Anda di halaman 1dari 120

SAMBUTAN

Bismillahirrahmannirrahim

Alhamdulillahirabbil ‘Alamin, Puji syukur kami panjatkan ke hadirat


Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, Panwaslih Provinsi Aceh
dalam hal ini Divisi Penindakan Pelanggaran telah menerbitkan
Laporan Divisi Penindakan Pelanggaran Pemilu Panwaslih Provinsi
Aceh Pada Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019 sebagai bentuk
pertanggungjawaban kepada Bawaslu RI dan kepada rakyat Indonesia
khususnya masyarakat Aceh atas kinerja Divisi Penindakan
Pelanggaran Panwaslih Provinsi Aceh.

Laporan menjelaskan Divisi Penindakan Pelanggaran secara


kelembagaan sebagai divisi yang memiliki peran penting dalam
mewujudkan keadilan Pemilu dengan melakkan penegakan terhadap
pelanggaran adminisraif Pemilu, pelanggaran etik penyelenggara Pemil
dan pelanggaran hukum lainnya begitu pula dengan lembaga
Gakkumdu sebagai wadah untuk menyamakan persepsi dalam
penanganan pidana Pemilu.

Provinsi Aceh merupakan daerah ex konflik bersenjata sehingga butuh


perhatian khusus dari Penyelengga Pemilu dan pihak keamanan.
Terkadang pesta demokrasi sebagai curahan hati rakyat Indonesia
dalam menentukan pemimpinnya berubah menjadi mencekam yang
mengubah stikma rakyat bahwa demokrasi dikontrol oleh tangan besi
yang tak manusiawi dengan munculnya berbagai acaman.
Meunculnya berbagai ancaman dan intimidasi bahkan menyebakan
hilangnya nyawa orang terjadi pada Pemilu tahun 2014, namun
berbeda dengan Pemilu tahun 2019 ini yang tentunya lebih
bermartabat.
Pelaksanaan Pemilu yang berkaslias ini merupakan hasil kerja keras
Pengawas Pemilu bekerja sama dengan seluruh Stakeholders. Bak
pepatah “sekali layar berkembang, surut kita berpantang” begitulah
semangat Pengawa Pemilu dalam menegakkan keadilan Pemilu.

Laporan ini juga berisikan hasil-hasil kinerja Divisi Penindakan


Pelanggaran yang disusun secara konprehensif. Pada bagian akhir
laporan ini memuat rekomendasi untuk meningkatkan kinerja dan
perbaikan kelembagaan Bawaslu kedepan.

Kami berharap, laporan ini bermanfaan bagi seluruh Rakyat


Indonesia, Stakeholders, Praktisi Hukum dan Akademisi sebagai
sumber karya ilmiah serta dapat meningkatkan pemahaman publik
tentang Pemilu di Aceh.

Banda Aceh, 5 Agustus 2019


Divisi Penindakan Pelanggaran
Panwaslih Provinsi Aceh

FAHRUL RIZHA YUSUF


BAWASLU
PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN
PROVINSI ACEH
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim

Alhamdulillahirabbil ‘Alamin, puji dan syukur kita panjatkan kehadhirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penyusunan Laporan Divisi Penindakan Pelanggaran Panwaslih Provinsi
Aceh Pada Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019 dapat disusun dan
diselesaikan dengan baik.

Pemilihan Umum adalah sarana kedaulatan rakyat untuk menyalurkan


suaranya secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam NKRI
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Panwaslih
Provinsi Aceh sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam melakukan
pencegahan dan penindakan pelanggaran Pemilu di wilayah Provinsi Aceh
memiliki peran strategis dalam mewujudkan Pemilu yang berintegritas dan
bermartabat.

Tak lupa kami sampaikan terimakasih kepada Pimpinan kami Ketua dan
Anggota Bawaslu RI yang telah memberikan banyak bimbingan serta
masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan Laporan Divisi
Penindakan Pelanggaran Panwaslih Provinsi Aceh atas pelaksanaan tugas,
wewenang dan kewajiban sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu. Rasa terimakasih juga kami ucapkan
kepada Panwaslih Kabupaten/Kota serta Sekretariat Panwaslih Provinsi Aceh
yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga laporan ini selesai pada waktu yang telah ditetapkan.

Laporan ini juga dimaksudkan untuk menjadi bahan evaluasi bagi lembaga
Pengawas Pemilu dimasa yang akan datang agar senantiasa terus berkerja
memperbaiki kinerja lembaga kearah yang lebih baik.

Banda Aceh, 5 Agustus 2019


Ketua Panwaslih Provinsi Aceh

FAIZAH
DAFTAR ISI

SAMBUTAN
TAGLINE BAWASLU
KATA PENGANTAR
Daftar Isi .................................................................................i
Daftar Tabel ............................................................................iv
Daftar Grafik ...........................................................................v
Daftar Gambar ........................................................................vi
BABI PENDAHULUAN ........................................................1
A. Latar Belakang....................................................1
B. Dasar Hukum Penyusunan Laporan....................3
C. Ruang Lingkup....................................................4
D. Maksud dan Tujuan Pembuatan Laporan ............4

BAB II TUGAS, WEWENANG DAN KEWAJIBAN BAWASLU


PROVINSI .................................................................5
A. Tuga ...................................................................5
B. Wewenang...........................................................8
C. Kewajiban ..........................................................9

BAB III SENTRA GAKKUMDU ...............................................11

A. Kelembagaan.......................................................11
B. Struktur Organisasi Gakkumdu ..........................11
C. Tugas dan Fungsi Gakkumdu .............................12

BAB IV PERSIAPAN PENINDAKAN PELANGGARAN PADA


PENYELENGGARAAN PEMILU TAHUN 2019.............19

A. Penguatan Kapasitas dalam Penindakan


Pelanggaran ........................................................19
B. Rapat Koordinasi (Rakor).....................................19
C. Rapat Kerja Terbatas...........................................21
D. Pelatihan Penyidik Penyelenggara Pemilu ............22
E. Kegiatan Lainnya ................................................22

i
BAB V PENINDAKAN PELANGGARAN PADA
PENYELENGGARAAN PEMILU TAHUN 2019.............24

A. Temuan Dugaan Pelanggaran .............................24


1. Pelanggaran Administrasi Pemilu .............30
2. Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara
Pemilu ....................................................33
3. Pelanggaran Pidana Pemilu ......................37
4. Pelanggaran Hukum lainnya ....................46
B. Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilu ..................49
1. Pelanggaran Administrasi Pemilu .............54
2. Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara
Pemilu .....................................................60
3. Pelanggaran Pidana Pemilu ......................64
4. Pelanggaran Hukum lainnya ....................71
C. Pelimpahan Temuan/Laporan Dugaan
Pelanggaran Pemilu.............................................72
D. Pengambil Alihan Temuan/Laporan Dugaan
Pelanggaran Pemilu.............................................73
E. Supervisi dan Pendampingan Penanganan
Dugaan Pelanggaran Pemilu................................74
F. Tindak Lanjut Penindakan Pelanggaran Pemilu
...........................................................................77

BAB VI HAMBATAN DAN CAPAIAN PENINDAKAN


PELANGGARAN PADA PENYELENGGARAAN
PEMILUTAHUN 2019.................................................99

A. Hambatan dan Kendala Penindakan


Pelanggaranoleh Bawaslu Kabupaten/Kota,
Pada Penyelenggaraan PemiluTahun 2019 ..........99
B. Keberhasilan (capaian) Penindakan
Pelanggaran oleh Bawaslu Provinsi/Kab./Kota
Pada Penyelenggaraan PemiluTahun 2019. .........105

ii
C. Pelanggaran Pemilu yang Meljadi Perhatian
Publik .................................................................106

BAB VII PENUTUP ..................................................................107

a. Kesimpulan .....................................................107
b. Rekomendasi ...................................................108

iii
DAFTAR TABEL

No. Nomor Judul Tabel Hal.


Tabel
1. Tabel 1 Rekapitulasi Data Temuan Dugaan Pelanggaran 25
Pemilu Panwaslih Provinsi Aceh
2. Tabel 2 Rekapitulasi Temuan Dugaan Pelanggaran 27
Pemilu Panwaslih Provinsi Aceh per Tahapan
Temuan Administratif Pemilu oleh Panwaslih
3. Tabel 3 Kab/Kota diteruskan kepada Panwaslih Provinsi 31
Aceh
4. Tabel 4 Temuan Pelanggaran Kode Etik oleh Panwaslih 34
Provinsi dan Panwaslih Kabupaten/Kota
Jumlah penanganan temuan tindak pidana
5. Tabel 5 Pemilu oleh Bawaslu Provinsi dan 38
Kabupaten/Kota
6. Tabel 6 Jumlah temuan tindak pidana Pemilu yang 39
meperoleh Putusan Pengadilan
7. Tabel 7 Kategori Terlapor dalam temuan Tindak Pidana 44
Pemilu Provisni Aceh
Temuan Bawaslu Provinsi dan Kabupaten Kota
8. Tabel 8 tentang pelanggaran Hukum Lainnya di Provinsi 47
Aceh
9. Tabel 9 Rekapitulasi Laporan Dugaan Pelanggaran 51
Pemilihan Umum Per Tahapan di Provinsi Aceh
10. Tabel 10 Laporan Pelanggaran Administrasi Pemilu yang 56
diterima oleh Panwaslih Provinsi Aceh
11 Tabel 11 Rekapitulasi Laporan Kode Etik yang diterima 61
oleh Panwaslih Provinsi dan Kabupaten/Kota
Jumlah penanganan Laporan tindak Pidana
12 Tabel 12 Pemilu pada Bawaslu Provinsi dan 65
Kabupaten/Kota
13 Tabel 13 Jumlah laporan tindak pidana Pemilu yang 66
meperoleh Putusan Pengadilan
14 Tabel 14 Kecenderungan Pelaku Tindak Pidana Pemilu di 70
Provinsi Aceh
15 Tabel 15 Tindak lanjut putusan administratif Panwaslih 78
Provinsi Aceh
16 Tabel 16 Tindak lanjut pelanggaran pidana Pemilu 80
17 Tabel 17 Tindak lanjut pelanggaran netralitas ASN 89

18 Tabel 18 Pelaksanaan Pemungutan Suara Ulang dan 94


Pemilu Lanjutan

iv
DAFTAR GRAFIK
Nomor
No. Judul Grafik Hal.
Grafik

1 Grafik 1 Kecenderungan dugaan pelanggaran pada setiap 29


tahapan
2 Grafik 2 Kecenderungan terlapor dalam dugaan 33
pelanggaran Pemilu
3 Grafik 3 Kecenderungan pelanggaran kode etik ppada 36
setiap tahapan
4 Grafik 4 Kecenderungan dugaan Tindak Pidana pada 42
Temuan Provinsi dan Kabupaten Kota di Aceh
Penghentian Penanganan Temuan Tindak Pidana
5 Grafik 5 Pemilu oleh Gakkumdu pada Pembahasan I dan 45
II
6 Grafik 6 Dugaan Temuan Jumlah Pelanggaran Hukum 48
Lainnya di Provinsi Aceh
7 Grafik 7 Penerimaan Laporan Pelanggaran Pilleg dan 50
Pilpres
8 Grafik 8 Kecenderungan laporan pelanggaran Pemilu di 53
Provinsi Aceh

9 Grafik 9 Kecenderungan laporan pelanggaran pada setiap 54


tahapan
10 Grafik 10 Rekapitulasi Penerimaan Laporan Administrasi 57

11 Grafik 11 Jumlah Rekapitulasi Penanganan Pelanggaran 58


Administratif dengan Pemeriksaan Acara Cepat
12 Grafik 12 Diagram Penerimaan Laporan Pelanggaran Kode 63
Etik
13 Grafik 13 Kecenderunagn pelanggaran kode etik pada 64
setiap tahapan
14 Grafik 14 Kecenderungan Laporan Tindak Pidana Pemilu 68
yang Diterima
15 Grafik 15 Laporan dugaan Pelanggaran hukum Lainnya 71

Temuan dan Laporan yang dilimpahkan Provinsi


16 Grafik 16 kepadaKabupaten/Kota dan Kabupaten /Kota 72
kepada Kecamatan

v
DAFTAR GAMBAR
No. Nomor Gambar Judul Gambar Hal.

1. Gambar 1 Struktur Sentra Gakkumdu Panwaslih Provinsi 12


Aceh

vi
BAB. I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Panitia Pengawas Pemilihan (Panwaslih) Provinsi Aceh
merupakan Lembaga Pengawas Pemilu yang memiliki kenamaan
khusus yang berbeda dengan provinsi lain di seluruh Indonesia,
yang mana Lembaga Pengawas Pemilu di provinsi lain yaitu
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi namun tetap
memiliki tugas dan fungsi yang sama karen Panwaslih Provinsi
Aceh merupakan lembaga hierarki dari Bawaslu RI sebagaimana
termaktub dalam Pasal 557 ayat (1) huruf b Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu yang menyatakan:
“Panitia Pengawas Pemilihan Provinsi Aceh dan Panitia
Pengawas Pemilihan Kabupaten/Kota merupakan satu
kesatuan kelembagaan yang hierarkis dengan Bawaslu.”

Panwaslih Provinsi Aceh memiliki tugas yang sangat penting


dalam mewujudkan Pemilu yang berintegritas, salah satu
tugasnya yaitu melakukan penindakan di wilayah provinsi
terhadap pelangggaran Pemilu dimana tentunya tugas tersebut
menjadi tugas utama Divisi Penindakan Pelanggaran.

Penindakan pelanggaran merupakan ruh dari kerja nyata


lembaga Pengawas Pemilu untuk mewujudkan keadilan Pemilu
baik bagi para warga negara yang memiliki hak untuk memilih
juga yang memiliki hak untuk dipilih, dimana ketika hak tersebut
terusik dengan berbagai bentuk pelanggaran dan kejahatan.
Penindakan merupakan serangkaian proses penanganan
pelanggaran yang berasal dari Temuan/Laporan untuk
ditindaklanjuti oleh instansi yang berwenang.

1
Wujud demokrasi Aceh telah sampai pada tahap hampir
sempurna sebagaimana yang diharapkan dengan adanya
proteksi juga rasa saling menghargai dan menghormati hak-hak
warga Negara dalam pesta demokrasi.

Provinsi Aceh merupakan daerah ex konflik bersenjata sehingga


butuh perhatian khusus dari Penyelengga Pemilu dan pihak
keamanan. Terkadang pesta demokrasi sebagai curahan hati
rakyat Indonesia dalam menentukan pemimpinnya berubah
menjadi mencekam yang mengubah stikma rakyat bahwa
demokrasi dikontrol oleh tangan besi yang tak manusiawi dengan
munculnya berbagai acaman.

Meunculnya berbagai ancaman dan intimidasi bahkan


menyebakan hilangnya nyawa orang terjadi pada Pemilu tahun
2014, sebagaimana dalam rilies media merdeka.com pada tanggal
1 April 2014 dengan judul “Rentetan deru mesiu di Aceh jelang
Pemilu”, berbagai peritiwa yang terjadi saat itu berupa
pemberondongan Partai Politik di Aceh Utara, seorang Caleg
tewas ditembak di Aceh Selatan, Kantor Partai Politik digeranat
di Banda Aceh serta kejadian di Bireuen
mobil Partai Politik di tembak yang menyebabkan 3 orang tewas
dan 1 orang kritis.

Kesejukan demokrasi terwujud dalam Pemilu 2019 dengan


berjalannya pelaksananaan Pemilu secara lancar, anam dan
damai. Ini terwujud karena keinsafan para pihak yang
berkepentingan, penyelenggara yang berintegritas dan
pengamanan yang berkualitas.

Panwaslih Provinsi Aceh memiliki ruang lingkup kerja mengawasi


penyelengaraan Pemilu dengan dibantu oleh Panwaslih di 23
Kabupaten/Kota yaitu Kota Banda Aceh, Kota Sabang, Kota

2
Lhokseumawe, Kota Langsa, Kota Subulussalam, Kabupaten
Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Timur,
Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh
Barat, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh
Utara, Kabupaten Simeulue, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten
Bireuen, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues,
Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten
Bener Meriah dan Kabupaten Pidie Jaya.

B. Dasar Hukum Penyusunan Laporan


Panwaslih Provinsi Aceh memiliki kewajiban untuk membuat
laporan terkait kinerja dalam penanganan pelanggaran. Laporan
ini sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja Panwaslih
Provinsi Aceh kepada Bawaslu RI juga kepada publik.

Adapun dasar hukum penyusunan laporan akhir meliputi:


a. Pasal 143 UU No.7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
menyatakan:
(1) Dalam menjalankan tugasnya, Bawaslu Provinsi
bertanggung jawab kepada Bawaslu;
(2) Bawaslu Provinsi menyampaikan laporan kinerja dan
pengawasan Penyelenggaraan Pemilu secara periodik
kepada Bawaslu.

b. Surat Edaran Bawaslu RI No.1288/ K.Bawaslu/PM.06.00/


VII/2019 perihal Penyusunan Laporan Akhir Penindakan
Pelanggaran Pemilu Tahun 2019.

3
C. Ruang Lingkup
Laporan Divisi Penindakan Pelanggaran Panwaslih Provinsi Aceh
Pada Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019 memuat mengenai
pertanggungjawaban kinerja Divisi Penindakan Pelanggaran
dalam menangani pelanggaran Pemilu pada setiap tahapan
penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.

D. Maksud Dan Tujuan Pembuatan Laporan


Penyusunan Laporan Divisi Penindakan Pelanggaran Panwaslih
Provinsi Aceh Pada Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019
bermaksud untuk:
1. Memenuhi kewajiban sebagai bentuk pertanggungjabawan
Divisi Penindakan Pelanggaran Panwaslih Provinsi Aceh
kepada Bawaslu RI dan Rakyat Indonesia
2. Sebagai pedoman evaluasi terhadap proses pelaksanaan
Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Daerah, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Aceh, Dewan
Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota, serta Presiden dan Wakil
Presiden Tahun 2019;
3. Sebagai sumber penelitian kepada stakeholder dan akademisi
terhadap penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019;
4. Sebagai pedoman untuk melakukan perencanaan kebijakan
dan pengawasan di masa depan berdasarkan problematika
pelaksanaan penindakan pelanggaran Pemilu Tahun 2019;

4
BAB. II
TUGAS, WEWENANG DAN KEWAJIBAN BAWASLU PROVINSI

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang


Pemilihan Umum, bahwa Tugas, Wewenang, Kewajiban Panwaslih
Provinsi Aceh adalah sebagai berikut:

A. Tugas
Berdasarkan Pasal 97 dan 98 Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2017 Tentang Pemilihan Umum, Panwaslih Provinsi Aceh
bertugas:

a. Melakukan pencegahan dan penindakan di wilayah


provinsi terhadap:

1. Pelanggaran Pemilu; dan

2. Sengketa proses Pemilu;

b. Mengawasi pelaksanaan tahapan Penyelenggaraan Pemilu


di wilayah provinsi, yang terdiri atas:

1. Pelaksanaan verifikasi partai politik calon peserta


Pemilu;

2. Pemutakhiran data pemilih, penetapan daftar pemilih


sementara dan daftar pemilih tetap;

3. Pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan dan


tata cara pencalonan anggota DPRD provinsi;

4. Penetapan calon anggota DPD dan calon anggota


DPRD provinsi;

5. Pelaksanaan kampanye dan dana kampanye;

6. Pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;

7. Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan


suara hasil Pemilu;

8. Penghitungan suara di wilayah kerjanya;

5
9. Pergerakan surat suara, berita acara penghitungan
suara, dan sertifikat basil penghitungan suara dari
TPS sampai ke PPK;

10. Rekapitulasi suara dari semua kabupaten/kota yang


dilakukan oleh KPU/KIP Provinsi;

11. Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara


ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan; dan

12. Penetapan hasil Pemilu anggota DPRD provinsi;

c. Mencegah terjadinya praktik politik uang di wilayah


provinsi;

d. Mengawasi netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta


dalam kegiatan kampanye sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini;

e. Mengawasi pelaksanaan putusan/keputusan di wilayah.


provinsi, yang terdiri atas:

1. Putusan DKPP;

2. Putusan pengadilan mengenai pelanggaran dan


sengketa Pemilu;

3. Putusan/keputusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan


Bawaslu Kabupaten /Kota;

4. Keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU


Kabupaten/Kota; dan

5. Keputusan pejabat yang berwenang atas pelanggaran


netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta dalam
kegiatan kampanye;

f. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip serta


melaksanakan penyusutannya berdasarkan jadwal retensi
arsip sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan;

6
g. Mengawasi pelaksanaan sosialisasi Penyelenggaraan
Pemilu di wilayah provinsi;

h. Mengevaluasi pengawasan Pemilu di wilayah provinsi; dan

i. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.

Dalam melakukan pencegahan pelanggaran Pemilu dan


pencegahan sengketa proses Pemilu, Panwaslih Provinsi Aceh
bertugas:

a. Mengidentifikasi dan memetakan potensi pelanggaran


Pemilu di wilayah provinsi;

b. Mengoordinasikan, menyupervisi, membimbing, memantau,


dan mengevaluasi Penyelenggaraan Pemilu di wilayah
provinsi;

c. Melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah dan


pemerintah daerah terkait; dan

d. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan


Pemilu di wilayah provinsi.

Dalam melakukan penindakan pelanggaran Pemilu, Panwaslih


Provinsi Aceh bertugas:

a. Menyampaikan hasil pengawasan di wilayah provinsi kepada


Bawaslu atas dugaan pelanggaran kode etik Penyelenggara
Pemilu dan/atau dugaan tindak pidana Pemilu di wilayah
provinsi;

b. Menginvestigasi informasi awal atas dugaan pelanggaran


Pemilu di wilayah provinsi;

c. Memeriksa dan mengkaji dugaan pelanggaran Pemilu di


wilayah provinsi;

7
d. Memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran
administrasi Pemilu; dan

e. Merekomendasikan tindak lanjut pengawasan atas


pelanggaran Pemilu di wilayah provinsi kepada Bawaslu.

Dalam melakukan penindakan sengketa proses Pemilu, Panwaslih


Provinsi Aceh, bertugas:

a. Menerima permohonan penyelesaian sengketa proses Pemilu


di wilayah provinsi;

b. memverifikasi secara formal dan materiel permohonan


sengketa proses Pemilu di wilayah provinsi;

c. melakukan mediasi antarpihak yang bersengketa di wilayah


provinsi;

d. melakukan proses adjudikasi sengketa proses Pemilu di


wilayah provinsi apabila mediasi belum menyelesaikan
sengketa proses Pemilu; dan

e. Memutus penyelesaian sengketa proses Pemilu di wilayah


provinsi.

B. Wewenang
Berdasarkan Pasal 99 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
Tentang Pemilihan Umum, Panwaslih Provinsi Aceh
berwenang:

a. Menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan


dengan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
Pemilu;
b. Memeriksa dan mengkaji pelanggaran Pemilu di wilayah
provinsi serta merekomendasikan hasil pemeriksaan dan
pengkajiannya kepada pihak-pihak yang diatur dalam

8
Undang-Undang ini;
c. Menerima, memeriksa, memediasi atau mengadjudikasi,
dan memutus penyelesaian sengketa proses Pemilu di
wilayah provinsi;
d. Merekomendasikan hasil pengawasan di wilayah provinsi
terhadap pelanggaran netralitas semua pihak yang dilarang
ikut serta dalam kegiatan kampanye sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini;
e. Mengambil alih sementara tugas, wewenang, dan
kewajiban Panwaslih Kabupaten/Kota setelah
mendapatkan pertimbangan Bawaslu apabila Panwaslih
Kabupaten/Kota berhalangan sementara akibat dikenai
sanksi atau akibat lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
f. Meminta bahan keterangan yang dibutuhkan kepada pihak
yang berkaitan dalam rangka pencegahan dan penindakan
pelanggaran Pemilu dan sengketa proses Pemilu di wilayah
provinsi;
g. Mengoreksi rekomendasi Panwaslih Kabupaten/Kota
setelah mendapatkan pertimbangan Bawaslu apabila
terdapat hal yang bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
h. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

C. Kewajiban
Berdasarkan Pasal 100 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
Tentang Pemilihan Umum, Panwaslih Provinsi Aceh
berkewajiban:

1. Bersikap adil dalam menjalankan tugas dan


wewenangnya;

9
2. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas pengawas Pemilu pada tingkatan di
bawahnya;
3. Menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada
Bawaslu sesuai dengan tahapan Pemilu secara periodik
dan/atau berdasarkan kebutuhan;
4. Menyampaikan temuan dan laporan kepada Bawaslu
berkaitan dengan dugaan pelanggaran yang dilakukan
oleh KPU/KIP Provinsi yang mengakibatkan terganggunya
penyelenggaraan tahapan Pemilu di tingkat provinsi;
5. Mengawasi pemutakhiran dan pemeliharaan data pemilih
secara berkelanjutan yang dilakukan oleh KPU/KIP
Provinsi dengan memperhatikan data kependudukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
6. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

10
BAB. III
SENTRA GAKKUMDU

A. Kelembagaan
Sentra Penegakan Hukum Terpadu yang disebut juga dengan
Gakkumdu adalah pusat aktivitas penegakan hukum tindak
pidana Pemilu yang terdiri dari unsur Pengawas Pemilihan
Umum, Badan Pengawas pemilihan Umum Provinsi, dan/atau
Badan Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Kepolisian
Negara Republik Indonesia, Kepolisian Daerah, dan/atau
Kepolisian Resor, dan Kejaksaan Agung Republik Indonesia,
Kejaksaan Tinggi dan/atau Kejaksaan Negeri.

Secara kelembagaan Gakkumdu melekat pada Bawaslu sesuai


dengan tingkatan masing-masing dan tersedia ruang khusus
sebagai Sentra Gakkumdu untuk memudahkan berkoordinasi
antar instansi.

B. Struktur Organisasi Gakkumdu


Sentra Gakkumdu Panwaslih Provinsi Aceh pertama terbentuk
pada tanggal 24 Juli 2018 dengan dikeluarkannya Surat
Keputusan Ketua Panwaslih Provinsi Aceh Nomor:
017/BAWASLU-PROV.AC/HK.01.01/VII/2018 yang selanjutnya
diubah SK Nomor: 046/Bawaslu-Prov.AC/HK.01.01/I/2019
tertanggal 25 Januari 2019 selanjutnya diubah dengan SK
Nomor: 149.A/Bawaslu-Prov.AC/HK.01.01/IV/2019 tertanggal
10 April 2019 dan perubahan sturktur yang ketiga dengan SK
Nomor: 74.A/BAWASLU-PROV.AC/HK.01.01/V/2019 tertanggal
28 Mei 2019.

11
STRUKTUR GAKKUMDU PANWASLIH PROVINSI ACEH
174.A/BAWASLU-PROV.AC/HK.01.01/V/2019

Irdam, S.H., M.H. Faizah, S.P. Drs. Rio S. Djambak


Penasehat Penasehat Penasehat

Muhibuddin, S.H., M.H. Nyak Arief Fadhillah Syah, M.H. Drs. H. Agus Sarjito
Pembina Pembina Pembina

Yadi Rachmat, S.H., M.H. Fahrul Rizha Yusuf, S.H.I. Imam Asfali, S.I.K.
Koordinator Ketua Koordinator Koordinator

Anggota

Amriyata, S.H. Naidi Faisal, M. S.i Sugeng, PH

Danil Rahmatsyah, S.H.,M.H. Marini, S. Pt Darmawanto, S.Sos.

Ricky Febriandi, S.H. Zulham Efendi Irfan, S.H.I.,S.H.,M.H. Syaiful Syah, S.H.

Zuhri, S.H. M. Rusli AR Rahmat

Muhammad Rizal, S.H. Danny Pratama

Hendra Syahputra, S.H.

M. Rizal Fahlevi,

Gambar 1. Struktur Sentra Gakkumdu Panwaslih Provinsi Aceh

C. Tugas dan Fungsi Gakkumdu


Sentra Gakkumdu dibentuk berdasarkan Pasal 486 Undang-
undang Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Pemilu. Pembentukan
Gakkumdu berfungsi untuk menyamakan pemahaman dan pola
penanganan tindak pidana Pemilu, Bawaslu, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, dan Kejaksaan Agung Republik Indonesia.

12
Secara kelembagaan, Gakkumdu melekat pada Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota.

Gakkumdu terdiri dari 3 (tiga) instansi dengan fungsi dan


kewenangan masing-masi yang saling melengkapi dengan
melibatkan penyidik yang berasal dari Kepolisian dan penuntut
yang berasal dari Kejaksaan dikarenakan Pengawas Pemilu tidak
memiliki kewenangan penyidikan dan penuntutan. Penyidik dan
Penuntut Umum selama menjalankan tugas di Gakkumdu
dibebastugaskan dari instansi asalnya agar dapat bekerja penuh
waktu dalam penanganan tindak pidana Pemilu.
Menurut SOP Sentra Gakkumdu, penanganan tindak pidana
Pemilu dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap yaitu:
a. Penerimaan, pengkajian dan penyampaian laporan/temuan
dugaan tindak pidana Pemilu kepada Pengawas Pemilu,
dalam tahap ini Pengawas Pemilu berwenang menerima
laporan/temuan dugaan pelanggaran Pemilu yang diduga
mengandung unsur tindak pidana Pemilu, selanjutnya
dugaan pelanggaran itu dituangkan dalam Formulir
Pengaduan. Setelah menerima laporan/temuan adanya
dugaan tindak pidana Pemilu, Pengawas Pemilu segera
berkoordinasi dengan Sentra Gakkumdu dan menyampaikan
laporan/temuan tersebut kepada Sentra Gakkumdu dalam
jangka waktu paling lama 24 Jam sejak diterimanya
laporan/temuan.
b. Tindak lanjut Sentra Gakkumdu terhadap laporan/temuan
dugaan tindak pidana Pemilu, dalam tahap ini dilakukan
pembahasan oleh Sentra Gakkumdu dengan dipimpin oleh
Ketua Koordinator Sentra Gakkumdu yang berasal dari unsur
Pengawas Pemilu.
c. Tindak lanjut Pengawas Pemilu terhadap rekomendasi Sentra
Gakkumdu, dalam tahap ini disusun rekomendasi Sentra

13
Gakkumdu, yang menentukan apakah suatu
laporan/temuan merupakan dugaan tindak pidana Pemilu
atau bukan, atau apakah laporan/temuan tersebut perlu
dilengkapi dengan syarat formil/syarat materil.

SOP Gakkumdu diatur dalam 2 regulasi yaitu Undang-undang


Nomor 7 Tahun 2019 sebagai sumber hukum materil yang
menentukan isi suatu peraturan atau kaidah hukum yang
mengikat setiap orang juga Peraturan Badan Pengawas Pemilu
Nomor 31 Tahun 2018 tentang Sentra Gakkumdu sebagai
sumber hukum formil yang mengatur dan mengikat tata cara
menjalankan dan mempertahankan peraturan hukum materil,
Perbawaslu 31 Tahun 2018 merupakan aturan khusus bagi
Gakkumdu, namun terhadap hal-hal yang tidak diatur dalam
Perbawaslu tersebut mengacu pada Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHP).

Sentra Gakkumdu bertugas dan bewenang melakukan


penanganan tindak pidana Pemilu sejak adanya laporan atau
temuan yang diterima oleh Panwaslih Provinsi atau
Kabupaten/Kota. Dengan kata lain, Kepolisian dan Kejaksaan
(sebagai Penyidik dan Penuntut) juga bertugas pada saat
diterimanya laporan atau temuan tersebut oleh Panwaslih
Kabupaten/Kota. Hanya saja, Kepolisian dan Kejaksaan
melakukan pendampingan kepada Panwaslih Kabupaten/Kota
dalam proses penanganan pelanggaran, baik pada tahap
penerimaan laporan atau temuan, penentuan pasal yang diduga
telah dilanggar, pengumpulan alat bukti, pemeriksaan para pihak
(pelapor, saksi dan terlapor), sampai pada kajian.

Dalam menerima laporan/temuan tersebut, Panwaslih Provinsi


atau Kabupaten/Kota harus didampingi dan dibantu oleh

14
Penyidik dan Jaksa yang tergabung dalam Sentra Gakkumdu.
Pendampingan dilaksanakan dengan melakukan identifikasi,
verifikasi, dan konsultasi terhadap laporan/temuan dugaan
pelanggaran tindak pidana Pemilu.

Pengawas Pemilu, Penyidik dan Jaksa pada Sentra Gakkumdu


melakukan Pembahasan Pertama untuk menyimpulkan apakah
temuan atau laporan memenuhi syarat formil dan materil serta
menentukan pasal apa yang disangkakan.

Setelah dilakukan pembahasan pertama, Pangawas Pemilu


melakukan kajian dugaan tindak pidana Pemilu dengan
didampingi oleh Penyidik dan Jaksa. Dalam melaksanakan
kajian, Pengawas Pemilu dapat mengundang Pelapor, Terlapor,
Saksi, atau Ahli untuk dimintakan keterangan atau klarifikasi.
Hasil dari proses kajian pelanggaran Pemilu oleh Pengawas
Pemilu berupa dokumen kajian laporan/temuan. Selain itu, hasil
penyelidikan oleh Penyidik Tindak Pidana Pemilihan membuat
Laporan Hasil Penyelidikan.

Proses penanganan dugaan tindak pidana Pemilu selanjutnya


dilakukan kajian, Pengawas Pemilu, Penyidik dan Jaksa
melakukan pembahasan kedua untuk menentukan laporan/atau
temuan tersebut telah memenuhi unsur atau tidak memenuhi
unsur tindak pidana Pemilihan.

Setelah dilakukannya pembahasan kedua oleh Sentra


Gakkumdu, hasil pembahasan tersebut menjadi dasar Pengawas
Pemilu memutuskan laporan/temuan untuk diteruskan ke tahap
penyidikan atau dihentikan. Dalam hal diteruskan ke tahap
penyidikan, Pengawas Pemilu meneruskan laporan/temuan
tersebut kepada Penyidik Tindak Pidana Pemilu dan menerbitkan
Surat Perintah Tugas untuk melaksanakan Penyidikan yang

15
ditandatangani oleh Ketua Koordinator Sentra Gakkumdu
Provinsi atau Kabupaten/Kota. Namun jika hasil rapat pleno
memutuskan laporan/temuan penanganan pelanggaran Pemilu
dihentikan maka Pengawas Pemilu memberitahukan kepada
Pelapor dengan surat disertai dengan alasan penghentian.

Dalam hal laporan/temuan diterusakan ke tahap penyidikan,


Pengawas Pemilu meneruskan laporan/temuan tersebut kepada
Penyidik Tindak Pidana Pemilu disertai dengan berkas perkara
yang memuat surat pengantar, surat perintah tugas untuk
melaksanakan penyidikan yang dikeluarkan oleh pengawas
pemilihan, daftar isi, laporan/temuan dugaan Tindak Pidana
Pemilihan, hasil kajian, laporan hasil penyelidikan, surat
undangan klarifikasi, berita acara klarifikasi, berita acara
klarifikasi di bawah sumpah, berita acara pembahasan pertama,
berita acara pembahasan kedua, daftar saksi dan/atau ahli,
daftar terlapor, daftar barang bukti, barang bukti, dan
administrasi penyelidikan. Setelah laporan/temuan diteruskan
ketahap penyidikan, Penyidik membuat administrasi penerimaan
penerusan laporan/temuan berupa laporan polisi dengan pelapor
yang telah melapor kepada pengawas Pemilu dan surat tanda
bukti laporan. Selanjutnya Penyidik Tindak Pidana Pemilu dalam
Sentra Gakkumdu berkoordinasi dengan Sentra Pelayanan
Kepolisian untuk mendapatkan nomor registrasi laporan Polisi.

Penyidik Tindak Pidana Pemilu di Sentra Gakkumdu melakukan


Peyidikan setelah diterbitkannya Surat Pemberitahuan
Dimulainya Penyidikan (SPDP) oleh Koordinator Sentra
Gakkumdu dari unsur kepolisian bersamaan dengan
dikeluarkannya Surat Perintah Penyidikan. Penyidik Tindak
Pidana Pemilu menyerahkan SPDP dan administrasi penyidikan
lainnya yang telah ditandatangani oleh Koordinator Sentra

16
Gakkumdu dari unsur kepolisian kepada Jaksa. Dalam
melaksanakan tahap penyidikan, Penyidik Tindak Pidana Pemilu
melakukan penyidikan paling lama 14 (empat belas) hari kerja
terhitung sejak penerusan laporan/temuan yang diterima dari
Pengawas Pemilu dan/atau laporan Polisi dibuat. Jaksa pada
Sentra Gakkumdu melakukan pendampingan dan monitoring
terhadap proses Penyidikan untuk selanjutnya hasil penyidikan
dibahas dalam Pembahsan Ketiga Sentra Gakkumdu.

Selama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak penerusan


laporan/temuan yang diterima oleh Pengawas Pemilu, Penyidik
menyampaikan hasil Penyidikan disertai berkas perkara kepada
Jaksa. Dalam hal hasil penyidikan belum lengkap, dalam waktu
paling lama 3 hari kerja penuntut umum mengembalikan berkas
perkara kepada Penyidik dalam Sentra Gakkumdu disertai
petunjuk tentang hal yang harus dilakukan untuk dilengkapi,
yang hanya dilakukan 1 (satu) kali. Setelah berkas dikembalikan
oleh Jaksa, Penyidik mengembalikan berkas perkara kepada
Jaksa. Setelah berkas perkara diterima oleh Jaksa dan
dinyatakan lengkap Penyidik menyerahkan tersangka dan barang
bukti kepada Jaksa.

Penuntut Umum melimpahkan berkas perkara kepada


Pengadilan Negeri di wilayah hukum tersebut untuk dilakukan
proses persidangan. Selanjutnya, Penuntut Umum membuat
rencana dakwaan dan surat dakwaan, serta menyusun rencana
penuntutan dan membuat surat tuntutan yang dilaporkan
kepada Pembina Sentra Gakkumdu dari unsur Kejaksaan sesuai
tingkatan. Tembusan surat dakwaan tersebut disampaikan
kepada Koordinator Sentra Gakkumdu unsur kepolisian dan
Pengawas Pemilu sesuai tingkatan.

17
Setelah putusan Pengadilan dibacakan, Penuntut Umum
melaporkan kepada Pembina Sentra Gakkumdu dari unsur
Kejaksaan untuk selanjutnya dilakukan pembahsan keempat,
dengan dihadiri oleh Koordinator dari unsur Pengawas Pemilu,
Koordinator dari unsur Kepolisian, dan Koordinator dari unsur
Kejaksaan sesuai tingkatan guna mengambil sikap untuk
dilakukan upaya hukum atau menindaklanjuti Putusan
Pengadilan.

Dalam hal Penutut Umum mengajukan banding dan memori


banding paling lama 3 hari setelah putusan dibacakan. Selain itu,
dalam hal Terdakwa melakukan upaya hukum bandig terhadap
putusan Pengadilan, Penuntut Umum membuat kontra memori
banding. Selanjutnya, dalam hal putusan Pengadilan telah
berkekuatan hukum tetap, Jaksa pada Sentra Gakkumdu
melaksanakan putusan tersebut paling lamba 3 hari setelah
putusan diterima oleh Jaksa dan dapat didampingi oleh Penyidik
Tindak Pidana Pemilihan dan Pengawas Pemilu.

18
BAB IV.
PERSIAPAN PENINDAKAN PELANGGARAN PADA
PENYELENGGARAAN PEMILU TAHUN 2019

A. Penguatan Kapasitas dalam Penindakan Pelanggaran


Dalam melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang nomor 7
Tahun 2017, Perbawaslu 7 Tahun 2018, Perbawaslu 8 Tahun
2018 dan Perbawaslu 31 Tahun 2018, Panwaslih Provinsi Aceh
melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan kapasitas
Pengawas Pemilu khususnya Divisi Penindakan Pelanggaran
dengan berbagai kegiatan.

Divisi Penindakan Pelanggaran Panwaslih Provinsi Aceh telah


melakukan kegiatan peningkatan kapasitas seperti Rapat
Koordinasi, Rapat Kerja Teknis dan pelatihan-pelatihan yang
dilakukan secara berjenjang baik kepada Pengawas di Provinsi
juga di Kabupaten/Kota.

Untuk terus meningkatkan kapasitan Pengawas Pemilu, Divisi


Penindakan Pelanggaran terus melakukan supervisi dan
pendampingan kepada Pengawas Pemilu setingkat dibawahnya
agar proses penanganan pelanggaran sesuai dengan prosedur
dan pemahaman yang telah diberikan.

Tidak cukup sampai disitu, untuk terus meningkatkan kapasitan


Pengawas Pemilu, Divisi Penindakan Pelanggaran melakukan
monitoring dan evaluasi sebagai bentuk perbaikan kinerja.

B. Rapat Koordinasi (Rakor)


Divisi Penindakan Pelanggaran Panwaslih Provinsi Aceh telah
beberapa kali melakukan Rapat Koordinasi yang bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman bagi Penganwas Pemilu di lingkup

19
Panwaslih Provinsi Aceh dan Pengawas Pemilu di
Kabupaten/Kota, diantaranya yaitu:
1. Rapat Koordinasi (Rakor) Sentra Gakkumdu yang
dilaksanakan pada tanggal 13 sampai dengan 14 Desember
2018 di Sulthan Hotel Banda Aceh, kegiatan tersebut dihadiri
oleh seluruh anggota Gakkumdu Panwaslih Provinsi Aceh dan
Panwaslih Kabupaten/Kota.

2. Rapat Koordinasi (Rakor) Sentra Gakkumdu yang


dilaksanakan pada tanggal 10 sampai dengan 11 April 2019
di Sulthan Hotel Banda Aceh, kegiatan tersebut dihadiri oleh
seluruh anggota Gakkumdu Panwaslih Provinsi Aceh dan
Panwaslih Kabupaten/Kota. Kegatan tersebut bertujuan
untuk meningkatkan kapasitas dan pemahaman anggota
Gakkumdu sebagai persiapan menghadapi tahapan
pemungutan dan penghitungan suara yang berpotensi
banyak terjadi pelanggaran Pemilu terutama pelanggaran
pidana.

3. Rapat Koordinasi Evaluasi dan Konsolidasi Data Pengawasan


dan Penanganan Pelanggaran untuk Pembelajaran yang
dilaksanakan pada tanggal 08 sampai dengan 09 Oktober
2019 di Sulthan Hoteh, Banda Aceh. Kegiatan ini bertujuan
untuk memverifikasi dan validasi data penanganan
pelanggaran Pemilu sebagai pembelajaran juga dapat
dimanfaatkan untuk riset dan sumber karya ilmiah serta
informasi publik yang dapat dipertanggungjawabkan.

4. Rapat Koordinasi (Rakor) Evaluasi Sentra Gakkumdu dalam


Penanganan Pelanggaran Tindak Pidana Pemilu yang
dilaksanakan pada tanggal 16 sampai dengan 17 Oktober
2019 di Marst Reasort Kota Sabang. Kegiatan tersebut
bertujuan untuk menyerap berbagai kendala dan

20
rekomendasi dari seluruh anggota Gakkumdu
Kabupaten/Kota.

5. Rapat Koordinasi (Rakor) Evaluasi Sekretariat dalam


Penanganan Pelanggaran Pemilu yang dilaksanakan pada
tanggal 31 Oktober sampai dengan 01 November 2019 di Hotel
Diana Lhokseumawe. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengetahui kendala-kendala dalam proses penanganan
peanggaran Pemilu mulai dari penerimaan laporan hingga
pelaksanaan putusan atau rekomendasi serta memperbaiki
pengelolaan adsministrasi kesekretariatan dalam
penanganan pelanggaran.

6. Rakor Konsolidasi Data Pengawasan Dan Penanganan


Pelanggaran yang dilaksanakan pada tanggal 19- 21
November 2018 di Hotel Permata hati, Aceh Besar.

C. Rapat Kerja Terbatas


1. Rapat Kerja Terbatas Penyelesaian Kasus Temuan Pelanggaran
Administratif Pemilu
Dalam melaksanakan Penindakan Pelanggaran Panwaslih
Provinsi Aceh melakukan Rapat Kerja Terbatas Penyelesaian
Kasus Pelanggaraan Administratif Pemilu pada tanggal 20 Juni
2019 di Kantor Panwaslih Provinsi Aceh dengan dihadiri oleh
Komisioner dan Staf Panwaslih Provinsi Aceh serta turut
mengundang Panwaslih Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh
Besar serta akademisi dan praktisi hukum. Kegiatan tersebut
bertujuan untuk mempertajam pemahaman Pengawas Pemilu
dalam melaksanakan penyelesaian pelanggaran administratif
Pemilu dimana saat itu Panwaslih Provinsi Aceh sedang
menyelesaikan temuan Panwasli Kota Lhonsemawe.

21
2. Rapat Kerja Terbatas Penyelesaian Kasus Money Politic yang
dilaksanakan pada taggal 19 Oktober 2018 di kantor Panwaslih
Provinsi Aceh.
3. Rapat Kerja Terbatas Penyelesaian Kasus Money Politic
“Pencegahan dan Penyelesaian Money Politik dalam
Penyelenggaraan Pemilihan Umum 2019 yang diaksanakan pada
tanggal 23 Oktober 2018 di kantor Panwaslih Provinsi Aceh.

D. Pelatihan Penyidik Pelanggaran Pemilu


Dalam rangka meningkatkan kemampuan penyidik dalam
melaksanakan tugas-tugas penyelidikan dan penyidikan kasus
tindak pidana pada Pemilu dan untuk menyamakan pemahaman,
Panwaslih Provinsi Aceh telah melaksanakan pelatihan khusus
bagi penyidik dalam bentuk kegiatan Rakerja Teknis Gakkumdu
dengan tema “Pelatihan Khusus Penyelidik dan Penyidik Anggota
Gakkumdu Se-Provinsi Aceh” yang dilaksanakan pada tanggal 19
sampai dengan 20 September 2018 di Hotel Mekkah, Banda Aceh.

E. Kegiatan Laninya
1. Panwaslih Provinsi Aceh telah melaksanakan kegiatan
Sinkronisasi Data Pelanggaran Pemilu dalam Aplikasi Sislap
Pemilu kepada seluruh Panwaslih Kabupaten/Kota pada
tanggal 25 dan 26 Juni 2019 di Hotel Mekkah Banda Aceh.
Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk parktik cara
menginput data penanganan pelanggaran ke dalam aplikasi
SISLAP.
2. Evaluasi Sekretariat dalam Penanganan Pelanggaran Pemilu
yang dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober - 01 November
2019 di Diana Hotel, Lhokseumawe.
3. Bimbingan Teknis Penanganan Pelanggaran Pemilu Bagi
Panwaslih Kabupaten/Kota Se-Provinsi Aceh Tahap I yang

22
dilaksanakan pada 18 September 2018 di Oasis Atjeh Hotel,
Banda Aceh
4. Bimbingan Teknis Penanganan Temuan dan Laporan
Pelanggaran Pemilu Bagi Panwaslih Kabupaten/Kota Se-
Provinsi Aceh yang dilaksanakan pada 30 Oktober 2018 di
Hotel Kyriad Muraya, Banda Aceh.
5. Bimbingan Teknis Pengawasan dan Penanganan
Pelanggaran Pemilu 2019 Bagi Panwaslih Kabupaten/Kota
Se-Aceh yang dilaksnakan pada tanggal 29-30 Oktober 2018
di Hotel Oasis, Banda Aceh.

23
BAB V
PENINDAKAN PELANGGARAN PADA PENYELENGGARAAN PEMILU
TAHUN 2019
Pelanggaran Pemilu adalah tindakan yang bertentangan, melanggar,
atau tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait
Pemilu. Pelanggaran Pemilu dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu:
1. Pelanggaran Administratif Pemilu adalah pelanggaran terhadap
tata cara, prosedur, atau mekanisme yang berkaitan dengan
Administratif pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan
Penyelenggaraan Pemilu.
2. Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu adalah pelanggaran
terhadap etika Penyelenggara Pemilu yang berdasarkan sumpah
dan/atau janji sebelum menjalankan tugas sebagai
Penyelenggara Pemilu.
3. Tindak Pidana Pemilu adalah tindak pidana pelanggaran
dan/atau kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana Pemilu
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pemilihan
Umum.
4. Pelanggaran hukum lainnya adalah pelanggaran terhadap
Peraturan Perundang-undangan lainnya selain dari pada
Undang-undang Pemilu, Peraturan Badan Pengawas Pemilu dan
Peraturan Komisi Pemilihan Umum.

Penindakan merupakan serangkaian proses penanganan pelanggaran


yang berasal dari Temuan atau Laporan untuk ditindaklanjuti.

A. Temuan Dugaan Pelanggaran Pemilu


Temuan Pelanggaran yang yang disebut juga Temuan adalah
hasil pengawasan Pengawas Pemilu pada setiap tahapan
Penyelenggaraan Pemilu yang mengandung dugaan pelanggaran.
Panitia Penwaslih Provinsi Aceh dan Panwaslih Kabupaten/Kota

24
dalam Pemilu 2019 telah menangani beberapa Temuan sebagai
berikut:

Tabel 1. Rekapitulasi Data Temuan Dugaan Pelanggaran Pemilu


Panwaslih Provinsi Aceh
Jumlah Temuan Yang di temukan
Ditangani
No Provinsi Kabupaten/Kota Ditemukan Dilimpahkan
sendiri
Pilleg Pilpres Pilleg PilPres Pilleg Pilpres
1 Aceh 10 0 0 0 10 0
2 Aceh Selatan 21 1 0 0 21 1
3 Aceh Tenggara 0 0 0 0 0 0
4 Aceh Timur 3 0 3 0 0 0
5 Aceh Tengah 15 0 0 0 16 0
6 Aceh Barat 77 1 0 0 77 1
7 Aceh Besar 5 0 0 0 5 0
8 Pidie 45 0 0 0 45 0
9 Aceh Utara 4 0 0 0 4 0
10 Simeulue 2 0 0 0 2 0
11 Aceh Singkil 3 0 0 0 3 0
12 Bireuen 13 1 0 0 13 1
Aceh Barat
13 2 1 0 0 2 1
Daya
14 Gayo Lues 9 0 0 0 9 0
15 Aceh Jaya 14 0 0 0 14 0
16 Nagan Raya 1 0 0 0 1 0
17 Aceh Tamiang 2 1 0 0 2 1
18 Bener Meriah 10 0 0 0 10 0
19 Pidie Jaya 1 0 0 0 1 0
Kota Banda
20 14 0 0 0 14 0
Aceh
21 Kota Sabang 1 0 0 0 1 0
Kota
22 2 0 0 0 2 0
Lhokseumawe
23 Kota Langsa 2 1 1 0 0 1
Kota
24 1 1 0 0 1 1
Subulussalam

Total 257 7 4 0 253 7

25
Dari hasil pengawasan penyeleggaraan Pemilu tahun 2019,
Panwaslih Provinsi Aceh dan Panwasli Kabupaten/Kota telah
menemukan 264 dugaan pelanggaran Pemilu, dimana 257
temuan terjadi pada Pemilu Legislatif dan 7 Temuan terjadi pada
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, temuan paling banyak
terjadi di Kabupaten Aceh Barat dengan jumlah temuan dugaan
pelanggaran sebanyak 78 namun sebaliknya bahkan di
Kabupaten Aceh Tenggaran tidak ada satu pun temuan dugaan
peanggaran Pemilu.

Temuan dugaan pelanggaran Pemilu tentunya dapat terjadi pada


setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu meskipun proses
tahapan belum selesai hingga tahapan pelantikan calon terpilih,
namun dalam tahapan persiapan, pemutakhiran data pemilih,
penetapan peserta Pemilu, penetapan daerah pemilihan,
Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota DPR,
DPD, dan DPRD, kampanye, masa tenang, pemungutan dan
penghitungan suara, rekapitulasi suara dan penetapan calon
terpilih. Jumlah temuan dugaan pelanggaran Pemilu pada tiap
tahapan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini;

26
Tabel 2. Rekapitulasi Temuan Dugaan Pelanggaran Pemilu Panwaslih Provinsi Aceh per Tahapan
Jumlah temuan

Pengucapan
Perencanaa
Pencalonan Sumpah
n program
Presiden /Janji
dan Pemutkhira
dan Wakil Pemunguta Presiden
anggaran n dan Penetapan Penetapan Penetapan
Presiden Kampanye Masa n dan dan Wakil
No Provinsi Kabupaten/Kota Total serta Penyusuna peserta Daerah Hasil
serta Pemilu Tenang Penghitung Presiden
penyusuna n Daftar Pemilu Dapil Pemilu
Anggota an Suara serta
n Pemilih
DPR, DPD, Anggota
Peratruran
dan DPRD. DPR, DPD,
Pelaksana
dan DPRD
Pille Pilpr Pill PilPr Pill Pilpr Pill Pilpr Pill PilPr Pill Pilpr Pill PilPr Pill PilPr Pill Pilpr Pill Pilpr Pill PilPr
g es eg es eg es eg es eg es eg es eg es eg es eg es eg es eg es
0 0 1 0 0 0 0 0 3 0 0 0
1 Aceh 10 0 0 0 0 0 0 0 0 6

21 1 2 0 10 1 1 0 8 0 0 0 0 0
2 Aceh Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0

Aceh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0
Tenggara
3 0 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Aceh Timur 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 11 0 0 0 2 0 3 0 0 0
5 Aceh Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0

77 1 0 0 72 1 0 0 3 0 1 0 0 0
6 Aceh Barat 0 0 0 0 1 0 0 0
5 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Aceh Besar 0 0 0 0 0 0 0 0
45 0 0 0 26 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Pidie 0 0 19 0 0 0 0 0
4 0 1 0 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0
9 Aceh Utara 0 0 0 0 0 0 0 0

27
2 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Simeulue 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Aceh Singkil 2 0 0 0 0 0 0 0
13 1 2 0 11 1 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Bireuen 0 0 0 0 0 0 0 0

Aceh Barat 2 1 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0
13 0 0 0 0 0 0 0 0
Daya
9 0 2 0 6 0 0 0 1 0 0 0 0 0
14 Gayo Lues 0 0 0 0 0 0 0 0

14 0 0 0 9 0 0 0 5 0 0 0 0 0
15 Aceh Jaya 0 0 0 0 0 0 0 0

1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Nagan Raya 0 0 0 0 0 0 0 0

Aceh 2 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0 0 0 0
Tamiang
10 0 0 0 6 0 0 0 4 0 0 0 0 0
18 Bener Meriah 0 0 0 0 0 0 0 0

1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
19 Pidie Jaya 0 0 0 0 0 0 0 0

Kota Banda 14 0 0 0 7 0 1 0 6 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0
Aceh
1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Kota Sabang 0 0 0 0 0 0 0 0
Kota
2 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
22 Lhokseumaw 0 0 0 0 0 0 0 0
e
2 1 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0
23 Kota Langsa 0 0 0 0 0 0 0 0
Kota
1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
24 Subulussala 0 0 0 0 0 0 0 0
m

Total 257 7 2 0 19 0 1 0 0 0 17 0 176 6 3 0 33 0 8 0 0 0

28
Penangan pelanggaran Pemilu pada penyelenggaraan Pemilu
tahun 2019 yang terjadi di seluruh Aceh berjumlah 268
pelanggaraan yang terdiri dari 261 pelanggaran pada Pemilu
Legislatif dan 7 pelanggaran terjadi pada Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden.

Grafik 1. Kecenderungan dugaan pelanggaran pada setiap tahapan

Perencanaan
182
Pemutkhiranan
Daftar Pemilih
Penetapan
peserta Pemilu
Penetapan Dapil

Pencalonan

Kampanye

Masa Tenang

Pungut & Hitung


33
19 17 Penetaapan Hasil
3 8
2 1 1 0 pengucapan
sumpahan/janji

Dari 268 pelanggaran Pemilu yang terjadi di seluruh Aceh,


pelanggaran terbanyak terjadi pada tahapan kampanye yang
berjumlah 182 pelanggaran atau 69% dari total pelanggaran.
Kampanye menjadi tahapan yang paling krusial bagi para calon,
disini lah kontestasi terjadi untuk meyakinkan para konstituen
agar meraup suara sebanyak-banyaknya, karena itu tak ayal
para kontestan pun melakukan berbagai cara yang terkadang
melanggaran atura Pemilu.

Pelanggaran terbanyak selanjutnya ada pada tahapan


pemungutan dan penghitungan suara dengan jumlah 33

29
pelanggaran Pemilu. Pada tahapan ini rata-rata yang terjadi
adalah pelanggaran pidana, delik yang banyak dilanggar yaitu
menggunakan hak pilih lebih dari satu kali, sedangkang jumlah
pelanggaran lainnya terjadi pada tahapan berikut ini:
 Pencalonan: 19 pelanggaraan
 Pemutakhiran daftar pemilih: 17 pelanggaran
 Penetapan hasil: 8 pelanggaran
 Masa tenang: 3 pelanggaran
 Perencanaan: 2 pelanggaran
 Penetapan peserta pemilu dan Penetapan dapil: 1
pelanggaran
 Pengucapan sumpah tidak ada pelanggaran

1. Pelanggaran Administratif Pemilu


Panwaslih Provinsi Aceh tidak menemukan adanya dugaan
pelangaran Administratif Pemilu baik pada Pemilu Legislatif
maupun pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, ini
menunjukkan kinerja pengawasan yang maksimal sehingga
mampu mencegah terjadinya pelanggaran.

Panwaslih Provinsi Aceh juga menindaklanjuti 8 temuan


pelanggaran administratif Pemilu dari Panwaslih
Kabupaten/Kota untuk diselesaikan dengan sidang
pemeriksaan sebagaimana ketentuan Pasal 24 ayat (3)
Perbawaslu No. 8 Tahun 2018 tentang Penyelesaian
Pelanggaran Administratif Pemilu,

“Temuan Bawaslu Kabupaten/Kota disampaikan kepada


Bawaslu Provinsi dengan menggunakan formulir model
ADM-1 untuk diselesaikan melalui pemeriksaan secara
terbuka”

30
Tabel 3. Temuan Administratif Pemilu oleh Panwaslih Kab/Kota diteruskan kepada Panwaslih Provinsi Aceh

Putusan Putusan Putusan Putusan Koreksi


Dihentikan Dilanjutkan
Disampaikan Bawaslu Bawaslu Bawaslu Bawaslu Putusan
Brdsr Putusan Brdsr Putusan
kepada Provinsi Provinsi Provinsi atas Provinsi atas oleh
Kabupaten/ Pendahuluan Pendahuluan
No Bawaslu Terlapor Terlapor Tidak Temuan Temuan Bawaslu
Kota Bawaslu Bawaslu
Provinsi Terbukti Terbukti Kab/Kota Kab/Kota tidak RI
Provinsi Provinsi
Bersalah Bersalah ditindaklanjuti ditindaklanjuti
Pilleg PilPres Pilleg Pilpres Pilleg Pilpres Pilleg PilPres Pilleg Pilpres Pilleg Pilpres Pilleg PilPres
1 Nagan Raya 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
2 Aceh Timur 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
3 Aceh Barat 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1
4 Gayo Luwes 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
5 Aceh Tamiang 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kota
6 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
Lhokseumawe
Total 8 0 3 0 5 0 4 0 1 0 5 0 0 0 1

31
Berdasarkan ketentuan Pasal 24 ayat (3) Perbawaslu No. 8
Tahun 2018, Panwaslih Provinsi Aceh telah mengeluarkan 5
putusan administratif dari 8 perkara yang diteruskan oleh
Panwaslih Kabupaten/Kota namun 1 putusan tidak terbukti
bersalah, sedangkan 3 diantaranya dihentikan pada putusan
pendahuluan karena proses penanganannya melewati
tenggang waktu (daluarsa).

Dari 5 putusan administratif tersebut, 4 putusan menyatakan


terlapor terbuti bersalah dan 1 putusan menyatakan terlapor
tidak terbukti bersalah. Terdapat satu terlapor yang terbukti
bersalah mengajukan permohonan koreksi ke Bawaslu RI
yang kemudian Bawaslu RI dalam putusannya menguatkan
putusan Panwaslih Provinsi Aceh.

Permohonan koreksi putusan dapat dilakukan oleh para


pihak yang berperkara dalam sidang administratif baik
pelapor maupun terlapor, hak mengajukan permintaan
koreksi sebagaimana diatur dalam Pasal 61 Perbawaslu No. 8
Tahun 2018, jangka waktu penyampaian permintaan koreksi
paling lambat 3 hari kerja sejak putusan dibacakan
sebagaimana diatur dalam Pasal 62 Perbawaslu Perbawaslu
No. 8 Tahun 2018.

Dari 4 putusan administratif Pemilu yang dinyatakan terbukti


bersalah dengan terlapor paling banyak dari calon Anggota
DPRD Kabupaten/Kota dan Penyelenggara Pemilu yaitu KIP
Kabupaten/Kota serta selebihnya yaitu calon Anggota DPRD
Provinsi.

32
Grafik 2. Kecenderungan terlapor dalam dugaan pelanggaran
Pemilu

Terlapor
Calon DPRD
Prov.
1
Penyelenggara
5
Calon DPRD
Kab.
7

Penyelenggara Calon DPRD Kab. Calon DPRD Prov.

Dari 4 putusan Panwaslih Provinsi Aceh terdapat 13 terlapor


karena tidak menutup kemungkinan dalam satu temuan
terdapat lebih dari satu terlapor. Para terlapor yang
merupakan calon legislatif tersebut terbukti bersalah
melanggar Pasal 240 ayat (1) huruf k Undang –Undang Nomor
7 Tahun 2017 Tentang Pemilu dan Penyelenggara Pemilu
terbuti bersalah melanggar Pasal 18 ayat (1) PKPU No. 20
Tahun 2018.

2. Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu


Berdasarkan pengawasan yang dilakukan oleh Panwaslih
Provinsi Aceh dan Panwaslih Kabupaten/Kota di seluruh
Provinsi Aceh terdapat beberapa pelanggaran kode etik yang
dilakukan oleh penyelenggara Pemilu untuk ditangani oleh
DKPP dan Panwaslih Kabupaten/Kota.

33
Tabel 4. Temuan Pelanggaran Kode Etik oleh Panwaslih Provinsi dan Panwaslih Kabupaten/Kota

No Provinsi Kabupaten/ Kota Total Temuan Kode Diteruskan kepada Putusan DKPP Putusan DKPP Keterangan
Etik DKPP Terlapor Terbukti Terlapor Tidak
Bersalah Terbukti Bersalah
Pilleg Pilpres Pilleg PilPres Pilleg PilPres Pilleg Pilpres
Putusan
1 Aceh 1 0 1 0 0 0 1 0
DKPP
2 putusan
Aceh Tengah DKPP, 2
2 7 0 4 0 2 0 0 0 diputuskan
dalam pleno
Pidie Tidak
3 18 0 0 0 0 0 0 0
terbukti
1 diteruskan
Aceh Singkil ke KIP Aceh
4 2 0 0 0 0 0 0 0
Singkil dan 1
tidak terbukti
1 dihentikan,
5 Bireuen
2 0 1 0 1 0 0 0 1 diteruskan
ke DKPP
Diputuskan
dalam rapat
Aceh Barat Daya pelno
6 1 0 0 0 0 0 0 0
Panwaslih
Aceh Barat
Daya

34
5 PPK
diberhentikan
Aceh Tamiang berdasarkan
7 0 1 0 0 0 0 0 0
Rapat Pleno
Panwaslih
Aceh Tamiang
Diputuskan
dalam rapat
8
Kota Sabang pleno
1 0 0 0 0 0 0 0
Panwaslih
Kota Sabang
Kota Lhokseumawe Putusan
9 1 0 1 0 1 0 0 0
DKPP
Total 32 1 7 0 4 0 1 0

35
Grafik 3. Kecenderungan pelanggaran kode etik pada setiap tahapan

Penetapan
Dapil

7%
29%
28% Pencalonan

36%
Kampanye

Pungut &
Hitung

Para penyelenggara Pemilu pun tak terlepas dari pengawasan


Panwaslih Aceh dan Panwaslih Kabupaten/Kota. Selama
proses tahapan penyelenggaraan Pemilu tahun 2019, pada
tahapan kampanye paling banyak terjadi pelanggaran kode
etik penyelenggara Pemilu sebanyak 36% dengan rata-rata
pelanggaran ikut terlibat kampanye degan kontestan politik.
Terdapat 32 dugaan pelanggaran kode etik, 5 diantaranya
diteruskan ke Dewah Kehormatan Penyelenggara Pemilu
(DKPP) untuk dilakukan sidang pemeriksaan, atas perkara
tersebut 4 pelanggaran etik diputusan bersalah dan 1
putusan dinyatakan tidak bersalah sedangkan 25 dugaan
pelanggaran etik diselesaikan oleh Panwaslih
Kabupaten/Kota berdasarkan ketentuan Perbawaslu Nomor
4 Tahun 2019 Tentang Mekanisme Penanganan Pelanggaran
Kode Etik Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan,

36
Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kelurahan/Desa, Dan
Pengawas Tempat Pemungutan Suara.

3. Pelanggaran Pidana Pemilu


Selama pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemilu tahun
2019 baik pada Pelleg juga Pilpres, Panwaslih Provinsi Aceh
dan Panwaslih Kabupaten/Kota juga menemukan beberapa
pelanggaran pidana Pemilu, antara lain sebagai berikut

37
Tabel 5. Jumlah penanganan temuan tindak pidana Pemilu oleh Bawaslu Provinsi dan Kabupaten/Kota

Perkara di
Total Temuan Perkara yang Perkara yang
Tidak Hentikan di Perkara yang di
dugaan tindak Ditingkatkan diteruskan ke dihentikan di
ditingkatkan tingkat limpahkan ke
No Prov. Kab/ kota pidana ke Penyidikan Tahap tingkat
ke Penyidikan penyidikan Pengadilan
Diterima Penuntutan penuntutan
(SP3)
Pilleg Pilpres Pilleg PilPres Pilleg Pilpres Pilleg Pilpres Pilleg PilPres Pilleg Pilpres Pilleg Pilpres
1 Aceh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Aceh Selatan 13 0 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Aceh Tenggara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Aceh Timur 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Aceh Tengah 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Aceh Barat 15 0 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Aceh Besar 5 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Pidie 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Aceh Utara 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Simeulue 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Aceh Singkil 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Bireuen 6 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Aceh Barat Daya 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 Gayo Lues 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Aceh Jaya 3 1 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Nagan Raya 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Aceh Tamiang 2 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
18 Bener Meriah 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Pidie Jaya 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0

38
20 Kota Banda Aceh 6 0 4 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 0
21 Kota Sabang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Kota
4 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lhokseumawe
23 Kota Langsa 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 Kota
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Subulussalam
Total 51 2 48 1 4 0 0 0 4 0 0 0 4 0

Tabel 6. Jumlah temuan tindak pidana Pemilu yang meperoleh Putusan Pengadilan

No Provi Kabupaten/ Perkara yang Perkara yang Perkara yang Putusan Putusan PT yang Putusan Putusan Ketera
nsi kota diputus diputus Bebas diajukan Banding yang menyatakan Hukuman Hukuman ngan
Bersalah upaya hukum menguatkan Putusan PN Percobaan kurungan dan
Putusan PN Salah dalam denda
penerapan
Hukum dan
mengadili sendiri
Pilleg PilPres Pilleg PilPres Pilleg PilPres Pilleg PilPres Pilleg PilPres Pilleg PilPres Pilleg PilPres
1 Aceh Peneta
Aceh pan PN
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
Tamiang atas
diversi
2 Pidie Jaya 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
3 Banda Aceh 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0
Total 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0

39
Berbagai peristiwa yang menjadi Pelanggaran pidana Pemilu
pada penyelengaraan Pemilu tahun 2019 yang ditangani oleh
Gakkumdu Panwaslih Provinsi Aceh dan Gakkumdu
Panwasih Kabupaten/Kota.

Selama proses penyelenggaraan Pemilu, Panwaslih Provinsi


Aceh hanya menemukan informai awal atas adanya peserta
Pemilu yang meminta dana kampanye kepada instansi
pemerintahan, namum peristiwa tersebut tidak terbukti
sehinggan tidak dijadikan temuan, namun banyak pelanggara
pidana Pemilu yang menjadi temuan Panwaslih
Kabupaten/Kota.

Dari hasil pengawasan penyelenaggraan Pemilu tahun 2019,


Panwaslih Kabupaten/Kota menemukan 53 peristiwa
dugaaan tindak pidana Pemilu, 51 diantanya terjadi pada
Pemilu Legislatif dan 2 peristiwa pidana terjadi pada Pilpres.
Dari total 53 temuan dugaan pelanggaran pidana Pemilu
hanya 4 perkara yang berhasil dilimpahkan ke pengadilan
untuk disindang hingga memperoleh putusan namun
sebanyak 49 dugaan pelanggaran dihentikan pada
pembahasan Gakkumdu baik di tahap Pembahasan Pertama,
Pembahasan Kedua atau Pembahasan Ketiga.

Berbagai peristiwa pidana terjadi di beberapa wilayan begitu


pula yang terjadi di Kota langsa, Dimana dalam suatu
kegiatan panitia penyelenggaran yang merupakan tim
kampanye salah satu pasangan calon presiden dan wakiil
presiden membrikan hadiah (door prize) melebihi harga 1 juta
rupiah.

Pada tahapan kampanye banyak delik pidana perusaka alat


peraga kampanye terjadi, namun dalam pengungkapannya

40
begitu sulit karena pelakunya tidak diketahui dimana para
pelaku cenderung melancarkan aksinya pada malam hari,
untuk memudahkan pengungkapan kasus ini perlu adanya
partisipasi masyarakat. Pelanggaran pidana ini terjadi hampir
disemua Kabupaten/Kota.

Berbeda dengan kabupaten lainya, di Kabupaten Aceh


Tamiang terjadi peristiwa pelanggran pidana Pemilu dengan
terlapor anak dibawah umur, pada pemungutan suara anak
tersebut datang ke TPS 01 Desa Babo, Kecamatan Bandar
Pusaka dengan membawa C6 milik orang lain dengan
mengaku bahwa nama yang tercantum dalam C6 tersebut
adalah namanya. Tentu perbuatan tersebut melanggar
ketentuan Pasal 533 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
Tentang Pemilu.

Dikarenakan pelaku adalah anak di bawah umur, maka


proses penyelesaiannya harus menggunaka sistem peradilan
anak sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2012. Proses penyelesaian kasus tersebut pun
dilakukan dengan cara diversi sehingga menghasilkan
beberapa kesepakatan sehingga atas perbuatannya anak
tersebut dihukum dengaan mengikuti pengajian selama 1
bulan. Kesepakatan tersebut telah memperoleh Penetapan
Pengadian Negeri Kuala Simpang dengan Nomor: 2/Pen.
Div/2019/PN. Ksp.

41
Grafik 4. Kecenderungan dugaan Tindak Pidana pada Temuan
Provinsi dan Kabupaten Kota di Aceh

Pasal Pidana
32

3 4
1 1 1 2 1 1 2

490 491 505 510 516 521 523 (1) 523 (3) 532 533
PASAL PIDANA
.

Para pelaku pelanggaran pidana Pemilu cenderung melanggar


Pasal 521 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017, dimana
pelanggaran tersebut terjadi pada tahapan kampanye
sebanyak 32 pelanggaran.

Pasal 521 tersebut merupakan aturan hukum materil bagi


subjek hukum yang melanggar ketentuan Pasan 280 ayat (1)
huruf a sampai dengan huruf j Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2017 yang menyatakan bahwa:

1. Pelaksana, peserta, dan tim Kampanye Pemilu dilarang:


a. mempersoalkan dasar negara Pancasila, Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, dan bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan,
calon, dan/atau Peserta Pemilu yang lain
d. menghasut dan mengadu domba perseorangan
ataupun masyarakat;
e. mengganggu ketertiban umum;

42
f. mengancam untuk melakukan kekerasan atau
menganjurkan penggunaan kekerasan kepada
seseorang, sekelompok anggota masyarakat, dan/atau
Peserta Pemilu yang lain;
g. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga
kampanye Peserta Pemilu;
h. menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan
tempat pendidikan;
i. membawa atau menggunakan tanda gambar dan/atau
atribut selain dari tanda gambar dan/atau atribut
Peserta Pemilu yang bersangkutan; dan
j. menjanjikan atau memberikan uang atau materi
lainnya kepada peserta Kampanye Pemilu

Jika kita melihat dari hasil temuan Panwaslih Kabupaten


/Kota terhadap pelanggaran pidana Pemilu, cenderung yang
melanggaran adalah para calon anggota legislatif dengan rata-
rata melanggar ketentuan kampanye seperti diagram terseut
diatas, di lain sisi banyak pula orang-orang yang tak
diketahui (OTK) yang melakukan perbuatan pidana Pemilu
yang mana pelanggaran tersebut rata-rata perusakan alat
peraga kampanye yang terjadi pada malam hari. Tak jarang
pula masyarakat ikut terlibat dalam pelanggaran pidana
Pemilu dimana setiap masyarakat memiliki hak pilih, namun
terkadang sering salah menggunakan hak tersebut seperti
memilih lebih dari satu kali atau menggunakan hak pilih
orang lain. untuk lebih rinci dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini.

43
Tabel 7. Kategori Terlapor dalam temuan Tindak Pidana Pemilu Provisni Aceh

Calon
Tim Calon Calon penyelen
No Provinsi Kabupaten/ Kota Wakil Masyakarat ASN Pejabat OTK
Kampanye Legislatif Presiden ggara
Presiden
1 Aceh Aceh Selatan 0 2 0 0 1 0 0 0 10
2 Aceh Timur 1 1 0 0 0 0 0 0 0
3 Aceh Tengah 0 0 0 0 3 0 0 1 0
4 Aceh Barat 1 3 0 0 0 0 5 1 4
5 Aceh Besar 0 4 0 0 0 0 1 4 0
6 Aceh Utara 0 1 0 0 0 0 0 1 0
7 Simeulue 0 1 0 0 0 0 0 0 0
8 Bireuen 0 6 0 0 0 1 0 0 0
9 Aceh Jaya 1 2 0 0 1 0 0 0 0
10 Nagan Raya 0 1 0 0 0 0 0 0 0
11 Aceh Tamiang 1 0 0 0 1 0 0 0 0
12 Bener Meriah 0 2 0 0 0 0 0 0 0
13 Pidie Jaya 0 0 0 0 1 0 0 0 0
14 Kota Banda Aceh 0 2 0 0 3 0 0 1 0
15 Kota Lhokseumawe 0 0 0 0 1 0 0 0 0
16 Kota Langsa 0 0 0 0 1 0 0 0 0
Total 4 25 0 0 12 1 6 8 14

Dalam temuan pelanggaran pidana Pemilu tentu terdapat orang-orang yang menjadi terlapor yang diduga
melakukan pelanggaran, sebanyak 25 calon legislatif diduga melanggar ketentuan pidana, ini menjadi
kategori terbanyak dibandingkan yang lainnya. Pelaku yang tidak diketahui identitasnya juga menjadi catatan

44
pelanggaran pidana Karen terdapat bukti kejahatan sebanyak 14 peristiwa namun sulit dibuktikan karena
tidak ada alat bukti terutama saksi, sedangkan terlapor yang lainnya merupakan 12 terlapor dari masyarakat,
8 terlapor dari penyelenggara, 6 terlapor dari pejabat, 4 terlapor dari tim kampanye dan 1 terlapor dari
Aparatur Sipil Negara (ASN).

Grafik 5. Penghentian Penanganan Temuan Tindak Pidana Pemilu oleh Gakkumdu pada Pembahasan I dan II

15

13

6
5
4 4
3 3 3
2 2 2
1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

pileg pilpres

45
Penghentian penanganan temuan dugaan pelanggaran
pidana Pemilu dapat saja terjadi pada tahapan Pembahasan
Pertama di Sentra Gakkumdu, Pembahasan Pertama
bertujuan untuk menyimpulkan bahwa temuan tersebut
telah memenuhi syarat formi dan materi atau tidak terpenuhi
juga untuk menentukan pasal apa yang dilanggar.
Penghentian penanganan juga dapa terjadi pada Pembahasan
kedua yang bertujuan membahas hasil penyilidikan untuk
menyimpulkan peristiwa tersebut merupakan tindak pidana
Pemilu atau bukan tindak pidana Pemilu.
Kabuapten Aceh Barat dan Aceh Selatan memang paling
banyak temuan pelanggarang pidana Pemilu namun daam
proses penangan dihentikan pada Pembahasan Sentra
Gakkumdu.

4. Pelanggaran Hukum Lainnya


Pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemilu tidak hanya
dilakukan terhadap pelang-pelanggaran yang berkaitan
dengan Undang-Undang Pemilu, namun juga seluruh
pelanggaran yang terjadi selama proses tahapan
penyelennggaraan Pemilu berjalan.

Pelanggaran apapun dapat terjadi seperti intimidasi,


pencemaraan nama baik, ujaran kebencian dan pidana
umum lainnya yang proses penanangannya diatur diluar
Undang-Undang Pemilu, Perbawaslu dan PKPU.

46
Tabel 8. Temuan Bawaslu Provinsi dan Kabupaten Kota tentang
pelanggaran Hukum Lainnya di Provinsi Aceh
No Provinsi Kabupaten/ Total Temuan Diteruskan Rekomendasi Rekomendasi
Kota Pelanggaran kepada ditindaklanjuti tidak
Hukum Instansi yang oleh instansi ditindaklanjuti
lainnya berwenang terkait oleh instansi
terkait
Pilleg Pilpres Pilleg PilPres Pilleg PilPres Pilleg Pilpres
1 Aceh 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Aceh Selatan 1 1 0 1 0 1 0 0
3 Aceh Tenggara 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Aceh Timur 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Aceh Tengah 1 0 1 0 0 0 0 0
6 Aceh Barat 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Aceh Besar 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Pidie 2 0 2 0 0 0 0 0
9 Aceh Utara 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Simeulue 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Aceh Singkil 3 0 3 0 2 0 1 0
12 Bireuen 2 0 1 0 1 0 0 0
13 Aceh Barat Daya 1 0 1 0 1 0 0 0
14 Gayo Lues 1 0 1 0 1 0 0 0
15 Aceh Jaya 3 0 3 0 0 0 0 0
16 Nagan Raya 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Aceh Tamiang 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Bener Meriah 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Pidie Jaya 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Kota Banda Aceh 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Kota Sabang 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Kota 0 0 0 0 0 0 0 0
Lhokseumawe
23 Kota Langsa 0 0 0 0 0 0 0 0
24 Kota
1 0 1 0 0 0 1 0
Subulussalam
Total 15 1 13 1 5 1 2 0

Dari taber tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Panwwaslih


Provinsi Aceh dan Panwaslih Kabupaten/Kota menangani 16 temuan
dugaan pelanggaran lainnya, dari hasil penanganan tersebut yang
diteruskan ke instansi terkait sejumlah 14 dugaan pelanggaran

47
namun hanya 6 pelanggaran yang mengahasilkan rekomendasi
sedangkan 8 dugaan pelanggaraan lainnya tidak terbukti.

Grafik 6. Dugaan Temuan Jumlah Pelanggaran Hukum Lainnya di


Provinsi Aceh
3 3

2 2

1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pidie

Aceh Singkil

Nagan Raya
Aceh Barat

Aceh Jaya

Pidie Jaya
Simeulue

Bener Meriah

Kota Sabang
Aceh Selatan
Aceh Tenggara

Kota Subulussalam
Aceh Timur

Bireuen
Aceh Barat Daya

Aceh Tamiang

Kota Lhokseumawe
Kota Langsa
Aceh Utara

Gayo Lues
Aceh

Aceh Tengah

Aceh Besar

Kota Banda Aceh

Temuan pelanggara hukum lainnya paling banyak terjadi di


Kabupaten Aceh Singkil dan Aceh Jaya yaitu berjumlah 3
pelanggaran yang rata-rata merupakan pelanggaran
netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN) yang selanjutnya di
teruskan ke Komosi Aparatur Sipil Negara (KASN), namun
terkadang ada pula beberapa pelanggaran belum mendapat
kejelasan tindak lanjut, seperti di Kota Subulussalam yang
sudah 3 Kali menyurati Walikota Subulussalam untuk
meminta kejelasan atas rekomendasi yang diterskan ke
KASN.

48
B. Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilu
Laporan Dugaan Pelanggaran yang disebut juga dengan Laporan
adalah laporan langsung Warga Negara Indonesia yang
mempunyai hak pilih, Peserta Pemilu, atau pemantau Pemilu
kepada Bawaslu dan/atau Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu
Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan/atau
Pengawas TPS pada setiap tahapan Penyelenggaraan Pemilu.
Setiap orang yang ingin melapor dapat pula didampingi oleh
kuasanya berdasarkan surat kuasa.

Setiap laporan yang disampaikan oleh Pelapor haruslah


memenuhi syarat formil dan materil untuk ditindak lanjuti, ada
pun syarat formil dan materil sebagai berikut:
1) Syarat formil meliputi:
a. identitas Pelapor/pihak yang berhak melaporkan;
b. pihak terlapor;
c. waktu pelaporan tidak melebihi ketentuan paling lama 7
(tujuh) hari sejak diketahui terjadinya dan/atau
ditemukannya dugaan Pelanggaran Pemilu; dan
d. kesesuaian tanda tangan dalam formulir Laporan Dugaan
Pelanggaran dengan kartu tanda penduduk elektronik
dan/atau kartu identitas lain.

2) Syarat materil meliputi:


a. peristiwa dan uraian kejadian;
b. tempat peristiwa terjadi;
c. saksi yang mengetahui peristiwa tersebut; dan
d. bukti.

49
Grafik 7. Penerimaan Laporan Pelanggaran Pilleg dan Pilpres
Panwaslih Provinsi Aceh

0 0

Pilleg Pilpres

Ditangani Dilimpahkan

Panwaslih Provinsi Aceh telah menerima 8 Laporan dugaan


Pelanggaran Pemilu pada Pimilu legislatif. Pada Pilleg Panwaslih
Provinsi Aceh menangani 5 laporan dan 3 laporan lainnya
dilimpahkan kepada Panwaslih Kabupaten/Kota untuk
ditindaklanjuti.

Tidak hanya Panwaslih Provinsi Aceh, Panwaslih


Kabupaten/Kota juga banyak menangani laporan dugaan
pelanggaran Pemilu pada penyelenggaraan Pemilu tahun 2019.
Berikut ini rincian laporan dugaan pelangaran pada tiap tahapan
Pemilu yang terjadi di Provinsi Aceh.

50
Tabel 9. Rekapitulasi Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilihan Umum Per Tahapan di Provinsi Aceh

Jumlah Laporan
Pengucapan
Perencanaa Pencalonan Sumpah
n program Presiden /Janji
Pemutakhir
dan dan Wakil Pemunguta Presiden
an an dan Penetapan Penetapan
Provins anggaran Presiden Kampanye Masa n dan Penetapan dan Wakil
No Kabupaten/ Total Penyusunan peserta Daerah
i serta serta Pemilu Tenang Penghitung Hasil pemilu Presiden
Kota Daftar Pemilu Dapil
penyusunan Anggota an Suara serta
Pemilih
Peratruran DPR, DPD, Anggota
Pelaksana dan DPRD. DPR, DPD,
dan DPRD
Pill Pilpr Pille PilPr Pille Pilpr Pille Pilpr Pille PilPr Pille Pilpr Pille Pilpr Pille PilPr Pille Pilpr Pille Pilpr Pille PilPr
eg es g es g es g es g es g es g es g es g es g es g es
1 Aceh Aceh 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 4 0 0 0 5 0 0 0 0 0
2 Aceh Selatan 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 2 0 0 0 0 0
3 Aceh
13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 0 0 0 0 0
Tenggara
4 Aceh Timur 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 7 0 0 0 6 0 0 0 0 0
5 Aceh Tengah 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0 0
6 Aceh Barat 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Aceh Besar 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 1 0 5 0 0 0 0 0
8 Pidie 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 5 0 0 0 0 0
9 Aceh Utara 23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 0 1 0 12 0 0 0
10 Simeulue 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Aceh Singkil 12 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 4 0 0 0 6 1 0 0 0 0
12 Bireuen 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 5 0 0 0 0 0
13 Aceh Barat
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 2 0 0 0 0 0
Daya

51
14 Gayo Lues 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
15 Aceh Jaya 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Nagan Raya 5 0 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
17 Aceh Tamiang 6 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 2 0 0 0 0 0
18 Bener Meriah 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0
19 Pidie Jaya 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0
20 Banda Aceh 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Sabang 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 6 0 0 0 2 0 0 0 0 0
22 Lhokseumawe 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 3 0 0 0 0 0
23 Langsa 10 0 3 0 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0
24 Subulussalam 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 11 0 0 0 0 0

Total 200 1 5 0 5 0 4 0 0 0 21 0 70 0 3 0 82 1 13 0 0 0

52
Grafik 8. Kecenderungan laporan pelanggaran Pemilu di Provinsi
Aceh

23

15 14
12 13 13 12
9 10 9 10
7 8
5 5 5 6 5 6
4 4
2 1 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pidie

Langsa
Aceh Singkil

Nagan Raya
Aceh Jaya

Pidie Jaya
Aceh Tenggara

Aceh Barat

Simeulue

Bener Meriah
Aceh Selatan

Aceh Timur

Bireuen
Aceh Barat Daya

Aceh Tamiang

Banda Aceh
Sabang
Aceh Utara

Gayo Lues

Subulussalam
Aceh

Lhokseumawe
Aceh Tengah

Aceh Besar

Pilleg Pilpres

Bahwa daerah dengan laporan pelanggaran tertinggi yaitu


Kabupaten Aceh Uata dengan jumlah 23 laporan dugaan
pelanggaran Pemilu yang merupakan wilayah timur Provinsi
Aceh, dilain sisi terdapat juga laporan pelanggaran yang banyak
terjadi di Kabupaten Aceh Singkil sebanyak 15 dugaan
pelanggaran dan Kota Subulussalam sebanyak 14 dugaan
pelanggaran yang merupakan wilayah barat Provinsi Aceh.

Laporan dugaan pelanggaran pada tahapan penyelenggaraan


Pemilu tahun 2019, paling banyak laporan yang diterima oleh
Panwaslih Provinsi dan Panwaslih Kabupaten/Kota terjadi pada
tahapan pemungutan dan penghitungan suara dengan jumlah 81
laporan dan pada tahapan kampanye dengan jumlah 51 laporan.

53
Grafik 9. Kecenderungan laporan pelanggaran pada setiap
tahapan

Pilleg Pilpres

82

70

21
13
5 5 3
0 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

1. Pelanggaran Administratif Pemilu


Laporan dugaan pelanggaran administratif Pemilu
merupakan yang berkaitan dengan tata cara perosedur
administratif Pemilu. Penyelesaian pelanggaran administratif
Pemilu secara khusus diatur dalam Peraturan Badan
Pengawas Pemilu Nomor 8 Tahun 2018.

Panwaslih Provinsi Aceh selama proses penyelenggaraan


Pemilu tahun 2019 telah menerima 6 laporan dugaan
pelanggaran administratif Pemilu, namun dari keseluruhan
yang diterima 2 laporan diregistrasi karena memenuhi
memenuhi syart formil dan materil sedangkan 4 lannya tidak

54
dapat diregistrasi karena laporan telah melewati tenggang
waktu (daluarsa).

Laporan yang registrasi tersebut merupakan Laporan Nomor


001/ADM.PTS/BWSL-PROV.AC/PEMILU/XI/2017 yang
diregistrasi pada tanggal 30 Oktober 2017 dan Laporan
Nomor 001/LP/PL/ADM/PROV/01.00/V/2019 yang telah
diregistrasi pada tanggal 8 Mei 2019. Kedua laporan tersebut
ditindaklanjuti dengan sidang pemeriksaan yang terbuka
untuk umum untuk diputuskan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Badan Pengawas Pemilu Nomor 8 Tahun 2018
tentang Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu.

55
Tabel 10. Laporan Pelanggaran Administrasi Pemilu yang diterima oleh Panwaslih Provinsi Aceh

Total Lapora Lapora Dilanjutk Tidak Putusan Putusan Putusan Putusan Putusan Putusan Putusan Putusan Putusan
Plgr n tidak n an Brdsr Dilanjutka Terlapor Terlapor tidak ditindaklan yang Koreksi Koreksi Koreksi Koreksi
Admini Diregis Diregis Putusan n Brdsr Terbukti tidak ditindaklan juti/ dimintaka yang yang ditindakla tidak
strasi trasi trasi Pendahul Putusan Bersalah terbukti juti /tidak dilaksanak n koreksi menolak menerima njuti ditindaklan
uan Pendahulu bersalah dilaksanak an ke permintaa permintaa juti
an an Bawaslu RI n koreksi n koreksi
Pil Pil Pil Pil Pil Pil Pil Pilpr Pill PilPr Pil Pilp Pille Pilpr Pille PilPr Pille PilPr Pille PilP Pille PilP Pill PilP Pille PilP Pille PilPr
le pr le Pr le pr le es eg es le res g es g es g es g res g res eg res g res g es
g es g es g es g g

6 0 4 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

56
Grafik 10. Rekapitulasi Penerimaan Laporan Administrasi

9
8

4
3 3
2 2 2 2
1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0

Pidie

Aceh Singkil

Nagan Raya

Pidie Jaya
Aceh Barat

Aceh Jaya
Simeulue

Bener Meriah

Kota Sabang
Aceh Selatan
Aceh Tenggara

Kota Subulussalam
Aceh Timur

Bireuen

Aceh Tamiang

Kota Lhokseumawe
Kota Langsa
Aceh Utara

Aceh Barat Daya


Gayo Lues
Aceh Tengah

Aceh Besar

Kota Banda Aceh


Panwaslih Kabupaten/Kota yang paling banyak menerima
laporan dugaan pelanggaran administratif Pemilu yaitu
Kabupaten Aceh Besar berjumlah 9 laporan dan selanjutnya
Aaceh Selatan dengan jumlah 8 laporan, sedangkan
Kabupaten/Kota lainnya masing-masing menangani jumlah
pelanggaran admnistratif sebagai berikut:
 Aceh Timur: 4 laporan
 Aceh Barat Daya dan Kota Langsa: 3 Laporan
 Aceh Barat, Aceh Utara, Kota Sabang dan Kota
Lhokseumawe: 2 laporan
 Aceh Tenggara, Aceh Tengah, Simeulue, Aceh Jaya dan
Aceh Tamiang: 1 laporan

Laporan dugaan pelanggaran administratif Pemilu yang


disampaikan oleh para pelapor ke Panwaslih Provisni Aceh
banyak yang tidak memenuhi syarat formil dan materil
sehingga tidak dapat ditindaklanjuti, persoalannya yaitu

57
selain laporan yang sudah melewati tenggang waktu
(daluarsa) ada pula pelapor yang tidak puas dengan putusan
Panwaslih Kabupaten/Kota.

Terkadang pelapor tergesa-gesa dalam menyampaikan


laporannya agar haknya segera terpenuhi, bahkan sebagian
pelapor berpandangan bahwa putusan administratif dapat
mengubah hasi rekapitulasi suara.

Grafik 11. Jumlah Rekapitulasi Penanganan Pelanggaran


Administratif dengan Pemeriksaan Acara Cepat
8

1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pidie

Aceh Singkil

Nagan Raya

Pidie Jaya
Aceh Barat

Aceh Jaya
Simeulue

Bener Meriah

Kota Sabang
Aceh Selatan
Aceh Tenggara

Kota Subulussalam
Aceh Timur

Bireuen
Aceh Barat Daya

Aceh Tamiang

Kota Lhokseumawe
Kota Langsa
Aceh Utara

Gayo Lues
Aceh Tengah

Aceh Besar

Kota Banda Aceh

Proses penanganan pelanggaran Administratif Pemilu


menggunakan cara cepat memang menjadi solusi agar suatu
kasus dapat diselesaikan dengan waktu yang lebih singkat,
namun mengenai acara cepat belum diatur secara jelas dalam
Peraturan Bawaslu. Minimnya bimbingan teknis tetang acara
cepat menyebabkan kurangnya pemahaman Pengawas
Pemilu untuk menerapkannya.

Putusan adminitratif ceptat yang diberikan kepada terlapor


berupa teguran tertulis dan perbaikan tata cara, prosedur

58
aatau mekanisme sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan.

Pelanggaran Administratif Pemilu TSM


Selama proses penyelenggaraan Pemilu tahun 2019 di
Provinsi Aceh tidak ada dugaan pelanggaran administrasi
yang terstruktur, sistematis dan masif (TSM).
Pelanggaran administratif TSM adalah perbuatan atau
tindakan yang melanggar tata cara, prosedur, atau
mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan
Pemilu dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu,
dan/atau Pasangan Calon, calon anggota DPR, DPD, DRRD
Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, menjanjikan dan/atau
memberikan uang atau materi lainnya untuk mempengaruhi
penyelenggara Pemilu dan/atau Pemilih yang terjadi secara
tersruktur, sistematis, dan masif.
 pelanggaran terstruktur adalah kecurangan yang
dilakukan oleh aparat struktural, baik aparat
pemerintah maupun penyelenggara pemilihan secara
kolektif atau secara bersama-sama.
 pelanggaran sistematis adalah pelanggaran yang
direncanakan secara matang, tersusun, bahkan sangat
rapi.
 pelanggaran masif adalah dampak pelanggaran yang
sangat luas pengaruhnya terhadap hasil pemilihan
bukan hanya sebagian.

59
2. Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu
Penyelenggara Pemilu juga memikili batasan aturan agar
tidak melanggar tugas, wewenang dan tanggung jawab yang
diberikan oleh Undang-undang.

Intergritas penyelengara Pemilu terkadang tergerus oleh


kondisi dan keadaan baik ancaman atau kesempatan
sehingga melanggar ketentuan etik penyelenggara. Beberapa
dugaan pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu secara
rinci dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

60
Tabel 11. Rekapitulasi Laporan Kode Etik yang diterima oleh Panwaslih Provinsi dan Kabupaten/Kota

Putusan DKPP Putusan DKPP


Total Temuan Kode Diteruskan kepada
Terlapor Terbukti Terlapor Tidak
Provinsi Kabupaten/ Kota Etik DKPP Keterangan
Bersalah Terbukti Bersalah
Pilleg Pilpres Pilleg PilPres Pilleg PilPres Pilleg Pilpres
1 Aceh 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Aceh Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Aceh Tenggara 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Aceh Timur 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Aceh Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Aceh Barat 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Aceh Besar 0 0 0 0 0 0 0 0
Dihentikan,
8 Pidie 1 0 0 0 0 0 0 0 karena tidak
terbukti
9 Aceh Utara 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Simeulue 2 0 2 0 2 0 0 0
Diteruskan
11 Aceh Singkil 3 0 0 0 0 0 0 0 ke KIP Aceh
Singkil
Diteruskan
12 Bireuen 1 0 0 0 0 0 0 0 ke KIP
Bireuen
13 Aceh Barat Daya 0 0 0 0 0 0 0 0
14 Gayo Lues 0 0 0 0 0 0 0 0

61
Dihentikan,
15 Aceh Jaya 1 0 0 0 0 0 0 0 karena tidak
terbukti
16 Nagan Raya 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Aceh Tamiang 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Bener Meriah 0 0 0 0 0 0 0 0
Putusan
19 Pidie Jaya 1 0 0 0 0 0 0 0 Panwaslih
Prov. Aceh
20 Kota Banda Aceh 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Kota Sabang 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Kota Lhokseumawe 0 0 0 0 0 0 0 0
23 Kota Langsa 0 0 0 0 0 0 0 0
24 Kota Subulussalam 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 9 0 2 0 2 0 0 0

62
Grafik 12. Diagram Penerimaan Laporan Pelanggaran Kode
Etik

1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Pidie

Aceh Singkil

Nagan Raya

Pidie Jaya
Aceh Barat

Aceh Jaya
Simeulue

Bener Meriah

Kota Sabang
Aceh Selatan
Aceh Tenggara

Kota Subulussalam
Aceh Timur

Bireuen

Kota Lhokseumawe
Kota Langsa
Aceh Utara

Aceh Barat Daya

Aceh Tamiang
Gayo Lues
Aceh Tengah

Aceh Besar

Kota Banda Aceh


Aceh

Penerimaan laporan dugaaan pelanggaran kode etik paling


banyak terjadi di Kabupatn Aceh Singkil dengn jumlah 3
laporan, pelanggran etik tersebut rata-rata dilakukan oleh
Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) yang kemudian
diteruskan ke KIP Kbaupaten Aceh Singkil.

Dari total 9 laporan kode etik, 2 diantaranya diteruskan ke


DKPP sedangkan 5 diantaranya merupakan pelanggaran etik
yang dilakukan oleh penyelenggara Pemilu Ad-hoc dan 2
lainnya dihentikan karena dalam proses penanganan terlapor
tidak terbukti bersalah.

Pada setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu tahun 2019,


pelanggaran etik penyelenggara Pemilu paling banyak terjadi
pada tahapan pemungutan dan penghitungan suara dan
pencalonan.

63
Grafik 13. Kecenderunagn pelanggaran kode etik pada setiap
tahapan

4
3

1
1

Kecenderungan pelaku pelanggaran kode etik terjadi pada


tahapan berikut ini:

 Pemugutan dan penghitungan surat suara: 4 laporan


 Pencalonan: 3 laporan
 Perencanaan dan kampanye: 1 laporan
3. Tindak Pidana Pemilu
Laporan dugaan pelanggaran pidana Pemilu merupakan
pelanggaran yang banyak terjadi di Provinsi Aceh selama
Proses penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019. Laporan yang
diterima oleh Panwaslih Kabupaten/Kota dengan delik yang
beragam.

Berbagai delik pidana Pemilu yang terjadi berupa perusakan


APK, memilih lebih dari satu kali saat pungut hitung, ada juga
yang terkadang datang ke TPS dengan membawa C6 milik
orang lain, penambahan suara yang dilakuka oleh
penyelenggara dan yang paling nekat yaitu seorang Linmas
TPS merusak surat suara dengan menggunakan kawat yang
terjadi di Kota Langsa.

64
Tabel 12. Jumlah penanganan laporan tindak Pidana Pemilu pada Bawaslu Provinsi dan Kabupaten/Kota

Perkara di
Total laporan Perkara yang Perkara yang
Tidak Hentikan di Perkara yang di
dugaan tindak Ditingkatkan diteruskan ke dihentikan di
Kabupaten/ ditingkatkan tingkat limpahkan ke
No Provinsi pidana ke Penyidikan Tahap tingkat
kota ke Penyidikan penyidikan Pengadilan
Diterima Penuntutan penuntutan
(SP3)
Pilleg Pilpres Pilleg PilPres Pilleg Pilpres Pilleg Pilpres Pilleg PilPres Pilleg Pilpres Pilleg Pilpres
1 Aceh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Aceh Selatan 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Aceh Tenggara 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Aceh Timur 10 0 3 0 7 0 7 0 0 0 0 0 0 0
5 Aceh Tengah 6 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Aceh Barat 5 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Aceh Besar 5 0 3 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 0
8 Pidie 7 0 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Aceh Utara 12 0 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Simeulue 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Aceh Singkil 2 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
12 Bireuen 7 0 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Aceh Barat
13 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Daya
14 Gayo Lues 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Aceh Jaya 4 1 4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Nagan Raya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Aceh Tamiang 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Bener Meriah 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

65
19 Pidie Jaya 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kota Banda
20 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Aceh
21 Kota Sabang 7 0 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kota
22 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lhokseumawe
23 Kota Langsa 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
Kota
24 11 0 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Subulussalam
Total 92 1 81 1 11 0 7 0 4 0 0 0 4 0

Dari 92 laporan dugaan pelanggaran pidana Pemilu yang di terima oleh Panwaslih Provinsi Aceh dan
Panwaslih Kabupaten/Kota hanya 4 kasus yang berlanjut hingga memperoleh Putusan Pengadilan yang
berkuatan hukum tetap (inkracht), sedangkan 81 dugaan pelanggaaran pidana Pemilu dihentikan pada
pembahasan di Sentra Gakkumdu.

Tabel 13. Jumlah laporan tindak pidana Pemilu yang meperoleh Putusan Pengadilan
Putusan PT yang
Perkara Perkara Putusan
Perkara Perkara menyatakan Putusan
yang tidak yang Banding Putusan
yang yang Putusan PN Salah Hukuman
diajukan diajukan yang Hukuman
Kabupaten/ diputus diputus dalam penerapan kurungan
No Provinsi upaya upaya menguatkan Percobaan
kota Bersalah Bebas Hukum dan dan denda
hukum hukum Putusan PN
mengadili sendiri
Pille PilP Pill PilPr Pille PilP Pille PilPr Pille PilPr PilPr PilPr
Pilleg PilPres Pilleg Pilleg
g res eg es g res g es g es es es
1 Aceh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

66
2 Aceh Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Aceh Tenggara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Aceh Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Aceh Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Aceh Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Aceh Besar 2 0 0 0 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 2 0
8 Pidie 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Aceh Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Simeulue 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Aceh Singkil 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
12 Bireuen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Aceh Barat Daya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 Gayo Lues 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Aceh Jaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Nagan Raya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Aceh Tamiang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Bener Meriah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Pidie Jaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Kota Banda Aceh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Kota Sabang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kota
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Lhokseumawe
23 Kota Langsa 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
Kota
24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Subulussalam
Total 4 0 0 0 0 0 2 0 2 0 0 0 1 0 3 0

67
Banyaknya laporan pelanggaran pidana Pemilu yang
dihentikan baik pada Pembahasan Sentra Gakkumdu
Pertama dan Pembahasan Sentra Gakkumdu Kedua adanya
berbagai kendala dalam pengungkapan kasus pidana.

Salah satunya karena kesulitan mencari saksi yang dapat


memberikan titik terang suatu perkara terkadang saksi yang
diajukan tidak hadil dalam proses pemeriksaan di
Gakkumdu. Penyebabnya yaitu kurangnya perlindungan
hukum bagi saksi sehingga saksi merasa terancam jika
keterangan yang diberikannya memberatkan terlapor.

Tidak hanya itu, pengaturan mengenai subjek hukum yang


dapat dijerat dengan pasal pidana juga menjadi penghalang,
banyaknya tim kampanye siluman (tanpa SK) tidak dapat
dijerat pidana karena untuk terpenuhi unsur subjek tim
kampanye haruslah tercantum namanya dalam SK tim
kampanye.

Grafik 14. Kecenderungan Laporan Tindak Pidana Pemilu


yang Diterima

28

5
1 1 2 4 1 3 2 1 1 1

491 494 505 510 516 521 523 (1) 523 (2) 523 (3) 532 537 551

68
Cenderung laporan pelanggaran pidana Pemilu yang diterima
dengan dugaan melanggar ketentuan Pasal 532 Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 sebanyak 28 laporan dengan
delik penambahan atau pengurangan suara yang diperoleh
atau membuat suara sah menjadi rusak. Tentunya
pelanggaran tersebut banyak terjadi pada tahapan
pemungutan dan penghitungan suara serta proses rekapilasi
suara. Pasal 532 Undang Nomor 7 Tahun 2017 menyebutkan
bahwa :

“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan


yang menyebabkan suara seorang Pemilih menjadi tidak
bernilai atau menyebabkan Peserta Pemilu tertentu
mendapat tambahan suara atau perolehan suara Peserta
Pemilu menjadi berkurang dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling
banyak Rp.48.000.000,00 (empat puluh delapan juta
rupiah).”

Dalam laporan dugaan pelanggaran pidana Pemilu banyak


melibatkan penyelenggara Pemilu sebagai terlapor, tidak
hanya itu para Caleg juga banyak dilaporkan karena
melanggar ketentuan kampanye dan sebagian lagi orang tak
di kenal yang banyak melakukan perusakan APK .

69
Tabel 14. Kecenderungan Pelaku Tindak Pidana Pemilu di Provinsi Aceh
Calon
Kabupaten/ Tim Calon Calon Penyeleng
No Provinsi Wakil Masyakarat ASN Pejabat OTK
Kota Kampanye Legislatif Presiden gara
Presiden
1 Aceh Aceh Selatan 0 2 0 0 1 0 0 0 0
2 Aceh 0 0 0 0 1 0 0 4 0
Tenggara
3 Aceh Timur 0 1 0 0 0 0 0 6 0
4 Aceh Tengah 0 0 0 0 1 0 0 0 5
5 Aceh Barat 0 0 0 0 0 0 0 3 0
6 Aceh Besar 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Pidie 0 1 0 0 0 0 0 3 0
8 Aceh Utara 0 4 0 0 1 0 1 6 6
9 Simeulue 0 0 0 0 0 0 0 0 1
10 Aceh Singkil 0 0 0 0 0 0 0 3 0
11 Bireuen 0 3 0 0 2 0 0 2 0
12 Bener Meriah 0 0 0 0 0 0 0 2 0
13 Pidie Jaya 0 0 0 0 0 0 0 1 1
14 Kota Banda 0 4 1 0 1 0 0 0 0
Aceh
15 Kota Sabang 1 3 0 0 0 0 0 0 1
16 Kota 0 1 0 0 0 0 0 2 1
Lhokseumawe
17 Kota Langsa 0 1 0 0 1 0 2 1 0
18 Kota 0 0 0 0 1 0 0 6 0
Subulussalam
Total 1 20 1 0 9 0 3 39 15

70
4. Pelanggaran Hukum Lainnya

Grafik 15. Laporan dugaan Pelanggaran hukum Lainnya

3
5
2 4
3 3
1 2
1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pidie

Aceh Singkil

Nagan Raya

Pidie Jaya
Aceh Barat

Aceh Jaya
Simeulue

Bener Meriah

Kota Sabang
Aceh Selatan
Aceh Tenggara

Kota Subulussalam
Aceh Timur

Bireuen
Aceh Utara

Aceh Barat Daya

Aceh Tamiang

Kota Lhokseumawe
Gayo Lues

Kota Langsa
Aceh

Aceh Tengah

Aceh Besar

Kota Banda Aceh


Laporan dugaan pelanggaran hukum lainny merupakan
laporan atas pelanggaran atau kejahatan yang melanggarn
ketentuan yang tidak berkaitan dengan Pemilu. Pelanggaran-
pelanggaran tentu saja bisa terjadi seperti intimidasi, ujaran
kebencian atau ketentuan pidana umum lainnya selama
proses penyelenggaraan Pemiu tahun 2019.

71
C. Pelimpahan Temuan/Laporan dugaan pelanggaran Pemilu

Pelimpahan temuan/laporan dugaan pelanggaran Pemilu kepada


Pengawas Pemilu satu tingkat dibawahnya sesuai dengan tempat
kejadian dengan tujuan agar proses tindak lanjut terhadap
pelanggaran tersebut lebih mudah.

Pelimpahan dilakukan sesuai dengan ketentuan Pasal 42


Peraturan Badan Pengawas Pemilu Nomor 7 Tahun 2018 tentang
Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilihan
Umum, yang menyatakan bahwa;

“Pasal 42 ayat (3)


Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilu yang diterima Bawaslu
Provinsi dapat dilimpahkan kepada Bawaslu
Kabupaten/Kota”.
“Pasal 42 ayat (4)
Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilu yang diterima Bawaslu
Kabupaten/Kota dapat dilimpahkan kepada Panwas
Kecamatan”.

Grafik 16. Temuan dan Laporan yang dilimpahkan Provinsi


kepada Kabupaten/Kota dan Kabupaten /Kota
kepada Kecamatan

3 Pelimpahan

1 1 1
Pidie

Aceh Singkil

Nagan Raya
Aceh Jaya

Pidie Jaya
Bener Meriah

Kota Sabang
Aceh Selatan
Aceh Tenggara

Aceh Barat

Simeulue

Kota Subulussalam
Aceh Timur

Bireuen
Aceh Utara

Aceh Barat Daya

Aceh Tamiang

Kota Lhokseumawe
Gayo Lues

Kota Langsa
Aceh

Aceh Tengah

Aceh Besar

Kota Banda Aceh

72
Panwaslih Provinsi Aceh melimpahkan 3 dugaan pelanggaran
Pemilu untuk ditindak lanjuti yaitu ke Panwaslih Kabupaten
Aceh Timur, Panwaslih Kabupaten Aceh Tengah dan Panwaslih
Kabupaten Aceh Selatan, sedangkan beberapa Panwaslih
Kabupaten juga melimpahkan penanganan dugaan pelanggaran
Pemilu ke Panwascam.

D. Pengambil Alihan Temuan/Laporan dugaan pelanggaran


Pemilu

Pengambil alihan penanganan laporan atau temuan


Kabupaten/Kota oleh Panwaslih Provinsi Aceh atau dari
kecamatan oleh Kabupaten/Kota dapat dilakukan apabia dalam
keadaan tertentu sebagaimana diatur dalam Pasal 44 Peraturan
Badan Pengawas Pemilu Nomor 7 Tahun 2018 tentang
Penanganan Temuan dan Pelanggara Pemilu.

Keadaan yang mana dapat menghalangi proses penangan


pelanggran Pemilu seperti dinonaktifkan atau diberhentikan
sementara dari jabatan sebagai Pengawas Pemilu paling sedikit 2
(dua) orang untuk Bawaslu Provinsi, Panwas Kabupaten/Kota
dan Panwaslu Kecamatan, tidak dapat menjalankan tugas,
wewenang dan kewajiban, diberhentikan tetap dari jabatan
sebagai Pengawas Pemilu atau keterbatasan kemampuan, sarana
dan prasarana dalam menangani dugaan pelanggaran.

Selama proses penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019, Panwaslih


Provinsi Aceh atau Kabupaten/Kota belum pernah mengambil
alih penangan pelanggaran Pemilu yang ditangani oleh
Kabupaten/Kota atau Kecamatan, ini membuktikan bahwa
Pengawas Pemilu di Kabupaten/Kota atau Kecamatan memiliki
kemampuan yang mapan dalam menangani pelanggaran Pemilu.

73
E. Supervisi Dan Pendampingan penanganan dugaan
pelanggaran Pemilu

Supervisi dan Pendampingan merupakan upaya yang dilakukan


oleh Pengawas Pemilu terhadap Pengawas Pemilu di tingkat
bawah sebagai bentuk bantuan dalam pengembangan situasi
yang lebih baik.

Metode supervisi dan pendampingan dibagi dalam beberapa


wilayah kepada setiap komisioner Panwaslih Provinsi Aceh
sebagai berikut:
1. Faizah
- Kabupaten Pidie
- Kabupaten Bener Meriah
- Kabupaten Aceh Tengah
- Kabupaten Gayo Lues

2. Fahrul Rizha Yusuf


- Kota Sabang
- Kota Langsa
- Kabupaten Pidie Jaya
- Kabapaten Aceh Barat Daya
- Kabupaten Simeulue

3. Marini
- Kota Lhokseumawe
- Kabuapten Aceh Timur
- Kabuapten Aceh Singkil
- Kabuapten Bireuen

74
4. Naidi Faisal
- Kota Banda Aceh
- Kota Subulussalam
- Kabupaten Aceh Tamiang
- Kabupaten Aceh Jaya
- Kabupaten Nagan Raya

5. Nyak Arief Fadhillah Syah


- Kabuaten Aceh Besar
- Kabupaten Aceh Utara
- Kabuapten Aceh Barat
- Kabuapten Aceh Selatan
- Kabuapten Aceh Tenggara

Panwaslih Provinsi Aceh memiliki tugas dan tanggungjawab


melakukan supervisi dan pendampingan terhadap Panwaslih
Kabupaten/Kota dalam menangani penanganan pelanggaran
sebagai diatau dalam Pasal 45 Peraturan Badan Pengawas Pemilu
Nomor 7 Tahun 2018 tentang Penanganan Temuan dan
Pelanggara Pemilu.

Panwaslih Prvinsi Aceh telah beberapa kali melakukan supervisi


dan pendampingan ke beberapa wilayah yang sedang menangani
pelanggara Pemilu, diantaranya:
1. Supervise ke Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya pada tahapan
kampanye rapat terbatas.
2. Supervise ke Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah
pada tahapan kampanye rapat terbatas.
3. Pendampingan penanganan pelanggaran admnistratif
Pemilu terhadap Panwaslih Kabupaten Nagan Raya,
Panwaslih Kabupaten Pidie, Panwaslih Kabupaten Tamiang,

75
Panwaslih Kabupaten Aceh Barat, Panwaslih Kabupaten
Aceh Jaya, Panwaslih Kabupaten Aceh Timur, Panwaslih
Kabupaten Aceh Selatan, dan Panwaslih Kota Banda Aceh,
pendampingan dilakukan dengan memanggil Panwaslih
Kabupaten/Kota tersebut karena keterbatasan waktu
Komisioner Panwaslih Provinsi Aceh dikarenakan pada saat
yang bersamaan Panwaslih Provinsi Aceh juga melakukan
proses penanganan pelanggaran administrasi Pemilu,
sengketa dan kegiatan-kegiatan lainnya.
4. Supervisi penanganan pelanggaran di Kabupaten Aceh Barat
Daya dan Aceh selatan pada tanggal 29 Februari 2019.
5. Supervisi penanganan pelanggaran Pemilu pada tahapan
pemungutan dan penghitungan suara di Kabupaten Aceh
Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan dan Kota
subulussalam. Supervisi ini dilakukan oleh seluruh
Komisioner Panwaslih Provinsi Aceh.
6. Melakukan pendampingan sidang penyelesaian pelanggaran
administratif Pemilu di Kabupaten Aceh Barat pada tanggal
8 Maret 2019 dimana saat itu Panwaslih Kabupaten Aceh
Barat sedang menangani temuan Panwascam Samatiga.
7. Pendampingan Penanganan Pelanggaran Pidana Pemilu di
Kota Langsa pada tanggal 23 April 2019, pendampingan
dilakukan untuk membimbing Gakkumdu Panwaslih Kota
Langsa dalam menangani pelanggara pidana Pemilu.
8. Supervisi penanganan pelanggaran ke Aceh Tamiang
dilakukan pada tanggal 24 April 2019 dimana saat ini
Panwaslih Aceh Tamiang sedang menangani pelanggaran
pidana Pemilu.
9. Supervisi Gakkumdu ke Kantor Panwaslih Kota Banda Aceh
pada tanggal 1 Mei 2019 dengan tujuan memeberi

76
peningkatan pemahaman dan pendampingan dalam
menangani pelanggaran pidana Pemilu.
10. Supervisi Gakkumdu ke Kantor Panwaslih Kabupaten Aceh
Besar pada tanggal 2 Mei 2019 dengan tujuan yang sama
yaitu memeberi peningkatan pemahaman dan
pendampingan dalam menangani pelanggaran pidana
Pemilu. Supervisi ini akan terus dilakukan ke
Kabupaten/Kota lainnya, tanggungjawab Gakkumdu
Panwaslih Aceh untuk membina dan mendampingi
Gakkumdu sebagai bentuk peningkatan kapasitas.
11. Supervisi validasi data penangan pelaggaran di Kabupaten
Aceh Barat, Aceh Barat Daya, Nagan Raya, Aceh Selatan,
Aceh Singkil dan Kota Subulussalam yang dilaksanakan
pada tanggal 14 Juli 2019 di Kantor Panwaslih Kabupaten
Aceh Selatan dan tahap kedua dilaksankan pada tanggal 19
Juli 2019 di Kantor Panwaslih Kabupaten Aceh Tamiang
bagi Kabupaten Pidie, Pidie Jaya, Lhokseumawe, Aceh
Timur, Aceh Tamiang dan Kota Langsa. Supervisi tersebut
bertujuan untuk memastikan kelengkapan dokumen
penangan pelanggaran Pemilu.

F. Tindak Lanjut Penindakan Pelanggaran Pemilu

1. Rekomendasi dan Putusan Administratif


Tindak lanjut tersebut merupakan outcome sebagai bentuk
realisasi dari suatu putusan atau rekomendasi. Putusan atau
rekomendasi akan bernilai jika dilaksanakan sesuai dengan
Putusan atau rekomendasi yang telah dikeluarkan yang
merupakan output dari proses penindakan pelanggaran
Pemilu.

77
Tabel 15. Tindak lanjut putusan administratif Panwaslih
Provinsi Aceh
Nomor Laporan/ Tindak Lanjut
Putusan/Rekomendasi
Temuan
01/TM/PL/Prov. 1. Berdasarkan fakta dan bukti Telah diputuskan
Aceh/01.00/VII/2018 yang diperoleh Panwaslih oleh DKPP dengan
Provinsi Aceh, keterlibatan Nomor Putusan
Baiman Fadhli dalam 238/DKPP-PKE-
kepengurusan DPD PSI Aceh VII/2018 dengan
Selatan belum memberikan menjatuhkan sanksi
informasi yang kuat/ tidak peringatan keras
terbukti. kepada Baiman
2. Terkait kehadiran Baiman Fadhli.
Fadhli pada acara peresmian
posko/buka puasa bersama/
silaturrahim dan
memakai/dipakaikan jacket
PSI, mengindikasikan ada
persoalan netralitas.
3. Proses penanganan temuan
dugaan pelanggaran angka 2
di atas diteruskan ke DKPP

001/LP/PL/ADM/PROV/ Memerintahkan kepada KIP Surat KIP Aceh


01.00/V/2019 Aceh Timur untuk Timur Nomor:
menyelesaikan/menindaklanjut 658/PL.01.07-
i pelanggaran administratif
SD/04/1103/KIP-
dengan cara mencermati tata
cara/prosedur rekapitulasi KAB/I/2019 tentang
sesuai dengan tingkatannya Tindak Lanjut
berdasarkan ketentuan Rekomendasi
Peraturan Perundang-undangan Panwaslih Provinisi
Aceh telah
melakukan
pencermatan dengan
menghitung kebali
DAA1.

007/TM/PL/ADM/PRO Memerintahkan kepada Terlapor Keputusan Keuchik


V/01.00/V/2019 melalui DPC Partai Demokrat Gampong Mns.
Kota Lhokseumawe untuk Mesjid Nomor 5
menyerahkan Surat Keputusan
tahun 2019 tentang
Pemberhentian dari pejabat
yang berwenang kepada KIP Penetapan Pengurus
Kota Lhokseumawe paling BUMG Tumpoek
lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak Mesjid Gampong
dibacakannya putusan ini, Muenasah Mesjid
yang

78
memberhentikan T.
Abdul Hakim secara
hormat.

79
2. Pelanggaran Pidana Pemilu
Tabel 16. Tindak lanjut pelanggaran pidana Pemilu
No
Kab/ No LP Nomor No Status
Registrasi Pasal yang dilanggar Terdakwa Amar Putusan
Kota Kepolisian Tuntutan Putusan Putusan
Laporan
Pidie 01/TM/PL/ BP/41/V/R PDM- Pasal 516 Undang-Undang Nomor 32/Pid.Sus Edi Saputra Hukuman Percobaan inkracht
Jaya Kab/01.22 es.P.1.24/2 28/N.31/ 7 Tahun 2017 "Setiap orang yang /2019/PN Pidana Penjara selama
/IV/2019 019/Gakku Euh/05/2 dengan sengaja pada waktu Mrn, 6 bulan dan denda
mdu 019 pemungutan suara memberikan tanggal 9 Rp.2.000.000,-
suaranya lebih dari satu kali di satu Mei 2019 (percobaan)
TPS/TPSLN atau lebih, dipidana
dengan pidana penjara paling lama
18 (delapan belas) bulan dan
denda paling banyak
Rp18.000.000,00 (delapan belas
juta rupiah)".

80
Langsa 05/LP/PL/ BP/18/IV/P No. Reg. Pasal 532 Undang-Undang Nomor 67/Pid.Sus M. Salim harun pidana penjara selama inkracht
KOTA/01.0 /2019 Perk : 7 Tahun 2017 "Setiap orang yang /2019/PN- 2 tahun dan denda
3/IV/2019 PDM.01/L dengan sengaja melakukan Lgs. sebesar Rp 20 juta,
ANGSA/0 perbuatan yang menyebabkan tanggal 15 subsidair pidana
5/2019 suara seorang Pemilih menjadi Mei 2019 kurungan selama 1
tidak bernilai atau menyebabkan (satu) bulan
Peserta Pemilu tertentu mendapat
tambahan suara atau perolehan
suara Peserta Pemilu menjadi
berkurang dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat)
tahun dan denda paling banyak
Rp48.000.000,00 (empat puluh
delapan juta rupiah)."

PDM- Pasal 516 Undang-Undang Nomor Putusan Rezky Munanda Pidana Pernjara Putusan:
117/JTH/ 7 Tahun 2017 Rezky selama 5 bulan dan 172/PID/
05/2019 Munanda dengan Rp. 5 Jt. 2019/PT.
Nomor : BNA
001/LP/PL PB/199/IV/
Aceh 145/Pid.S "Mengua
/KAB/01.0 YAN.2.5/20
Besar 8/IV/2019 19 us/2019/ tkan
PN Jth Putusan
PN
Jantho"

81
PDM- Pasal 516 Undang-Undang Nomor Putusan Mawardi Pidana Pernjara Putusan:
118/JTH/ 7 Tahun 2017 Mawardi selama 5 bulan dan 173/PID/
05/2019 Nomor : dengan Rp. 5 Jt. 2019/PT.
146/Pid.S BNA
us/2019/ "Mengua
PN Jth tkan
Putusan
PN
Jantho"

004/TM/ B/487/V/R NO.REG.P Pasal 533 Undang-Undang Nomor 171/Pid.S Hasmudi menjatuhkan Pidana inkracht
PL/Kot/0 ES/1.11/2 ERK:PDM- 7 Tahun 2017 us/2019/ Penjara slama 6 bulan
1.01/IV/2 019 01/BNA/5 PN BNA penjara dengan masa
019 /2019 percobaan 1(satu)
Banda tahun dan denda
Aceh 1.500.000 (percobaan)

82
005/TM/ B/486/V/R NO.REG.P Pasal 533 Undang-Undang Nomor 170/Pid.S Muliadi menjatuhkan Pidana inkracht
PL/Kot/0 ES/1.11/2 ERK:PDM- 7 Tahun 2017 "Setiap orang yang us/2019/ Penjara slama 4 bulan
1.01/IV/2 019 02/BNA/5 dengan sengaja pada saat PN BNA penjara dengan masa
019 /2019 pemungutan suara mengaku percobaan 8 bulan dan
dirinya sebagai orang lain dan/atau denda 1jta rupiah
memberikan suaranya lebih dari 1 (percobaan)
(satu) kali di 1 (satu) TPS atau lebih
dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam)
bulan dan denda paling banyak
Rp18.000.000,00 (delapan belas
juta rupiah)."

Aceh 03/LP/PL/ BP/18/V/2 No.Reg.P Pasal 537 Undang-Undang Nomor 39/Pid.Su Menyatakan Menjatuhkan pidana inkracht
Singki KAB/01.1 019/Reskri erk: PDM- 7 Tahun 2017 “Setiap anggota s/2019/P Terdakwa kepada para terdakwa
l 1/IV/201 m 15/SKL/Ek KPPS/KPPSLN yang tidak menjaga, N Skl (Anggota Kpps oleh karena itu,
9 i.2/06/20 mengamankan keutuhan kotak Tps4 Desa dengan pidana penjara
19 suara, dan menyerahkan kotak Biskang, Kec. masing-masing selama
suara tersegel yang berisi surat Danau Paris, 1 (satu) bulan dan 15
suara, berita acara pemungutan Aceh Singkil) (lima belas) hari dan
suara dan sertifikat hasil 1. Baharuddin denda masing-masing
perhitungan suara kepada PPS atau Simamora, sebesar Rp 250.000
kepada PPLN bagi KPPSLN pada 2. Surahmat (percobaan)
hari yang sama setelah 3. Asri,
perhitungan suara” 4. Sarianti
Mamora,
5. Nurite
6. Nuriti

83
Aceh 005/TM/P B/800/VII/ Pasal 533 Undang-Undang Nomor Penetapan Pratini binti memberi hukuman inkracht
Tamia L/KAB/01. Res.1.24/2 7 Tahun 2017 Pengadilan Pungut sosial kepada Pratini
ng 12/IV/201 019 Nomor: untuk mengikuti
9 2/Pen.Div/ pengajian selama 1
2019/PN bulan dan
Ksp memerintahkan
kepada penyidik untuk
menghentikan kasus
tersebut

84
Perbuatan pidana Pemilu yang dilakukan oleh Edi Saputra
dengan melakakan pencoblosan 2 kali di TPS yang berbeda
di Desa Meunassah Balek, Kecamatan Meureudu, Kabuaten
Pidie Jaya. Pada hari pelaksanaan pemungutan suara, Edi
Saputra sebagai DPT di TPS 2 mendaftar dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan Pemungutan Suara
kepada pemilih (C6-KPU), setelah melakukan pencoblosan di
TPS 2 Edi Saputra menggunakan KTP-elektronik miliknya
untuk memilih lebih dari satu kali secara tidak sah di TPS 1.
Dari hasil pemeriksaan lebih lanjut dan bukti lain Saudara
Edi Saputra diduga telah melanggar Pasal 516 Undang-
Undang Pemilu. Dalam sidang pembacaan putusan di
Pengadilan Negeri Meureudu pada hari Kamis tanggal 9 Mei
2019 menjatuhkan hukuman kepada Edi Saputra dengan
pidana percobaan 4 bulan penjara dan denda 1 Juta Rupaih
subsidair 1 bulan penjara.

Penangan pelanggaran pidana Pemilu yang terjadi di Kota


Langsa tepatnya terjadi TPS 12 Desa Blang Paseh,
Kecamatan Langsa Kota, Kota langsa. Perbuatan pidana
tersebut dilakukan oleh M. Salim Harun yang merupakan
Hansip (PAM) TPS melakukan perusakan surat suara sah
dengan menggunakan kawat dibuat berbentuk cincin yang
dipakai pada jari tangannya sehingga surat suara tersebut
menjadi tidak bernilai. Perbuatan pidana tersebut terjadi
saat proses penghitungan surat suara yang mana Hansip
tersebut ikut mengambil surat suara dari dalam kotak untuk
dihitung. Perbuata pidana tersebut dilaporkan ke Panwaslih
Kota Langsa yang kemudian ditindaklanjuti bersama
Gakkumdu. Proses penanangana pidana itu bergulir hingga

85
ke proses pengadilan setelah diyakini mencukupi bukti dan
saksi. Atas perbuatnnya M. Salim Harun dijatuhi hukuman
pidana 2 tahun penjara dan denda 20 Juta Rupiah, apabila
tidak mampu membayar denda tersebut diganti dengan 1
bulan kurang.

Penanganan pelanggaran pidana Pemilu di Kabupaten Aceh


Besar berawal dari laporan masyarakat atas pelanggaran
hukum berupa menggunakan hak pilih lebih dari satu kali
yang dilakukan oleh Rizki Munanda dan Mawardi di TPS 03
Desa Lam Bheu, Kecamatan Darul Imarah. Dala proses
penanganan di Panwaslih Aeh Besar dan Keppolisian kedua
terlapor dimasukkan dalam satu nomor berkas karena
kriteria pelangaran yang dilakukan sama, namun dalam
proses penuntutan oleh Kejaksaan berkas penangana
perkara tersebut di split menjadi 2 nomor berkas untuk
memudahkan Penuntut Pmum dalam proses pembuktian.
Atas perbuatnnya terdakwa Rizki Munanda dan Mawardi
dipidana dengan pidana penjara 5 bulan dan denda 5 Juta
Rupian subsidair 1 bulan penajara. Atas putusan tersebut
Penuntut Umum berpandangan hukuman yang dijatuhkan
oleh Majelis Hakim sangat ringan sehingga Penuntut Umum
mengajukan upaya hukum banding ke Pengadilan Tinggi
Banda Aceh. Putusan Banding juga menguatkan atas
Putusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Jantho.
Hingga saat ini Kejaksaan Negeri Jantho belum dapat
mengeksekusi putusan tersebut karena keberadaan para
terpidana tidak diketahui.

86
Gakkumdu Panawaslih Kota Banda Aceh telah dua
pelanggaran pidana Pemilu yang telah incraht, pelanggaran
pidana tersebut dilakukan oleh Hasmudi dan Muliadi,
dimana keduanya mengaku dirinya sebagai orang yang
tercantum namanya dalam C6 yang mana C6 tersebut milik
orang lain. Kedua terdakwa tersebut dijatuhi hukuman oleh
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh dengan
hukuman yang berbeda, Hasmudi dijatuhi hukuman pidana
percobaan 1 tahun penjara dan denda 1,5 Juta Rupiah
kemudian Muliadi dijahutuhi hukuman pidana percobaan 8
bulan penjara dan denda 1 Juta Rupiah.

Pelanggaran pidana Pemilu di Kabupaten Aceh Singkil


melibatkan penyelenggara Pemilu yaitu Ketua dan Anggota
KPPS di TPS 04 Desa Biskang, Kecamatan Danau Paris yang
berjumlah 6 orang. Pelanggaran tersebut terjadi saat proses
pemindahan kotak suara dari TPS ke Aula Kantor Camat
Danau Paris yang mana kosndisi kotak suara tersebut tidak
tersegel. Atas perbuatannya ke enam terdakwa dijatuhi
hukuman 1 bulan 15 hari dan denda 250 Rubu Rupiah.

Penanganan pelanggaran pidana Pemilu yang terjadi di


Kabupaten Aceh Tamian cenderung berbeda dengan yang
lainnya karena pelakunya merupakan anak dibawah umur,
tentu dalam hal ini proses penyelesaianya juga mengacu
pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan anak. Pratini datang ke TPS dengan menggunakan
C6 milik orang lain yang mana nama yang tercatum pada C6
tersebut merupakan orang dewasa sehingga ia dengan
mudah bisa masuk ke TPS. Keterlibatan Pratini tidak atas

87
inisiatif sendiri melainkan diperintahkan oleh orang lain
yang memiliki kepentingan untuk menambah suara salah
satu calon legislatif. Peyelesaian pelanggaran pidana tersebut
dilakukan dengan cara diversi yang melibatkan Gakkumdu,
BAPAS Provinsi Aceh dan Terdakwa dengan didampingi
keluarganya. Atas permusyawaratan tersebut disepakati
beberapa ketentuan diantaranya yaitu dihentikannya proses
penyidikan atas kasus tersebut dan memberi hukuman
kepada Pratini untuk mengikuti pengajian selama 1 bulan
yang kemudian kesepakatan tersebut memperoleh
penetapan Pengadilan Negeri Kuala Simpang Nomor
2/Pen.Div/2019/PN Ksp pada tanggal 2 Juli 2019.

3. Pelanggaran Netralitas ASN


Berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
bahwa ASN haruslah bersikap netral dan tidak ikut terlibat
dalam politik praktis, namun ada pula beberapa ASN yang
melanggar ketentuan itu sehingga mendapatkan sanksi.
Adapun tindak lanjut dari pelaanggaran netralitas ASN
sebagai berikut

88
Tabel 17. Tindak lanjut pelanggaran netralitas ASN
TINDAKLANJUT PEJABAT
REKOMENDASI BAWASLU TINDAKLANJUT KASN KET.
PEMBINA KEPEGAWAIAN
JABATAN/
NAMA NO
KAB/ INSTANSI NO
TERLA SURAT
KOTA TERLAPO SURAT TUJUAN TUJUAN TINDAK
POR ISI REKOMENDASI REKO SANKSI SANKSI
R REKOME LEMBAGA LEMBAGA LANJUT
MEND
NDASI
ASI
Kabup T.Muh Camat 126/K.BA KASN di Berdasarkan Keputusan B- Bupati Memberikan DILAKSA Penjatuhan
aten assibi, Kecamata WASLU.A Jakarta Rapat Pleno Panwaslih 1874/ Aceh sanksi hukuman NAKAN Hukuman Disiplin
Aceh S.Sos, n Kota C- Kabupaten Aceh Selatan KASN/ Selatan disiplin sedang Sedang berupa
Selata M.Si Bahagia 05/PM.00 Nomor 6/201 (sebagai kepada ASN atas Penundaan
n .02/V/201 12.c/BAWASLU.AC- 9 Pejabat nama Sdr Kenaikan Gaji
9 05/BA/IV/2019 Tanggal Pembina T.Muhasibi,S.So Berkala selama 1
15 April 2019 terhadap Kepegaw s,M.Si yang (satu) Tahun.
dugaan pelanggaran aian) pelaksanaannya (Keputusan Bupati
Pemilu sebagaimana mengacu Nomor 449 Tahun
dimaksud dalam kepada 2019 Tentang
Temuan Nomor : Peraturan Penjatuhan
02/TM/PP/Kab/01.10/IV Pemerintah Hukuman Disiplin
/2019, Temuan Nomor 53 Tahun Sedang Berupa
dimaksud merupakan 2010 tentang Penundaan
dugaan pelanggaran Disiplin PNS. Kenaikan Gaji
netralitas ASN, dan selama 1(satu)
selanjutnya di teruskan Tahun.
kepada KASN di Jakarta
untuk ditindaklanjuti
sesuai dengan undang -
undang yang berlaku.

89
Kabup Jarwin Jarwin 29/K.AC- Ketua Menurut Temuan B- Bupati Memberikan DILAKSA Memberikan sanksi
aten Arafah (Kasek 08/PM.06 Komisi Bawaslu diduga 2900/ Aceh sanksi hukuman NAKAN disiplin sedang
Aceh dan Panwaslih .02/IV/20 Aparatur merupakan pelanggaran KASN/ Tengah disiplin sedang kepada
Tenga Ivan Kecamata 19 Sipil Netralitas, Kode Etik dan 11/20 kepada ASN
h Ibrahi n Lut Negara Disiplin ASN Terhadap 17 atas nama Sdr.
m Tawar) (KASN) Saudara JARWIN Jarwin Arafah
dan Ivan ARAFAH dan IVAN dan Sdr. Ivan
(Kepala IBRAHIM, dan Ibrahim yang
Seksi selanjutnya diteruskan pelaksanaannya
Pengujian ke KASN untuk mengacu
dan ditindaklanjuti sesuai kepada
Laboratur peraturan perundang - Peraturan
ium Dinas undangan yang berlaku. Pemerintah No.
Pekerjaan 53 Tahun 2010
Umum) tentang Disiplin
PNS.
Kabup Sdr. Camat 17/K.AC- Komisi Untuk menindaklanjuti B- Bupati Memberikan DILAKSA Hukuman disiplin
aten Ahma Kota 06/HK.02. Aparatur rekomendasi Panwaslih 1134/ Aceh sanksi hukuman NAKAN sedang berupa
Aceh d, SH Baharu 02/II/201 Sipil Kabupaten Aceh Singkil KASN/ Singkil disiplin sedang teguran tertulis
Singkil 9 Negara sesuai dengan peraturan 4/201 kepada ASN atas namun Panwaslih
(KASN) yang berlaku 9 nama Sdr. Aceh Singsil belum
Ahmad, SH yang menerima surat
pelaksanaannya resmi dari Bupati
mengacu Singkit sebagai
kepada pelaksanaan atas
Peraturan Putusan KASN
Pemerintah tersebut
Nomor 53 Tahun
2010 tentang
Disiplin PNS.

90
Kabup Andri Pendampi 088/K.AC- Komisi Berdasarkan keputusan B- Ketua Terlapor atas
aten Sahput ng PKH 02/PM.06 ASN RI rapat pleno Anggota 1897/ Badan nama Andri
Aceh ra .02/IV/20 Pawaslih Kabupaten KASN/ Pengawas Saputra sebagai
Barat 19 Aceh Barat Daya 6/201 Pemilihan Anggota
Daya terhadap dugaan 9 Umum Program
pelanggaran Pemilu Kabupate Keluarga
sebagaimana dimaksud n Aceh Harapan (PKH)
dalam Temuan Nomor: Barat Kuala Bate dan
02/TM/PL/Kab/01.07/IV Daya bukan
/2019, Temuan merupakan ASN.
dimaksud diduga Oleh Karena
merupakan pelanggaran kedudukan dan
peraturan perundang- jabatan
undang Aparatur Sipil dimaksud, maka
Negara (ASN), dan Komisi Aparatur
selanjutnya diteruskan Sipil Negara
kepada Komisi ASN RI (KASN) tidak
yang beralamat di Jl. dapat
Letjen M.T. Haryono memproses
No.Kav. 52-53, lebih lanjut
RT.3/RW.4, Cikoko, pengaduan
Pancoran, Kota Jakarta tersebut karena
Timur untuk ditindak hal itu bukan
lanjuti sesuai peraturan kewenangan
perundang-undangan Komisi Aparatur
yang berlaku. Sipil Negara
(KASN).

91
Kabup Selam Kepala SD 015/K.BA KOMISI REKOMENDASI DUGAAN B- Bupati Memberikan DILAKSA Hukuman disiplin
aten at Negeri 7 WASLU.A APARATU PELANGGARAN 1303/ Gayo Lues sanksi hukum NAKAN sedang berupa
Gayo Kutapanja C- R SIPIL NETRALITAS ASN KASN/ (Pejabat disiplin sedang teguran tertulis dan
Lues ng 14/HM.02 NEGARA 4/201 Pembina kepada ASN atas pembinaan
Kecamata .00/III/20 9 Kepegaw nama Selamat
n 19 aian) yang
Kutapanja pelaksanaannya
ng mengacu
Kabupate kepada
n Gayo Peraturan
Lues Pemerintah
Nomor 53 Tahun
2010 tentang
disiplin PNS
Kota 1. 1. Kepala 15/K.Baw KASN Berdasarkan keputusan B- Wali Kota Melaksanakan BELUM ..... Panwaslih
Subulu Irwan Dinas aslu.Prov. (Komisi Rapat Pleno Ketua dan 820/K Subulussa sanksi hukuman DILAKSA Kota
ssalam Yasin Pendidika C- Aparatur Anggota Panwaslih Kota ASN// lam disiplin sedang NAKAN Subulussa
2. n dan 20/PM.06 Sipil Subulussalam terhadap 3/201 kepada ASN atas lam sudah
Sabari Kebudaya .02/I/201 Negara) Dugaan Pelanggaran 9 nama Sdr. Irwan 3 (tiga)
ah an Kota 9 Pemilu sebagaimana Yasin (Kepala kali
3. Subulussa dimaksud dalam Dinas mengirim
Darma lam Temuan Pendidikan dan surat
wati 2. Kepala 001/TM/PL/Kot/01.02/X Kebudayaan kepada
TK Alamin II/2018. Temuan Kota Walikota
3. Kepala dimaksud diduga Subulussalam), Subulussa
Bina merupakan Pelanggaran Sdr. Sabariah lam untuk
Insani Netralitas Aparatur Sipil (Kepala TK meminta
Negara (ASN), dan Alamin Kota kejelasan
selanjutnya diteruskan Subulussalam), tindak

92
kepada Komisi Aparatur dan Sdr. lanjut dari
Sipil Negara (KASN), Darmawati putusan
untuk ditindaklanjuti Ismail (Kepala KASN
sesuai peraturan TK Bina Insani
perundang-undangan Kota
yang berlaku. Subulussalam)
yang
pelaksanaanya
mengacu
kepada
Peraturan
Pemerintah
Nomor 53 Tahun
2010 tentang
Disiplin PNS.

93
4. Pemungutan Suara Ulang dan Pemungutan Suara Lanjutan
Pemungutan Suara Ulang (PSU) atau Pemungutan Suara
Lanjutan (PSL) atau disebut juga Pemilu Lanjutan merupaka
sutu tindak lanjut atas rekomendari yang dikeluarkan oleh
Pengawas Pemilu akibat terjadinya bencana alam atau
kerusuhan dan terjadinya pelanggaran Pemilu saat proses
pemungutan dan penghitungan Suara di Tempat Pemungutan
Suara (TPS). Pelaksanan PSU harus memenuhi ketentuan Pasal
372 Undang-Undang Nomsor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu dan
untuk pelaksanaan PSL harus memenuhi ketentuan 431
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.

Tabel 18. Pelaksanaan Pemungutan Suara Ulang dan Pemilu Lanjutan


Tanggal
Kab/kota Lokasi Penyebab Keterangan Jadwal
Rekomendasi
Tidak
dilaksanakan,
hasil
TPS 8, Terdapat pemilih atas klarifikasi
Gampong nama Yuniar diduga Panwaslih dan
PSU
Keuramat, menggunakan C6 Rekomendasi KIP Kota
Kuta Alam palsu sudah Banda Aceh
Banda Aceh disampaikan tidak
tanggal 18 ditemukan
April 2019 pelanggaran
pemilih yang
TPS 6, PSU
menggunakan C6 milik
Lamteumen dilaksankan
orang lain di yang PSU
Timur, pada 25 April
mana orang tersebut
Jaya Baru 2019
telah meninggal dunia.

Rekomendasi
TPS 3, KPPS memberikan PSU
sudah
Lam Bheu, surat suara kepada dilaksankan
Aceh Besar PSU disampaikan
Darul Pemilih lebih dari 1 pada 27 April
tanggal 17
Imarah hak pilih 2019
April 2019

94
TPS 12, Rekomendasi
PSU
Blang sudah
Pengrusakan surat dilaksankan
Langsa Paseh, PSU disampaikan
suara oleh Linmas TPS pada 25 April
Langsa tanggal 18
2019
Kota April 2019

Pemberian kertas
Rekomendasi
TPS 1, suara calon anggota PSU
sudah
Cinta Maju, DPRRI, DPD RI, DPRA dilaksankan
Gayo Luwes PSU disampaikan
Blang DAN DPRK kepada pada 25 April
tanggal 18
Pegayon pemilih pindahan dari 2019
April 2019
luar provinsi

TPS 97,
Pencoblosan Lebih dari
Matang
satu kali oleh para PSU
Ulim,
saksi parpol Rekomendasi
Baktiya PSU
sudah
dilaksankan
Aceh Utara disampaikan
pada 23 April
tanggal 17
TPS 38, 2019
Pencoblosan Lebih dari April 2019
Meunasah
satu kali oleh para PSU
Cut ,
saksi parpol dan KPPS
Nisam

Pencobosan dilakukan
TPS 1, Rekomendasi
oleh seseorang yang PSU
Desa sudah
tidak memiliki hak dilaksankan
Aceh Tamiang Baboo, PSU disampaikan
pilih dengan pada 27 April
Bandar tanggal 22
menggunakan C6 milik 2019
Pusaka April 2019
orang lain

Rekomendasi
TPS 1, PSU
adanya pemilih yang sudah
Meunasah dilaksankan
Lhokseumawe menggunakan C6 milik PSU disampaikan
Mesjid, pada 26 April
orang lain tanggal 20
Muara Dua 2019
April 2019

95
Terdapat pemilih yang
terdaftar di DPT TPS
lain. Memberkan
Rekomendasi
TPS 4, suaranya di TPS 4 PSU
sudah
Suka Jaya, Desa Suka Jaya tanpa dilaksankan
PSU disampaikan
Simeuleu adanya Form A5 pada 27 April
tanggal 23
Timur sehinga dimasukkan 2019
April 2019
dalam DPK namun
diberi 5 jenis surat
suara
Terdapat pemilih yang
terdaftar di DPT TPS
lain. Memberkan
TPS 2, Rekomendasi
suaranya di TPS 2 PSU
Kuala sudah
Desa Kuala Makmur dilaksankan
Makmur, PSU disampaikan
tanpa adanya Form A5 pada 27 April
Simeuleu tanggal 23
sehinga dimasukkan 2019
Timur April 2019
dalam DPK namun
diberi 5 jenis surat
suara
Terdapat pemilih yang
Rekomendasi
TPS 1, tidak terdaftar dalam PSU
sudah
Badegong, DPT (KTP Lombok) dilaksankan
PSU disampaikan
Teupah memilih di TPS 1 Desa pada 27 April
tanggal 23
Simeulue Selatan Badegong dengan 3 2019
April 2019
jenis surat suara
Terdapat pemilih yang
TPS 1, Rekomendasi
tidak terdaftar dalam PSU
Pasir sudah
DPT (KTP Sumbay) dilaksankan
Tinggi, PSU disampaikan
memilih di TPS 1 Desa pada 27 April
Teupah tanggal 23
Pasir Tinggi dengan 4 2019
Selatan April 2019
jenis surat suara
Terdapat pemilih yang
Rekomendasi
TPS 1, tidak terdaftar dalam PSU
sudah
Kuala DPT (KTP Layabaung) dilaksankan
PSU disampaikan
Baru, Teluk memilih di TPS 2 Desa pada 27 April
tanggal 23
Dalam Kuala Baru dengan 5 2019
April 2019
jenis surat suara.
Tidak
dilaksanakan,
Terdapat pemilih yang hasil
Rekomendasi
tidak terdaftar dalam klarifikasi KIP
TPS 1, sudah
DPT (KTP Aceh Barat) pemilih telah
Meunafa, PSU disampaikan
memilih di TPS 1 Desa memiliki KTP
Salang tanggal 23
Meunafa dengan 5 Meunafa dan
April 2019
jenis surat suara. terdaftar
dengan nomor
DPT 270

96
Adanya Pemilih yang
mencoblos lebih dari
satu kali dan tidak
terdaftar dalam
DPT,DPTb dan DPK
Tidak
TPS 01 Gampong Rekomendasi
TPS 1, dilaksanakan,
Meunasah Balek Kec sudah
Meunasah KIP
Meureudu. Pelaku PSU disampaikan
Balek, berpendapat
membawa C 6 memilih tanggal 22
Meureudu tidak ada
di TPS 02 Kemudia April 2019
pelanggaran
Pelaku kembali
melakukan pencolosan
ke dua kali di TPS 01
dengan menggunakan
KTP EL
Tidak
Rekomendasi
TPS 1, Paru dilaksanakan,
Terdapat pemilih yang sudah
Keude, KIP
memilih lebih dari satu PSU disampaikan
Bandar berpendapat
kali di TPS berbeda tanggal 26
Baro tidak ada
April 2019
pelanggaran

Tidak
Rekomendasi
TPS 2, Paru dilaksanakan,
Terdapat pemilih yang sudah
Keude, KIP
memilih lebih dari satu PSU disampaikan
Pidie Jaya Bandar berpendapat
kali di TPS berbeda tanggal 26
Baro tidak ada
April 2019
pelanggaran

Tidak
Rekomendasi
TPS 3, Paru dilaksanakan,
Terdapat pemilih yang sudah
Keude, KIP
memilih lebih dari satu PSU disampaikan
Bandar berpendapat
kali di TPS berbeda tanggal 26
Baro tidak ada
April 2019
pelanggaran

Tidak
Rekomendasi
TPS 4, Paru dilaksanakan,
Terdapat pemilih yang sudah
Keude, KIP
memilih lebih dari satu PSU disampaikan
Bandar berpendapat
kali di TPS berbeda tanggal 26
Baro tidak ada
April 2019
pelanggaran

Tidak
Rekomendasi
TPS 5, Paru dilaksanakan,
Terdapat pemilih yang sudah
Keude, KIP
memilih lebih dari satu PSU disampaikan
Bandar berpendapat
kali di TPS berbeda tanggal 26
Baro tidak ada
April 2019
pelanggaran

97
Tidak
Rekomendasi
TPS 6, Paru dilaksanakan,
Terdapat pemilih yang sudah
Keude, KIP
memilih lebih dari satu PSU disampaikan
Bandar berpendapat
kali di TPS berbeda tanggal 26
Baro tidak ada
April 2019
pelanggaran

Tidak
Rekomendasi
TPS 7, Paru dilaksanakan,
Terdapat pemilih yang sudah
Keude, KIP
memilih lebih dari satu PSU disampaikan
Bandar berpendapat
kali di TPS berbeda tanggal 26
Baro tidak ada
April 2019
pelanggaran

Tidak
Rekomendasi
TPS 8, Paru dilaksanakan,
Terdapat pemilih yang sudah
Keude, KIP
memilih lebih dari satu PSU disampaikan
Bandar berpendapat
kali di TPS berbeda tanggal 26
Baro tidak ada
April 2019
pelanggaran

TPS 7,
Ttidak terdistribusnya
Gampong
surat suara Dewan
Jalan PSL
Perwakilan Rakyat Rekomendasi
(Lapas), PSL
Kabupaten (DPRK) sudah
Idie Rayeuk dilaksankan
Aceh Timur disampaikan
TPS 8, pada 23 April
Tidak terdistribusnya tanggal 19
Gampong 2019
surat suara Dewan April 2019
Jalan PSL
Perwakilan Rakyat
(Lapas),
Kabupaten (DPRK)
Idie Rayeuk

98
BAB. VI
HAMBATAN, DAN CAPAIAN PENINDAKAN PELANGGARAN
PADA PENYELENGGARAAN PEMILU TAHUN 2019

A. Hambatan dan kendala Penindakan Pelanggaran oleh Bawaslu


Provinsi dan Kabupate/Kota, Pada Penyelenggaraan Pemilu
Tahun 2019

6. Peraturan terhadap pemasangan Alat Peraga Kampanye


yang dikeluarkan oleh PKPU nomor 28 Tahun 2018 tentang
perubahan atas PKPU Nomor 23 Tahun 2018 tentang
kampanye Pemilihan Umum sangat longgar terhadap aturan
Alat Peraga kampanye terutama terkait Konten dan jenis-
jenis Alat peraga kampanye maupun istilah-istilah yang
akhirnya muncul yaitu Alat Peraga Non Kampanye.

7. Tidak adanya regulasi yang mengatur pendirian Posko Calon


Anggota Legislatif yang mana tidak dikenal dalam undang-
undang Pemilu, namun faktanya dilapangan hal itu ada dan
menjadi sebuah cara baru yang digunakan oleh peserta
Pemilu.

8. Dalam pelaksanan Pemilu 2019 banyak terjadi pelanggaran,


namun tidak ada yang bersedia melaporkan, saat pengawas
Pemilu menemukan adanya pelanggaran dalam penindakan
terkendala dalam hal saksi-saksi, tidak ada yang bersedia
menjadi saksi karena merasa terancam dan minimnya
perlindungan hukum terhadaap saksi.

9. Tidak adanya kewenangan Panwas dalam penertiban dan


penurunan Alat Peraga Kampanye (APK) yang melanggar
ketentuan pemasangan, seharusnya ini menjadi
kewenangan yang mutlak bagi Panwas, agar tercapai hasil
pengawasan yang maksimal.

99
10. Masih terdapat perbedaan pandangan terhadap
penyelesaian tindak pidana Pemilu dalam forum Sentra
Gakkumdu baik dari cara pandang kasus maupun
pembahasan pasal yang disangkakan kepada pelaku dimana
beberapa pasa mengikat terhadap Pelaksana, Peserta dan
Tim Kampanye.

11. Bahwa terkait dua putusan tindak pidana yang telah di


putuskan Pengadilan Negeri Jantho dan dikuatkan
Pengadilan Tinggi Negeri Aceh, terkendala dalam
pelaksanaan putusan, karena terdakwa tidak pernah hadir
dalam sidang setelah dipanggil secara patut, dan saat
dieksekusi putusan terpidana telah melarikan diri dan tidak
diketahui keberadaannya.

12. Secara aturan setiap anggota gakkumdu di bebas tugaskan


dari instansi asal, namun secara faktanya para anggota
Gakkumdu masih disiukkan dengan menangni perkara-
perdaradi instansi masing-masing, hal ini menyulitkan
koordinasi ketika terjadi pelanggaran pidana yang mana
waktu penangananya sangat singkat.

13. Keurangnya sumber daya manusia baik secara kualitas


maupun kuantitas dalam menangani penindakan
pelanggaran sehingga proses penanganan kurang efisien.

14. Sarana dan prasarana yang kurang memadai, hingga saat


ini Panwaslih Provinsi Aceh masih menggunakan gedung
sewa dengan ruangan yang tidak mencukupi, ini tentunya
mengganggu proses penangan yang ruangannya berpindah-
pindah dan arsip dokumen yang kurang baik.

100
HASIL EVALUASI

Penanganan pidana Pemilu

A. Regulasi
1. Tidak ada harmonisasi waktu penanganan perkara, seperti
antara pasal 484 dengan Perbawaslu Nomor 31 tentang Sentra
Gakkumdu;
2. Pada UU Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum
masih tidak merinci tentang Delik Pelanggaran dengan Delik
Kejahatan dengan jelas (sebagaimana terdapat dalam 77 Pasal
mengenai tindak Pidana Pemilu);
3. Bawaslu tidak diberi kewenangan menertibkan Alat Peraga
Kampanye sehingga menyulitkan karena harus berkoordinasi
dengan instansi lain dan harus memiliki anggaran penertiban;
4. Terhadap Perusakan Alat Peraga Kampanye tidak memberikan
batasan rusak sebagai mana dimaksud dalam Pasal 280 ayat
(1) huruf g Undang-Undang 7 tahun 2017 sehingga sulit
memaknai arti “rusak”;
5. Tidak adanya kewenangan Panwaslih/Bawaslu untuk
meminta pendampingan kepada BAPAS dalam hal
pendampingan terhadap anak yang terlibat tindak pidana
pemilu pada saat pemeriksaan awal di Panwaslih Aceh
Tamiang;
6. Tidak adanya upaya paksa terhadap saksi yang ingin
diklarifikasi karena hanya berupa undangan bukan panggilan;
7. Sulit menentukan subjek hukum apabila ada pelaksana
kampanye yang tidak memiliki SK yang melakukan tindak
pidana pada Pasal 280 ayat (1) dan (2), terutama dalam
penanganan money politic;

101
8. Kewenangan penyitaan barang bukti, penggeledahan dan
penangkapan tidak diatur dalam perbawaslu 31 Tahun 2018;

B. Sumber Daya Manusia


1. Masih kurangnya jumlah dan kemampuan staf yang
mengelola/membantu Sentra Gakkumdu terutama dalam
melakukan klarifikasi;
2. keterbatasan waktu anggota Gakkumdu dari Kepolisian dan
Kejaksaan karena memiliki tugas ganda selain di Sentra
Gakkumdu juga menangani perkara di instansi yang
bersangkutan;
3. Kurangnya pelatihan khusu penyidik bagi Anggota Sentra
Gakkumdu;

C. Anggaran
1. Tidak tersedia anggaran berkaitan dengan proses penyelidikan
dan penyidikan, penuntutan, pelaksanaan eksekusi, dan
Anggaran untuk Daftar Pencarian Orang (DPO);
2. Tidak adanya anggaran khusus untuk sosialisi kepada
masyarakat sebagai pencegahan pelanggaran pidana Pemilu;
3. Tidak adanya anggaran pemeliharaan barang sitaan;
4. tidak adanya anggaran berupa uang saku bagi saksi yang
diklarifikasi karena saksi tersebut meninggalkan pekerjaannya
untuk memberi keterangan, hal ini menyebabkan saksi enggan
menghadiri undangan klarifikasi.

D. Sarana dan Prasarana


1. Ruang Sentra Gakkumdu dan ruang klarifikasi kurang
memadai serta pemenuhan alat kerja termasuk computer PC

102
maupun laptop yang dapat digunakan oleh seluruh anggota
Sentra Gakkumdu;
2. Belum adanya alat rekam visual dan audio di masing-masing
Kabupaten/Kota;

E. Kultur Budaya Masyarakat Hukum


1. Masyarakat enggan melaporkan dugaan pelanggaran Pemilu
karena faktor kedekatan dengan pelaku dan anggapan saling
membiarkan karena peserta Pemilu lainnya juga melakukan
hal yang sama;
2. Masih Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap
indenpendensi dan kinerja Gakkumd.

F. Hambatan Lainya
Koordinasi hanya lebih dominan pada tingkatan koordinator,
sehingga penangan tidak maksimal dalam penanganan kasus.

Penanganan Pelanggaran Kode Etik

A. Regulasi
1. Belum maksimal nya sosialisasi berkenaan Perbawaslu 4
Tahun 2019 hal ini dikarenakan aturan tersebut terlambat
dikeluarkan;
2. Tumpang tindih kewenangan dalam menerima laporan dugaan
pelanggaran kode etik oleh Bawaslu dan DKPP.

B. Sumber Daya Manusia


1. Belum dilaksanakannya pelatihan khusus kepada staff terkait
atas pelaksanaan Perbawaslu Perbawaslu 4 Tahun 2019

103
2. Minimnya pelatihan/Bimtek tentang Penanganan pelanggaran
Kode Etik khususnya kepada komisioner/ Staf Panwaslih
Kabupaten/Kota

Penanganan Pelanggaran Administratif Pemilu

A. Regulasi
Masih kurangnya norma-norma yang mengatur terkait dengan
penyelesaian pelanggaran administratif Pemilu secara cepat
seperti juknis dan SOP.

B. Sumber Daya Manusia


Tidak semua Komisioner sarjana hukum sehingga sulit dalam
proses penyelesaian pelanggaran administratif juga sidang
administratif.

C. Anggara
Belum tersedianya anggaran untuk pada setiap persidangan
administratif bagi Panwaslih Kabupaten/Kota

D. Sarana dan Prasarana


Belum adanya ruang sidang administratif Pemilu yang sesuai
standar SOP.

Penanganan pelanggaran Netralitas ASN

1. Kurangnya peran Pemerintah Daerah terkait dengan Perangkat


Desa yang terlibat politik praktis sebagai bentuk pencegahan.
2. Minimnya anggaran sosialisasi aturan netralitas ASN yang
berkaitan dengan penyelenggaraan Pemilu

104
B. Keberhasil (Capaian) Penindakan Pelanggaran oleh Bawaslu
Provinsi, maupun Bawaslu Kabupaten/Kota Pada
Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019.
Dalam menjalankan tugas, wewenang dan tanggungjawab
memang terkadang tidak selalu berjalan seperti yang diharapkan
banyak pula kendala-kendala yang mengharuskan para penegak
keadilan Pemilu berusaha semaksimal mungkin, namun dengan
usaha yang sungguh-sungguh banyak pula catatan emas yang
ditorehkan oleh Panwaslih Provinsi Aceh dan Panwaslih
Kabupaten/Kota.

Berbagai keberhasilan yan dicapat yaitu dalam memperbaiki


prosedur tata cara dan mekanisme administratif Pemilu melalui
sidang ajudikasi yang laksanakan oleh Panwaslih Aceh.
Panwaslih Provinsi Aceh telah mengeluarkan 7 putusan
administratif Pemilu.

Dalam penanganan pelanggaran pinada Pemilu yang telah


ditangani oleh Panwaslih Kabupaten/Kota telah behasil
memperoleh 8 putusan pidana yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap (inkracht), ini menunjukkan keseriusan Panwaslih
Kabupaten/Kota bersama Gakkumdu untuk menegaakkan
keadilan Pemilu dan memberi efek jera bagi terpidana juga
pelajaran bagi masyarakat.

Dalam menagwasi netralitas Aparatur Sipil Negara di Provisnsi


Aceh, Panwaslih Kabupaten/Kota juga telah menangani dan
mengeluarkan 8 rekomendasi untuk di teruskan ke instansi
terkait, supat sepatutnya ASN bersikap netral untuk
menunjukkan pengabdian kepada publik sebagai wujud Negara
demokrasi.

105
C. Pelanggaran Pemilu yang Menjadi Perhatian Publik
Proses penangan pelanggaran Pemilu memang tidak selamanya
berjalan mudah tentu banyak dinamika yang muncul baik yang
bersifat ekternal maupun internal.

Ancaman dari luar tentu tidak dapat dihalangi karena banyak


orang yang merasa dizalimi dengan tergesa-gesa ingin mendapat
kepastian hukum yang memihak kepadanyan, begitu pula
dengan dissenting opinion yang muncul diantara para pimpinan
dengan tujuan menghasilkan keputusan terbaik.

Dalam setiap Keputusan atau Putusan yang diambil tentunya


dengan memertimbangkan 3 (tiga) teori tujuan hukum yaitu
kepastian hukum, keadilan hukum dan kemanfaatan hukum

106
BAB. VII
PENUTUP

A. Kesimpulan
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sebagaimana yang tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 yang mengenai
tugas fungsi dan kewenangannya pada divisi penindakan
pelanggaran yang dituntut untuk menghasilkan Pemilu yang
berkualitas dan bermartabat yakni Pemilu yang proses
pelaksanaannya transparan, akuntabel, kredibel dan partisipatif
serta hasilnya dapat diterima oleh semua pihak.

Bahwa dalam rangka pelaksanaan tugas, wewenang dan


kewajiban sebagai pengawas Pemilu ditingkat Provinsi bersama-
sama dengan Panwaslih Kabupaten/Kota, Panwaslih Kecamatan
serta jajaran Pengawas Pemilu di bawahnya telah menjalankan
peran dan fungsi semaksimal mungkin baik dalam bentuk
pencegahan, pengawasan dan melakukan upaya-upaya
penindakan pelanggaran.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, Panwaslih Provinsi dan


Panwaslih Kabupaten/kota memaksimalkan proses pencegahan
dan penindakan pelanggaran di wilayahnya masing-masing.
Terutama dalam tahapan kampanye, kehadiran lembaga ad hoc
seperti Panwaslu Kecamatan dan Panwaslu Desa sangat
membantu kinerja pengawasan.

Panwaslih Provinsi Aceh dan Panwaslih Kabupaten/Kota dalam


pelaksanaan Proses Penindakan Pelanggaran Tindak Pidana
Pemilu, Pelanggaran Administratif Pemilu, Pelanggaran Kode
Etik, Pelanggaran Pemilu Lainnya serta Pelanggaran Hukum
Lainnya, telah menyelesaikan semua permasalahan baik
Laporan maupun dengan cara mengadjudikasikan dan

107
memutuskan sesuai dengan fakta persidangan yang ada serta
menindaklanjuti sesuai dengan pembuktian pada saat
pembahasan di Sentra Gakkumdu Bersama dengan Pihak
Kepolisian juga Kejaksaan.

B. Rekomendasi
Dari proses penanganan pelanggaran Pemilu atas peyelenggaran
Pemilu tahun 2019 berbagai keberhasilan telah dicapai dengan
kerja keras namun tak pula ada hambatan yang membuat
Pengawas Pemilu harus lebih maksimal lagi, beberapa
rekomendasi ini menjadikan kinerja pengawas Pemilu dapat
bekerja lebih efetif, efisien dan berkualitas;
1. Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan terkait Pemilu
harus lebih maksimal untuk memberikan pemahaman
terhadap Pengawas Pemilu,
2. Pembentukan Penyidik Pegawas Negeri Sipil (PPNS) di
Bawaslu, Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota
untuk meningkatkan kinerja penindakan pelanggaran
pidana Pemilu.
3. Adanya aplikasi E-Gakkumdu untuk memudahkan kerja cepat
dan tepat sentra gakkumdu
4. Penambahan SDM khususnya pada Divisi Penindakan
Pelanggaran serta memberi pelatihan yang maksimal.
5. Pengadaan gedung yang permanen dengan dukungan
fasilatas yang memadai.

108

Anda mungkin juga menyukai