulnya pembatasan waktu dalam Undang-Undang No. 7 tahun 2017

tentang Pemilihan Umum terlampau singkat sehingga justru

mengakibatkan banyak pelanggaran yang secara materiil terjadi tidak bisa

diproses secara lebih lanjut.

Proses secara lebih lanjut. Diperlukanan adanya kerjasama dan

relasi kelembagaan yang baik antara penyelenggara Pemilu menjadi syarat

mutlak untuk menciptakan situasi dan kondisi pelaksanaan Pemilu yang

baik. Selain itu adanya partisipasi aktif dari peserta pemilu dan masyarakat

sebagai pemilih yang berintegritas.. Ketiga elemen ini harus satu tujuan

bersama, mewujudkan Pemilu yang demokratis. Elemen penyelenggara


Pemilu harus berintegritas, bertindak adil dan objektif. Elemen peserta

Pemilu yang terdiri dari Parpol, paslon presiden dan wakil presiden,

perseorangan untuk DPD mempunyai integritas dan berkomitmen untuk

taat dan tunduk pada peraturan Pemilu, misalnya dengan tidak melakukan

politik uang atau politik transaksional. Politik uang adalah akar dari

persoalan korupsi di Indonesia. Oleh karena itu, baik penyelenggara

Pemilu, peserta Pemilu dan pemilih dapat meminimalisir persoalan politik

uang.

Dari segi aturan, tugas Bawaslu dalam Undang-undang 15 Tahun

2011, pasal 73 ayat (2) Bawaslu bertugas mengawasi penyelenggaraan

Pemilu dalam rangka pencegahan dan penindakan pelanggaran untuk

terwujudnya Pemilu yang demokratis. Sementara itu di Undang-undang 7

Tahun 2017 pasal 93 huruf (b) Bawaslu bertugas melakukan pencegahan

dan penindakan terhadap Pelanggaran Pemilu dan Sengketa Proses

Pemilu. Dengan demikian, Dalam Undang-undang 7 Tahun 2017 semakin

diperjelas bahwa objek pencegahan dan penindakan ialah Pelanggaran

Pemilu dan Sengketa Proses Pemilu, dimana pada Undang-undang

15/2011 hanya dilakukan pada pelanggaran Pemilu saja. Selanjutnya, Pada

Undang-undang 15/2011 Bawaslu hanya melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaan kampanye. Sementara, rumusan di Undang-undang 7 2017

pasal 93 hurf d angka 5, disebutkan tugas Bawaslu adalah mengawasi

pelaksanaan tahapan Penyelenggaraan Pemilu, yang terdiri atas

pelaksanaan kampanye dan dana kampanye. Dengan demikian, terjadi


perluasan atas objek pengawasan yang semula hanya mengawasi

pelaksanaan kampanye menjadi mengawasi pelaksanaan kampanye dan

Dana Kampanye.

Pernyataan di atas juga di tegaskan oleh bapak Yasti Yustia, A.Ip,

M. Kesos selaku divisi penindakkan pelanggaran dan penyelesaian

sengketa Bawaslu Kota Sukabumi ialah "kasus yang terjadi di 2019 itu ada

5 dugaan politik uang di Kota Sukabumi, namun waktu itu ada 3 laporan

tidak diregister karna tidak memenuhi syarat formil dan materil, padahal

sudah diberikan waktu tiga hari kepada pelapor untuk melengkapi

laporannya, namun tetep tidak melengkapi laporannya terutama yang

berkaitan dengan saksi, namun untuk mengatasi masalah itu Bawaslu akan

mulai melaksanakan beberapa program yang di keluarkan oleh Bawaslu

RI. ada 2 program yang memang dikeluarkan. Pertama kaitan dengan

komunitas digital jaringan awasi pemilu, kedua kita sudah menyiapkan

kaitan dengan tahapan yang akan kita lewati yang sedang kita jalankan

sekarang yaitu membentuk posko kawal hak pilih. kami berkomitmen dan

sama sama berjuang bahwa persoalan politik uang ini tetap harus kita

hilangkan."

Adapun catatan penting yang harus di ambil dalam penyelengaraan

pemilu antara lain

1. Dalam undang-undang pemilihan kepala daerah dikatakan bahwa

calon kepala daerah dapat didiskualifikasi ketika melakukan politik

uang. Sayangnya regulasi tidak berhenti sampai disitu, ketentuan


politik uang tersebut harus mampu dibuktikan dengan unsur TSM

(terstruktur, sistematis dan massif). Menurut hemat penulis, kondisi

sekarang ini memahamkan bahwa regulasi yang seharusnya kuat,

justru menjadi lemah karena syarat yang digunakan tidaklah mudah

untuk dibuktikan. Kelemahan pembuktian tersebut tidak dapat

dikatakan sebagai perbuatan politik uang tidak ada. Perbuatan

tersebut ada namun syarat memenuhi terstruktur, sistematis dan

massif yang digunakan justru hanya menjadi perbuatan yang “ada”

harus menjadi “besar adanya” dengan TSM. Sebagai contoh ketika

calon kepala daerah terbukti memberi uang secara terang-terangan

dengan maksud mempengaruhi beberapa orang agar memilihnya,

belum dapat dikatakan politik uang selama TSM tersebut tidak dapat

dibuktikan. Berdasarkan UU pilkada hal tersebut dikarenakan tidak

terjadi di hampir 50 persen lebih kecamatan di suatu kabupaten atau

50 persen lebih kabupaten di suatu provinsi. Apakah hukum harus

melihat besarnya perbuatan atau cukup perbuatan tersebut jelas

terbukti adanya. Paradigma ini harus dapat difahami pada semua

penegak hukum di negeri ini. Jangan berharap politik uang akan

berhenti jika yang diminta adalah “perbuatan itu harus TSM”, jelas

ini penegakkan hukum yang keliru.

2. Dalam kasus politik uang hampir setiap orang berharap dengan

tujuan yang sama yaitu diskualifikasi atau penjarakan. Namun

sayangnya ada yang dilupakan khususnya bagi pemerhati hukum.


Bahwa sebagaimana teori sistem hukum diatas, dalam kasus politik

uang, selain harus terpenuhinya unsur TSM ada hal lain yang sering

terabaikan, yaitu budaya hukum. Kultur hukum yang merupakan

sikap manusia (termasuk budaya hukum aparat penegak hukumnya)

terhadap hukum dan sistem hukum. Sebaik apapun penataan struktur

hukum untuk menjalankan aturan hukum yang ditetapkan dan sebaik

apapun kualitas substansi hukum yang dibuat tanpa didukung budaya

hukum oleh orang-orang yang terlibat dalam sistem dan masyarakat

maka penegakan hukum tidak akan berjalan secara efektif. Hal ini

rasanya lebih sering terabaikan dibanding keinginan untuk terus

merevisi regulasi atau penambahan lembaga demi penegakan hukum

yang dirasa kurang optimal. Padahal optimal itu ada pada kuatnya

budaya hukum.

E. Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data yang berupa

manusia (narasumber) sangat penting peranannya sebagai individu yang

memiliki informasinya. Peneliti dan narasumber di sini memiliki posisi

yang sama, oleh karena itu narasumber bukan sekedar memberikan

tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia dapat lebih memilih arah

dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki. Karena posisi inilah

sumber data yang berupa manusia di dalam penelitian kualitatif disebut

sebagai informan.
Informan dalam penelitian adalah orang atau pelaku yang benar-benar tahu

dan menguasai masalah, serta terlibat langsung dengan masalah penelitian.

Informan dalam penelitian ini adalah:

1. M Aminuddin, S.Kom sebagai ketua bawaslu Kota Sukabumi.

2. H Ending Muhiddin, S.Sos selaku staf teknis divisi Hukum,

pencegahan, permas dan Humas Bawaslu Kota Sukabumi.

3. Yasti Yustia, S.Ip., M.Kesos selaku divisi Penindakan Pelanggaran dan

Penyelesaian Sengketa Bawaslu Kota Sukabumi.

DAFTAR PUSTAKA

A. Peraturan Perundang-undangan

Indonesia . Putusan Mahkamah Konstitusi dalam perkara Nomor

5/PUU-V/2007 perihal Pengujian Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

________ . Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 Pasal 523 tentang Pemilihan

Umum.

________ . Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016, Pasal 73 ayat 1,2,3 dan 4.

________ . Undang-undang No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu

________ . Undang-undang No. 49 tahun 2008 tentang perubahan atas PP No.

6 tahun 2005

B. Buku
Arif, Saiful., dan Heri Setiyono, Sejarah & Budaya Demokrasi, Manusia
Berstatus Warga dalam Kehidupan Beberapa Negara, Malang: Averroes
Press, 2013.
Budiarjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia. Cet. IX, 1985.
Djohan Djohermansyah., dan Made Suwandi. Pilkada Langsung : Pemikiran
dan Peraturan. Jakarta: IIP Press, 2005.
Fuady, Munir. Konsep Negara Demokrasi, Bandung: PT. Refika Aditama,
2010.
Hendratno, Edie Toet. Negara Kesatuan, Desentralisasi dan Federalisme.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Huda, Ni’matul. Ilmu Negara. Jakarta: Raja Grafindo, 2014.
Huda, Ni’matul., dan M Imam Nasef.,Penataaan Demokrasi & Pemilu Di
Indonesia Pasca Reformasi. Jakarta : Kencana. 2017.
Kristeva, Nur Sayid Santoso. Manifesto Wacana Kiri. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2015.
Latif, Yudi. Negara Paripurna. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011.
Manullang, Beberapa Aspek Administrasi Pemerintah Daerah, Pembangunan.
Jakarta, 1983.
Marijan, Kacung. Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca
Orde Baru. Jakarta: Kencana, 2019.
Nadrilun. Mengenal Lebih Dekat Demokrasi di Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 2012.
Prayitno, Budi. Apakah Demokrasi Itu,. Jakarta: LIPI, 1991.
Prihatmoko, Joko J. Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005.
Purnama, Eddy. Negara Kedaulatan Rakyat. Jaakrta: Nusamedia, 2007.
Sugiarto, Umar Said. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika,
2013.
Sulardi. Menuju Sistem pemerintahan Presidensil Murni. Malang: Setara Press,
2012.
C. Lain-lainnya

Agustamsyah. Konsepsi dan Implementasi Demokrasi Pancasila Dalam Sistem


Perpolitikan di Indonesia. Jurnal TAPIs. Vol.07. No.12. 2011. Di akses
dari http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/TAPIs/article/view/1524.
Pukul 12.50
Asshiddiqie, Jimly. Partai Politik dan Pemilihan Umum sebagai Instrumen
Demokrasi, Jurnal Konstitusi. Vol. 3. No. 4. 2006. Di akses dari
https://www.mkri.id/public/content/infoumum/ejurnal/pdf/BOOK_Volu
me3nomor4Des2006.pdf. Pukul 14.00
Harun, Refly. Rekontruksi Kewenangan Penyelesaian Perselisihan hasil
Pemilihan Umun, Jurnal Konsitusi. Vol. 13. No. 1. 2016. Di akses dari
https://jurnalkonstitusi.mkri.id/index.php/jk/article/view/1311. Pukul
10.00
Ma’arif ,Wizdanul., Sakir., dan Fairuz Arta Abhipraya. Peran Bawaslu dalam
Pengawasan Pilkada Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2020. jurnal Ilmu
Politik dan Pemerintahan. Vol. 8. No. 1. 2022. Di akses dari
https://jurnal.unsil.ac.id/index.php/jipp/article/view/3088. Pukul 09.00
S, Goesniadhie. Keterikatan Janji Politik dalam Hukum Pencerminan Kodrat
Manusiawi. Malang. Jurnal Konstitusi Pusat Studi Konstitusu. Vol. I
No. 1. 2009. Di akses dari
https://www.mkri.id/public/content/infoumum/ejurnal/pdf/ejurnal_Jurna
l%20Konstitusi%20Wisnuwardhana%20Vol%201%20no%201.pdf.
Pukul 17.09
Suharizal. Penguatan Demokrasi Lokal melalui Penghapusan Jabatan Wakil
Kepala Daerah. Jurnal Konstitusi. Vol. 7. No. 5. 2010. Di akses dari
https://jurnalkonstitusi.mkri.id/index.php/jk/article/view/755. Pukul
20.00

Anda mungkin juga menyukai